• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing terhadap Medan Magnet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing terhadap Medan Magnet"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON OTOT JANTUNG PADA KATAK YANG TELAH

DILAKUKAN

DOUBLE PITHING

TERHADAP MEDAN

MAGNET

ASEP FAHRUL HIDAYAT

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing Terhadap Medan Magnet adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

Asep Fahrul Hidayat

(4)
(5)

ABSTRAK

ASEP FAHRUL HIDAYAT. Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing terhadap Medan Magnet. Dibimbing oleh AKHIRUDDIN MADDU dan KOEKOEH SANTOSO.

Telah dilakukan penelitian mengenai respon otot jantung pada katak yang telah dilakukan double pithing terhadap medan magnet. Dalam penelitian ini, ditampilkan hasil berupa grafik hubungan kekuatan kontraksi jantung terhadap waktu dengan menggunakan software Chart 5 ADInstrumens. Setiap satu sampel jantung katak diambil data sebanyak lima kontrol dan lima perlakuan selama 30 detik. Kontrol dilakukan dengan mengambil data tanpa diberi medan magnet sedangkan perlakuan dilakukan dengan memberi medan magnet yang besarnya antara 60 Gauss sampai 420 Gauss setelah pengambilan data kontrol.

Hasil yang didapatkan dari penelitian menunjukkan terjadinya penurunan frekuensi kontraksi otot jantung akibat pemberian medan magnet, tetapi dua parameter kontraksi lainnya, amplitudo gaya dan kekuatan kontraksi tidak mengalami perubahan. Penurunan yang terjadi akibat medan magnet pada frekuensi kontraksi diduga terjadi karena adanya perubahan arah sehingga memperlambat pertukaran ion antara ekstraseluler dan intraseluler dari sel-sel yang dinamakan kardiomycocyte yang berakibat pada penurunan frekuensi kontraksi.

Kata kunci :double pithing, kontraksi otot jantung, medan magnet

ABSTRACT

ASEP FAHRUL HIDAYAT. The Respond of Heart Muscle on Frog with Double Pithing Application on Magnetic Field. Supervised by AKHIRUDDIN MADDU and KOEKOEH SANTOSO.

The researcher has applied the double pithing toward magnetic field in order to see how the frog responds. On this research, the result is shown by graphic that explains the relation between the strength of heart contraction and time with the using of Chart 5 ADInstrumens. On every single frog heart there are five control and five application done within 30 minutes using of time. Control was done in order to take the data without magnetic field and application was done in order to give magnetic field with 60 Gauss – 420 Gauss. Application was done right after data intake on control.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Fisika

RESPON OTOT JANTUNG PADA KATAK YANG TELAH

DILAKUKAN

DOUBLE PITHING

TERHADAP MEDAN

MAGNET

ASEP FAHRUL HIDAYAT

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing terhadap Medan Magnet

Nama : Asep Fahrul Hidayat NIM : G74100004

Disetujui oleh

Dr Akhiruddin Maddu,M.Si Pembimbing I

DR.Drh. Koekoeh Santoso Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Akhiruddin Maddu, M.Si Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil'alamin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Respon Otot Jantung pada Katak yang Telah Dilakukan Double Pithing terhadap Medan Magnet yang dilaksanakan sejak bulan November 2013. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr Akhiruddin Maddu, M.Si dan Bapak DR.Drh. Koekoeh Santoso, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan, motivasi dan diskusi-diskusi yang sangat membantu.

2. Segenap Dosen, staf tata usaha dan staf laboratorium di Departemen Fisika yang telah sangat banyak membantu selama masa perkuliahan.

3. Bapak dan mama yang tiada hentinya memberikan doa dan dukungan kepada saya.

4. Staf laboratorium Departemen Fisiologi dan Farmakologi, FKH Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan kerjasamanya.

