• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap Derajat Keasaman (pH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respons Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap Derajat Keasaman (pH)"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS BENIH IKAN SIDAT (

Anguilla bicolor bicolor

)

TERHADAP DERAJAT KEASAMAN (pH)

TAMIMI PUTRI TB RITONGA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

2

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Respons Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap Derajat Keasaman (pH)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skrisi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014 Tamimi Putri TB Ritonga

(4)

ABSTRAK

TAMIMI PUTRI TB RITONGA. Respons Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap Derajat Keasaman (pH). Dibimbing oleh RIDWAN AFFANDI dan SIGID HARIYADI.

Ikan sidat banyak dikonsumsi karena memiliki kandungan zat gizi yang tinggi terutama vitamin A, EPA dan DHA. Permintaan ikan sidat di dunia sangat tinggi sehingga perlu dikembangkan budidayanya. Produksi pada budidaya sidat dapat dikembangkan antara lain melalui perbaikan media budidayanya, salah satu parameter pada budidaya sidat adalah pH air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pH optimum agar dapat mendukung pertumbuhan pada pemeliharaan benih ikan sidat. Perlakuan pH yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari pH 6, 7 dan 8. Benih sidat yang digunakan berukuran ± 3 g. Hasil penelitian menunjukan bahwa pH media optimum untuk menumbuhkan benih ikan sidat elver (3 g) adalah pH 7.1.

Kata kunci: ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor), pertumbuhan benih sidat , pH

ABSTRACT

TAMIMI PUTRI TB RITONGA. RESPONSE OF EEL SEED (Anguillabicolor bicolor) TO THE DEGREE OF ACIDITY (pH) Supervised by RIDWAN AFFANDI and SIGID HARIYADI.

Eels are consumed because it has high content of nutrients, especially vitamin A, EPA and DHA. Demand for eels in the world is very high, therefore the cultivation need to be developed. One of the parameters in eel farming is the pH of the water. This study aims to determine the optimum pH in order to support growth in the maintenance of eels seed. The pH treatment used in this study are pH 6, 7 and 8. Seed sized used 3 g. Results show that the optimum pH for growth of medium eels seed (elver) is pH 7.1.

(5)
(6)

RESPONS BENIH IKAN SIDAT (

Anguilla bicolor bicolor

)

TERHADAP DERAJAT KEASAMAN (pH)

TAMIMI PUTRI TB RITONGA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulisdilahirkan di Medan padatanggal 22 Februari 1992daripasanganBapakTapusBatangHariRitongadanIbuErminaBustami.Penulis

merupakananakke-tigadariempatbersaudara.Pendidikan formal yang dijalanidiawali di TK Muzdalifa Medandanlulusditahun 1998. Setelahitupenulismelanjutkanpendidikan di SD NegeriSwastaEria Medandan lulus di tahun 2003.Padatahun 2003-2006 penulismeneruskanpendidikan di SMP Swasta Al-Ulum Medan.Berikutnyapadatahun 2006-2009.penulismenempuhpendidikan di SMA Negeri 10 Medan.

Padatahun 2009 penulismasukInstitutPertanian Bogor (IPB) melaluijalur

USMI danditerimasebagaimahasiswiFakultasPerikanandanIlmuKelautan, DepartemenManajemenSumberDayaPerairan.Selamamengikutiperkuliahan,

penulisaktif di HimpunanMahasiswaManajemenSumberDayaPerairan (HIMASPER) sebagai staff divisiinformasidankomunikasiperiode 2010-2012.Selainitu, penulisaktifmengikutikegiatankepanitiaansepertiPORIKAN

2011dan Festival Air 2011 serta 2012.PenulisjugaberkesempatanmenjadiasistenmatakuliahSumberDayaPerikanan.

Penelitiandanpenyusunanskripsidenganjudul“ResponsBenihIkanSidat

(10)

2

Judul Skripsi :Respons Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap Derajat Keasaman (pH)

Nama Mahasiswa :Tamimi Putri TB Ritonga

NRP :C24090024

Disetujui oleh

Dr Ir H Ridwan Affandi,DEA Pembimbing I

Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M Mukhlis Kamal, M Sc Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Terhadap Derajat Keasaman (pH)” sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimaksih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menulis skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Dr Ir H Ridwan Affandi, DEA serta Bapak Dr Ir Sigid Hariyadi, Msc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, nasehat dan saran untuk penulis.

2. Bapak Charles P.H Simanjuntak, S Pi, M Si selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dalam perkuliahan

3. Bapak Dr Tatag Budiardi selaku penguji tamu dan Ibu Dr Ir Yunizar Ernawati, MS selaku perwakilan program studi.

4. Tim Sidat ( Janty dan Fatkur) atas kerjasama selama penelitian.

5. Keluarga penulis Bapak Tapus Batang Hari Ritonga SE, Ibu Ermina Bustami SE, Kakak Syadzwina Putri TB Ritonga SP, Ahmad Putra TB Ritonga SE, Ammar Afif Abdul Azhim S Hut, Adik Rasis Putra TB Ritonga dan Qabila Anindhita Rangkuti beserta keluarga besar Penulis yang telah memberikan banyak motivasi, doa dan dukungan kepada Penulis.

6. Mba Widar dan Mba Ani atas segala bantuan dan dukungan kepada Penulis.

7. Fawzan Bhakti Soffa S Pi atas doa dan motivasi kepada Penulis.

8. Teman seperjuangan (Putri, Made, Kun, Ayu, Gentha, Anggia, Zia, Nanda, Novita, Selvia, Dudi, Syarif, Adam, Aziz, Nola, Cumil, Panji, Asyanto, Allsay, Arinta dan seluruh keluarga MSP 46)

9. Sahabat Penulis (Hesti, Risa, Debby, Diena, Nce, Diego, Bagus, Ratu, Ica, Ardi, Elisadina, Eby, Selvi, Tika, Mardi, Ismet, Wira, Kak Ica, Kak Uul, Nadia, Ade, Elfira, Dina, Dini, Faisal, Faiza dan Iin) atas semangat, dukungan dan doa kepada penulis.

10.Seluruh teman MSP 46, 45 dan MSP 47 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas semangat yang diberikan.

