• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Orientasi Fashion Wanita Di Jabodetabek Menggunakan Korespondensi Berganda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Orientasi Fashion Wanita Di Jabodetabek Menggunakan Korespondensi Berganda"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ORIENTASI

FASHION

WANITA DI JABODETABEK

MENGGUNAKAN KORESPONDENSI BERGANDA

YOHANES BELLA KURNIAWAN

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Orientasi Fashion Wanita di Jabodetabek menggunakan Korespondensi Berganda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

YOHANES BELLA KURNIAWAN. Analisis Orientasi Fashion Wanita di Jabodetabek Menggunakan Korespondensi Berganda. Dibimbing oleh ANIK DJURAIDAH dan ANANG KURNIA.

Wanita memiliki lima jenis orientasi fashion, yaitu indifferent, communication oriented, value oriented, achievement oriented, dan flasher. Orientasi fashion ini dipengaruhi oleh perilaku belanja dan karakteristik wanita. Identifikasi hubungan antara ketiga aspek tersebut dapat dilakukan dengan analisis korespondensi berganda. Hasil identifikasi ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan strategi pembuatan produk dan strategi pemasaran yang sesuai. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara orientasi fashion, perilaku belanja, dan karakteristik wanita di Jabodetabek. Peubah-peubah yang berasosiasi dengan orientasi fashion adalah frekuensi belanja pakaian dan tas, daya beli pakaian dan tas, pendidikan terakhir, pendapatan dan konsumsi pribadi, dan frekuensi akses internet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa segmen value oriented dan achievement oriented memiliki daya beli yang tinggi, namun frekuensi belanja segmen achievement oriented tergolong rendah dibanding segmen value oriented yang memiliki frekuensi belanja tinggi. Segmen indifferent, flasher, dan communication oriented memiliki daya beli yang rendah walaupun segmen communication oriented memiliki frekuensi belanja tinggi, sedangkan segmen indifferent dan flasher memiliki frekuensi belanja rendah.

(5)

ABSTRACT

YOHANES BELLA KURNIAWAN. Fashion Orientation Analysis of Women in Greater Jakarta Using Multiple Correspondence Analysis. Supervised by ANIK DJURAIDAH and ANANG KURNIA.

Women have five kind of fashion orientations, those are indifferent, communication oriented, value oriented, achievement oriented, and flasher. This fashion orientations are influenced by purchase behavior and women characteristic. The relationship among these three aspects can be performed with multiple correspondence analysis. The result of this identification can be utilized to determine the appropriate production and marketing strategy. The purpose of this research is identification of the relationship between fashion orientation, purchase behavior, and women characteristic in Greater Jakarta. Variables associated with fashion orientation are purchase frequency of outwear and bag, purchase ability of outwear and bag, last education, personal income and consumption, and frequency of accessing internet. This research shows that segment of value oriented and achievement oriented have high purchase ability, but purchase frequency of achievement oriented is relatively low compared to value oriented which have high purchase frequency. Segment of indifferent, flasher, and communication oriented have low purchase ability despite communication oriented has high purchase frequency, while indifferent and flasher has lower purchase frequency.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika

pada

Departemen Statistika

ANALISIS ORIENTASI

FASHION

WANITA DI JABODETABEK

MENGGUNAKAN KORESPONDENSI BERGANDA

YOHANES BELLA KURNIAWAN

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga penulis telah berhasil menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Analisis Orientasi Fashion Wanita di Jabodetabek Menggunakan Korespondensi Berganda.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anik Djuraidah dan Bapak Dr Anang Kurnia selaku pembimbing, Bapak Dr Farit M Affendi sebagai penguji luar komisi, serta perusahaan riset pemasaran Pixel Research terutama Bapak Dudi Darmadi yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, adik, keluarga besar, sahabat, dan teman-teman atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Data 2

Prosedur Analisis Data 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Gambaran Umum Wanita di Jabodetabek 4

