• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penambahan Ekstrak Teh Hitam pada Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari terhadap Respon Fisiologis Domba Fase Reproduksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penambahan Ekstrak Teh Hitam pada Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari terhadap Respon Fisiologis Domba Fase Reproduksi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENAMBAHAN EKSTRAK TEH HITAM PADA RANSUM

MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

TERHADAP RESPON FISIOLOGIS

DOMBA FASE REPRODUKSI

FEBRINA PRAMESWARI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penambahan Ekstrak Teh Hitam pada Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari terhadap Respon Fisiologis Domba Fase Reproduksi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

FEBRINA PRAMESWARI. Penambahan Ekstrak Teh Hitam pada Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari terhadap Respon Fisiologis Domba Fase Reproduksi. Dibimbing oleh DIDID DIAPARI dan WIDYA HERMANA

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ekstrak teh hitam 500 ppm dalam ransum mengandung 4% dan 6% minyak biji bunga matahari terhadap respon fisiologis domba fase reproduksi akhir kebuntingan hingga awal laktasi. Desain penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 2×2 dengan faktor A terdiri atas 2 level minyak biji bunga matahari (4% dan 6%) dan faktor B terdiri atas 2 level ekstrak teh hitam (0 ppm dan 500 ppm) dengan 5 ulangan. Domba yang digunakan adalah domba periode akhir kebuntingan sebanyak 20 ekor (bobot badan awal 31.18 ± 2.28 kg). Peubah penelitian meliputi respon fisiologis dan profil darah. Data diolah menggunakan analisis ragam (ANOVA). Interaksi antara minyak dan ekstrak teh tidak memberikan pengaruh terhadap respon fisiologis dan profil darah. Pemberian 6% minyak biji bunga matahari nyata meningkatkan jumlah eritrosit (P<0.05) dibandingkan pemberian 4% minyak. Penambahan 0 dan 500 ppm ekstrak teh hitam dalam ransum mengandung 4% dan 6% minyak biji bunga matahari tidak mempengaruhi respon fisiologis dan profil darah domba.

Kata kunci: ekstrak teh hitam, domba, minyak biji bunga matahari, profil darah, respon fisiologis

ABSTRACT

FEBRINA PRAMESWARI. The Effect of Adding Black Tea Extract in Sunflower Seed Oil Diet on Physiological Response of Reproductive Ewe. Supervised by DIDID DIAPARI and WIDYA HERMANA.

This study was aimed to examine the effect of black tea extract in diet that containing 4% and 6% of sunflower oil on ewe physiological response from late pregnancy until early lactation. This study was designed using 2×2 factorial completely randomized design (CRD) with 5 replications on 20 late-pregnant ewes. First factor was the two levels of sunflower seed oil (4% and 6%) and the second factor was the levels of black tea extract (0 ppm and 500 ppm). Data were processed using analysis of variance (ANOVA). The variables were physiological response and blood profile. Interaction between oil and tea had no effect on physiological response and blood profile. Erythrocytes amount were higher (P<0.05) on 6% oil treatments than 4% oil treatments. It was concluded that neither 0 nor 500 ppm black tea extract in diet that containing 4% and 6% of sunflower oil were not affected ewe’s physiological response.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

PENAMBAHAN EKSTRAK TEH HITAM PADA RANSUM

MENGANDUNG MINYAK BIJI BUNGA MATAHARI

TERHADAP RESPON FISIOLOGIS

DOMBA FASE REPRODUKSI

FEBRINA PRAMESWARI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi: Penambahan Ekstrak Teh Hitam pada Ransum Mengandung

Minyak Biji Bunga Matahari terhadap Respon Fisiologis Domba Fase Reproduksi

Nama : Febrina Prameswari NIM : D24100072

Disetujui oleh

Dr Ir Didid Diapari, MSi Pembimbing I

Dr Ir Widya Hermana, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Juli hingga September 2013 ini adalah respon fisiologis, dengan judul Penambahan Ekstrak Teh Hitam pada Ransum Mengandung Minyak Biji Bunga Matahari terhadap Respon Fisiologis Domba Fase Reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ekstrak teh hitam 500 ppm dalam ransum yang mengandung minyak biji bunga matahari dengan level 4% dan 6% terhadap respon fisiologis domba akhir kebuntingan hingga awal laktasi.

Pemberian minyak biji bunga matahari dalam ransum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi induk domba fase reproduksi, yaitu periode akhir kebuntingan hingga awal laktasi yang merupakan fase kritis. Penambahan ekstrak teh hitam dalam ransum ditujukan sebagai antioksidan untuk mengurangi oksidasi asam lemak tak jenuh dalam minyak biji bunga matahari.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena itu penulis memohon maaf. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan dan informasi yang bermanfaat dalam pengembangan dan penerapan ilmu peternakan.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

METODE 2

Materi 2

Bahan 2

Pakan 2

Kandang dan Peralatan 3 Waktu dan Lokasi Penelitian 3

Prosedur 3

Ekstraksi Teh Hitam 3

Pemeliharaan 4

Pembuatan Konsentrat Penelitian 4

Pengukuran Respon Fisiologis 4

Pengambilan Sampel Darah 4

Analisis Nilai Hemoglobin 4

Analisis Nilai Hematokrit 4

Analisis Nilai Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih 5

Analisis Nilai Diferensiasi Leukosit 5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5

Perlakuan 5

Rancangan Percobaan 6

Peubah yang Diukur 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Keadaan Umum 6

Respon Fisiologis 7 Laju Respirasi 7

Denyut Jantung 8

Suhu Rektal 9

Profil Darah 10

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 15

RIWAYAT HIDUP 18

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi nutrien ransum 3

2 Rataan suhu dan kelembaban kandang 6

3 Rataan laju respirasi domba selama penelitian 7

4 Rataan denyut jantung domba selama penelitian 8

5 Rataan suhu rektal domba selama penelitian 9

6 Rataan profil darah domba akhir kebuntingan 10

DAFTAR LAMPIRAN

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Domba merupakan ternak yang dapat menghasilkan banyak anak atau prolifik. Domba lokal Indonesia dikenal memiliki potensi genetik dalam kemampuan aktivitas reproduksi yang dapat berlangsung sepanjang tahun (Toelihere 1993). Performa reproduksi dari faktor genetik tersebut hanya akan terekspresikan apabila didukung oleh faktor lingkungan seperti pemberian ransum sesuai kebutuhan nutrien induk domba fase reproduksi. Hal tersebut didukung pernyataan Scaramuzzi et al. (2006) bahwa performa reproduksi induk domba bunting dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas nutrien ransum.

