• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

AZKA MILLATINASSILMI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukkan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 2014

Azka Millatinassilmi

(4)
(5)

ABSTRAK

AZKA MILLATINASSILMI. Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.). Dibimbing oleh I WAYAN WINASA

Jagung merupakan tanaman serealia penting sebagai sumber karbohidrat bagi jutaan penduduk di dunia. Jagung juga merupakan bagian terbesar dari menu masyarakat negara berkembang. Hama utama yang sering menjadi masalah dalam budidaya jagung adalah Rhopalosiphum maidis Fitch (Hemiptera: Aphididae),

Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) dan Helicoverpa armigera

Hubner (Lepidoptera: Noctuidae). Penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi dan serangan kutudaun R. maidis, O. furnacalis dan

H. armigera di pertanaman jagung. Pengamatan ketiga jenis hama ini dilakukan pada 10 petak pertanaman jagung, masing-masing petak berukuran 4 m x 5 m. Pengamatan dilakukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman jagung. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kerapatan populasi kutudaun R. maidis

mencapai puncaknya pada umur tanaman jagung 49 HST, sedangkan musuh alaminya dari famili Coccinellidae mencapai puncak populasi pada umur tanaman 65 HST. Larva O. furnacalis dan H. armigera mulai ditemukan pada tongkol jagung pada umur tanaman 59 HST. Gejala serangan kedua jenis hama ini dapat dibedakan, yaitu O. furnacalis membuat lubang gerekan memanjang pada ujung tongkol, sedangkan H. armigera gerekannya menyebar pada ujung tongkol dan memakan biji jagung pada ujung tongkol tersebut. Intensitas kerusakan yang ditimbulkan oleh O. furnacalis dan H. armigera pada tongkol jagung relatif rendah sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Produksi jagung dari batang yang terserang O. furnacalis tidak berbeda nyata dengan produksi dari batang yang sehat.

(6)
(7)

ABSTRACT

AZKA MILLATINASSILMI. Development of Population Three Mayor Pest on Maize (Zea mays L.). Supervised by I WAYAN WINASA.

Corn is an important cereal crops as a carbohydrate source for millions people in the world. That also a biggest part of people menu in developing countries. The main pests of the often problem in the cultivation corn are

Rhopalosiphum maidis Fitch (Hemiptera: Aphididae), Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) and Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae). The aims of this study is to determine population growth and attack of aphids R. maidis, O. furnacalis, H. armigera on corn plantation. Observation of three types pests implemented on 10 plots of planting corn, each plot measuring 4 m x 5 m. Observations were made on vegetative and generative plant of maize. The observations result indicate that the population density of aphids R. maidis

peaked at the age of 49 days after planting, while the natural enemies of the family Coccinellidae reach peak population at the age of plants 65 days after planting. Larvae O. furnacalis and H. armigera start found on corn cobs at age 59 days after planting. The both of pest attack symptoms can be distinguished,

O. furnacalis make holes on the ends of cob and elongate, while H. armigera

borer on tip of the corn cob and eat the kernel on the ends of the corn cob. The intensity of damage result by O. furnacalis and H. armigera on corn cobs is low and didn't give real effect to production. Production of corn, from the stem were attacked by O. furnacalis is not significantly different with the production of healthy stems.

(8)
(9)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

AZKA MILLATINASSILMI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

(11)

Judul Skripsi : Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung(Zea mays L.)

Nama Mahasiswa : Azka Millatinassilmi NIM : A34090090

Disetujui oleh

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(12)
(13)
(14)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si. selaku dosen pembimbing, Dr. Efi Toding Tondok, SP. M.Sc. selaku penguji tamu, Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik, serta seluruh dosen-dosen Departemen Proteksi Tanaman yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, motivasi, dan bimbingan selama penulis mengikuti studi di Departemen Proteksi Tanaman.

Terima kasih kepada Ayahanda M. Fauzi Sutopo dan Ibunda Nur’aini Fathony tercinta, serta seluruh keluarga penulis yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran, dan doa untuk penulis.

