• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi pengembangan wisata birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Banyumas Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi pengembangan wisata birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Banyumas Jawa Tengah"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA BIRDWATCHING

DI WANAWISATA CURUG CIPENDOK

BANYUMAS JAWA TENGAH

MOKHAMAD ASYIEF KHASAN BUDIMAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi pengembangan wisata birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Banyumas Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Mokhamad Asyief Khasan Budiman

(4)

ABSTRAK

MOKHAMAD ASYIEF KHASAN BUDIMAN. Potensi Pengembangan Wisata

birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Banyumas Jawa Tengah. Dibimbing oleh YENI ARYATI MULYANI dan EVA RACHMAWATI.

Wisata pengamatan burung liar (birdwatching) merupakan salah satu bentuk wisata alam yang menjadi terobosan bagi daerah-daerah yang sedang terus berupaya meningkatkan aset pariwisatanya. Salah satu daerah tersebut yaitu Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah dengan salah satu kawasan wisatanya yaitu Wanawisata Curug Cipendok yang berada di lereng selatan Gunung Slamet. Pengembangan wisata birdwatching memerlukan dukungan data potensi burung, potensi jalur yang ada, dan potensi pengunjung. Tujuan dari penelitian ini ialah membuat rekomendasi jalur wisata birdwatching berdasarkan sebaran spasial dan temporal burung, kondisi jalur yang ada, dan keinginan pengunjung. Penilaian pada tiap jalur menghasilkan Jalur Barat, Jalur Soma – Telaga Pucung, Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok dan Jalur Timur merupakan jalur yang dapat dikembangkan wisata birdwatching.

Kata kunci: birdwatching, burung, jalur wisata, Wanawisata Curug Cipendok.

ABSTRACT

MOKHAMAD ASYIEF KHASAN BUDIMAN. The potential of development birdwatching tourism in Wanawisata Curug Cipendok Banyumas Central Java. Supervised by YENI ARYATI MULYANI and EVA RACHMAWATI.

Birdwatching tourism is one form of nature tourisms that can become a breakthrough for regionals trying to increase their tourism assets. One of those regions is Banyumas Regency Central Java Province with one of tourism area that is Wanawisata Curug Cipendok which is located at south slope of Slamet Mountain. Birdwatching tourism development need support data such as bird potential, available trail potential, and visitor potential. The purpose of this research is to make recommendation of birdwatching tourism track based on spatial and temporal bird distribution, available trail condition, and visitors’ interest. Assessment in each trails produce Barat Trail, Soma – Telaga Pucung Trail, Jalan Utama – Curug Cipendok Trail and Timur Trail there is trails which can be develop birdwatching tourism.

(5)

POTENSI PENGEMBANGAN WISATA BIRDWATCHING

DI WANAWISATA CURUG CIPENDOK

BANYUMAS JAWA TENGAH

MOKHAMAD ASYIEF KHASAN BUDIMAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

(6)
(7)

Judul Skripsi : Potensi pengembangan wisata birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Banyumas Jawa Tengah

Nama : Mokhamad Asyief Khasan Budiman NIM : E34090051

Disetujui oleh

Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc Pembimbing I

Eva Rachmawati, S Hut, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2014 ini ialah wisata birdwatching, dengan judul Potensi pengembangan wisata

birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc dan Ibu Eva Rachmawati, S Hut, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan saran. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Bapak Krusharto selaku koordinator pengelola Wanawisata Curug Cipendok, Bapak Kuswanto, Bapak Rasim, beserta seluruh staf Kantor pengelolaan Wanawisata Curug Cipendok, serta Apris NR, Asman AP, Hariyawan AW, Aji S beserta kawan-kawan Banyumas Wildlife Photography (BAWOR) – Biodiversity Society Purwokerto yang banyak membantu penulis selama pengambilan data di lapang, kawan-kawan Kelompok Pemerhati Burung (KPB) Perenjak Himakova 46 khususnya Reza AA, Hafiyan S, Dedy S, Ilham KA, serta kawan-kawan Anggrek Hitam KSHE 46 khususnya Romi P yang telah membantu dalam pembuatan peta, Keluarga Besar Himakova dan Fahutan IPB, kawan-kawan Camp Rinjani Fahutan IPB Hilman, Cecen, Yandra, Bagus, Tek-tek, Hasan, Haris, Dodoy, Doyok dan Panjul beserta kawan-kawan penghuni lainnya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh kader HMI Cabang Bogor khususnya Komisariat Fahutan IPB, kawan-kawan Kawah Kelud, kawan-kawan Ikamahamas Purwokerto khususnya Imam Hidayat, Karim Mustofa, dan yang lainnya. Terima kasih juga penulis sampaikan pada bapak Mayor TNI (purn) Beni beserta keluarga, bapak Mardi, bapak Muhtar, mas Kholis atas dorongan dan motivasi yang diberikan serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 2

METODE 3

Tempat dan Waktu 3

Alat 3

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 4

Pengolahan dan Analisis Data 5

Pemilihan Jalur Wisata Birdwatching 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Hasil 10

Pembahasan 23

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 26

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis, informasi data, dan cara pengambilan data 4

2 Penilaian keinginan pengunujung 6

3 Penilaian kondisi jalur 7

4 Skala tingkat perjumpaan jenis (Bibby et al. 2000) 8

5 Penilaian potensi burung 9

6 Jumlah pengunjung Wanawisata Curug Cipendok 12 7 Hasil penilaian keinginan pengunjung terhadap jalur di Wanawisata Curug

Cipendok 15

8 Jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok 15 9 Kondisi jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok 16

10 Hasil penilaian kondisi jalur 19

11 Kekayaan jenis burung dan suku 19

12 Jumlah jenis burung yang memiliki daya tarik pada tiap jalur 20 13 Hasil penilaian potensi burung pada tiap jalur 21

14 Penilaian jalur wisata birdwatching 23

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian. 3

2 Air terjun Curug Cipendok. 11

3 Telaga Pucung. 11

4 Parkiran. 12

5 Gerbang Wanawisata Curug Cipendok. 12

6 Karakteristik responden menurut umur (a), asal (b), jenis kelamin (c),

pendidikan terakhir (d), dan pekerjaan (e). 13

7 Pengetahuan responden mengenai burung. 14

8 Pengalaman responden mengenai birdwatching. 14 9 Minat responden terhadap pengembangan wisata birdwatching. 14 10 Kondisi pada Jalur Barat (a), Jalur Tengah (b), Jalur Soma – Telaga Pucung

(c), Jalur Jalan Utama - Curug Cipendok (d), Jalur Timur (e). 17 11 Peta lokasi penelitian dan jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok. 18