Peubah yang Berasosiasi dengan Orientasi Fesyen 8

Korespondensi Berganda untuk Orientasi Fesyen 9

Kategori Penciri, Strategi Pembuatan Produk, dan Strategi Pemasaran 12

SIMPULAN 15

Simpulan 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 17

(12)

DAFTAR TABEL

1 Hasil uji asosiasi antara orientasi fesyen dengan 12 peubah lainnya 9 2 Kategori penciri, strategi pembuatan produk, dan strategi pemasaran

untuk setiap orientasi fesyen 13

DAFTAR GAMBAR

1 Persentase kategori dalam peubah orientasi fesyen 5 2 Persentase kategori dalam peubah frekuensi belanja pakaian 5 3 Persentase kategori dalam peubah frekuensi belanja tas 6 4 Persentase kategori dalam peubah daya beli pakaian 6 5 Persentase kategori dalam peubah daya beli tas 7 6 Persentase kategori dalam peubah pendapatan bulanan pribadi 8 7 Persentase kategori dalam peubah konsumsi bulanan pribadi 8

8 Plot korespondensi berganda 10

9 Sumbu-1 menggambarkan daya beli dan karakteristik 11 10 Sumbu-2 menggambarkan orientasi fesyen dan frekuensi belanja 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar peubah dan kategori 17

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan gaya fashion (selanjutnya ditulis dengan fesyen) berdampak pada perilaku masyarakat dalam merespon setiap tren fesyen. Masyarakat memiliki orientasi fesyen yang berbeda-beda dan berdampak pada kebutuhan terhadap produk yang sesuai dengan perilaku belanja dan karakteristik mereka. Laju konsumsi, perkembangan sistem informasi, dan arus globalisasi yang terus meningkat turut berperan dalam penyebaran tren fesyen. Informasi mengenai orientasi fesyen pada masyarakat Jabodetabek bermanfaat bagi produsen dalam pengembangan usaha di daerah lain di Indonesia.

Orientasi fesyen dari suatu individu ditentukan berdasarkan 45 pernyataan mengenai sikap dan kebiasaan individu dalam hal fesyen. Pernyataan-pernyataan ini kemudian dianalisis sehingga menghasilkan 5 segmen orientasi fesyen. Segmen-segmen hasil penelitian Pixel Research pada tahun 2013 ini diperoleh berdasarkan konferensi ESOMAR Asia Pasifik (Ma 2004). Segmen pertama adalah indifferent. Segmen ini tidak terlalu memperdulikan cara berpenampilan dan cukup nyaman dengan gaya fesyen mereka sendiri. Segmen kedua adalah communication oriented. Segmen ini senang berkomunikasi mengenai orang lain atau barang-barang yang mereka suka. Mereka sering mengakses berbagai jenis media serta senang membagikan berita kepada teman-temannya. Segmen ketiga adalah value oriented. Segmen ini merasa dirinya bebas berekspresi dan biasa mengikuti tren fesyen yang ada. Segmen keempat adalah achievement oriented. Segmen ini berusaha untuk menjadi yang terbaik dan cenderung menjadi penentu tren fesyen. Segmen yang kelima adalah flasher. Segmen ini hanya berbelanja produk fesyen saat ada diskon. Penggunaan plot pada penelitian terhadap orientasi fesyen merupakan salah satu cara yang mudah dimengerti dalam menggambarkan hubungan antara peubah-peubah kategorik yang ada. Analisis korespondensi berganda menghasilkan plot yang dapat digunakan untuk memetakan hubungan antara orientasi fesyen, perilaku belanja, dan karakteristik wanita. Produsen dapat mengetahui karakteristik dan perilaku belanja dari setiap orientasi fesyen menggunakan analisis ini. Strategi pembuatan produk dan strategi pemasaran yang sesuai juga dapat memberikan keuntungan bagi produsen dalam menjalankan usahanya.

(14)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menentukan peubah-peubah yang berasosiasi dengan orientasi fesyen menggunakan uji asosiasi

2. Mengidentifikasi perilaku belanja dan karakteristik setiap orientasi fesyen berdasarkan plot korespondensi berganda

3. Memberikan strategi pembuatan produk dan strategi pemasaran yang sesuai dengan perilaku belanja dan karakteristik setiap orientasi fesyen.