Demikian skripsi ini disususn, semoga bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL VIII

DAFTAR GAMBAR VIII

DAFTAR LAMPIRAN VIII

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat 2

METODE PENELITIAN 2

Waktu dan Lokasi penelitian 2

Bahan dan Alat 3

Metode Penelitian 3

Penelitian Pendahuluan : Penentuan Kisaran Toleransi BenihIkan Sidat (Anguilla sp) Terhadap Derajat Keasaman (pH) 4 Penelitian Utama : Respons Benih Ikan Sidat (Anguilla sp) Terhadap

Derajat Keasaman (pH) 4

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 12

SIMPULAN DAN SARAN 15

Simpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 15

(14)

viii

DAFTAR TABEL

1 Kelangsungan hidup benih ikan sidat (%) pada berbagai tingkat derajat

keasaman (pH) selama percobaan. 8

2 Nilai SR, pertumbuhan bobot negatif, SGR, dan konsumsi oksigen 8 3 Kelangsungan hidup benih ikan sidat (%) pada berbagai derajat keasaman

(pH) selama percobaan. 9

4 Kisaran rata-rata parameter fisika-kimia air selama pemeliharaan 11

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pendekatan masalah 2

2 Penurunan bobot rata-rata benih ikan sidat pada setiap perlakuan

selama percobaan. 9

3 Hubungan antara pH dengan laju pertumbuhan spesifik pada benih

ikan sidat. 10

4 Konsumsi oksigen benih ikan sidat (mgO2/g/jam) pada tingkat berbagai derajat keasaman (pH) selama percobaan 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis Pengukuran Kualitas Air [Metode APHA 2012]Error! Bookmark not defined.

2 Data survival rate (SR) 18

3 Analisis Ragam survival rate SR 19

4 Data bobt awal dan akhir (g) 19

5 Analisis ragam bobot (g) 19

6 Data specific growth rate (SGR) 20

7 Analisis Ragam specific growth rate (SGR) 20

8 Hasil rata-rata konsumsi oksigen 20

9 Analisis ragam konsumsi oksigen 21

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu daerah penyebaran ikan sidat. Di perairan Indonesia paling sedikit terdapat 8 spesies ikan sidat dari total 19 spesies yang hidup di dunia. Ikan sidat merupakan salah satu jenis ikan yang laku dipasar internasional (Jepang, Hongkong, Jerman, Italia, dan beberapa negara lain) sehingga ikan ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor (Affandi 2005). Di negara-negara tertentu ikan sidat diyakini sebagai sumber energi yang sangat diperlukan pada musim dingin.

Permintaan terhadap ikan sidat terus meningkat, di dunia ikan sidat dikonsumsi sekitar 60.000 ton/tahun (Haryono 2004). Namun, di Indonesia sumberdaya ikan sidat ini belum banyak dimanfaatkan, hal ini terlihat dari data tingkat pemanfaatan ikan sidat secara lokal yang masih sangat rendah (Affandi 2005). Produksi ikan sidat secara global mengalami penurunan antara lain disebabkan oleh keterbatasan benih karena pasokan benih sepenuhnya masih bergantung pada hasil penangkapan di alam yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh musim (Sutrisno 2008). Menurunnya kualitas air di habitat ikan sidat dan penangkapan berlebih yang dilakukan nelayan maupun masyarakat di sekitar habitat sidat juga mempengaruhi penurunan produksi ikan sidat di alam. Salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi ikan sidat yaitu dengan cara meningkatkan kegiatan pembudidayaan. Di Indonesia teknik pembudidayaan ikan sidat masih sangat terbatas terutama tentang pemeliharaan benih.

Dalam usaha pemeliharaan benih sidat perlu memperhatikan beberapa faktor lingkungan. Faktor lingkungan pH perairan yang secara langsung mempengaruhi organ pernapasan (insang). Derajat Keasaman (pH) perairan akan mempengaruhi aktivitas enzim-enzim yang bekerja pada organ insang misalnya, ATP-ase, karbonie anhidrase dan Na-K ATP-ase, aktivitas enzim pada insang tersebut berkaitan dengan laju respirasi, osmoregulasi dan ekskresi (Affandi dan Tang 2002). Dengan demikian apabila pH lingkungan tidak optimal maka proses-proses tersebut akan terhambat dan pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan. Sehubungan dengan banyaknya peran pH pada kehidupan ikan, maka kajian tentang pH perlu dilakukan.

Perumusan Masalah

(16)

2

Gambar 1 Kerangka pendekatan masalah

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kisaran toleransi dan pH optimum untuk mendukung pertumbuhan benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).

Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam manajemen kualitas air pada kegiatan pemeliharaan ikan sidat.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi penelitian

Penelitian respons benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap derajat keasaman (pH) dilaksanakan mulai bulan Oktober2013 selama 3 minggu di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor.

pH lingkunga

n

Aktivitas enzim pada organ insang

Laju respirasi oksigen

Osmoregulasi dan ekskresi

Ketersediaan O2 tubuh

Pertumbuhan Struktur insang

Laju katabolisme

(17)

3

Bahan dan Alat

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dengan bobot ± 3 gram yang diperoleh dari Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi yang sudah diaklimatisasikan dalam akuarium di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor.

Media Percobaan

Media yang digunakan adalah air tawar yang bersumber dari pusat penjernihan air IPB. Air yang digunakan untuk media perlakuan terlebih dahulu disaring menggunakan filter dan diendapkan selama dua hari untuk menurunkan kadar kekeruhan. Proses aerasi diperlukan juga untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut serta menghilangkan klorin nya. Selain sebagai media kontrol, air tawar juga digunakan untuk mendapatkan air media yang memiliki kadar keasaman (pH) yang dikehendaki sebagai uji perlakuan pembeda terhadap benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).

Wadah Percobaan

Wadah yang digunakan adalah akuarium kaca sebanyak 12 buah sebagai wadah percobaan dengan ukuran 50 x 35 x 30 cm. Setiap akuarium dilengkapi dengan aerator untuk meningkatkan oksigen terlarut dan filter sebagai penyaring air. Volume airpada masing-masing wadah adalah20 liter.

Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1) Aerator yang digunakan sebagai alat aerasi.

2) Termometer maxmin (maksimum – minimum) yang digunakan untuk mengukur suhu air.

