• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Mulsa Jerami Padi dan Kepadatan Tanah terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Mulsa Jerami Padi dan Kepadatan Tanah terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

HANNIM

PENGARUH PEMBERIAN MULSA JERAMI PADI DAN

KEPADATAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Mulsa Jerami Padi dan Kepadatan Tanah terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

HANNIM. Pengaruh Pemberian Mulsa Jerami Padi dan Kepadatan Tanah terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.). Dibimbing oleh OTENG HARIDJAJA dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.

Isu ketahanan pangan sangat terkait dengan ketersediaan pangan dan lahan sebagai tempat tumbuh tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan serta produksi tanaman. Pengolahan tanah intensif dalam sistem pertanian konvensional mengakibatkan kondisi lahan memiliki kesuburan yang rendah dan sifat fisik tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman, salah satunya adalah pemadatan tanah. Oleh karena itu, manipulasi kepadatan tanah merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pengaruh kepadatan tanah dan penambahan mulsa jerami padi terhadap sifat fisik tanah sehingga dapat menciptakan lingkungan fisik yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman terutama tanaman padi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepadatan tanah dan perlakuan mulsa jerami padi terhadap karakteristik fisik tanah serta menentukan bobot isi dan dosis mulsa yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan produksi padi. Perlakuan tingkat kepadatan tanah terdiri dari bobot isi 0.8, 1.0, dan 1.2 g/cm3. Setiap kepadatan diberi perlakuan mulsa jerami padi yaitu 0%, 30%, 60% dan 90% tutupan permukaan. Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang selanjutnya dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 % dan pengujian dalam bentuk persamaan regresi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi kepadatan tanah dan tutupan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam, jumlah anakan 4 minggu setelah tanam, bobot basah akar, biomassa basah, bobot Gabah Kering Panen (GKP), dan umur panen. Kepadatan tanah berpengaruh nyata terhadap kadar air kapasitas lapang, resistensi tanah sebelum tanam, tinggi tanaman umur 7 dan 8 MST, jumlah anakan umur 6, 8 dan 9 MST dan biomassa kering serta kadar air, bobot isi dan ruang pori total setelah tanam. Tutupan mulsa hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 6 MST. Bobot isi yang sesuai untuk pertumbuhan padi adalah 1.0 g/cm3 dan tutupan mulsa yang sesuai adalah 90 %.

(5)

ABSTRACT

HANNIM. Effect of Rice Straw Mulch and Soil Compaction on Upland Rice (Oryza sativa L.) Growth and Yields. Supervised by OTENG HARIDJAJA and DWI PUTRO TEJO BASKORO.

Food security issues are strongly associated to the availability of food and land that affecting plant growth and production. Intensive tillage in conventional farming systems results poor soil condition (low fertility and soil physics characteristic, especially soil compaction) that fail to support plant growth. Soil compaction improvement is one of management effort on soil physics properties to obtain more suited physical environment for plant growth especially paddy. This research was aimed to study the effect of rice straw application and soil compaction on soil physics characteristic and to determine the soil bulk density and dose of mulch that effective for paddy growth and yield. Soil compaction treatment was divided into three soil bulk densities i.e. 0.8, 1.0, and 1.2 g/cm3. Each soil compaction was treated by rice straw mulch application in various doses i.e. 0%, 30%, 60%, and 90% of covered surface. Completed random design is used as experimental design and Honesty Significant Different (HSD) is used to identify the effect of treatment.

The results showed that the interaction between soil compaction and mulch affect significantly on plant height in 5 weeks after growing, number of tillers in 4 weeks after growing, wet weight of root, wet biomass, weight of dry grain at harvest, time of harvest. Soil compaction was significantly affecting the field capacity water content, soil resistance before planting, plant height at 7 and 8 weeks after growing, number of tillers at 6, 8, and 9 weeks after growing also dry biomass also water content, bulk density and total of pore spaces after planting. Mulch application had only significant effect on plant height at 6 weeks after harvest. Soil bulk density suited for paddy growth and yields is 1.0 g/cm3 with 90% of mulch dose.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

HANNIM

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

PENGARUH PEMBERIAN MULSA JERAMI PADI DAN

KEPADATAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Mulsa Jerami Padi dan Kepadatan Tanah terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.)

Nama : Hannim

NIM : A14090076

Disetujui oleh

Dr Ir Oteng Haridjaja, MSc Pembimbing I

Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh Pemberian Mulsa Jerami Padi dan Kepadatan Tanah terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.)”.

Isu ketahanan pangan sangat terkait dengan ketersediaan lahan penghasil pangan, namun kondisi lahan saat ini memiliki kesuburan yang rendah dan sifat fisik tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman akibat pengolahan tanah intensif dalam sistem pertanian konvensional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kepadatan tanah terhadap karakteristik sifat fisik tanah, mengetahui bobot isi dan dosis mulsa yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi padi gogo. Oleh karena itu, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran pengaruh kepadatan dan penambahan mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan padi gogo sehingga dapat menentukan pengolahan tanah yang sesuai dan menghasilkan produksi yang tinggi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan oleh bantuan banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Oteng Haridjaja, MSc dan Dr Ir D.P.T Baskoro, MSc atas bimbingan dan motivasi yang diberikan selama kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah, serta Dr Ir Enni Dwi Wahjunie, MSi selaku penguji ujian skripsi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ema, Bapa dan keluarga tercinta (Ang Tim, Ang Iim, A Ade, Kang Syukri, Upi, Nizar, Dihya, Nawal) yang selalu memberikan doa dan motivasi baik moril maupun materil kepada penulis. Tak lupa ucapan terima kasih kepada rekan satu bimbingan Anita Silviana Dewi atas suka dan duka menjalani tugas akhir ini. Kepada Ustadz Abdurrahman, Ustadz Ece Hidayat dan keluarga besar Al-Ihya Dramaga saya ucapkan terima kasih atas doa dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis. Terima kasih penulis ucapakan kepada Soiler 46, KMNU IPB, CSS MoRA dan semua yang telah membantu dalam penelitian ini, sehingga penelitian ini bisa berjalan lancar. Kepada staf University Farm Cikabayan, Laboratorium Konservasi Tanah dan Air, dan seluruh pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada Kementerian Agama atas beasiswa yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

(11)
(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK iv

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Bobot Isi dan Pemadatan Tanah 2

Ketahanan Tanah 3

Sifat Tanah Podsolik 3

Mulsa Jerami 3

Evapotranspirasi 4

Cekaman Kekeringan Padi Gogo 4

Karakteristik Tanaman 5

METODE 5

Waktu dan Tempat Penelitian 5

Bahan 5

Alat 5

Prosedur 6

Pengambilan Sampel Tanah 6

Simulasi Kepadatan Tanah 6

Analisis Pendahuluan 6

Pengukuran Evapotranspirasi 7

Penanaman, Pemeliharaan, dan Panen Tanaman 7

Rancangan Percobaan 7

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

(13)

