• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN HIV/AIDS DI PUSAT PELAYANAN KHUSUS RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

OLEH :

KARTHIKA A/P RAJASEGARAN 120100469

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN HIV/AIDS DI PUSAT PELAYANAN KHUSUS RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

OLEH :

KARTHIKA A/P RAJASEGARAN 120100469

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Pendahuluan: Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai

dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. HIV adalah singkatan dari (Human Immunodeficiency Virus) , yaitu virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada

pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik.

Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu metode non probability sampling dengan teknik Accidental sampling dengan jumlah sampel 50 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yaitu Beck Depression

Inventory (BPI) dimana pasien harus menjawab 21 soalan dan jawaban untuk setiap

soalan mempunyai nilai 0 hingga 3.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakkan pasien HIV/AIDS

mengalami depresi yaitu sebanyak 32 orang (64%). Usia terbanyak mengalami depresi adalah pada usia 26 – 35 tahun yaitu 34 orang (68%). Berdasarkan tingkat depresinya didapatkan: normal (36%), depresi ringan (2%), depresi sedang (58%) dan depresi berat (4%). Sebanyak (50%) laki- laki mengalami depresi dan perempuan pula hanya (22%). Mayoritasnya yang menikah mengalami depresi yaitu sebanyak (42%), (20%) yang belum nikah dan (10%) yang Janda/ Duda.

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa kebanyakkan pasien HIV/AIDS mengalami

depresi. Ini mungkin karena tekanan hidup mereka yang tinggi. Dibutuhkan kerjasama bagian psikiatris untuk mengurangi depresi pada HIV/AIDS ini agar tidak dapat memburukkan lagi kondisi mereka.

(5)

ABSTRACT

Background: Depression is a serious mental disorder characterized by feelings of sadness and anxiety. This disorder usually disappears within a few days but can also sustained that can affect daily activities. HIV stands for (Human Immunodeficiency Virus), the virus that causes AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) by attacking white blood cells called CD4 cells, which can damage the human immune system.

Aim: The aim of the study is to describe the depression level among HIV / AIDS patients in “ Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan’.

Method: This study is a descriptive study with cross sectional design. The sampling technique used was non-probability sampling with accidental sampling method with a sample size of 50 respondents. Data collected by questionnaire that is Beck Depression Inventory (BPI) in which patients had to answer 21 questions and each question’s answer has a value of 0 to 3.

Results: The results of this study indicate that most HIV / AIDS patients experience depression as many as 32 people (64%). The most number of patients that is having depression is from the age category 26-35 years that is 34 people (68%). Based on the obtained degree of depression: normal patients are (36%), patients that is affected by mild depression is (2%), moderate depression are (58%) and major depression are (4%). (50%) of male experience depression while only (22%) of females having it. The majority were married patients as many as (42%), (20%) are unmarried and (10%) the widow / widower.

Conclusion: It is concluded that most HIV / AIDS patients suffering from depression. This is probably due to the high pressure of their lives. The psychiatric department should cooperate to reduce depression in HIV / AIDS patients so that it will not worsen their condition anymore.

(6)
(7)

BAB 3 KERANGKA OPERASIONAL DAN DEFINISI

OPERASIONAL.…. ……… 27

3.1 Kerangka Operasional Penelitian………. 27

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan

pada tahun 1987 hingga September 2014 ……….. 11

Gambar 2.2 Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut kelompok

umur pada tahun 2010 hingga September 2014.……….. 12

Gambar 2.3 Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut jenis kelamin

pada tahun 2008 hingga September 2014..……… 12

Gambar 2.4 Jumlah kasus HIV yang dilaporkan per Provinsi

dari tahun 1987 hingga September 2014………..…….. 13

Gambar 2.5 Persentase kumulatif AIDS yang dilaporkan menurut kelompok umur dari tahun 1987 hingga September 2014…..………. 13

Gambar 2.6 Persentase kumulatif AIDS menurut jenis kelamin

dari tahun 1987 hingga September 2014……… 14

Gambar 2.7 Sepuluh provinsi yang melaporkan jumlah kumulatif AIDS

terbanyak dari tahun 1987 sampai September 2014……… 14

Gambar 2.8 Case fatality Rate AIDS yang dilaporkan dari

tahun 2000 sampai September 2014………. 15

Gambar 2.9 Struktur Hiv……….. 16

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS……… 21

Tabel 2.2 Stadium Klinis HIV/AIDS menurut WHO………. 22

Tabel 2.3 Jenis obat HIV dan efek sampingnya……….. 25

Tabel 3.1 Definisi Operasional……… 27

Table 5.1 Karakteristik Responden………. 37

Tabel 5.2 Tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusyansus……….... 38

Tabel 5.3 Tingkat depresi berdasarkan kategori usia pasien HIV/AIDS……… 38

Tabel 5.4 Tingkat depresi menurut jenis kelamin………. 39

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup……… Lampiran 1

Lembar Penjelasan……….. Lampiran 2

Lembar Persetujuan………. Lampiran 3

Kuesioner………. Lampiran 4

Surat izin Meu ……… Lampiran 5

Surat Ethical clearance………. Lampiran 6

Surat izin RSUP HAM……….... Lampiran 7

Data induk penelitian ………. Lampiran 8

(11)

ABSTRAK

Pendahuluan: Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai

dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. HIV adalah singkatan dari (Human Immunodeficiency Virus) , yaitu virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada

pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik.

Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu metode non probability sampling dengan teknik Accidental sampling dengan jumlah sampel 50 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yaitu Beck Depression

Inventory (BPI) dimana pasien harus menjawab 21 soalan dan jawaban untuk setiap

soalan mempunyai nilai 0 hingga 3.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakkan pasien HIV/AIDS

mengalami depresi yaitu sebanyak 32 orang (64%). Usia terbanyak mengalami depresi adalah pada usia 26 – 35 tahun yaitu 34 orang (68%). Berdasarkan tingkat depresinya didapatkan: normal (36%), depresi ringan (2%), depresi sedang (58%) dan depresi berat (4%). Sebanyak (50%) laki- laki mengalami depresi dan perempuan pula hanya (22%). Mayoritasnya yang menikah mengalami depresi yaitu sebanyak (42%), (20%) yang belum nikah dan (10%) yang Janda/ Duda.

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa kebanyakkan pasien HIV/AIDS mengalami

depresi. Ini mungkin karena tekanan hidup mereka yang tinggi. Dibutuhkan kerjasama bagian psikiatris untuk mengurangi depresi pada HIV/AIDS ini agar tidak dapat memburukkan lagi kondisi mereka.

(12)

ABSTRACT

Background: Depression is a serious mental disorder characterized by feelings of sadness and anxiety. This disorder usually disappears within a few days but can also sustained that can affect daily activities. HIV stands for (Human Immunodeficiency Virus), the virus that causes AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) by attacking white blood cells called CD4 cells, which can damage the human immune system.

Aim: The aim of the study is to describe the depression level among HIV / AIDS patients in “ Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan’.