METODE

Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dari survei yang dilakukan oleh lembaga riset pemasaran Pixel Research pada bulan Mei sampai Juni 2013. Sebagian kelurahan di Jabodetabek dijadikan sampel melalui teknik penarikan contoh acak sederhana. Kemudian dalam setiap kelurahan sampel dipilih beberapa rumah tangga berdasarkan teknik penarikan contoh acak sistematik. Proses wawancara dilakukan terhadap responden dalam rumah tangga yang dijadikan sampel. Proses seleksi data hasil wawancara dilakukan setelah proses wawancara selesai. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya berasal dari data hasil wawancara responden yang memenuhi kriteria tertentu saja. Kriteria responden yang dipilih adalah berasal dari Jabodetabek, berjenis kelamin perempuan, berusia 18 sampai 35 tahun, berasal dari kalangan sosial ekonomi menengah ke atas, dan mampu membeli pakaian atau tas dengan harga di atas Rp100.000 per unit. Responden yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 600 orang. Daftar peubah dan kategori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Prosedur Analisis Data

Tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan deskripsi awal pada data untuk mengetahui secara umum orientasi fesyen, perilaku belanja, dan karakteristik wanita menggunakan diagram batang. 2. Melakukan uji asosiasi untuk mengetahui peubah yang berasosiasi dengan orientasi fesyen. Uji asosiasi yang digunakan dalam penelitian in adalah uji kebebasan Khi-Kuadrat. Uji ini menggunakan tabel kontingensi dua peubah yang akan dilihat asosiasinya (Agresti 2002). Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:

H0: Tidak ada asosiasi antara dua peubah H1: Ada asosiasi antara dua peubah

Frekuensi harapan dari suatu tabel kontingensi dihitung dengan rumus

� =�.�.

(15)

3 Frekuensi teramati (� ) dan frekuensi harapan (� ) digunakan untuk menghitung suatu statistik � dengan rumus

� = ∑ ∑ [(� − � ) ] artinya ada asosiasi antara dua peubah dalam tabel kontingensi. Peubah orientasi fesyen dan peubah-peubah yang berasosiasi digunakan dalam analisis korespondensi berganda.

3. Melakukan analisis korespondensi berganda pada data. Analisis korespondensi berganda adalah metode visualisasi data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dan pola antara beberapa peubah yang bersifat kategorik (Greenacre 2006). Sasaran dari analisis korespondensi berganda adalah memperlihatkan data secara geometris dalam ruang berdimensi kecil (Le Roux 2010). Data yang digunakan dalam analisis korespondensi berganda berbentuk tabel berukuran

× dengan adalah banyaknya baris atau responden dan adalah banyaknya kolom atau peubah yang akan dianalisis. Tahapan yang dilakukan dalam analisis ini adalah:

a. Membentuk matriks indikator � dan matriks Burt (�). Matriks indikator biner � adalah matriks biner berukuran × dengan adalah banyaknya baris atau responden dan adalah banyaknya semua kategori dari seluruh peubah yang ada. Unsur-unsur pada matriks � pada baris ke- kolom ke- (� ) bernilai 1 jika individu ke- merupakan anggota dari kategori ke- dan bernilai 0 jika sebaliknya. Menurut Lebart et al. (1984), matriks Burt (�) adalah matriks hasil tabulasi silang dari semua kategori yang ada. Matriks Burt adalah matriks simetri dan semidefinit positif berukuran × yang dapat diperoleh dari matriks indikator � dengan rumus � = ���.

b. Membentuk matriks korespondensi � yang berisi unsur-unsur = /� dengan adalah unsur pada matriks Burt baris ke- kolom ke- dan � =

∑ ∑ . Vektor total baris � dibentuk dengan menjumlahkan setiap kolom dalam matriks �. Proses penguraian nilai singular dilakukan pada matriks sisaan baku � dengan unsur-unsur pada matriks � adalah yang dicari dari persamaan = ( − )/√ . Proses penguraian nilai singular ini

c. Menentukan kontribusi mutlak dan inersia terkoreksi. Kontribusi mutlak dipengaruhi oleh setiap koordinat dan digunakan untuk melihat proporsi keragaman masing-masing kategori terhadap pembentukan sumbu utama. Kontribusi mutlak kategori- pada sumbu utama-� diperoleh dengan rumus

(16)

4

dengan ∑ = .

