• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AZKA MILLATINASSILMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) AZKA MILLATINASSILMI"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

AZKA MILLATINASSILMI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA

PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukkan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 2014

Azka Millatinassilmi

(4)
(5)

ABSTRAK

AZKA MILLATINASSILMI. Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.). Dibimbing oleh I WAYAN WINASA

Jagung merupakan tanaman serealia penting sebagai sumber karbohidrat bagi jutaan penduduk di dunia. Jagung juga merupakan bagian terbesar dari menu masyarakat negara berkembang. Hama utama yang sering menjadi masalah dalam budidaya jagung adalah Rhopalosiphum maidis Fitch (Hemiptera: Aphididae),

Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) dan Helicoverpa armigera

Hubner (Lepidoptera: Noctuidae). Penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi dan serangan kutudaun R. maidis, O. furnacalis dan

H. armigera di pertanaman jagung. Pengamatan ketiga jenis hama ini dilakukan

pada 10 petak pertanaman jagung, masing-masing petak berukuran 4 m x 5 m. Pengamatan dilakukan pada fase vegetatif dan generatif tanaman jagung. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kerapatan populasi kutudaun R. maidis mencapai puncaknya pada umur tanaman jagung 49 HST, sedangkan musuh alaminya dari famili Coccinellidae mencapai puncak populasi pada umur tanaman 65 HST. Larva O. furnacalis dan H. armigera mulai ditemukan pada tongkol jagung pada umur tanaman 59 HST. Gejala serangan kedua jenis hama ini dapat dibedakan, yaitu O. furnacalis membuat lubang gerekan memanjang pada ujung tongkol, sedangkan H. armigera gerekannya menyebar pada ujung tongkol dan memakan biji jagung pada ujung tongkol tersebut. Intensitas kerusakan yang ditimbulkan oleh O. furnacalis dan H. armigera pada tongkol jagung relatif rendah sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Produksi jagung dari batang yang terserang O. furnacalis tidak berbeda nyata dengan produksi dari batang yang sehat.

Kata kunci: jagung, tongkol, Helicoverpa armigera, Ostrinia furnacalis,

(6)
(7)

ABSTRACT

AZKA MILLATINASSILMI. Development of Population Three Mayor Pest on Maize (Zea mays L.). Supervised by I WAYAN WINASA.

Corn is an important cereal crops as a carbohydrate source for millions people in the world. That also a biggest part of people menu in developing countries. The main pests of the often problem in the cultivation corn are

Rhopalosiphum maidis Fitch (Hemiptera: Aphididae), Ostrinia furnacalis Guenee

(Lepidoptera: Pyralidae) and Helicoverpa armigera Hubner (Lepidoptera: Noctuidae). The aims of this study is to determine population growth and attack of aphids R. maidis, O. furnacalis, H. armigera on corn plantation. Observation of three types pests implemented on 10 plots of planting corn, each plot measuring 4 m x 5 m. Observations were made on vegetative and generative plant of maize. The observations result indicate that the population density of aphids R. maidis peaked at the age of 49 days after planting, while the natural enemies of the family Coccinellidae reach peak population at the age of plants 65 days after planting. Larvae O. furnacalis and H. armigera start found on corn cobs at age 59 days after planting. The both of pest attack symptoms can be distinguished,

O. furnacalis make holes on the ends of cob and elongate, while H. armigera

borer on tip of the corn cob and eat the kernel on the ends of the corn cob. The intensity of damage result by O. furnacalis and H. armigera on corn cobs is low and didn't give real effect to production. Production of corn, from the stem were attacked by O. furnacalis is not significantly different with the production of healthy stems.

Keywords: cob, corn, Helicoverpa armigera, Ostrinia furnacalis, Rhopalosiphum

(8)
(9)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(10)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

AZKA MILLATINASSILMI

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERKEMBANGAN POPULASI TIGA HAMA UTAMA PADA

TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

(11)

Judul Skripsi : Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Nama Mahasiswa : Azka Millatinassilmi NIM : A34090090

Disetujui oleh

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, M.Si Ketua Departemen Proteksi Tanaman

(12)

Judul Skripsi : Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Nama Mahasiswa : Azka Millatinassilmi

NIM : A34090090

Disetujui oleh

Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si Dosen Pembimbing

(13)
(14)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Perkembangan Populasi Tiga Hama Utama pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.)” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. I Wayan Winasa, M.Si. selaku dosen pembimbing, Dr. Efi Toding Tondok, SP. M.Sc. selaku penguji tamu, Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik, serta seluruh dosen-dosen Departemen Proteksi Tanaman yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, motivasi, dan bimbingan selama penulis mengikuti studi di Departemen Proteksi Tanaman.

Terima kasih kepada Ayahanda M. Fauzi Sutopo dan Ibunda Nur’aini Fathony tercinta, serta seluruh keluarga penulis yang telah banyak mencurahkan tenaga, pikiran, dan doa untuk penulis.

