• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penambahan Layer Google Maps pada Spatial Data Warehouse Titik Panas di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penambahan Layer Google Maps pada Spatial Data Warehouse Titik Panas di Indonesia"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN

LAYER

GOOGLE MAPS PADA

SPATIAL DATA WAREHOUSE

TITIK PANAS

DI INDONESIA

ARI PRIANTO

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penambahan Layer Google Maps pada Spatial Data Warehouse Titik Panas di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ARI PRIANTO. Penambahan Layer Google Maps pada Spatial Data Warehouse Titik Panas di Indonesia. Dibimbing oleh HARI AGUNG ADRIANTO.

Data warehouse titik panas di Indonesia merupakan sistem yang menyimpan data histori kebakaran hutan di Indonesia. Sistem ini berfungsi untuk melakukan pengamatan terhadap titik-titik panas dalam upaya pengendalian kebakaran hutan oleh Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan (DPKH) Kementrian Kehutanan RI. Sebuah sistem spatial on-line analytical processing (SOLAP) telah dikembangkan untuk membantu melakukan pengamatan terhadap titik panas. Sistem ini mampu melakukan analisis SOLAP dan melihat visualisasi persebaran titik panas. Namun sistem ini memiliki kekurangan pada modul visualisasi yaitu kurangnya informasi tentang keadaan sekitar titik panas. Penelitian ini melakukan peningkatan kualitas pada modul visualisasi dengan cara mengintegrasikan sistem yang telah ada dengan Google Maps. Hasil dari penelitian ini berupa sistem spatial data warehouse yang terintegrasi dengan Google Maps sebagai base layer.

Kata kunci: data warehouse, Google Maps, kebakaran hutan, SOLAP, spasial, titik panas

ABSTRACT

ARI PRIANTO. Addition of Google Maps Layer on Hotspots Spatial Data Warehouse in Indonesia. Supervised by HARI AGUNG ADRIANTO.

Hotspots data warehouse in Indonesia is a system that stores the historical data of forest fires in Indonesia. This system serves to make the observation of hotspots in order to control the forest fire by the Directorate of Forest Fire Control Ministry of Forestry of Indonesia. A spatial system of on-line analytical processing (SOLAP) has been developed to help the observation of hotspots. The system is able to see the visualization and analysis SOLAP distribution of hotspots. However, these systems have drawbacks in its visualization module, Where there is an insufficient information about the circumstances surrounding the hotspots. This research tries to improve the quality of the visualization module by integrating the existing system with Google Maps. The result of this research is the spatial data warehouse system that is integrated with Google Maps as the base layer.

.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

pada

Departemen Ilmu Komputer

PENAMBAHAN

LAYER

GOOGLE MAPS PADA

SPATIAL DATA WAREHOUSE

TITIK PANAS

DI INDONESIA

ARI PRIANTO

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Penguji:

(7)

Judul Skripsi : Penambahan Layer Google Maps pada Spatial Data Warehouse Titik Panas di Indonesia

Nama : Ari Prianto NIM : G64114006

Disetujui oleh

Hari Agung Adrianto, SKom MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Buono, MSi MKom Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah

data warehouse kebakaran hutan, dengan judul Penambahan Layer Google Maps

pada Spatial Data Warehouse Titik Panas di Indonesia.

Dalam pelaksanaan tugas akhir ini banyak pihak yang selalu memberikan dukungan dan bantuan. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1 Ayah, Ibu, dan semua anggota keluarga yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, doa, dan semangat yang tiada tara

2 Bapak Hari Agung Adrianto, SKom MSi selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan nasehat selama pengerjaan tugas akhir

3 Ibu Imas S Sitanggang, SSi MKom dan Bapak Endang Purnama Giri, SKom MKom selaku dosen penguji atas kesediaannya sebagai penguji pada ujian tugas akhir

4 Bolivianto, Mujahid, dan Tenang, teman-teman satu bimbingan yang senantiasa saling memberikan semangat dan bersedia menjadi teman diskusi 5 Rekan-rekan Ilkom alih jenis angkatan 6 yang selalu memberikan dukungan

dan bantuan satu sama lain

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Lingkungan Pengembangan Sistem 2

Data Penelitian 3

Tahapan Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Analisis sistem awal 4