Pengkodean suatu kategori dalam matriks indikator � menjadi beberapa kolom menyebabkan total inersia seakan-akan meningkat dan berdampak pada persentase inersia yang dijelaskan oleh 2 sumbu pertama yang seakan-akan menjadi lebih kecil. Kasus ini biasanya diselesaikan menggunseakan-akan inersia terkoreksi �� dalam persamaan

��� =

{

[ ( − ) (��− ) ] ��>

�� ≤

Persentase inersia terkoreksi didapat dari hasil pembagian inersia terkoreksi�� dengan total inersia terkoreksi �� yang diperoleh dari

4. Membuat plot korespondensi berganda berdimensi dua. Koordinat pada plot korespondensi berganda berdimensi dua adalah kolom pertama dan kedua dari matriks � (� dan � ). Kategori peubah dengan kontribusi mutlak terbesar pada masing-masing sumbu dihubungkan menggunakan garis putus-putus.

5. Menginterpretasikan kategori-kategori perilaku belanja dan karakteristik wanita yang sesuai untuk setiap orientasi fesyen. Plot korespondensi berganda diinterpretasi berdasarkan kedekatan antara titik-titik kategori pada sumbu yang sama di dalam plot (Abdi 2007). Interpretasi pada suatu sumbu dilakukan berdasarkan kategori dengan kontribusi mutlak yang dominan pada sumbu tersebut. Kedekatan antara kategori-kategori pada peubah yang berbeda menginterpretasikan bahwa kategori-kategori ini cenderung muncul bersamaan dalam pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Wanita di Jabodetabek

(17)

5

Gambar 1 Persentase kategori dalam peubah orientasi fesyen

Sebagian besar wanita berbelanja pakaian dengan frekuensi 1 sampai 2 bulan (fp2) sebesar 46,17%. Segmen communication berbelanja pakaian dengan frekuensi kurang dari 1 bulan (56,96%), sedangkan segmen achievement dan flasher berbelanja pakaian dengan frekuensi lebih dari 2 bulan (56,67% dan 71,25%), seperti yang terlihat pada Gambar 2. Sebagian besar wanita berbelanja tas dengan frekuensi lebih dari 6 bulan (ft3) yaitu 53,33%. Segmen communication berbelanja tas dengan frekuensi 3 sampai 6 bulan (43,04%). Gambar 3 memperlihatkan sangat sedikit persentase segmen achievement yang berbelanja tas dengan frekuensi kurang dari 3 bulan dan 3 sampai 6 bulan, yaitu masing-masing sebesar 10%.

(18)

6

Gambar 3 Persentase kategori dalam peubah frekuensi belanja tas

Sebagian besar wanita menghabiskan Rp200.001 sampai Rp400.000 untuk membeli satu unit pakaian dan tas dengan persentase 52,83% dan 57,83%. Gambar 4 memperlihatkan segmen flasher yang sebagian besar membeli 1 unit pakaian seharga hingga Rp200.000 (53,75%). Segmen achievement sebagian besar membeli 1 unit tas dengan harga Rp400.001 sampai Rp600.000 (50%), dan tidak ada yang membeli tas dengan harga hingga Rp200.000, seperti terlihat pada Gambar 5.