Terima kasih kepada Pak Bony yang memberi semangat serta izin dalam pengamatan di lahannya, Pak Wawan dan rekan-rekan di Laboratorium Ekologi atas dukungan, saran, dan semangat yang diberikan.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman Proteksi Tanaman 46, seluruh adik serta kakak tingkat yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, 2014

Azka Millatinassilmi

(15)
(16)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

BAHAN DAN METODE ... 4

Tempat dan Waktu Penelitian ... 4

Alat dan Bahan ... 4

Metode ... 4

Lahan Pengamatan ... 4

Pengamatan Kutudaun Rhopalosiphum maidis dan Musuh Alaminya ... 4

Pengamatan Perkembangan Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung ... 4

Pengamatan Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung ... 4

Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi Jagung ... 5

Pengolahan Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis... 6

Serangan Ostrinia furnacalis pada Tanaman Jagung ... 7

Serangan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung ... 9

Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera pada Tanaman Jagung ... 12

Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi ... 13

SIMPULAN... 14

Simpulan dan Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN ... 17

(17)
(18)

DAFTAR TABEL

1 Kerapatan populasi kutudaun R. maidis pada tanaman jagung ... 66

2 Intensitas serangan O. furnacalis dan H. armigera ... 12

3 Bobot kering tongkol jagung dari batang yang terserang dan tidak terserang O. furnacalis... 13

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan populasi R. maidis dengan kelimpahan Coccinellidae ... 7

2 Telur O. furnacalis yang ditemukan di lapangan ... 8

3 Serangan larva O. furnacalis pada tongkol jagung ... 8

4 Perkembangan serangan larva O. furnacalis di pertanaman jagung ... 9

5 Peletakkan pupa O. furnacalis pada tongkol jagung ... 9

6 Perkembangan populasi telur H. armigera di pertanaman jagung ... 10

7 Telur H. armigera pada rambut jagung ... 10

8 Perkembangan populasi larva H. armigera di pertanaman jagung ... 11

9 Larva H. armigera berada di area tongkol ... 11

10 Predator yang ditemukan pada tanaman jagung ... 12

11 Gejala serangan O. furnacalis (a) dan gejala serangan H. armigera (b) ... 13

12 Tongkol sehat (a), tongkol terserang O. furnacalis (b), dan tongkol terserang H. armigera (c) ... 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data curah hujan harian pada bulan Mei dan Juni 2013 di Darmaga Bogor .. 18

(19)
(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung merupakan tanaman serealia penting sebagai sumber karbohidrat bagi jutaan penduduk di dunia. Jagung juga merupakan bagian terbesar dari menu masyarakat negara berkembang. Selain itu, jagung banyak dibudidayakan karena perawatannya mudah dan dapat ditanam hampir di semua jenis tanah, serta dapat dijadikan bahan pangan dan pakan (Adnan et al. 2005).

Pemerintah Indonesia telah menetapkan swasembada jagung pada tahun 2014 (Anggoro 2013). Berdasarkan data BPS (2012), produksi jagung di Indonesia selama lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 sebesar 16.31 juta ton, dan tahun 2009 sebesar 17.62 juta ton. Produksi jagung ini terus mengalami peningkatan dan hingga tahun 2012 telah mencapai 19.39 juta ton.

Salah satu kendala dalam budidaya jagung adalah adanya serangan hama. Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat diserang hama selama masa pertumbuhannya, yaitu mulai fase bibit, vegetatif sampai generatif. Hama yang biasa ditemukan pada tanaman jagung fase bibit adalah lalat bibit (Atherigona sp.). Hama lain yang ditemukan selama fase vegetatif sampai generatif adalah penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera Hubner), pemakan daun (Spodoptera litura Fabricius dan Mythimna separata Walker.), kutudaun (Rhopalosiphum maidis Fitch), belalang dan tikus (Kalshoven 1981; Subandi et al. 1988; Swastika et al. 2004). Dari semua jenis hama yang ditemukan pada tanaman jagung, hama yang dominan adalah kutudaun R. maidis (Hemiptera: Aphididae), penggerek batang O.

furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae) dan penggerek tongkol jagung H. armigera

(Lepidoptera: Noctuidae).

Kutudaun R. maidis umumnya membentuk koloni dalam jumlah besar pada tanaman jagung. Imago memiliki panjang tubuh berukuran sekitar 0.9 sampai 2.4 mm (Blackman dan Eastop 2000). Sebagian populasi kutudaun tidak memiliki sayap. Kutudaun akan bersayap apabila populasi dalam satu koloninya sangat padat. Sayap kutudaun berfungsi untuk terbang atau berpindah ke tempat lain untuk membentuk koloni baru (Miyazaki 1987). Imago berkembang biak secara partenogenesis (Kalshoven 1981). Nimfa membutuhkan waktu selama 4 sampai 6 hari untuk menjadi imago, sedangkan imago kutudaun dapat hidup selama 4 sampai 12 hari (Bayhan 2009). Kutudaun merusak tanaman dengan menusukkan stiletnya pada daun, menyebabkan warna dan bentuk daun tidak normal, pertumbuhan tanaman terhambat atau kerdil yang pada akhirnya tanaman mengering (Pabbage et al. 2007). Kehilangan hasil yang disebabkan serangan kutudaun mencapai 16 sampai 78% (Said et al. 2011). Pencegahan kehilangan hasil akibat serangan kutudaun R. maidis dapat dilakukan melalui beberapa cara pengendalian diantaranya dengan pemanfaatan musuh alami dan penggunaan insektisida.

Hama penggerek batang O. furnacalis termasuk ke dalam ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Imago betina O. furnacalis dapat meletakkan telur 300 sampai 500 butir dan umumnya meletakkan telur secara berkelompok di

(21)

2

permukaan bawah daun. Bentuknya menyerupai sisik ikan dengan ukuran kelompok telur yang berbeda-beda. Jumlah butir telur antara 5 sampai 90 butir atau bahkan lebih dari 100 butir (Kalshoven 1981). Larva membutuhkan waktu selama 17 sampai 30 hari, dan masa stadia pupa 6 sampai 9 hari. Imago dewasa yang keluar dari pupa pada malam hari akan langsung kawin dan imago betina meletakkan telur pada malam yang sama. Umur imago selama 7 sampai 11 hari (Said et al. 2011). Hama penggerek batang O. furnacalis menimbulkan gejala serangan berupa lubang kecil pada daun, lubang gerekan pada batang, dan rusaknya tongkol jagung (Pabbage et al. 2007). Kehilangan hasil akibat serangan

O. furnacalis mencapai 20 sampai 80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi

oleh kepadatan populasi larva O. furnacalis serta umur tanaman saat terserang (Nonci 2004). Kehilangan hasil terbesar terjadi bila serangan tinggi pada fase reproduktif (Kalshoven 1981).

