• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI HAMA UTAMA JAGUNG DAN CARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IDENTIFIKASI HAMA UTAMA JAGUNG DAN CARA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI HAMA UTAMA JAGUNG DAN CARA

PENGENDALIANNYA

PADA TINGKAT PETANI DI SULAWESI SELATAN

Bahtiar dan A. Tenrirawe

Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK

Identifikasi hama utama jagung dan cara pengendalian yang dilakukan petani dilaksanakan pada 4 kabupaten sentra produksi jagung di Sulawesi Selatan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis hama utama dan cara pengendaliannya. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan peninjauan lapangan untuk melihat secara langsung jenis hama di pertanaman pada ekologi lahan sawah dan lahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama yang paling dikhawatirkan petani adalah belalang terutama pada pertanaman di ekologi lahan kering dengan tingkat serangan dapat dikategorikan sedang (10%) sampai berat (70%). Daun jagung yang terserang, banyak yang tinggal tulangnya, sedang helai daunnya habis termakan belalang. Penyerangan berlangsung singkat yaitu hanya 3-5 hari pada umur jagung berkisar antara 15 – 55 hari. Upaya pengendalian yang dilakukan petani adalah menyemprot insektisida (Regent) dengan dosis sesuai pada labelnya tetapi hasilnya tidak efektif, kecuali apabila disemprot sebelum belalang menyerang. Hama lain yang dijumpai adalah penggerek batang, penggerek tongkol, dan ulat grayak; ketiganya ditemukan pada ekologi lahan kering dan sawah tetapi serangannya masih di bawah ambang kendali. Sebagian petani mengendalikan dengan sisa insektisida yang dimiliki, dan sebagian lagi tidak mengendalikan/memberantas.

Kata kunci : Identifikasi hama utama, cara pengendalian.

PENDAHULUAN

Saat ini dan masa yang akan datang, jagung semakin diperlukan dalam jumlah besar. Pada tahun 1980, kebu-tuhan jagung dalam negeri hanya 3,9 juta ton meningkat menjadi 11,6 juta ton pada tahun 2004, dan diprediksi menjadi 13,6 juta ton pada tahun 2010 (Damardjati et al. 2005).

Propinsi Sulawesi Selatan adalah salah satu sentra produksi jagung di Indonesia. Perkembangan jagung 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan pro-duksi dengan rata-rata laju pertumbuhan 0,35%. Pada tahun 2001 tingkat produksi hanya 515.405 ton meningkat menjadi 677.092 ton pada tahun 2005 (Direktorat Serealia, 2005). Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh peningkatan penggunaan varietas unggul dan luas areal tanam (Subandi dan Hermanto, 2002).

Untuk mendukung peningkatan produksi tersebut, perlu dilakukan antisipasi terhadap faktor-faktor yang

(2)

Berdasarkan ancaman produksi dari hama-hama utama tersebut, perlu diketahui kondisi hama utama yang dihadapi petani pada tanaman jagung dan cara mengendalikannya untuk dijadikan dasar dalam memperbaiki cara pengen-dalian yang dilakukan petani.

METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan di sentra produksi jagung di Sulawesi Selatan. Dua pendekatan yang diguna-kan, yaitu wawancara dengan petani dan kunjungan lapangan. Wawancara dilaku-kan pada 8 kecamatan pada 2 ekologi lahan, yaitu lahan kering dan sawah (Tabel 1).

Tabel 1. Jumlah responden pada masing-masing ekologi di wilayah penelitian, 2005

Kabupaten Kecamatan Ekologi Jumlah responden(orang)

Gowa Bontonompo

Tompobulu Sawah tadah hujanLahan kering 55 Takalar Polubangkeng Utara

Mangarabombang Sawah tadah hujanLahan kering 55 Jeneponto Arungkeke

Bangkala Barat

Sawah irigasi Lahan kering

5 5 Bantaeng Bissapu

Ermerasa Sawah irigasiLahan kering 55

Jumlah 40

Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu diskusi kelompok dan wawancara perorangan. Diskusi kelompok terhadap petugas pertanian dan petani maju, sedang wawancara perorangan dilakukan di rumah petani. Waktu wa-wancara diatur sedemikian rupa sehingga petani tidak terganggu pekerjaannya dan bersedia memberikan informasi terhadap permasalahan hama utama pada tanaman jagung.