3) Filter yang digunkan untuk menyaring air dalam akuarium.

4) Perangkat pH meter yang digunakan untuk mengukur derajat keasaman (pH) air media.

5) Perangkat DO meter yang digunakan untuk mengukur oksigen terlarut. 6) Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram dan perlengkapan untuk

menimbang berupa saringan, sendok dan toples sebagai pengangkut dan wadah penimbangan benih ikan.

7) Spektofotometer untuk mengukur absorbsi pada pengukuran nitrit (NO2), amonia (NH3) dan alkalinitas.

Metode Penelitian

(18)

4

kisaran pH yang dapat ditolerir sedangkan penelitian utama bertujuan untuk mendapatkan pH optimum pada pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).

Penelitian Pendahuluan : Penentuan Kisaran Toleransi Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Terhadap Derajat Keasaman (pH)

Tujuan

Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai kisaran pH yang dapat di tolerir benih ikan sebagai media pemeliharaan yang selanjutnya akan digunakan pada penelitian utama.

Prosedur Percobaan

Pada penelitian pendahuluan, derajat keasaman (pH) yang diuji adalah pH 4, 6, 8 dan 10 dimana setiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Jumlah ikan yang digunakan pada penelitian pendahuluan sebanyak 5 ekor per akuarium. Percobaan akan dilaksanakan selama 4x24 jam. Selama percobaan benih ikan tidak diberi makan (puasa).

Parameter yang Diukur

Pada penelitian pendahuluan, parameter yang diukur adalah derajat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) yang ditentukan berdasarkan data jumlah ikan yang mati selama masa pemeliharaan. Derajat kelangsungan hidup (SR) menggambarkan respons ikan terhadap kondisi lingkungannya. Jika kondisi lingkungan tidak sesuai maka ikan akan mengalami kematian.

Derajat kelangsungan hidup benih ikan sidat dihitung berdasarkan pada rumus Effendie (2002), yaitu:

SR = ; (Effendie 1997)

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup (Survival rate)

Nt = Jumlah benih ikan sidat yang hidup pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah benih ikan sidat yang hidup pada awal penelitian (ekor)

Penelitian Utama : Respons Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Terhadap Derajat Keasaman (pH)

Tujuan

Penelitian utama bertujuan untuk mendapatkan pH optimum pada pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor).

Rancangan Percobaan

(19)

5

bertahan dalam waktu 7 hari. Berdasarkan data pada penelitian pendahuluan tersebut ditetapkan bahwa pH perlakuan yang diterapkan pada penelitian utama adalah pH 6, 7 dan 8 dimana masing-masing perlakuan memiliki 4 ulangan. Data yang diperoleh selanjutnya akan diuji mengikuti model Rancangan Acak Lengkap (RAL) Steel dan Torrie (1993).

Prosedur Percobaan Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan adalah akuarium kaca sebanyak 9 buah dengan ukuran 50 x 35 x 30 cm. Akuarium yang digunakan dicuci bersih dan dikeringkan selama satu hari. Hal ini dilakukan agar akuarium yang digunakan bebas dari bibit penyakit yang dapat mempengaruhi kondisi benih ikan. Setiap akuarium dilengkapi dengan peralatan aerator untuk meningkatkan oksigen terlarut dan filter sebagai penyaring air akuarium agar kondisi air tetap bersih.

Penyiapan media percobaan

Air yang digunakan adalah air tawar yang bersumber dari pusat penjernihan air IPB. Air yang digunkan untuk media percobaan terlebih dahulu disaring menggunkan filter dan diendapkan selama dua hari untuk menurunkan kadar kekeruhan dan di aerasi untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut serta menghilangkan klorin nya. Air yang telah diendapkan dimasukan kedalam wadah yang telah bersih dan kering dengan volume air masing-masing wadah sebesar 20 liter.

Air baku untuk media percobaan diambil sebanyak 1 liter air dari masing-masing akuarium percobaan. Setiap air baku diberikan perlakuan berbeda sesuai dengan pH yang diinginkan. Untuk membuat pH 6 menggunakan larutan 10 ml HCL yang diencerkan dengan 100 ml akuades, sedangkan untuk membuat pH 7 dan 8 menggunakan larutan 10 gram NaOH yang diencerkan dengan 100 ml akuades. Dalam pembuatan pH perlakuan, terlebih dahulu pH air pada wadah percobaan dan wadah air baku diukur. Jika nilai pH pada setiap wadah diketahui, maka untuk membuat kisaran pH perlakuan pada air baku dengan memberikan HCL dan NaOH yang konsentarsinya dikonversikan terlebih dahulu. Jika air baku sudah memiliki pH yang sesuai maka air baku yang sudah disiapkan diteteskan ke dalam akuarium dengan debit tertentu secara gradual melalui selang infus sehingga pada akhir pemberian air baku diperoleh volume dan pH yang sesuai.

Penebaran ikan

Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) dengan bobot ±3 gram yang diperoleh dari Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi.

Pemeliharaan Hewan Uji Pemberian pakan

(20)

6

Pengamatan dan Pengukuran

Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Air

Parameter fisika-kimia air yang diamati meliputi pH, suhu, DO, amonia, nitrit dan alkalinitas (Lampiran 1).

1. Nilai pH air diukur dengan menggunakan pH meter digital, dilakukan setiap pagi pada pukul 10.00

2. Suhu air media diukur dengan menggunakan termometer maxmin, dilakukan setiap pagi pada pukul 10.00.

3. DO air diukur dengan menggunakan DO meter, dilakukan 1 kali seminggu sebelum penyiponan

4. Amonia dan nitrit diukur dengan menggunakan spektrofotometer, dilakukan 1 kali seminggu sebelum penyiponan

5. Alkalinitas diukur dengan menggunakan metode titrasi, dilakukan 1 kali seminggu sebelum penyiponan.

Pendataan jumlah ikan yang hidup

Pengamatan terhadap benih yang hidup dilakukan dengan menghitung jumlah benih pada awal dengan membandingkan jumlah benih ikan sidat yang hidup diakhir selama percobaan.