Penggerek tongkol jagung H. armigera termasuk serangga yang bersifat polifag (Kalshoven 1981). Selain menyerang tanaman jagung H. armigera juga dapat menyerang tanaman tomat, kedelai, kapas, tembakau dan sorgum. Imago betina H. armigera meletakkan telur pada rambut-rambut jagung dan mampu bertelur rata-rata 730 butir dengan masa oviposisi 10 sampai 25 hari (Kalshoven 1981). Larva terdiri atas 5 sampai 7 instar, tetapi umumnya 6 instar dengan pergantian kulit (moulting) disetiap instarnya 2 sampai 4 hari. Periode perkembangan larva sangat bergantung pada suhu dan kualitas makanannya. Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24oC sampai 27oC adalah 12 sampai 21 hari. Larva bersifat kanibal dan mengalami masa prapupa selama 1 sampai 4 hari. Masa prapupa dan pupa biasanya terjadi di dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah (Pabbage et al. 2007). Gejala serangan larva H. armigera dimulai pada saat pembentukan tongkol jagung dan apabila kelobotnya dibuka di dalamnya ditemukan larva H. armigera. Larva masuk ke dalam tongkol muda dan memakan biji-biji jagung, karena larva hidup di dalam tongkol, biasanya serangan serangga ini sulit diketahui dan sulit dikendalikan dengan insektisida disebabkan ditutupi oleh kelobot (Sarwono et al. 2003). Akibat dari serangan hama penggerek tongkol H. armigera kehilangan hasil pada tanaman jagung dapat mencapai 80% (Tenrirawe 2007).

Berdasarkan penelitian Fitriani (2009) pada tanaman jagung manis, hama yang dapat menurunkan produksi jagung didominasi oleh O. furnacalis dan H.

armigera. Namun, menurut sebagian petani keberadaan hama ini pada pertanaman

jagung dianggap tidak berpengaruh terhadap produksi.

Faktor pembatas utama dalam budidaya jagung adalah gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT), oleh karena itu harus dilakukan pengendalian. Selama ini pengendalian yang biasa dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan insektisida sintetik karena pengendalian dengan insektisida dianggap lebih praktis dan cepat. Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap insektisida sintetik masih sangat tinggi. Dampak negatif yang disebabkan penggunaan insektisida sintetik antara lain dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia, pencemaran lingkungan, matinya organisme yang menguntungkan misalnya musuh alami dari organisme pengganggu tanaman (OPT), terjadinya serangan hama sekunder, munculnya resistensi serangga hama, dan terjadinya resurgensi serangga hama (Sunarno 2012).

(22)

3 Penelitian ini menjadi penting dilakukan, karena dengan mengetahui perkembangan populasi kutudaun R. maidis, O. furnacalis, dan H. armigera serta kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman jagung akan mempermudah dalam menentukan strategi pengendalian hama ini.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui perkembangan populasi dan serangan kutudaun Rhopalosiphum maidis, Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera di pertanaman jagung.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi berupa perkembangan populasi dan serangan kutudaun Rhopalosiphum maidis,

Ostrinia furnacalis, dan Helicoverpa armigera sehingga dapat digunakan sebagai

(23)

4

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di pertanaman jagung di Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Bogor. Identifikasi hama dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung mulai bulan Mei 2013 sampai Juli 2013.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: kamera, lup, timbangan, mikroskop, lampu, handcounter, pertanaman jagung, alat tulis, kantong plastik, ajir, kertas label.

Metode Lahan Pengamatan

Luas lahan pertanaman jagung yang digunakan sebagai tempat pengamatan seluas 650 m2 dan dibagi menjadi 25 petak dengan ukuran masing-masing petak 4 m x 5 m. Dari 25 petak diambil 10 petak sebagai petak pengamatan. Pada setiap petak pengamatan diambil 10 tanaman contoh, sehingga total tanaman contoh yang diamati sebanyak 100 tanaman. Letak tanaman contoh ditentukan secara sistematis dengan pola persebaran Z/N. Varietas yang ditanam adalah varietas Pioneer Hibrida P 27. Setiap lubang ditanami 1 sampai 2 biji jagung dengan jarak tanam 40 cm x 60 cm.

Pengamatan Kutudaun Rhopalosiphum maidis dan Musuh Alaminya

Pengamatan populasi R. maidis dan musuh alaminya Coccinellidae dilakukan sejak tanaman fase vegetatif hingga fase generatif. Pengamatan kutudaun dilakukan pada bagian daun atau kelobot tongkol jagung, sedangkan Coccinellidae diamati pada setiap tanaman contoh. Selain Coccinellidae diamati juga predator lain yang ditemukan pada tanaman jagung.

Pengamatan Perkembangan Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa

armigera pada Tongkol Jagung

Pengamatan perkembangan populasi O. furnacalis dan H. armigera dimulai pada fase vegetatif sejak tanaman berumur 28 HST hingga 49 HST dengan selang waktu 7 hari, selanjutnya sejak bunga betina keluar diamati lebih sering dengan selang waktu 3 hari mulai sejak tanaman berumur 56 HST hingga 80 HST. Pengamatan populasi telur dan larva diamati langsung pada semua tongkol tanaman contoh.