5. Rekan kerja dilaboratorium: Danang, Ardi, dan Tanty. Terima kasih atas kekompakan dan kerjasamanya.

6. Nurnya iktikaf sani, teman dekat yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi.

7. Teman-teman mahasiswa Departemen Fisika, terutama angkatan 47 atas segala dukungannya.

8. Teman-teman satu kontrakan: Arnal, Asep Suryadi, Bonno, dan Imam atas segala bantuan dan dukungannya.

Bogor, Mei 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Amplitudo Gaya Kontraksi 7

Frekuensi Kontraksi 9

Kekuatan Kontraksi 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 16

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

1 Pengaruh Medan Magnet terhadap Amplitudo Kontraksi Otot Jantung Katak 8 2 Pengaruh Medan Magnet terhadap Frekuensi Kontraksi Otot Jantung Katak 10 3 Pengaruh Medan Magnet terhadap Kekuatan Kontraksi Otot Jantung Katak 13

DAFTAR GAMBAR

1 Solenoida yang Dialiri Arus I dan Panjang Kumparan L 3 2 Pengaruh Medan Magnet terhadap Ampitudo Kontraksi Otot Jantung 7 3 Pengaruh Medan Magnet terhadap Persentase Perubahan Ampitudo

Kontraksi Otot Jantung 8

4 Pengaruh Medan Magnet terhadap Frekuensi Kontraksi Otot Jantung 9 5 Pengaruh Medan Magnet terhadap Persentase Perubahan Frekuensi

Kontraksi Otot Jantung 10

6 Pengaruh Medan Magnet terhadap Kekuatan Kontraksi Otot Jantung 12 7 Pengaruh Medan Magnet terhadap Persentase Perubahan Kekuatan

Kontraksi Otot Jantung 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data Penelitian 16

2 Pola Kontraksi Otot Jantung dari Berbagai Perlakuan 17

3 Analisis Data Menggunakan SPSS 21

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan berbagai piranti elekronik seperti komputer, televisi, telepon dan lain-lain untuk berbagai kegiatan manusia. Untuk menunjang berbagai piranti tersebut dibutuhkan sumber energi listrik yang besar, maka dibangunlah Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Banyaknya SUTET yang dibangun diberbagai daerah tersebut mengakibatkan makhluk hidup yang berada disekitarnya sangat rentan dengan efek yang ditimbulkan, yang disebut efek medan elektomagnetik.

Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan PLN sampai saat ini, kekuatan medan magnet SUTET di berbagai daerah di indonesia masih dibawah ambang batas yang tidak membahayakan tubuh manusia yang menurut WHO (World Health Organization) sebesar satu Gauss.9 Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui berapa besar pengaruh efek medan elektromagnetik yang ditimbulkan oleh SUTET. Medan elektromagnetik yang berasal dari SUTET 500 kV beresiko menimbulkan gangguan kesehatan pada penduduk, yaitu sekumpulan gejala hipersensitivitas yang dikenal dengan electrical sensitivity,

yaitu berupa keluhan sakit kepala, pening, dan keletihan menahun. Sangat sulit untuk membuktikan hubungan sebab akibat antara efek SUTET dengan kesehatan manusia, banyak faktor yang mempengaruhi dan dalam hal ini karena manusia tidak bisa dijadikan objek penelitian.1

Beberapa penemuan menunjukkan bahwa medan magnet statik dapat mempengaruhi sistem biologi, termasuk sel yang mudah tereksitasi seperti otot dan saraf. Pemberian medan magnet statik pada otot polos usus kelinci mengakibatkan penurunan amplitudo kontraksi, namun tidak berpengaruh pada frekuensi dan periodenya.13 Paparan medan magnet 60 Gauss dapat menyebabkan perubahan struktur membran plasma dan permukaan sel.5 Selain itu adanya efek perusakan DNA maupun kematian pada sel yang terkena paparan medan magnet sebesar 70 Gauss.8

(18)

2

Perumusan Masalah

Medan magnet dapat berinteraksi dengan materi yang dikenainya, interaksi ini akan berpengaruh terhadap kontraksi otot jantung berdasarkan bioelektrisitas dan depolarisasi yang terjadi. Apakah kedua proses ini akan berlangsung bersamaan pada suatu titik, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kontraksi otot jantung ?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan melihat respon otot jantung terhadap paparan medan magnet statik dengan besar yang berbeda-beda berdasarkan amplitudo gaya, frekuensi, dan kekuatan kontraksi yang dihasilkan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengetahui tingkat kekuatan medan magnet dengan perubahan respon kontraksi otot jantung dikenakan dan dapat menambah pengetahuan mengenai efek medan magnet terhadap organ biologis.