Pengukuran Bobot Ikan (Awal dan Akhir)

Percobaan terhadap benih ikan sidat dilakukan selama 3 minggu. Pengukuran bobot ikan dilakukan pada awal dan akhir percobaan dengan menggunakan timbangan digital pada masing-masing ikan.

Pengukuran Tingkat Konsumsi Oksigen

Untuk mengukur tingkat konsumsi oksigen (TKO) dilakukan pada akhir pemeliharaan dengan menggunakan DO meter. Volume akuarium untuk mengukur tingkat konsumsi oksigen benih ikan berukuran 7 liter. Untuk pengukuran TKO DO diukur pada saat sebelum penebaran ikan (DOawal) dan setelah 1 jam penebaran ikan (DOakhir). DO diukur pada masing-masing wadah yang telah diberi perlakuan. Setiap perlakuan memiliki 2 kali ulangan.

Analisis Data

Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup (SR) ditentukan berdasarkan jumlah ikan yang mati selama masa pemeliharaan dan dihitung berdasarkan persamaan rumus :

SR = (Effendi 1997)

Keterangan: SR = survival rate

(21)

7

Laju Penurunan Bobot

Laju penurunan bobot ikan uji dianalisis menggunakan rumus berdasarkan:

( Huisman 1987)

Keterangan :

α = Laju pertambahan bobot

Wt = Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (gram) W0 = Bobot rata-rata ikan pada hari ke-0 (gram) t = waktu (hari)

Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)

Pertumbuhan individu benih ikan sidat selama pemeliharaan dihitung berdasarkan model laju pertumbuhan harian individu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

SGRi = {(ln Wt – lnWo)/t} x 100% (Busacker 1990) Keterangan:

SGRi = laju pertumbuhan bobot individu ikan harian Wt = bobot individu ikan pada hari ke-t (g/ekor) Wo = bobot individu ikan pada hari ke-0 (g/ekor) t = selang waktu pemeliharaan

Tingkat Konsumsi Oksigen

Tingkat konsumsi oksigen diukur saat kondisi ikan dalam keadaan dipuasakan pada akhir penelitian. Tingkat konsumsi oksigen dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

OC =

( Ricker 1979)

Keterangan:

OC = Tingkat konsumsi oksigen (mg O2/g/jam) V = Volume air dalam wadah

DOto = Konsentrasi oksigen terlarut pada awal pengamatan (mg/l) DOtn = Konsentrasi oksigen terlarut pada waktu ke-n (mg/l) W = Bobot ikan uji (g)

T = Periode pengamatan (jam)

Data yang diperoleh selanjutnya akan diuji mengikuti model Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mengetahui perbedaan nyata setiap perlakuan terhadap parameter yang diuji dengan model sebagai berikut:

(22)

8

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j U = nilai rata-rata harapan

ti = pengaruh perlakuan ke-i

eij = kesalahan percobaan dari perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian Pendahuluan: Penentuan Kisaran Toleransi Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Terhadap Derajat Keasaman (pH)

Data hasil pengamatan tentang kisaran pH yang dapat ditolerir benih ikan sidat disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kelangsungan hidup benih ikan sidat (%) pada berbagai tingkat derajat keasaman (pH) selama percobaan.

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai survival rate (SR) pada pH 4, 6 dan pH 8 berkisar antara 87-100% dan pada pH 10 semua hewan uji mati (SR = 0%), hal ini membuktikan bahwa benih ikan sidat tidak dapat mentolerir kondisi pH 10.

Penelitian Utama: Penentuan pH optimum pada pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor)

Berdasarkan pengumpulan data selama percobaan telah diperoleh data tentang survival rate, pertumbuhan bobot negatif, laju pertumbuhan spesifik (SGR), tingkat konsumsi oksigen dan parameter fisika-kimia air. Hasil percobaan disajikan pada Tabel 2.

(23)

9

Dari Tabel 2dapat di ketahui bahwa nilai survival rate signifikan atau dapat dikatakan pH dapat mempengaruhi survival rate. Namun, untuk parameter laju penurunan bobot, laju pertumbuhan spesifik dan konsumsi oksigen tidak signifikan atau dapat dikatakan perlakuan pH tidak berpengaruh terhadap parameter tersebut. Hal ini dapat terjadi karena pH perlakuan yang digunakan sudah merupakan pH yang dapat ditoleransi oleh benih ikan sidat (elver).

Survival Rate (SR)

Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan selama percobaan didapatkan nilai SR pada setiap perlakuan pH (Tabel 3 dan Lampiran 2). Analisis ragam SR terdapat pada Lampiran 4.

Tabel 3 Kelangsungan hidup benih ikan sidat (%) pada berbagai derajat keasaman (pH) selama percobaan.

Ulangan SR Pada Perlakuan pH

6 7 8

1 100 100 80

2 100 100 100

3 100 100 80

Rata-rata 100 100 87

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai kelangsungan hidup (SR) pada pH 6 dan 7 sebesar 100% sedangkan pada pH 8 sebesar 87%. Hal ini membuktikan bahwa benih ikan sidat cocok hidup pada pH mendekati netral ( pH 6–7). Berdasarkan uji ANOVA diketahui bahwa perlakuan pH berpengaruh

(24)

10

Berdasarkan Gambar 2, dari persamaan y = 0.1x2- 1.38x + 5.21 menghasilkan tingkat konsumsi oksigen pada pH 6 sebesar0.53 g, pada pH 7 sebesar 0.45 g dan pada pH 8 sebesar 0.57 g. Berdasarkan hasil uji ANOVA menunjukan bahwa pH tidak berpengaruh terhadap bobot ikan.

Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR)

Berdasarkan nilai SGR yang diperoleh selama pemeliharaan (Lampiran 6) dapat diperjelas dengan grafik untuk melihat nilai pertumbuhan optimum dan nilai pertumbuhan maksimum yang disajikan dalam Gambar 3.

Gambar 3Hubungan antara pH dengan laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan sidat.

Gambar 3 memperlihatkan SGR pada pH 6 sebesar -1.31%, -0.83%pada pH 7 dan pada pH 8 sebesar -1.67%. Berdasarkan uji ANOVA (Lampiran 7) diketahui bahwafhit<ftab maka gagal tolak H0, hal ini menunjukkan bahwa pH tidak berpengaruh terhadap SGR. Berdasarkan persamaan y = -0.464x2 + 6.130x– 20.96 dengan nilai R2= 1. Hal ini menunjukan bahwa model yang digunakan dapat dipercaya sebesar 100%.