Konfigurasi sistem 5

Evaluasi Hasil 8

Perbandingan Sistem 10

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Tahapan penelitian 3

2 Arsitektur sistem pada sistem Wipriyance (2013) 4

3 Tampilan sistem awal 5

4 Bagian sistem yang diubah 6

5 Tampilan sistem setelah ditambahkan layer Google Physical 8 6 Tampilan sistem setelah ditambahkan layer Google Streets 9 7 Tampilan sistem setelah ditambahkan layer Google Satellite 9 8 Tampilan sistem setelah ditambahkan layer Google Hybrid 10

9 Hasil pembesaran visualisasi sistem awal 11

10 Hasil pembesaran dengan Google Physic 11

11 Pembesaran dengan Google Streets 12

12 Pembesaran dengan Google Satellite 12

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kawasan hutan yang sangat luas. Kawasan hutan tersebut memliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai paru-paru dunia. Oleh karena itu, menjaga kelestarian kawasan hutan di Indonesia sangat penting. Kawasan hutan ini terus berkurang setiap tahunnya. Pengurangan kawasan hutan ini disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah pembukaan lahan untuk pertanian dan kebakaran hutan.

Kebakaran hutan merupakan masalah serius yang dihadapi di Indonesia, terutama di daerah pulau Sumatera. Pada Juni 2013 terdapat lebih dari 8000 titik panas yang terdeteksi oleh satelit (Austin et al 2013). Trisminingsih (2010) pembangunan spatial data warehouse berbasis web untuk persebaran titik panas di wilayah Indonesia. Penelitian Trisminingsih dilanjutkan oleh Fadli (2011) dengan menambahkan modul visualisasi kartografis. Pada tahun berikutnya Imaduddin (2012) melengkapi penelitian tersebut dengan melakukan sinkronisasi antara query OLAP (Online Analytical Processing) dengan peta. Terakhir Wipriyance (2013) melanjutkan penelitian Imaduddin dengan melakukan peningkatan kinerja runtime sistem.

Penyajian data pada sistem yang telah dikembangkan ini terdiri dari dua modul. Kedua modul tersebut adalah adalah modul JPivot dan modul peta. Modul JPivot menampilkan data hasil eksekusi kueri dari GeoMondrian dalam bentuk tabel dan grafik. Sedangkan modul peta menampilkan visualisasi kartografis dari data yang terdiri dari layer dasar dan layer titik panas. Layer dasar yang dimaksud adalah layer peta wilayah Indonesia yang dihasilkan oleh GeoServer sedangkan layer titik panas berasal dari koordinat kumpulan titik panas hasil eksekusi kueri GeoMondrian. Namun, masih terdapat kekurangan pada layer dasar yang hanya berupa batas daerah saja.

Pada penelitian ini akan dilakukan konfigurasi tambahan untuk meningkatkan kualitas visualisasi peta pada sistem yang telah dikembangkan oleh Wipriyance (2013). Peningkatan visualisasi dilakukan dengan cara mengintegrasikan sistem yang telah ada dengan map server yang tersedia di internet. Map server yang dipilih adalah Google Maps karena dianggap memiliki pilihan layer yang beragam dan cakupan yang cukup luas.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengintegrasikan sistem spatial data warehouse titik panas hasil penelitian Wipriyance (2013) dengan Google Maps agar visualisasi yang dihasilkan oleh sistem menjadi lebih baik.

Tujuan Penelitian

1 Integrasi sistem Wipriyance (2013) dengan Google Maps.

(12)

2

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menampilkan visualisasi yang lebih baik dibandingkan visualisasi sebelumnya. Visualisasi yang dihasilkan diharapkan mampu memberikan informasi keadaan sekitar titik panas dan jalur akses menuju lokasi titik panas. Hasil visualisasi diharapkan dapat membantu para petugas pemadam kebakaran menuju ke lokasi kebakaran.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya difokuskan pada penambahan Google Maps sebagai base layer pada sistem yang telah dikembangkan oleh Wipriyance (2013) dengan tidak mengubah fungsi-fungsi yang ada. Bagian sistem yang diubah hanya pada bagian visualisasi peta saja, bagian informasi dan input kueri tidak termasuk dalam ruang lingkup pengembangan sistem.

METODE

Lingkungan Pengembangan Sistem

Penelitian ini diimplementasikan menggunakan bahasa pemrograman HTML dan Javascript serta dengan spesifikasi perangkat keras dan lunak sebagai berikut:

1 Perangkat Keras

Spesifikasi perangkat keras yang digunakan adalah:  Intel Core 2 Duo CPU 2.1 GHz.