Kadar Air Kapasitas Lapang 8

Resistensi Tanah 10

Pengaruh Kepadatan Tanah dan Mulsa terhadap Evapotranspirasi 11 Pengaruh Kepadatan Tanah dan Mulsa terhadap Pertumbuhan Padi Gogo

(Oryza sativa L.) 12

Perakaran 12

Tinggi Tanaman 14

Jumlah Anakan 16

Biomassa 18

Hasil dan Komponen Hasil 20

Pengaruh Kepadatan Tanah dan Mulsa terhadap Produksi Padi Gogo (Oryza

sativa L.) 22

Pengaruh Kepadatan Tanah dan Mulsa terhadap Bobot Isi, Kadar Air dan

Ruang Pori Total Setelah Tanam 23

SIMPULAN DAN SARAN 26

Simpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 29

(14)

DAFTAR TABEL

1 Persamaan regresi, koefisien determinasi (R2), dan nilai kadar air kapasitas lapang pada tiap perlakuan kepadatan tanah

9 2 Pengaruh kepadatan tanah terhadap resistensi tanah sebelum tanam 10 3 Suhu dan evapotranspirasi Metode Thornwaite-Mather dan hasil

pengukuran pada setiap fase pertumbuhan dan total satu musim tanam

11 4 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap bobot basah

akar

12 5 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap tinggi tanaman

umur 5 MST

14 6 Pengaruh kepadatan tanah terhadap tinggi tanaman umur 7 dan 8 MST 15 7 Pengaruh tutupan mulsa terhadap tinggi tanaman umur 6 MST 15 8 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap jumlah anakan 10 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap biomassa basah

tanaman

19 11 Pengaruh kepadatan tanah terhadap biomassa kering tanaman 19 12 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap umur panen 20 13 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap bobot gabah 2 Hubungan antara kepadatan tanah dengan nilai resistensi tanah sebelum

tanam

10 3 Hubungan antara bobot basah akar dengan tutupan mulsa pada berbagai

kepadatan tanah

13 4 Hubungan antara tinggi tanaman dengan tutupan mulsa pada berbagai

kepadatan tanah umur 5 MST

14 5 Pengaruh kepadatan tanah terhadap tinggi tanaman umur 7 dan 8 MST 16 6 Pengaruh mulsa terhadap tinggi tanaman umur 6 MST 16 7 Hubungan antara jumlah anakan dengan tutupan mulsa pada berbagai

kepadatan tanah umur 4 MST

(15)

kepadatan tanah

12 Hubungan antara bobot gabah kering panen dengan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan tanah

22 13 Pengaruh kepadatan tanah terhadap analisis tanah setelah tanam (a)

Kadar air; (b) Bobot isi; (c) Ruang pori total

25

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai Evapotranspirasi potensial harian yang belum dijustifikasi (mm) pada suhu rata-rata ≥ 26.5 0C

29 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah terhadap kadar air

kapasitas lapang

29 3 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah terhadap resistensi

tanah sebelum penanaman

29 4 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah dan mulsa terhadap

kebutuhan air fase vegetatif, reproduktif, pemasakan, dan total satu musim tanam

30

5 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah dan mulsa terhadap panjang akar, bobot basah akar dan bobot kering akar

30 6 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah dan mulsa terhadap

tinggi tanaman

31 7 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah dan mulsa terhadap

jumlah anakan

32 8 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah dan mulsa terhadap

biomassa basah tanaman dan biomassa kering tanaman

33 9 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah dan mulsa terhadap

jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, panjang malai, bobot 1000 butir, umur berbunga dan umur panen

33

10 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah dan mulsa terhadap bobot gabah kering panen, bobot gabah kering giling, presentase gabah bernas, presentase gabah hampa

34

11 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh kepadatan tanah dan mulsa terhadap bobot isi, kadar air dan ruang pori total setelah tanam

34

12 Tanah yang dikering udarakan 35

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isu ketahanan pangan sangat terkait dengan ketersediaan pangan dan lahan sebagai tempat tumbuh tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan serta produksi tanaman. Padi merupakan komoditas pangan yang strategis di banyak negara dan lebih dari separuh penduduk dunia mengandalkan beras sebagai sumber kalori dan protein (Suyamto et al 2009). Tingkat konsumsi beras penduduk Indonesia cukup tinggi, menurut BPS (2013) saat ini tingkat konsumsi adalah 135 kg per kapita per tahun. Hal ini juga berpengaruh terhadap pertambahan permintaan sumberdaya lahan demi terpenuhinya lahan penghasil beras. Namun kondisi lahan saat ini memiliki kesuburan yang rendah dan sifat fisik tanah yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, upaya peningkatan produksi komoditas pangan sangat penting, baik melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi.

Peningkatan produksi komoditas pangan melalui program ekstensifikasi sulit dilakukan karena tingginya angka konversi dan degradasi lahan di Indonesia. Sementara itu program intensifikasi pertanian, seperti pengolahan tanah secara intensif dalam sistem pertanian konvensional dapat merusak kondisi tanah, membuat tanah semakin padat, menurunkan ketersediaan air dan hara, pertumbuhan akar menjadi terganggu dan dapat menurunkan produksi tanaman. Potensi alam dari aspek penyuburan tanah dalam sistem pertanian konvensional belum termanfaatkan secara optimal, salah satunya adalah pemanfaatan jerami padi.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi perlu memperbaiki sifat fisik tanah akibat pemadatan agar dapat tercipta lingkungan fisik yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman terutama tanaman padi. Pemadatan tanah adalah proses pemampatan massa tanah ke dalam volume yang lebih kecil dan perubahan bentuk yang mengakibatkan penurunan pori total dan makro serta penurunan penyebaran air dan pertukaran gas (Rattan dan Shukla 2004). Pemadatan tanah diantaranya disebabkan oleh meningkatnya penggunaan berbagai peralatan dan mesin pada pekerjaan-pekerjaan pertanian. Tanah yang padat sulit ditembus akar tanaman sehingga tanaman yang tumbuh di atasnya mengalami gangguan dalam pertumbuhan terutama gangguan fisiologis. Menurut Wilson (2006) pemadatan tanah cenderung menurunkan ketersediaan air dan unsur hara yang dibutuhkan akar tanaman.

(17)

2 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk: 1) mengetahui pengaruh kepadatan tanah dan pemberian mulsa jerami padi terhadap karakteristik fisik tanah, 2) menentukan bobot isi dan dosis mulsa yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan produksi padi gogo.

Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi bahwa kepadatan tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap produksi tanaman. Selain itu, penggunaan jerami padi sebagai mulsa merupakan bentuk pemanfaatan sisa tanaman untuk memperbaiki sifat fisik tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman.