12 Diagram frekuensi perjumpaan burung 20

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Penyebaran burung pada tiap jalur 27

2 Peta penyebaran burung secara spasial pada Jalur Barat dan Jalur Tengah 32 3 Peta penyebaran burung secara spasial pada Jalur Jalan Utama – Curug

Cipendok 33

4 Peta penyebaran burung secara spasial pada Jalur Soma – Telaga Pucung 34 5 Peta penyebaran burung secara spasial pada Jalur Timur 35

6 Jenis burung yang diketahui pengunjung 36

7 Frekuensi perjumpaan tiap jenis 38

8 Jenis yang memiliki daya tarik 41

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Wisata pengamatan burung liar (birdwatching) merupakan salah satu bentuk wisata alam yang sejak tahun 2000-an terus dikembangkan di Indonesia (DITJEND PHKA 2010). Salah satu hal yang mendorong pengembangan wisata ini ialah aspek ekonominya yang cukup menjanjikan bagi dunia usaha pariwisata (Idris 2002). Wisata ini bahkan menjadi salah satu usaha pariwisata alam yang menguntungkan di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan Inggris (Idris 2002). Hasil survei Kerlinger dan Brett (1995) diacu dalamJones dan Buckley (2001) di lima lokasi di Amerika Utara, yaitu Cape May (New Jersey), Hawk Montain (Pennsylvania), High Island (Texas), Grande Isle (Nebraska), dan Point Palee (Ontario) menunjukkan bahwa penghasilan daerah dari wisata birdwatching rata-rata mencapai + $ 35,33 juta per tahun. Melihat adanya potensi yang menjanjikan ini maka wisata ini perlu terus dikembangkan di Indonesia, terlebih lagi Indonesia memiliki keanekaragaman burung yang tinggi, dengan jumlah jenisnya mencapai 1598 jenis atau 17 % dari seluruh jumlah jenis yang ada di dunia (Ajie 2009).

Pengembangan wisata birdwatching di Indonesia merupakan sebuah terobosan bagi daerah-daerah yang sedang terus berupaya meningkatkan aset pariwisatanya. Salah satu daerah tersebut ialah Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah, yang memiliki beberapa kawasan wisata alam. Salah satu kawasan wisata di wilayah tersebut yaitu kawasan Wanawisata Curug Cipendok yang berada dikawasan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur tepatnya di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Gunung Slamet Barat Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Lebaksiu (sites.google.com 2013). Abiyogo (2004) memaparkan bahwasanya kawasan wisata ini berada di lereng selatan Gunung Slamet, dengan demikian kawasan ini memiliki potensi yang tinggi sebagai habitat dari berbagai jenis burung, karena Gunung Slamet merupakan salah satu daerah yang menjadi lokasi penting bagi burung atau IBA (Important Birds Areas) (Birdlife International 2013). Important Birds Areas (IBA) merupakan sebuah program yang mengupayakan penunjukan suatu lokasi menjadi habitat penting bagi populasi burung secara global. Lokasi yang ditunjuk sebagian besar masuk dalam kawasan konservasi di suatu negara, namun ada juga yang bukan kawasan konservasi dan diatur sesuai negara yang bersangkutan. Penentuan suatu kawasan dalam IBA berdasarkan kesepakatan internasional yang terbagi menjadi empat kriteria yaitu A1 (perlindungan spesies yang memiliki keterancaman tinggi secara global), A2 (perlindungan bagi spesies endemik dengan populasi yang terbatas), A3 (perlindungan pada wilayah yang menjadi habitat burung baik penetap maupun migran/burung yang berpindah pada suatu waktu tertentu) dan A4 (perlindungan lahan basah yang menjadi habitat burung air dan burung laut).

(14)

Endangered (genting) dan juga ciung-mungkal jawa (Cochoa azurea) yang berstatus Vulnerable (rentan) (IUCN 2012). Kawasan Gunung Slamet didukung dengan habitat heterogen yang dapat mendukung keberadaan berbagai jenis burung yang merupakan objek utama dalam wisata birdwatching.

Pengembangan wisata termasuk birdwatching memerlukan dukungan berbagai data yang meliputi potensi objek wisata berupa burung, potensi jalur yang ada, dan potensi pengunjung. Data potensi objek wisata yang diperlukan berupa jenis-jenis burung dan sebarannya, baik sebaran spasial maupun temporal. Diperlukan pula data-data mengenai jalur yaitu berupa kondisi jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok. Sampai saat ini, informasi mengenai daftar jenis burung dan sebarannya yang ada di kawasan Wanawisata Curug Cipendok belum tersedia. Informasi mengenai jalur-jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok juga belum tersedia. Selain itu, pengembangan wisata ini juga perlu didukung oleh data tentang karakteristik pengunjung, termasuk minat, pengetahuan, dan persepsi pengunjung Wanawisata Curug Cipendok guna mengetahui peluang pasarnya. Oleh sebab itu penelitian ini perlu dilakukan guna menunjang wisata

birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok.

Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini ialah membuat rekomendasi jalur wisata

birdwatching berdasarkan sebaran spasial dan temporal burung, kondisi jalur yang telah ada, dan keinginan pengunjung. Untuk mencapai tujuan tersebut ada beberapa tujuan khusus, yaitu:

1. Mengidentifikasi minat dan pengetahuan pengunjung mengenai wisata

birdwatching.

2. Mendeskripsikan kondisi jalur yang ada di kawasan Wanawisata Curug Cipendok.

3. Mengidentifikasi jenis-jenis burung yang ada di kawasan Wanawisata Curug Cipendok.

4. Menggambarkan sebaran spasial dan temporal burung di kawasan Wanawisata Curug Cipendok.

Manfaat

(15)

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Wanawisata Curug Cipendok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah (Gambar 1). Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari - Maret 2014.

Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Banyumas (2006)

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Alat

Peralatan yang digunakan untuk pengamatan burung yaitu binokuler Nikon

(16)

dijumpai, kamera digital untuk mendokumentasikan burung yang dijumpai dan kondisi jalur, dan jam tangan untuk melihat waktu perjumpaan burung. Selain itu digunakan peta kawasan wana wisata Curug Cipendok, Global Positioning System

(GPS) Garmin 60, laptop, dan software ArcGIS 10 untuk pencatatan koordinat spasial lokasi perjumpaan burung. Pengambilan data mengenai pengunjung menggunakan kuesioner, sedamgkan wawancara kepada pengelola dipandu dengan panduan wawancara. Objek pengamatan ialah burung-burung di Wanawisata Curug Cipendok dan jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data pengunjung, data jalur, dan data potensi keanekaragaman jenis burung. Pengambilan data dilakukan dengan cara pembagian kuesioner, wawancara serta observasi lapang di sekitar lokasi penelitian. Pengambilan data keanekaragaman jenis burung dilakukan pada setiap jalur yang telah ditentukan dengan beberapa pertimbangan yaitu potensi keanekaragaman jenis burung, kenyamanan dan keamanan pengunjung. Data pengunjung diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada pengunjung yang datang ke lokasi, sedangkan data kondisi jalur diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi lapang.