TINJAUAN PUSTAKA

Medan Magnetik Statis

Muatan bergerak berinteraksi satu sama lain melalui gaya magnetik. Gaya ini diuraikan dengan mengatakan bahwa suatu muatan bergerak atau arus menciptakan medan magnetik yang selanjutnya mengerahkan gaya pada muatan bergerak atau arus lain.14 Suatu muatan q bergerak dengan kecepatan v dalam medan magnetik B, gaya magnetik F dapat dirumuskan kedalam persamaan

⃗⃗ ⃗⃗

Adapun persamaan besar gaya yang dikerahkan medan magnetik adalah

Medan magnet statik dihasilkan oleh magnet permanen atau melalui aliran arus searah (DC). Medan magnet statik, atau medan arus searah (DC) tersebut besarnya konstan terhadap waktu, dan dapat dikatakan memiliki frekuensi 0 Hz dengan panjang gelombang yang tak-terhingga.

(19)

3 solenoida berjarak sangat dekat, medan di dalam solenoida akan paralel dengan sumbunya kecuali di bagian ujung-ujungnya.6

Gambar 1 Solenoida yang dialiri arus I dan panjang kumparan L Besar medan magnet yang dihasilkan pada pusat solenoid dapat dinyatakan sebagai :

Sedangkan besar magnet ditepi solenoid :

dengan N adalah banyaknya lilitan pada solenoid; i adalah arus yang mengalir pada solenoid dan L adalah panjang solenoid.

Karakteristik Jantung Katak

(20)

4

Otot jantung berkontraksi karena adanya peran potensial aksi, Ca2+, dan ATP. Potensial aksi menyebabkan Ca2+ dikeluarkan ke dalam sitosol dari simpanan intrasel di retikulum sarkoplasma. Selama potensial aksi Ca2+ juga berdifusi dari cairan ekstra seluler ke dalam sitosol melintasi membran plasma. Pemasukan Ca2+ ini semakin memicu pengeluaran Ca2+ dari retikulum sarkoplasma. Pasokan tambahan Ca2+ ini tidak saja merupakan faktor utama memanjangnya potensial aksi jantung, tetapi juga menyebabkan pemanjangan periode kontraksi jantung. Peran Ca2+ di dalam sitosol, seperti di otot rangka, adalah berikatan dengan kompleks troponin-tropomiosin yang akan membentuk filament bersama aktin, sehingga melalui peran ATP terjadi pembentukkan jembatan silang dan pergeseran aktin dan miosin. Secara fisik dengan pergeseran tersebut akan dapat terjadi kontraksi. Pengeluaran Ca2+ dari sitosol oleh pompa aktif di membran plasma dan retikulum sarkoplasma melalui energi dari ATP menyebabkan troponin dan tropomiosin kembali dapat menghambat jembatan silang, sehingga kontraksi berhenti dan jantung relaksasi. Intensitas kontraksi bergantung pada jumlah potensial gelombang lambat yang mencapai ambang, yang pada gilirannya bergantung pada seberapa lama ambang dipertahankan. Pada sel jantung durasi potensial aksi memainkan peranan penting dalam pengontrolan durasi kontraksi. Semakin besar jumlah potensial aksi, semakin besar konsentrasi Ca2+ sitosol, semakin besar aktivitas jembatan silang, dan semakin kuat kontraksi.7

Interaksi Medan Magnet dengan Bahan Biologis

(21)

5 mendasari berbagai efek pada jaringan yang dapat dirangsang secara elektrik, termasuk stimulasi visiosensori yang menghasilkan magnetophosphenes.

Medan magnet statik mempunyai dua jenis efek mekanik terhadap bahan biologis yang termasuk ke dalam mekanisme interaksi efek magnetomekanik. Efek yang pertama yaitu orientasi magnetik. Dalam medan magnet statik yang seragam, molekul diamagnetik dan paramagnetik mengalami torsi (tenaga putaran) yang cenderung menyesuaikan molekul tersebut dengan medan. Ketika bahan magnetik seperti fibrin, kolagen, osteoblas dan sel otot halus dikenai medan magnet statik, bahan tersebut akan mensejajarkan diri baik secara paralel atau tegak lurus terhadap arah medan magnet, tergantung dari anisotrofi bahan tersebut. Torsi magnet yang beraksi terhadap komponen diamagnetik dalam sel biologis mengakibatkan fenomena orientasi magnetik. Efek yang kedua yaitu translasi magnetokimia, dijelaskan bagaimana variasi kuat medan magnet statik terhadap jarak menghasilkan gaya netto dalam bahan paramagnetik dan ferromagnetik yang mengarah pada gerak translasi. Dikarenakan terbatasnya jumlah bahan magnetik pada sebagian besar jaringan hidup, pengaruh efek ini terhadap fungsi biologis dapat diabaikan.