Hipotesis

Meningkatnya kepadatan tanah akan menghambat perkembangan akar, ketersediaan air dan hara berkurang, sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman menurun. Pemberian mulsa jerami padi pada permukaan tanah dapat mengurangi laju evaporasi. Kombinasi kepadatan tanah dan tutupan mulsa cenderung dapat mengurangi penguapan dan meningkatkan ketersediaan air dalam tanah.

TINJAUAN PUSTAKA

Bobot Isi dan Pemadatan Tanah

Bobot isi adalah bobot kering per satuan unit volume tanah dalam keadaan utuh, dinyatakan dalam gram tiap sentimeter kubik. Bulk density menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bobot isi merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bobot isi, berarti makin sulit tanah meneruskan air atau ditembus akar tanaman (Hardjowigeno 2010). Bobot isi tanah dipengaruhi oleh struktur, ruang pori, padatan tanah dan kandungan bahan organik. Tanah yang lepas-lepas persatuan volume mempunyai bobot isi yang kecil, sedangkan pada tanah yang padat memiliki bobot isi yang besar. Nilai bobot isi dan porositas dapat berubah dan beragam tergantung pada keadaan struktur tanah, khususnya dalam hubungannya dengan proses pemadatan tanah (Nugraha 2004).

(18)

3 akar berkurang, dan mempunyai efek mengurangi produksi tanaman (Damanik 2007).

Ketahanan Tanah

Kekuatan tanah digambarkan sebagai besarnya ketahanan tanah terhadap penetrasi sehingga sering juga disebut resistensi tanah (Hilel 1980). Resistensi tanah merupakan salah satu parameter sifat fisik tanah yang menggambarkan kepadatan dan kekuatan suatu tanah. Ketahanan tanah berhubungan erat dengan pemadatan tanah, ruang pori dan bobot isi tanah. Nilai ketahanan penetrasi tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah, pada keadaan kering akan menunjukkan angka yang tinggi. Untuk menghindari kekeliruan, maka penetapan dilakukan pada saat kadar air mendekati kapasitas lapang (Suwardjo 1981).

Sifat Tanah Podsolik

Tanah podsolik di indonesia merupakan tanah yang menempati luasan terbesar di banding luasan tanah lainnya. Penyebaran tanah podsolik merah kuning (Ultisol) di Indonesia mencapai 47.526 juta ha atau 24.9 % dari luas total daratan Indonesia (Mulyadi dan Soepraptohardjo 1975). Tanah Ultisol/Podsolik memiliki ciri-ciri seperti horison argilik atau kandik, tetapi tidak mempunyai sifat fragipan dan kejenuhan basa < 35% (Rachim 2001). Tanah yang mempunyai horison B argilik, mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50 % (NH4 OAc)

sekurang-kurangnya pada beberapa bagian horison B di dalam penampang 125 cm dari permukaan tanah dan tidak mempunyai horison albik yang berbatasan langsung dengan horison argilik atau fragipan (Hardjowigeno 2003). Menurut Notohadiprawiro (2006) ciri tanah podsolik diantaranya memiliki kesuburan yang rendah ditandai dengan pH rendah sehingga ketersediaan hara pada umumnya menurun dan kemungkinan peracunan Al, Fe dan Mn meningkat. Unsur Al, Fe dan Mn yang tinggi dapat meracuni tanaman. Kejenuhan basa dan kadar bahan organik rendah menjadikan kadar N, S dan P rendah, selain itu keberadaan unsur N, S dan P berada pada lapisan atas yang paling rentan terkena erosi. Kemantapan agregat rendah menyebabkan jenis tanah ini mudah tererosi, bobot isi dan kandungan liat tinggi berpengaruh terhadap perkembangan akar tanaman. Struktur tanah yang kurang berkembang menyebabkan tanah mudah membentuk kerak dipermukaan, lapisan ini menghambat perkecambahan biji, peresapan air infiltrasi, difusi O2 ke dalam tanah untuk pernafasan akar dan jasad renik, dan difusi CO2

sisa pernafasan dan perombakan bahan organik.

Mulsa Jerami

(19)

4 organik merupakan sumber energi yang akan meningkatkan kegiatan biologi tanah (Arsyad 2010).

Fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar matahari. Mulsa dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah. Teknologi permulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh air tanah setebal 1.5 cm ditanah terbuka (bare soil) tanpa mulsa akan menguap selama 3-5 hari, sedangkan di tanah-tanah yang diberi mulsa akan menguap 6 minggu dengan ketebalan yang sama (Umboh 2000).

Pemberian mulsa adalah metode pengelolaan tanah konservatif pada tanah mineral masam lahan kering. Apabila sisa tanaman atau jerami ditambahkan ke lahan usaha tani, permulsaaan ini dapat memberikan produktivitas lahan yag setara dengan hasil tanaman yg diperoleh dengan pemupukan atau mungkin lebih (Sanchez, 1976). Pemberian mulsa dapat menurunkan suhu tanah, menjaga kelembaban tanah, menurunkan aliran permukaan, mencegah erosi, dan menambah hara kedalam tanah. Pengolahan tanah minimum yg didiringi dengan pemberian mulsa merupakan bagian yg terpadu dari sistem pertanaman terus menerus dilahan pertanian (Barchia 2009).

Evapotranspirasi

Air tanah dari suatu lahan pertanian dapat berpindah ke udara dengan jalan penguapan langsung dari permukaan tanah (evaporasi) ataupun melalui daun-daun tanaman (transpirasi). Kedua proses ini dapat menyebabkan tanah mengalami kekurangan air sehingga berpengaruh secara langsung terhadap pertumbuhan tanaman. Evapotranspirasi yang juga disebut pemakaian air konsumtif merupakan gabungan antara evaporasi dan transpirasi yakni jumlah air yang digunakan untuk transpirasi, diuapkan dari tanah dan permukaan air serta permukaan tanaman pada suatu areal pertanaman (Arsyad 2010). Proses transpirasi merupakan proses normal pada tanaman. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman (Umboh 2000). Berdasarkan hasil penelitian Sulistyono et al (2005), semakin tinggi total defisit evapotranspirasi, akan menyebabkan penurunan produksi padi gogo semakin besar. Total defisit evapotranspirasi sebesar 240.06 mm menyebabkan penurunan produksi gabah sebesar 90% dan penurunan bobot kering tanaman sebesar 72.5%. Kelembaban tanah optimum untuk padi gogo adalah antara kapasitas lapang sampai kadar air 32%, kelembaban lebih rendah dari 32% akan menurunkan produksi. Evapotranspirasi harian dapat digunakan sebagai indikator kekurangan air pada tanaman padi gogo.