(19)

7

Gambar 5 Persentase kategori dalam peubah daya beli tas

Diagram batang bagi peubah usia, kelas sosial ekonomi, pendidikan terakhir, status perkawinan, pekerjaan, dan frekuensi akses internet terdapat pada Lampiran 2. Mayoritas wanita berusia 30 sampai 35 tahun (48,67%). Persentase wanita usia 30 sampai 35 tahun yang terbesar terdapat pada segmen achievement (70%) dan yang terkecil terdapat pada segmen flasher (42,5%). Mayoritas wanita memiliki kelas sosial ekonomi B (78,67%), pendidikan terakhir SMP/SMA/SMK (80,33%), dan status perkawinan sudah menikah (76,33%). Segmen achievement memiliki persentase pendidikan terakhir perguruan tinggi dan status perkawinan sudah menikah lebih besar dari segmen lain, berturut-turut sebesar 36,67% dan 83,33%.

Mayoritas wanita bekerja sebagai ibu rumah tangga (55,67%). Segmen indifferent dan flasher memiliki persentase pekerjaan profesional/wiraswasta yang lebih kecil dari segmen lainnya, yaitu 12,66% dan 10%. Segmen value dan achievement memiliki persentase pekerjaan pelajar/lainnya yang lebih kecil dari segmen lain yaitu 8,42% dan 3,33%. Sebagian besar wanita mengakses internet setiap hari (44,33%). Persentase frekuensi akses internet setiap hari terbesar terdapat pada segmen value (54,74%).

(20)

8

Gambar 6 Persentase kategori dalam peubah pendapatan bulanan pribadi

Gambar 7 Persentase kategori dalam peubah konsumsi bulanan pribadi

Peubah yang Berasosiasi dengan Orientasi Fesyen

(21)

9 Tabel 1 Hasil uji asosiasi antara orientasi fesyen dengan 12 peubah lainnya

Peubah yang diuji Nilai

Frekuensi belanja pakaian 160,170 8 0,000 Ada

Frekuensi belanja Tas 42,145 8 0,000 Ada

Pendapatan bulanan pribadi 20,254 12 0,062 Ada

Konsumsi bulanan pribadi 42,678 12 0,000 Ada

Frekuensi akses internet 29,497 8 0,000 Ada

Tabel 1 memperlihatkan 8 peubah yang berasosiasi dengan orientasi fesyen berdasarkan taraf nyata 10%. Terdapat 4 peubah dari aspek perilaku belanja dan 4 peubah dari aspek karakteristik wanita yang berasosiasi dengan orientasi fesyen. Peubah-perubah tersebut adalah frekuensi pembelian pakaian (fp), frekuensi pembelian tas (ft), daya beli pakaian (dp), daya beli tas (dt), pendidikan terakhir (e), pendapatan bulanan pribadi (ip), konsumsi bulanan pribadi (c), dan frekuensi akses internet (w). Peubah-peubah ini kemudian digunakan dalam analisis korespondensi berganda, bersama-sama dengan peubah orientasi fesyen.

Korespondensi Berganda untuk Orientasi Fesyen

(22)

10

Gambar 8 Plot korespondensi berganda

Peubah yang paling berpengaruh pada pembentukan sumbu-1 adalah daya beli tas (dt) dengan kontribusi mutlak sebesar 22,1%. Peubah yang paling berpengaruh pada pembentukan sumbu-2 adalah frekuensi belanja pakaian (fp) dengan kontribusi mutlak sebesar 29,5%. Karakteristik wanita secara umum dijelaskan oleh kategori peubah yang dekat dengan titik asal, misalnya orientasi fesyen indifferent (O1) dan daya beli pakaian Rp200.001 sampai Rp400.000 (dp2). Kategori dengan frekuensi kecil ditempatkan jauh dari titik asal, misalnya orientasi fesyen achievement oriented (O4) dan daya beli pakaian lebih dari Rp600.000 (dp4). Lampiran 5 menyajikan nilai koordinat dan kontribusi mutlak dari setiap kategori.