Perangkat lunak yang digunakan adalah:  Sistem operasi Windows 7 32 bit.  PostgreSQL

 pgAdminIII 1.14.3.  JRE 6

 Postgis 2.0.3  Geoserver 2.3.2

(13)

3 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini didapat dari Departemen Kehutanan. Data yang digunakan adalah data histori titik panas yang berasal dari satelit NOAA-AVHRR. Data ini merupakan data sebaran titik panas di Indonesia pada tahun 1997 sampai dengan 2005. Kueri yang digunakan pada percobaan adalah titik panas di pulau Sumatera pada tahun 1997. Bound Google Maps pada penelitian ini disesuaikan dengan bound pada penelitian sebelumnya yaitu (120, -8, 110, 5).

Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Analisis sistem awal

Penelitian ini diawali dengan mempelajari kembali sistem yang telah dibuat Wipriyance (2013), seperti mempelajari cara kerja sistem, arsitektur sistem dan menentukan fitur apa saja yang mungkin untuk ditambahkan.

Konfigurasi sistem

(14)

4

Gambar 2 Arsitektur sistem pada sistem Wipriyance (2013) Evaluasi sistem

Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap sistem yang telah dikonfigurasi ulang. Pengetesan tersebut berupa percobaan memasukkan input kueri yang sama terhadap kedua sistem. Tahapan ini selesai apabila sistem bisa berjalan seperti sebelumnya.

Perbandingan sistem

Pada tahapan ini dilakukan perbandingan terhadap visualisasi peta pada sistem yang telah dikembangkan oleh Wipriyance (2013) dan visualisasi peta pada hasil setelah dilakukan konfigurasi tambahan. Perbandingan ini meliputi informasi apa saja yang dapat diperoleh dari masing-masing visualisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis sistem awal

Sistem Wipriyance (2013) merupakan suatu sistem data warehouse kebakaran hutan yang di dalamnya terdapat data titik panas di wilayah Indonesia yang terdeteksi oleh satelit. Data warehouse itu sendiri adalah suatu kumpulan data yang bersifat subject-oriented, integrated, time variant, dan non-volatile yang berperan dalam proses pengambilan keputusan (Inmon 2002).

Web map server yang digunakan pada sistem ini adalah GeoServer.

GeoServer merupakan sebuah perangkat lunak server berbasis Java dan bersifat

open source yang memungkinkan pengguna untuk menampilkan dan

memanipulasi data spasial. GeoServer dapat menyajikan data spasial dalam bentuk peta pada sisi aplikasi client seperti web browser atau pun pada aplikasi desktop. Pada sistem ini, GeoServer berperan dalam menyimpan layer peta wilayah Indonesia dan menampilkannya pada saat ada request dari client.

(15)

5 geometri ke dalam kubus data. GeoMondrian pada sistem ini bertugas melakukan proses eksekusi kueri OLAP yang berasal dari masukan pengguna.

Untuk visualisasi peta pada sistem ini ditangani oleh OpenLayers. OpenLayers adalah sebuah library JavaScript open source untuk menampilkan data peta pada web browser. OpenLayers mengambil layer dasar peta dari GeoServer serta data hasil eksekusi kueri yang dikirim oleh Spatialytics. Setelah dilakukan analisis terhadap sistem awal, terdapat kelemahan pada bagian visualisasi peta yang terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Tampilan sistem awal

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa terdapat kekurangan pada tampilan sistem awal. Kekurangan ini adalah peta dasar hanya berupa batas wilayah saja. Hal ini menyebabkan informasi yang dapat kita ambil dari hasil visualisasi hanya posisi titik panas berada di daerah tertentu saja. Kita tidak dapat mengetahui informasi tentang keadaan daerah posisi titik panas tersebut. Google Maps dipilih sebagai solusi untuk memperbaiki kekurangan pada sistem. Google Maps dipilih karena dianggap memiliki cakupan yang cukup luas dan memiliki beberapa layer yang dapat memberikan informasi tentang keadaan sekitar titik panas. Oleh karena itu pada penelitian ini akan ditambahkan Google Maps sebagai base layer.

Konfigurasi sistem

(16)

6

Gambar 4 Bagian sistem yang diubah

Hasil dari tahapan ini adalah sistem baru yang telah terintegrasi dengan Google Maps. Konfigurasi dilakukan terhadap komponen sistem yang dapat mempengaruhi visualisasi peta sistem. Komponen tersebut adalah OpenLayers dan GeoServer. Potongan kode pada OpenLayers sistem awal dapat dilihat seperti berikut.

solapContext: null, init: function () { var that = this;

var onLoadFunction = function () {

// instantiate an OpenLayers Map, drawn in <div> with id 'map'

var options = {

var theMap = new OpenLayers.Map('map', options)

// add a base layer (world map) from a WMS service

var wms = new OpenLayers.Layer.WMS( "WMS on-line",

"http://vmap0.tiles.osgeo.org/wms/vmap0",{layers: 'basic'} );

var layer = new OpenLayers.Layer.WMS( "WMS off-line", "http://localhost:8080/geoserver/wms",{layers: 'forestfire_indonesia:indo_kab'} );

(17)

7 Perubahan kode yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan pada bagian OpenLayers, yaitu perubahan bagian base map. Base map yang tadinya menggunakan web map service (WMS) diubah menjadi Google Maps. Akan tetapi base map yang telah ada tidak dihilangkan. Layer tersebut dimodifikasi di GeoServer agar dapat ditampilkan bersama Google Maps. Modifikasi yang dilakukan berupa perubahan style yang dipakai menjadi hanya brupa garis batas kabupaten saja. Potongan kode OpenLayers dari sistem yang baru dapat dilihat seperti berikut. Perubahan kode ini dilakukan berdasarkan OpenLayers 2.10 (Hazzard 2011).

solapContext: null, init: function () { var that = this;

var onLoadFunction = function () {

// instantiate an OpenLayers Map, drawn in <div> with id 'map'

var options = {

var theMap = new OpenLayers.Map('map', options);

// add a base layer (world map) from a WMS service

var layer = new OpenLayers.Layer.WMS( "Batas Kabupaten", "http://localhost:8080/geoserver/wms",

{layers:'forestfire_indonesia:indo_kab', transparent: "true", format: "image/png"}, {'isBaseLayer': false});

var gphy = new OpenLayers.Layer.Google( "Google Physical",

{type: G_PHYSICAL_MAP}); var gmap = new OpenLayers.Layer.Google(

"Google Streets", // the default {numZoomLevels: 20});

var gsat = new OpenLayers.Layer.Google( "Google Satellite",

{type: G_SATELLITE_MAP, numZoomLevels: 20}); var ghyb = new OpenLayers.Layer.Google(

"Google Hybrid",

{type: G_HYBRID_MAP, numZoomLevels: 20});

//panggil layer

(18)

8

Evaluasi Hasil

Setelah dilakukan konfigurasi tambahan pada sistem yang dibuat Wipriyance (2013). Masukan kueri yang digunakan untuk melakukan tahapan evaluasi ini adalah input kueri yang yang dijadikan input default oleh Wipriyance (2013). Kueri yang digunakan tersebut adalah kueri titik panas di pulau Sumatera pada tahun 1997. Bentuk kueri MDX adalah sebagai berikut.

SELECT {[Measures].[Jumlah_Hotspot]} ON COLUMNS,

NON EMPTY{[lokasi].[Hotspot].Members} ON ROWS FROM [geohotspot] WHERE [waktu].[1997]

Terdapat empat layer Google Maps yang ditambahkan ke dalam sistem, yaitu:

1 Layer Google Physical (peta berupa denah). Tampilan sistem setelah

ditambahkan google physical dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Tampilan sistem setelah ditambahkan layer Google Physical Dengan ditambahkannya Google Physical pada sistem ini, pengguna dapat melihat denah dari lokasi titik panas. Potongan kode yang digunakan untuk menambahkan Google Physical ke dalam sistem adalah sebagai berikut.

var gphy = new OpenLayers.Layer.Google( "Google Physical",

(19)

9 2 Layer Google Streets (Peta berupa jalur jalan). Tampilan sistem setelah

ditambahkan Google Streets dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Tampilan sistem setelah ditambahkan layer Google Streets Setelah ditambahkan Google Streets pada sistem ini, pengguna dapat melihat akses jalan dilengkapi dengan nama jalan tersebut. Dengan ditambahkannya layer ini, sistem ini diharapkan mampu memberikan analisis lokasi titik panas berupa jalur terbaik menuju lokasi titik panas. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat mempermudah Penanggulangan kebakaran hutan. Potongan kode yang digunakan untuk menambahkan Google Streets ke dalam sistem adalah sebagai berikut.

3 Layer Google Satellite (peta berupa hasil foto satelit). Tampilan sistem setelah ditambahkan google satelite dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Tampilan sistem setelah ditambahkan layer Google Satellite Setelah ditambahkan Google Satellite, pengguna dapat melihat kondisi secara nyata (hasil foto satelit) sekitar titik panas. Hasil analisis yang bisa dihasilkan dari layer ini adalah berupa verifikasi apakah suatu titik panas tersebut merupakan kebakaran hutan atau bukan. Misal titik panas yang muncul berada di

var gphy = new OpenLayers.Layer.Google( "Google Streets",

(20)

10

tengah perkotaan, maka sudah dapat dipastikan bahwa titik panas tersebut bukan kebakaran hutan. Potongan kode yang digunakan untuk menambahkan Google Satellite pada sistem adalah sebagai berikut.

4 Layer Google Hybrid (Peta gabungan dari Google satellite dan Streets). Tampilan sistem setelah ditambahkan Google Hybrid dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Tampilan sistem setelah ditambahkan layer Google Hybrid Google Hybrid adalah gabungan dari Google Satelite dan Google Streets. Dengan ditambahkannya layer ini, pengguna dapat melihat foto satelit keadaan sekitar titik panas beserta akses jalan menuju ke lokasi titik panas. Potongan kode yang digunakan untuk menambahkan Google Hybrid pada sistem adalah sebagai berikut.

Perbandingan Sistem

Hasil dari tahap ini adalah visualisasi yang dihasilkan oleh sistem yang baru lebih baik dari pada visualisasi yang pada sistem sebelumnya. Visualisasi pada sistem yang baru dapat memberikan informasi tambahan berupa keadaan sekitar lokasi titik panas yang ditampilkan. Gambar 9 menunjukkan hasil perbesaran terhadap suatu titik panas pada sistem awal.

var gphy = new OpenLayers.Layer.Google( "Google Hybrid",

{type: G_PHYSICAL_MAP}); var gphy = new OpenLayers.Layer.Google(

"Google Satelite",

(21)

11

Gambar 9 Hasil pembesaran visualisasi sistem awal

Dari Gambar 9 dapat dilihat jika titik panas terdapat pada wilayah Banyu Asin dan berada di sebelah utara kota Palembang. Informasi yang dihasilkan dari visualisasi seperti ini terlalu sedikit sehingga kurang dapat membantu untuk melakukan tindak lanjut terhadap titik panas tersebut.

Pada Gambar 10, setelah ditambahkan Google Physic dapat dilihat bahwa terdapat akses jalan terdekat ke lokasi titik panas. Informasi akses jalan tersebut dapat digunakan untuk menentukan cara tercepat untuk mencapai lokasi titik panas tersebut.

Gambar 10 Hasil pembesaran dengan Google Physic Titik panas

(22)

12

Pada Gambar 11, dengan pembesaran yang diperoleh dari Google Streets kita bisa melihat jalur akses ke lokasi titik panas dari jalan-jalan utama di kota Palembang.

Gambar 11 Pembesaran dengan Google Streets

Setelah dilihat dengan menggunakan pembesaran Google Satellite seperti pada Gambar 12 dapat diketahui bahwa titik panas tersebut ada di daerah perhutanan. Informasi ini bisa digunakan sebagai verifikasi terhadap titik panas yang terdeteksi oleh satelit berkaitan dengan fokus permasalahan pada tujuan utama pengembangan sistem ini. Fokus permasalahan yang dimaksud adalah titik panas tersebut merupakan kebakaran hutan atau bukan. Misal titik panas tersebut terlatek di tengah perkotaan, maka sudah jelas bahwa titik panas tersebut bukanlah kebakaran hutan. Dari informasi yang dihasilkan pada pembesaran Google Satelite dapat disimpulkan bahwa titik panas tersebut merupakan kebakaran hutan.

Gambar 12 Pembesaran dengan Google Satellite Titik panas

(23)

13 Pada Gambar 13 dapat dilihat hasil pembesaran Google Hybrid. Pembesaran ini mirip dengan pembesaran Google Satellite akan tetapi di pembesaran ini juga bisa dilihat jalur akses ke lokasi titik panas.

Gambar 13 Pembesaran dengan Google Hybrid

Navigasi yang terdapat pada Google Maps di-nonaktifkan karena jika navigasi tersebut digunakan, maka zoom in dan zoom out yang dilakukan hanya terjadi pada bagian layer Google Maps-nya saja, sedangkan untuk layer titik panas tidak terjadi zoom in / zoom out. Supaya zoom in dan zoom out bisa bersamaan antara layer Google Maps dan layer titik panas, maka digunakan navigasi dari OpenLayers.

Bagian legenda pada peta pada sistem ini hanya befungsi untuk menunjukan persebaran titik panas pada versi sistem sebelumnya. Cara yang digunakan untuk menunjukkan persebaran titik panas tersebut adalah dengan cara menjumlahkan setiap titik panas untuk masing-masing kabupaten, setelah itu masing-masing kabupaten itu ditampilkan dengan warna yang berbeda sesuai dengan legenda yang ada. Cara ini dilakukan karena pada sistem itu belum mampu untuk menampilkan titik panas dalam jumlah besar. Sedangkan legenda yang berfungsi pada versi sistem yang sekarang hanya menunjukkan bentuk dari titik panas pada visualisasi peta. Alasan kenapa legenda ini tidak dihilangkan adalah karena pada pengembangan selanjutnya masih memungkinkan untuk menggabungkan kedua cara penampilan persebaran titik panas tersebut.

(24)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Google Maps telah berhasil diintegrasikan dengan sistem yang telah ada. Cara yang sama yakni dengan menggunakan OpenLayers memungkinkan untuk mengambil service yang lain. Setelah ditambahkan Google Maps pada visualisasi peta, terdapat peningkatan informasi yang dapat diperoleh. Peningkatan informasi itu berupa keadaan sekitar lokasi titik panas seperti akses jalan dan sungai, lokasi sebenarnya dari titik panas tersebut di perkotaan atau hutan. Hasil kueri yang dihasilkan oleh sistem baru sama dengan hasil kueri yang dihasilkan sistem lama.

Saran

Visualisasi peta yang ditampilkan masih memliki kelemahan pada versi peta yang ditampilkan. Kelemahan tersebut adalah peta yang ditampilkan merupakan peta versi terbaru. Untuk penelitian selanjutnya dapat ditambahkan map server yang mampu menampilkan peta sesuai dengan waktu yang diminta oleh pengguna (waktu hasil kueri). Sistem ini masih bisa diintegrasikan dengan service yang lain seperti data arah angin dari BMKG.

DAFTAR PUSTAKA

Austin K, Alisjahbana A, Sizer N. 2013. Data terbaru menunjukkan kebakaran hutan di Indonesia adalah krisis yang telah berlangsung sejak lama [Internet]. [diunduh 2013 Sep 28]. Tersedia pada: http://insights.wri.org/news/2013/06/ data-terbaru-menunjukkan-kebakaran-hutan-di-indonesia-adalah-krisis-yang-telah-berlangs.htm

Fadli MH. 2011. Data warehouse spatio-temporal kebakaran hutan menggunakan Geomondrian dan Geoserver [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hazzard E. 2011. OpenLayers 2.10 Beginner’s Guide. Birmingham (US): Packt Publishing.

Imaduddin A. 2012. Sinkronisasi antara visualisasi peta dan query OLAP pada spatial data warehouse kebakaran hutan di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Inmon WH. 2002. Building The Data Warehouse: Ed ke-3. New York (US): Wiley.

Trisminingsih R. 2010. Pembangunan spatial data warehouse berbasis web untuk persebaran hotspot di wilayah Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(25)

15

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1  Tahapan penelitian
Gambar 2  Arsitektur sistem pada sistem Wipriyance (2013)
Gambar 3  Tampilan sistem awal
Gambar 4  Bagian sistem yang diubah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Membantu bengkel Auto 2000 Cabang Radio Dalam untuk mengetahui bagaimana menganalisa Pengaruh Bauran Pemasaran dan Lingkungan Sosio-Budaya Pelanggan terhadap Pengambilan Keputusan

CLO4 Membina kefahaman perkaitan ( relational understanding ) melalui penaakulan matematik dalam bidang Nombor dan Operasi, Sukatan dan Geometri serta Statistik yang

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bantul,

Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah bahwa terjadi week four effect pada bursa efek Indonesia yang menyebabkan return negatif pada hari Senin terkonsentrasi

Diagram alir kegiatan penelitian Komponen-komponen yang akan dirancang dalam kegiatan penelitian ini meliputi mengenai disain rancangan dari perencanaan turbin pengerak dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas laporan keuangan pada asimetri informasi dengan efisiensi investasi sebagai variabel moderasi.

Lemak (bahasa yunani Lipos berarti Lemak) adalah senyawa yang tak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari sel dan jaringan dengan cara ekstraksi

Hasil penelitian ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan spasial melalui model pembelajaran Gerlach dan Ely yang dapat dilihat dari indikator yaitu: (1)