• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Perangkat Uji Pupuk Berbasis Android Menggunakan Fitur Warna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Perangkat Uji Pupuk Berbasis Android Menggunakan Fitur Warna"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PERANGKAT UJI PUPUK BERBASIS ANDROID

MENGGUNAKAN FITUR WARNA

RANDA MARSHA FENRIZAL

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Perangkat Uji Pupuk Berbasis Android Menggunakan Fitur Warna adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Randa Marsha Fenrizal

(4)

ABSTRAK

RANDA MARSHA FENRIZAL. Aplikasi Perangkat Uji Pupuk Berbasis Android

Menggunakan Fitur Warna. Dibimbing oleh KARLISA PRIANDANA dan DIAH SETYORINI.

Banyak beredarnya pupuk dengan kadar hara di bawah standar seringkali merugikan petani. Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Pertanian telah mengembangkan Perangkat Uji Pupuk (PUP) untuk digunakan di lapangan. Namun, pengkategorian kadar hara masih dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan bagan warna sehingga kelas kadar haranya terbatas pada 2.5%, 5%, 10%, 15%, dan 20%. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil pembacaan pupuk menjadi lebih kuantitatif dan mempermudah proses klasifikasi larutan pupuk. Metode klasifikasi yang digunakan adalah k-Nearest Neighbors (kNN) dengan memanfaatkan fitur histogram hue pada ruang citra HSV. Klasifikasi dilakukan dengan resolusi 2% untuk kadar hara Nitrogen (N) dan Fosfor (P). Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi terbaik yang diperoleh yaitu 79.54% untuk N dengan nilai root mean square error (RMSE) 1.59 dan 30% untuk P dengan nilai RMSE 4.764. Kedua akurasi terbaik ini diperoleh pada nilai k = 9.

Kata kunci: Hue Saturation Value (HSV), k-nearest neighbour (kNN), Perangkat Uji Pupuk.

ABSTRACT

RANDA MARSHA FENRIZAL. Android-Based Fertilizer Test Kit Application Using Color Feature. Supervised by KARLISA PRIANDANA and DIAH SETYORINI.

The distribution of counterfeit fertilizer has bring many disadvantages to farmers. To overcome this issue, the Ministry of Agriculture has developed the Fertilizer Test Kit that can be used directly in the field. However, the categorization of nutrient levels are still done manually by using a color chart. Therefore the nutrient level classes are limited to 2.5%, 5%, 10%, 15%, and 20%. The purpose of this research is to improve the classification of fertilizer nutrient level, both from the precision and simplicity. K-Nearest Neighbors (kNN) is used as the classification method with k = 3, 6, and 9. The histrogram of hue component in HSV color space is treated as the feature. Classification is done with 2% resolution to Nitrogen (N) and Phosphorus (P) nutrient levels. The results showed that the best accuracy is 79.54% for N with a root mean square error value (RMSE) of 1.59 and 30% for P with RMSE 4,764. Both were obtained at k = 9.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

pada

Departemen Ilmu Komputer

APLIKASI PERANGKAT UJI PUPUK BERBASIS ANDROID

MENGGUNAKAN FITUR WARNA

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(6)
(7)

Judul Skripsi : Aplikasi Perangkat Uji Pupuk Berbasis Android Menggunakan Fitur Warna

Nama : Randa Marsha Fenrizal NIM : G64100113

Disetujui oleh

Karlisa Priandana, ST MEng Pembimbing I

Dr Ir Diah Setyorini, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Buono, MSi MKom Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini ialah Aplikasi Perangkat Uji Pupuk Berbasis Android Menggunakan Fitur Warna.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Karlisa Priandana, ST MEng dan Ibu Dr Ir Diah Setyorini, MSc selaku komisi pembimbing. Ucapan terima kasih juga kepada bapak, ibu dan seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungannya, serta kepada M Rake Linggar Anggoro dan Sodik Kirono serta teman-teman Ilmu Komputer 47 dan semua pihak yang terkait langsung maupun tidak atas dukungannya selama penelitian ini dilakukan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE PENELITIAN 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Akuisisi Citra 6