(24)

5

Pengamatan Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa

armigera pada Batang dan Tongkol Jagung

Serangan O. furnacalis dan H. armigera pada batang dan tongkol jagung diamati pada seluruh petak tanaman contoh. Pengamatan serangan larva

O. furnacalis dan H. armigera pada batang dan tongkol jagung dilakukan dengan

menghitung intensitas serangan pada batang dan tongkol jagung dengan menggunakan rumus berikut:

Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi Jagung

Setiap petak contoh diambil secara acak 10 tanaman yang batangnya terserang O. furnacalis dan 10 tanaman yang tidak terserang. Selanjutnya semua tongkol dari batang terserang dan tidak terserang dipanen. Hasil panen dijemur beberapa hari sampai tongkol kering. Semua tongkol dipisahkan dengan kelobotnya selanjutnya ditimbang.

Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan diolah menggunakan Microsoft

Excell 2007 dan SPSS versi 18. Untuk membandingkan tongkol dari batang

(25)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Populasi Rhopalosiphum maidis

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kutudaun R. maidis mulai ditemukan pada tanaman jagung umur 28 hari setelah tanam (HST). Kutudaun pertama kali ditemukan berada di bawah helai daun terakhir dan pada saat itu tanaman sudah memasuki fase vegetatif. Kerapatan populasi kutudaun mulai meningkat pada umur tanaman 42 HST dengan rata-rata 1.69 ekor per tanaman. Populasi kutudaun mencapai puncaknya pada umur tanaman 49 HST, yaitu saat tanaman memasuki fase generatif yang ditandai dengan munculnya bunga jantan dan bunga betina pada tajuk tanaman. Kerapatan populasi kutudaun pada umur tanaman 49 HST mencapai rata-rata sebesar 20.03 ekor per tanaman (Tabel 1).

Tabel 1 Kerapatan populasi kutudaun R. maidis pada tanaman jagung Umur Tanaman (HST) Populasi rata-rata ± SD

28 0.01 ± 0.10 35 0.00 ± 0.00 42 1.69 ± 7.97 49 20.03 ± 54.06 56 10.74 ± 39.74 59 2.36 ± 6.12 62 3.20 ± 21.20 65 0.16 ± 0.73 68 1.25 ± 7.58 71 1.45 ± 7.28 74 8.68 ± 20.14 77 5.44 ± 14.22 80 3.40 ± 12.74

Pada umur tanaman 56 HST populasi kutudaun mengalami penurunan dan populasi terendah terjadi pada umur tanaman 65 HST, yaitu rata-rata 0.16 ekor per tanaman. Penurunan populasi kutudaun ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti curah hujan, ketersediaan makanan, dan musuh alami. Selain itu, menurut Khalsoven (1981) punurunan populasi juga disebabkan sebagian imago kutudaun membentuk sayap dan terbang ke pertanaman lain yang menyediakan sumber makanan lebih baik dan jumlahnya mencukupi.

Musuh alami dari kutudaun R. maidis yang ditemukan di lapangan yaitu kumbang predator Coccinellidae. Larva dan imago Coccinellidae tersebut dilaporkan memangsa kutudaun (Kalshoven 1981). Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa keberadaan musuh alami seperti Coccinellidae memiliki pengaruh terhadap dinamika populasi dari hama kutudaun. Berdasarkan pada data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penurunan populasi kutudaun yang cukup tinggi dari rata sebesar 200.3 ekor per 10 tanaman pada 49 HST menjadi rata-rata sebesar 1.60 ekor per 10 tanaman pada 65 HST dipengaruhi oleh populasi predator Coccinellidae yang meningkat, dari 8.00 ekor per 10 tanaman pada 49

(26)

7 HST menjadi 15.60 ekor per 10 tanaman pada 65 HST (Gambar 1). Kemampuan memangsa dari predator Coccinellidae cukup tinggi, salah satunya Coccinellidae dari spesies Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae). Hasil penelitian Radiyanto et al. (2011) menyatakan bahwa kemampuan memangsa stadia dewasa M. sexmaculatus lebih baik dibanding stadia larva. Stadia betina dewasa M. sexmaculatus memiliki kemampuan memangsa maksimum pada berbagai stadium nimfa kutudaun R. maidis sebanyak 300 ekor selama 24 jam.

Gambar 1 Hubungan populasi R. maidis dengan kelimpahan Coccinellidae

Serangan Ostrinia furnacalis pada Tanaman Jagung

Telur penggerek batang O. furnacalis ditemukan setelah tanaman memasuki fase generatif yaitu pada umur 49 hari setelah tanam (HST) yang ditandai dengan munculnya bunga jantan. Namun, hasil penelitian Nonci dan Baco (1991) serangan O. furnacalis sebelum tanaman berumur 4 minggu dapat menyebabkan tanaman jagung rusak total, sedangkan serangan pada tanaman yang berumur 6 minggu, saat bunga betina belum dibuahi dapat menyebabkan tanaman gagal berbuah. Telur diletakkan secara berkelompok pada permukaan atas daun (Gambar 2). Hasil penelitian Abdullah (2005) menunjukkan bahwa sekitar 99.5% kelompok telur diletakkan pada permukaan bawah daun dan Nafus dan Schreiner (1987) menyatakan hanya 0.6% diletakkan di permukaan atas daun.