Terima kasih kepada Pak Bony yang memberi semangat serta izin dalam pengamatan di lahannya, Pak Wawan dan rekan-rekan di Laboratorium Ekologi atas dukungan, saran, dan semangat yang diberikan.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman Proteksi Tanaman 46, seluruh adik serta kakak tingkat yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, 2014

(15)
(16)

DAFTAR ISI

Pengamatan Kutudaun Rhopalosiphum maidis dan Musuh Alaminya ... 4

Pengamatan Perkembangan Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung ... 4

Pengamatan Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung ... 4

Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi Jagung ... 5

Pengolahan Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis... 6

Serangan Ostrinia furnacalis pada Tanaman Jagung ... 7

Serangan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung ... 9

Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera pada Tanaman Jagung ... 12

Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi ... 13

SIMPULAN... 14

Simpulan dan Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN ... 17

(17)
(18)

DAFTAR TABEL

1 Kerapatan populasi kutudaun R. maidis pada tanaman jagung ... 66

2 Intensitas serangan O. furnacalis dan H. armigera ... 12

3 Bobot kering tongkol jagung dari batang yang terserang dan tidak terserang O. furnacalis... 13

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan populasi R. maidis dengan kelimpahan Coccinellidae ... 7

2 Telur O. furnacalis yang ditemukan di lapangan ... 8

3 Serangan larva O. furnacalis pada tongkol jagung ... 8

4 Perkembangan serangan larva O. furnacalis di pertanaman jagung ... 9

5 Peletakkan pupa O. furnacalis pada tongkol jagung ... 9

6 Perkembangan populasi telur H. armigera di pertanaman jagung ... 10

7 Telur H. armigera pada rambut jagung ... 10

8 Perkembangan populasi larva H. armigera di pertanaman jagung ... 11

9 Larva H. armigera berada di area tongkol ... 11

10 Predator yang ditemukan pada tanaman jagung ... 12

11 Gejala serangan O. furnacalis (a) dan gejala serangan H. armigera (b) ... 13

12 Tongkol sehat (a), tongkol terserang O. furnacalis (b), dan tongkol terserang H. armigera (c) ... 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data curah hujan harian pada bulan Mei dan Juni 2013 di Darmaga Bogor .. 18

(19)
(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung merupakan tanaman serealia penting sebagai sumber karbohidrat bagi jutaan penduduk di dunia. Jagung juga merupakan bagian terbesar dari menu masyarakat negara berkembang. Selain itu, jagung banyak dibudidayakan karena perawatannya mudah dan dapat ditanam hampir di semua jenis tanah, serta dapat dijadikan bahan pangan dan pakan (Adnan et al. 2005).

Pemerintah Indonesia telah menetapkan swasembada jagung pada tahun 2014 (Anggoro 2013). Berdasarkan data BPS (2012), produksi jagung di Indonesia selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 sebesar 16.31 juta ton, dan tahun 2009 sebesar 17.62 juta ton. Produksi jagung ini terus mengalami peningkatan dan hingga tahun 2012 telah mencapai 19.39 juta ton.

Salah satu kendala dalam budidaya jagung adalah adanya serangan hama. Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat diserang hama selama masa pertumbuhannya, yaitu mulai fase bibit, vegetatif sampai generatif. Hama yang biasa ditemukan pada tanaman jagung fase bibit adalah lalat bibit (Atherigona sp.). Hama lain yang ditemukan selama fase vegetatif sampai generatif adalah penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner), pemakan daun (Spodoptera litura

Fabricius dan Mythimna separata Walker.), kutudaun (Rhopalosiphum maidis

Fitch), belalang dan tikus (Kalshoven 1981; Subandi et al. 1988; Swastika et al.

2004). Dari semua jenis hama yang ditemukan pada tanaman jagung, hama yang dominan adalah kutudaun R. maidis (Hemiptera: Aphididae), penggerek batang O. furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae) dan penggerek tongkol jagung H. armigera

(Lepidoptera: Noctuidae).

Kutudaun R. maidis umumnya membentuk koloni dalam jumlah besar pada tanaman jagung. Imago memiliki panjang tubuh berukuran sekitar 0.9 sampai 2.4 mm (Blackman dan Eastop 2000). Sebagian populasi kutudaun tidak memiliki sayap. Kutudaun akan bersayap apabila populasi dalam satu koloninya sangat padat. Sayap kutudaun berfungsi untuk terbang atau berpindah ke tempat lain untuk membentuk koloni baru (Miyazaki 1987). Imago berkembang biak secara partenogenesis (Kalshoven 1981). Nimfa membutuhkan waktu selama 4 sampai 6 hari untuk menjadi imago, sedangkan imago kutudaun dapat hidup selama 4 sampai 12 hari (Bayhan 2009). Kutudaun merusak tanaman dengan menusukkan stiletnya pada daun, menyebabkan warna dan bentuk daun tidak normal, pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil yang pada akhirnya tanaman mengering (Pabbage et al. 2007). Kehilangan hasil yang disebabkan serangan kutudaun mencapai 16 sampai 78% (Said et al. 2011). Pencegahan kehilangan hasil akibat serangan kutudaun R. maidis dapat dilakukan melalui beberapa cara pengendalian diantaranya dengan pemanfaatan musuh alami dan penggunaan insektisida.