Method: This study is a descriptive study with cross sectional design. The sampling technique used was non-probability sampling with accidental sampling method with a sample size of 50 respondents. Data collected by questionnaire that is Beck Depression Inventory (BPI) in which patients had to answer 21 questions and each question’s answer has a value of 0 to 3.

Results: The results of this study indicate that most HIV / AIDS patients experience depression as many as 32 people (64%). The most number of patients that is having depression is from the age category 26-35 years that is 34 people (68%). Based on the obtained degree of depression: normal patients are (36%), patients that is affected by mild depression is (2%), moderate depression are (58%) and major depression are (4%). (50%) of male experience depression while only (22%) of females having it. The majority were married patients as many as (42%), (20%) are unmarried and (10%) the widow / widower.

Conclusion: It is concluded that most HIV / AIDS patients suffering from depression. This is probably due to the high pressure of their lives. The psychiatric department should cooperate to reduce depression in HIV / AIDS patients so that it will not worsen their condition anymore.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

HIV (Human Immunodeficiency Virus) /AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius.

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang dapat menular dan mematikan. Virus tersebut menyerang sistem kekebalan manusia dan ini akan menyebabkan individu yang terinfeksi tersebut mengalami penurunan daya tahan tubuh yang ekstrim sehingga mudah terjangkit penyakit-penyakit infeksi dan keganasan yang dapat menyebabkan kematian (Sunaryati, 2011 dalam Widyarsono, 2013).

Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu melalui hubungan seksual dengan penghidap HIV/AIDS, ibu pada bayinya, melalui darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS, pemakaian alat kesehatan yang tidak steril, alat alat utk menoreh kulit dan penggunaaan jarum suntik secara bergantian. Hiv tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk,saputangan, toilet yang dipakai secara bersama-sama, berpelukan di pipi, berabat tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk dan hubungan sosial yang lain ( Nursalam, 2007).

Berdasarkan hasil Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan s/d September 2014 oleh Ditjen PP & PL Kemenkes RI, jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan 1 Januari s.d. 30 September 2014 adalah 24.745. Secara kumulatif kasus HIV/AIDS 1 April 1987 s.d . 30 September 2014, adalah 206.095 dan jumlah kematian adalah 9.796. Jumlah kasus jika menurut jenis kelamin adalah laki-laki sebesar 30.001 dan perempuan sedangkan 16.149. Jika menurut provinsi , jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara adalah 10,789. Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang tertinggi di Indonesia dilaporkan di Jakarta yaitu 40.259.

(14)

Senada dengan David & Brian, Cichocki (2009) juga menemukan dalam studinya bahwa pasien HIV/AIDS sangat rentan mengalami tanda dan gejala depresi mulai ringan hingga berat. Gejala depresi ini dapat muncul seak 1 bulan setelah didiagnosa HIV yang selanutnya berkembang dan beralan secara fluktuatil seiring perjalanan penyakit. ( Kusuma , 2011)

Depresi adalah jenis gangguan mood ( menurut klasifikasi DSM - IV ) di mana orang mengalami perasaan sedih yang mendalam , kesepian dan seluruh dunia muram dan abu-abu . Sebenarnya ada empat set gejala depresi yaitu gejala emosional , gejala kognitif , gejala motivasi dan fisik atau gejala somatik ( Prasad, 2007 dalam Suman , 2012)

Depresi dapat berkontribusi pada penurunan kesehatan fisik dan mental yang menyebabkan seseorang malas untuk melakukan aktivitas self care harian secara rutin. Pada pasien HIV/AIDS , hal ini berpengaruh pada ketidakpatuhan pasien terhadap regimen terapi ARV dan obat obatan profilaksis serta hal lainnya yang ia perlukan untuk menjaga kesehatanan. Ditambah lagi nafsu makan yang berkurang, ketidakinginan untuk berolahlaga dan kesulitan tidur. Hal in dapat menyebabkan kondisi fisik yang semakin menurun sehingga akan memperberat penyakitnya ( Holmes, et al, 2007). Li, et al.(2009) juga menemukan pada penelitiannya bahwa perasaan depresi dapat menyebabkan pasien HIV/AIDS sungkan untuk mencari bantuan pengobatan, perawatan dan informasi tentang penanganan terhadap penyakinya yang pada akhirnya dapat memperparah kondisi kesehatannya. ( Kusuma, 2011)

Sesuai dengan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa ramai ODHA yang mengalami depresi dan ia akan semakin memperburuk kondisi kesehatan mereka. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ganbaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah gambaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

(15)

Untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus

RSUP Haji Adam Malik, Medan.

2. Untuk mengetahui proposi pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus

RSUP Haji Adam Malik, Medan yang mengalami depresi.

3. Untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS

berdasarkan usia, status perkhawinan dan jenis kelamin.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusat

Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik sehingga dapat dilakukan

kerjasama dengan bagian psikiatri untuk penatalaksaannya.

2. Sebagai kesempatan untuk menambah pengalaman untuk mengaplikasikan

ilmu dalam hal melakukan penelitian dan juga sebagai pembelajaran bagi

peneliti mengenai tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS.

3. Dapat dipakai sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Depresi

2.1.1 Definisi

Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan

sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi

dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National

Institute of Mental Health, 2010).

Depresi adalah gangguan mental yang umum , ditandai dengan kesedihan ,

kehilangan minat atau kesenangan , perasaan bersalah atau rendah diri , tidur

terganggu atau nafsu makan, perasaan kelelahan , dan kurang konsentrasi (World

Health Organization, 2010).

2.1.2 Etiologi

1. Faktor Biologis

Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenic- seperti asam

5-hidroksiindolasetat (5-HIAA), asam homovanilat (HVA) dan 3

metoksi-4-hdroksifenilglikol (MHPG)- di dalam darah, urine dan cairan serebrospinalis pasien

dengan gangguan mood. Laporan data ini paling konsisten dengan hipotesisi bahwa

gangguan mood disebabkan oleh disregulasi heterogen amin biogenic. ( Siahaan,

(17)

2. Faktor Neurokimia

Neurotransmitter asam amino dan peptide neuro aktif telah dilibatkan dalam

patofiologi gangguan mood. Sejumlah peneliti telah mengajukan bahwa system

messengers kedua- seperti regulasi kalsium, adenilat siklase, dan fosfatidilinositol

dapat menjadi penyebab. Asam amino glutamate dan glisin tampaknya menjadi

neurotransmitter eksitasi utama pada system saraf pusat. Glutamat dan glisin

berikatan dengan reseptor N-Metil-D-Aspartat (NMDA), jika berlebihan dapat

memiliki efek neurotoksik. Hipokampus memiliki konsentrasi reseptor NMDA yang

tinggi sehingga mungkin jika glutamate bersama dengan hiperkortisolemia

memerantarai efek neurokognitif pada stress kronis. ( Siahaan, 2014).

3. Faktor Genetik

Faktor genetik yang signifikan terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola

pewarisan genetik terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Tidak hanya

menyingkirkan pengaruh psikososial tetapi faktor nongenetik mungkin memiliki

peranan kausatif didalam timbulnya gangguan mood pada beberapa orang.