Cekaman Kekeringan Padi Gogo

(20)

5 tumbuhan C4. Kebutuhan air pada tanaman padi gogo dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar, walaupun sebagian besar air akan dilepas ke udara dalam proses transpirasi. Besarnya penyerapan air oleh tumbuhan dalam pot, ditandai dengan penurunan kadar air media tanam. Kandungan air pada tumbuhan akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan salah satunya adalah kadar air tanah. Perlakuan cekaman kekeringan dapat menekan pertumbuhan tinggi tajuk. Berbeda dengan tajuk, perlakuan cekaman kekeringan justru meningkatkan panjang akar.

Karakteristik Tanaman

Varietas padi gogo yang digunakan adalah Situ Patenggang. Varietas ini menurut Balai Besar Penelitian Padi (2010) tahan terhadap penyakit blas, harapannya ketika dalam aplikasi, tanaman tidak terganggu oleh serangan penyakit yang menurunkan hasil produktifitas padi. Umur tanaman sejak sebar sampai matang fisiologis ( ± 75% biji dalam semua malai matang) adalah 110-120 hari. Varietas ini memiliki sifat khusus yakni bersifat aromatik, respon terhadap pemupukan, dan mampu dikembangkan di sawah. Varietas ini juga baik ditanam di lahan kering musim hujan, tumpangsari dan lahan tipe tanah Aluvial dan Podsolik, ketinggian tidak lebih dari 300 mdpl (Suprihatno B et al. 2010). Padi gogo umumnya ditanam pada tanah masam yang secara kimiawi memiliki tingkat ketersediaan aluminium dan mangan yang tinggi dan ketersediaan unsur hara terutama N, P, K, Ca, Mg, dan Mo yang rendah. Secara fisik tanah ini memiliki kapasitas menahan air yang rendah dan mudah tererosi (Warda 2011).

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai November 2013. Bahan tanah podsolik diambil dari Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengukuran sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah, Departermen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penanaman dilaksanakan di rumah kaca University Farm, Institut Pertanian Bogor, Cikabayan, Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan tanah (tanah podsolik), benih padi gogo varietas Situ Patenggang, air, kuarsa, pupuk Urea, SP-36, KCL dan mulsa jerami padi.

Alat

(21)

6 simulasi pemadatan tanah digunakan pemadat tanah berupa silinder besi (ukuran diameter 5 cm, tinggi 18.5 cm, dan berat 3 kg), pot, kasa dan PVC (pipa). Peralatan laboratorium lainnya yakni timbangan, cawan, gelas ukur, kain kasa, penetrometer saku, meteran, penggaris, oven, ayakan, ring sampler, termometer, amplop, eksikator, alat tulis, dan kertas label.

Prosedur

Pengambilan Contoh Tanah

Bahan tanah yang digunakan adalah tanah terganggu Podsolik Jasinga pada lapisan atas dengan kedalaman 0-20 cm, kemudian dibersihkan dari akar tanaman dan bahan kasar, selanjutnya dikering udarakan selama kurang lebih 2 minggu. Untuk keperluan analisis pendahuluan, bahan tanah dihaluskan kemudian diayak dengan saringan berukuran ± 2 mm. Selanjutnya tanah untuk simulasi kepadatan dilakukan dengan menggunakan ayakan ± 5 mm.

Simulasi Kepadatan Tanah

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang telah dilakukan oleh Maryamah (2010) dan Kusumawati (2012). Dalam penelitian sebelumnya telah dilakukan analisis awal terhadap sifat fisik tanah yang meliputi penetapan bobot isi, tekstur, kadar air, C-organik, pH, Nitrogen total, P-tersedia, K+ dan Al-dd.

Pemadatan dilakukan dengan cara bahan tanah terganggu yang telah dikering udarakan ditimbang beratnya sesuai dengan berat tanah yang diperlukan dari persamaan bobot isi. Tanah dipadatkan dengan cara manual menggunakan silinder besi hingga mencapai tanda yang telah ditetapkan berdasarkan persamaan volume pot dengan bobot tanah yang dibutuhkan pada masing-masing bobot isi yang diinginkan yakni 0.8, 1.0 dan 1.2 g/cm3. Tanah yang telah dipadatkan digunakan untuk penanaman padi yang sebelumnya dilakukan pengukuran resistensi tanah.

Analisis Pendahuluan

Kadar Air Kapasitas Lapang. Penetapan kadar air kapasitas lapang menggunakan metode Alhricks. Tahapan pengerjaan dengan metode Alhricks adalah sebagai berikut: wadah dengan tinggi dan diameter 14 cm diisi dengan pasir kuarsa setinggi 6 cm, agar tanah tidak turun saat diketuk maka di atas pasir kuarsa diletakkan kain kasa. Pipa gelas diletakkan tegak lurus dengan permukaan pasir. Gelas piala diisi dengan contoh tanah kering udara yang ditimbang beratnya sesuai dengan berat tanah yang diperlukan dari persamaan bobot isi kemudian tanah dipadatkan hingga mencapai bobot isi 0.8, 1.0 dan 1.2 g/cm3 setingggi 3 cm dari tepi atas gelas. Setelah itu, lapisan tanah atas dibasahi dengan air dengan cara disemprot dengan sprayer hingga air tidak sampai membasahi pasir. Gelas piala ditutup dan disimpan selama 24 jam. Setelah 24 jam, diambil contoh tanah dari gelas piala sedalam kira-kira 1.5 cm dari permukaan dan ditetapkan kadar airnya berdasarkan bobot tanah kering oven 1050C. Variasi ketebalan kuarsa 6 cm dan ketebalan tanah 3 cm merupakan variasi terbaik menurut Setianingsih (2013).

(22)

7 Ketahanan mekanik tanah didapatkan dari nilai rata-rata pengukuran kelima tusukan tersebut dengan dilihat pula simpangannya.

Pengukuran Evapotranspirasi

Pengukuran kehilangan air melalui proses evapotranspirasi didasarkan pada hasil penyusutan dari data kadar air tanah setiap hari dalam kondisi yang stabil, pada setiap masa pertumbuhan vegetatif, reproduktif, pemasakan dan total satu musim tanam. Evapotranspirasi dilakukan dengan metode gravimetri, yaitu dengan cara setiap perlakuan ditimbang pot beserta tanamannya, hal ini dilakukan pada pagi hari. Lalu ditetapkan selisih dari bobot tanaman tersebut dan dapat diketahui data kehilangan air akibat evapotranspirasi.

Evapotranspirasi harian juga dihitung dengan menggunakan metode Thornthwaite dan Mather yang sudah dimodifikasi. Nilai ETP harian dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Ep harian = Ep* x f Yang mana :

Ep harian = Evapotranspirasi harian (mm)

Ep* = Nilai evapotranspirasi harian yang belum dijustifikasi (mm) pada suhu rata-rata ≥ 26.50C (Lampiran 1).

f = Faktor koreksi (lama penyinaran rata-rata matahari yang mungkin terjadi pada derajat lintang utara dan derajat lintang selatan tertentu)

Penanaman, Pemeliharaan, dan Panen Tanaman

Penanaman dilakukan dirumah kaca. Benih padi varietas Situ Patenggang ditanam pada pot sebanyak 5 benih/pot. Setelah penanaman, dilakukan pemupukan dasar. Penyulaman dilakukan 4 hari setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual.