Kemudian untuk lebih memperkuat rumusan hasil diskusi dan wawancara, dilakukan kunjungan lapangan untuk me-lihat penampilan petanaman dan sekaligus hama-hama yang menyerang pertanaman jagung.

Data yang diperlukan adalah jenis hama yang menyerang pertanaman ja-gung, waktu menyerang (hst), cara petani mengendalikan, dan tingkat serangan (%). Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif dan tabulasi silang dengan

penekanan kepada keresahan petani terhadap ancaman hama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(3)

Jenis hama pada pertanaman jagung adalah belalang, pengerek batang, penggerek tongkol, ulat grayak, dan tikus dengan tingkat serangan, waktu menyerang, dan cara pengendalian yang bervariasi antara daerah dan antara ekologi lahan (Tabel 2).

Jenis belalang yang menyerang adalah belalang Locusta sp. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, mulai dari daun bagian tengah sampai bagian atas (kuncup). Tingkat serangan-nya berada pada kisaran 10 – 70%. Daun yang terserang berat nampak sisa tulang-tulang daun, bahkan pelepah daun jadi patah dan rebah. Serangan belalang yang

berat terjadi pada ekologi lahan kering dan tanah berpasir. Menurut pengalaman petani, belalang menyerang biasanya bersamaan dengan kondisi udara panas dan angin bertiup kencang. Populasinya mencapai ribuan sehingga hanya me-merlukan 2-3 hari daun tanaman jagung termakan habis. Sulit dikendalikan dengan semprotan, sebab serangganya liar, sehingga pemberantasan pada saat me-nyerang dinilai kurang efektif. Beberapa petani yang mencoba melakukan pen-cegahan dengan menyemprot sebelum terjadi serangan dan hasilnya cukup baik. Tingkat serangan dapat ditekan sampai 10%.

Tabel 2. Keadaan serangan hama utama pada jagung di dua ekologi lahan, 2005

Kabupaten Kecamatan Ekologi lahan

(4)

Oleh karena itu, perlu dilakukan penyemprotan sebelum ada serangan, dan untuk mengetahui waktu penyem-protan yang tepat perlu dilakukan pe-ngamatan pada pertanaman sekitarnya. Menurut (Wakman et al., 2006) pada musim tanam 2004/2005, hama belalang menyerang tanaman jagung di Kabupaten Takalar Jeneponto dan Bantaeng. Akibat serangan hama belalang tersebut petani dapat mengalami kerugian hasil karena belalang mulai menyerang tanaman yang berumur muda sampai tanaman sudah membentuk tongkol. Belalang kembara Locusta sp setiap induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 500 butir dan diletakkan secara berkelompok pada lubang di bawah permukaan tanah, siklus hidupnya lebih kurang 160 hari dan mempunyai fase nympha dan dewasa (Kalshoven, 1987). Kedua fase tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang berat hingga daun tanaman tinggal tulang tanaman.

Jenis hama jagung lainnya adalah penggerek batang, penggerek tongkol, dan ulat grayak. Terdapat kecenderungan populasinya lebih banyak pada ekologi lahan sawah dibanding pada ekologi lahan kering, bahkan ulat grayak jarang ditemukan pada ekologi lahan kering, tetapi pada ekologi lahan sawah selalu ada walaupun populasi dan tingkat serangannya tergolong rendah (3-8 %). Menurut petani ulat grayak menyerang daun dan batang yang masih lunak di waktu malam, ketika siang turun ke tanah dan masuk ke dalam lubang tanah bersembunyi sehingga sulit dikendalikan. Oleh karena itu, hanya 5% petani yang melakukan pengendalian dengan menggu-nakan sisa-sisa insektisida yang dimiliki. Kekhawatiran petani terhadap ketiga jenis hama tersebut (penggerek batang, peng-gerek tongkol, dan ulat grayak) dinilai rendah. Persentase petani yang melaku-kan pengendalian hanya berkisar 5 – 10 % (Tabel 3).