Anggraeny (2013) menyatakan bahwa ternak memiliki empat fase kritis reproduksi yaitu saat pra kawin, awal kebuntingan, sepertiga akhir kebuntingan, dan awal laktasi sehingga dibutuhkan ransum bernutrien tinggi untuk menunjang tumbuh kembang fetus. Induk domba fase sepertiga akhir kebuntingan membutuhkan konsentrasi nutrien tinggi dalam ransum dengan kuantitas ransum yang sama. Konsumsi induk bunting akan berkurang ketika volume lambung mengecil akibat pertumbuhan fetus dalam janin yang semakin cepat.

Reproduksi yang baik membutuhkan keseimbangan zat-zat makanan berupa energi yang dapat bersumer dari asam lemak (Schillo 1992). Pond et al. (1995) menyatakan bahwa secara umum nutrisi yang paling membatasi kebutuhan ternak domba adalah energi. Energi sangat penting dalam mendukung proses reproduksi ternak sejak sebelum perkawinan, kebuntingan sampai kelahiran bahkan jumlah konsumsi energi induk bunting dan laktasi perlu ditingkatkan hingga 1.5 sampai 2 kali dari kebutuhan hidup pokok (NRC 1985). Energi dibutuhkan untuk mendukung fungsi normal tubuh ternak seperti respirasi, pencernaan, dan metabolisme untuk pertumbuhan dan produksi susu (Rakhman 2008). Kecukupan energi secara kuantitas dan kualitas akan mempengaruhi keberhasilan efisiensi reproduksi secara keseluruhan (Khotijah 2014).

Pemberian minyak biji bunga matahari yang kaya lemak diharapkan dapat mencukupi kebutuhan energi induk domba. Lemak diketahui mengandung energi lebih tinggi dibandingkan dengan karbohidrat atau protein dan menghasilkan heat increament yang rendah. Heat increament adalah panas hasil metabolisme basal dan kegiatan otot yang digunakan untuk menyesuaikan suhu tubuh terhadap suhu lingkungan (Parakkasi 1999). Pakan dengan HI rendah cocok diberikan untuk ternak daerah tropis seperti Indonesia agar energi pakan tidak digunakan untuk memproduksi panas berlebih. Proses termoregulasi dari kontinuitas produksi panas tubuh tersebut juga diiringi dengan pelepasan panas tubuh ke lingkungan melalui kulit dan pernafasan yang dapat tercermin dari pengukuran respon fisiologis.

Respon fisiologis domba merupakan respon domba terhadap berbagai macam faktor baik fisik, kimia maupun lingkungan sekitarnya. Menurut Hadziq (2011) perubahan kondisi tubuh ternak dipengaruhi oleh aktivitas sel dalam tubuh yang selalu memerlukan pasokan oksigen dan nutrien dari lingkungan luar secara konstan. Respon fisiologis pada domba dapat diketahui diantaranya dengan melihat suhu rektal, laju respirasi, denyut jantung, nilai hematokrit, dan rasio heterofil limfosit-1 (Thwaites 1985).

(16)

2

biji bunga matahari (67.50%) lebih tinggi dibandingkan dengan minyak jagung (48.7%), minyak kedelai (54.3%), dan minyak sawit (11%) (Wildan 1997). Penggunaan ransum mengandung asam lemak tak jenuh dapat memperbaiki fertilitas ruminansia (Cerri et al. 2009) namun asam lemak tidak jenuh pada minyak bunga matahari sangat mudah mengalami reaksi oksidasi (Fremont et al. 1999) sehingga pemberiannya harus diiringi penggunaan antioksidan agar PUFA (poly unsaturated fatty acid) terlindung dari oksidasi (Mokoginta et al. 2000). Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang dapat mencegah terjadinya reaksi oksidatif dan penyakit yang melibatkan radikal bebas (Damayanthi et al. 2004). Teh hitam merupakan antioksidan alami asal tanaman dengan kandungan polifenol (119.0–178.8 mg g-1) dan teaflavin (9.7-13.7 mg g-1) sehingga mampu

mencegah peroksidasi asam lemak tidak jenuh pada fosfolipid membran sel (Bhuyan et al. 2013). Hasil penelitian Putra (2014) menunjukkan suplementasi ekstrak daun teh hitam sebagai antioksidan alami lebih efektif menurunkan konsentrasi malondialdehyde darah induk domba dibandingkan suplementasi vitamin E sebagai antioksidan sintetis.

Kajian tentang respon fisiologis domba akhir kebuntingan hingga awal laktasi yang diberi minyak biji bunga matahari dan ekstrak teh hitam belum banyak dilakukan, oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh ekstrak teh hitam 500 ppm pada ransum yang mengandung minyak biji bunga matahari dengan level 4% dan 6% terhadap respon fisiologis domba akhir kebuntingan hingga awal laktasi.

METODE

Materi Bahan

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 ekor domba lokal periode akhir kebuntingan hingga awal laktasi dengan rata-rata bobot badan 31.19 ± 2.28 kg. Bahan untuk analisis profil darah adalah aquades, alkohol 70%, minyak emersi, HCl 0.1N, larutan Giemsa, Turk, dan Hayem.