Penetapan variabel pertumbuhan dilaksanakan melalui pengamatan parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, umur berbunga dan umur panen. Tinggi tanaman dan jumlah anakan diamati setiap 1 minggu sekali mulai umur 3-9 MST. Umur berbunga diamati saat pertama kali bunga muncul dan umur panen diamati sampai seluruh bagian tanaman telah menguning, gabah keras dan matang fisiologis (±75% biji dalam semua malai matang).

Penetapan variabel komponen hasil dan variabel produksi dilaksanakan saat panen berlangsung dan pasca panen. Parameter yang diamati adalah jumlah anakan produktif, jumlah anakan total, panjang akar, panjang malai, bobot 1000 butir, biomassa tanaman. Parameter produksi yang diamati ialah bobot gabah kering panen (GKP), bobot gabah kering giling (GKG), presentase gabah bernas, presentase gabah hampa. Analisis tanah akhir yaitu penetapan bobot isi, kadar air dan porositas tanah.

Rancangan Percobaan

(23)

8 (K1, K2, K3). Faktor kedua adalah perlakuan dengan pemberian tutupan mulsa jerami yaitu 0%, 30%, 60% dan 90% (M0, M1, M2, M3). Kombinasi tersebut menghasilkan 36 satuan percobaan.

Analisis Data

Analisis ragam (ANOVA) untuk mengetahui apakah perlakuan berpengaruh nyata atau tidak. Apabila hasil sidik ragam menunjukan adanya pengaruh yang nyata maka dilakukan uji lanjut dengan mengunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Sesuai dengan rancangan percobaan yang digunakan, maka statistika yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yijk

= µ +α

i

+ β

j

+ (αβ)

ij

+ ε

ijk Keterangan:

Yijk = nilai pengamatan perlakuan kepadatan ke-i, mulsa ke-j, ulangan

ke-k

µ = nilai tengah pengamatan

αi = pengaruh kepadatan ke-i

βj = pengaruh mulsa ke-j

(αβ)ij = pengaruh interaksi perlakuan kepadatan ke-i dan mulsa ke-j

εijk = galat perlakuan kepadatan ke-i, mulsa ke-j dan ulangan ke-k

Hasil analisis yang nyata selanjutnya dibuat persamaan regresi untuk melihat seberapa besar pengaruh perlakuan, baik interaksi maupun masing-masing kepadatan dan mulsa terhadap faktor pertumbuhan dan produksi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Tanah Setelah Pemadatan dan Sebelum Tanam

Kadar Air Kapasitas Lapang

(24)

9

Data pada grafik tersebut merupakan nilai kadar air dari hari ke hari pada penetapan KAKL dengan metode Alhricks pada masing-masing kepadatan yang mengalami penurunan. Kadar air kapasitas lapang tersaji dalam Tabel 1.

Tabel 1 Persamaan regresi, koefisien determinasi (R2), dan nilai kadar air kapasitas lapang pada tiap perlakuan kepadatan tanah

Perlakuan

BI: Bobot Isi ;y: Kadar Air (%-bobot) ;x: Waktu (hari)

Berdasarkan analisis ragam (Tabel Lampiran 2), kepadatan tanah berpengaruh nyata terhadap nilai KAKL . Semakin padat tanah, KAKL semakin meningkat. Pada tanah dengan bobot isi 1.2 g/cm3 nilai kadar air kapasitas lapangnya paling besar yaitu sebesar 56 %, pada bobot isi 1.0 g/cm3 kadar air kapasitas lapangnya sebesar 49 %, dan pada bobot isi 0.8 g/cm3 kadar air kapasitas lapangnya sebesar 44 %. Kepadatan memiliki korelasi dengan kadar air dan saling terkait erat, yang dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi masing masing kepadatan, ketiga variasi kepadatan menunjukkan nilai R2 yang tinggi.

Berdasarkan tabel 1, nilai KAKL semakin meningkat dengan meningkatnya kepadatan tanah. Hal ini disebabkan karena pada kondisi tanah yang padat air akan terikat oleh matriks tanah menyebabkan air sulit bergerak di dalam pori tersebut sehingga kadar air yang terukur tinggi. Menurut Maryamah (2010) air yang terikat kuat oleh matriks tanah umumnya tidak dapat diserap oleh tanaman sehingga kehilangan air melalui gravitasi sulit terjadi. Menurut Hardjowigeno

(25)

10 (2010) bobot isi merupakan petunjuk kepadatan tanah, semakin padat suatu tanah semakin tinggi pula bobot isinya yang berarti makin sulit meneruskan air.

Resistensi Tanah

Resistensi tanah merupakan salah satu parameter sifat fisik tanah yang menggambarkan kepadatan dan kekuatan suatu tanah. Pengukuran ketahanan tanah menggunakan alat penetrometer mudah dilaksanakan namun memiliki kelemahan. Nilai ketahanan resistensi tanah sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah, pada keadaan kering akan menunjukkan angka yang lebih tinggi. Untuk menghindari kekeliruan maka penetapan dilakukan pada saat kadar air mendekati kapasitas lapang. Pengaruh kepadatan tanah terhadap resistensi tanah sebelum penanaman disajikan pada Tabel 2 dan grafik hubungan antara kepadatan tanah dan resistensi tanah dapat dilihat pada gambar 2.

Tabel 2 Pengaruh kepadatan tanah terhadap resistensi tanah sebelum tanam

Kepadatan tanah/BI (g/cm3) Resistensi Tanah (kg/cm2) a

0.8 0.31a

1.0 1.35b

1.2 3.15c

a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %; BI: Bobot Isi

Berdasarkan analisis ragam, peningkatan kepadatan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap nilai resistensi tanah sebelum tanam (Tabel Lampiran 3). Semakin bertambah kepadatan tanah, nilai resistensi semakin meningkat. Nilai resistensi yang tinggi menunjukkan tanah semakin sulit ditembus oleh akar. Meningkatnya kepadatan tanah berkorelasi nyata terhadap nilai resistensi tanah dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) ialah 0.840.

Gambar 2 Hubungan antara kepadatan tanah dengan nilai resistensi tanah sebelum tanam.