Komponen genetik memiliki peranan yang bermakna didalam gangguan bipolar I

daripada gangguan depresi berat. ( Siahaan, 2014)

4. Faktor Psikososial

Peristiwa hidup dan penuh tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan

mood yang megikuti. Stress yang menyertai episode pertama mengakibatkan

perubahan yang bertahan lama didalam biologi otak. perubahan yang bertahan lama

ini dapat menghasilkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan

system pemberian sinyal interaneuron, perubahan yang bahkan mencakup hilangnya

neuron dan berkurangnya kontak sinaps yang berlebihan. Akibatnya seseorang

(18)

stressor eksternal. Klinis lain menunjukkan bahwa peristiwa hidup hanya memegang

peranan terbatas dalam awitan dan waktu depresi. ( Siahaan, 2014 )

5. Faktor Kepribadian

Tidak ada satupun ciri bawaan atau jenis kepribadian yang secara khas merupakan

predisposisi seseorang mengalami depresi dibawah situasi yang sesuai. Orang dengan

gangguan kepribadian tertentu- objektif kompulsif, histrionic dan borderline-

mungkin memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada orang

dengan gangguan kepribadian antisocial atau paranoid. Gangguan kepribadian

paranoid dapat menggunakan mekanisme defense proyeksi dan mekanisme

eksternalisasi lainnya untuk melindungi diri mereka dari kemarahan didalam dirinya.

Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan kepribadian tertentu terkait

dengan timbulnya gangguan bipolar I dikemudian hari meskipun demikian, orang

dengan gangguan distemik dan siklotimik memiliki resiko gagguan depresi berat atau

gangguan bipolar I kemudian hari. ( Siahaan, 2014)

2.1.3 Gejala dan tingkat depresi

PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang

merujuk pada ICD- 10 ( International Classification Diagnostic 10) menyebutkan

gejala depresi menjadi gejala utama dan gejala lainnya seperti yang terurai di bawah

ini :

Gejala utama meliputi :

1. Perasaan depresif atau perasaan tertekan.

2. Kehilangan minat dan semangat.

(19)

Gejala lain meliputi :

1. Konsentrasi dan perhatian berkurang.

2. Perasaan bersalah dan tidak berguna.

3. Tidur terganggu.

4. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.

5. Perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri.

6. Pesimistik.

7. Nafsu makan berkurang.

Berpedoman pada PPDGJ III yang rujuk pada ICD- 10 ( International

Classification Diagnostic 10), tingkat depresi dibedakan dalam depresi berat , sedang

dan ringan sesuai dengan banyak & beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi

kehidupan seseorang ( Maslim, 2001). Gejala yang dimaksudkan terdiri atas gejala

utama & gejala lainnya yaitu :

1. Ringan, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala depresi ditambah

dua dari gejala di atas ditambah dua dari gejala lainnya namun tidak boleh ada

gejala berat diantaranya. Lama periode depresi sekurang- kurangnya selama

dua minggu. Hanya sedikit kesulitan kegiatan sosial yang umum dilakukan.

2. Sedang, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi

seperti pada episode depresi ringan ditambah tiga atau empat dari gejala

lainnya. Lama episode depresi minimum dua minggu serta menghadaapi

kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial.

3. Berat, tanpa gejala psikotik yaitu semua tiga gejala utama harus ada ditambah

kurangnya empat dari gejala lainnya. Lama episode

sekurang-kurangnya dua minggu akan tetapi apabila gejala sangat berat dan onset

sangat cepat maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa dalam kurun

waktu dalam dua minggu. Orang sangat tidak mungkin akan mampu

meneruska kegiatan sosial, perkerjaan, urusan rumah tangga kecuali pada taraf

(20)

2.1.4 Klasifikasi

1. Gangguan depresi mayor

Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu

makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi,

perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ±

2 minggu.

2. Gangguan dysthmic

Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala-gejala

dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun

atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan

depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi

dengan aktivitas sehari-harinya.

3. Gangguan depresi minor

Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan

dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih

singkat.

Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah:

4. Gangguan depresi psikotik

Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi

dan delusi.

5. Gangguan depresi musiman.

Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada

(21)

2.1.5 Faktor Resiko

Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya depresi adalah sebagai

berikut :

1. Kehilangan / meninggal orang (objek) yang dicintai.

2. Sikap pesimistik

3. Kecenderungan berasumsi negative terhadap suatu pengalaman yang

mengecewakan.

4. Kehilangan integritas pribadi

5. Berpenyakit degenerative kronik, tanpa dukungan sosial yang adekuat.

( Tamher, 2009 )

2.1.6 Diagnosis

Beck Depression Inventory dibuat oleh dr.Aaron T. Beck, BDI merupakan

salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat keparahan

depresi. Para responden akan mengisi 21 pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki skor

1 s/d 3, setelah responden menjawab semua pertanyaan kita dapat menjumlahkan skor

tersebut, Skor tertinggi adalah 63 jika responden mengisi 3 poin keseluruhan

pertanyaan. Skor terendah adalah 0 jika responden mengisi poin 0 pada keseluruhan

pertanyaan. Total dari keseluruhan akan menjelaskan derajat keparahan yang akan

(22)

2.2 HIV/AIDS

2.2.1 Definisi

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang

menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4

sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-gejala timbul

tergantung dari infeksi oportunistik yang menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi

oleh karena menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) yang disebabkan rusaknya

sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut. ( Depkes RI , 2003 dalam Ginting ,

2014 )

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang

merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh

makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya sistem

kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus

HIV. ( Depkes RI , 2003 dalam Ginting , 2014 )

2.2.2 Epidemiologi

Di Indonesia , HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun

1987. Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh

provinsi di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh

pemerintah berkerasama dengan berbagai lembaga di dalam negeri dan luar negeri.

Berikut ini ditampilkan situasi HIV/AIDS yang bersumber dari Ditjen PP-PL melalui

(23)

Gambar 2.1. Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan

pada tahun 1987 hingga September 2014.

(24)

Gambar 2.2. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut

kelompok umur pada tahun 2010 hingga September 2014.

( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)

Gambar 2.3. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut

jenis kelamin pada tahun 2008 hingga September 2014.

(25)

Gambar 2.4. Jumlah kasus HIV yang dilaporkan per

Provinsi dari tahun 1987 hingga September 2014.

( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)

Gambar 2.5. Persentase kumulatif AIDS yang dilaporkan menurut

kelompok umur dari tahun 1987 hingga September 2014.

(26)

Gambar 2.6. Persentase kumulatif AIDS menurut jenis

kelamin dari tahun 1987 hingga September 2014.

( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)

Gambar 2.7. Sepuluh provinsi yang melaporkan jumlah kumulatif AIDS

(27)

( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)

Gambar 2.8. Case fatality Rate AIDS yang dilaporkan

dari tahun 2000 sampai September 2014.

( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)

2.2.3 Patofisiologi

1. Proses Replikasi HIV

(a) Struktur dan Materi Genetik HIV

Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang

dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar – melebar. Pada pusat

lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan

kompeonen fungsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag , pol, dan

env. Gag berarti grup antigen, pol mewakili polymerase dan env adalah

kepanjangan dari envelope. Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode

enzim reverse transcriptase, protase dan integracse. Gen env mengode

komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada

dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr. (

(28)

Gambar 2.9. Struktur Hiv

(b) Siklus Hidup HIV

Sel pejamu yang terifeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek ; hal

ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk

mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan

pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrit pada membrane mukosa dan kulit pada

24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi akan membuat alur ke nodus

limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah paparan,

dimana replikasi virus menjadi capat. Siklus hidup HIV dibagi menjadi 5 fase, yaitu :

1. Masuk dan mengikat

2. Reverse transcriptase

3. Replikasi

4. Budding

(29)

(c) Proses Replikasi HIV

Sel CD4 berperan sebagai coordinator system imun, menjadi sasaran uatama

HIV. HIV merusak sel-sel CD4 sehingga system kekebalan tubuh menjadi porak –

poranda. Berbeda dengan bakteri, misalnya : Mycobacterium tuberculosis yang

berkembang – biak dengan membelah diri, maka HIV sebagai retrovirus butuh sel

hidup untuk memperbanyak dirinya. Sel yang adi sasaran adalah sel – sel CD4. HIV

akan menempel di sel CD4, memasuki dan menggunakannya sebagai mesin fotokopi

untuk memperbanyak diri. Replikasinya begitu cepat, bisa mencapai jutaan setiap

harinya, sekaligus merusakkan sel CD4 yang digunakan sebagai host atau inang.

Replikasi HIV di dalam sel CD4 terjadi melalui 7 tahap, yaitu :

1) HIV menempelkan diri (fusi) ke sel inang yang dalam hal ini adalah sel CD4.

2) Setelah berfusi, selanjutnya RNA HIV, enzim reverse transcriptase dan

integrase serta protein-protein virus lainnya memasuki sel inang ( CD4).

3) DNA Virus bergerak ke nucleus sel CD4 dan dengan bantuan enzim integrase

berintegrasi dengan DNA sel inang (CD4).

4) Virus RNA baru digunakan sebagai geom (genetic informasi) RNA untuk

membuat protein virus.

5) Virus RNA baru dan protein bergerak ke permukaan sel dan terbentuklah

virus muda yang baru.

6) Virus HIV baru dimatangkan oleh enzim protease yang dilepas dari protein

HIV, dan siap memasuki sel CD4 lainnya.

(30)

2.2.4 Stadium HIV/AIDS

Pembagian stadium :

a. Stadium pertama : HIV

Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan

serologis ketika antibody terhadap virus tersebut berubah dari negative

menadi positif. Rentang waktu seak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes

antibody terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window

period antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang dapat berlangung

sampai enam bulan.

b. Stadium kedua : Asimptomatik ( tanpa gejala )

Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh

tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung sekitar 5-10

tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS tang tampak sehat ini sudah dapat

menularkan HIV kepada orang lain.

c. Stadium ketiga : pembesaran kelenar limfe secara menetap dan merata

(Persistent Generalized Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu

tempat saja dan berlangsung lebih dari satu bulan.

d. Stadium keempat : AIDS

Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyaki

konstitusional, penyakit syaraf dan penyakit infeksi sekunder.

(31)

2.2.5 Penularan HIV/AIDS

HIV dapat ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui:

1. Darah (termasuk darah haid)

2. Air mani

3. Cairan vagina

4. ASI

Darah mengandung konsentrasi virus tertinggi, diikuti oleh air mani, cairan vagina,

diikuti oleh ASI. ( World Health Organization , 2014 )

Kegiatan yang dapat menyebabkan Penularan HIV adalah :

1. Kontak seksual tanpa pelindung :

Kontak darah langsung, termasuk jarum narkoba, suntikan, transfusi darah,

kecelakaan di layanan kesehatan atau produk darah tertentu. ( World Health

Organization, 2014 )

2. Ibu ke bayi :

Sebelum atau selama kelahiran, atau melalui ASI

3. Hubungan seksual (vaginal dan anal):

Dalam alat kelamin dan dubur, HIV dapat menginfeksi selaput lendir secara

langsung atau masuk melalui luka yang disebabkan saat berhubungan. (

World Health Organization, 2014 )

(32)

Mulut adalah sebuah lingkungan yang tidak ramah bagi HIV (dalam air mani,

cairan vagina atau darah), yang berarti risiko penularan HIV melalui

tenggorokan, gusi, dan mulut lebih rendah daripada melalui vagina atau

membran anal. Namun ada, kasus

yang didokumentasikan di mana HIV ditularkan secara lisan, jadi kita tidak

bisa mengatakan bahwa mendapatkan air mani yang terinfeksi HIV, cairan

vagina atau darah di mulut tanpa risiko. ( World Health Organization, 2014 )

5. Berbagi jarum suntik: Sebuah jarum suntik bisa lewat darah langsung dari

aliran darah satu orang ke orang lain. Ini adalah cara yang sangat efisien untuk

mengirimkan virus melalui darah. Berbagi jarum dianggap sebagai berisiko

tinggi. ( World Health Organization, 2014 )

2.2.6 Gejala Klinis

Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit

dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada penderita

penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Rasa lelah dan lesu

b. Berat badan menurun secara drastis

c. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam

d. Mencret dan kurang nafsu makan

e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut

f. Pembengkakan leher dan lipatan paha

g. Radang paru

(33)

2.2.7 Diagnosis dan Klasifikasi

Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis

WHO atau CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans

epidemiologi dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya

didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor.

Tabel 2.1. Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS.

1. Berat badan menurun >10% dalam 1 bulan

2. Diare kronik berlangsung >1 bulan

3. Demam berkepanjangan >1 bulan

4. Penurunan kesadaran

GEJALA MINOR

1. Dermatitis generalisata

2. Herpes Zooster multi-segmental dan berulang

3. Kandidiasis orofaringeal

4. Herpes simpleks kronis progresif

5. Limfadenopati generalisata

(34)

Stadium Gejala Klinis

I 1.Tidak ada penurunan berat badan

2. Tanpa gejala/ hanya Limfadenopati

II 1. Penurunan berat badan < 10%

2. ISPA berulang : sinusitis, otitis

media, tonsillitis dan faringitis

3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir

4. Luka di sekitar bibir

5. Ulkus mulut berulang

III 1. Penurunan berat badan >10%

2. Diare, demam yang tidak

diketahui penyebabnya >1 bulan

3. Kandidiasis oral atau Oral Hairy

Leukoplakia

4.TB Paru dalam 1 tahun terakhir

5. Limfadenitis TB

6. Infeksi bakterial yang berat:

(35)

IV 1. Sindroma Wasting (HIV)

2. Pneumoni Pneumocystis

3. Pneumonia Bakterial yang berat

berulang dalam 6 bulan

4. Kandidiasis esofagus

5. Herpes Simpleks Ulseratif >1

bulan

6. Limfoma

7. Sarkoma Kaposi

8. Kanker Serviks yang invasive

9. Retinitis CMV

10. TB Ekstra paru

11. Toksoplasmosis

(36)

2.2.8 Terapi HIV

Saat ini telah diketemukan obat untuk menghambat penggandaan virus yang

bekerja dengan berbagai cara sebagai berikut:

a. Obat anti HIV yang pertama adalah: Reverse Transcriptase Inhibitor

(RTI)

fungsinya menghalang penciptaan DNA virus dari RNA dengan

membuat sel tiruan yang mengganggu proses ini. Contoh obatnya:

Zidovudine, Didanosine,Zalcitabine, Stavudine, dan sebagainya.

b. Obat anti HIV yang juga mengganggu proses penciptaan DNA virus dari

RNA, Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (analog nonnukleosida/NNRTI), obat ini mengikat enzim reverse transciptase

dan menghalang kegiatannya. Contoh obatnya: Saquinavir,

Indinavir,Nelfinavir.

c. Protease inhibitor : Menghalang kegiatan protease, sebuah enzim yang

memotong rantai protein HIV menjadi protein tertentu yang diperlu untuk

merakit tiruan virus yang baru.

d. Attachment dan Fusion Inhibitor:

Mencegah pengikatan HIV pada sel.

e. Obat Antisense:

Obat yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya.