(23)

11 menjelaskan mengenai orientasi fesyen (O) dan frekuensi belanja produk fesyen (fp dan ft). Gambar 10 memperlihatkan bagian atas plot menggambarkan frekuensi belanja yang tinggi, sedangkan bagian bawah plot menggambarkan frekuensi belanja yang rendah. Orientasi fesyen dengan frekuensi belanja yang tinggi adalah communication oriented dan value oriented, sedangkan orientasi fesyen dengan frekuensi belanja yang rendah adalah indifferent, flasher, dan achievement oriented. Daya beli dan karakteristik suatu orientasi fesyen diinterpretasikan oleh sumbu-1, sedangkan frekuensi belanja suatu orientasi fesyen diinterpretasikan oleh sumbu-2.

(24)

12

Gambar 10 Sumbu-2 menggambarkan orientasi fesyen dan frekuensi belanja

Kategori Penciri, Strategi Pembuatan Produk, dan Strategi Pemasaran

(25)

13 Tabel 2 Kategori penciri, strategi pembuatan produk, dan strategi pemasaran

untuk setiap orientasi fesyen

Penciri Indifferent Communication Value Achievement Flasher

Frekuensi belanja Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah

 Pakaian 1-2 bulan < 1 bulan < 1 bulan > 2 bulan > 2 bulan

 Tas > 6 bulan < 3 bulan 3-6 bulan > 6 bulan > 6 bulan

Daya beli Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah

 Pakaian 200-400 ribu 200-400 ribu 400-600 ribu 400-600 ribu < 200 ribu

 Tas 200-400 ribu 200-400 ribu 400-600 ribu 400-600 ribu 200-400 ribu

Pendidikan terakhir SMP/SMA/SMK SMP/SMA/SMK Perguruan tinggi Perguruan tinggi SMP/SMA/SMK

Pendapatan < 1,5 juta 1,5-2,5 juta 2,5-3,5 juta > 3,5 juta < 1,5 juta

Konsumsi < 1,5 juta < 1,5 juta 1,5-2,5 juta 2,5-3,5 juta < 1,5 juta

Akses internet > seminggu Setiap hari Setiap hari 2-6 kali seminggu > seminggu

Strategi pembuatan

Strategi pemasaran  Diskon

 Paket

Orientasi Fesyen Indifferent

Orientasi fesyen indifferent mempunyai beberapa kategori penciri dari aspek perilaku belanja dan karakteristik wanita. Segmen ini berbelanja pakaian dengan frekuensi 1 sampai 2 bulan (fp2) dan berbelanja tas dengan frekuensi lebih dari 6 bulan (ft3). Daya beli pakaian dan tas pada segmen ini adalah Rp200.001 sampai Rp400.000 (dp2 dan dt2). Pendidikan terakhir pada segmen ini adalah SMP/SMA/SMK (e1). Segmen ini memiliki pendapatan dan konsumsi bulanan pribadi kurang dari Rp1.500.000 (ip1 dan c1) dan mengakses internet dengan frekuensi seminggu sekali atau lebih (w3).

(26)

14

Orientasi Fesyen Communication Oriented

Orientasi fesyen communication oriented mempunyai beberapa kategori penciri. Segmen ini berbelanja pakaian dengan frekuensi kurang dari 1 bulan (fp1) dan tas dengan frekuensi kurang dari 3 bulan (ft1). Segmen ini memiliki daya beli pakaian dan tas sebesar Rp200.001 sampai Rp400.000 (dp2 dan dt2). Segmen ini memiliki pendidikan terakhir SMP/SMA/SMK (e1), pendapatan bulanan pribadi Rp1.500.000 sampai Rp2.499.999 (ip2), konsumsi bulanan pribadi kurang dari Rp1.500.000 (c1), dan mengakses internet setiap hari (w1).

Strategi pembuatan produk yang sesuai untuk segmen ini adalah produk yang dibuat lebih beragam dan terbaru sesuai dengan tren fesyen yang ada karena segmen ini sangat sering berbelanja produk fesyen. Produk dibuat dengan harga yang cukup murah sesuai dengan daya beli yang cukup rendah. Produk sebaiknya dipasarkan juga melalui online shop dan media sosial karena segmen ini sering mengakses internet dan membagikan berita kepada teman-temannya.