(26)

11 Pengaruh Kepadatan Tanah dan Mulsa terhadap Evapotranspirasi

Hasil analisis ragam perlakuan kepadatan dan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap evapotranspirasi tahap vegetatif, reproduktif, pemasakan maupun total satu musim tanam (Tabel Lampiran 4). Menurut Apriyana et al. (1997) air yang ditranspirasikan tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor cuaca, kandungan air dan sifat fisik tanah serta jenis dan fase pertumbuhan tanaman. Suhu yang sesuai untuk padi gogo berkisar antara 16-350C, suhu optimum untuk pertumbuhan padi berkisar antara 24-290C. Suhu harian hasil pengukuran memiliki nilai berkisar antara 27-370C. Proses kehilangan air tanah selain digunakan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan, dapat hilang pula ke atmosfer disebabkan meningkatnya suhu. Mulsa berfungsi menahan kehilangan air melalui evapotranspirasi, agar kelembaban tanah tetap terjaga dan kebutuhan air penyiraman semakin sedikit. Menurut Umboh (2000) pemulsaan dapat mencegah evaporasi, air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Pengamatan evapotranspirasi harian dapat digunakan sebagai tolok ukur kebutuhan air tanaman dan peringatan dini terhadap kekurangan air.

Rata-rata kebutuhan air meningkat seiring pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pada pertumbuhan awal vegetatif, tanaman tidak membutuhkan air terlalau banyak, mulai meningkat pada tahap reproduktif, selanjutnya semakin meningkat pada masa pemasakan dimana tanaman padi membutuhkan banyak air untuk pengisian bulir. Tubur et al. (2012) menyatakan bahwa cekaman kekeringan sangat mempengaruhi pengisian bulir yang pada akhirnya menyebabkan penurunan bobot bulir.

Tabel 3 Suhu dan evapotranspirasi Metode Thornwaite-Mather dan hasil pengukuran pada setiap fase pertumbuhan dan total satu musim tanam

Tahap

Rasio antara hasil pengukuran/ETp standar

(27)

12 dibanding hasil dugaan Metode Thornwaite- Mather. Hal ini diduga bahwa variabel pengaruh evapotranspirasi hasil pengukuran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor suhu, melainkan banyak faktor seperti iklim (selisih tekanan uap dan radiasi dari permukaan), kandungan air dan sifat fisik tanah serta jenis dan fase pertumbuhan tanaman, sedangkan evapotranspirasi Metode Thornthwaite- Mather hanya menggunakan suhu udara sebagai dasar perhitungan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Apriyana et al (1997) evapotranspirasi Metode Thornthwaite- Mather hanya menggunakan suhu udara sebagai dasar perhitungan menghasilkan nilai dugaan yang kurang baik disebabkan kecilnya fluktuasi suhu udara di daerah tropis dibanding unsur iklim lainnya.

Nilai rasio pembagian hasil evapotranspirasi Metode Thornthwaite- Mather dan evapotranspirasi hasil pengukuran dapat digunakan menjadi cerminan nilai Kc tanaman padi. Nilai Kc adalah nilai koefisien konsumtif tanaman (Kc) didefinisikan sebagai perbandingan antara besarnya evapotranspirasi potensial dengan evaporasi acuan tanaman. Berdasarkan hasil, nilai rasio tanaman padi saat fase reproduktif lebih tinggi dibandingkan fase lainnya dikarenakan pada fase ini kebutuhan air tanaman tinggi pada saat pengisian bulir. Hal ini sejalan dengan pernyataan Arsyad (2010) bahwa evaporasi maksimum terjadi pada saat bunting dibawah kondisi sinar matahari maksimum dalam musim kemarau. Tinggi rendahnya evapotranspirasi dalam satu musim tanam dipengaruhi pula oleh rendahnya temperatur udara dalam bulan-bulan tersebut. Nilai Kc tanaman padi varietas biasa dan varietas unggul menurut FAO dalam jangka waktu empat bulan berkisar antara 0.95 hingga 1.1 (Standar Perencanaan Irigasi 1986).

Pengaruh Kepadatan Tanah dan Mulsa terhadap Pertumbuhan Padi Gogo (Oryza sativa L.)

Perakaran

Pemadatan tanah berpengaruh langsung terhadap perkembangan akar. Tabel 4 menunjukkan interaksi kepadatan tanah dan tutupan mulsa berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Secara umum bobot basah akar semakin meningkat dengan meningkatnya tutupan mulsa dan semakin menurun dengan meningkatnya kepadatan tanah. Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi kepadatan tanah dan tutupan mulsa berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar namun tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan bobot kering akar (Tabel Lampiran 5).

Tabel 4 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap bobot basah akar

Perlakuan Mulsa

Kepadatan M0 M1 M2 M3

K1 16.01ab 16.17ab 15.33ab 16.99ab

K2 16.06ab 17.38b 15.07ab 15.80ab

K3 13.01a 14.68a 17.66b 15.66ab

a

(28)

13 Berdasarkan grafik hubungan antara bobot basah akar dan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan tanah (gambar 3) menunjukkan adanya intaraksi yang nyata. Hal ini dapat dilihat dari grafik yang saling silang. Umumnya semakin tinggi mulsa, bobot basah akar semakin meningkat pada ketiga perlakuan kepadatan. Nilai R2 < 50 % menunjukkan hubungan yang tidak erat karena titik-titik yang menyebar.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan masing-masing kepadatan tanah dan tutupan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan bobot kering akar (Tabel Lampiran 5).

Beberapa pustaka menyebutkan bahwa agar akar tanaman, kecuali rambut akar, dapat tumbuh dengan bebas memerlukan pori tanah dengan diameter lebih besar dari 100 µm. Akar tanaman muda dapat tumbuh melewati pori media tumbuh jika diameter pori media tersebut lebih besar dari pada diameter akar. Hal ini terjadi jika pori kaku (rigid) dan agregat tanah memepunyai kekuatan yang lebih tinggi dari tekanan akar. Jika akar tanaman menjumpai pori yang diameternya lebih kecil dari diameter akar, akar tersebut akan memeperbesar tekanan tumbuhnya untuk memperbesar pori. Pengaruh ukuran dan kekakuan pori terhadap pertumbuhan akar tanaman telah diteliti oleh Kar dan Ghildyal (1975) yang menunjukkan bahwa porositas tanah 51.6 % dengan ukuran pori lebih besar dari 75 µm merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan akar tanaman padi. Pada tanah yang kekakuan porinya rendah, akar tanaman dapat tetep tumbuh pada pori yang berukuran kecil. Kar et al (1979) menunjukkan bahwa akar tanaman padi dapat tumbuh pada tanah lempung liat berdebu walau ukuran pori terbanyak pada tanah tersebut bervariasi dari 15 s/d 19 µm.

Panjang akar tidak berpengaruh nyata karena akar tanaman padi merupakan akar serabut bergerak kseamping. Hal ini sejalan dengan pendapat Simanjuntak (2005), ketika akar tanaman tumbuh pada lapisan gembur dan kemudian tertahan oleh lapisan padat, maka akar akan membelok horizontal dan mungkin akan tumbuh pada lapisan tersebut dengan ukuran pendek atau berkembang tidak sempurna.