(37)

2.3.1 Hubungan depresi dengan HIV/AIDS

Gangguan mood, terutama depresi , adalah komplikasi kejiwaan paling umum

yang terkait dengan penyakit HIV/AIDS. Studi menemukan orang dengan HIV/AIDS

memiliki dua kali risiko depresi dibandingkan mereka yang berisiko HIV tetapi tidak

sebenarnya terinfeksi.Depresi juga bisa menjadi konsekuensi dari cedera otak HIV

atau obat antiretroviral . Satu studi menemukan bahwa jumlah kumulatif prevelensi

depresi pada pasien HIV/AIDS adalah lebih dari 22%. (American Psychiatric

Association, 2012)

Banyak profesional perawatan kesehatan percaya bahwa diagnosis HIV/AIDS

akan menghasilkan depresi. Meskipun diagnosis pasti akan memicu kecemasan dan

kesusahan-kadang begitu parah itu merusak fungsi dan bahkan dapat menyebabkan

bunuh diri-ini jenis respons emosional-situasi tertentu adalah tidak sama dengan

depresi. Seseorang tertekan oleh diagnosis HIV/ AIDS mungkin memang

memerlukan pengobatan, yang paling mungkin untuk reaksi penyesuaian, tapi

tekanan akan menanggapi mendukung dan lain jenis psikoterapi daripada

obat-obatan. (American Psychiatric Association, 2012)

Sejumlah obat HIV juga dapat memiliki efek samping yang dapat menyebabkan

(38)

Tabel 2.3. Jenis obat HIV dan efek sampingnya

Obat HIV & Efek samping

Interleukin

- Depresi , disorientasi ,kebingungan dan koma

Steroid

- Mania atau depresi

Efavirenz (sustiva)

- Konsentrasi menurun,depresi , kegelisahan , mimpi buruk

Vinblastine

- Depresi , gangguan kognitif

AZT ( Retrovir , AZT )

- Mania , depresi

Interferon

- Neurasthenia sindrom kelelahan,depresi

Zalcitabine ( Hivid )

- Depresi , gangguan kognitif

(39)

BAB 3

KERANGKA OPERASIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Operasional

Gambar 3.1. Kerangka Operasional

Depresi

(40)

3.2 Definisi Operasional

3.2.1. Depresi

Definisi Operational: Depresi merupakan gangguan mental yang menyebabkan

penurunan mood dan ditandai dengan kecemasan dan

kesedihan.

Cara Ukur : Pengisian Kuesioner dengan cara angket.

Alat ukur : Kuesioner BDI

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : Dapat mengetahui tingkat depresi

1- 16 : Normal

17-20 : Depresi ringan

21-30 : Depresi sedang

31 dan keatas : Depresi berat

3.2.2 Usia

Definisi Operational: Usia responden berdasarkan tanggal lahir dihitung

sampai ulang tahun terakhir

Cara Ukur : Pengisian Kuesioner dengan cara angket.

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Interval

Hasil ukur : Pengambilan responden dari usia reproduktif yaitu dari

(41)

3.2.3 Jenis Kelamin

Definisi Operational : Jenis Kelamin Responden

Cara Ukur : Pengisian Kuesioner dengan cara angket.

Alat ukur : Kuesioner

Skala ukur : Norminal

Hasil ukur : Jenis kelamin responden dinyatakan dengan :

1 : laki-laki

2 : perempuan

3.2.4 Status Perkawinan

Definisi Operational : Status perkhawinan responden saat ini

Cara Ukur : Pengisian kuesioner dengan cara Angket

Alat Ukur : Kuesioner

Skala Ukur : Norminal

Dinyatakan dengan

1 : menikah

2 : tidak / belum menikah

(42)

3.2.5 HIV/AIDS

Definisi Operational : HIV merupakan suatu virus yang menyerang sel darah

putih dan merusakkan system imun dan AIDS merupakan

dampak daripada infeksi HIV.

Cara Ukur : Observasi

Alat Ukur : Rekam Medis

Skala Ukur : Norminal

Hasil Ukur : Responden di diagnosis dengan HIV/AIDS.

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan desain

penelitian potong lintang ataupun yang disebutkan desain Cross Sectional. Penelitian

ini disebut studi deskriptif karena ingin mengetahui tingkat depresi pada pasien

HIV/AIDS yang datang ke Pusat Pelayanan Khusus Haji Adam Malik, Medan.

Penelitian ini merupakan desain Cross Sectional karena subyek diukur atau

dikumpulkan secara simultan yaitu pada waktu yang bersamaan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian terdiri daripada tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Tahap persiapan merupakan tahap proses

persiapan proposal penelitian termasuk pelaksanaan proses penelitian awal. Tahap

pelaksanaan pula merangkumi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data dan

menginterpretasi data yang diperoleh dan menyimpulkan hasil penelitian yang akan

dilakukan pada bulan September 2015 hingga November 2015. Tahap penyelesaian

merupakan tahap yang terakhir yaitu penulisan, ujian, revisi dan penyerahan hasil

(44)

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pasien yang memderita HIV/AIDS dari lingkungan umur 15 hingga 40 tahun yang datang ke Pusat Pelayanan Khusus Haji Adam Malik, Medan.

4.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode non probability sampling dengan teknik Accidental sampling. Accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan , yaitu siapa saja pasien HIV/ AIDS yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti saat dilakukan penelitian dapat menjadi sampel (responden) dan memiliki kriteria yang sudah ditetapkan.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

(a) Umur responden harus dalam lingkungan 15 tahun hingga 40 tahun.

(b) Responden harus mampu membaca dan memahami kuesioner yang diberikan.

(c) Bersedia untuk menjadi responden.

Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :

(a) Responden yang tidak sadar.

Rumus Besar Sampel :

zα²PQ

n = besar sampel

zα = tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti ( peneliti menetapkan α = 0,05 dan zα penelitian ini sebesar 1,96)

p = Proposi kategori (dari literature didapatkan 22%)

Q = 1-p = 0,78

(45)

Maka jumlah subyek penelitian yang diperlukan untuk mengetahui proporsi depresi pada pasien HIV/AIDS adalah sebagai berikut :

1,96².0,22. 0,78

0,12²

n = 45.7

Dengan demikian jumlah sampel pada penelitian ini dibulatkan jadi 50 orang.