Pakan

Domba diberikan pakan hijauan dan konsentrat. Rumput yang digunakan adalah Brachiara humidicola. Konsentrat perlakuan tersusun atas onggok, bungkil kelapa, bungkil kedelai, premiks, garam, CaCO3, dengan 4% dan 6% minyak biji

(17)

3 Tabel 1 Kandungan nutrien ransum (%BK)

Nutrien (%) Ransum

*Hasil analisis proksimat Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, IPB (2013), **Hasil perhitungan TDN konsentrat dan hijauan berdasarkan rumus Wardeh (1981). TDN konsentrat = 2.6407 + (0.6964 x PK) + (0.9491 x Beta-N) + (1.259 x LK) – (0.1043 x SK), TDN hijauan = 1.6899 + (1.3844 x PK) – (0.8279 x LK) + (0.3673 x SK) + (0.7526 x Beta-N); M4T0: minyak 4% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M4T500: minyak 4% + ekstrak teh hitam 500 ppm, M6T0: minyak 6% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M6T500: minyak 6% + ekstrak teh hitam 500 ppm; Rasio rumput:konsentrat adalah 30:70, Hijauan: Brachiaria humidicola; BK: bahan kering, PK: protein kasar, LK: lemak kasar, SK: serat kasar, TDN: total digestible nutrient, BETA-N: bahan ekstrak tanpa nitrogen.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan berupa kandang individu untuk domba beranak dengan alas serutan kayu lengkap dengan tempat pakan dan minum. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan kapasitas 120 kg, timbangan kapasitas 5 kg, stetoskop, termometer tubuh digital, termometer bola basah bola kering untuk mengukur suhu dan kelembaban kandang, spoit, tabung berisi Ethylene Diamine Tetra Acid, haemometer, tabung hematokrit, haematocrit reader, counting chamber, pipet tetes, pipet pengencer eritrosit dan leukosit, mikroskop, dan sentrifusi.

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013. Pemeliharaan sekaligus pengukuran respon fisiologis dilaksanakan di Kandang B Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, sedangkan analisis sampel darah dilakukan di Laboratorium Analisis Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Ekstraksi Teh Hitam

(18)

4

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan sejak induk dalam periode akhir kebuntingan sampai tiga minggu setelah melahirkan. Domba yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot badan awal sebelum diacak dan diberikan perlakuan. Selama pemeliharaan, domba diberi pakan tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore sebagai implementasi continuous feeding. Suhu dan kelembaban di dalam kandang diukur tiga kali sehari selama penelitian pada pagi pukul 06.30 WIB, siang 12.30 WIB, dan sore 17.30 WIB.

Pembuatan Konsentrat Penelitian

Konsentrat dibuat setiap tiga hari sekali untuk menghindari kerusakan nutrien. Konsentrat dibuat sesuai dengan komposisi nutrien untuk kebutuhan domba bunting. Ransum dimasukkan ke dalam plastik ukuran 1 kg berlabel yang tertutup rapat sehingga asam lemak tidak jenuh pada konsentrat tidak mengalami oksidasi oleh udara sekitar. Konsentrat diberikan satu bungkus berisi 1 kg konsentrat per ternak per hari.

Pengukuran Respon Fisiologis

Laju respirasi, denyut jantung, dan suhu rektal diukur duplo setiap minggu pada hari yang sama selama penelitian dari periode akhir kebuntingan hingga awal laktasi. Laju respirasi diukur dengan cara meletakkan telapak tangan di hidung domba dan menghitung hembusan nafas selama 1 menit menggunakan stopwatch dan counter. Denyut jantung diukur dengan cara meletakkan stetoskop pada bagian toraks dada sebelah kiri dekat jantung dalam posisi ternak berdiri dan menghitung detak selama 1 menit. Suhu rektal diukur dengan cara memasukkan termometer tubuh digital ke dalam rektum dan ditunggu sampai termometer berbunyi kemudian dilakukan pembacaan angka.

Pengambilan Sampel Darah

Pengambilan sampel darah dilakukan pada saat akhir kebuntingan pada 3 domba dari setiap kombinasi faktor secara acak. Darah diambil dari vena jugularis domba sebanyak 3 mL menggunakan syringe dan spoit steril lalu dimasukkan ke dalam tabung berisi Ethylene Diamine Tetra Acid, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

Analisis Nilai Hemoglobin

Pengukuran hemoglobin dilakukan berdasarkan metode Sastradipradja dan Hartini (1989). Tabung sahli diisi HCl 0.1 N sebanyak 0.1 mL kemudian darah dimasukkan hingga terbentuk asam hematin berwarna coklat. Aquades ditambahkan sedikit demi sedikit hingga warna sama dengan warna standar. Tinggi permukaan darah dalam tabung menunjukkan jumlah hemoglobin dalam g 100 mL-1 darah.

Analisis Nilai Hematokrit

(19)

5 Analisis Jumlah Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih

Jumlah sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (leukosit) dihitung dengan metode menurut Sastradipradja dan Hartini (1989). Sampel darah dihisap menggunakan pipet eritrosit untuk butir darah merah dan pipet leukosit untuk butir darah putih hingga batas tanda tera 0.5 dengan bantuan aspirator, kemudian larutan pengencer Hayem dihisap hingga tanda 101 untuk eritrosit dan untuk leukosit dihisap larutan pengencer Turk hingga tanda 11. Larutan dan darah dihomogenkan dengan pengocokan pola angka 8. Setetes larutan darah tersebut diteteskan ke counting chamber dan ditutup dengan cover glass kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 45×10.

Jumlah eritrosit dalam counting chamber dihitung dengan melihat 25 kotak dan mengamati satu kotak pojok kanan atas, pojok kiri atas, tengah, pojok kanan bawah, dan pojok kiri bawah. Jumlah eritrosit per mm3 dihitung dengan

cara menjumlahkan eritrosit yang terhitung pada 5 kotak kecil dan kemudian dikali dengan 104. Jumlah leukosit dihitung dalam counting chamber dengan

melihat 16 kotak kecil dan mengamati 4 kotak pada pojok kanan atas, pojok kiri atas, pojok kanan bawah dan pojok kiri bawah. Jumlah leukosit yang dihitung dalam 16 kotak dikalikan 50.

Analisis Jumlah Diferensiasi Leukosit

Perhitungan diferensiasi leukosit dilakukan dengan membaca preparat ulas di bawah mikroskop perbesaran 100×10. Preparat ulas dibuat dengan 2 gelas objek. Sampel darah diteteskan pada gelas objek untuk membuat preparat ulas kemudian ulasan darah dikeringkan di udara, difiksasi dalam larutan methanol selama 5 menit, dan direndam dalam larutan Giemsa selama 30 menit kemudian dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan. Preparat ulas diletakkan di bawah mikroskop kemudian dihitung jumlah limfosit, netrofil, monosit, dan eosinofil secara zigzag sampai jumlah total 100 butir. Persentase masing-masing leukosit diperoleh dari jumlah masing-masing leukosit dibagi jumlah keseluruhan deferensiasi leukosit dikali 100% (Sastradipradja dan Hartini 1989).

Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan

Penelitian ini menggunakan ransum mengandung minyak biji bunga matahari dengan penambahan ekstrak teh hitam yang terdiri atas dua faktor yaitu faktor A (4% dan 6% minyak biji bunga matahari) dan faktor B (0 ppm dan 500 ppm ekstrak teh hitam). Kombinasi perlakuan yang digunakan adalah:

(20)

6

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2×2 dengan 5 ulangan. Faktor A terdiri atas 2 level minyak biji bunga matahari (4% dan 6%) dan faktor B terdiri atas 2 level ekstrak teh hitam (0 ppm dan 500 ppm). Persamaan matematika yang digunakan adalah:

Yijk = μ+Ai+Bj+ (AB)ij+ εijk Keterangan:

Yijk = variabel respon akibat pengaruh faktor minyak biji bunga matahari ke-i

dan faktor ekstrak daun teh hitam ke-j pada ulangan ke-k µ = rataan umum pengamatan

Ai = pengaruh faktor minyak biji bunga matahari ke-i (i= 1,2)

Bj = pengaruh faktor ekstrak daun teh hitam ke-j (j= 1,2)

(AB)ij = pengaruh interaksi antara faktor minyak biji bunga matahari ke-i dengan

faktor ekstrak daun teh hitam ke-j

ɛijk = pengaruh galat percobaan dari faktor minyak biji bunga matahari ke-i

dan faktor ekstrak daun teh hitam ke-j pada ulangan ke-k. (k=1,2,3,4,5) Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Analysis of Variance) dan bila terjadi perbedaan dilanjutkan dengan Uji Duncan (Mattjik dan Sumertajaya 1999).

Peubah yang Diukur

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah respon fisiologis berupa laju respirasi, denyut jantung, dan suhu rektal domba selama periode akhir kebuntingan hingga awal laktasi serta profil darah induk pada akhir kebuntingan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Keadaan umum yang diamati dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban kandang sebagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap produktivitas ternak secara langsung. Rataan suhu dan kelembaban kandang selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan kandang

Waktu Suhu (ºC) Kelembaban (%)

Pagi 24.1 ± 1.26 89.0 ± 4.33

Siang 31.0 ± 1.51 72.0 ± 8.99

Sore 30.0 ± 1.78 71.0 ± 8.32

Rataan 28.3 ± 0.26 77.3 ± 2.51

Lokasi penelitian memiliki suhu dan kelembaban lingkungan yang tidak konstan antara pagi hingga malam hari. Suhu lingkungan yang diamati selama pemeliharaan pada pagi, siang, dan sore hari berkisar antara 24.1 ºC31.0 ºC

(21)

7 pemeliharaan adalah 22 ºC31 ºC (Thwaites 1985). Rataan suhu lingkungan

kandang selama penelitian berada pada zona nyaman sehingga suhu dalam kandang sesuai untuk pemeliharaan domba penelitian.

Kelembaban optimal bagi domba adalah kurang dari 75% (Thwaites 1985). Rataan kelembaban tertinggi pada pagi hari (89%) melampaui batas kelembaban optimal domba. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya sirkulasi udara dalam kandang sehingga terjadi akumulasi uap air. Kelembaban yang terlampau tinggi cukup berbahaya karena dapat mengakibatkan penguapan air berlangsung lambat dan terbatas sehingga keseimbangan termal ternak terganggu (Yani dan Purwanto 2006).

Respon Fisiologis

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa interaksi antara faktor minyak biji bunga matahari dan ekstrak teh hitam tidak berbeda nyata terhadap laju respirasi, denyut jantung, dan suhu rektal domba akhir kebuntingan hingga awal laktasi.

Laju Respirasi

Sistem respirasi berfungsi untuk menyediakan oksigen dan membuang karbondioksida dari dalam darah serta membantu dalam pengendalian suhu tubuh. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan minyak biji bunga matahari maupun ekstrak teh hitam tidak memberi pengaruh terhadap laju respirasi domba akhir kebuntingan hingga awal laktasi. Rataan laju respirasi induk domba selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan laju respirasi domba selama penelitian (kali menit-1)

Periode M4 M6 Rataan M4: pemberian minyak biji bunga matahari 4%, M6: pemberian minyak biji bunga matahari 6%, T0: penambahan ekstrak teh hitam 0 ppm, T500: penambahan ekstrak teh hitam 500 ppm, M4T0: minyak 4% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M4T500: minyak 4% + ekstrak teh hitam 500 ppm, M6T0: minyak 6% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M6T500: minyak 6% + ekstrak teh hitam 500 ppm.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Awabien (2007). Penelitian Awabien (2007) menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium taraf 3% dan 4.5% dalam ransum berpengaruh nyata dalam menurunkan laju respirasi domba jantan muda karena kandungan lemak menghasilkan panas metabolis yang rendah.

Frandson (1996) mengemukakan laju respirasi domba normal adalah 15– 40 kali menit-1. Rataan laju respirasi induk domba di Hutan Pendidikan Gunung

Walat, Sukabumi adalah 29.25 kali menit-1 (Suprayogi dan Astuti 2006). Hasil

(22)

8

bunting domba tidak mengonsumsi pakan sebanyak pada saat laktasi karena keterbatasan kapasitas rumen dengan adanya janin, sedangkan saat laktasi hewan mengonsumsi bahan kering tertinggi diantara siklus reproduksi lainnya untuk menghasilkan susu dan cadangan energi untuk persiapan musim kawin berikutnya (Anggraeny 2013). Dengan demikian, kebutuhan oksigen untuk menjalankan proses metabolisme tubuh saat laktasi lebih tinggi dibandingkan proses metabolisme tubuh saat bunting. Ali (1999) menjelaskan bahwa peningkatan konsumsi energi meningkatkan laju respirasi. Meningkatnya frekuensi pernapasan merefleksikan panas tubuh cepat dialirkan melalui darah ke seluruh tubuh, sehingga membantu hewan melepas panas tubuh untuk mencapai keseimbangan suhu tubuh.