0 50 100 150 200 250 28 35 42 49 56 59 62 65 68 71 74 77 80 P opulasi R. maidis (e kor/ 10 tan aman) Rhopalosiphum maidis 0 5 10 15 20 28 35 42 49 56 59 62 65 68 71 74 77 80 Keli m pahan C occin ell idae (e ko r/ 10 t anaman) Umur Tanaman (HST) Coccinellidae

(27)

8

Gambar 2 Telur O. furnacalis yang ditemukan di lapangan

Pada umur 56 HST serangan larva O. furnacalis ditemukan pada batang, sedangkan pada tongkol belum ditemukan. Serangan pada tongkol ditemukan pada umur tanaman 59 HST dengan kerapatan rata-rata 7.20 ekor per 10 tanaman (Gambar 4). Sama halnya dengan penelitian Nafus dan Schreiner (1987) menunjukkan sebelum pollen menyebar, maka larva instar muda (instar I sampai III) akan berpindah dari bunga jantan ke bagian kelobot atau ujung tongkol dan larva instar tua (instar IV sampai VI) memakan tongkol dan bulir jagung setelah masa rambut jagung kering. Pengamatan berikutnya pada umur 62 HST populasi larva O. furnacalis mengalami peningkatan dan mencapai puncak serangan, yaitu rata-rata 9.60 ekor per 10 tanaman. Serangan larva O. furnacalis di tongkol jagung terdapat pada bagian rambut-rambut tongkol hingga ujung tongkol. Gejala serangan O. furnacalis menyebabkan ujung tongkol menjadi gundul tanpa rambut-rambut dan terdapat bekas gerekan memanjang pada ujung tongkol tersebut (Gambar 3).

Gambar 3 Serangan larva O. furnacalis pada tongkol jagung

Pada umur tanaman 65 HST populasi larva O. furnacalis mengalami penurunan hampir setengahnya dari rata-rata populasi sebelumnya, yaitu sebesar 4.50 ekor per 10 tanaman. Pengamatan selanjutnya menunjukkan populasi larva terus mengalami penurunan dan sampai umur tanaman 80 HST populasi rata-rata hanya mencapai 0.10 ekor per 10 tanaman (Gambar 4). Penurunan populasi larva ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena peran musuh alami dan sebagian larva telah membentuk pupa. Salah satu predator larva O. furnacalis adalah cecopet (Dermaptera). Dari hasil pengamatan di lapangan ditemukan cecopet, namun populasinya relatif rendah (Gambar 10). Euborellia annulata (Dermaptera) dikenal sebagai predator larva O. furnacalis pada tanaman jagung (Suasaard 2010).

(28)

9

Gambar 4 Perkembangan serangan larva O. furnacalis di pertanaman jagung

Pupa O. furnacalis mulai ditemukan pada umur tanaman 77 HST dan 80 HST dengan kerapatan rata-rata 0.30 per 10 tanaman dan 0.60 per 10 tanaman. Pupa ditemukan di dalam kelobot jagung, di ujung tongkol yang terselimuti bekas gerekan (frash), dan di luar kelobot dari tongkol jagung (Gambar 5). Pengamatan Abdullah (2005) menemukan bahwa pupa dapat dijumpai pada berbagai bagian tanaman jagung, seperti di dalam liang gerek, pada batang di dekat lubang gerek, pada rambut tongkol dan di bagian dalam kelobot tongkol.

Gambar 5 Pupa O. furnacalis pada tongkol jagung

Serangan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung

Peletakkan telur oleh imago betina H. armigera mempunyai kaitan erat dengan pembungaan jagung. Telur pertama kali ditemukan pada saat tanaman mulai membentuk bunga betina dan keluar rambut-rambut pada tongkol, yaitu pada umur 56 HST dengan kerapatan telur rata-rata 1.6 butir per 10 tanaman (Gambar 6). Telur diletakkan oleh imago betina di rambut-rambut jagung secara terpisah satu persatu (Gambar 7). Dalam satu tongkol bisa diletakkan 2 sampai 3 butir telur pada rambut-rambut jagung. Populasi telur H. armigera terus menurun pada umur tanaman 59 HST sampai 65 HST karena semakin bertambahnya umur tanaman sehingga rambut-rambut tongkol mulai mengering, dengan perubahan warna rambut menjadi coklat tua sehingga tidak menarik bagi imago betina untuk meletakkan telur. Pada saat pengamatan pada umur 62 HST ditemukan telur H.

armigera yang terparasit dengan ciri-ciri warna telur berubah menjadi hitam.

Menurut Nurindah dan Sujak (2006) jenis parasitoid yang dominan memarasit telur H. armigera pada tanaman jagung adalah genus Trichogramma dan

Trichogrammatoidea (Hymenoptera: Trichogrammatidae), dari spesies 0 2 4 6 8 10 56 59 62 65 68 71 74 77 80 R ata -ra ta l ar va O. fur na cal is (e ko r/ 10 t anaman) Umur Tanaman (HST)

(29)

10

Trichogramma achaea Nagaraja, Trichogramma chilotraeae Nagaraja, dan Trichogramma guamensis Nagaraja.

Gambar 6 Perkembangan populasi telur H. armigera di pertanaman jagung

Gambar 7 Telur H. armigera pada rambut jagung

Pada umur tanaman 59 HST mulai ditemukan adanya larva H. armigera pada tongkol jagung dengan kerapatan 0.6 ekor per 10 tanaman (Gambar 8). Kerapatan populasi larva penggerek tongkol H. armigera selama pengamatan sampai umur tanaman 80 HST selalu rendah (Gambar 8). Pada umur tanaman 59 HST dan 62 HST larva yang ditemukan umumnya berukuran kecil (instar I dan II), dan pada pengamatan berikutnya 65 HST sampai 77 HST larva yang ditemukan mulai bertambah besar dan hanya 1 ekor larva dalam satu tongkol. Pengamatan pada umur tanaman 80 HST sebagian besar larva yang ditemukan berukuran besar (instar akhir) dan siap untuk berpupa dengan kerapatan larva sangat rendah karena sebagian besar larva sudah meninggalkan tongkol untuk berpupa di dalam tanah.