Konsumsi Oksigen

Tingkat konsumsi oksigen (TKO) benih ikan sidat didapatkan dari kadar oksigen media pada awal pengamatan dikurang kadar oksigen media akhir pengamatan selama 1 jam. Hasil rata-rata konsumsi oksigen benih ikan sidat disajikan pada Gambar 4 dan Lampiran 8. Hasil uji ANOVA konsumsi oksigen dapat dilihat pada Lampiran 9.

(25)

11

Gambar 4 Konsumsi oksigen benih ikan sidat (mgO2/g/jam) pada tingkat berbagai derajat keasaman (pH) selama percobaan

Berdasarkan Gambar 4, dari persamaan y = 0,715x2 - 9,675x + 33,07 menghasilkan bobot pada pH 6 sebesar 0.76 mgO2/g/jam, pada pH 7 sebesar 0.38 mgO2/g/jam dan pada pH 8 sebesar 1.43mgO2/g/jam. Berdasarkan hasil uji ANOVA (Lampiran 9) menunjukan bahwa pH tidak berpengaruh terhadap konsumsi oksigen ikan.

Parameter Fisika-Kimia Air

Data hasil pengukuran fisika-kimia air pada setiap perlakuan selama percobaan disajikan pada Tabel 4.Rentang nilai hasil analisis dan grafik fisika-kimia perairan tiap-tiap perlakuan selama 21 hari pemeliharaan disajikan pada Lampiran 10.

Tabel 4 Kisaran rata-rata parameter fisika-kimia air selama pemeliharaan

Perlakuan

Sumber : *) Wedmeyer (1996)

Berdasarkan tabel 4 parameter fisika-kimia khususnya suhu dan DO relatif sama antar perlakuan selama percobaan dan berada pada kondisi yang optimal untuk perikanan budidaya. Kandungan bahan-bahan toksik seperti amonia nitrit

(26)

12

dan alkalinitas selama pemeliharaan tergolong tidak optimal untuk perikanan budidaya.Namun, benih ikan sidat relatif lebih tahan terhadap bahan toksik tersebut dibandingkan dengan jenis ikan lainnya.

Pembahasan

Tingkat kelangsungan hidup antara lain dipengaruhi oleh pH lingkungan. pH dapat mempengaruhi struktur insang serta aktivitas enzim pada organ insang sehingga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen. Apabila tingkat konsumsi oksigen menurun maka produksi energi (laju biosintase) akan menurun sehingga kebutuhan energi untuk aktivitasuntuk aktivitas proses biosintesa akan menurun juga. Sistem osmoregulasi dan ekskresi akan terganggu, terganggunya osmoregulasi akan menyebabkan tekanan osmotik cairan tubuh tidak ideal, dan hal ini akan menyebabkan laju biosintase akan terhambat dan akhirnya akan mengganggu pertumbuhan (Affandi dan Tang 2002). Menurut Haryuni (2002) pada kisaran pH 4 – 11 elver sidat mampu hidup. Namun, yang terbaik pada kisaran 6.6 – 8.5. Hasil percobaan, benih ikan sidat mampu hidup baik pada pH 6

– 7 (mendekati netral). Masing-masing perlakuan pemeliharaan benih ikan sidat menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 100% pada perlakuan pH 6 dan 7, 87% pada perlakuan pH 8. Hal ini menunjukan bahwa pH basa tidak dapat menurunkan ketahanan tubuh ikan sehingga menyebabkan kematian pada benih ikan sidat. Tingginya tingkat kelangsungan hidup selama pemeliharaan juga disebabkan oleh nilai parameter fisika-kimia perairan yang masih dapat ditolerir oleh benih ikan sidat.

Affandi dan Tang (2002) menyatakan bahwa pengukuran konsumsi oksigen merupakan cara untuk mengukur laju metabolisme pada ikan. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat konsumsi oksigen benih ikan sidat pada Gambar 3 diperoleh bahwa tingkat konsumsi oksigen yang paling rendah pada perlakuan pH 7 sebesar 0.38 mgO2/gikan/jam. Berbeda pada perlakuan pH 8 yang memiliki tingkat konsumsi oksigen lebih tinggi dibandingkan dengan pH 6 dan 7 yaitu sebesar 1.43 mgO2/g ikan/jam. Meningkatnya konsumsi oksigen ketika pH media di bawah dan di atas pH 7 menunjukan bahwa adanya kegiatan laju metabolisme untuk melawan perubahannya pH media agar kondisi tubuh tetap stabil (daya homeostasi) dan adanya dugaan bahwa tingginya konsumsi oksigen tersebut untuk pembelanjaan energi untuk osmoregulasi karena ketika pH media diluar optimal maka akan terjadi penurunan aktivitas enzim termasuk enzim yang terkait dengan osmoregulaasi (NaK ATP ase).

(27)

13

benih ikan sidat lebih tinggi dibandingkan dengan pH 7.1 sehingga konsumsi oksigen pada pH 8 juga lebih tinggi dan penurunan bobot pada pH 8 lebih tinggi dibandingkan pH netral. Menurut Yuwono et al. (2003) dalam Sukmaningrum et al. (2010) metabolisme dipengaruhi oleh aktivitas, aktivitas tinggi mengakibatkan konsumsi oksigennya juga lebih tinggi sehingga memiliki bobot tubuh akhir yang lebih rendah dibandingkan dengan benih ikan sidat yang dipelihara pada pH netral.