Praproses 6

Ekstraksi 7

Hasil dan Evaluasi 9

Metode kNN 9

Metode Regresi Linier 11

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 12

UCAPAN TERIMAKASIH 12

(10)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan nilai akurasi setiap nilai k 9

2 Confusion matrix larutan N pada nilai k = 9 10 3 Confusion matrix larutan P pada nilai k = 9 10

4 Perbandingan nilai RMSE pada setiap nilai k 10

DAFTAR GAMBAR

1 Pengukuran dengan PUP dan bagan warna uji pupuk 1

2 Metode penelitian 3

3 Sistem koordinat model warna (a) RGB dan (b) HSV 5

4 Cropping Citra 6

5 Grafik HSV larutan N 6% 7

6 Grafik RGB larutan N 6% 7

7 Grafik Nilai intensitas hue untuk larutan N 8

8 Grafik Nilai intensitas saturation untuk larutan N 8 9 Grafik Nilai intensitas value untuk larutan N 9

10 Grafik sebaran data larutan N 11

11 Grafik sebaran data larutan P 12

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas pertanian adalah dengan memberi pupuk guna menjaga kesuburan tanah. Saat ini, pupuk anorganik menjadi pilihan utama para petani. Namun, dengan meningkatnya permintaan pupuk anorganik ini, banyak oknum memanfaatkannya untuk membuat pupuk palsu. Peredaran pupuk palsu ini, menimbulkan kerugian, terutama untuk para petani. Pupuk yang diharapkan dapat menyuburkan tanah, justru tidak memberikan pengaruh yang diharapkan.

Menurut peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara (BPTP Sumut) Elianor Sembiring, sekitar 25% pupuk yang beredar di Sumatera Utara adalah pupuk palsu (Tobing 2013). Kandungan hara yang terdapat pada pupuk palsu tersebut bahkan mencapai 0%. Untuk mengontrol peredaran pupuk palsu, Kementrian Pertanian telah mengembangkan alat Perangkat Uji Pupuk (PUP) (Setyorini et al 2011) yang dapat digunakan oleh penyuluh atau industri pupuk untuk menguji kadar hara dalam pupuk. PUP terdiri dari beberapa larutan kimia untuk menguji kadar hara pupuk dengan prinsip kolorimetri. Setelah itu, warna hasil kolorimetri dibandingkan dengan warna standar pada bagan warna yang sudah disediakan di dalam paket alat PUP seperti yang terlihat pada Gambar 1. Namun, pengelompokan kadar hara pupuk (N,P,K) masih bersifat semi-kuantitatif, yang terbagi dalam 5 kelas yaitu 2.5%, 5%, 10%, 15%, dan 20%. Hal ini berbeda dengan pengujian laboratorium yang dapat menghasilkan kadar pupuk secara kuantitatif (dalam ppm).

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketelitian pembacaan kadar hara pupuk dengan PUP. Bagan warna konvensional digantikan dengan suatu aplikasi

mobile yang dapat membedakan warna larutan hasil uji PUP dengan menggunakan

smartphone. Smartphone dipilih karena tersedianya fitur tambahan seperti Global Positioning System (GPS) dan internet sehingga memungkinkan pengembangan PUP lebih lanjut. Misalnya, kemampuan alat untuk mengomunikasikan lokasi tempat terdeteksinya pupuk palsu secara otomatis ke database Kementerian Pertanian. Sistem operasi yang digunakan adalah sistem operasi android dan klasifikasi larutan uji pupuk menggunakan k-Nearest Neighbors (kNN). Smartphone android ini dipilih karena sistem operasi ini bersifat open source dan jumlah penggunanya terus meningkat di Indonesia (Einhorn 2012). Sementara itu

(12)

2

kNN dipilih karena algoritme klasifikasi ini merupakan algoritme klasifikasi yang paling sederhana dan umum digunakan (Wu et al 2008).

Mengikuti konsep pengelompokan dengan bagan warna, fitur klasifikasi pada penelitian ini adalah fitur warna Red, Green, dan Blue pada ruang warna RGB dan fitur warna Hue, Saturation, Value pada ruang citra HSV. Pemilihan kedua ruang citra ini dilakukan karena ruang citra RGB sudah umum digunakan pada setiap perangkat seperti komputer, televisi, dan video (Ford dan Roberts 1998), sedangkan HSV dipilih karena komponen Hue dan Saturation memiliki kedekatan visual dengan mata manusia (Su et al 2011). Penelitian serupa juga sudah dilakukan oleh Satyalesmana E (2013) untuk bagan warna daun.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah cara mengembangkan aplikasi mobile berbasis android yang dapat mengklasifikasikan kadar hara pupuk terutama Natrium (N) dan Fosfor (P).

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1 Mengimplementasikan bagan warna PUP ke dalam aplikasi mobile berbasis

android dengan ruang warna HSV dan RGB menggunakan metode klasifikasi

kNN.

2 Meningkatkan hasil pembacaan warna larutan uji pupuk menjadi lebih kuantitatif.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah proses klasifikasi hara pupuk melalui pemrosesan citra digital dari larutan pupuk secara efisien dan dengan ketelitian yang lebih baik dibandingkan bagan warna.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1 Larutan pupuk yang digunakan hanya larutan N dari N-Titrisol dan P dari SP-36.

2 Data citra larutan pupuk sebagai data uji dan data latih yang digunakan diambil dari larutan pupuk yang telah diklasifikasikan oleh Balittanah.

3 Pengambilan citra dilakukan dengan tingkat pencahayaan yang berbeda

(13)

3

METODE PENELITIAN

Pembuatan aplikasi mobile untuk mengidentifikasi warna larutan pupuk ini dilakukan dalam lima tahap, yaitu: akuisisi, praproses, ekstraksi, klasifikasi, dan evaluasi, seperti pada Gambar 2.

Lingkungan Pengembangan

Lingkungan pengembangan yang digunakan pada penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut:

Perangkat keras:

1 Processor Intel(R) Core(TM) 2 duo CPU T6400 @ 2.00 GHz. 2 Memory RAM dengan kapasitas 2.00 GB

3 Harddisk dengan kapasitas 200 GB

4 Perangkat ponsel, CPU dual-core 1.2GHz , 16 GB internal storage, 1.5 GB RAM

Perangkat lunak:

1 Sistem operasi Windows 7 Ultimate.

2 Sistem operasi AndroidJelly Bean versi 4.2.2 3 Eclipse indigo service release 2

4 EmulatorAndroidVirtual Device Manager (AVD Manager)

Akuisisi Citra

Proses pengambilan citra dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek teknis sebagai berikut:

1 Dilakukan di dalam ruangan dengan bantuan cahaya lampu. 2 Pengaturan cahaya dilakukan secara manual melalui kamera. 3 Menggunakan kamera smartphone 5 megapiksel (2560 × 1920). 4 Menggunakan kertas HVS putih polos sebagai latar belakang.

(14)

4

5 Jarak antara objek larutan uji dan kamera adalah 5-10 cm.

6 Objek larutan pupuk berada tepat di tengah citra yang akan difoto.

Praproses

Praproses bertujuan untuk menghilangkan bagian citra yang tidak akan diproses. Proses penghilangan bagian citra ini dilakukan dengan teknik cropping

untuk mengambil beberapa titik pada citra. Tahap praproses data latih dilakukan di

PC untuk menghasilkan model klasifikasi yang akan digunakan pada saat implementasi di aplikasi mobile sedangkan tahap praproses untuk data uji dilakukan di ponsel pada saat pengujian.

Ekstraksi Warna

Tahap ekstraksi warna pada penelitian ini adalah dengan mengambil nilai komponen warna (channel) pada setiap data citra yang telah melalui tahap praproses. Citra yang diperoleh pada proses akuisisi adalah citra dengan model warna RGB, sehingga untuk mendapatkan representasi komponen warna red, green, dan blue dapat dilakukan ekstraksi secara langsung. Untuk memperoleh representasi data dengan model warna HSV diperlukan tahap konversi dari model warna RGB menjadi model warna HSV untuk kemudian dilakukan ekstraksi dari tiap-tiap komponen hue, saturation, dan value.

(15)

5 (hue), S (saturation), dan V (value) dapat diperoleh dari nilai model warna RGB melalui Persamaan 1 sampai 4. Dapat dilihat pada Gambar 3b, dari hasil Persamaan 1 dan Persamaan 2, didapat sebuah sudut Ɵ yang menunjukkan posisi hue pada lingkaran warna. Dari Persamaan 3, didapat nilai value yang menunjukkan terang atau gelap warna. Dari Persamaan 4, didapat nilai saturation yang menunjukkan tingkat kemurnian warna seperti yang terlihat pada Gambar 3b. Kemudian, nilai dari tiap-tiap piksel direpresentasikan ke dalam bentuk histogram dengan rentang nilai antara 0-255.

Klasifikasi

Metode klasifikasi yang digunakan adalah kNN, dengan cara menghitung jarak histogram warna dari citra larutan pupuk sebagai data uji dengan setiap

histogram warna sebagai data latih yang terdapat pada model klasifikasi menggunakan rumus jarak Euclidean (Persamaan 5) (Han dan Kamber 2006).

dengan d: jarak Euclidian antara vector x dan y, p: jumlah dimensi, xi: data uji dimensi ke-i, yi: data latih dimensi ke-i.

Setelah diperoleh sebanyak k data yang memiliki jarak terdekat, kemudian diketahui kelas yang paling banyak muncul, kelas tersebut adalah kelas dari data uji. Percobaan pada kNN dilakukan dengan menggunakan nilai k = 3, 6, dan 9. Sebagai pembanding, digunakan pula metode klasifikasi dengan regresi linier.

Evaluasi

Evaluasi hasil klasifikasi dilakukan dengan cara menghitung tingkat akurasi menggunakan Persamaan 6 sebagai berikut:

Secara keseluruhan, representasi dari evaluasi tingkat akurasi akan dituangkan dalam tabel confusion matrix. Evaluasi hasil pengujian juga dilihat dengan menghitung nilai root mean square error (RMSE). RMSE adalah perhitungan yang menunjukkan besarnya simapangan antara nilai prediksi dengan nilai aktualnya,

(a) (b)

(16)

6

semakin baik jika mendekati 0. Menurut Walpole (1992), RMSE dihitung dengan menggunakan Persamaan 7:

dengan: ŷ: nilai prediksi, y: nilai aktual, �: jumlah data uji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Akuisisi Citra

Akuisisi citra tahap I menghasilkan sebanyak 44 data citra larutan N yang terbagi ke dalam 11 kelas yaitu 0% -20% dengan rentang 2%. Sedangkan akuisisi citra tahap II menghasilkan sebanyak 40 data citra larutan P yang terbagi dalam 10 kelas yaitu 2%-20% dengan rentang 2%. Dari setiap kelas terdapat 4 citra dengan tingkat pencahayaan yang berbeda.

Praproses

Pada praproses diambil 3 titik yang berbeda dari setiap citra, masing-masing bagian atas, tengah, dan bawah citra larutan. Titik yang diambil adalah titik yang memiliki noise paling sedikit. Gambar 4 menunjukkan praproses yang dilakukan. Dapat dilihat bahwa citra asli (sebelah kiri) memiliki beberapa noise seperti garis ukur yang ada pada tabung reaksi dan pantulan dari cahaya yang tidak merata karena bentuk tabung yang bulat. Dari setiap titik diambil suatu window dengan ukuran 80x80 piksel sehingga akan menghasilkan 6400 nilai piksel untuk satu

window. Karena setiap kelas konsentrasi diwakili oleh 4 citra larutan dan diambil 3

window dari masing-masing citra, maka setiap kelas konsentrasi terdiri dari 12

window yang berukuran 80×80 piksel. Semua window ini digunakan sebagai data latih sehingga didapat 132 data latih untuk larutan N dan 120 data latih untuk larutan P. Untuk data uji, citra asli dipotong tepat di tengah citra dengan ukuran yang sama yaitu 80x80 piksel, sehingga terdapat 44 data uji untuk N dan 40 data uji untuk P.

Gambar 4 Cropping Citra

(7)

(17)

7

Ekstraksi

Setelah citra terbagi menjadi tiga window, masing-masing window diproses menggunakan perangkat lunak Matlab untuk mendapatkan histogram RGB dan

HSV. Dari histogram ini diperoleh nilai mean dan median dari masing-masing komponen warna. Terlihat pada Gambar 5 bahwa komponen RGB pada citra terpengaruh oleh perubahan cahaya, sehingga komponen RGB pada citra tidak dapat dijadikan acuan untuk klasifikasi kadar hara pupuk. Sedangkan pada komponen HSV, grafik pada Gambar 6 memperlihatkan bahwa nilai mean dan

median dari komponen hue lebih stabil, sehingga komponen warna inilah yang digunakan untuk klasifikasi pupuk.

Gambar 7 memperlihatkan nilai intensitas hue dari setiap kelas yang ada pada larutan N. Dari grafik tersebut terdapat beberapa overlap pada kelas 10%, 12%, 14%, dan 16%. Oleh karena itu, komponen hue tidak cukup representatif untuk dijadikan sebagai penciri. Namun, komponen saturation dan value juga tidak bisa

Gambar 5 Grafik HSV larutan N 6%

average H median H average S median S average V median V

Gambar 6 Grafik RGB larutan N 6%

(18)

8

dijadikan penciri karena adanya perubahan intensitas cahaya yang menyebabkan nilai komponen ini menjadi tidak stabil. Grafik nilai saturation dan value untuk larutan N dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa terjadi lebih banyak overlap dibandingkan dengan komponen hue.

Gambar 7 Grafik Nilai intensitas hue untuk larutan N

Gambar 8 Grafik Nilai intensitas saturation untuk larutan N

(19)

9

Hasil dan Evaluasi

Metode kNN

Hasil klasifikasi citra pupuk menggunakan komponen hue dengan nilai k = 3, 6, dan 9 menunjukkan hasil yang berbeda seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai K pada setiap larutan berpengaruh dalam menentukan tingkat akurasi klasifikasi kNN. Untuk larutan N, akurasi tertinggi pada saat nilai k = 9 dengan akurasi mencapai 79.54%. Sedangkan untuk larutan P, akurasi tertinggi didapat pada saat nilai k = 9 dengan akurasi mencapai 30%. Confusion matrix untuk larutan N dan P dengan nilai k =9 dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3. Sedangkan untuk nilai

k = 3 dan 6 dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Tabel 1 Perbandingan nilai akurasi setiap nilai k

Jenis larutan Akurasi pada tiap nilai K

3 6 9

Larutan N 75% 70.45% 79.54% Larutan P 22.5% 27.5% 30% Gambar 9 Grafik Nilai intensitas value untuk larutan N

(20)

10

Nilai RMSE menunjukkan besar ketelitian atau besar kesalahan pengukuran klasifikasi PUP. Nilai RMSE sebesar 1.59 pada larutan N dengan k = 9 menunjukkan bahwa kesalahan rata-rata untuk mengklasifikasikan kadar adalah 1.59% dari nilai aktualnya. Berdasarkan Tabel 4, nilai RMSE terkecil yang diperoleh untuk larutan N adalah 1.59 dengan k = 9. Sedangkan untuk larutan P, nilai RMSE terkecil adalah 4.76 dengan k = 9. Namun, klasifikasi PUP hanya mampu menunjukkan peningkatan ketelitian pada pengujian untuk N, sedangkan untuk P perlu perbaikan lebih lanjut.

Tabel 4 Perbandingan nilai RMSE pada setiap nilai k

Jenis larutan RMSE pada tiap nilai K

3 6 9

(21)

11

Metode Regresi Linier

Proses klasifikasi sederhana dengan metode regresi linier juga dilakukan.

Gambar 10, memperlihatkan hasil regresi linier terhadap larutan N dan hasil

regresinya ditapilkan pada Persamaan 8. Hasil dari klasifikasi larutan N menggunakan regresi linier ternyata tidak lebih baik dibandingkan dengan metode

kNN. Akurasi klasifikasi dengan metode regresi linier hanya sebesar 36.36%. Hasil ini masih jauh di bawah akurasi menggunakan metode kNN yang mencapai akurasi 79.54% dengan nilai k = 9.

Untuk larutan P, hasil regresi linier dapat dilihat pada Gambar 11. Persamaan garis hasil regresi linier ditampilkan pada Persamaan 9. Hasil klasifikasi larutan P menggunakan regresi linier menghasilkan akurasi klasifikasi sebesar 12.5%. Hasil akurasi ini masih jauh di bawah akurasi menggunakan metode kNN dimana larutan P dapat mencapai akurasi sebesar 30% dengan nilai k = 9.

Karena akurasi tertinggi diperoleh dengan metode klasifikasi kNN dengan k = 9, maka sistem dikembangkan dengan menggunakan parameter ini. Screenshoot

sistem bagan warna PUP berbasis mobile yang telah dikembangkan dapat dilihat pada Lampiran 3.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini telah berhasil mengimplementasikan bagan warna PUP ke dalam aplikasi mobile berbasis android dengan ruang warna HSV menggunakan metode klasifikasi kNN. Konsentrasi larutan diklasifikasikan dengan rentang 0-20% dan resolusi 2%. Nilai ini lebih baik dibandingkan bagan warna PUP yang hanya

(8)

y = 0.019x + 0.1295

Gambar 10 Grafik sebaran data larutan N

(22)

12

dapat membedakan 5 kelas konsentrasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komponen hue lebih stabil terhadap perubahan cahaya sehingga digunakan untuk proses klasifikasi. Hasil akurasi klasifikasi menggunakan metode k-Nearest Neighbor menunjukkan akurasi tertinggi larutan N sebesar 79.54% dengan RMSE 1.59 dan larutan P sebesar 30% dengan RMSE 4.764. Kedua akurasi terbaik diperoleh pada nilai k = 9. Akurasi yang rendah ini disebabkan oleh proses cropping

pada device, karena data uji tidak berada tepat di tengah layar.

Saran

Untuk memperbaiki akurasi, beberapa teknik berikut ini dapat dilakukan pada penelitian selanjutnya:

1 Dilakukan penambahan data dengan akuisisi citra yang lebih baik. 2 Jarak antara lensa kamera dan larutan pupuk diperpendek.

3 Menggunakan fitur Saturation sebagai penciri untuk larutan P dengan catatan menggunakan tingkat pencahayaan yang konstan.

4 Menggunakan tabung yang berbentuk kotak.

5 Membuat aplikasi mPUP pada sistem operasi iOS, Windows Phone dan sistem operasi lainnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini merupakan kerja sama antara Departemen Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor dengan Balai Penelitian Tanah, Kementerian Pertanian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Balai Penelitian Tanah, Kementerian Pertanian sebagai pihak yang mendanai penelitian ini.

Gambar 11 Grafik sebaran data larutan P

(23)

13

DAFTAR PUSTAKA

Burger W, Burge MJ. 2008. Digital Image Processing: An Algorithmic Introduction Using Java. New York (US): Springer.