Tabel 1 Jenis, informasi data, dan cara pengambilan data

No Jenis Data Informasi yang dikumpulkan Metode Pengumpulan Data 1 Karakteristik

dan preferensi pengunjung

Jenis kelamin, umur, asal, pekerjaan, pola dan tujuan

kunjungan, pengetahuan mengenai burung, minat terhadap wisata

birdwatching serta fasilitas yang dibutuhkan

Kuesioner

2 Kondisi jalur 1. Jumlah jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok 2. Panjang (jarak), lebar,

kemiringan, dan kondisi tapak. 3. Fasilitas sarana dan prasarana

pendukung jalur (jenis, jumlah yang ada, kegunaan, posisi,

Kekayaan jenis burung, tingkat perjumpaan jenis burung, daya tarik burung, sebaran spasial burung, dan sebaran temporal burung

(17)

Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penyebaran kuesioner

Penentuan jumlah pengunjung sebagai responden menggunakan rumus Slovin (Sevilla 1993 diacu dalamPrasetyo dan Jannah 2005) yaitu:

n = N

1+Ne2

Keterangan: n = Jumlah responden

N = Jumlah rata-rata pengunjung per tahun e = Koefisien sampel, dalam penelitian ini

menggunakan nilai 10%

Kriteria yang digunakan sebagai penetuan responden adalah : a. Pengunjung Wanawisata Curug Cipendok.

b. Bersedia mengisi kuesioner untuk keperluan penelitian. c. Perwakilan dalam kelompok kunjungannya.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada responden yang mengetahui informasi mengenai kondisi lokasi penelitian dan pengelolaannya. Wawan cara dilakukan kepada satu orang yaitu koordinator pengelola Wanawisata Curug Cipendok.

3. Observasi lapang

Kegiatan ini berupa pengamatan kondisi jalur dan potensi mengenai burung. a. Pengamatan potensi burung dilakukan dengan menggunakan metode eksplorasi pada tiap jalur pengamatan di Wanawisata Curug Cipendok. Pengamat berjalan dengan kecepatan 1 – 2 Km/Jam dan memeriksa ke setiap sisi jalur pengamatan yang dilalui. Pengamatan dilakukan sepanjang hari mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Pada setiap jalur dilakukan tiga kali pengulangan. Parameter yang dicatat yaitu nama jenis burung, jumlah individu, waktu perjumpaan, aktivitas yang dilakukan dan titik koordinat perjumpaannya. Burung yang dijumpai didokumentasikan menggunakan kamera.

b. Observasi dilakukan pada tiap jalur yang ada sampai batas akhir jalur. Pengamatan kondisi jalur dilakukan dengan mencatat kondisi masing-masing jalur. Jalur yang diamati didokumentasikan menggunakan kamera.

Pengolahan dan Analisis Data

(18)

Skoring dilakukan pada variabel dari aspek mengenai kondisi jalur (panjang jalur, kemiringan, fasilitas, dan potensi bahaya), aspek potensi burung (kekayaan, frekuensi, dan keunikan), dan aspek keinginan pengunjung. Pada penelitian ini skor yang digunakan ialah 1 – 4, dimana skor 4 ialah skor tertinggi dan skor 1 ialah skor terendah. Penentuan bobot masing-masing variabel ditetapkan bobot potensi burung sebesar 45 %, kondisi jalur sebesar 40 %, dan keinginan pengunjung sebesar 15%. Cara ini digunakan untuk menilai kelayakan jalur menjadi jalur wisata birdwatching. Hal ini dikarenakan burung merupakan objek dari wisata birdwatching sehingga mendapatkan bobot yang paling besar. Penentuan kategori skoring ditentukan dengan mengadopsi Berkmuller (1981).

Karakteristik dan Preferensi Pengunjung

Data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada pengunjung disajikan pada tabel dan diolah dengan cara skoring untuk menentukan tingkat kesesuaian jalur pada lokasi penelitian. Skor yang telah didapatkan dari hasil analisis, kemudian digunakan untuk melihat jalur mana yang sesuai dengan keinginan pengunjung. Pada penelitian ini skor 1 dan 2 dianggap tidak sesuai dengan keinginan pengunjung, skor 3 dan 4 dianggap sesuai dengan keinginan pengunjung. Penilaian keinginan pengunjung disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Penilaian keinginan pengunujung

Aspek Variabel Kriteria Keterangan Skor

Keinginan

Bentuk jalur berupa jalan sudah diaspal

Tidak alami 1

Bentuk jalur berupa jalan sudah dipasang paving block

Bentuk jalur berupa jalan sudah diserasah dengan

Bentuk jalur berupa jalan tanah

Masih alami 4

Kondisi Jalur

(19)

Tabel 3 Penilaian kondisi jalur

Aspek Variabel Kriteria Keterangan Skor

Kondisi

Jarak terlalu pendek dan terlalu panjang

Tidak ada Jenis fasilitas yang tersedia (papan kondisi tapak yang licin dan rapuh, jurang, dll)

1

Ada 2 2

Ada 1 3

Tidak ada 4

Selanjutnya untuk melihat jalur mana yang baik dan tidak untuk kegiatan wisata ditentukan selang dari rata-rata skor dengan rumus:

(Skor maksimal – Skor minimal) / Jumlah kelas = (4-1) / 2 = 1,5

Sehingga ditentukan batas kelas skor jalur yaitu 1+1,5 = 2,5. Maka jalur dengan skor rata-rata < 2,5 dianggap jalur yang tidak baik untuk kegiatan wisata dan jalur dengan skor rata-rata > 2,5 dianggap jalur yang baik untuk kegiatan wisata menurut penilaian skor jalur.

Potensi Burung

Data yang didapatkan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Selanjutnya dilakukan penilaian potensi burung di Wanawisata Curug Cipendok yang meliputi tiga variabel, yaitu kekayaan jenis burung, frekuensi perjumpaan burung, dan daya tarik burung. Data penyebaran burung disajikan menurut penyebaran temporal dan spasial. Data mengenai sebaran temporal burung disajikan dalam bentuk histogram, sementara data mengenai sebaran spasial ditampilkan dalam bentuk peta. Pengolahan data sebaran spasial burung dilakukan menggunakan perangkat laptop yang dilengkapi software ArcGIS 10.