H. armigera membentuk pupa dalam tanah pada kedalaman mencapai 10 cm

(DPI&F 2005). 0 0.5 1 1.5 2 56 59 62 65 68 71 74 77 80 R ata -ra ta te lur H. arm igera (butir/ 10 tana man) Umur Tanaman (HST)

(30)

11

Gambar 8 Perkembangan populasi larva H. armigera di pertanaman jagung Gejala serangan larva H. armigera terlihat pada bagian ujung tongkol. Larva memakan biji jagung yang sedang berkembang dan menggerek ujung tongkol (Gambar 9). Larva tersebut dapat menggerek hingga 9 cm ke dalam tongkol hingga paling dalam mencapai 15 cm (Archer dan Bynum 1994).

Gambar 9 Larva H. armigera berada di area tongkol

Musuh alami yang ditemukan selama pengamatan selain Coccinellidae adalah predator, diantaranya laba-laba, Reduviidae, Mantodea, Dermaptera, Staphylinidae, dan Tettigoniidae.

Musuh alami yang dominan pada pertanaman jagung adalah laba-laba dari famili Lycosidae, Oxyopidae, dan Tetragnathidae sedangkan populasi predator lainnya cenderung rendah (Gambar 10). Laba-laba merupakan agens pengendali hayati yang potensial terhadap banyak jenis serangga hama. Abdullah (2005) mengemukakan bahwa adanya laba-laba di pertanaman jagung berhubungan dengan kelimpahan larva dari famili Lepidoptera, dan kelimpahan Tettigoniidae juga berhubungan dengan kelimpahan dari famili Hemiptera.

Hasil penelitian Abdullah (2005) menyatakan predator dari Ordo Dermaptera memangsa larva dan pupa O. furnacalis. Namun, dalam pengamatan di lapangan predator Dermaptera baru ditemukan pada saat tanaman berumur 80 HST. Predator dari famili Staphylinidae dapat memangsa berbagai jenis serangga dari famili Lepidoptera dan Hemiptera. Taulu dan Rauf (2000) mengemukakan bahwa Staphylinidae mampu mengonsumsi sekitar 15 telur H. armigera per hari. Namun, di lapangan predator Staphylinidae hanya ditemukan saat tanaman berumur 49 HST dan 74 HST. 0 0.5 1 1.5 2 56 59 62 65 68 71 74 77 80 R ata -ra ta la rva H . arm ige ra (e kor/10 tana man) Umur Tanaman (HST)

(31)

12

Gambar 10 Predator yang ditemukan pada tanaman jagung

Intensitas Serangan Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera pada Tanaman Jagung

Berdasarkan hasil pengamatan saat menjelang panen menunjukkan bahwa intensitas serangan larva O. furnacalis pada batang sebesar 54.92% dan pada tongkol 16.23% (Tabel 2). Hal ini menunjukkan bahwa O. furnacalis merupakan hama utama yang menyerang pada bagian batang jagung namun juga dapat menyerang tongkol. Intensitas serangan H. armigera pada tongkol jagung sangat rendah hanya 1.61% (Tabel 2). Jika serangannya tinggi, Archer dan Bynum (1994) menyatakan bahwa serangan ini dapat menurunkan kualitas dan mengakibatkan perubahan warna pada biji jagung pada saat diolah. Perbedaan gejala serangan dari kedua hama ini pada tongkol terlihat sangat jelas. Gejala serangan yang disebabkan oleh O. furnacalis dengan ciri khusus membuat lubang gerekan yang memanjang pada ujung tongkol, sedangkan H. armigera gerekannya menyebar pada ujung tongkol dan memakan biji jagung pada bagian ujung tongkol tersebut (Gambar 11). Hasil pengamatan juga memperlihatkan bahwa serangan O. furnacalis dan H. armigera tidak berpengaruh banyak terhadap kehilangan hasil biji jagung (Gambar 12). Hasil wawancara dengan petani di lapangan juga menyebutkan bahwa kehilangan hasil yang disebabkan oleh kedua hama ini tidak nyata karena kerusakan yang ditimbulkan hanya pada bagian ujung tongkol.

Tabel 2 Intensitas serangan O. furnacalis dan H. armigera Jenis Hama Intensitas Serangan (%) Batang Tongkol Ostrinia furnacalis 54.92 16.23 Helicoverpa armigera 1.61 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 28 35 42 49 56 59 62 65 68 71 74 77 80 Ke li mpaha n pr eda tor (e kor/ 10 tan aman) Umur Tanaman (HST) Laba-Laba Staphylinidae Mantodea Dermaptera Reduviidae Tettigoniidae

(32)

13

(a) (b)

Gambar 11 Gejala serangan O. furnacalis (a) dan gejala serangan H. armigera (b)

(a) (b) (c)

Gambar 12 Tongkol sehat (a), tongkol terserang O. furnacalis (b), dan tongkol terserang H. armigera (c)

Pengaruh Serangan Ostrinia furnacalis terhadap Produksi

Hasil pengamatan terhadap tongkol jagung yang dihasilkan dari batang terserang O. furnacalis dan tidak terserang menunjukkan tidak berbeda nyata (Tabel 3). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nafus dan Schreiner (1991) bahwa gerekan O. furnacalis pada batang tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan hasil tanaman jagung.

Tabel 3 Bobot kering tongkol jagung dari batang yang terserang dan tidak terserang O. furnacalis

Tongkol jagung Bobot tongkol (kg/ tanaman) (Rataan ± SD)

Terserang 0.126 ± 0.046 a

Tidak terserang 0.121 ± 0.045 a

aAngka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan

(33)

14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kerapatan populasi kutudaun R. maidis mencapai puncaknya pada umur tanaman jagung 49 HST, sedangkan musuh alaminya Coccinellidae mencapai puncak populasi pada umur tanaman 65 HST.