Tutupan mulsa tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap variabel pengamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jumin (2005) bahwa penggunaan mulsa ditujukan untuk mencegah terjadinya pemadatan tanah, terutama pada

(29)

14 lapisan tanah bagian atas. Akar umumnya tumbuh menembus tanah namun pada saat-saat tertentu ketika akar menemui lapisan tanah yang padat seperti halnya pada pengaruh pemadatan, akar akan bergerak horizontal. Perlu diketahui bahwa berkurangnya pertumbuhan akar tidak selalu menurunkan hasil tanaman, jika hara dan air cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman (Islami dan Utomo 1995). Tinggi Tanaman

Tanaman padi mulai muncul ke permukaan tanah 4 hari setelah tanam (HST). Terdapat interaksi nyata antara kepadatan dan tutupan mulsa dalam mempengaruhi tinggi tanaman 5 MST, tersaji dalam Tabel 5 dan sidik ragam Tabel Lampiran 6. Pengaruh perlakuan tanpa mulsa menunjukkan tinggi tanaman yang berbeda nyata dibanding perlakuan mulsa lainnya. Semakin tinggi pemberian dosis mulsa, kebutuhan air semakin sedikit.

Tabel 5 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap tinggi tanaman

Angka-angka diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %

Berikut adalah grafik hubungan antara tinggi tanaman dan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan saat umur 5 MST yang menujukkan interaksi nyata, terlihat dari grafik yang tidak sejajar namun saling silang. Semakin tinggi tutupan mulsa umumnya tinggi tanaman semakin meningkat. Pada kepadatan 1.0 g/cm3 menunjukkan tinggi tanaman yang semakin meningkat memiliki korelasi yang berhubungan erat dilihat dari nilai koefisien deteminan (R2) tinggi.

Gambar 4 Hubungan antara tinggi tanaman dengan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan tanah umur 5 MST

(30)

15 Hasil pengaruh masing-masing perlakuan kepadatan dan mulsa terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Pengaruh kepadatan tanah terhadap tinggi tanaman umur 7 dan 8 MST

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

a

7 8

…..………..………cm……….

Kepadatan

K1 ( 0.8 g/cm3) 87.64a 93.75a

K2 ( 1.0 g/cm3) 88.88a 94.72a

K3 ( 1.2 g/cm3) 92.34b 99.19b

a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %

Hasil analisis ragam perlakuan kepadatan memiliki pengaruh nyata pada tinggi tanaman saat 7 MST dan sangat nyata pada 8 MST (Tabel Lampiran 6). Tanah yang semakin padat membuat pertumbuhan tanaman terhambat, namun hasil menunjukkan tinggi tanaman semakin meningkat pada kepadatan tanah yang tinggi. Hal ini diduga akar tanaman akan terus mencari sumber air dan hara, akar tanaman tetap mampu menembus bagian gembur tanah dan bergerak horizontal sehingga hasil pengamatan tinggi tanaman tidak jauh beda pada berbagai perlakuan kepadatan. Menurut Simanjuntak (2005), ketika akar tanaman tumbuh pada lapisan gembur dan kemudian tertahan oleh lapisan padat, maka akar akan membelok horizontal.

Tabel 7 Pengaruh tutupan mulsa terhadap tinggi tanaman umur 6 MST

Perlakuan Tinggi Tanaman (MST)a

Mulsa ..cm..

M0 ( 0 %) 76.15a

M1 ( 30 %) 80.85b

M2 ( 60%) 81.71b

M3 ( 90 %) 84.04b

a

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %

(31)

16

Gambar 5 dan 6 berturut turut menunjukkan grafik persamaan regresi masing-masing kepadatan dan mulsa terhadap tinggi tanaman yang pengaruhnya nyata. Koefisien determinasi pada grafik regresi pengaruh kepadatan tanah terhadap tinggi tanaman (R2) 0.26 (7 MST) dan 0.22 (8 MST) menunjukkan korelasi yang nyata terhadap tinggi tanaman namun tidak erat karena titik-titik yang menyebar. Koefisien determinasi (R2) pada grafik regresi pengaruh tutupan mulsa terhadap tinggi tanaman 0.30 (6 MST) menunjukkan korelasi yang nyata namun hubungannya tidak erat, semakin tinggi dosis tutupan mulsa tinggi tanaman semakin meningkat.

Jumlah Anakan

Padi mengeluarkan anakan yang muncul setelah indukan tumbuh besar pada umur 3 MST. Berdasarkan analisis ragam (Tabel Lampiran 7) interaksi kepadatan tanah dan mulsa berpengaruh nyata pada 4 MST. Tabel 8 menunjukkan adanya pengaruh nyata perlakuan kepadatan dan mulsa yang saling berinteraksi terhadap jumlah anakan umur 4 MST.

Kepadatan Tanah g/cm 3

7 MST

8 MST

Gambar 6 Pengaruh mulsa terhadap tinggi tanaman umur 6 MST

(32)

17

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %

Hasil interaksi yang umumnya tidak nyata dapat disebabkan karena adanya faktor individu yang lebih berpengaruh, yaitu faktor kepadatan tanah.

Gambar 7 menunjukkan hubungan antara jumlah anakan pada umur 4 MST dengan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan tanah. Grafik menunjukkan interaksi nyata dilihat dari garis yang saling silang. Pada kepadatan 0.8 g/cm3 dan 1.2 g/cm3 memiliki kecenderungan saling bertolak belakang, sedangkan pada kepadatan 1.0 g/cm3 semakin tinggi tutupan mulsa jumlah anakan semakin meningkat.

Tabel 9 Pengaruh kepadatan tanah terhadap jumlah anakan umur 6, 8 dan 9 MST

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 % ; MST : Minggu Setelah Tanam.

Berdasarkan uji statistik yang dapat dilihat pada Tabel 9, kepadatan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan pada saat 6 MST dan

Gambar 7 Hubungan antara jumlah anakan dengan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan tanah umur 4 MST

(33)

18 berpengaruh nyata pada saat 8 dan 9 MST. Pada kepadatan 1.0 g/cm3 nilai yang didapat menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibanding dengan perlakuan kepadatan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh daya tembus akar kedalam tanah dan ketersediaan air didalam tanah sehingga mempengaruhi jumlah anakan padi yang dihasilkan. Menurut Harjadi (1993) keluarnya anakan tergantung dari faktor yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan sekitarnya. Kondisi tanah yang padat merupakan lingkungan yang kurang baik bagi tanaman karena menghambat penyebaran akar. Pada kepadatan 0.8 g/cm3 menunjukkan jumlah anakan yang rendah karena pada tanah tersebut air mudah lolos. Jumlah anakan hasil pengukuran hingga 9 MST menunjukkan jumlah anakan yang terhitung sedikit, karena varietas Situ Patenggang berdasarkan Deskripsi padi dari Balai Penelitian Tanaman Padi (2010) memiliki jumlah anakan berkisar antara 10-11. Hasil perlakuan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan (Tabel Lampiran 7).