Kekayaan jenis

(20)

Rata-rata tersebut digunakan untuk menentukan selang kelas jumlah jenis untuk skoring dengan rumus S = (Smaks – Smin)/4.

Frekuensi perjumpaan burung

Frekuensi perjumpaan jenis burung digunakan untuk mengetahui frekuensi perjumpaan tertinggi dan terendah jenis-jenis yang ada di kawasan ini (Bibby et al. 2000). Pembagian tingkat perjumpaan ini menggunakan kategori skala yang diadaptasi dari dasar pembagian menurut Bibby et al. (2000). Rumus untuk menghitung tingkat perjumpaan jenis burung yaitu:

Frekuensi = Jumlah pertemuan jenis i Jumlah pengamatan pada tiap jalur

Skala tingkat perjumpaan jenis disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Skala tingkat perjumpaan jenis (Bibby et al. 2000)

Tingkat kelimpahan untuk 36 jam pengamatan ditentukan menurut endemisitas, jenis migrasi, dan status konservasi. Status konservasi didasarkan pada Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa, Red list IUCN dan CITES. Penentuan nilai ini didasarkan pada kategori pengunjung menurut Jones dan Buckley (2001). Hal ini digunakan untuk menentukan jenis-jenis burung yang berpotensi sebagai objek wisata birdwatching. Penilaian daya tarik burung yang dilakukan digunakan untuk membagi kelas skoring. Skor yang ditentukan juga empat kelas skor, sehingga pembagian kelas untuk keunikan burung menggunakan rumus S = (Smaks – Smin) / 4.

Penilaian potensi burung

Aspek potensi burung pun dilakukan pembagian kelas ke dalam dua kelas yaitu kelas jalur yang baik dan tidak menurut potensi burung. Selanjutnya untuk melihat jalur mana yang baik dan tidak untuk kegiatan wisata ditentukan selang dari rata-rata skor dengan rumus:

(Skor maksimal – Skor minimal) / Jumlah kelas = (4-1) / 2 = 1,5

(21)

menurut penilaian skor jalur. Cara penilaian potensi burung disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Penilaian potensi burung

Aspek Variabel Kriteria Keterangan Skor

Potensi

Tidak ada Frekuensi perjumpaan

< 25% jumlah total burung yang

Pemilihan Jalur Wisata Birdwatching

Penilaian Jalur Wisata Birdwatching

Rata-rata skor yang didapatkan untuk masing-masing aspek penilaian dikalikan dengan bobot tiap aspek, kemudian dijumlahkan menjadi total nilai yang dihasilkan untuk masing-masing jalur. Selanjutnya untuk menentukan kelayakan dari hasil skoring dilakukan penghitungan total skor yaitu dengan rumus ∑ (rata-rata skor tiap aspek x bobot). Kemudian ditentukan empat kriteria kelayakan yaitu sangat layak, layak, kurang layak, dan tidak layak. Penentuan selang yang digunakan untuk selang kelas skor kekayaan, keunikan, dan total perhitungan skor penilaian berdasarkan perhitungan sebagai berikut.

S = (Smaks – Smin) / K Keterangan:

(22)

Smin = Skor minimal (100) K = Jumlah klasifikasi (4)

Perhitungan yang diperoleh untuk selang total perhitungan skor penilaian yaitu: S = (400 – 100) / 4

S = 75

Sehingga didapatkan selang yang digunakan ialah 75. Penentuan selang kriteria kelayakan pada penelitian ini ialah:

100 < x < 175 : Kriteria kelayakan “Tidak layak” 175 < x < 250 : Kriteria kelayakan “Kurang layak” 250 < x < 325 : Kriteria kelayakan “Layak”

325 < x < 400 : Kriteria kelayakan “Sangat layak”

Rekomendasi Jalur Wisata Birdwatching

Pada tahap ini pemilihan jalur dibuat dari hasil penilaian. Hasil penilaian tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria kelayakan jalur. Jalur yang direkomendasikan untuk dikembangkan wisata birdwatching ialah jalur yang memenuhi kriteria kelayakan “Layak” dan “Sangat layak”. Selain itu juga keinginan dan pengatahuan pengunjung digunakan untuk menentukan tipe pengamat menurut Jones dan Buckley (2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Wanawisata Curug Cipendok (7°20’11.72” LS, 109°8’12.52” BT) adalah kawasan wisata di dalam kawasan Perhutani KPH Banyumas timur, tepatnya di BKPH Gunung Slamet barat RPH Lebaksiu. Secara administrasi kawasan ini masuk dalam Desa Karang Tengah Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Ketinggian lokasi ini dari permukaan laut yaitu 650 mdpl hingga 800 mdpl (Setiawan et al. 2007; Maharadatunkamsi 2010).

(23)

Gambar 2 Air terjun Curug Cipendok.

Gambar 3 Telaga Pucung.

Daerah sekitar Curug Cipendok masih dihuni satwa liar diantaranya elang jawa (Nisaetus bartelsii), rekrekan atau lutung abu (Presbytis fredericae), lutung budeng (Trachypitecus auratus), owa jawa (Hylobates moloch), kijang muncak (Muntiacus muntjac), babi hutan (Sus scrofa), kelelawar (Cynopterus brachyotis,

Macroglossus sobrinus, Eonycteris spelaea, Chironax melanocephalus,

Pipistrelus javanicus), tikus (Rattus tanezumi, Rattus exulans, Leopoldamys sabanus), bajing kelapa (Callosciurus notatus), tupai kekes (Tupaia javanica), bajing terbang (Hylopetes lepidus), macan tutul (Panthera pardus melas), dan beberapa satwa lainnya baik dari kelas burung maupun kelas lainnya (Setiawan 2007; Maharadatunkamsi 2010). Vegetasi yang tumbuh di dalam kawasan Wanawisata Curug Cipendok diantaranya ialah pinus (Pinus merkusii), agatis (Agathis dammara), dan tanaman lainnya.

(24)

Gambar 4 Parkiran.

Gambar 5 Gerbang Wanawisata Curug Cipendok.

Pengunjung Wanawisata Curug Cipendok

Berdasarkan laporan tahunan pengelolaan Wanawisata Curug Cipendok, jumlah pengunjung tahun 2009 – 2013 disajikan pada Tabel 6. Jumlah pengunjung tersebut digunakan untuk menentukan jumlah pengunjung yang dijadikan responden. Dengan perhitungan rumus Slovin, maka didapatkan jumlah pengunjung yang dijadikan responden ialah 100 orang.