Interaksi yang terakhir yaitu interaksi elektronik. Pada golongan tertentu reaksi kimia yang melibatkan keadan intermediet elektron radikal dimana interaksi dengan medanstatik dapat menyebabkan efek terhadap keadaan spin elektron. Terdapat kemungkinan bahwa waktu hidup keadaan intermediet elektron relevan secara biologi cukup pendek sehingga interaksi medan magnetik hanya menghasilkan pengaruh yang kecil terhadap produk reaksi kimia, dan bahkan dapat diabaikan.

METODE

Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai bulan Februari 2014. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan dan Laboratorium Biofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

(22)

6

Isolasi Jantung Katak

Katak disiapkan sebagai hewan uji yang terjaga sisi ventralnya ke papan bedah dengan menggunakan pin lurus atau jarum. Sebelumnya susunan saraf pusat katak dirusak melalui metode double pithing. Double pithing bertujuan untuk merusak saraf pusat dengan memasukkan sonde melalui foramen occipitale. Setelah susunan saraf pusatnya dirusak kemudian buat sayatan memanjang dari dada sampai ke perut katak menggunakan pisau bedah. Setelah itu bedah kulit katak agar terlihat tulang rusuk, tulang dada, sampai ke rongga dada untuk melihat jantung dalam kantong pericardialnya. Dengan menggunakan pinset, pegang perikardium dan hati-hati dalam memotongnya untuk memperlihatkan jantungnya. Berikan larutan rynger pada jantung katak setiap dua atau tiga menit untuk mencegah jantung mengering agar jantung katak tetap hidup.

Pemberian Medan Magnet

Katak yang sudah dibedah diletakkan pada papan bedah, apex jantung katak dikaitkan pada penjepit yang diikat dengan benang yang telah terhubung dengan transduser ADInstrumens kemudian diberi medan magnet yang dihasilkan dari kumparan solenoida yang diberi arus DC. Kumparan solenoid diletakkan di dekat organ jantung katak. Besarnya medan magnet divariasikan dari 60 Gauss sampai 420 Gauss.

Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan uji fisis terhadap sampel uji dengan memberikan variasi medan magnet yang diletakkan sekitar sample. Setiap satu sampel jantung katak diambil data sebanyak lima kontrol dan lima perlakuan. Kontrol dilakukan dengan mengambil data tanpa diberi medan magnet sedangkan perlakuan dilakukan dengan memberi medan magnet setelah pengambilan data kontrol. Satu variasi medan magnet setiap data dilakukan selama 90 detik. Pengambilan data dilakukan secara selang-seling antara kontrol dan perlakuan. Pengambilan data dilakukan menggunakan software Chart 5 ADInstrumens yaitu hasil berupa grafik hubungan kekuatan kontraksi jantung terhadap waktu.

Analisis Data

(23)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jantung katak menunjukkan adanya kontraksi dengan ritme dan kekuatan kontraksi yang besarnya bervariasi berdasarkan besarnya jantung. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini merupakan perbandingan antara kontrol tiap sampel dan perlakuannya. Denyut jantung yang terjadi berlangsung secara otomatis karena tidak lagi berhubungan dan dipengaruhi oleh sistem ssaraf pusat.

Amplitudo Gaya Kontraksi

Aplitudo gaya kontraksi merupakan gambaran besarnya gaya atau kekuatan maksimum kontraksi jantung tiap sampel. Berdasarkan pengambilan data yang ditampilkan pada Chart 5 ADinstrumens memperlihatkan hubungan antara amplitudo gaya kontraksi dengan medan magnet, baik kontrol maupun perlakuan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.