(21)

2

permukaan bawah daun. Bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran kelompok telur yang berbeda-beda. Jumlah butir telur antara 5 sampai 90 butir rusaknya tongkol jagung (Pabbage et al. 2007). Kehilangan hasil akibat serangan

O. furnacalis mencapai 20 sampai 80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh kepadatan populasi larva O. furnacalis serta umur tanaman saat terserang (Nonci 2004). Kehilangan hasil terbesar terjadi bila serangan tinggi pada fase reproduktif (Kalshoven 1981).

Penggerek tongkol jagung H. armigera termasuk serangga yang bersifat polifag (Kalshoven 1981). Selain menyerang tanaman jagung H. armigera juga dapat menyerang tanaman tomat, kedelai, kapas, tembakau dan sorgum. Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut-rambut jagung dan mampu bertelur rata-rata 730 butir dengan masa oviposisi 10 sampai 25 hari (Kalshoven 1981). Larva terdiri atas 5 sampai 7 instar, tetapi umumnya 6 instar dengan pergantian kulit (moulting) disetiap instarnya 2 sampai 4 hari. Periode perkembangan larva sangat bergantung pada suhu dan kualitas makanannya. Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24oC sampai 27oC adalah 12 sampai 21 hari. Larva bersifat kanibal dan mengalami masa prapupa selama 1 sampai 4 hari. Masa prapupa dan pupa biasanya terjadi di dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah (Pabbage et al. 2007). Gejala serangan larva H. armigera dimulai pada saat pembentukan tongkol jagung dan apabila kelobotnya dibuka di dalamnya ditemukan larva H. armigera. Larva masuk ke dalam tongkol muda dan memakan biji-biji jagung, karena larva hidup di dalam tongkol, biasanya serangan serangga ini sulit diketahui dan sulit dikendalikan dengan insektisida disebabkan ditutupi oleh kelobot (Sarwono et al.

2003). Akibat dari serangan hama penggerek tongkol H. armigera kehilangan hasil pada tanaman jagung dapat mencapai 80% (Tenrirawe 2007).

Berdasarkan penelitian Fitriani (2009) pada tanaman jagung manis, hama yang dapat menurunkan produksi jagung didominasi oleh O. furnacalis dan H. armigera. Namun, menurut sebagian petani keberadaan hama ini pada pertanaman jagung dianggap tidak berpengaruh terhadap produksi.

(22)

3 Penelitian ini menjadi penting dilakukan, karena dengan mengetahui perkembangan populasi kutudaun R. maidis, O. furnacalis, dan H. armigera serta kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman jagung akan mempermudah dalam menentukan strategi pengendalian hama ini.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi dan serangan kutudaun Rhopalosiphum maidis, Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera

di pertanaman jagung.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi berupa perkembangan populasi dan serangan kutudaun Rhopalosiphum maidis,

(23)

4

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di pertanaman jagung di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Bogor. Identifikasi hama dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Mei 2013 sampai Juli 2013.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kamera, lup, timbangan, mikroskop, lampu, handcounter, pertanaman jagung, alat tulis, kantong plastik, ajir, kertas label.

Metode

Lahan Pengamatan

Luas lahan pertanaman jagung yang digunakan sebagai tempat pengamatan seluas 650 m2 dan dibagi menjadi 25 petak dengan ukuran masing-masing petak 4 m x 5 m. Dari 25 petak diambil 10 petak sebagai petak pengamatan. Pada setiap petak pengamatan diambil 10 tanaman contoh, sehingga total tanaman contoh yang diamati sebanyak 100 tanaman. Letak tanaman contoh ditentukan secara sistematis dengan pola persebaran Z/N. Varietas yang ditanam adalah varietas Pioneer Hibrida P 27. Setiap lubang ditanami 1 sampai 2 biji jagung dengan jarak tanam 40 cm x 60 cm.