Tabel 6 Jumlah pengunjung Wanawisata Curug Cipendok

Tahun Jumlah Pengunjung (orang)

2009 52.349

2010 51.013

2011 55.427

2012 50.986

2013 48.450

Rata-rata 51.645

Karakteristik Pengunjung

(25)

pekerjaan mayoritas sebagai pelajar/mahasiswa (Gambar 6). Hal ini disebabkan oleh akses yang mudah dicapai yang membuat responden yang memiliki waktu luang lebih banyak seperti pelajar/mahasiswa dengan mudah mencapainya.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 6 Karakteristik responden menurut umur (a), asal (b), jenis kelamin (c), pendidikan terakhir (d), dan pekerjaan (e)

Pengetahuan dan Minat Pengunjung Mengenai Burung dan Birdwatching

(26)

Gambar 7 Pengetahuan responden mengenai burung.

Gambar 8 Pengalaman responden mengenai birdwatching.

Gambar 9 Minat responden terhadap pengembangan wisata birdwatching.

Tujuan dan Pola Kunjungan

Sebagian besar responden berkunjung bersama teman dengan jumlah rombongan kurang dari 5 orang. Hal ini berkaitan dengan karakteristik responden yang mayoritas ialah pelajar/mahasiswa. Tujuan kunjungan responden didominasi oleh ingin menikmati panorama alam. Hal ini dikarenakan Wanawisata Curug Cipendok objek utama yang ditawarkan ialah keindahan panorama alamnya berupa air terjun Curug Cipendok.

Keinginan Responden

Mayoritas responden menginginkan jalur yang masih alami. Alami yang dimaksudkan ialah jalur yang akan dikembangkan untuk wisata birdwatching

memiliki media berupa tanah yang diperkeras, jalur yang sudah diserasah dengan batu, jalur yang sudah dibangun paving block, ataupun jalur yang sudah diaspal. Namun kondisi samping kanan dan kiri jalur belum banyak dilakukan perubahan atau pembangunan. Artinya wisata birdwatching perlu lebih diperkenalkan lagi kepada pengunjung. Hal ini berkaitan dengan pengalaman responden tentang

(27)

Penilaian Keinginan Pengunjung

Penilaian keinginan pengunjung didasarkan pada keinginan respoden terhadap kondisi jalur di Wanawisata Curug Cipendok. Penilaian yang telah dilakukan menghasilkan Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok yang dinyatakan tidak sesuai dengan keinginan pengunjung. Hasil penilaian ditampilkan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Hasil penilaian keinginan pengunjung terhadap jalur di Wanawisata Curug Cipendok

Nama jalur Kondisi tapak Skor yang didapat

Barat Jalan tanah 4

Tengah Jalan tanah 4

Soma - Telaga pucung Jalan tanah dan batu

serasah 3

Jalan Utama - Curug Cipendok

Jalan aspal dan batu

serasah 1

Timur Jalan tanah 4

Jalur di Wanawisata Curug Cipendok

Kondisi Umum Jalur di Wanawisata Curug Cipendok

Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi lapang, Wanawisata Curug Cipendok memiliki tujuh jalur yang dapat dikembangkan menjadi jalur wisata birdwatching. Jalur tersebut disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok

No Nama Jalur Penggunaan

1 Barat Jalur patroli dan masyarakat

2 Tengah Jalur patroli dan masyarakat

3 Soma Jalur patroli dan masyarakat

4 Telaga Pucung Jalur wisata

5 Jalan Utama Jalur penghubung dari gerbang ke parkiran

6 Curug Cipendok Jalur wisata

7 Timur Jalur patroli dan masyarakat

(28)

Tabel 9 Kondisi jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok

Kelima jalur yang diobservasi memiliki panjang yang terlalu panjang yaitu dengan panjang lebih dari 1,6 Km. Kemiringan pada jalur yang paling baik terdapat pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok. Fasilitas sarana prasarana yang ada pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok juga merupakan jalur dengan fasilitas sarana prasarana terlengkap. Pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok juga merupakan jalur yang paling aman dengan tidak adanaya potensi bahaya di jalur ini (Gambar 10 dan 11).

(29)

(a) (b)

(c) (d)

(e)

(30)

Gambar 11 Peta lokasi penelitian dan jalur yang ada di Wanawisata Curug Cipendok.

Penilaian Kondisi Jalur

(31)

Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok yang dianggap baik untuk kegiatan wisata menurut aspek kondisi jalur.

Tabel 10 Hasil penilaian kondisi jalur

Nama jalur

Berdasarkan hasil pengamatan lapang ditemukan 52 jenis burung dari 21 suku. Pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok ditemukan jenis burung terbanyak yaitu 32 jenis. Jumlah jenis burung paling sedikit ditemukan di Jalur Timur yaitu sebanyak 23 jenis. Kekayaan jenis burung disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Kekayaan jenis burung dan suku

Nama jalur Jumlah suku burung Jumlah jenis burung

Barat 15 29

(32)

Frekuensi Perjumpaan Burung

Frekuensi perjumpaan burung memperlihatkan intensitas perjumpaan suatu jenis burung pada tiap jalur (Gambar 12). Jalur yang memiliki frekuensi perjumpaan tertinggi yaitu pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok, sementara jalur yang memiliki frekuensi perjumpaan terendah yaitu pada Jalur Timur.

Gambar 12 Diagram frekuensi perjumpaan burung

Daya Tarik Burung

Daya tarik burung tiap jalur ialah jumlah jenis burung pada tiap jalur yang memiliki daya tarik berupa endemisitas, jenis migrasi, dan status konservasi. Secara keseluruhan ditemukan 18 jenis burung merupakan burung yang memiliki daya tarik.

Jalur yang memiliki daya tarik burung paling banyak ialah pada Jalur Barat, jalur yang paling sedikit jenis yang memiliki daya tarik ialah pada Jalur Tengah. Tabel jumlah jenis burung yang memiliki daya tarik burung pada tiap jalur disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah jenis burung yang memiliki daya tarik pada tiap jalur

Nama jalur Jumlah jenis yang memiliki daya tarik

Barat 14

Tengah 9

Soma - Telaga Pucung 12

Jalan Utama - Curug Cipendok 11

(33)

Penilaian Potensi Burung

Penilaian potensi burung dilakukan untuk menilai jalur mana yang berpotensi untuk digunakan kegiatan wisata menurut potensi burungnya. Hasil penilaian potensi burung pada tiap jalur disajikan pada Tabel 13. Hasil yang ditunjukkan diketahui bahwa semua jalur memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan kegiatan wisata birdwatching menurut aspek potensi burungnya.