Tabel 3. Jenis hama dan cara pengendalian yang diterapkan petani, 2005

Jenis hama Cara pengendalian Persentasepetani (%)

Belalang pada

lahan kering 1. Menyemprot dengan regent saat terserang tanaman2. Menyemprot dengan regent sebelum terserang tanaman 3. Menyemprot sebelum dan saat terserang

70 15 15 P. Batang pada

ekologi sawah dan lahan kering

1. Menyemprot dengan insektisida (decis, dursban, Matador, regent) dengan dosis sesuai dengan anjuran label dilakukan pada saat ada serangan berarti

2. Membiarkan saja, tidak ada pengendalian

10

90

P.Tongkol pada ekologi sawah dan lahan kering

1. Menyemprot dengan insektisida (decis, dursban, Matador, regent) dengan dosis sesuai dengan anjuran label dilakukan pada saat ada serangan berarti

2. Membiarkan saja, tidak ada pengendalian

5

95

Tikus pada ekologi lahan kering

1. Menggunakan racun tikus 2. Menggali lubang dan sanitasi

3. Membiarkan, tidak ada pengendalian

35 50 15 Ualat Grayak

pada ekologi sawah

1. Membiarkan, tidak ada pengendalian

(5)

Tikus merupakan ancaman bagi per-tanaman jagung. Tikus dapat menyerang mulai dari saat tanam (menggali biji yang ditanam) dan menyerang tongkol ketika mulai berisi (Bahtiar, 2004). Dalam studi ini serangan tikus yang berarti hanya didapati pada ekologi lahan kering, itupun hanya pada pertanaman yang populasi gulmanya tinggi (kotor), terpencil dengan hamparan luas yang relatif sempit dan dikelilingi oleh semak-semak atau tanaman tahunan. Tingkat serangannya mencapai 10-20%. Hal yang sama terjadi pada pertanaman jagung antara kebun kakao dengan semak-semak pinggiran tambak di kecamatan Duampanua, kabupaten Pinrang; bahwa pertanaman jagung yang terserang tikus hanya menyisahkan klobot dan janggelnya (Bahtiar et al., 2005). Informasi tersebut juga diperkuat dari pengamatan pada pertanaman PTT di kabupaten Sidrap, bahwa tanaman jagung yang populasi gulmanya tinggi banyak terserang tikus.

Berdasarkan fakta tersebut, diper-lukan langkah antisipasi untuk mencari komponen teknologi pengendalian tikus dan belalang pada tanaman jagung sebelum kedua jenis hama tersebut menyerang pertanaman secara luas.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. Jenis hama yang paling dikhawatirkan petani adalah berturut-turut belalang (Locusta sp.) kemudian tikus. Sedang hama penggerek batang, penggerek tongkol, dan ulat grayak dipandang saat ini belum membahayakan.

2. Serangan hama belalang yang berarti (serangan mencapai 70%) terjadi pada ekologi lahan kering, sedang pada ekologi lahan sawah serangannya digolongkan ringan.

3. Cara pengendalian yang dilakukan petani untuk hama belalang adalah dengan menggunakan insektisida

regent yang disemprotkan ketika belalang sedang menyerang pertana-man. Hasilnya dinilai kurang efektif, sehingga perlu dipikirkan cara pengen-dalian yang lebih tepat dan lebih efektif. 4. Sebagai langka antisipasi, perlu diteliti

komponen pengendalian hama bela-lang dan hama tikus pada tanaman jagung.

DAFTAR PUSTAKA

Baco, D. dan J Tandiabang. 1998. Hama utama jagung dan pengendaliannya. Jagung. Balai Penelitian dan Pe-ngembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Hal. 185-204.