4.3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

kuesioner berupa sejumlah pertanyaan tertulis. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada tinjauan teori yang telah dipaparkan oleh peneliti terhadap penelitiannya.

Sebelum kuesioner dikenalkan pada responden, instrument tersebut harus diuji coba dengan maksud untuk mendapat instrument yang baik, instrument ini harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel.

Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak di ukur dan instrument dikatakan reliable apabila digunakan beberepa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Kuesioner yang akan diberikan pada penelitian ini adalah Beck Depression

Inventory (BDI) dimana pasien harus menjawab 21 soalan dan jawaban untuk setiap

soalan mempunyai nilai 0 hingga 3. Jumlah kan semua jawabannya sesuai dengan nilai masing-masing. Jika jumlahnya lebih dari 21 maka pasien itu mempunyai depresi.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data primer yaitu kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh reponden untuk mengetahui tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS.

(46)

Adapun prosedur pengumpulan data yaitu dilakukan dengan langkah – langkah berikut :

 Mengajukan permohonan izin pelaksaan penelitian pada instansi pendidikan.

 Setelah medapatkan izin dari instansi pendidikan, kemudian mengajukan permohonan izin kepada Pusat Pelayanan Khusus Haji Adam Malik.

 Memilih responden yang berkonsultasi di Pusat Pelayanan Khusus Haji Adam Malik, Medan yang memenuhi syarat atau kriteria sampel dan menjelaskan tuuan penelitian kepada responden serta meminta kesediannya untuk ikut serta dalam penelitian sebagai responden.

 Setelah mendapat izin , maka meminta persetujuan responden menjadi responden secara sukarela, setelah responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetuuan (informed consent).

 Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden selanjutnya mempersilahkan responden untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.

4.5 Pengolahan dan Analisis data

4.5.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul sebelum di analisa terlebih dahulu dilakukan hal-hal seperti berikut :

(a) Editing

Dilakukan untuk memeriksa data, memeriksa jawaban, memperjelas serta melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpul dan memeriksa kelengkapan dan kesalahan.

(b) Coding

Memberi kode jawaban responden sesuai dengan indicator pada kuesioner.

(c) Entry data

(47)

(d) Tabulating

Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan pergorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat di jumlah, disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisis.

4.5.2 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bentuk komputer dengan menggunakan program SPSS for windows versi 21.

(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah unit pelaksana teknis

dilingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggungjawab

kepada Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Berlokasi di Jalan Bunga Lau no.

17 Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit

rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara,

Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Memiliki instalasi Rawat Jalan seluas 7000 m² yang

menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat jalan. Salah satunya Pusat Pelayanan

Khusus (Pusyansus) merupakan pelayanan pertama di Sumatera Utara bagi orang

dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mulai beroperasional tahun 2005 ( Profil RSUP

Haji Adam Malik, 2015 ).

Pusyansus menyediakan fasilitas VCT (Voluntary Counseling and Testing),

konselor, perawat, dokter, obat anti retroviral (ARV), hingga memiliki CST (Care

Support Treatment) untuk dukungan dan perawatan ODHA. Pemeriksaan yang

disediakan meliputi pemeriksaan dan pengobatan infeksi oportunistik, pemeriksaan

penunjang diagnostik, hingga program PMTCT (Program Mother To Child

Transmission) untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak ( Profil RSUP Haji

(49)

5.2 Hasil Penelitian

Table 5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia

15 – 25 tahun 9 18.0

26 – 35 tahun 34 68.0

36 - 40 tahun 7 14.0

Jenis Kelamin

laki laki 29 58.0

perempuan 21 42.0

Status Perkawinan

menikah 32 64.0

belum menikah 13 26.0

janda/duda 5 10.0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1, mayoritas responden berusia

dalam lingkungan yaitu 26-35 tahun seramai 34 orang (68%). Usia responden dari 15

– 25 tahun hanya 9 orang (18%) manakala responden yang berusia 36 – 40 adalah 7

orang (14.0%). Berdasarkan tabel hampir tidak ada perbedaan jumlah banyaknya

responden dalam jenis kelamin karena jumlah responden laki-laki adalah 29 orang

(58%) dan 21 orang (42%) adalah responden perempuan. Menurut status perkawinan

mayoritas responden telah menikah yaitu seramai 32 orang (64%) manakala yang

belum menikah adalah hanya 13 orang (26%). Responden yang janda/duda adalah

(50)

Tabel 5.2 Tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusyansus

Tingkat Depresi Frekuensi (n) Persentase (%)

Normal 14 28

Depresi ringan 1 2

Depresi sedang 33 66

Depresi berat 2 4

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4, mayoritas pasien HIV/AIDS

mengalami depresi. Hanya 28% yaitu 14 orang sahaja yang berada dalam kategori

normal. 33 orang (66%) mengalami depresi sedang. Hanya seorang (2%) yang

mengalami depresi ringan dan 2 orang (4%) yang mengalami depresi berat.

Tabel 5.3 Tingkat depresi berdasarkan kategori usia pasien HIV/AIDS

Kategori Normal Depresi ringan Depresi sedang Depresi berat Total

Usia (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%)

15 – 25 4 44.4 0 0 5 55.6 0 0 9 100

26 – 35 6 17.7 1 2.9 25 73.5 2 5.9 34 100

36 – 40 4 57.1 0 0 3 42.9 0 0 7 100

Berdasarkan tabel 5.3, tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS menurut

kategori usia mereka adalah kategori usia 15 – 25 tahun terdapat 9 orang pasien

HIV/AIDS. 4 orang yaitu 44.4% dalam batas normal manakala 5 orang lagi yaitu

(51)

terdapat 34 orang dan 6 orang (17.7%) daripada itu adalah normal. Mayoritas dalam

kategori ini mengalami depresi sedang yaitu 25 orang ( 73.5%). Hanya seorang yang

mengalami depresi ringan dan 2 orang (5.9%) mengalami depresi berat pula.

Berdasarkan kategori usia 36 – 40 tahun , terdapat 7 orang pasien HIV/AIDS. 4 orang

(57.1%) adalah normal dan 3 orang (42.9%) mengalami depresi sedang.

Tabel 5.4 Tingkat depresi menurut jenis kelamin

Jenis Normal Depresi ringan Depresi sedang Depresi berat Total

Kelamin (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%)

laki laki 4 13.8 0 0 23 79.3 2 6.9 29 100

perempuan 10 47.6 1 4.8 10 47.6 0 0 21 100

Berdasarkan tabel 5.4 , kebanyakkan kaum laki – laki mengalami depresi

sedang yaitu sebanyak 23 orang (79.3%) dan depresi berat adalah 2 orang (6.9%).

Hanya 4 orang (13.8%) daripada 29 orang adalah normal. Untuk kaum perempuan

pula, 10 orang (47.6%) daripada 21 orang dalam batas normal. 10 orang (47.6%)

mengalami depresi sedang dan seorang mengalami depresi ringan.