Tabel 13 Hasil penilaian potensi burung pada tiap jalur

Nama jalur

Skor pada variabel

Skor rata-rata Kekayaan Frekuensi Daya tarik

burung

Barat 4 1 4 3

Tengah 4 1 2 2,33

Soma - Telaga

pucung 4 2 3 3,33

Jalan Utama -

Curug Cipendok 4 4 3 3,67

Timur 4 3 3 3,3

Penyebaran Burung

1. Sebaran spasial

Penyebaran jenis burung pada tiap jalur memperlihatkan keanekaragaman burung pada masing-masing jalur dan memetakan secara spasial persebaran burungnya. Terdapat 12 jenis burung yang dijumpai pada semua jalur, jenis-jenis burung tersebut yaitu elang hitam (Ictinaetus malayensis), wiwik uncuing (Cacomantis sepulcralis), walet linchi (Collocalia linchi), takur tohtor (Megalaima armillaris), cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), pelanduk topi-hitam (Pellorneum capistratum), pelanduk semak (Malacocincla separium), tepus pipi-perak (Stachyris melanothorax), cinenen jawa (Orthotomus sepium), cabai bunga-api (Dicaeum trigonostigma), kacamata biasa (Zosterops palpebrosus), dan bondol jawa (Lonchura luecogastroides).

2. Sebaran temporal

(34)

Gambar 13 Diagram sebaran temporal pada tiap jalur.

Pemilihan Jalur Wisata Birdwatching

Penilaian Jalur Wisata Birdwatching

Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pengunjung Wanawisata Curug Cipendok berminat untuk kegiatan wisata birdwatching, meskipun pada umumnya pengunjung belum pernah melakukan kegiatan tersebut dan belum memiliki pengetahuan yang lebih dalam mengeli jenis-jenis burung. kondisi tersebut menurut Jones dan Buckley (2001) dikatakan bahwa pengunjung yang dikategorikan sebagai pengamat burung umum. Artinya pengunjung Wanawisata Curug Cipendok merupakan pengamat yang memiliki karakter lebih santai yang hanya ingin mencoba bentuk lain dari wisata alam dan rekreasi di alam terbuka saat berwisata, namun tidak jarang pengamat burung umum seperti ini yang berlanjut menjadi pengamat burung spesialis atau yang lebih serius.

(35)

Tabel 14 Penilaian jalur wisata birdwatching

Rekomendasi Jalur Wisata Birdwatching

Penilaian secara keseluruhan dengan pemberian bobot pada masing-masing aspek menghasilkan jalur yang dapat direkomendasikan menjadi jalur wisata birdwatching yaitu Jalur Barat, Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok, dan Jalur Timur. Hal ini dikarenakan pada ketiga jalur tersebut yang memenuhi kriteria kelayakan yaitu layak untuk dikembangkan wisata birdwatching. Jalur-jalur tersebut merupakan Jalur-jalur yang dapat dikembangkan untuk pengembangan wisata birdwatching dengan waktu yang terbaik untuk dilakukan pengamatan yaitu pada pagi hari pukul 06.00 hingga 09.59.

Pembahasan

Wisata birdwatching merupakan sebuah wisata alam yang perlu dikembangkan di Wanawisata Curug Cipendok, karena menurut Bruun (1995) wisata ini merupakan salah satu bentuk wisata alam yang dapat memberikan pengalaman kepada pelaku wisata dalam menikmati daya tarik wisata yang di sediakan, dalam hal ini berupa keindahan dari burung-burung yang ada baik aktivitas maupun keindahan bulu dan kicauannya. Pengembangan wisata ini di Wanawisata Curug Cipendok perlu beberapa informasi yang diperlukan, diantaranya keinginan pengunjung, kondisi jalur, dan potensi burung. Hasil yang di peroleh pada penelitian ini ialah rekomendasi beberapa jalur yang layak untuk dijadikan jalur wisata birdwatching.

Berdasarkan data-data mengenai keinginan pengunjung Jalur Barat, Jalur Tengah, Jalur Soma – Telaga pucung, dan Jalur Timur merupakan jalur yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Artinya menurut pengunjung jalur-jalur tersebut merupakan jalur yang sesuai untuk kegiatan wisatanya.

(36)

pada jalur. Pada jalur ini panjang jalur memang kurang sesuai, namun dari segi lebar jalur, kemiringan jalur, sarana prasarana yang ada, dan potensi bahayan jalur maka jalur tersebut merupakan jalur yang paling mudah untuk dikembangkan kegiatan wisata birdwatching. Hasil penilaian jalur yang telah dilakukan menghasilkan jalur tersebut. Artinya jalur-jalur tersebut merupakan jalur yang sesuai untuk dikembangkan kegiatan wisata. Jalur ini merupakan jalur yang paling mendekati kriteria jalur yang baik menuru Berkmuller (1981) yang menyatakan beberapa kriteria jalur yang baik yaitu:

1. Menyajikan pemandangan atau objek wisata alam yang indah, dalam hal ini yaitu keindahan burung.

2. Jalur yang menyenangkan untuk berjalan kaki (tidak licin, tidak curam, tidak berlumpur atau tergenang).

3. Membuat pengunjung tetap gembira, tidak tegang.

4. Mudah dilalui pengunjung, terdapat tanda-tanda serta peta lokasi (jalur) yang jelas.

5. Tidak membahayakan pengunjung.

Semua jalur merupakan jalur yang berpotensi untuk dikembangkan

birdwatching bila dilihat dari potensi burungnya. Hal ini terlihat dari keanekaragaman jenisnya yaitu Jalur Barat dengan 29 jenis burung, Jalur Tengah dengan 31 jenis burung, Jalur Soma – Telaga pucung dengan 26 jenis burung, Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok dengan 32 jenis burung, dan Jalur Timur dengan 23 jenis burung. Selain itu beberapa jenis diantaranya merupakan burung yang memiliki daya tarik tersendiri. Pada Jalur Barat terdapat 14 jenis burung yang memiliki daya tarik, pada Jalur Tengah terdapat 9 jenis burung yang memiliki daya tarik, pada Jalur Soma – Telaga Pucung terdapat 12 jenis burung yang memiliki daya tarik, pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok terdapat 11 jenis burung yang memiliki daya tarik, serta pada Jalur Timur terdapat 10 jenis burung yang memiliki daya tarik.