Orientasi Fesyen Value Oriented

Wanita dengan orientasi fesyen value oriented berbelanja pakaian dengan frekuensi kurang dari 1 bulan (fp1) dan berbelanja tas dengan frekuensi 3 sampai 6 bulan (ft2). Daya beli pakaian dan tas pada segmen ini adalah Rp400.001 sampai Rp600.000 (up3 dan ut3). Pendidikan terakhir pada segmen ini adalah perguruan tinggi (e2). Segmen ini memiliki pendapatan bulanan pribadi Rp2.500.000 sampai Rp3.499.999 (ip3), konsumsi bulanan pribadi Rp1.500.000 sampai Rp2.499.999 (c2) dan mengakses internet setiap hari (w1).

Strategi pembuatan produk yang sesuai untuk segmen ini adalah produk yang dibuat dengan model yang beragam, bahan yang bagus, dan desain yang berkelas. Pendapatan dan konsumsi bulanan pribadi yang cukup tinggi menjadikan daya beli yang cukup tinggi terhadap produk fesyen. Pemasaran produk melalui online shop sangat efektif untuk segmen ini karena segmen ini memiliki frekuensi akses internet yang tinggi, yaitu setiap hari. Pemasaran melalui factory outlet juga disarankan untuk produk yang beragam.

Orientasi Fesyen Achievement Oriented

Wanita dengan orientasi fesyen achievement oriented (O4) membeli produk fesyen dengan frekuensi lebih dari 2 bulan sekali pada pakaian (fp3) dan lebih dari 6 bulan sekali pada tas (ft3). Daya beli pada segmen ini untuk pakaian dan tas adalah Rp400.001 sampai Rp600.000 (dp3 dan dt3). Segmen ini memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi (e2), pendapatan bulanan pribadi Rp3.500.000 atau lebih (ip4), konsumsi bulanan pribadi Rp2.500.000 sampai Rp3.499.999 (c3), dan frekuensi akses internet 2-6 kali seminggu (w2).

(27)

15 Orientasi Fesyen Flasher

Wanita dengan orientasi fesyen flasher berbelanja pakaian dengan frekuensi lebih dari 2 bulan (fp3) dan berbelanja tas dengan frekuensi lebih dari 6 bulan (ft3). Daya beli pakaian pada segmen ini sebesar hingga Rp200.000 (dp1) dan daya beli tas sebesar Rp200.001 sampai Rp400.000 (dt2). Segmen ini memiliki pendidikan terakhir SMP/SMA/SMK (e1), pendapatan dan konsumsi bulanan pribadi kurang dari Rp1.500.000 (ip1 dan c1), dan akses internet dengan frekuensi sekali seminggu atau kurang (w3).

Strategi pembuatan produk yang sesuai untuk segmen ini adalah produk dengan harga yang terjangkau dan awet karena segmen ini memiliki daya beli yang rendah dan jarang membeli produk fesyen. Promosi insentif jangka pendek seperti diskon harga atau paket produk perlu dilakukan untuk menarik minat belanja pada segmen ini. Pemasaran produk melalui online shop tidak efektif karena segmen ini jarang mengakses internet.

SIMPULAN

Simpulan

(28)

16

DAFTAR PUSTAKA

Abdi H, Valentin D. 2007. Multiple correspondence analysis: Encyclopedia of Measurement and Statistics. Thousand Oaks (CA): Sage Publications, Inc. Agresti, A. 2002. Categorical Data Analysis. Hoboken (NJ): John Wiley & Sons,

Inc.

Greenacre M, Blasius J. 2006. Multiple Correspondence Analysis and Related Methods. New York (US): Chapman & Hall/CRC.

Le Roux B, Rouanet H. 2010. Multiple Correspondence Analysis. New York (US): Sage Publications, Inc.

Lebart L, Morineau A, Warwick KM. 1984. Multiple Descriptive Statistical Analysis. New York (US): John Wiley & Sons, Inc.