Berdasarkan Gambar 3, laju pertumbuhan bobot harian (SGR) yang dipelihara selama 3 minggu sebesar -0.83, -1.31 dan -1.67%. SGR tertinggi pada pH 7 sebesar -0.83 dan SGR terendah pada pH 8 sebesar -1.67. Hal ini menandakan bahwa pH 7 merupakan pH yang optimum untuk pemeliharaan benih ikan sidat. Dari hasil analisis data diperoleh bahwa nilai SGR tidak berbeda nyata antara perlakuan. Hal ini diduga karena ikan tidak diberi makan (puasa), sehingga energi habis digunakan untuk kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti metabolisme, bergerak, bernafas dan pengaturan suhu yangdigunakan untuk mempertahankan kehidupan sehingga tidak ada energi yang dialokasikan untuk pertumbuhan. Derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi SGR ikan sidat. Pada pH rendah (keasaman tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen akan menurun,apabila konsumsi oksigen menurun dapat mengurangi nafsu makan sehingga laju pertumbuhan akan menururn (Marcel 1975 dalam Herianti 2005)

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan biota. Jika kualitas air seperti DO, suhu, amonia, nitrit, alkalinitas dan pH melewati kisaran optimum, maka pertumbuhan ikan akan terhambat dan dapat menyebabkan kematian pada ikan. Sidat tergolong ikan yang kuat, tetapi peka terhadap perubahan lingkungan. Biota air membutuhkan oksigen guna pembakaran bahan bakarnya (makanan) untuk menghasilkan aktivitas seperti, aktivitas berenang, pertumbuhan dan reproduksi. Oksigen terlarut (DO) selama penelitian berada pada kisaran 4.30-7.55 mg/L. Kandungan oksigen terlarut dalam percobaan masih dapat memenuhi persyaratan DO optimum dan tidak berbahaya bagi pemeliharaan benih ikan sidat, karena menurut Marcel (1975) dalam Herianti (2005), oksigen minimal yang dibutuhkan oleh ikan sidat sebesar 3.00 mg/L.

Suhu sangat berpengaruh terhadap kadar oksigen. Oksigen berbanding terbalik dengan suhu. Artinya bila suhu tinggi maka kelarutan oksigen berkurang. Kisaran suhu yang didapatkan selama pemeliharaan adalah 28.9-29.8oC. Kisaran suhu ini tergolong masih optimum untuk ikan sidat. Matsui (1982) dalam Herianti (2005) menyatakan suhu optimal untuk pertumbuhan ikan sidat berkisar antara 25oC – 28oC, dibawah suhu 12oC sidat menjadi tidak aktif dan tidak tertarik untuk mengambil makanan sehingga pertumbuhan menjadi minimal. Hal ini diperkuat oleh Usui (1974) dalam Sholeh (2004) ikan sidat lebih cepat tumbuh pada daerah yang memiliki suhu tinggi antara 23-30oC seperti di Taiwan, Indonesia, Selatan Jepang, Karibia, Queensland, Tunisia atau Madagaskar. Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen (Effendi 2003)

(28)

14

pemeliharaan ikan sidat, NH3 berada pada angka 0.004-0.79 mg/L. Kandungan NH3 dalam percobaan tergolong tinggi. Namun, nilai tersebut masih dapat ditolelir ikan sidat karena menurut Lesmana (2005) kadar NH3 yang dapat menyebabkan kematian apabila lebih dari 1 mg/L. Hal ini diperkuat oleh Affandi dan Riani (1994) menyatakan toleransi ikan sidat terhadap amonia jauh lebih besar dibandingkan dengan ikan lain, untuk larva sidat muda (yellow eel) konsentarasi amonia yang bersifat lethal adalah mendekati 1 mg/L dan pertumbuhan sidat menururn apabila kandungan NH3 dalam air melebihi 0,12 mg/L. Yosmiar (2009) mengemukakan bahwa keberadaan NH3 akan mereduksi masuknya oksigen kedalam tubuh ikan.

Nitrit (NO2-) merupakan zat terlarut dan merupakan senyawa intermediet antara NH3 dan NO2- yang pembentukannya dipengruhi oleh keberadaan oksigen terlarut diperairan.NO2- sebagai hasil oksidasi NH3, juga merupakan senyawa nitrogen anorganik yang dapat membahayakan kehidupan biota bila terdapat dalam jumlah tinggi (Grasshoss 1976 dalam Wahyono 2002). Kandungan NO2 -selama percobaan berkisar antara 0.003-0.34 ppm. Kandungan NO2- selama pemeliharaan tergolong rendah sehingga dapat menurunkan pertumbuhan ikan. Menurut Degani et al.(1985) dalam Herianti (2005) konsentrasi aman untuk budidaya sidat adalah <0,5 ppm. Hal ini diperkuat oleh Wedemeyer (1996) yang menyatakan bahwa kandungan yang aman untuk menunjang kesehatan ikan adalah<0.1 mg/L.

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan pH larutan. Alkalinitas di dalam air disebabkan oleh ion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-), dan hidroksida (OH-).Pada pemeliharaan benih ikan sidat nilai alkalinitas pada pH 6 dan 7 sebesar 45 mg/L dan pada pH 8 sebesar 90 mg/L. Kondisi ini termasuk tidak optimum pada pH 6 dan 7 untuk pemeliharaan ikan sidat. Namun, Optimum pada pH 8. Menurut Nugroho dan Sasongko (2012) rata-rata hasil alkalinitas air untuk pemeliharaan sidat adalah 52,95 mg/L sedangkan, Affandi dan Suhenda (2003) dalam Rusmaedi (2010) menyatakan alkalinitas yang cocok untuk memacu pertumbuhan ikan sidat sebesar 50-80 mg/L. Namun, nilai alkalinitas selama pemeliharaan masih dapat ditoleransi oleh ikan. Nilai alkalinitas optimum untuk perikanan air tawar berkisar >20 mg/L (Wedmeyer 1996). Alkalinitas berkaitan erat hubungannya dengan pH perairan. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas.

(29)

15

Effendi (2003) menyatakan pada pH tinggi (basa) lebih banyak ditemukan NH3 yang tidak terionisasi dan bersifat toksik.Amonia tidak terionisasi lebih mudah terserap kedalam tubuh organisme akuatik. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pH optimal untuk memacu pertumbuhan benih ikan sidat adalah pH 7.1. Pada pH tersebut kondisi lingkungan mendukung aktifitas fisiologis ikan dimana kebutuhan oksigen dan pertumbuhan negatif relatif lebih rendah dibandingkan dengan pH lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada pemeliharaan benih ikan sidat berukuran ± 3 g kisaran pH optimum dan titik optimum pada pH media adalah pH 6 – 8 dan pH 7.1. Tingkat konsumsi oksigen dan laju penurunan bobot tubuh dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan pH optimum.