Tabel 5.5 Tingkat depresi menurut status perkawinan

Status Normal Depresi ringan Depresi sedang Depresi berat Total

Perkawinan (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%)

Menikah 11 34.4 0 0 21 65.6 0 0 32 100

Belum menikah 3 23.1 0 0 9 69.2 1 7.7 13 100

(52)

Berdasarkan tabel 5.5, tingkat depresi pasien HIV/AIDS menurut status

perkawinan mereka adalah kebanyakkan pasien HIV/AIDS belum menikah

mengalami depresi sedang adalah 9 orang (69.2%), normal adalah 3 orang (23.1%)

dan seorang (7.7%) mengalami depresi berat. Selain itu, pasien yang telah menikah

mayoritas mengalami depresi sedang yaitu (65.6%) dan yang normal pula (34.4%).

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk

menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran tingkat depresi pasien HIV/AIDS

di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan.

Hasil penelitian pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien

HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) RSUP Haji Adam Malik Medan

mengalami depresi sebanyak 72%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Africa Centre

for Health and Population Studies, University of KwaZulu-Natal, Somkhele, South Africa mengenai Prevalensi dan korelasi depresi terhadap pasien terinfeksi HIV di

pedesaan Afrika Selatan yang didapatkan dari 422 responden sebanyak 52 %

mengalami depresi. Hasil penelitian diperkuat oleh penelitian Yaunin (2013) di Poli

VCT RSUP Dr. M. Djamil Padang yang menunjukkan bahwa sebanyak 55.8% pasien

HIV/AIDS mengalami gangguan depresi.

Jika melihat data kategori depresi pada tabel 5.2, mayoritasnya adalah depresi

sedang 66% , 4.0% depresi berat dan depresi ringan sebanyak 2.0%. Hal ini

menunjukkan banyak responden yang mengalami depresi sedang. Hasil penelitian

Saragih (2008) di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan sindrom depresi

paling banyak terjadi pada penderita HIV/AIDS yaitu depresi sedang (34%). Tetapi

hasil penelitian Yaunin (2013) pula bertentangan dengan hasil penelitian ini karena

dalam hasil penelitian Yaunin terbanyak mengalami depresi ringan 45,8%. 25% pula

(53)

menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan

rumah tangga tetapi masih bisa melakukannya.

Selain itu, dalam hasil penelitian Yaunin (2013) didapatkan umur pasien HIV/AIDS yang mengalami gangguan depresi terbanyak adalah pada usia 30 - 39

tahun yaitu sebanyak 58,3% manakala untuk persentase yang terendah ditemukan

pada usia <20 tahun yaitu sebanyak 4,2%. Pada penelitian ini pula kategori umur

pasien yang banyak mengalami depresi adalah 26 – 35 tahun yaitu sebanyak 56%.

Hal ini sedikit berbeda dari penelitian Yaunin karena pasien HIV/AIDS yang paling

banyak datang ke Pusyansus RSUP Haji Adam Malik adalah dalam lingkungan umur

26 – 35 tahun. Menurut penelitian Ann N.Do (2014) mengenai “Excess Burden of

Depression among HIV/AIDS infected person receiving medical care in United States” pasien yang paling banyak mengalami depresi adalah pada kategori usia 25 –

35 tahun. Dalam penelitian tersebut mereka menjelaskan hal ini karena usia kategori

ini adalah orang dewasa. Oleh itu mereka lebih mengetahui dan menyadari

keburukkan penyakit HIV/AIDS dibandingkan dengan orang yang lebih muda dan

warga senior sehingga mereka datang ke rumah sakit untuk mendapatkan rawatan.

Berdasarkan tabel 5.4, mayoritasnya kaum lelaki yang mengalami depresi

yaitu 50%. Kebanyakkannya mengalami depresi sedang yaitu 79.3%. Menurut

penelitian Gibson (2010) mengenai “ Depression among patients attending a

HIV/AIDS outpatient clinic in Kingston, Jamaica” sebanyak 51% pasien HIV/AIDS

laki- laki mengalami depresi dan 43% daripada itu mengalami depresi sedang. 49%

pula adalah pasien perempuan dan 29% daripada mereka mengalami depresi sedang.

Manakala dalam penelitian ini, 42% adalah pasien perempuan dan 47.6% daripada

mereka mengalami depresi sedang. Ini mungkin kerana kebanyakkan pasien

HIV/AIDS adalah lelaki. Kaum lelaki lebih rentan mendapatkan penyakit HIV/AIDS

karena perlakuan yang tidak bermoral dan jumlah pasien perempuan yang datang ke

(54)

Berdasarkan status perkahwinan pasien pula, pasien yang belum menikah yang

mengalami depresi sedang adalah 69.2% dan 7.7% mengalami depresi berat. Pasien

yang telah menikah mengalami depresi sedang sebanyak 65.6%. Hasil penelitian

Saragih menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS yang paling banyak mengalami

depresi adalah yang belum menikah yaitu 58%. Dari literature dikatakan bahwa

gangguan depresi sering dialami individu yang tidak memiliki hubungan

interpersonal yang erat dibandingkan dengan yang sudah menikah. Depresi lebih

sering pada orang yang tinggal sendiri bila dibandingkan dengan yang tinggal

(55)

BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 50 pasien HIV/AIDS di Pusat

Pelayanan Khusus (Pusyansus) RSUP Haji Adam Malik Medan dapat disimpulkan

bahwa :

1. Kebanyakkan ODHA mengalami depresi. Seramai 36 orang (72%) mengalami

depresi.

2. Berdasarkan tingkat depresinya didapatkan: normal (28%), depresi ringan (2%),

depresi sedang (66%) dan depresi berat (4%).

3. Usia terbanyak mengalami depresi adalah pada usia 26 – 35 tahun (56%)

dimana mayoritas adalah depresi sedang yaitu (73.5%).

4. Sebanyak (50%) laki- laki mengalami depresi dan (79.3%) adalah

depresi sedang. Manakala sebanyak (22%) perempuan mengalami depresi dan

(47.6%) daripadanya adalah depresi sedang.

5. Mayoritas pasien yang belum nikah mengalami depresi sedang yaitu (69.2%) dan

yang telah menikah pula mengalami depresi sedang sebanyak (65.6%)

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Pelayanan Kedokteran

1. Dokter dapat memberikan konseling dan edukasi tidak hanya pada pasien namun

juga pada keluarga. Khususnya keluarga yang tidak memberikan dukungan secara

efektif pada pasien sehingga dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat

dan mengurangi tingkat depresi pasien.

2. Perlu dipertimbangkan adanya kerjasama antara Pusat Pelayanan Khusus

(56)

penatalaksanaan lebih lanjut dalam menanggapi tanda dan gejala depresi pada pasien

HIV/AIDS.

6.2.2 Bagi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi institusi

pendidikan untuk pengembangan ilmu medis. Khususnya aspek psikososial dan dapat

digunakan sebagai bahan referensi/bacaan bagi mahasiswa.