Pengamatan Kutudaun Rhopalosiphum maidis dan Musuh Alaminya

Pengamatan populasi R. maidis dan musuh alaminya Coccinellidae dilakukan sejak tanaman fase vegetatif hingga fase generatif. Pengamatan kutudaun dilakukan pada bagian daun atau kelobot tongkol jagung, sedangkan Coccinellidae diamati pada setiap tanaman contoh. Selain Coccinellidae diamati juga predator lain yang ditemukan pada tanaman jagung.

Pengamatan Perkembangan Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa

armigera pada Tongkol Jagung

(24)

5 Pengamatan Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa

armigera pada Batang dan Tongkol Jagung

Serangan O. furnacalis dan H. armigera pada batang dan tongkol jagung diamati pada seluruh petak tanaman contoh. Pengamatan serangan larva

O. furnacalis dan H. armigera pada batang dan tongkol jagung dilakukan dengan menghitung intensitas serangan pada batang dan tongkol jagung dengan menggunakan rumus berikut:

Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi Jagung

Setiap petak contoh diambil secara acak 10 tanaman yang batangnya terserang O. furnacalis dan 10 tanaman yang tidak terserang. Selanjutnya semua tongkol dari batang terserang dan tidak terserang dipanen. Hasil panen dijemur beberapa hari sampai tongkol kering. Semua tongkol dipisahkan dengan kelobotnya selanjutnya ditimbang.

Pengolahan Data

(25)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutudaun R. maidis mulai ditemukan pada tanaman jagung umur 28 hari setelah tanam (HST). Kutudaun pertama kali ditemukan berada di bawah helai daun terakhir dan pada saat itu tanaman sudah memasuki fase vegetatif. Kerapatan populasi kutudaun mulai meningkat pada umur tanaman 42 HST dengan rata-rata 1.69 ekor per tanaman. Populasi kutudaun mencapai puncaknya pada umur tanaman 49 HST, yaitu saat tanaman memasuki fase generatif yang ditandai dengan munculnya bunga jantan dan bunga betina pada tajuk tanaman. Kerapatan populasi kutudaun pada umur tanaman 49 HST mencapai rata-rata sebesar 20.03 ekor per tanaman (Tabel 1).

Tabel 1 Kerapatan populasi kutudaun R. maidis pada tanaman jagung Umur Tanaman (HST) Populasi rata-rata ± SD

28 0.01 ± 0.10 populasi terendah terjadi pada umur tanaman 65 HST, yaitu rata-rata 0.16 ekor per tanaman. Penurunan populasi kutudaun ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti curah hujan, ketersediaan makanan, dan musuh alami. Selain itu, menurut Khalsoven (1981) punurunan populasi juga disebabkan sebagian imago kutudaun membentuk sayap dan terbang ke pertanaman lain yang menyediakan sumber makanan lebih baik dan jumlahnya mencukupi.

(26)

7 HST menjadi 15.60 ekor per 10 tanaman pada 65 HST (Gambar 1). Kemampuan memangsa dari predator Coccinellidae cukup tinggi, salah satunya Coccinellidae dari spesies Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae). Hasil penelitian Radiyanto et al. (2011) menyatakan bahwa kemampuan memangsa stadia dewasa M. sexmaculatus lebih baik dibanding stadia larva. Stadia betina dewasa M. sexmaculatus memiliki kemampuan memangsa maksimum pada berbagai stadium nimfa kutudaun R. maidis sebanyak 300 ekor selama 24 jam.

Gambar 1 Hubungan populasi R. maidis dengan kelimpahan Coccinellidae Serangan Ostrinia furnacalis pada Tanaman Jagung

Telur penggerek batang O. furnacalis ditemukan setelah tanaman memasuki fase generatif yaitu pada umur 49 hari setelah tanam (HST) yang ditandai dengan munculnya bunga jantan. Namun, hasil penelitian Nonci dan Baco (1991) serangan O. furnacalis sebelum tanaman berumur 4 minggu dapat menyebabkan tanaman jagung rusak total, sedangkan serangan pada tanaman yang berumur 6 minggu, saat bunga betina belum dibuahi dapat menyebabkan tanaman gagal berbuah. Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan atas daun (Gambar 2). Hasil penelitian Abdullah (2005) menunjukkan bahwa sekitar 99.5% kelompok telur diletakkan pada permukaan bawah daun dan Nafus dan Schreiner (1987) menyatakan hanya 0.6% diletakkan di permukaan atas daun.