Denyut Jantung

Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya pengaruh dari perlakuan minyak biji bunga matahari maupun perlakuan ekstrak teh hitam terhadap denyut jantung domba periode akhir kebuntingan hingga awal laktasi. Rataan denyut jantung domba selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rataan denyut jantung domba selama penelitian (kali menit-1)

Periode M4 M6 Rataan M4: pemberian minyak biji bunga matahari 4%, M6: pemberian minyak biji bunga matahari 6%, T0: penambahan ekstrak teh hitam 0 ppm, T500: penambahan ekstrak teh hitam 500 ppm, M4T0: minyak 4% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M4T500: minyak 4% + ekstrak teh hitam 500 ppm, M6T0: minyak 6% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M6T500: minyak 6% + ekstrak teh hitam 500 ppm.

Hasil analisis ragam pada penelitian ini berbeda dengan penelitian Awabien (2007). Hasil penelitian Awabien (2007) menunjukkan adanya pengaruh dari suplementasi minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium taraf 4.5% dalam menurunkan denyut jantung domba jantan. Hal ini disebabkan oleh minyak ikan yang mampu menurunkan produksi panas tubuh, sehingga kemampuan ternak dalam termoregulasi meningkat dengan pengaturan laju denyut jantung yang lebih rendah.

Rataan denyut jantung domba akhir kebuntingan masih berada dalam batas normal menurut Subronto (2003) yaitu 70–90 kali menit-1. Hal ini

(23)

9 Rataan denyut jantung selama awal laktasi berada di atas batas normal. Denyut jantung pada periode awal laktasi meningkat dari periode akhir kebuntingan domba. Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan laju respirasi domba awal laktasi yang meningkat dibandingkan dengan domba pada akhir kebuntingan. Peningkatan frekuensi respirasi dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung. Hal ini terjadi karena aktivitas otot-otot respirasi meningkat sehingga dibutuhkan darah lebih banyak untuk mensuplai oksigen dan nutrien. Darah dipompa lebih cepat kemudian terjadi peningkatan aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh sehingga jantung bekerja lebih keras dan denyut jantung meningkat (Frandson 1996).

Suhu Rektal

Suhu rektal merupakan salah satu parameter pengukuran suhu tubuh yang lazim digunakan karena kisaran suhunya relatif konstan, mendominasi 86% suhu tubuh (McLean et al. 1983), dan pengukurannya lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan parameter suhu tubuh lainnya (Taylor dan Field 2004).

Hasil analisis ragam menunjukkan tidak ada pengaruh perlakuan penambahan ekstrak teh hitam maupun minyak biji bunga matahari terhadap suhu rektal domba akhir kebuntingan hingga awal laktasi. Rataan suhu rektal domba selama pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Rataan suhu rektal domba selama penelitian (ºC)

Periode M4 M6 Rataan M4: pemberian minyak biji bunga matahari 4%, M6: pemberian minyak biji bunga matahari 6%, T0: penambahan ekstrak teh hitam 0 ppm, T500: penambahan ekstrak teh hitam 500 ppm, M4T0: minyak 4% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M4T500: minyak 4% + ekstrak teh hitam 500 ppm, M6T0: minyak 6% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M6T500: minyak 6% + ekstrak teh hitam 500 ppm.

Hasil penelitian Awabien (2007) menunjukkan bahwa perlakuan minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium hingga 4.5% mampu menurunkan suhu rektal domba jantan di pagi hari namun tidak di siang hari. Suhu rendah di pagi hari membuat domba tidak kesulitan melepaskan panas tubuh, sedangkan pada siang hari pelepasan panas tubuh terhambat pada suhu lingkungan yang mencapai 34 ºC.

(24)

10

Profil Darah

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa interaksi antara penambahan ekstrak teh hitam dengan minyak biji bunga matahari dalam ransum tidak mempengaruhi profil darah domba penelitian. Penambahan ekstrak teh hitam juga tidak mempengaruhi profil darah domba. Penelitian Anggraeny (2013) menunjukkan bahwa pemberian 4% minyak biji bunga matahari dalam pakan tidak mempengaruhi hematologi darah domba. Rataan profil darah domba akhir kebuntingan yang diamati selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rataan profil darah domba pada akhir kebuntingan

Peubah Normal * T0 T500 Rataan hitam 500 ppm, M4T0: minyak 4% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M4T500: minyak 4% + ekstrak teh hitam 500 ppm, M6T0: minyak 6% + ekstrak teh hitam 0 ppm, M6T500: minyak 6% + ekstrak teh hitam 500 ppm; Angka yang disertai huruf kecil pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata pada taraf uji 5%.

(25)

11 bunga matahari menunjukkan jumlah erirosit yang lebih tinggi dibandingkan dengan ransum yang mengandung 4% minyak biji bunga matahari. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan lemak dari minyak dalam pakan dapat meningkatkan jumlah eritrosit darah. Lemak mengandung asam-asam lemak esensial penyusun jaringan limfoid sebagai penyangga utama kekebalan tubuh dengan membentuk prostaglandin. Hormon prostaglandin berfungsi memperbaiki membran sel termasuk membran sel darah merah, sehingga jumlah eritrosit dapat meningkat (Fritsche et al. 1992).

Hasil analisis statistik menunjukkan penambahan ekstrak teh hitam dalam ransum mengandung minyak biji bunga matahari tidak mempengaruhi kadar hemoglobin. Nilai hemoglobin darah domba penelitian berada pada batas normal. Penelitian Anggraeny (2013) menunjukkan bahwa kadar hemoglobin darah domba bunting yang diberi pakan mengandung 4% minyak biji bunga matahari lebih tinggi dibandingkan dengan hemoglobin domba yang diberi pakan tanpa minyak biji bunga matahari. Hal ini dapat disebabkan oleh minyak biji bunga matahari mengandung Fe cukup tinggi yaitu 49.66 mg kg-1 (Özcan 2006) sehingga

mampu meningkatkan kecukupan zat besi sebagai mineral pembentuk hemoglobin.