Frekuensi perjumpaan jenis burung pun merupakan salah satu pertimbangan penilaian jalur dari segi burung. Terlihat jenis-jenis burung yang melimpah diantaranya ialah jenis walet linchi (Collocalia linchi) pada Jalur Soma – Telaga Pucung, Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok, dan Jalur Timur. Jenis cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) melimpah pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok dan Jalur Timur. Jenis bondol jawa (Lonchura leucogastroides) melimpah pada Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok. Jenis-jenis tersebut dapat dikatakan melimpah dengan dasar kriteria kemelimpahan perjumpaan jenis pada tiap jalur yang disesuakan dengan kriteria perjumpaan jenis menurut Bibby (2000). Frekuensi perjumpaan jenis tersebut dapat memperlihatkan bahwasanya jenis burung tersebut mudah dijumpai pada ketiga jalur tersebut.

(37)

jalur. Sehingga pada aspek potensi burung diberikan bobot tertinggi yaitu 45 %. Oleh karena itu penilaian yang telah dilakukan secara keseluruhan menghasilkan jalur-jalur tersebutlah yang perlu dikembangkan untuk wisata birdwatching.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini memberikan kesimpulan yaitu jalur yang dapat dikembangkan untuk wisata birdwatching ialah Jalur Barat, Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok, dan Jalur Timur dengan kesimpulan khususnya sebagai berikut: 1. Pengunjung Wanawisata Curug Cipendok memiliki minat yang tinggi terhadap

kegiatan birdwatching, namun pengunjung masih belum mengetahui tentang jenis-jenis burung dan juga tentang kegiatan birdwatching.

2. Terdapat lima jalur di kawasan Wanawisata Curug Cipendok dengan kondisi tiap jalur yang berbeda dan Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok merupakan jalur yang paling layak untuk dikembangkan menjadi jalur wisata birdwatching

dari segi kemiringan jalur, potensi bahaya, dan fasilitas sarana prasarananya. 3. Terdapat 52 jenis burung yang ditemukan dalam penelitian ini dan Jalur Jalan

Utama – Curug Cipendok merupakan jalur yang paling berpotensi dari segi potensi burungnya disusul oleh Jalur Timur, jalur Soma – Telaga Pucung, dan Jalur Barat.

4. Jalur yang paling banyak dijumpai jenis burung ialah Jalur Jalan Utama – Curug Cipendok yaitu sebanyak 32 jenis ditemui, waktu yang baik untuk melakukan kegiatan wisata birdwatching di kawasan ini ialah pada pagi hari (antara pukul 06.00 hingga pukul 10.00).

Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini yaitu:

1. Perlu diupayakan promosi tentang wisata birdwatching di Wanawisata Curug Cipendok.

2. Pembuatan program wisata birdwatching yang dipandu oleh pemandu yang sebelumnya diberikan pelatihan mengenai jenis wisata ini.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abiyogo S. 2004. Hotel Wisata Pegunungan di Kawasan Wisata Baturaden. Semarang (ID): Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Ajie HB. 2009. Burung-Burung di Kawasan Pegunungan Arjuna-Welirang Taman Hutan Raya Raden Suryo, Jawa Timur Indonesia. Surabaya (ID): Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh November.

Berkmuller K. 1981. Guidelines and Techniques for Environmental Interpretation. Michigan (US): University of Michigan.

Bibby C, Martin J, Stuart M. 2000. Teknik-Teknik Lapangan Survei Burung. Bogor (ID): Birdlife Indonesia Programe.

Birdlife International. 2013. Important Bird Areas factsheet : Gunung Slamet [internet]. [diacu 2013 april 29] tersedia dari : http://www.birdlife.org. Bruun M. 1995. Landscape as Resource for Leisure by Explotion or by

Exclusion? Proceedings the 33rd IFLA World Congress; Bangkok, 21-24 Oktober 1995. Bangkok: IFLA.

[DITJEND PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2010. Pemetaan jalur interpretasi wisata pengamatan burung di Resort Bama, SPTNW I Bekol. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.

Idris ND. 2002. Potensi wisata Birdwatching di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

[IUCN] International Union for Conservation of Nature. 2012. IUCN Redlist of Threatened Species [internet]. [diacu 2013 Juni 9] tersedia dari : http://www.iucnredlist.org.

Jones DN, Buckley R. 2001. Birdwatching Tourism in Australia. Wildlife tourism research report series (10): Status Assessment of Wildlife Tourism in Australia series.

MacKinnon J, Phillipps K, van Balen B. 1993. Seri Panduan Lapangan Burung Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI.

Maharadatunkamsi. 2010. Studi keanekaragaman mamalia di pulau jawa. Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Prasetyo B, Jannah LM. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: teori dan aplikasi. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada.

(39)

27 Lampiran 1 Penyebaran burung pada tiap jalur

No Suku Nama jenis Nama inggris Nama Ilmiah

1 Acciptridae Elang-ular bido

Crested serpent-eagle

Spilornis cheela

√ √ √ √

2 Elang hitam Black eagle Ictinaetus

malayensis √ √ √ √ √

4 Elang jawa Javan hawk-eagle Nisaetus bartelsi

5 Phasianidae Ayam-hutan hijau

Green junglefowl Gallus varius

7 Uncal buau Ruddy cuckoo-dove Macropygia

emiliana √ √ √

8 Tekukur

biasa

Spotted-dove Stigmatopelia

chinensis √ √ √ √

9 Cuculidae Wiwik lurik Banded bay cuckoo Cacomantis

(40)

28 Lampiran 1 Penyebaran burung pada tiap jalur (lanjutan)

No Suku Nama jenis Nama inggris Nama ilmiah

Nama jalur

11 Bubut besar Greater coucal Centropus sinensis √ √

12 Bubut

alang-alang

Lesser coucal Centropus

bengalensis √ √

13 Apodidea Walet linchi Cave-swiftlet Collocalia linchi √ √ √ √ √

14 Alcedinidae Cekakak jawa

Javan kingfisher Halcyon

cyanoventris √ √ √

15 Cekakak

sungai

Collared kingfisher Todiramphus chloris

16 Ramphastidae Takur bututut Brown-throated berbet

18 Campephagidae Sepah kecil Small minivet Pericrocotus

cinnamomeus

19 Pycnonotidae Cucak kutilang

Sooty-headed bulbul Pycnonotus

(41)

29 Lampiran 1 Penyebaran burung pada tiap jalur (lanjutan)

No Suku Nama jenis Nama inggris Nama ilmiah

Nama jalur

21 Pycnonotidae Merbah corok-corok

Cream-vented bulbul Pycnonotus simplex

22 Sittidae Munguk loreng

Blue nuthatch Sitta azurea

23 Timaliidae Pelanduk topi-hitam

Harsfield's babbler Malacocincla separium

Pygmy wren-babbler Pnoepyga pusilla √ √

27 Tepus

pipi-28 Wergan jawa Javan fulvetta Alcippe pyrrhoptera

29 Turdidae Cingcoang cokelat

(42)