Einhorn B. 2012. Indonesians Still Love Their BlackBerrys[Internet]. [diunduh 2013 des 17]. Tersedia pada: http://www.businessweek.com/articles/2012-12-06/indonesians-still-love-their-blackberrys

Ford A, Roberts A. 1998. Colour Space Conversion. London (GB): Westminster University.

Han J, Kamber M. 2006. Edisi Kedua: Data Mining Concepts and Techniques. San Francisco (US): Diane Cerra.

Satyalesmana E. 2013. Aplikasi bagan warna daun untuk optimasi pemupukan Tanaman Padi menggunakan k-nearest neighbor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Setyorini D, Sulaeman, Kasno A. 2011. Perangkat Uji Pupuk. Bogor (ID): Balittanah.

Su CH, Chiu HS, Hsieh TM. 2011. An efficient image retrieval based on HSV color space. Proceeding of International Conference on Electrical and Control Engineering (ICECE). 16-18 September 2011; Yichang, Cina. New York (US): IEEE. 5746-5749.

Tobing G. 2013. Dua Puluh Lima Persen Pupuk di Sumut Palsu [Internet]. [diunduh 2013 des 17]. Tersedia pada: http://www.medanbisnisdaily.com /news /read /2013/10/17/56708/25persen_pupuk_di_sumut_palsu/#.Ut1hOtL-Iy4

Walpole ER. 1992. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia.

(24)
(25)
(26)

16

Lampiran 3 Screenshoot aplikasi mPUP Tampilan aplikasi mPUP

Menu Home Menu Galeri Menu Kamera

Menu Petunjuk Pemilihan citra dari galeri

Proses citra dari galeri

(27)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Curup, Bengkulu pada tanggal 14 Oktober 1992 dari ayah bernama Fenrizal dan ibu bernama Oneng Zifa. Penulis merupakan anak ketiga dari 3 bersaudara. Pada tahun 2010, penulis menamatkan pendidikan di SMAI As-shofa Pekanbaru. Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2010 melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) di Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Gambar

Gambar 1 Pengukuran dengan PUP dan bagan warna uji pupuk
Gambar 2 Metode penelitian
Gambar 3 Sistem koordinat model warna (a) RGB dan (b) HSV
Gambar 7 memperlihatkan nilai intensitas hue14%, dan 16%. Oleh karena itu, komponen larutan N
+6

Referensi

Dokumen terkait

Proses klasifikasi yang dilakukan menggunakan metode K-Nearest Neighbor (KNN). Hasil pengujian klasifikasi daun berdasarkan nilai moment invariant ditunjukkan pada Tabel

Rataan akurasi antara klasifikasi dengan menggunakan seleksi fitur dan tanpa menggunakan seleksi fitur (jullsets) untuk setiap nilai threshold yang berbeda dapat dilihat pada Tabel

Pengujian mengunakan metode euclidean distance untuk mencocokan nilai fitur citra queri dengan nilai fitur di database.Berdasarkan hasil pengujian dengan

Metode penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan data citra belimbing, ekstraksi fitur RGB, pembagian data dengan k-fold cross validation, model klasifikasi dengan

Rataan akurasi antara klasifikasi dengan menggunakan seleksi fitur dan tanpa menggunakan seleksi fitur (fullsets) untuk setiap nilai threshold yang berbeda dapat dilihat pada

Rataan akurasi antara klasifikasi dengan menggunakan seleksi fitur dan tanpa menggunakan seleksi fitur (fullsets) untuk setiap nilai threshold yang berbeda dapat dilihat pada

Metode penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan data citra belimbing, ekstraksi fitur RGB, pembagian data dengan k-fold cross validation, model klasifikasi dengan

Selanjutnya adalah proses ekstrasi fitur, pada proses ini data acuan pupuk yang menggunakan pewarnaan RGB akan diambil nilai dominan dari citra yang memiliki tiga warna dasar