Hasil analisis ragam juga tidak menunjukkan adanya pengaruh penambahan ekstrak teh hitam dalam ransum yang mengandung minyak biji bunga matahari terhadap nilai hematokrit atau packed cell volume (PCV) domba. Data menunjukkan rataan nilai hematokrit domba berada pada kisaran normal, sebanding dengan kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit (Mawati et al. 2004). Hal ini mengindikasikan domba telah mampu beradaptasi dengan daerah tropis.

Penambahan ekstrak teh hitam dalam ransum yang mengandung minyak biji bunga matahari tidak memberikan pengaruh terhadap leukosit atau butir darah putih domba. Hasil penelitian Anggraeny (2013) juga menunjukkan bahwa pemberian 4% minyak biji bunga matahari tidak mempengaruhi leukosit domba. Data memperlihatkan rataan nilai leukosit berada pada kisaran normal untuk setiap perlakuan. Normalnya jumlah leukosit dalam darah dapat menandakan sistem kekebalan tubuh domba tidak terganggu oleh pakan perlakuan.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan ekstrak teh hitam dalam ransum mengandung minyak biji bunga matahari tidak memberikan pengaruh terhadap semua nilai diferensiasi leukosit. Rataan nilai diferensiasi leukosit yang meliputi netrofil, eusinofil, limfosit, monosit, dan basofil masih berada dalam kisaran normal. Hal ini mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak teh hitam hingga 500 ppm dalam ransum tidak mengganggu gambaran diferensiasi leukosit domba penelitian.

Rasio netrofil limfosit-1 dapat menjadi indikator penilaian respon individu

terhadap perubahan lingkungan (Maheswari 2008). Hasil analisis ragam tidak menunjukkan adanya pengaruh pada penambahan ekstrak teh hitam dalam ransum mengandung minyak biji bunga matahari terhadap rasio netrofil limfosit-1 domba.

Rasio netrofil limfosit-1 yang tinggi dapat menjadi indikator bahwa hewan

(26)

12

akibat induksi glukokortikoid dan pelepasan heterofil cadangan pada sumsum tulang (Sugito dan Delima 2009).

Standar nilai rasio netrofil limfosit-1 domba adalah 0.5 (Schalm 2010).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rasio netrofil limfosit-1 domba penelitian

sedikit melampaui rasio normal untuk semua perlakuan. Hal ini dapat terjadi karena suhu kandang yang fluktuatif sehingga memungkinkan domba terkena cekaman. Penelitian Awabien (2007) menunjukkan bahwa pemberian minyak ikan hingga 4.5% dalam pakan tidak mempengaruhi rasio netrofil limfosit-1 domba dan

rataan nilai rasio begitu tinggi yaitu 1.02 - 2.16 yang menandakan adanya reaksi domba dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Interaksi antara faktor minyak biji bunga matahari dengan ekstrak teh hitam tidak mempengaruhi setiap parameter respon fisiologis dan profil darah domba penelitian. Penambahan ekstrak teh hitam 500 ppm dalam ransum yang mengandung 4% dan 6% minyak biji bunga matahari tidak mempengaruhi profil darah dan respon fisiologis induk domba akhir kebuntingan hingga awal laktasi. Pemberian minyak biji bunga matahari taraf 6% dalam ransum dapat meningkatkan eritrosit domba akhir kebuntingan dibandingan dengan pemberian minyak biji bunga matahari taraf 4%.

Saran

Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai level penambahan ekstrak teh hitam yang lebih tinggi dalam ransum mengandung minyak biji bunga matahari untuk domba periode akhir kebuntingan hingga awal laktasi agar dapat dimanfaatkan lebih baik dalam tubuh ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Ali AIM. 1999. Respon fisiologis kambing jantan peranakan etawah pada tingkat konsumsi energi dan protein yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anggraeny A. 2013. Penambahan minyak biji bunga matahari terhadap profil darah domba garut betina pada status faal berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Awabien RL. 2007. Respon fisiologis domba yang diberi minyak ikan dalam bentuk sabun kalsium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004. Monografi ekstrak

(27)

13 Bhuyan LP, Sabhapondit S, Baruah BD, Bordoloi C, Gogoi R, Bhattacharyya P. 2013. Polyphenolic compounds and antioxidant activity of CTC black tea of North-East India. J Food Chem. 141:3744-3751.

Cerri RLA, Juchem SO, Chebel RC, Rutigliano HM, Bruno RGS, Galvao KN, Thatcher WW, Santos JEP. 2009. Effect of fat source differing in fatty acid profile on metabolic parameters, fertilization, and embryo quality in high producing dairy cows. J Dairy Sci. 92:1529-1531.

Damayanthi E, Syarief H, Muchtadi D, Wijaya H, Zakaria FR, Damardjati DS. 2004. Aktivitas antioksidan minyak bekatul padi awet dan fraksinya secara in vitro. J Teknol dan Industri Pangan 15(1):11-19.

Frandson RD. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-7. Srigandono B dan Praseno K, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Fremont L, Belguendouz L, Delpal S. 1999. Antioxidant activity of resveratrol

and alcohol-free wine polyphenols related to LDL oxidation and polyunsaturated fatty acids. J Life Sci. 64:2511-2521.

Fritsche KL, Cassity NA, Huang SC. 1992. Dietary (n-3) fatty acid and vitamin E interactions in rats: Effect on vitamin E status, immune cell prostaglandin E production and primary antibody response. J Nutr. 122:1009-1018.

Hadziq A. 2011. Status fisiologis dan performa pedet peranakan Friesian Holstein prasapih yang diinokulasi bakteri pencerna serat dengan pakan bersuplemen kobalt [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kannan TH. 2000. Transportation of goats: Effects on physiological stress responsses and live weight loss. J Anim Sci 78: 1450 – 1457.

Khotijah L. 2014. Performa reproduksi dan ketahanan tubuh anak domba prolifik berbasis pakan lokal dengan sumber linoleat minyak bunga matahari [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Maheswari H. 2008. Rasio netrofil limfosit sebagai indikator stres pada owa Jawa di tempat penangkaran. J Unair. 7 (2): 75-86.