(24)

8

Gambar 3 Pengaruh medan magnet terhadap persentase perubahan amplitudo gaya kontraksi otot jantung katak

Analisis data menunjukkan tidak adanya pola hubungan yang terjadi pada amplitudo gaya kontraksi otot jantung selama pemaparan medan magnet dengan paparan 60 Gauss sampai 420 Gauss, seperti yang tergambarkan pada Gambar 3 bagaimana persentase perubahan amplitudo yang tidak beraturan.

(25)

9 memperlihatkan tidak adanya perubahan signifikan. Hasil statistik ini memperkuat bahwa tidak adanya pengaruh medan magnet terhadap amplitude gaya kontraksi. Tidak adanya perubahan amplitudo yang terjadi pada kontraksi otot jantung ini medan magnet diduga tidak berpengaruh pada perubahan kanal maupun konsenstrasi ion dalam otot jantung, seperti halnya penurunan amplitudo kontraksi pada bagian usus yang mengalami paparan medan magnet diduga akibat perubahan kanal dan konsentrasi ion pada pleksus instrinsik, otot polos.10 Perubahan kanal dan konsentrasi ion ini juga terjadi pada interstitial Cells of Cajal (ICC) yang diketahui sebagai pacemaker dalam proses kontraksi gastrointestinal sehingga mengalami perubahan amplitudo.15 Medan magnet juga diduga tidak mempengaruhi perubahan aliran ion Ca2+ sebagai mana terjadi pada kontraksi otot polos usus kelinci bahwa penurunan yang terjadi pada amplitudo kontraksi diduga terjadi karena adanya perubahan pada aliran ion Ca2+ yang disebabkan oleh gaya yang dikerahkan medan magnet terhadap ion.13

Frekuensi Kontraksi

Frekuensi kontraksi merupakan laju kontraksi yang dihasilkan selama pengambilan data. Frekuensi ini dinyatakan dengan banyaknya kontraksi per 30 detik. Grafik yang ditampilkan pada Chart 5 ADinstrumens juga dapat diperoleh frekuensi kontraksi, baik pada kontrol maupun pada saat diberikan perlakuan medan magnet. Pada Gambar 4 menunjukkan hubungan frekuensi terhadap medan magnet yang diberikan.

(26)

10

Gambar 5 Pengaruh medan magnet terhadap persentase perubahan frekuensi kontraksi otot jantung katak

Analisis data menunjukkan bahwa paparan medan magnet paparan 60 Gauss sampai 420 Gauss menyebabkan frekuensi menurun, dengan penurunan yang paling besar terjadi pada paparan 120 Gauss, seperti yang terlihat pada Gambar 5.

Tabel 2 Pengaruh medan magnet terhadap frekuensi kontraksi otot jantung katak

Keterangan : tanda * menyatakan berbeda nyata (P < 0.05)

Data yang ditunjukkan pada tabel 2 juga menunjukkan bahwa medan magnet membuat semua persentase frekuensi hasilnya negatif yang berarti penurunan, namun semakin besar medan magnet yang diberikan tidak membuat semakin besar pula persentase perubahan yang terjadi pada frekuensi kontraksi otot jantung, pengaruh yang diberikan oleh medan magnet tidak menunjukan hubungan berbanding lurus. Artinya besarnya medan magnet tidak berpengaruh terhadap besarnya persentase penurunan frekuensi. Data ini dianalisis statistik dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan terlebih dahulu melihat sebaran data yang diperoleh normal atau tidak dengan uji normalitas. Pada data frekuensi kontraksi ini diperoleh sebaran data yang sudah normal (0.752>0.05), selanjutnya diuji Duncan untuk mengetahui apakah ada perubahan yang signifikan dari data tersebut. Hasil analisis statistik malalui uji Duncan pada tingkat kepercayaan

(27)

11 95 % memperlihatkan adanya perubahan signifikan, persentase perubahan yang signifikan terjadi pada medan magnet sebesar 120 Gauss.