Larva O. furnacalis dan H. armigera mulai ditemukan pada tongkol jagung pada umur tanaman 59 HST. Gejala serangan kedua jenis hama ini dapat dibedakan, yaitu O. furnacalis membuat lubang gerekan memanjang pada ujung tongkol, sedangkan H. armigera gerekannya menyebar pada ujung tongkol dan memakan biji jagung pada ujung tongkol tersebut.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh O. furnacalis dan H. armigera pada tongkol jagung relatif rendah sehingga tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Produksi jagung dari batang yang terserang O. furnacalis tidak berbeda nyata dengan produksi dari batang yang sehat.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengaruh serangan ketiga jenis hama ini pada tanaman jagung pada lokasi dan musim tanam yang berbeda – beda untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap sebagai dasar untuk menyusun strategi pengendaliannya.

(34)

15

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah T. 2005. Kajian komunitas artropda dan serangan penggerek jagung asia,

Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae), pada pertanaman

jagung [disertasi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Adnan AM, Said YM, Nonci N. 2005. Peranan pengendalian hayati dalam

pengendalian hama jagung di Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar

Nasional Jagung. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serelia. hlm 505-

512.

Anggoro UK. 2013. Asyiknya Bertani: Menuju Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai 2014 [Audio]. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Audio rekaman 1 full acara. [diunduh 2013 Okt 11]. Tersedia pada:http://pusdatin.setjen.deptan.go.id/ditjentp/berita-menuju-swasembada-padi-jagung-dan-kedelai-2014.html

Archer TL dan Bynum ED. 1994. Corn earworm (Lepidoptera: Noctuidae) biology on food corn on the high plains. Entomol Soc Am. 23(2): 343-348. Bayhan E. 2009. Impact of certain corn cultivars on some biological parameters of

Rhopalosiphum maidis (Fitch) (Hemiptera: Aphididae). African J Biotech.

8(5): 785-788.

Blackman RL, Eastop VF. 2000. Aphids on the World’s Crop: an Identification

and Information Guide. 2nd edition. Chichster (GB): Wiley.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Tanaman pangan [Internet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. [diunduh 2013 April 2]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3

[DPI&F] Departement of Primary Industries and Fisheries. 2005. Understanding

Helicoverpa Ecology and Biology in Southern Queensland: Know the Enemy to Manage it Better. Queensland (AU): Australian Government:

Cotton Research and Development Corporation.

Miyazaki M. 1987. Morphology and systematics. Di dalam: Minks AK, Harrewijn P, editor. Aphids: Ther Biology, Natural Enemies and Control. Amstterdam: Elsevier. hlm 4-8.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta (ID): Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan dari: De

Plagen van de Culruurgewassen in Indonesia.

Nafus DM dan Schreiner IH. 1987. Location of Ostrinia furnacalis Guenee eggs and larvae an sweet corn in relation to plants growth. J Econ Entomol. 84(2): 411-416.

Nafus DM dan Schreiner IH. 1991. Review of biology and control of the Asian corn Borer, Ostrinia furnacalis (Lepidoptera: Pyralidae). Trop Pest Manag. 37(1): 41-56.

Nonci N dan Baco D. 1991. Pertumbuhan penggerek jagung Ostrinia furnacalis (Guenee) pada berbagai tingkat umur tanaman jagung. Agrikam. 6(3): 95-101.

Nonci N. 2004. Biologi dan musuh alami penggerek batang Ostrinia furnacalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae) pada tanaman jagung. J Litbang Pertanian. 23(1): 8-14.

(35)

16

Nurindah dan Sujak. 2006. Keanekaragaman spesies parasitoid telur Helicoverpa

armigera (Hubner) pada sistem tanam monokultur dan polikultur kapas. J Entomol Indonesia. 3(2): 84-93.

Pabbage MS, Adnan AM, Nonci N. 2007. Pengelolaan hama prapanen jagung. Di dalam: Sumarno, Suyamto, Widjono A, Hermanto, Kasim H, editor.

Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Bogor (ID): Badan Litbang

Pertanian. hlm 274-304.

Radiyanto I, Rahayuningtias S, Widhianingtyas E. 2011. Kemampuan pemangsaan Menochilus sexmaculatus F. (Coleoptera: Coccinellidae) terhadap Rhopalosiphum maidis Fitch. (Homoptera: Aphididae). J Entomol

Indonesia. 8(1): 1-7.

Said MY, Soenartiningsih, Tenrirawe A, Adnan AM, Wakman W, Talanca AH, Syafruddin. 2011. Petunjuk Lapang: Hama, Penyakit, Hara pada Jagung. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sarwono, Pikukuh B, Sukarno R, Korlina E, Jumadi. 2003. Serangan Ulat penggerek tongkol Helicoverpa armigera pada beberapa galur jagung.

Agrosains. 5(2): 28-33.

Suasaard W. 2010. Natural enemies of important insect pests of field crops and utilization as biological control agents in Thailand. Di dalam: Proceedings

of International seminar on Enhancement of Functional Biodiversity Relevant to Sustainable Food Production in ASPAC; 2010 Nov 8-12;

Tsukuba, Japan. Bangkok (TH): National Biological Control Research Center.

Subandi, Manwan I, Blumenschein A. 1988. National Coordinated Research

Program on Corn. Bogor (ID): Central Research Institute for Food Crops,

Agency for Agricultural Research and Development.

Sunarno. 2012. Pengendalian hayati (biologi control) sebagai salah satu komponen Pengendalian Hama Terpadu (PHT). J Uniera. 1(2): 1-12.

Swastika, Dewa KS, Kasim F, Sudana W, Hendayani R, Suhariyanto K, Gerpacio V, Pingali PL. 2004. Maize in Indonesia: Production System, Constrains,

and Research Priorities [Internet]. Mexico City (MX): International Maize

and Wheat Improvement Center. [diunduh 2013 April 29]. Tersedia pada: http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/min.pdf

Taulu LA, Rauf A. 2000. Kompleks artropoda penghuni tajuk kedelai. Di dalam:

Prosiding Simposium Keanekaragaman Hayati Athropoda pada Sistem Produksi Pertanian; 2000 Okt 16-18; Cipayung. Bogor (ID): PEI.