Bahtiar. 2004. Prospek jagung pada musim gadu di kabupaten Bantaeng. Berita Puslitbangtan. Hal 9-10. Nomor 31 Desember 2004.

Bahtiar, A.F. Fadhly, A. Najamuddin, M. Rauf, Margaretha, N. Syam, A. Tenrirawe, Syuryawati, A. Biba, H. Dahlan, S. Panikkai, B. Hafied, A. Muis, dan M. Tahir. 2005. Studi karakterisasi sistem produksi serta persepsi dan sikap pengguna teknologi serealia. Laporan Akhir Proyek Pengkajian Teknologi Perta-nian Partisipatif. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Damardjati, Subandi. I. K. Kariasa, Zubachtirodin, dan Sania Saenong. 2005. Prospek dan arah pengem-bangan agribisnis jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta, 51 halaman.

(6)

Jabbar, A., N. Nonci, dan D. Baco. 1992. Skrining varietas/galur-galur jagung terhadap Ostrinia furnacalis Guenee di Makariki. Hasil Penelitian Jagung dan Ubi-Ubian No.2 Balittan Maros hal. 61-64.

Kalshoven, L.G.E. 1987. The Pest of Crops in Indonesia. Ichtiar Baru. Jakarta. Hal 60-280.

Nonci, N dan D. Baco. 1991. Pertumbuhan penggerek jagung Ostrinia furnacalis pada berbagai tingkat umur tanaman jagung (Zea mays L.). Agrikam 6(3):95-101.

Nonci, N dan D. Baco. 1992. Kerusakan tanaman jagung oleh Ostrinia furnacalis. Hasil Penelitian Jagung dan Ubi-Ubian No.2 Balittan Maros hal. 65-67.

Nonci, N., J. Tandiabang, dan D. Baco, 1996. Kehilangan hasil oleh penggerek batang (Ostrinia furna-calis) pada berbagai stadia tanaman jagung. Hasil-Hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman Tahun 1995/ 1996. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain.

Subandi dan Hermanto. 2002. Inovasi Teknologi Jagung. Menjawab Tan-tangan Ketahanan Pangan Nasional. Puslitbangtan.

Sudarmono 1999. Pengendalian Serangan Hama Jagung. Penerbit Kanisius, 52 hal.

Gambar

Tabel 1. Jumlah responden pada masing-masing ekologi di wilayah penelitian, 2005
Tabel 2.  Keadaan serangan hama utama pada jagung di dua ekologi lahan, 2005
Tabel 3. Jenis hama dan cara pengendalian yang diterapkan petani, 2005

Referensi

Dokumen terkait

Dari metode yang dipakai, dapat diketahui bahwa serangan hama ulat grayak pada tahun 2008 dengan metode G* Statistik lebih signifikan karna dapat diketahui

Sama dengan hama tikus, hama penggerek batang juga menyerang padi mulai dari fase pembibitan sampai pada fase berbunga.. Penggerek batang padi masuk ke dalam pelepah daun dan

Dari hasil pengamatan di lapangan ditemukan beberapa OPT utama yang menyerang tanaman jeruk RGL, yaitu hama tungau merah, ulat peliang daun, penggerek buah dan lalat buah..

Hasil analisis data menunjukkan bahwa serangan hama ulat grayak pada tahun 2008 dengan metode G* Statistik lebih signifikan karna dapat diketahui serangan hotspot

Di Kalimantan Selatan ditemukan beberapa jenis hama yang menyerang pertanaman jagung, yang paling banyak merusak adalah lalat bibit (Atherigona oryzae), penggerek batang

“ Seleksi Ketahanan Aksesi Jagung Terhadap Serangan Hama Penggerek Batang Jagung ( Ostrinia furnacalis Guenee) (Lepidoptera: Crambidae) ” yang diajukan untuk

Tingkat serangan ulat grayak pada galur harapan kedelai tahan lebih rendah dibandingkan dengan galur rentan yang mengelilinginya (investasi hama terjadi secara alami).. Tingkat

Hama lain yang ditemukan selama fase vegetatif sampai generatif adalah penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guenee), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera