GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN HIV/AIDS DI PUSAT PELAYANAN KHUSUS RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
OLEH :
KARTHIKA A/P RAJASEGARAN 120100469
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN HIV/AIDS DI PUSAT PELAYANAN KHUSUS RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”
OLEH :
KARTHIKA A/P RAJASEGARAN 120100469
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Pendahuluan: Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai
dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. HIV adalah singkatan dari (Human Immunodeficiency Virus) , yaitu virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada
pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu metode non probability sampling dengan teknik Accidental sampling dengan jumlah sampel 50 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yaitu Beck Depression
Inventory (BPI) dimana pasien harus menjawab 21 soalan dan jawaban untuk setiap
soalan mempunyai nilai 0 hingga 3.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakkan pasien HIV/AIDS
mengalami depresi yaitu sebanyak 32 orang (64%). Usia terbanyak mengalami depresi adalah pada usia 26 – 35 tahun yaitu 34 orang (68%). Berdasarkan tingkat depresinya didapatkan: normal (36%), depresi ringan (2%), depresi sedang (58%) dan depresi berat (4%). Sebanyak (50%) laki- laki mengalami depresi dan perempuan pula hanya (22%). Mayoritasnya yang menikah mengalami depresi yaitu sebanyak (42%), (20%) yang belum nikah dan (10%) yang Janda/ Duda.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa kebanyakkan pasien HIV/AIDS mengalami
depresi. Ini mungkin karena tekanan hidup mereka yang tinggi. Dibutuhkan kerjasama bagian psikiatris untuk mengurangi depresi pada HIV/AIDS ini agar tidak dapat memburukkan lagi kondisi mereka.
ABSTRACT
Background: Depression is a serious mental disorder characterized by feelings of sadness and anxiety. This disorder usually disappears within a few days but can also sustained that can affect daily activities. HIV stands for (Human Immunodeficiency Virus), the virus that causes AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) by attacking white blood cells called CD4 cells, which can damage the human immune system.
Aim: The aim of the study is to describe the depression level among HIV / AIDS patients in “ Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan’.
Method: This study is a descriptive study with cross sectional design. The sampling technique used was non-probability sampling with accidental sampling method with a sample size of 50 respondents. Data collected by questionnaire that is Beck Depression Inventory (BPI) in which patients had to answer 21 questions and each question’s answer has a value of 0 to 3.
Results: The results of this study indicate that most HIV / AIDS patients experience depression as many as 32 people (64%). The most number of patients that is having depression is from the age category 26-35 years that is 34 people (68%). Based on the obtained degree of depression: normal patients are (36%), patients that is affected by mild depression is (2%), moderate depression are (58%) and major depression are (4%). (50%) of male experience depression while only (22%) of females having it. The majority were married patients as many as (42%), (20%) are unmarried and (10%) the widow / widower.
Conclusion: It is concluded that most HIV / AIDS patients suffering from depression. This is probably due to the high pressure of their lives. The psychiatric department should cooperate to reduce depression in HIV / AIDS patients so that it will not worsen their condition anymore.
BAB 3 KERANGKA OPERASIONAL DAN DEFINISI
OPERASIONAL.…. ……… 27
3.1 Kerangka Operasional Penelitian………. 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan
pada tahun 1987 hingga September 2014 ……….. 11
Gambar 2.2 Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut kelompok
umur pada tahun 2010 hingga September 2014.……….. 12
Gambar 2.3 Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut jenis kelamin
pada tahun 2008 hingga September 2014..……… 12
Gambar 2.4 Jumlah kasus HIV yang dilaporkan per Provinsi
dari tahun 1987 hingga September 2014………..…….. 13
Gambar 2.5 Persentase kumulatif AIDS yang dilaporkan menurut kelompok umur dari tahun 1987 hingga September 2014…..………. 13
Gambar 2.6 Persentase kumulatif AIDS menurut jenis kelamin
dari tahun 1987 hingga September 2014……… 14
Gambar 2.7 Sepuluh provinsi yang melaporkan jumlah kumulatif AIDS
terbanyak dari tahun 1987 sampai September 2014……… 14
Gambar 2.8 Case fatality Rate AIDS yang dilaporkan dari
tahun 2000 sampai September 2014………. 15
Gambar 2.9 Struktur Hiv……….. 16
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS……… 21
Tabel 2.2 Stadium Klinis HIV/AIDS menurut WHO………. 22
Tabel 2.3 Jenis obat HIV dan efek sampingnya……….. 25
Tabel 3.1 Definisi Operasional……… 27
Table 5.1 Karakteristik Responden………. 37
Tabel 5.2 Tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusyansus……….... 38
Tabel 5.3 Tingkat depresi berdasarkan kategori usia pasien HIV/AIDS……… 38
Tabel 5.4 Tingkat depresi menurut jenis kelamin………. 39
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup……… Lampiran 1
Lembar Penjelasan……….. Lampiran 2
Lembar Persetujuan………. Lampiran 3
Kuesioner………. Lampiran 4
Surat izin Meu ……… Lampiran 5
Surat Ethical clearance………. Lampiran 6
Surat izin RSUP HAM……….... Lampiran 7
Data induk penelitian ………. Lampiran 8
ABSTRAK
Pendahuluan: Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai
dengan perasaan sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. HIV adalah singkatan dari (Human Immunodeficiency Virus) , yaitu virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada
pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu metode non probability sampling dengan teknik Accidental sampling dengan jumlah sampel 50 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner yaitu Beck Depression
Inventory (BPI) dimana pasien harus menjawab 21 soalan dan jawaban untuk setiap
soalan mempunyai nilai 0 hingga 3.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakkan pasien HIV/AIDS
mengalami depresi yaitu sebanyak 32 orang (64%). Usia terbanyak mengalami depresi adalah pada usia 26 – 35 tahun yaitu 34 orang (68%). Berdasarkan tingkat depresinya didapatkan: normal (36%), depresi ringan (2%), depresi sedang (58%) dan depresi berat (4%). Sebanyak (50%) laki- laki mengalami depresi dan perempuan pula hanya (22%). Mayoritasnya yang menikah mengalami depresi yaitu sebanyak (42%), (20%) yang belum nikah dan (10%) yang Janda/ Duda.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa kebanyakkan pasien HIV/AIDS mengalami
depresi. Ini mungkin karena tekanan hidup mereka yang tinggi. Dibutuhkan kerjasama bagian psikiatris untuk mengurangi depresi pada HIV/AIDS ini agar tidak dapat memburukkan lagi kondisi mereka.
ABSTRACT
Background: Depression is a serious mental disorder characterized by feelings of sadness and anxiety. This disorder usually disappears within a few days but can also sustained that can affect daily activities. HIV stands for (Human Immunodeficiency Virus), the virus that causes AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) by attacking white blood cells called CD4 cells, which can damage the human immune system.
Aim: The aim of the study is to describe the depression level among HIV / AIDS patients in “ Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan’.
Method: This study is a descriptive study with cross sectional design. The sampling technique used was non-probability sampling with accidental sampling method with a sample size of 50 respondents. Data collected by questionnaire that is Beck Depression Inventory (BPI) in which patients had to answer 21 questions and each question’s answer has a value of 0 to 3.
Results: The results of this study indicate that most HIV / AIDS patients experience depression as many as 32 people (64%). The most number of patients that is having depression is from the age category 26-35 years that is 34 people (68%). Based on the obtained degree of depression: normal patients are (36%), patients that is affected by mild depression is (2%), moderate depression are (58%) and major depression are (4%). (50%) of male experience depression while only (22%) of females having it. The majority were married patients as many as (42%), (20%) are unmarried and (10%) the widow / widower.
Conclusion: It is concluded that most HIV / AIDS patients suffering from depression. This is probably due to the high pressure of their lives. The psychiatric department should cooperate to reduce depression in HIV / AIDS patients so that it will not worsen their condition anymore.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
HIV (Human Immunodeficiency Virus) /AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius.
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang dapat menular dan mematikan. Virus tersebut menyerang sistem kekebalan manusia dan ini akan menyebabkan individu yang terinfeksi tersebut mengalami penurunan daya tahan tubuh yang ekstrim sehingga mudah terjangkit penyakit-penyakit infeksi dan keganasan yang dapat menyebabkan kematian (Sunaryati, 2011 dalam Widyarsono, 2013).
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu melalui hubungan seksual dengan penghidap HIV/AIDS, ibu pada bayinya, melalui darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS, pemakaian alat kesehatan yang tidak steril, alat alat utk menoreh kulit dan penggunaaan jarum suntik secara bergantian. Hiv tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk,saputangan, toilet yang dipakai secara bersama-sama, berpelukan di pipi, berabat tangan, hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk dan hubungan sosial yang lain ( Nursalam, 2007).
Berdasarkan hasil Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan s/d September 2014 oleh Ditjen PP & PL Kemenkes RI, jumlah kasus HIV/AIDS yang dilaporkan 1 Januari s.d. 30 September 2014 adalah 24.745. Secara kumulatif kasus HIV/AIDS 1 April 1987 s.d . 30 September 2014, adalah 206.095 dan jumlah kematian adalah 9.796. Jumlah kasus jika menurut jenis kelamin adalah laki-laki sebesar 30.001 dan perempuan sedangkan 16.149. Jika menurut provinsi , jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara adalah 10,789. Jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS yang tertinggi di Indonesia dilaporkan di Jakarta yaitu 40.259.
Senada dengan David & Brian, Cichocki (2009) juga menemukan dalam studinya bahwa pasien HIV/AIDS sangat rentan mengalami tanda dan gejala depresi mulai ringan hingga berat. Gejala depresi ini dapat muncul seak 1 bulan setelah didiagnosa HIV yang selanutnya berkembang dan beralan secara fluktuatil seiring perjalanan penyakit. ( Kusuma , 2011)
Depresi adalah jenis gangguan mood ( menurut klasifikasi DSM - IV ) di mana orang mengalami perasaan sedih yang mendalam , kesepian dan seluruh dunia muram dan abu-abu . Sebenarnya ada empat set gejala depresi yaitu gejala emosional , gejala kognitif , gejala motivasi dan fisik atau gejala somatik ( Prasad, 2007 dalam Suman , 2012)
Depresi dapat berkontribusi pada penurunan kesehatan fisik dan mental yang menyebabkan seseorang malas untuk melakukan aktivitas self care harian secara rutin. Pada pasien HIV/AIDS , hal ini berpengaruh pada ketidakpatuhan pasien terhadap regimen terapi ARV dan obat obatan profilaksis serta hal lainnya yang ia perlukan untuk menjaga kesehatanan. Ditambah lagi nafsu makan yang berkurang, ketidakinginan untuk berolahlaga dan kesulitan tidur. Hal in dapat menyebabkan kondisi fisik yang semakin menurun sehingga akan memperberat penyakitnya ( Holmes, et al, 2007). Li, et al.(2009) juga menemukan pada penelitiannya bahwa perasaan depresi dapat menyebabkan pasien HIV/AIDS sungkan untuk mencari bantuan pengobatan, perawatan dan informasi tentang penanganan terhadap penyakinya yang pada akhirnya dapat memperparah kondisi kesehatannya. ( Kusuma, 2011)
Sesuai dengan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa ramai ODHA yang mengalami depresi dan ia akan semakin memperburuk kondisi kesehatan mereka. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ganbaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah gambaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jumlah pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus
RSUP Haji Adam Malik, Medan.
2. Untuk mengetahui proposi pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus
RSUP Haji Adam Malik, Medan yang mengalami depresi.
3. Untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS
berdasarkan usia, status perkhawinan dan jenis kelamin.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui gambaran tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusat
Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik sehingga dapat dilakukan
kerjasama dengan bagian psikiatri untuk penatalaksaannya.
2. Sebagai kesempatan untuk menambah pengalaman untuk mengaplikasikan
ilmu dalam hal melakukan penelitian dan juga sebagai pembelajaran bagi
peneliti mengenai tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS.
3. Dapat dipakai sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Depresi
2.1.1 Definisi
Depresi merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan perasaan
sedih dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi
dapat juga berkelanjutan yang dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National
Institute of Mental Health, 2010).
Depresi adalah gangguan mental yang umum , ditandai dengan kesedihan ,
kehilangan minat atau kesenangan , perasaan bersalah atau rendah diri , tidur
terganggu atau nafsu makan, perasaan kelelahan , dan kurang konsentrasi (World
Health Organization, 2010).
2.1.2 Etiologi
1. Faktor Biologis
Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin biogenic- seperti asam
5-hidroksiindolasetat (5-HIAA), asam homovanilat (HVA) dan 3
metoksi-4-hdroksifenilglikol (MHPG)- di dalam darah, urine dan cairan serebrospinalis pasien
dengan gangguan mood. Laporan data ini paling konsisten dengan hipotesisi bahwa
gangguan mood disebabkan oleh disregulasi heterogen amin biogenic. ( Siahaan,
2. Faktor Neurokimia
Neurotransmitter asam amino dan peptide neuro aktif telah dilibatkan dalam
patofiologi gangguan mood. Sejumlah peneliti telah mengajukan bahwa system
messengers kedua- seperti regulasi kalsium, adenilat siklase, dan fosfatidilinositol
dapat menjadi penyebab. Asam amino glutamate dan glisin tampaknya menjadi
neurotransmitter eksitasi utama pada system saraf pusat. Glutamat dan glisin
berikatan dengan reseptor N-Metil-D-Aspartat (NMDA), jika berlebihan dapat
memiliki efek neurotoksik. Hipokampus memiliki konsentrasi reseptor NMDA yang
tinggi sehingga mungkin jika glutamate bersama dengan hiperkortisolemia
memerantarai efek neurokognitif pada stress kronis. ( Siahaan, 2014).
3. Faktor Genetik
Faktor genetik yang signifikan terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola
pewarisan genetik terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Tidak hanya
menyingkirkan pengaruh psikososial tetapi faktor nongenetik mungkin memiliki
peranan kausatif didalam timbulnya gangguan mood pada beberapa orang.
Komponen genetik memiliki peranan yang bermakna didalam gangguan bipolar I
daripada gangguan depresi berat. ( Siahaan, 2014)
4. Faktor Psikososial
Peristiwa hidup dan penuh tekanan lebih sering timbul mendahului episode gangguan
mood yang megikuti. Stress yang menyertai episode pertama mengakibatkan
perubahan yang bertahan lama didalam biologi otak. perubahan yang bertahan lama
ini dapat menghasilkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan
system pemberian sinyal interaneuron, perubahan yang bahkan mencakup hilangnya
neuron dan berkurangnya kontak sinaps yang berlebihan. Akibatnya seseorang
stressor eksternal. Klinis lain menunjukkan bahwa peristiwa hidup hanya memegang
peranan terbatas dalam awitan dan waktu depresi. ( Siahaan, 2014 )
5. Faktor Kepribadian
Tidak ada satupun ciri bawaan atau jenis kepribadian yang secara khas merupakan
predisposisi seseorang mengalami depresi dibawah situasi yang sesuai. Orang dengan
gangguan kepribadian tertentu- objektif kompulsif, histrionic dan borderline-
mungkin memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada orang
dengan gangguan kepribadian antisocial atau paranoid. Gangguan kepribadian
paranoid dapat menggunakan mekanisme defense proyeksi dan mekanisme
eksternalisasi lainnya untuk melindungi diri mereka dari kemarahan didalam dirinya.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan kepribadian tertentu terkait
dengan timbulnya gangguan bipolar I dikemudian hari meskipun demikian, orang
dengan gangguan distemik dan siklotimik memiliki resiko gagguan depresi berat atau
gangguan bipolar I kemudian hari. ( Siahaan, 2014)
2.1.3 Gejala dan tingkat depresi
PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang
merujuk pada ICD- 10 ( International Classification Diagnostic 10) menyebutkan
gejala depresi menjadi gejala utama dan gejala lainnya seperti yang terurai di bawah
ini :
Gejala utama meliputi :
1. Perasaan depresif atau perasaan tertekan.
2. Kehilangan minat dan semangat.
Gejala lain meliputi :
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang.
2. Perasaan bersalah dan tidak berguna.
3. Tidur terganggu.
4. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.
5. Perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri.
6. Pesimistik.
7. Nafsu makan berkurang.
Berpedoman pada PPDGJ III yang rujuk pada ICD- 10 ( International
Classification Diagnostic 10), tingkat depresi dibedakan dalam depresi berat , sedang
dan ringan sesuai dengan banyak & beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi
kehidupan seseorang ( Maslim, 2001). Gejala yang dimaksudkan terdiri atas gejala
utama & gejala lainnya yaitu :
1. Ringan, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala depresi ditambah
dua dari gejala di atas ditambah dua dari gejala lainnya namun tidak boleh ada
gejala berat diantaranya. Lama periode depresi sekurang- kurangnya selama
dua minggu. Hanya sedikit kesulitan kegiatan sosial yang umum dilakukan.
2. Sedang, sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama depresi
seperti pada episode depresi ringan ditambah tiga atau empat dari gejala
lainnya. Lama episode depresi minimum dua minggu serta menghadaapi
kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial.
3. Berat, tanpa gejala psikotik yaitu semua tiga gejala utama harus ada ditambah
kurangnya empat dari gejala lainnya. Lama episode
sekurang-kurangnya dua minggu akan tetapi apabila gejala sangat berat dan onset
sangat cepat maka dibenarkan untuk menegakkan diagnosa dalam kurun
waktu dalam dua minggu. Orang sangat tidak mungkin akan mampu
meneruska kegiatan sosial, perkerjaan, urusan rumah tangga kecuali pada taraf
2.1.4 Klasifikasi
1. Gangguan depresi mayor
Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu
makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan aktivitas, kekurangan energi,
perasaan bersalah, dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya ±
2 minggu.
2. Gangguan dysthmic
Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala-gejala
dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun
atau lebih. Dysthmia bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan
depresi mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat berinteraksi
dengan aktivitas sehari-harinya.
3. Gangguan depresi minor
Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan
dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih
singkat.
Tipe-tipe lain dari gangguan depresi adalah:
4. Gangguan depresi psikotik
Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala, seperti: halusinasi
dan delusi.
5. Gangguan depresi musiman.
Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada
2.1.5 Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya depresi adalah sebagai
berikut :
1. Kehilangan / meninggal orang (objek) yang dicintai.
2. Sikap pesimistik
3. Kecenderungan berasumsi negative terhadap suatu pengalaman yang
mengecewakan.
4. Kehilangan integritas pribadi
5. Berpenyakit degenerative kronik, tanpa dukungan sosial yang adekuat.
( Tamher, 2009 )
2.1.6 Diagnosis
Beck Depression Inventory dibuat oleh dr.Aaron T. Beck, BDI merupakan
salah satu instrumen yang paling sering digunakan untuk mengukur derajat keparahan
depresi. Para responden akan mengisi 21 pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki skor
1 s/d 3, setelah responden menjawab semua pertanyaan kita dapat menjumlahkan skor
tersebut, Skor tertinggi adalah 63 jika responden mengisi 3 poin keseluruhan
pertanyaan. Skor terendah adalah 0 jika responden mengisi poin 0 pada keseluruhan
pertanyaan. Total dari keseluruhan akan menjelaskan derajat keparahan yang akan
2.2 HIV/AIDS
2.2.1 Definisi
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4
sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Gejala-gejala timbul
tergantung dari infeksi oportunistik yang menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi
oleh karena menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) yang disebabkan rusaknya
sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut. ( Depkes RI , 2003 dalam Ginting ,
2014 )
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh
makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya sistem
kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus
HIV. ( Depkes RI , 2003 dalam Ginting , 2014 )
2.2.2 Epidemiologi
Di Indonesia , HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun
1987. Hingga saat ini HIV/AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh
provinsi di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh
pemerintah berkerasama dengan berbagai lembaga di dalam negeri dan luar negeri.
Berikut ini ditampilkan situasi HIV/AIDS yang bersumber dari Ditjen PP-PL melalui
Gambar 2.1. Jumlah kasus HIV dan AIDS yang dilaporkan
pada tahun 1987 hingga September 2014.
Gambar 2.2. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut
kelompok umur pada tahun 2010 hingga September 2014.
( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)
Gambar 2.3. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut
jenis kelamin pada tahun 2008 hingga September 2014.
Gambar 2.4. Jumlah kasus HIV yang dilaporkan per
Provinsi dari tahun 1987 hingga September 2014.
( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)
Gambar 2.5. Persentase kumulatif AIDS yang dilaporkan menurut
kelompok umur dari tahun 1987 hingga September 2014.
Gambar 2.6. Persentase kumulatif AIDS menurut jenis
kelamin dari tahun 1987 hingga September 2014.
( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)
Gambar 2.7. Sepuluh provinsi yang melaporkan jumlah kumulatif AIDS
( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)
Gambar 2.8. Case fatality Rate AIDS yang dilaporkan
dari tahun 2000 sampai September 2014.
( Sumber : Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014)
2.2.3 Patofisiologi
1. Proses Replikasi HIV
(a) Struktur dan Materi Genetik HIV
Secara structural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang
dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar – melebar. Pada pusat
lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang merupakan
kompeonen fungsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu gag , pol, dan
env. Gag berarti grup antigen, pol mewakili polymerase dan env adalah
kepanjangan dari envelope. Gen gag mengode protein inti. Gen pol mengode
enzim reverse transcriptase, protase dan integracse. Gen env mengode
komponen structural HIV yang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang ada
dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif, vpu, dan vpr. (
Gambar 2.9. Struktur Hiv
(b) Siklus Hidup HIV
Sel pejamu yang terifeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek ; hal
ini berarti HIV secara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk
mereplikasi diri. Sebanyak 10 milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan
pertama HIV akan tertangkap oleh sel dendrit pada membrane mukosa dan kulit pada
24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi akan membuat alur ke nodus
limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah paparan,
dimana replikasi virus menjadi capat. Siklus hidup HIV dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
1. Masuk dan mengikat
2. Reverse transcriptase
3. Replikasi
4. Budding
(c) Proses Replikasi HIV
Sel CD4 berperan sebagai coordinator system imun, menjadi sasaran uatama
HIV. HIV merusak sel-sel CD4 sehingga system kekebalan tubuh menjadi porak –
poranda. Berbeda dengan bakteri, misalnya : Mycobacterium tuberculosis yang
berkembang – biak dengan membelah diri, maka HIV sebagai retrovirus butuh sel
hidup untuk memperbanyak dirinya. Sel yang adi sasaran adalah sel – sel CD4. HIV
akan menempel di sel CD4, memasuki dan menggunakannya sebagai mesin fotokopi
untuk memperbanyak diri. Replikasinya begitu cepat, bisa mencapai jutaan setiap
harinya, sekaligus merusakkan sel CD4 yang digunakan sebagai host atau inang.
Replikasi HIV di dalam sel CD4 terjadi melalui 7 tahap, yaitu :
1) HIV menempelkan diri (fusi) ke sel inang yang dalam hal ini adalah sel CD4.
2) Setelah berfusi, selanjutnya RNA HIV, enzim reverse transcriptase dan
integrase serta protein-protein virus lainnya memasuki sel inang ( CD4).
3) DNA Virus bergerak ke nucleus sel CD4 dan dengan bantuan enzim integrase
berintegrasi dengan DNA sel inang (CD4).
4) Virus RNA baru digunakan sebagai geom (genetic informasi) RNA untuk
membuat protein virus.
5) Virus RNA baru dan protein bergerak ke permukaan sel dan terbentuklah
virus muda yang baru.
6) Virus HIV baru dimatangkan oleh enzim protease yang dilepas dari protein
HIV, dan siap memasuki sel CD4 lainnya.
2.2.4 Stadium HIV/AIDS
Pembagian stadium :
a. Stadium pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan
serologis ketika antibody terhadap virus tersebut berubah dari negative
menadi positif. Rentang waktu seak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes
antibody terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window
period antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang dapat berlangung
sampai enam bulan.
b. Stadium kedua : Asimptomatik ( tanpa gejala )
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh
tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung sekitar 5-10
tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS tang tampak sehat ini sudah dapat
menularkan HIV kepada orang lain.
c. Stadium ketiga : pembesaran kelenar limfe secara menetap dan merata
(Persistent Generalized Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu
tempat saja dan berlangsung lebih dari satu bulan.
d. Stadium keempat : AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyaki
konstitusional, penyakit syaraf dan penyakit infeksi sekunder.
2.2.5 Penularan HIV/AIDS
HIV dapat ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui:
1. Darah (termasuk darah haid)
2. Air mani
3. Cairan vagina
4. ASI
Darah mengandung konsentrasi virus tertinggi, diikuti oleh air mani, cairan vagina,
diikuti oleh ASI. ( World Health Organization , 2014 )
Kegiatan yang dapat menyebabkan Penularan HIV adalah :
1. Kontak seksual tanpa pelindung :
Kontak darah langsung, termasuk jarum narkoba, suntikan, transfusi darah,
kecelakaan di layanan kesehatan atau produk darah tertentu. ( World Health
Organization, 2014 )
2. Ibu ke bayi :
Sebelum atau selama kelahiran, atau melalui ASI
3. Hubungan seksual (vaginal dan anal):
Dalam alat kelamin dan dubur, HIV dapat menginfeksi selaput lendir secara
langsung atau masuk melalui luka yang disebabkan saat berhubungan. (
World Health Organization, 2014 )
Mulut adalah sebuah lingkungan yang tidak ramah bagi HIV (dalam air mani,
cairan vagina atau darah), yang berarti risiko penularan HIV melalui
tenggorokan, gusi, dan mulut lebih rendah daripada melalui vagina atau
membran anal. Namun ada, kasus
yang didokumentasikan di mana HIV ditularkan secara lisan, jadi kita tidak
bisa mengatakan bahwa mendapatkan air mani yang terinfeksi HIV, cairan
vagina atau darah di mulut tanpa risiko. ( World Health Organization, 2014 )
5. Berbagi jarum suntik: Sebuah jarum suntik bisa lewat darah langsung dari
aliran darah satu orang ke orang lain. Ini adalah cara yang sangat efisien untuk
mengirimkan virus melalui darah. Berbagi jarum dianggap sebagai berisiko
tinggi. ( World Health Organization, 2014 )
2.2.6 Gejala Klinis
Tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita AIDS umumnya sulit
dibedakan karena bermula dari gejala klinis umum yang didapati pada penderita
penyakit lainnya. Secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastis
c. Demam yang sering dan berkeringat waktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru
2.2.7 Diagnosis dan Klasifikasi
Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis
WHO atau CDC. Di Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans
epidemiologi dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya
didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor.
Tabel 2.1. Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS.