Mardiyanti M. 2005. Substitusi tepung ikan dengan bungkil kedelai dalam ransum yang mengandung ampas teh (camelia sinensis) terhadap performan domba lokal jantan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mashaly MM, Hendricks GL, Kalama MA, Gehad AE, Abbas AO, dan Patterson PH. 2004. Effect of heat stress on production parameters and immune responses of commercial laying hens. Poult Sci 83:889-894.

Mattjik AA dan Sumertajaya M. 1999. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS, SPSS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.

Mawati S, Warsino, Purnomoadi A. 2004. Pengaruh pemberian zat phytogenic pada berbagai tingkat terhadap kadar hematokrit, kadar urea darah dan kadar glukosa darah pada domba lokal jantan. J Pengembangan Peternakan TropisSpecial Edition: 115−120.

McLean JA, Downie AJ, Jones CDR, Stombough DP, Glasbey CA. 1983. Thermal adjustments of stress (Bos Taurus) to abrupt changes in environments temperature. J Agric Sci Camb 48:81-84.

Mokoginta I, Moeljohardjo DS, Takeuchi T, Sumawidjaya K, Fardiaz D. 2000. Kebutuhan asam lemak essensial untuk perkembangan induk ikan lele, Clarias batrachus, Linn. JAI 3(2):41-50.

(28)

14

Özcan MM. 2006. Determination of the mineral compositions of some selected oil-bearing seeds and kernels using Inductively Coupled Plasma Atomic Emission Spectrometry (ICP-AES). Grasas Y Aceites 57(2):211-218.

Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta (ID): UI Pr.

Pond WG, Church DC, Pond KR. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. Ed ke-4. New York (US): John Wiley and Sons.

Putra AY. 2014. Pengaruh antioksidan dalam ransum tinggi pufa terhadap konsentrasi malondialdehyde induk, bobot lahir dan mortalitas anak domba [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rakhman A. 2008. Studi pengaruh unsur cuaca terhadap respon fisiologis dan produksi susu sapi perah PFH di Desa Cibogo dan Langensari, Lembang, Bandung Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sastradipradja D, Hartini S. 1989. Fisiologi Veteriner. Bogor (ID): IPB Pr. Scaramuzzi RJ, Campbell BC, Downing JA, Kendall NR, Kalid M,

Munoz-Gutierrez M, Somchit A. 2006. A review of the effects of supllementary nutrition in the ewe on the concentrations of reproductive and metabolic hormones and the mechanisms that regulate folliculogenesis and ovulation rate. J Reprod Nutr Dev. 46:339-354.

Schalm OW. 2010. Veterinary Hematology. 6th Edition. Ames (US): Blackwell Publishing Ltd.

Schillo KK. 1992. Effect of dietary energy on control of luteinizing hormone secretion in cattle and sheep. J Anim Sci. 70:1271-1282.

Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak Mamalia. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Sugito, Delima M. 2009. Effect of heat stress on body weight gain, heterophile-lymphocite ratio and body temperature in broiler. J Ked Hewan 3(1):218-226.

Suprayogi A, Astuti DA. 2006. Physiological status of indoor sheep in the tropical rain forest (HPGW) environment. J Ag Rural Develop. Tropics and Subtropics. 88:1-5.

Tambun R. 2006. Textbook Bunga Matahari. Dalam Buku ajar Teknologi Oleokimia. Hibah Kompetensi e-learning USU-Inherent.

Taylor RE, Field TG. 2004. Scientific Farm Animal Production. 8th Edition. New

Jersey (UD): Pearson-Prentice Hall.

Thwaites CJ. 1985. Physiological Responses and Productivity in Sheep. Dalam Stress Phsiology in Livestock. Ed Yousef MK. Vol. II Ungulates. Florida (US): CRC Pr Inc. Boca Raton.

Toelihere MR. 1993. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Bandung (ID): Angkasa. Wardeh MF. 1981. Models for estimating energy and protein utilization for feed

[dissertation]. Logan (US): Utah State University.

Wildan F. 1997. Perbandingan komposisi asam lemak rantai panjang dari lemak hewani dan nabati. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. 157-164.

(29)

15 Lampiran 1 Hasil pengolahan data respon fisiologis domba akhir kebuntingan ANOVA Laju Respirasi

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 25.689 25.689 .248 .626 Perlakuan Teh 1 .040 .040 .000 .985 Interaksi Minyak dan Teh 1 11.576 11.576 .113 .741

Galat 16 1660.652 103.791

Total 19 1698.136

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

ANOVA Denyut Jantung

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 .050 .050 .001 .977

Perlakuan Teh 1 17.215 17.215 .304 .589

Interaksi Minyak dan Teh 1 .139 .139 .002 .961

Galat 16 906.874 56.680

Total 19 924.278

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

ANOVA Suhu Rektal

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 .038 .038 .948 .345

Perlakuan Teh 1 .034 .034 .853 .369

Interaksi Minyak dan Teh 1 .000 .000 .010 .922

Galat 16 .634 .040

Total 19 .076

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 2 Hasil pengolahan data respon fisiologis domba awal laktasi ANOVA Laju Respirasi

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 46.682 46.682 .765 .395 Perlakuan Teh 1 1.482 1.482 .024 .878 Interaksi Minyak dan Teh 1 58.178 58.178 .954 .343

Galat 16 976.148 61.009

Total 19 1082.491

(30)

16

ANOVA Denyut Jantung

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 13.704 13.704 .343 .566

Perlakuan Teh 1 16.806 16.806 .421 .526

Interaksi Minyak dan Teh 1 .519 .519 .013 .911

Galat 16 639.156 39.947

Total 19 670.185

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

ANOVA Suhu Rektal

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 .093 .093 2.100 .167

Perlakuan Teh 1 .028 .028 .623 .441

Interaksi Minyak dan Teh 1 .001 .001 .011 .917

Galat 16 .712 .044

Total 19 .833

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

Lampiran 3 Hasil pengolahan data profil darah domba akhir kebuntingan ANOVA Hematokrit