Saran

Agar nilai pH media perlakuan stabil, maka perlu diperhatikan nilai alkalinitas air baku yang digunakan. Disarankan nilai alkalinitas air baku adalah>50 mg/L

DAFTAR PUSTAKA

[APHA] American Public Health Association. 2012. Standard method for the examination of water and wastewater. Washington DC (US): American Public Health Association 800 I Street, NW.

Affandi R. 2005. Strategi Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Sidat, Anguilla sp di Indonesia. Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 5(2): 75-81

Affandi R, Riani. 1994. Studi Adaptasi Benih Ikan Sidat (Elver), Anguilla sp pada Berbagai Tingkat Salinitas. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Affandi R, Riani. 1995. Pengaruh Salinitas Terhadap Derajat Kelangsungan Hidup Pertumbuhan Benih Ikan Sidat (elver), Anguilla bicolor bicolor. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Vol. 3(1): 39-48

Affandi R,Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri press. Pekanbaru, Riau. Boyd CE. 1979. Water Quality Management for Fish Culture. Amsterdam

Elsevier Scientific Publ. Co.

Darmawanti AVSP. 2002. Pengaruh Surfaktan Deterjen Linear Alkylbenzene Sulfonate terhadap Larva Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage) [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Effendi MI. 2002. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.

(30)

16

Ghozali MFR. 2010. Efektivitas Penambahan Zeolit, C-Aktif dan Garam Pada Pengangkutan Ikan Maanvis (pterophyllum scalare) Dengan Kepadatan Tinggi, Studi Lanjut Respon Stres [Tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Haryono A. 2004. Pengukuran Nilai Target Strength Larva Ikan dengan Split Beam Acoustic System di Perairan Teluk Tomini, Sulawesi. [skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Haryuni. 2002. Migrasi Elver Sidat, Anguilla sp Memasuki Muara Sungai Poso, Sulawesi Tengah. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

HermiatiSS. 2011. Ketahanan dan Pertumbuhan Beberapa Strain Nila Pada media Ber-pH Asam.[skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

HeriantiI. 2005. Rekayasa Lingkungan Untuk Memacu Perkembangan Ovarium Ikan Sidat.Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. No 37:25-41.

Huisman. 1987. Principles of Fish Production. Wageningen: Departement of Fish Culture and Fisheries

Istriyati. 2011. Histologi dalam Biologi Terapan. [Pidato Pengukuhan jabatan Guru Besar pada tanggal 17 Juli 2011]. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada. 24 hal.http://www.search.ask.histologi+dalam+biologi+terapan (09 Juli 2013) Lesmana DS. 2005. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya :

Jakarta.

Marlina E. 2011. Optimasi Osmolaritas Media dan Hubungannya Dengan Respon Fisiologis Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nugroho KPA dan Sasongko A. 2012. Kelayakan Kualitas Air Tempat Budidaya Anguilla bicolor di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Di dalam : Adminmai [Internet]. [diunduh 2013 Jul 7] Ricker WE. 1979. Growth Rate and Models.Di dalam: Hoar WS, Randall DJ,

Brett JR, editors. Fish Physiology Vol.8. New York: Academic Press.

Rusmaedi, Ongko P, Rasidi. 2010. Pendederan Benih Sidat (Anguilla bicolor) Sistem Resirkulasi Dalam Bak Beton. Di dalam: Rusmaedi, editor. Loka Riset Pemuliaan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Rusmaedi. Hlm 107-111.

Sholeh SA. 2004. Peranan Jumlah Shelter yang Berbeda Terhadap Perumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Sidat (Anguilla sp.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 36 hal.Gramedia Pustaka Utama

Sukmaningrum S, Sulistyo I, Sudibyo PHT. 2010. Efek Pemuasaan Secara Periodik Terhadap Retensi Protein dan Retensi Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum). Prosiding Seminar Nasional Biologi. Purwokerto (ID): Biodiversitas dan Bioteknologi Sumberdaya Akuatik.

Sutrisno. 2008. Penentuan Salinitas Air dan Jenis Pakan Alami yang Tepat dalam Pemeliharaan Benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 7(1) : 71-77.

Wahyono. 2002. Karakteristik Nitrat Nitrit dan Ammonia dalam Proses Percampuran di Perairan Muara Sungai Bengawan Solo Gresik Jawa Timur Periode Juli-Desember 2001 [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. 80 hal

(31)

17

(32)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis Pengukuran Kualitas Air [Metode APHA 2012]

1. Pengukuran pH air menggunakan pH-meter digital dengan cara mencelupkan pH-meter kedalam masing-masing akuarium kemudian, mencatat data yang diperoleh.

2. Pengukuran suhu pada media pemeliharaan menggunakan termometer maxmin dengan satuan oC. Pengukuran suhu dilakukan dengan cara mencelupkan termometer maxmin kedalam masing-masing akuarium kemudian, mencatat data yang diperoleh.

3. Oksigen terlarut adalah jumlah mg/l gas oksigen yang larut dalam air. Nilai pH dipengaruhi oleh kadar CO2 terlarut dan alkalinitas. Kadar oksigen terlarut dapat ditentukan dengan menggunakan DO-meter. Dengan cara mencelupkan DO meter kedalam masing-masing akuarium kemudian, catat data yang diperoleh.

4. Amonia (NH3) dan garam-garam lainnya bersifat terlarut dalam air. Amonia bebas tak terionosasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Metode yang digunakan dalam pengukuran amonia adalah metode spektrofotometri. Dengan cara saring sampel dan ambil 25 ml sampel yang tersaring. Tambahkan 1 ml phenol 10%. Tambahkan 1 ml Na-nitropucid. Tambahkan 2,5 ml larutan oxydasi (trinatrium sitrat + sodium hipoclorit dengan perbandingan 4:1). Diamkan selama 1 jam diruangan gelap. Ukur dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang 640 nm. Persamaan dinyatakan sebagai berikut :

Mg NH3/L = ppm NH3-N x

= ppm NH3-N x 1,216

Keterangan :