6.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang depresi pada pasien

(57)

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association , 2012 : HIV and clinical depression. In : HIV

mental health treatment issue. Diunduh dari

http://www.psychiatry.org/file%20library/practice/hiv/fact%20sheets/depression-2012.pdf [ Diakses : 16 Mei 2 015 ]

Ardhiyanti , 2015 : Konsep dasar HIV/AIDS. Di : Bahan Ajar Aids Pada Asuhan

Kebidanan. Edisi Pertama . Penerbit : Deepublish publisher, Yogyakarta. 7 – 13.

Diunduh dari :

https://books.google.com.my/books?id=ej_pCAAAQBAJ&pg=PT36&dq=patofisiolo

gi+hiv+aids&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q=patofisiologi%20hiv%20aids

&f=false [ Diakses : 14 Mei 2015]

Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014 : Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Diunduh dari : http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pd [ Diakses : 31 Maret 2015]

Ditjen PP & PL, Kemenkes RI , 2014 : Situasi dan Analisis HIV/ AIDS.

Diunduh dari :

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin%20AIDS.

pdf [ Diakses : 13 Mei 2015 ]

Ginting , 2011 : Hubungan konstruk kepimpinan dengan kualitas hidup penderita

Hiv/Aids di Rumah Sakit Rujukan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009. Diunduh

dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26765/3/Chapter%20II.pdf [

Diakses : 10 Mei 2015 ]

Kusuma , 2014 : Hubungan antara depresi dan dukungan keluarga dengan kualitas

(58)

Jakarta. Diunduh dari :

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282772-T-Henni%20Kusuma.pdf [ Diakses : 31 Maret 2015]

National Institute of Mental Health, 2010 : What is depression. Diunduh dari :

http://www.nimh.nih.gov/health/topics/depression/index.shtml [ Diakses : 25 April

2015]

National Institute of Mental Health, 2011 : Classification of depression. Diunduh

dari: http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/index.shtml?rf=32471

[Diakses : 3 Mei 2015 ]

Rossella , 2013 : Faktor – faktor berpengaruh terhadap harapan hidup 5 tahun pasien

HIV / AIDS di RSUP DR.Kariadi Semarang. Diunduh dari:

http://eprints.undip.ac.id/44074/3/3_BAB_II_.pdf [Diakses :14 Mei 2015 ]

Selvia Widyarsono , 2013 : Hubungan antara depresi dengan kualitas hidup aspek

sosial pada orang dengan HIV/AIDS. Diunduh dari:

http://repository.upi.edu/3220/4/S_PSI_0906860_CHAPTER1.pdf: [Diakses: 29

Maret 2015]

Siahaan, 2014 : Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan Terpadu

Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan. Diunduh

dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/40392 [Diakses : 1Mei 2015] Suman dua, 2012 : Depression level among HIV/AIDS patients . Diunduh dari:

http://isrj.org/ArchiveArticle.aspx?ArticleID=1276 [Diakses :31 Maret 2015]

Tamher , 2009 : Faktor resiko depresi. In : Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan

asuhan keperawatan. Penerbit : Salemba Medika. 53. Diunduh dari:

(59)

SzYD4BA&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=faktor%20resiko%20depresi&f=f

alse [Diakses: 5 Mei 2015 ]

Trisnapati, 2011 :Keefektifan pelatihan kebermaknaan hidup terhadap penurunan

tingkat depresi pada lansia dip anti werdha dharma bakti. Universitas Sebelas Maret,

Surakarta. Diunduh dari:

http://jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/wacana/article/view/21/21

[Diakses : 1Mei 2015]

World Health Organization, 2010 : Depression. Diunduh dari:

http://www.who.int/mental_health/management/depression/en/ [Diakses : 25 April

2015 ]

World Health Organization, 2014 : HIV Transmission . Diunduh dari:

http://www.who.int/features/qa/71/en/ [ Diakses : 10 Juni 2015 ]

Profil RSUP Haji Adam Malik, 2015 : Info RSUP HAM . Diunduh dari:

http://rsham.co.id/tentang [ Diakses : 28 November 2015 ]

Africa Centre for Health and Population Studies, South Africa, 2013 : Prevalence and correlates of depression among HIV-infected and -affected older people in rural South Africa. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3781323/

[ Diakses: 2 December 2015]

Yaunin, 2013: Kejadian Gangguan Depresi Pada Penderita HIV/AIDS Yang

Mengunjungi Poli VCT RSUP DR. M. Djamil Padang Periode Januari – September

2013. Diunduh dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/100 [

Diakses : 2 December 2015 ]

Saragih, 2008: Sindrom Depresif Pada Penderita HIV/AIDS Di RSUP Haji Adam

(60)

https://www.researchgate.net/publication/42324289_Sindrom_Depresif_Pada_Pender

ita_HIVAIDS_Di_RSUP_Haji_Adam_Malik_Medan [ Diakses : 3 December 2015]

Ann N. Do, 2014: Excess Burden of Depression among HIV-Infected Persons

Receiving Medical Care in the United States: Data from the Medical Monitoring Project and the Behavioral Risk Factor Surveillance System. Diunduh dari :

http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0092842 [ Diakses: 3

December 2015]

Gibson, 2010: Depression among patients attending a HIV/AIDS outpatient clinic in

Kingston, Jamaica. Diunduh dari:

(61)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIW AYAT HIDUP

Curriculum Vit ae

Data Pribadi

Nam a : Kart hika A/ P Rajasegaran

Tem pat / t anggal lahir : Selangor, M alaysia / 17-03-94

Alam at : Jalan Tanjong Rejo, Jalan Kem boja, Resident K, M edan.

Nom or Telepon : 087867277872

Orang Tua : - Ayah : Rajasegaran A/ L Ponniah

- Ibu : Alam elu A/ P Krishnasam y

Em ail : kart hikarajasegaran94@gm ail.com

Jenis kelam in : Perem puan

Warga Negara : M alaysia

Agam a : Hindu

Riwayat Pendidikan : Sekolah Kebangsaan Rawang, 48000 Rawang, Selangor

(2001 - 2006)

Sekolah M enengah Kebangsaan Raw ang, 48000 Raw ang, Selangor (2007 - 2011).

Gambar

Gambar 2.1. Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan
Gambar 2.2.  Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut
Gambar 2.4.  Jumlah kasus HIV yang dilaporkan per
Gambar 2.6.  Persentase kumulatif AIDS menurut jenis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menyampaikan informasi, Sekolah TARUNA TERPADU BOGOR masih menggunakan cara yang manual, hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penulisan ilmiah mengenai Pembuatan

We suggest a new data analysis technique that expands the time scope of the field long term monitoring of trees in arid environments and enable us to improve our understanding

[r]

GROUND DEFORMATION EXTRACTION USING VISIBLE IMAGES AND LIDAR DATA IN MINING AREAa. Wenmin Hu a,b , Lixin

[r]

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 28 Agustus 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada

Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini karni kirirnkan Pengumuman Pendaftaran Calon Pejabat Pimpinan Tinggi Pratarna Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya evaluasi dokumen penawaran dari perusahaan )€ng saudara pimpin, maka dengan ini kami mengundang saudara dalam kegiatan.. PembuKian