(29)

17 Lampiran 1 Daftar peubah dan kategori

No Aspek Peubah Kategori

1 Orientasi fesyen

Orientasi Fesyen (O) Indifferent (O1)

Communication Oriented (O2)

Kurang dari 1 bulan (fp1) 1-2 bulan (fp2)

Lebih dari 2 bulan (fp3) Frekuensi belanja tas

(ft)

Kurang dari 3 bulan (ft1) 3-6 bulan (ft2)

Lebih dari 6 bulan (ft3) Daya beli pakaian (dp) Hingga 200.000 (dp1)

200.001 sampai 400.000 (dp2) 400.001 sampai 600.000 (dp3) Lebih dari 600.000 (dp4) Daya beli tas (dt) Hingga 200.000 (dt1)

200.001 sampai 400.000 (dt2)

Status Perkawinan (m) Belum menikah (m1) Sudah menikah (m2)

(30)

18

(31)
(32)

20

Lampiran 3 Tabel kontingensi dan persentase setiap kategori

Peubah Orientasi Fesyen Jumlah Persentase

(33)

21 Lampiran 3 Tabel kontingensi dan persentase setiap kategori (lanjutan)

Peubah Orientasi Fesyen Jumlah Persentase

(%)

O1 O2 O3 O4 O5

Pekerjaan (j)

j1 40 14 19 7 8 88 14,67

j2 52 13 18 3 17 103 17,17

j3 178 43 50 19 44 334 55,67

j4 46 9 8 1 11 75 12,50

Pendapatan bulanan pribadi (ip)

ip1 198 52 45 13 49 357 60,00

ip2 45 13 20 4 15 97 16,17

ip3 34 8 9 5 6 62 10,33

ip4 39 6 21 8 10 84 14,00

Konsumsi bulanan pribadi ( c )

c1 185 61 41 9 50 346 57,67

c2 68 16 35 10 17 146 24,33

c3 34 2 9 4 8 57 9,50

c4 29 0 10 7 5 51 8,33

Frekuensi akses internet (w)

w1 129 32 52 12 41 266 44,33

w2 78 35 21 10 26 170 28,33

(34)

22

Lampiran 4 Inersia dan inersia terkoreksi berdasarkan akar ciri non-trivial

(35)

23 Lampiran 5 Hasil penghitungan analisis korespondensi berganda

(36)

24

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pesawaran pada tanggal 3 Oktober 1993 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ajun Siswoto dan Ibu Sumini. Tahun 2008 penulis lulus dari Sekolah Menengah Pertama Xaverius Pringsewu. Tahun 2011 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pringsewu dan pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Gambar

Gambar 1 Persentase kategori dalam peubah orientasi fesyen
Gambar 3 Persentase kategori dalam peubah frekuensi belanja tas
Gambar 5 Persentase kategori dalam peubah daya beli tas
Gambar 6 Persentase kategori dalam peubah pendapatan bulanan pribadi
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menurut pendapat Setiati dkk, (2014) bahwa Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit yang menyebabkan penurunan dari kinerja ginjal secara bertahap dan

berwarna hijau pucat kelabu dengan tepi koloni berwarna putih kekuningan, dan tekstur koloni yang padat (Tabel 1), sedangkan karakter anggota genus Penicillium

Karakteristik yang ada di daerah penelitian tersebut, yaitu nelayan yang mempergunakan alat tangkap dengan target hasil tangkapan cumi- cumi yang berasal dari daerah

Anggaran biaya tenaga kerja langsung adalah rencana besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar biaya tenaga kerja yang terlibat secara langsung di

Tunas-tunas yang terbentuk tersebut berwarna hijau dengan pertumbuhan sempurna (Gambar 3), sedangkan pada eksplan kalus embrionik hasil persilangan antara jeruk siem x

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air cucian beras tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, tetapi berpengaruh nyata terhadap hasil terung ungu,

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jarak tanam 75 x 20 cm maupun 75 x 30 cm dan metode pengendalian gulma antara tanpa pengendalian gulma, bebas gulma,