30 Lampiran 1 Penyebaran burung pada tiap jalur (lanjutan)

No Suku Nama jenis Nama inggris Nama ilmiah

Nama jalur

32 Sylviidae Cica-koreng jawa

Striated grassbird Megalurus palustris √ √

33 Cinenen jawa Olive-backed tailorbird

Orthotomus sepium √ √ √ √ √

34 Cisticolidae Perenjak jawa

Bar-winged prinia Prinia familiaris

35 Muscicapidae Meninting kecil

Sunda forktail Enicurus velatus √ √

36

Sikatan-Little pied flycatcher Ficedula westermanni

39 Monarchidae Kehicap ranting

Black-naped monarch

Hypothymis azurea

40 Laniidae Bentet kelabu Long-tailed shrike Lanius schach √ √

(43)

31 Lampiran 1 Penyebaran burung pada tiap jalur (lanjutan)

No Suku Nama jenis Nama inggris Nama ilmiah

Nama jalur

42 Nectariniidae Burung-madu sriganti

Crimson sunbird Aethopyga siparaja

√ √ √ √

44 Pijantung

kecil

Little spiderhunter Arachnotera

longirostra √ √ √ √

48 Cabai polos Plain flowpecker Dicaeum concolor

49 Cabai jawa Scarlet-headed

flowpecker

Dicaeum trochileum

√ √ √ √

50 Zosteropidae Kacamata biasa

Oriental white-eye Zosterops

palpebrosus √ √ √ √ √

51 Estrildidae Bondol jawa Javan munia Lonchura

(44)
(45)
(46)
(47)
(48)

Lampiran 6 Jenis burung yang diketahui pengunjung

13 Ciblek, ciplak Perenjak

jawa 4

17 Perkutut Perkutut

jawa 3 √

18 Beo Tiong

(49)

Lampiran 6 Jenis burung yang diketahui pengunjung (lanjutan)

21 Cendrawasih Cendrawa

(50)

Lampiran 6 Jenis burung yang diketahui pengunjung (lanjutan)

Lampiran 7 Frekuensi perjumpaan tiap jenis

No Nama jenis

Kategori perjumpaan pada tiap jalur

(51)

Lampiran 7 Frekuensi perjumpaan tiap jenis (lanjutan)

No Nama jenis

Kategori perjumpaan pada tiap jalur

Barat Tengah

uncuing Sering Sering Sering Sering Sering

(52)

Lampiran 7 Frekuensi perjumpaan tiap jenis (lanjutan)

No Nama jenis

Kategori perjumpaan pada tiap jalur

Barat Tengah

44 Pijantung kecil Sering

(53)

Lampiran 8 Jenis yang memiliki daya tarik

(54)

Lampiran 9 Beberapa burung yang ada di Wanawisata Curug Cipendok

Foto: Apris NR (2014) Elang jawa (Nisaetus bartelsi)

Foto: Reza AA (2014)

Cekakak jawa (Halcyon cyanoventris)

Foto: Asman AP (2013)

(55)

Lampiran 9 Beberapa burung yang ada di Wanawisata Curug Cipendok (lanjutan)

(56)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 13 Mei 1991 dari pasangan Akhmad Jumadi dan Endang Rachmawati. Penulis adalah putra kedua dari empat bersaudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi Hutan pada tahun 2012. Penulis telah melakukan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cikiong dan Tangkuban Perahu pada tahun 2011, Praktik Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 2012, serta Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) pada tahun 2013.

Penulis juga aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) (2010 – sekarang) dan pernah menjabat sebagai ketua Biro Kekeluargaan (2011/2012), aktif sebagai anggota Fotografi Konservasi (FOKA) Himakova (2010 – sekarang) dan anggota Kelompok Pemerhati Burung (KPB) Perenjak Himakova (2010 – sekarang). Penulis juga aktif berorganisasi di luar kampus pada Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor dan menjabat sebagai Kepala Bidang Lingkungan Hidup Pengurus HMI Cabang Bogor (2014 – sekarang), Wakil Sekretaris Umum Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan (Wasekum PTKP) Pengurus HMI Cabang Bogor (2013 – 2014), dan pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan (KaBid PTKP) Pengurus HMI Cabang Bogor Komisariat Fahutan IPB (2011 – 2013). Ketua Panitia Expedition on Enviromental of Wealth Indonesia (Edelweiss) Himakova (2010), Divisi Dana dan Usaha Rafflesia Himakova (2011), Divisi Publikasi Dekorasi dan dokumentasi Symposium International of IUCN (2011), Divisi penanggung jawab anggota keluarga (PJAK) Gebyar Himakova (2011), dan Divisi komisi disiplin (Komdis) Bina Corps Rimbawan (BCR) (2011 dan 2012)

Pengalaman lapang penulis selain praktik-praktik lapang penulis juga pernah mengikuti kegiatan Eksplorasi Fauna Flora Ekowisata dan Goa (RAFFLESIA) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2011) dan di Cagar alam dan Taman Wisata Alam Sukawayana Sukabumi (2012) yang diadakan oleh Himakova, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat (2011) dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (2012) yang diadakan oleh Himakova, Survey Pemetaan Spasial Biodiversitas Mangrove Segara anakan Cilacap (2013), Tim Riset Mandiri Gunung Padang Cianjur (2013), dan Survey Potensi Keanekaragaman Hayati KHDTK Wonogiri (2013).

Gambar

Gambar 1  Lokasi penelitian.
Tabel 1  Jenis, informasi data, dan cara pengambilan data
Tabel 3  Penilaian kondisi jalur
Tabel 5  Penilaian potensi burung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proporsi komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,

flowfield bagian anoda berpengaruh besar menurunkan voltase pada DMFC.Kinerja MEA dengan metode pelapisan brush coating tidak dapat memberikan hasil maksimal.Untuk

Keuntungan lain yang dijaminkan oleh pihak patron atau Pabrik Gula Prajekan kepada pihak klien atau petani tebu yaitu dengan adanya pembayaran DO atau pembayaran

Oleh karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar adalah faktor variasi mengajar guru dan faktor keaktifan siswa dalam pembelajaran dikelas, hal tersebut

Sebelum membahas tentang prinsip-prinsip yang harus dipegang manusia dalam memperlakukan lingkungan, termasuk alam, terlebih dahulu dikemukakan prinsip etis bagaimana

K ementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagai Kementerian teknis yang menangani energi telah melaksanakan program Desa Mandiri Energi, yaitu program

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperkenalkan rambu lalu lintas dan marka jalan adalah menggunakan augmented reality (AR). Kelebihan metode ini yang mampu