(27)

8

Gambar 2 Telur O. furnacalis yang ditemukan di lapangan

Pada umur 56 HST serangan larva O. furnacalis ditemukan pada batang, sedangkan pada tongkol belum ditemukan. Serangan pada tongkol ditemukan pada umur tanaman 59 HST dengan kerapatan rata-rata 7.20 ekor per 10 tanaman (Gambar 4). Sama halnya dengan penelitian Nafus dan Schreiner (1987) menunjukkan sebelum pollen menyebar, maka larva instar muda (instar I sampai III) akan berpindah dari bunga jantan ke bagian kelobot atau ujung tongkol dan larva instar tua (instar IV sampai VI) memakan tongkol dan bulir jagung setelah masa rambut jagung kering. Pengamatan berikutnya pada umur 62 HST populasi larva O. furnacalis mengalami peningkatan dan mencapai puncak serangan, yaitu rata-rata 9.60 ekor per 10 tanaman. Serangan larva O. furnacalis di tongkol jagung terdapat pada bagian rambut-rambut tongkol hingga ujung tongkol. Gejala serangan O. furnacalis menyebabkan ujung tongkol menjadi gundul tanpa rambut-rambut dan terdapat bekas gerekan memanjang pada ujung tongkol tersebut (Gambar 3).

Gambar 3 Serangan larva O. furnacalis pada tongkol jagung

Pada umur tanaman 65 HST populasi larva O. furnacalis mengalami penurunan hampir setengahnya dari rata-rata populasi sebelumnya, yaitu sebesar 4.50 ekor per 10 tanaman. Pengamatan selanjutnya menunjukkan populasi larva terus mengalami penurunan dan sampai umur tanaman 80 HST populasi rata-rata hanya mencapai 0.10 ekor per 10 tanaman (Gambar 4). Penurunan populasi larva ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena peran musuh alami dan sebagian larva telah membentuk pupa. Salah satu predator larva O. furnacalis

adalah cecopet (Dermaptera). Dari hasil pengamatan di lapangan ditemukan cecopet, namun populasinya relatif rendah (Gambar 10). Euborellia annulata

(28)

9

Gambar 4 Perkembangan serangan larva O. furnacalis di pertanaman jagung

Pupa O. furnacalis mulai ditemukan pada umur tanaman 77 HST dan 80 HST dengan kerapatan rata-rata 0.30 per 10 tanaman dan 0.60 per 10 tanaman. Pupa ditemukan di dalam kelobot jagung, di ujung tongkol yang terselimuti bekas gerekan (frash), dan di luar kelobot dari tongkol jagung (Gambar 5). Pengamatan Abdullah (2005) menemukan bahwa pupa dapat dijumpai pada berbagai bagian tanaman jagung, seperti di dalam liang gerek, pada batang di dekat lubang gerek, pada rambut tongkol dan di bagian dalam kelobot tongkol.

Gambar 5 Pupa O. furnacalis pada tongkol jagung Serangan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung

Peletakkan telur oleh imago betina H. armigera mempunyai kaitan erat dengan pembungaan jagung. Telur pertama kali ditemukan pada saat tanaman mulai membentuk bunga betina dan keluar rambut-rambut pada tongkol, yaitu pada umur 56 HST dengan kerapatan telur rata-rata 1.6 butir per 10 tanaman (Gambar 6). Telur diletakkan oleh imago betina di rambut-rambut jagung secara terpisah satu persatu (Gambar 7). Dalam satu tongkol bisa diletakkan 2 sampai 3 butir telur pada rambut-rambut jagung. Populasi telur H. armigera terus menurun pada umur tanaman 59 HST sampai 65 HST karena semakin bertambahnya umur tanaman sehingga rambut-rambut tongkol mulai mengering, dengan perubahan warna rambut menjadi coklat tua sehingga tidak menarik bagi imago betina untuk meletakkan telur. Pada saat pengamatan pada umur 62 HST ditemukan telur H. armigera yang terparasit dengan ciri-ciri warna telur berubah menjadi hitam. Menurut Nurindah dan Sujak (2006) jenis parasitoid yang dominan memarasit telur H. armigera pada tanaman jagung adalah genus Trichogramma dan

(29)

10

Trichogramma achaea Nagaraja, Trichogramma chilotraeae Nagaraja, dan

Trichogramma guamensis Nagaraja.