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 2.083 2.083 .543 .482

Perlakuan Teh 1 14.083 14.083 3.674 .092

Interaksi Minyak dan Teh 1 .083 .083 .022 .886

Galat 8 30.667 3.833

Total 11 46.917

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

ANOVA Hemoglobin

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 .677 .677 1.063 .333

Perlakuan Teh 1 .175 .175 .275 .614

Interaksi Minyak dan Teh 1 .060 .060 .095 .766

Galat 8 5.095 .637

Total 11 6.007

(31)

17

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi; *Signifikan

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

(32)

18

ANOVA Monosit

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 .750 .750 .600 .461

Perlakuan Teh 1 4.083 4.083 3.267 .108

Interaksi Minyak dan Teh 1 .083 .083 .067 .803

Galat 8 10.000 1.250

Total 11 14.917

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

ANOVA Eusinofil

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 3.000 3.000 2.769 .135

Perlakuan Teh 1 3.000 3.000 2.769 .135

Interaksi Minyak dan Teh 1 .000 .000 .000 1.000

Galat 8 8.667 1.083

Total 11 14.667

SK: sumber keragaman, JK: jumlah kuadrat, db: derajat bebas, KT: kuadrat tengah, Fhit: nilai F, Sig: signifikansi.

ANOVA Neutrofil Limfosit-1

Sumber Keragaman Db JK KT Fhit Sig

Perlakuan Minyak 1 .001 .001 .092 .770

Perlakuan Teh 1 .015 .015 1.404 .270

Interaksi Minyak dan Teh 1 .001 .001 .092 .770

Galat 8 .088 .011

Total 11 .105

(33)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Febrina Prameswari dilahirkan pada 22 Februari 1993. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Eko Warsono dan Ibu Siti Rochayah. Penulis menyelesaikan studi di SDN 01 Cipinang Muara Jakarta 1998-2004, SMPN 148 Jakarta 2004-2007, SMAN 59 Jakarta 2007-2010, dan melanjutkan pendidikan tinggi di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Talenta Mandiri (UTM IPB).

Penulis aktif dalam organisasi kampus diantaranya dalam Unit Kewirausahaan Mahasiswa Center of Entrepreneurship Development for Youth IPB (2010-2011), MPKMB 48 (2011), English Club Fakultas Peternakan (2012), Dekan Cup (2012), Agroedutourism IPB (2013-2014), Queensland, Adelaide and South Australia University Student Visit (2013 dan 2014), Indonesian Student Cattle Buffalo Lovers (2014), dan penulis artikel majalah Invovet edisi Desember 2014 yang berjudul “Mengapa Peternakan di Australia Cenderung Efisien?”.

Penulis mengikuti pelatihan bahasa Korea (2012-2014) dan Mandarin (2013) di UPB IPB, IPB Goes to Field di Bondowoso selama dua minggu (2013), paper ilmiah HISAS Hokkaido Jepang (2014), serta mewakili IPB dalam Indonesia-Australia Pastoral Industry Student Exchange (2014) di Charles Darwin University dan peternakan Heytesbury NT selama dua bulan. Penulis kemudian menjadi Fellow Program pada konferensi Indonesia-Australia Food Security Partnership in Red Meat Cattle Sector, Brisbane serta pertemuan Asosiasi Peternak Australia Utara (NTCA) dengan Direktorat Jendral Peternakan dan Kedutaan Australia, Jakarta.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Widya Hermana, MSi sebagai pembimbing akademik, panitia seminar, dan pembimbing skripsi anggota, Dr Ir Didid Diapari, MSi sebagai pembimbing skripsi utama, Prof Dr Dewi Apri Astuti, MS sebagai dosen pembahas seminar pada 25 September 2014, Dilla M. Fassah, S.Pt M.Sc sebagai panitia ujian akhir sarjana, Dr Ir Lilis Khotijah M.Si dan Ir Sri Rahayu M.Si sebagai dosen penguji ujian akhir sarjana pada 26 Januari 2015. Terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas dana penelitian BOPTN melalui Ir Kukuh Budi Satoto, MS dkk. Penghargaan penulis kepada teknisi kandang (Kang Asep dan Pak Sugi) serta kru penelitian Kak Devide, Ridha, Riri, Dinar, Fandy, Hanah, Asta, Santa, Luthfy, Kak Afi atas kerja sama selama penelitian, kepada Tenti atas bantuan pengolahan statistik data, serta kepada Hanif dan Ryan atas bantuan alat penelitian.

Gambar

Tabel 1 Kandungan nutrien ransum (%BK)
Tabel 3 Rataan laju respirasi domba selama penelitian (kali menit-1)
Tabel 6 Rataan profil darah domba pada akhir kebuntingan

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi : Mahasiswa dapat menjelaskan nilai ekonomis tumbuhan di muka bumi bagi manusia Mahasiswa dapat menjelaskan nilai ekologis tumbuhan di muka bumi bagi manusia

dengan menambahkan sensor level yang bertujuan untuk memastikan apakah pada saat proses perendaman, media cair mengalir dari wadahnya ke wadah kultur jaringan

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XLI-B1, 2016 XXIII ISPRS Congress, 12–19 July 2016, Prague, Czech

Bab I menguraikan latar belakang masalah mengenai adanya disharmonisasi norma yang terjadi secara vertikal antara Pasal 45 dan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 1

Huruf yang digunakan dalam penulisan naskah Wandaning Ringgit Wacucal menggunakan huruf Jawa atau bisa disebut juga dengan aksara Jawa. Terdapat beberapa perangkat dalam

4.3.2.3 Responden Merasa Tertarik Untuk Mencari Video Porno Ariel Yang Lain Setelah Memperhatikan Dan Mengerti Tentang Apa Yang Disampaikan Dalam Pemberitaan “ Video Porno Ariel,

Pasien Pulang (RM. 20) di RSUD Tugurejo Semarang adalah Bahan kertas yang sangat tipis yang memungkinkan kertas mudah sobek

Penelitian ini diharapkan agar dapat membuat reaktor pulp, dapat menentukan temperatur pemasakan pulp terhadap hasil analisis produk, dan mendapatkan data kualitas pulp