Hal yang diperoleh ini berbeda dengan kontraksi pada usus halus kelinci yang menunjukkan tidak adanya perubahan frekuensi kontraksi dengan pemberian medan magnet, walaupun medan magnet yang diberikan hanya antara 30 Gauss sampai 180 Gauss saja.13 Penurunan frekuensi yang terjadi pada kontraksi otot jantung yang terkena paparan medan magnet diduga akibat medan magnet merubah arah dan memperlambat kecepatan aliran muatan negatif dari impuls-impuls yang dibangkitkan nodus sinus untuk membentuk potensial aksi. Jantung dilengkapi dengan suatu sistem khusus untuk membangkitkan impuls-impuls ritmis yang menyebabkan timbulnya kontraksi ritmis otot jantung, dan untuk mengkonduksikan impuls ini dengan cepat keseluruh jantung. Kebanyakan serat-serat jantung mempunyai kemampuan perangsangan sendiri (self-excitation), yang merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan lepasan dan kontraksi ritmis

yang otomatis.2 Hal ini memang benar bahwa serat-serat jantung merupakan sistem konduksi yang khusus, bagian sistem ini yang memperlihatkan ransangan sendiri secara luas adalah serat-serat nodussinus. Dengan alasan inilah nodus sinus biasanya mengatur kecepatan denyut seluruh jantung. Salah satu mekanismenya, mengacu pada hukum fisika bahwa bila ada materi bermuatan listrik yang bergerak pada suatu medan elektromagnetik, materi tersebut akan mendapat gaya Lorent ke arah tegak lurus medan elektromagnetik tersebut. Materi-materi organik dalam tubuh juga bermuatan listrik, oleh karenanya adanya medan elektromagnetik akan merubah arah dan besarnya kecepatan aliran elektron dalam tubuh.

Kekuatan Kontraksi

(28)

12

Gambar 6 Pengaruh medan magnet terhadap gaya kontraksi otot jantung katak

Gambar 7 Pengaruh medan magnet terhadap persentase perubahan gaya kontraksi otot jantung katak

Analisis data menunjukkan tidak adanya pola hubungan yang terjadi pada kekuatan kontraksi otot jantung selama pemaparan medan magnet dengan paparan 60 Gauss sampai 420 Gauss, seperti yang terlihat pada Gambar 7 bagaimana persentase perubahan amplitudo yang tidak beraturan.

(29)

13 Tabel 3 Pengaruh medan magnet terhadap kekuatan kontraksi otot jantung katak kontraksi sementara untuk medan magnet 180 Gauss sampai 420 Gauss kekuatan kontraksi mengalami penurunan, serta simpangan baku yang cukup besar walaupun telah dilakukan pengulangan lima kali pada setiap besaran medan magnet yang diberikan. Data ini dianalisis statistik dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan terlebih dahulu melihat sebaran data yang diperoleh normal atau tidak dengan uji normalitas. Pada data kekutan kontraksi ini sebaran sudah data normal (0.127>0.05) sehingga setelah dapat diuji Duncan untuk mengetahui apakah ada perubahan yang signifikan dari data tersebut. Hasil analisis statistik malalui uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95 % memperlihatkan tidak adanya perubahan signifikan. Tidak adanya perubahan kekuatan kontraksi diduga karena tidak adanya perubahan amplitudo kontraksi yang terjadi. Kekuatan kontraksi cenderung konstan dan tidak ada perbedaan antara kontrol dan perlakuan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(30)

14

Saran

Untuk pengembangan selanjutnya, katak yang akan kita uji dirangsang terlebih dahulu jantungnya agar memiliki kontraksi awal yang sudah cepat, dan juga frekuensi medan magnet lebih divariasikan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anies. 2006. Potensi Gangguan Kesehatan Akibat Radiasi Elektromagnetik SUTET. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo

2. Anwar, Salwin. 2009. Rancang Bangun Elektrokardiograph Berbasis Personal Computer (PC). Padang : Teknik Elekto Politeknik Negeri Padang

3. Candiasa, I Made. 2003. Statistik Multivariat Disertai Aplikasi dengan SPSS. Singaraja : Unit IKIP Negeri Singaraja

4. Chen P S, Chen L S, Cao J M, Sharifi B, Karagueuzian H S, Fishbein M C. 2001. Sympathetic nerve sprouting, electrical remodeling and the mechanisms of sudden cardiac death. J Cardiovascular Research 50 (2001) 409–416

5. Chionna A, Dwikat A, Panzarini E, Tenuzzo B, Carla E C, Verri T, Pagliara P, Abbro L, Dini L. 2003. Cell shape and plasma membran alterations after static magnetic fields exposure. Eur J Histochem

47(4):299-308

6. Giancoli, Douglas, C. 2001. Fisika Edisi Kelima. Jilid kedua. Jakarta : Erlangga

7. Ginting, Almaycano. 2008. Pengaturan Proses Sistem Gastrointestinal. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

8. Jajte J, Grzegorczyk J, Zmyslony M, Rajkowska E, Sliwinska-Kowalska M, Kowalski M L. 2001.Influence of a 7 mT static magnetic field and iron ionss on poptosis and necrosis in rat blood lymphocytes. J Occup Health

43:379-381.