Gambar 6 Perkembangan populasi telur H. armigera di pertanaman jagung

Gambar 7 Telur H. armigera pada rambut jagung

Pada umur tanaman 59 HST mulai ditemukan adanya larva H. armigera

pada tongkol jagung dengan kerapatan 0.6 ekor per 10 tanaman (Gambar 8). Kerapatan populasi larva penggerek tongkol H. armigera selama pengamatan sampai umur tanaman 80 HST selalu rendah (Gambar 8). Pada umur tanaman 59 HST dan 62 HST larva yang ditemukan umumnya berukuran kecil (instar I dan II), dan pada pengamatan berikutnya 65 HST sampai 77 HST larva yang ditemukan mulai bertambah besar dan hanya 1 ekor larva dalam satu tongkol. Pengamatan pada umur tanaman 80 HST sebagian besar larva yang ditemukan berukuran besar (instar akhir) dan siap untuk berpupa dengan kerapatan larva sangat rendah karena sebagian besar larva sudah meninggalkan tongkol untuk berpupa di dalam tanah.

(30)

11

Gambar 8 Perkembangan populasi larva H. armigera di pertanaman jagung Gejala serangan larva H. armigera terlihat pada bagian ujung tongkol. Larva memakan biji jagung yang sedang berkembang dan menggerek ujung tongkol (Gambar 9). Larva tersebut dapat menggerek hingga 9 cm ke dalam tongkol hingga paling dalam mencapai 15 cm (Archer dan Bynum 1994).

Gambar 9 Larva H. armigera berada di area tongkol

Musuh alami yang ditemukan selama pengamatan selain Coccinellidae adalah predator, diantaranya laba-laba, Reduviidae, Mantodea, Dermaptera, Staphylinidae, dan Tettigoniidae.

Musuh alami yang dominan pada pertanaman jagung adalah laba-laba dari famili Lycosidae, Oxyopidae, dan Tetragnathidae sedangkan populasi predator lainnya cenderung rendah (Gambar 10). Laba-laba merupakan agens pengendali hayati yang potensial terhadap banyak jenis serangga hama. Abdullah (2005) mengemukakan bahwa adanya laba-laba di pertanaman jagung berhubungan dengan kelimpahan larva dari famili Lepidoptera, dan kelimpahan Tettigoniidae juga berhubungan dengan kelimpahan dari famili Hemiptera.

(31)

12

Gambar 10 Predator yang ditemukan pada tanaman jagung Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera

pada Tanaman Jagung

Berdasarkan hasil pengamatan saat menjelang panen menunjukkan bahwa intensitas serangan larva O. furnacalis pada batang sebesar 54.92% dan pada tongkol 16.23% (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa O. furnacalis merupakan hama utama yang menyerang pada bagian batang jagung namun juga dapat menyerang tongkol. Intensitas serangan H. armigera pada tongkol jagung sangat rendah hanya 1.61% (Tabel 2). Jika serangannya tinggi, Archer dan Bynum (1994) menyatakan bahwa serangan ini dapat menurunkan kualitas dan mengakibatkan perubahan warna pada biji jagung pada saat diolah. Perbedaan gejala serangan dari kedua hama ini pada tongkol terlihat sangat jelas. Gejala serangan yang disebabkan oleh O. furnacalis dengan ciri khusus membuat lubang gerekan yang memanjang pada ujung tongkol, sedangkan H. armigera gerekannya menyebar pada ujung tongkol dan memakan biji jagung pada bagian ujung tongkol tersebut (Gambar 11). Hasil pengamatan juga memperlihatkan bahwa serangan O. furnacalis dan H. armigera tidak berpengaruh banyak terhadap kehilangan hasil biji jagung (Gambar 12). Hasil wawancara dengan petani di lapangan juga menyebutkan bahwa kehilangan hasil yang disebabkan oleh kedua hama ini tidak nyata karena kerusakan yang ditimbulkan hanya pada bagian ujung tongkol.