Tenrirawe A. 2007. Penyebaran dan pengendalian hama penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee) dan penggerek tongkol (Helicoverpa

armigera Hubner) pada tanaman jagung [abstrak]. Di dalam: Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PPI XVIII Komda Sul-Sel;

2007 Nov 24; Makassar. Maros (ID): Balai Penelitian Tanaman Serelia. hlm 271-274.

(36)

17

(37)

18

Lampiran 1 Data curah hujan harian pada bulan Mei dan Juni 2013 di Darmaga Bogor

Tanggal Umur Tanaman

(HST) Mei Umur Tanaman (HST) Juni 1 22 - 53 TTU 2 23 85.9 54 - 3 24 - 55 - 4 25 TTU 56 - 5 26 - 57 1.1 6 27 - 58 1.0 7 28 - 59 1.0 8 29 5.0 60 - 9 30 6.6 61 2.7 10 31 11.7 62 0.8 11 32 95.6 63 11.5 12 33 73 64 4.3 13 34 0.1 65 0.5 14 35 - 66 0.3 15 36 - 67 - 16 37 TTU 68 - 17 38 0.4 69 TTU 18 39 29.1 70 0.2 19 40 - 71 TTU 20 41 7.2 72 TTU 21 42 - 73 - 22 43 TTU 74 TTU 23 44 TTU 75 - 24 45 4.5 76 - 25 46 3.6 77 - 26 47 0.3 78 - 27 48 7.0 79 36.5 28 49 4.6 80 2.3 29 50 TTU 81 - 30 51 41.2 82 0.1 31 52 23.5

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Darmaga Bogor

Keterangan: (<5) sangat ringan, (5-20) ringan, (20-50) sedang, (50-100) lebat, (-) tidak ada hujan, (TTU) curah hujan tidak terukur (satuan dalam mm/hari).

(38)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 September 1991 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak M. Fauzi Sutopo dan Ibu Nur’aini Fathony. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA PGRI 3 Bogor pada tahun 2009 dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) .

Selama masa perkuliahan, pada tahun 2009 sampai 2010 penulis aktif dalam organisasi dan kepanitian dari Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Kabinet Generasi Inspirasi, seperti Inspiration for Environment (Investment), Simposium Nasional Kepemudaan, Ketua Divisi Humas 4th Journalistic Fair, MPKMB Laskar Inspirasi 47, dan kepanitian lainnya. Penulis juga anggota club Fotografi Shutter IPB dan club Entomologi. Pada tahun 2010/2011 penulis bergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) sebagai Wakil Bendahara. Tahun 2011 penulis magang di Laboratorium Biosistematika Serangga Departemen Proteksi Tanaman dan pada tahun 2012 magang di Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman (LPHPT) Bantul, Yogyakarta. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Hama dan Penyakit Tahunan pada tahun 2012/2013. Selain mengikuti kegiatan kampus, penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan di Departemen Proteksi Tanaman seperti Masa Perkenalan Departemen (MPD), Bendahara NPV (National Plant Protection Event), PORSSITA (Pekan Olahraga dan Seni Proteksi Tanaman), Ketua Pelaksana Pelepasan Wisudawan/i Tahap IV, Migratoria, Insectaria, dan kepanitian lainnya. Penulis juga pernah mengikuti beberapa kegiatan seminar pertanian yang diadakan di IPB, seperti Seminar Pertanian Nasional 2009, Seminar National Plant Protection Event 2011 dan 2012, dan Seminar PKPHT 2013. Penulis juga perwakilan IPB menjadi Finalis ITB Entrepreanurship Challenge (IEC) yang diadakan dari Institut Tekhnologi Bandung (ITB) tahun 2013.

Gambar

Tabel 1  Kerapatan populasi kutudaun R. maidis pada tanaman jagung  Umur Tanaman (HST)  Populasi rata-rata ± SD
Gambar 1  Hubungan  populasi R. maidis dengan kelimpahan Coccinellidae  Serangan Ostrinia furnacalis pada Tanaman Jagung
Gambar 3  Serangan larva O. furnacalis pada tongkol jagung
Gambar 5  Pupa O. furnacalis pada tongkol jagung  Serangan Helicoverpa armigera pada Tongkol Jagung
+4

Referensi

Dokumen terkait

responden pria dan wanita pada satu sub tema menjawab dalam kategori yang hampir sma variasinya yaitu pertanyaan sikap terlladap peranan warga negara dalanl kehidupan

Allah telah menjelaskan dalam surah Yunus ayat 40-41 bahwa Allah memberikan peluang untuk melakukan peluang sesuai kehendak mereka dengan kata ْمُكُلَمَع ْمُكَلَو

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Limpahan rahmatNya, sehingga penyusunan Laporan Tugas Akhir (TA) dengan judul “Pembuatan 3D

*Keterangan: Siswa sedang berlatih menyanyikan tembang dolanan.. TurnapeL

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ketahanan non psikologi dan ketahanan psikologi rumah tangga korban bencana longsorlahan di Desa Kemawi Kecamatan Somagede

didalam melaksanakan terlebih dahulu memahami muatan atau komponen- kompenen yang ada didalam kurikulum 2013, sehingga disaat pelaksanaannya dapat mengimplementasikan

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diketahui pula bahwa Atribut Citra Toko yang meliputi (kualitas layanan, atmosfer toko, kualitas produk, harga, dan penataan barang

Pola pelayanan konseling yang dilakukan di sekolah-sekolah masih menggunakan model konvensional dengan tatap muka ( face to face ), masalah yang dihadapi oleh