BM : Berat Molekul

BA : Berat Atom

5. Nitrit merupakan hasil reduksi senyawa nitrat (NO3) atau oksidasi amonia (NH3) oleh mikroorganisme. Metode yang digunakan dalam pengukuran nitrit adalah metode spektofotometri. Dengan cara saring sampel dan ambil 50 ml sampel yang tersaring. Tambahkan 1 ml Sulfanil amid. Tambahkan 1 ml NED (warna berubah menjadi pink). Ukur dengan spektofotometri dengan panjang gelombang 543 nm. Persamaan dinyatakan sebagai berikut :

Mg NO2-L = ppm NO2-N x = ppm NO2-N x 3,28 Keterangan :

BM : Berat Molekul

(33)

19

6. Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam (Effendi, 2003). Pengukuran alkalinitas menggunakan metode titrasi dan dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

Titrasi alkalinitas dengan cara ambil sampel sebanyak 25 ml. Teteskan indikator pp 3 tetes hingga sampel berubah warna menjadi merah. Kemudian titrasi dengan H2SO4 sampai berubah warna menjadi bening. Teteskan indikator metil orange 3-5 tetes. Titrasi dengan H2SO4 hingga warna menjadi kemerahan. Catat ml titran yang terpakai.

Lampiran 2 Data survival rate (SR) Perlakuan Ulangan Total ikan

awal (ekor)

Lampiran 3 Analisis Ragam survival rate SR

Sumber Keragaman

Jumlah

Kuadrat df Kuadrat Tengah F Sig.

Intersep Hipotesis 126025,000 1 126025,000 351,698 ,000

Error 1075,000 3 358,333(a)

perlakuan Hipotesis 2075,000 3 691,667 1,930 ,195

Error 3225,000 9 358,333(b)

ulangan Hipotesis 1075,000 3 358,333 1,000 ,436

Error 3225,000 9 358,333(b)

Pada hasil diatas menunjukkan bahwa nilai p-value nya (0.001) < 0.05 dan 0.01(α) menunjukkan bahwa perlakuan pH berpengaruh terhadap SR pada taraf nyata 5% dan 1%.

Lampiran 4 Data bobt awal dan akhir (g)

Ulangan Perlakuan

6 7 8,5

(34)

20

2 0,52 0,40 0,75 3 0,50 0,41 0,57 rata-rata 0,53 0,45 0,57

Lampiran 5 Analisis ragam bobot (g)

ANOVA

sumber keragaman JK Db KT Fhit P-value Ftab

perlakuan 1,117214 3 0,372405 2,183771 0,142867 3,490295

Sisa 2,046394 12 0,170533

Total 3,163608 15

Pada hasil diatas menunjukan fhit<ftab maka gagal tolak h0 hal ini menunjukan bahwa pH tidak berpengaruh penurunan bobot ikan

Lampiran 6 Data specific growth rate (SGR)

Ulangan Perlakuan

Lampiran 7 Analisis Ragam specific growth rate (SGR)

Sumber Keragaman

Pada hasil diatas menunjukkan bahwa nilai p-value nya (0.001) < 0.05 dan 0.01(α) menunjukkan bahwa perlakuan pH tidak berpengaruh terhadap SGR pada taraf nyata 5% dan 1%.

Lampiran 8 Hasil rata-rata konsumsi oksigen

Ulangan Perlakuan

6 7 8,5

1 0,78 0,38 2,32

(35)

21

Lampiran 9 Analisis ragam konsumsi oksigen

ANOVA

sumber keragaman JK Db KT Fhit P-value Ftab

perlakuan 1,117214 3 0,372405 2,183771 0,142867 3,490295

sisa 2,046394 12 0,170533

Total 3,163608 15

Kesimpulan:

(36)

Lampiran 10. Parameter Fisika – Kimia Air

DO

Perlakuan Rata-rata stdev

6 5,56 0,53 7,0 6,83 0,36 8,5 6,83 0,29

Suhu

Perlakuan Rata-rata stdev 6 29,09 0,49

7,0 28,84 0,30

8,5 28,81 0,33

Rata-rata stdev

Maximum 38,51 0,81

Minimum 25,95 0,22

4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 H17 H18 H19 H20 H21

D

0

(m

g

/L)

waktu pengamatan

8,5

7

5,5

2

(37)

pH

(38)

NH3

Perlakuan Rata-rata stdev 6 0,778 0,089

7 0,060 0,016

8,5 0,072 0,050

Alkalinitas

Perlakuan rata-rata stdev

(39)

NO2

-Perlakuan Rata-rata stdev 6 0,018 0,016

7 0,101 0,170

8,5 0,053 0,052

40 60 80

5.5 7 8.5

Minggu I

Minggu II

Minggu III

0.000 0.200 0.400 0.600

5.5 7 8.5

N

itr

it

(m

g

/L)

Perlakuan

NO

2- Nitrit minggu I

Nitrit minggu II

Nitrit minggu III

2

(40)

Gambar

Gambar 1 Kerangka pendekatan masalah
Tabel 1 Kelangsungan hidup benih ikan sidat (%) pada berbagai tingkat derajat
Gambar 2Penurunan bobot rata-rata benih ikan sidat pada setiap perlakuan selama
Gambar 3Hubungan antara pH dengan laju pertumbuhan spesifik pada benih ikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam pembuatan sistem ini adalah dengan adanya aplikasi berbasis SMS Gateway, pelanggan lebih mudah mendapatkan informasi barang terbaru maupun barang lama

kuartal ketiga tahun 2017 sehingga menghasilkan Laba Bersih sebesar Rp 67 miliar atau tumbuh sebesar 47% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sebagai hasil dari

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by

ANALISIS KETERLAMBATAN PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH DENGAN KONSEP LEAN CONSTRUCTION.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Proses pengembangan yang dilakukan biasanya berawal dari perencanaan produk, identifikasi kebutuhan, spesifikasi produk, penyusunan konsep, pengujian, arsitektur , desain

Ada beberapa motif pendorong mengapa semakin banyak wanita bekerja, yaitu dapat disebabkan tuntutan ekonomi keluarga dan mencari eksistensi diri.Dimungkinkan

Ketika active router dari masing – masing VLAN sudah dapat kembali bekerja secara normal, kondisi ( state ) dari active router tersebut akan berubah menjadi dari Init menjadi

Penelitian ini juga menduga bahwa terdapat reverse causality, yakni perusahaan dengan nilai yang lebih tinggi akan mengadopsi praktik corporate governance yang lebih