Tabel 2 Intensitas serangan O. furnacalis dan H. armigera

(32)

13

(a) (b)

Gambar 11 Gejala serangan O. furnacalis (a) dan gejala serangan H. armigera (b)

(a) (b) (c)

Gambar 12 Tongkol sehat (a), tongkol terserang O. furnacalis (b), dan tongkol terserang H. armigera (c)

Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi

Hasil pengamatan terhadap tongkol jagung yang dihasilkan dari batang terserang O. furnacalis dan tidak terserang menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nafus dan Schreiner (1991) bahwa gerekan O. furnacalis pada batang tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan hasil tanaman jagung.

Tabel 3 Bobot kering tongkol jagung dari batang yang terserang dan tidak terserang O. furnacalis

Tongkol jagung Bobot tongkol (kg/ tanaman) (Rataan ± SD)

Terserang 0.126 ± 0.046 a

Tidak terserang 0.121 ± 0.045 a

a

(33)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kerapatan populasi kutudaun R. maidis mencapai puncaknya pada umur tanaman jagung 49 HST, sedangkan musuh alaminya Coccinellidae mencapai puncak populasi pada umur tanaman 65 HST.

Larva O. furnacalis dan H. armigera mulai ditemukan pada tongkol jagung pada umur tanaman 59 HST. Gejala serangan kedua jenis hama ini dapat dibedakan, yaitu O. furnacalis membuat lubang gerekan memanjang pada ujung tongkol, sedangkan H. armigera gerekannya menyebar pada ujung tongkol dan memakan biji jagung pada ujung tongkol tersebut.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh O. furnacalis dan H. armigera pada tongkol jagung relatif rendah sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Produksi jagung dari batang yang terserang O. furnacalis tidak berbeda nyata dengan produksi dari batang yang sehat.

Saran

(34)

15

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah T. 2005. Kajian komunitas artropda dan serangan penggerek jagung asia,

Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae), pada pertanaman jagung [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Adnan AM, Said YM, Nonci N. 2005. Peranan pengendalian hayati dalam

pengendalian hama jagung di Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Jagung. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serelia. hlm 505- 512.

Anggoro UK. 2013. Asyiknya Bertani: Menuju Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai 2014 [Audio]. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Audio rekaman 1 full acara. [diunduh 2013 Okt 11]. Tersedia pada:http://pusdatin.setjen.deptan.go.id/ditjentp/berita-menuju-swasembada-padi-jagung-dan-kedelai-2014.html

Archer TL dan Bynum ED. 1994. Corn earworm (Lepidoptera: Noctuidae) biology on food corn on the high plains. Entomol Soc Am. 23(2): 343-348. Bayhan E. 2009. Impact of certain corn cultivars on some biological parameters of

Rhopalosiphum maidis (Fitch) (Hemiptera: Aphididae). African J Biotech.

8(5): 785-788.

Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crop: an Identification and Information Guide. 2nd edition. Chichster (GB): Wiley.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Tanaman pangan [Internet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. [diunduh 2013 April 2]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3

[DPI&F] Departement of Primary Industries and Fisheries. 2005. Understanding Helicoverpa Ecology and Biology in Southern Queensland: Know the Enemy to Manage it Better. Queensland (AU): Australian Government: Cotton Research and Development Corporation.

Miyazaki M. 1987. Morphology and systematics. Di dalam: Minks AK, Harrewijn P, editor. Aphids: Ther Biology, Natural Enemies and Control. Amstterdam: Elsevier. hlm 4-8.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De

Plagen van de Culruurgewassen in Indonesia.

Nafus DM dan Schreiner IH. 1987. Location of Ostrinia furnacalis Guenee eggs and larvae an sweet corn in relation to plants growth. J Econ Entomol. 84(2): 411-416.

Nafus DM dan Schreiner IH. 1991. Review of biology and control of the Asian corn Borer, Ostrinia furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae). Trop Pest Manag.

37(1): 41-56.

Nonci N dan Baco D. 1991. Pertumbuhan penggerek jagung Ostrinia furnacalis

(Guenee) pada berbagai tingkat umur tanaman jagung. Agrikam. 6(3): 95-101.

Nonci N. 2004. Biologi dan musuh alami penggerek batang Ostrinia furnacalis

(35)

16

Nurindah dan Sujak. 2006. Keanekaragaman spesies parasitoid telur Helicoverpa armigera (Hubner) pada sistem tanam monokultur dan polikultur kapas.

J Entomol Indonesia. 3(2): 84-93.