1. Berat badan menurun >10% dalam 1 bulan
2. Diare kronik berlangsung >1 bulan
3. Demam berkepanjangan >1 bulan
4. Penurunan kesadaran
GEJALA MINOR
1. Dermatitis generalisata
2. Herpes Zooster multi-segmental dan berulang
3. Kandidiasis orofaringeal
4. Herpes simpleks kronis progresif
5. Limfadenopati generalisata
Stadium Gejala Klinis
I 1.Tidak ada penurunan berat badan
2. Tanpa gejala/ hanya Limfadenopati
II 1. Penurunan berat badan < 10%
2. ISPA berulang : sinusitis, otitis
media, tonsillitis dan faringitis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Luka di sekitar bibir
5. Ulkus mulut berulang
III 1. Penurunan berat badan >10%
2. Diare, demam yang tidak
diketahui penyebabnya >1 bulan
3. Kandidiasis oral atau Oral Hairy
Leukoplakia
4.TB Paru dalam 1 tahun terakhir
5. Limfadenitis TB
6. Infeksi bakterial yang berat:
IV 1. Sindroma Wasting (HIV)
2. Pneumoni Pneumocystis
3. Pneumonia Bakterial yang berat
berulang dalam 6 bulan
4. Kandidiasis esofagus
5. Herpes Simpleks Ulseratif >1
bulan
6. Limfoma
7. Sarkoma Kaposi
8. Kanker Serviks yang invasive
9. Retinitis CMV
10. TB Ekstra paru
11. Toksoplasmosis
2.2.8 Terapi HIV
Saat ini telah diketemukan obat untuk menghambat penggandaan virus yang
bekerja dengan berbagai cara sebagai berikut:
a. Obat anti HIV yang pertama adalah: Reverse Transcriptase Inhibitor
(RTI)
fungsinya menghalang penciptaan DNA virus dari RNA dengan
membuat sel tiruan yang mengganggu proses ini. Contoh obatnya:
Zidovudine, Didanosine,Zalcitabine, Stavudine, dan sebagainya.
b. Obat anti HIV yang juga mengganggu proses penciptaan DNA virus dari
RNA, Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (analog nonnukleosida/NNRTI), obat ini mengikat enzim reverse transciptase
dan menghalang kegiatannya. Contoh obatnya: Saquinavir,
Indinavir,Nelfinavir.
c. Protease inhibitor : Menghalang kegiatan protease, sebuah enzim yang
memotong rantai protein HIV menjadi protein tertentu yang diperlu untuk
merakit tiruan virus yang baru.
d. Attachment dan Fusion Inhibitor:
Mencegah pengikatan HIV pada sel.
e. Obat Antisense:
Obat yang mengikat pada virus untuk mencegah fungsinya.
2.3.1 Hubungan depresi dengan HIV/AIDS
Gangguan mood, terutama depresi , adalah komplikasi kejiwaan paling umum
yang terkait dengan penyakit HIV/AIDS. Studi menemukan orang dengan HIV/AIDS
memiliki dua kali risiko depresi dibandingkan mereka yang berisiko HIV tetapi tidak
sebenarnya terinfeksi.Depresi juga bisa menjadi konsekuensi dari cedera otak HIV
atau obat antiretroviral . Satu studi menemukan bahwa jumlah kumulatif prevelensi
depresi pada pasien HIV/AIDS adalah lebih dari 22%. (American Psychiatric
Association, 2012)
Banyak profesional perawatan kesehatan percaya bahwa diagnosis HIV/AIDS
akan menghasilkan depresi. Meskipun diagnosis pasti akan memicu kecemasan dan
kesusahan-kadang begitu parah itu merusak fungsi dan bahkan dapat menyebabkan
bunuh diri-ini jenis respons emosional-situasi tertentu adalah tidak sama dengan
depresi. Seseorang tertekan oleh diagnosis HIV/ AIDS mungkin memang
memerlukan pengobatan, yang paling mungkin untuk reaksi penyesuaian, tapi
tekanan akan menanggapi mendukung dan lain jenis psikoterapi daripada
obat-obatan. (American Psychiatric Association, 2012)
Sejumlah obat HIV juga dapat memiliki efek samping yang dapat menyebabkan
Tabel 2.3. Jenis obat HIV dan efek sampingnya
Obat HIV & Efek samping
Interleukin
- Depresi , disorientasi ,kebingungan dan koma
Steroid
- Mania atau depresi
Efavirenz (sustiva)
- Konsentrasi menurun,depresi , kegelisahan , mimpi buruk
Vinblastine
- Depresi , gangguan kognitif
AZT ( Retrovir , AZT )
- Mania , depresi
Interferon
- Neurasthenia sindrom kelelahan,depresi
Zalcitabine ( Hivid )
- Depresi , gangguan kognitif
BAB 3
KERANGKA OPERASIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Operasional
Gambar 3.1. Kerangka Operasional
Depresi
3.2 Definisi Operasional
3.2.1. Depresi
Definisi Operational: Depresi merupakan gangguan mental yang menyebabkan
penurunan mood dan ditandai dengan kecemasan dan
kesedihan.
Cara Ukur : Pengisian Kuesioner dengan cara angket.
Alat ukur : Kuesioner BDI
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : Dapat mengetahui tingkat depresi
1- 16 : Normal
17-20 : Depresi ringan
21-30 : Depresi sedang
31 dan keatas : Depresi berat
3.2.2 Usia
Definisi Operational: Usia responden berdasarkan tanggal lahir dihitung
sampai ulang tahun terakhir
Cara Ukur : Pengisian Kuesioner dengan cara angket.
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Interval
Hasil ukur : Pengambilan responden dari usia reproduktif yaitu dari
3.2.3 Jenis Kelamin
Definisi Operational : Jenis Kelamin Responden
Cara Ukur : Pengisian Kuesioner dengan cara angket.
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Norminal
Hasil ukur : Jenis kelamin responden dinyatakan dengan :
1 : laki-laki
2 : perempuan
3.2.4 Status Perkawinan
Definisi Operational : Status perkhawinan responden saat ini
Cara Ukur : Pengisian kuesioner dengan cara Angket
Alat Ukur : Kuesioner
Skala Ukur : Norminal
Dinyatakan dengan
1 : menikah
2 : tidak / belum menikah
3.2.5 HIV/AIDS
Definisi Operational : HIV merupakan suatu virus yang menyerang sel darah
putih dan merusakkan system imun dan AIDS merupakan
dampak daripada infeksi HIV.
Cara Ukur : Observasi
Alat Ukur : Rekam Medis
Skala Ukur : Norminal
Hasil Ukur : Responden di diagnosis dengan HIV/AIDS.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan desain
penelitian potong lintang ataupun yang disebutkan desain Cross Sectional. Penelitian
ini disebut studi deskriptif karena ingin mengetahui tingkat depresi pada pasien
HIV/AIDS yang datang ke Pusat Pelayanan Khusus Haji Adam Malik, Medan.
Penelitian ini merupakan desain Cross Sectional karena subyek diukur atau
dikumpulkan secara simultan yaitu pada waktu yang bersamaan.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik, Medan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian terdiri daripada tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap penyelesaian. Tahap persiapan merupakan tahap proses
persiapan proposal penelitian termasuk pelaksanaan proses penelitian awal. Tahap
pelaksanaan pula merangkumi konsultasi pelaksanaan, pengambilan data dan
menginterpretasi data yang diperoleh dan menyimpulkan hasil penelitian yang akan
dilakukan pada bulan September 2015 hingga November 2015. Tahap penyelesaian
merupakan tahap yang terakhir yaitu penulisan, ujian, revisi dan penyerahan hasil
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien yang memderita HIV/AIDS dari lingkungan umur 15 hingga 40 tahun yang datang ke Pusat Pelayanan Khusus Haji Adam Malik, Medan.
4.3.2 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode non probability sampling dengan teknik Accidental sampling. Accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan , yaitu siapa saja pasien HIV/ AIDS yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti saat dilakukan penelitian dapat menjadi sampel (responden) dan memiliki kriteria yang sudah ditetapkan.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
(a) Umur responden harus dalam lingkungan 15 tahun hingga 40 tahun.
(b) Responden harus mampu membaca dan memahami kuesioner yang diberikan.
(c) Bersedia untuk menjadi responden.
Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah :
(a) Responden yang tidak sadar.
Rumus Besar Sampel :
zα²PQ
d²
n = besar sampel
zα = tingkat kemaknaan yang ditetapkan peneliti ( peneliti menetapkan α = 0,05 dan zα penelitian ini sebesar 1,96)
p = Proposi kategori (dari literature didapatkan 22%)
Q = 1-p = 0,78
Maka jumlah subyek penelitian yang diperlukan untuk mengetahui proporsi depresi pada pasien HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
1,96².0,22. 0,78
0,12²
n = 45.7
Dengan demikian jumlah sampel pada penelitian ini dibulatkan jadi 50 orang.
4.3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
kuesioner berupa sejumlah pertanyaan tertulis. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada tinjauan teori yang telah dipaparkan oleh peneliti terhadap penelitiannya.
Sebelum kuesioner dikenalkan pada responden, instrument tersebut harus diuji coba dengan maksud untuk mendapat instrument yang baik, instrument ini harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel.
Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak di ukur dan instrument dikatakan reliable apabila digunakan beberepa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.
Kuesioner yang akan diberikan pada penelitian ini adalah Beck Depression
Inventory (BDI) dimana pasien harus menjawab 21 soalan dan jawaban untuk setiap
soalan mempunyai nilai 0 hingga 3. Jumlah kan semua jawabannya sesuai dengan nilai masing-masing. Jika jumlahnya lebih dari 21 maka pasien itu mempunyai depresi.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data primer yaitu kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh reponden untuk mengetahui tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS.
Adapun prosedur pengumpulan data yaitu dilakukan dengan langkah – langkah berikut :
Mengajukan permohonan izin pelaksaan penelitian pada instansi pendidikan.
Setelah medapatkan izin dari instansi pendidikan, kemudian mengajukan permohonan izin kepada Pusat Pelayanan Khusus Haji Adam Malik.
Memilih responden yang berkonsultasi di Pusat Pelayanan Khusus Haji Adam Malik, Medan yang memenuhi syarat atau kriteria sampel dan menjelaskan tuuan penelitian kepada responden serta meminta kesediannya untuk ikut serta dalam penelitian sebagai responden.
Setelah mendapat izin , maka meminta persetujuan responden menjadi responden secara sukarela, setelah responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetuuan (informed consent).
Menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden selanjutnya mempersilahkan responden untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur dan agar mengisi seluruh pertanyaan.
4.5 Pengolahan dan Analisis data
4.5.1 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul sebelum di analisa terlebih dahulu dilakukan hal-hal seperti berikut :
(a) Editing
Dilakukan untuk memeriksa data, memeriksa jawaban, memperjelas serta melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpul dan memeriksa kelengkapan dan kesalahan.
(b) Coding
Memberi kode jawaban responden sesuai dengan indicator pada kuesioner.
(c) Entry data
(d) Tabulating
Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan pergorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat di jumlah, disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisis.
4.5.2 Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan alat bentuk komputer dengan menggunakan program SPSS for windows versi 21.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik adalah unit pelaksana teknis
dilingkungan Kementerian Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Berlokasi di Jalan Bunga Lau no.
17 Kecamatan Medan Tuntungan. RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit
rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara,
Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Memiliki instalasi Rawat Jalan seluas 7000 m² yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat jalan. Salah satunya Pusat Pelayanan
Khusus (Pusyansus) merupakan pelayanan pertama di Sumatera Utara bagi orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mulai beroperasional tahun 2005 ( Profil RSUP
Haji Adam Malik, 2015 ).
Pusyansus menyediakan fasilitas VCT (Voluntary Counseling and Testing),
konselor, perawat, dokter, obat anti retroviral (ARV), hingga memiliki CST (Care
Support Treatment) untuk dukungan dan perawatan ODHA. Pemeriksaan yang
disediakan meliputi pemeriksaan dan pengobatan infeksi oportunistik, pemeriksaan
penunjang diagnostik, hingga program PMTCT (Program Mother To Child
Transmission) untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak ( Profil RSUP Haji
5.2 Hasil Penelitian
Table 5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%)
Usia
15 – 25 tahun 9 18.0
26 – 35 tahun 34 68.0
36 - 40 tahun 7 14.0
Jenis Kelamin
laki laki 29 58.0
perempuan 21 42.0
Status Perkawinan
menikah 32 64.0
belum menikah 13 26.0
janda/duda 5 10.0
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1, mayoritas responden berusia
dalam lingkungan yaitu 26-35 tahun seramai 34 orang (68%). Usia responden dari 15
– 25 tahun hanya 9 orang (18%) manakala responden yang berusia 36 – 40 adalah 7
orang (14.0%). Berdasarkan tabel hampir tidak ada perbedaan jumlah banyaknya
responden dalam jenis kelamin karena jumlah responden laki-laki adalah 29 orang
(58%) dan 21 orang (42%) adalah responden perempuan. Menurut status perkawinan
mayoritas responden telah menikah yaitu seramai 32 orang (64%) manakala yang
belum menikah adalah hanya 13 orang (26%). Responden yang janda/duda adalah
Tabel 5.2 Tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS di Pusyansus
Tingkat Depresi Frekuensi (n) Persentase (%)
Normal 14 28
Depresi ringan 1 2
Depresi sedang 33 66
Depresi berat 2 4
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4, mayoritas pasien HIV/AIDS
mengalami depresi. Hanya 28% yaitu 14 orang sahaja yang berada dalam kategori
normal. 33 orang (66%) mengalami depresi sedang. Hanya seorang (2%) yang
mengalami depresi ringan dan 2 orang (4%) yang mengalami depresi berat.
Tabel 5.3 Tingkat depresi berdasarkan kategori usia pasien HIV/AIDS
Kategori Normal Depresi ringan Depresi sedang Depresi berat Total
Usia (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%)
15 – 25 4 44.4 0 0 5 55.6 0 0 9 100
26 – 35 6 17.7 1 2.9 25 73.5 2 5.9 34 100
36 – 40 4 57.1 0 0 3 42.9 0 0 7 100
Berdasarkan tabel 5.3, tingkat depresi pada pasien HIV/AIDS menurut
kategori usia mereka adalah kategori usia 15 – 25 tahun terdapat 9 orang pasien
HIV/AIDS. 4 orang yaitu 44.4% dalam batas normal manakala 5 orang lagi yaitu
terdapat 34 orang dan 6 orang (17.7%) daripada itu adalah normal. Mayoritas dalam
kategori ini mengalami depresi sedang yaitu 25 orang ( 73.5%). Hanya seorang yang
mengalami depresi ringan dan 2 orang (5.9%) mengalami depresi berat pula.
Berdasarkan kategori usia 36 – 40 tahun , terdapat 7 orang pasien HIV/AIDS. 4 orang
(57.1%) adalah normal dan 3 orang (42.9%) mengalami depresi sedang.