9. Moulder, John. 2004. Static Electric and Magnetic and Human Health.

http://www.mcw.edu/gcrc/cop/ststic-fields-cance r-faq/toc.html. (diunduh oktober 2013)

10.Nuryandani, Einstivina. 2005. Efek Medan Terhadap Kontraksi Usus Halus Kelinci Secara In Vitro. Bogor : Institut Pertanian Bogor

11.PT.PLN. 2006. Pembangunan Saluran Udara Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Menjamin Keberlangsungan dan Kehandalan Pasokan Listrik. http://www.pln.co.id/ ( diunduh oktober 2013)

12.Schenck, John, F. 2000. Safety of Strong, Static Magnetic Fields. Journal ofmagnetic resonance imaging 12: 2-19

13.Suarga, Cepy. 2006. Efek Medan Terhadap Kontraksi Usus Halus Kelinci Secara In Vitro. Bogor : Institut Pertanian Bogor

(31)

15 15.Torihashi S, Fujimoto T, Trost C, Nakayama S. 2002. Calcium oscillation linked to pacemaking of Interstitial cells of Cajal. J Bio Chem 277(21): 19191-19197

(32)

16

Kekuatan kontraksi ( N )

(33)

17 Lampiran 2 Pola Kontraksi Otot Jantung Katak dengan Berbagai Perlakuan

i). 60 Gauss

(34)

16

ii). 120 Gauss

Kontrol Perlakuan

iii). 180 Gauss

(35)

17

iv). 240 Gauss

(36)

18

v). 300 Gauss

(37)

19

vi). 360 Gauss

(38)

20

vii). 420 Gauss

(39)

21 Lampiran 3. Analisis Data Menggunakan SPSS

A.

Amplitudo Gaya Kontraksi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Amplitudo

N 40

Normal Parametersa Mean .006144

Std. Deviation .0358066

Most Extreme Differences Absolute .243

Positive .243

Negative -.157

Kolmogorov-Smirnov Z 1.538

Asymp. Sig. (2-tailed) .018

a. Test distribution is Normal.

Asymp.Sig.(2-tailed) = 0.018 < 0.05

distribusi populasi perubahan periode Amplitudo belum normal, oleh karena itu data Amplitudo perlu dilakukan transformasi terlebih dahulu. Transformasi yang digunakan adalah

data baru = (ln (data Amplitudo + 0.15))2 Hasilnya adalah

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Amplitudo_trans

N 40

Normal Parametersa Mean 3.568469

Std. Deviation .7254138

Most Extreme Differences Absolute .208

Positive .208

Negative -.192

Kolmogorov-Smirnov Z 1.317

Asymp. Sig. (2-tailed) .062

a. Test distribution is Normal.

Asymp.Sig.(2-tailed) = 0.062 > 0.05

(40)

22

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Medan_magnet 0 Kontrol 5

1 60 Gauss 5

2 120 Gauss 5

3 180 Gauss 5

4 240 Gauss 5

5 300 Gauss 5

6 360 Gauss 5

7 420 Gauss 5

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Amplitudo

Medan_magnet Mean Std. Deviation N

Kontrol .000000 .0000000 5

60 Gauss .000627 .0347989 5

120 Gauss .004115 .0354312 5

180 Gauss .028711 .0771553 5

240 Gauss .018499 .0194270 5

300 Gauss -.004762 .0106479 5

360 Gauss -.010128 .0138705 5

420 Gauss .012092 .0442325 5

(41)

23

Corrected Total 20.523 39

a. R Squared = ,091 (Adjusted R Squared = -,108)

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(42)

24

B.