Pabbage MS, Adnan AM, Nonci N. 2007. Pengelolaan hama prapanen jagung. Di dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor.

Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor (ID): Badan Litbang Pertanian. hlm 274-304.

Radiyanto I, Rahayuningtias S, Widhianingtyas E. 2011. Kemampuan pemangsaan Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Rhopalosiphum maidis Fitch. (Homoptera: Aphididae). J Entomol Indonesia. 8(1): 1-7.

Said MY, Soenartiningsih, Tenrirawe A, Adnan AM, Wakman W, Talanca AH, Syafruddin. 2011. Petunjuk Lapang: Hama, Penyakit, Hara pada Jagung. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sarwono, Pikukuh B, Sukarno R, Korlina E, Jumadi. 2003. Serangan Ulat penggerek tongkol Helicoverpa armigera pada beberapa galur jagung.

Agrosains. 5(2): 28-33.

Suasaard W. 2010. Natural enemies of important insect pests of field crops and utilization as biological control agents in Thailand. Di dalam: Proceedings of International seminar on Enhancement of Functional Biodiversity Relevant to Sustainable Food Production in ASPAC; 2010 Nov 8-12; Tsukuba, Japan. Bangkok (TH): National Biological Control Research Center.

Subandi, Manwan I, Blumenschein A. 1988. National Coordinated Research Program on Corn. Bogor (ID): Central Research Institute for Food Crops, Agency for Agricultural Research and Development.

Sunarno. 2012. Pengendalian hayati (biologi control) sebagai salah satu komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT). J Uniera. 1(2): 1-12.

Swastika, Dewa KS, Kasim F, Sudana W, Hendayani R, Suhariyanto K, Gerpacio V, Pingali PL. 2004. Maize in Indonesia: Production System, Constrains, and Research Priorities [Internet]. Mexico City (MX): International Maize and Wheat Improvement Center. [diunduh 2013 April 29]. Tersedia pada: http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/min.pdf

Taulu LA, Rauf A. 2000. Kompleks artropoda penghuni tajuk kedelai. Di dalam:

Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Athropoda pada Sistem Produksi Pertanian; 2000 Okt 16-18; Cipayung. Bogor (ID): PEI.

(36)

17

(37)

18

Lampiran 1 Data curah hujan harian pada bulan Mei dan Juni 2013 di Darmaga Bogor

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Darmaga Bogor

(38)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 September 1991 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak M. Fauzi Sutopo dan Ibu

Nur’aini Fathony. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA PGRI 3 Bogor pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) .

Gambar

Tabel 1  Kerapatan populasi kutudaun R. maidis pada tanaman jagung
Gambar 1  Hubungan  populasi R. maidis dengan kelimpahan Coccinellidae
Gambar 2  Telur O. furnacalis yang ditemukan di lapangan
Gambar 5  Pupa O. furnacalis pada tongkol jagung
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis korelasi pada jagung manis ungu didapatkan hasil korelasi positif yang nyata antara hasil bobot biji per tongkol dengan panjang tongkol (0,68*), diameter tongkol

tongkol, dan bobot segar tongkol pada jagung semi varietas BISI-2 telah didapatkan bahwa pemberian air laut konsentrasi 4000 ppm ternyata tidak memberikan hasil

panjang tongkol, diameter batang, bobot berangkasan segar per tanaman, bobot tongkol kering pipil per tanaman dan bobot 100 butir biji kering pipil, sedangkan

Hasil analisis korelasi pada jagung manis ungu didapatkan hasil korelasi positif yang nyata antara hasil bobot biji per tongkol dengan panjang tongkol (0,68*), diameter tongkol

Parameter yang diamati meliputi umur keluar malai, umur keluar rambut tongkol, jumlah daun per tanaman, sudut daun, tinggi tanaman, diameter batang, tinggi tanaman, umur panen,

“ Seleksi Ketahanan Aksesi Jagung Terhadap Serangan Hama Penggerek Batang Jagung ( Ostrinia furnacalis Guenee) (Lepidoptera: Crambidae) ” yang diajukan untuk

Bobot segar tongkol tanpa klobot yang dihasilkan tanaman jagung manis perlakuanjarak tanamdan dosis pupuk menghasilkan bobot segar tongkol tanpa klobot yang

Tanaman jagung terdiri dari batang, daun, buah, bunga, akar, kelobot buah, dan tongkol buah.10 Rambut jagung mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai antibakteri