Tabel 5.4 Tingkat depresi menurut jenis kelamin
Jenis Normal Depresi ringan Depresi sedang Depresi berat Total
Kelamin (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%)
laki laki 4 13.8 0 0 23 79.3 2 6.9 29 100
perempuan 10 47.6 1 4.8 10 47.6 0 0 21 100
Berdasarkan tabel 5.4 , kebanyakkan kaum laki – laki mengalami depresi
sedang yaitu sebanyak 23 orang (79.3%) dan depresi berat adalah 2 orang (6.9%).
Hanya 4 orang (13.8%) daripada 29 orang adalah normal. Untuk kaum perempuan
pula, 10 orang (47.6%) daripada 21 orang dalam batas normal. 10 orang (47.6%)
mengalami depresi sedang dan seorang mengalami depresi ringan.
Tabel 5.5 Tingkat depresi menurut status perkawinan
Status Normal Depresi ringan Depresi sedang Depresi berat Total
Perkawinan (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%)
Menikah 11 34.4 0 0 21 65.6 0 0 32 100
Belum menikah 3 23.1 0 0 9 69.2 1 7.7 13 100
Berdasarkan tabel 5.5, tingkat depresi pasien HIV/AIDS menurut status
perkawinan mereka adalah kebanyakkan pasien HIV/AIDS belum menikah
mengalami depresi sedang adalah 9 orang (69.2%), normal adalah 3 orang (23.1%)
dan seorang (7.7%) mengalami depresi berat. Selain itu, pasien yang telah menikah
mayoritas mengalami depresi sedang yaitu (65.6%) dan yang normal pula (34.4%).
5.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan dilakukan untuk
menjawab pertanyaan penelitian tentang gambaran tingkat depresi pasien HIV/AIDS
di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan.
Hasil penelitian pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pasien
HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus (Pusyansus) RSUP Haji Adam Malik Medan
mengalami depresi sebanyak 72%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Africa Centre
for Health and Population Studies, University of KwaZulu-Natal, Somkhele, South Africa mengenai Prevalensi dan korelasi depresi terhadap pasien terinfeksi HIV di
pedesaan Afrika Selatan yang didapatkan dari 422 responden sebanyak 52 %
mengalami depresi. Hasil penelitian diperkuat oleh penelitian Yaunin (2013) di Poli
VCT RSUP Dr. M. Djamil Padang yang menunjukkan bahwa sebanyak 55.8% pasien
HIV/AIDS mengalami gangguan depresi.
Jika melihat data kategori depresi pada tabel 5.2, mayoritasnya adalah depresi
sedang 66% , 4.0% depresi berat dan depresi ringan sebanyak 2.0%. Hal ini
menunjukkan banyak responden yang mengalami depresi sedang. Hasil penelitian
Saragih (2008) di RSUP Haji Adam Malik Medan menunjukkan sindrom depresi
paling banyak terjadi pada penderita HIV/AIDS yaitu depresi sedang (34%). Tetapi
hasil penelitian Yaunin (2013) pula bertentangan dengan hasil penelitian ini karena
dalam hasil penelitian Yaunin terbanyak mengalami depresi ringan 45,8%. 25% pula
menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan
rumah tangga tetapi masih bisa melakukannya.
Selain itu, dalam hasil penelitian Yaunin (2013) didapatkan umur pasien HIV/AIDS yang mengalami gangguan depresi terbanyak adalah pada usia 30 - 39
tahun yaitu sebanyak 58,3% manakala untuk persentase yang terendah ditemukan
pada usia <20 tahun yaitu sebanyak 4,2%. Pada penelitian ini pula kategori umur
pasien yang banyak mengalami depresi adalah 26 – 35 tahun yaitu sebanyak 56%.
Hal ini sedikit berbeda dari penelitian Yaunin karena pasien HIV/AIDS yang paling
banyak datang ke Pusyansus RSUP Haji Adam Malik adalah dalam lingkungan umur
26 – 35 tahun. Menurut penelitian Ann N.Do (2014) mengenai “Excess Burden of
Depression among HIV/AIDS infected person receiving medical care in United States” pasien yang paling banyak mengalami depresi adalah pada kategori usia 25 –
35 tahun. Dalam penelitian tersebut mereka menjelaskan hal ini karena usia kategori
ini adalah orang dewasa. Oleh itu mereka lebih mengetahui dan menyadari
keburukkan penyakit HIV/AIDS dibandingkan dengan orang yang lebih muda dan
warga senior sehingga mereka datang ke rumah sakit untuk mendapatkan rawatan.
Berdasarkan tabel 5.4, mayoritasnya kaum lelaki yang mengalami depresi
yaitu 50%. Kebanyakkannya mengalami depresi sedang yaitu 79.3%. Menurut
penelitian Gibson (2010) mengenai “ Depression among patients attending a
HIV/AIDS outpatient clinic in Kingston, Jamaica” sebanyak 51% pasien HIV/AIDS
laki- laki mengalami depresi dan 43% daripada itu mengalami depresi sedang. 49%
pula adalah pasien perempuan dan 29% daripada mereka mengalami depresi sedang.
Manakala dalam penelitian ini, 42% adalah pasien perempuan dan 47.6% daripada
mereka mengalami depresi sedang. Ini mungkin kerana kebanyakkan pasien
HIV/AIDS adalah lelaki. Kaum lelaki lebih rentan mendapatkan penyakit HIV/AIDS
karena perlakuan yang tidak bermoral dan jumlah pasien perempuan yang datang ke
Berdasarkan status perkahwinan pasien pula, pasien yang belum menikah yang
mengalami depresi sedang adalah 69.2% dan 7.7% mengalami depresi berat. Pasien
yang telah menikah mengalami depresi sedang sebanyak 65.6%. Hasil penelitian
Saragih menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS yang paling banyak mengalami
depresi adalah yang belum menikah yaitu 58%. Dari literature dikatakan bahwa
gangguan depresi sering dialami individu yang tidak memiliki hubungan
interpersonal yang erat dibandingkan dengan yang sudah menikah. Depresi lebih
sering pada orang yang tinggal sendiri bila dibandingkan dengan yang tinggal
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 50 pasien HIV/AIDS di Pusat
Pelayanan Khusus (Pusyansus) RSUP Haji Adam Malik Medan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Kebanyakkan ODHA mengalami depresi. Seramai 36 orang (72%) mengalami
depresi.
2. Berdasarkan tingkat depresinya didapatkan: normal (28%), depresi ringan (2%),
depresi sedang (66%) dan depresi berat (4%).
3. Usia terbanyak mengalami depresi adalah pada usia 26 – 35 tahun (56%)
dimana mayoritas adalah depresi sedang yaitu (73.5%).
4. Sebanyak (50%) laki- laki mengalami depresi dan (79.3%) adalah
depresi sedang. Manakala sebanyak (22%) perempuan mengalami depresi dan
(47.6%) daripadanya adalah depresi sedang.