Frekuensi Kontraksi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frekuensi

N 40

Normal Parametersa Mean -.013535

Std. Deviation .0154779

Most Extreme Differences Absolute .107

Positive .107

Negative -.100

Kolmogorov-Smirnov Z .675

Asymp. Sig. (2-tailed) .752

a. Test distribution is Normal.

Asymp.Sig.(2-tailed) = 0.752 > 0.05

distribusi populasi perubahan periode Frekuensi adalah normal.

Between-Subjects Factors

Value Label N

Medan_magnet 0 Kontrol 5

1 60 Gauss 5

2 120 Gauss 5

3 180 Gauss 5

4 240 Gauss 5

5 300 Gauss 5

6 360 Gauss 5

(43)

25

Descriptive Statistics

Dependent Variable:Frekuensi

Medan_magnet Mean Std. Deviation N

(44)

26

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = ,000.

C.

Kekuatan Kontraksi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kekuatan kontraksi

N 40

Normal Parametersa Mean .001610

Std. Deviation .0610831

Most Extreme Differences Absolute .186

Positive .186

Negative -.089

Kolmogorov-Smirnov Z 1.173

Asymp. Sig. (2-tailed) .127

a. Test distribution is Normal.

Asymp.Sig.(2-tailed) = 0.127 > 0.05

(45)

27

Univariate Analysis of Variance

Between-Subjects Factors

Value Label N

Medan_magnet 0 Kontrol 5

1 60 Gauss 5

2 120 Gauss 5

3 180 Gauss 5

4 240 Gauss 5

5 300 Gauss 5

6 360 Gauss 5

7 420 Gauss 5

Descriptive Statistics

Dependent Variabl: kekuatan kontraksi

Medan_magnet Mean Std. Deviation N

Kontrol .000000 .0000000 5

60 Gauss .012969 .0881102 5

120 Gauss .050897 .1033475 5

180 Gauss -.024759 .0392350 5

240 Gauss -.007781 .0659833 5

300 Gauss -.006368 .0347410 5

360 Gauss -.007618 .0658118 5

420 Gauss -.004459 .0457247 5

(46)

28

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.

(47)

29 Keterangan analisis data

a. Tests of Between-Subjects Effects

ANOVA satu faktor

Dalam kasus ini uji ANOVA satu faktor digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan yang nyata pada perubahan parameter kontraksi jatung katak berdasar medan magnet.

Hipotesis

Hipotesis untuk kasus ini:

Ho = rata-rata Populasi adalah identik (rata-rata perubahan parameter kontraksi tidak berbeda nyata)

Hi = rata-rata Populasi adalah tidak identik (rata-rata perubahan parameter kontraksi memang berbeda nyata)

Pengambilan keputusan

Dasar Pengambilan Keputusan berdasar nilai Probabilitas: o Jika probabilitas > 0.05, Ho diterima.

o Jika probabilitas < 0.05, Ho ditolak.

b. Post Hoc Test

(48)

30

Lampiran 4 Diagram Alir Penelitian

Perancangan Sistem

Siap ?

Ya

Tidak

Analisis Data

Penyusunan Skripsi

Eksperimen

Pengambilan dan

Pengolahan Data

(49)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lebakpada tanggal 17 februari 1993 dari bapak Saleh dan ibu Wiwi Susilawati.Penulis merupakan putera pertama dari dua bersaudara.Penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 3 Rangkasbitung dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi S1 di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Gambar

Gambar 2  Pengaruh medan magnet terhadap amplitudo kontraksi otot
Gambar 3  Pengaruh medan magnet terhadap persentase perubahan
Gambar 4  Pengaruh medan magnet terhadap frekuensi kontraksi otot jantung katak
Gambar 5  Pengaruh medan magnet terhadap persentase perubahan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan Pengaruh Latihan Squat Jump dengan Latihan Box Jump Terhadap Kekuatan Otot Tungkai Pada Siswa Ekstrakurikuler Sepak Bola SMP PANCA BUDI Medan Tahun 2014..

Namun pada gambar 4.2 menunjukkan hanya kelompok sampel G (biji cabai yang dipapar medan magnet ELF 300 µT selama 60 menit) yang memberikan hasil konsisten berupa

kesimpulan sebagai berikut: a) Paparan medan magnet ELF (Extremely Low Frequency) intensitas 300 µT dan 500 µT berpengaruh terhadap perubahan jumlah mikroba