5. Mayoritas pasien yang belum nikah mengalami depresi sedang yaitu (69.2%) dan
yang telah menikah pula mengalami depresi sedang sebanyak (65.6%)
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pelayanan Kedokteran
1. Dokter dapat memberikan konseling dan edukasi tidak hanya pada pasien namun
juga pada keluarga. Khususnya keluarga yang tidak memberikan dukungan secara
efektif pada pasien sehingga dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat
dan mengurangi tingkat depresi pasien.
2. Perlu dipertimbangkan adanya kerjasama antara Pusat Pelayanan Khusus
penatalaksanaan lebih lanjut dalam menanggapi tanda dan gejala depresi pada pasien
HIV/AIDS.
6.2.2 Bagi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi institusi
pendidikan untuk pengembangan ilmu medis. Khususnya aspek psikososial dan dapat
digunakan sebagai bahan referensi/bacaan bagi mahasiswa.
6.2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang depresi pada pasien
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association , 2012 : HIV and clinical depression. In : HIV
mental health treatment issue. Diunduh dari
http://www.psychiatry.org/file%20library/practice/hiv/fact%20sheets/depression-2012.pdf [ Diakses : 16 Mei 2 015 ]
Ardhiyanti , 2015 : Konsep dasar HIV/AIDS. Di : Bahan Ajar Aids Pada Asuhan
Kebidanan. Edisi Pertama . Penerbit : Deepublish publisher, Yogyakarta. 7 – 13.
Diunduh dari :
https://books.google.com.my/books?id=ej_pCAAAQBAJ&pg=PT36&dq=patofisiolo
gi+hiv+aids&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q=patofisiologi%20hiv%20aids
&f=false [ Diakses : 14 Mei 2015]
Ditjen PP & PL Kemenkes RI , 2014 : Statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia.
Diunduh dari : http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pd [ Diakses : 31 Maret 2015]
Ditjen PP & PL, Kemenkes RI , 2014 : Situasi dan Analisis HIV/ AIDS.
Diunduh dari :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin%20AIDS.
pdf [ Diakses : 13 Mei 2015 ]
Ginting , 2011 : Hubungan konstruk kepimpinan dengan kualitas hidup penderita
Hiv/Aids di Rumah Sakit Rujukan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009. Diunduh
dari : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26765/3/Chapter%20II.pdf [
Diakses : 10 Mei 2015 ]
Kusuma , 2014 : Hubungan antara depresi dan dukungan keluarga dengan kualitas
Jakarta. Diunduh dari :
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282772-T-Henni%20Kusuma.pdf [ Diakses : 31 Maret 2015]
National Institute of Mental Health, 2010 : What is depression. Diunduh dari :
http://www.nimh.nih.gov/health/topics/depression/index.shtml [ Diakses : 25 April
2015]
National Institute of Mental Health, 2011 : Classification of depression. Diunduh
dari: http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/index.shtml?rf=32471
[Diakses : 3 Mei 2015 ]
Rossella , 2013 : Faktor – faktor berpengaruh terhadap harapan hidup 5 tahun pasien
HIV / AIDS di RSUP DR.Kariadi Semarang. Diunduh dari:
http://eprints.undip.ac.id/44074/3/3_BAB_II_.pdf [Diakses :14 Mei 2015 ]
Selvia Widyarsono , 2013 : Hubungan antara depresi dengan kualitas hidup aspek
sosial pada orang dengan HIV/AIDS. Diunduh dari:
http://repository.upi.edu/3220/4/S_PSI_0906860_CHAPTER1.pdf: [Diakses: 29
Maret 2015]
Siahaan, 2014 : Gambaran Tingkat Depresi pada Lansia di Unit Pelayanan Terpadu
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan. Diunduh
dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/40392 [Diakses : 1Mei 2015] Suman dua, 2012 : Depression level among HIV/AIDS patients . Diunduh dari:
http://isrj.org/ArchiveArticle.aspx?ArticleID=1276 [Diakses :31 Maret 2015]
Tamher , 2009 : Faktor resiko depresi. In : Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan. Penerbit : Salemba Medika. 53. Diunduh dari:
SzYD4BA&ved=0CBsQ6AEwAA#v=onepage&q=faktor%20resiko%20depresi&f=f
alse [Diakses: 5 Mei 2015 ]
Trisnapati, 2011 :Keefektifan pelatihan kebermaknaan hidup terhadap penurunan
tingkat depresi pada lansia dip anti werdha dharma bakti. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta. Diunduh dari:
http://jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/wacana/article/view/21/21
[Diakses : 1Mei 2015]
World Health Organization, 2010 : Depression. Diunduh dari:
http://www.who.int/mental_health/management/depression/en/ [Diakses : 25 April
2015 ]
World Health Organization, 2014 : HIV Transmission . Diunduh dari:
http://www.who.int/features/qa/71/en/ [ Diakses : 10 Juni 2015 ]
Profil RSUP Haji Adam Malik, 2015 : Info RSUP HAM . Diunduh dari:
http://rsham.co.id/tentang [ Diakses : 28 November 2015 ]
Africa Centre for Health and Population Studies, South Africa, 2013 : Prevalence and correlates of depression among HIV-infected and -affected older people in rural South Africa. Diunduh dari: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3781323/
[ Diakses: 2 December 2015]
Yaunin, 2013: Kejadian Gangguan Depresi Pada Penderita HIV/AIDS Yang
Mengunjungi Poli VCT RSUP DR. M. Djamil Padang Periode Januari – September
2013. Diunduh dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/100 [
Diakses : 2 December 2015 ]
Saragih, 2008: Sindrom Depresif Pada Penderita HIV/AIDS Di RSUP Haji Adam
https://www.researchgate.net/publication/42324289_Sindrom_Depresif_Pada_Pender
ita_HIVAIDS_Di_RSUP_Haji_Adam_Malik_Medan [ Diakses : 3 December 2015]
Ann N. Do, 2014: Excess Burden of Depression among HIV-Infected Persons
Receiving Medical Care in the United States: Data from the Medical Monitoring Project and the Behavioral Risk Factor Surveillance System. Diunduh dari :
http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0092842 [ Diakses: 3
December 2015]
Gibson, 2010: Depression among patients attending a HIV/AIDS outpatient clinic in
Kingston, Jamaica. Diunduh dari:
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIW AYAT HIDUP
Curriculum Vit ae
Data Pribadi
Nam a : Kart hika A/ P Rajasegaran
Tem pat / t anggal lahir : Selangor, M alaysia / 17-03-94
Alam at : Jalan Tanjong Rejo, Jalan Kem boja, Resident K, M edan.
Nom or Telepon : 087867277872
Orang Tua : - Ayah : Rajasegaran A/ L Ponniah
- Ibu : Alam elu A/ P Krishnasam y
Em ail : kart hikarajasegaran94@gm ail.com
Jenis kelam in : Perem puan
Warga Negara : M alaysia
Agam a : Hindu
Riwayat Pendidikan : Sekolah Kebangsaan Rawang, 48000 Rawang, Selangor
(2001 - 2006)
Sekolah M enengah Kebangsaan Raw ang, 48000 Raw ang, Selangor (2007 - 2011).