Gambar 8 menunjukkan hubungan antara kepadatan terhadap jumlah anakan, pada kepadatan dengan bobot isi 1.0 g/cm3 menunjukkan jumlah anakan yang nyata lebih tinggi dibanding perlakuan bobot isi lainnya. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kepadatan tanah mempunyai korelasi yang nyata namun tidak erat kaitannya. Hal ini dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R2) yang didapat pada 6,8 dan 9 MST berturut-turut yakni 0.26, 0.19 dan 0.19.

Biomassa

Berdasarkan hasil analisis ragam, interaksi antar kepadatan dan mulsa menunjukkan pengaruh nyata terhadap biomassa basah (Tabel Lampiran 8).

Hasil uji statistik interaksi kepadatan dan mulsa terhadap biomassa basah tanaman tersaji dalam Tabel 10. Biomassa basah tanaman menunjukkan pengaruh yang nyata diduga terkait penggunaan konsumtif air oleh tanaman padi. Hasil interaksi kepadatan dan tutupan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap biomassa kering dapat disebabkan adanya faktor individu yang lebih berperan, yaitu kepadatan tanah.

Gambar 8 Pengaruh kepadatan tanah terhadap jumlah anakan umur 6, 8 dan 9 MST.

Kepadatan Tanah (g/cm3)

(34)

19 Tabel 10 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap biomassa basah

tanaman

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %

Grafik hubungan biomassa basah tanaman dengan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan tanah tersaji pada Gambar 9. Perlakuan mulsa pada kepadatan 0.8 g/cm3 menunjukkan semakin tinggi mulsa biomassa basah semakin tinggi, pada kepadatan 1.2 g/cm3 dosis tutupan mulsa semakin meningkat dengan meningkatnya tutupan mulsa, namun pada mulsa tertinggi mengalami penurunan. Berbeda dengan kondisi kepadatan 1.0 g/cm3, semakin tinggi mulsa biomassa semakin rendah. Hal ini diduga terkait ketersediaan air tanah. Adanya penambahan mulsa membantu menjaga ketersediaan air didalam tanah sehingga ketersediaan air cukup bagi tanaman.

Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 4) perlakuan kepadatan tanah bepengaruh nyata terhadap biomassa kering tanaman. Perlakuan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap biomassa kering tanaman.

Tabel 11 Pengaruh kepadatan tanah terhadap biomassa kering tanaman

Perlakuan Biomassa Kering

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %. Gambar 9 Hubungan antara biomassa basah tanaman dengan tutupan

mulsa pada berbagai kepadatan tanah

(35)

20 Gambar 10 menunjukkan hubungan antara kepadatan terhadap biomassa kering tanaman. Semakin tinggi kepadatan, biomassa kering tanaman semakin meningkat. Hal ini diduga karena pada pengamatan tinggi tanaman, kepadatan yang tinggi menunjukkan tinggi tanaman yang tinggi sehingga mempengaruhi biomassa akhir tanaman. Koefisien determinasi (R2) yang didapat 0.24 menunjukkan adanya korelasi nyata namun tidak saling terkait erat.

Menurut Setianingsih (2013) pemberian air yang lebih banyak akan meningkatkan ketersediaan air di dalam tanah. Meningkatnya bobot basah maupun kering tajuk disebabkan karena meningkatnya kemampuan tanah dalam menyerap air dan sumber hara mineral di dalam tanah.

Hasil dan Komponen Hasil

Pengamatan variabel hasil dan komponen hasil meliputi jumlah anakan produktif, panjang malai, bobot 1000 butir, umur berbunga dan umur panen. Interaksi kepadatan tanah dan tutupan mulsa hanya berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan umur layak panen dan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pengamatan lainnya (Tabel Lampiran 9). Tabel 12 menunjukkan data pengaruh interaksi kepadatan dan mulsa terhadap umur panen.

Tabel 12 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap umur panen

Perlakuan Mulsa

Angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %.

Umur layak panen padi diamati sampai seluruh bagian tanaman telah

(36)

21 matang) (Prasetyo 2001). Menurut Wibowo (2010) umur panen menetukan kapan hasil produksi tanaman tersebut mencapai maksimal. Pada umumnya, semakin cepat tanaman padi berbunga maka semakin cepat pula tingkat kemasakan bunga sehingga berpengaruh pada umur panen tanaman padi menjadi lebih cepat/awal. Pendeknya umur tanaman akan berpengaruh terhadap cepatnya musim tanam setiap satu tahunnya. Para petani kebanyakan memilih umur panen yang lebih awal atau lebih pendek.

Gambar 11 menunjukkan grafik hubungan antara umur panen dengan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan tanah. Perlakuan tanpa mulsa (M0) dan mulsa 90 % (M3) menunjukkan grafik dimana semakin padat tanah, umur panen semakin cepat namun kaitannya tidak erat dilihat dari nilai koefisien determinasi 0.43 dan 0.10. Berbeda pada tutupan mulsa 30 % (M1) 60 % (M2) grafik menunjukkan semakin padat, umur panen semakin lama memiliki nilai koefisien determinasi (R2) yang didapat adalah 0.88 dan 0.57 menunjukkan adanya korelasi yang nyata dan erat kaitannya.

Berdasarkan analisis ragam (Tabel Lampiran 9) perlakuan masing-masing baik kepadatan tanah maupun tutupan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan produktif, panjang malai, bobot 1000 butir dan umur berbunga. Hal ini diduga padi gogo varietas Situ Patenggang merupakan salah satu varietas padi gogo unggul, selama ketersediaan air mencukupi saat pertumbuhan dan perkembangan, tanaman tidak akan menunjukkan pengaruh yang signifikan. Menurut Wibowo (2010) umur tanaman padi ada kaitannya dengan umur panen, umur berbunga, panjang malai, dan jumlah gabah. Umur panen menandakan semakin cepat tanaman tersebut memasuki fase generatif lebih awal.

Komponen hasil yang diamati seperti jumlah anakan produktif dapat menduga banyaknya anakan yang menghasilkan malai yang berisi padi, sedangkan panjang malai menentukan jumlah bulir padi dalam satu malai. Bobot 1000 butir menurut Ismail et al (2003) berkorelasi dengan curah hujan dan kadar air tanah, dimana pengisian bulir sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, ketersediaan air yang kurang akan menghambat pengisian bulir, hal ini terkait dengan fungsi mulsa sebagai tutupan tanah yang mampu mengurangi evaporasi. Tidak berpengaruh nyatanya kepadatan dan tutupan mulsa terhadap komponen

(37)

22 hasil diduga karena variabel sebelumnya tidak terlalu berpengaruh nyata, seperti halnya tinggi tanaman, jumlah anakan, perakaran dan biomassa.

Pengaruh Kepadatan Tanah dan Mulsa terhadap Produksi Padi Gogo (Oryza sativa L.)

Produktivitas padi dari analisis ragam interaksi antar kepadatan dan mulsa hanya berpengaruh nyata terhadap bobot gabah kering panen (GKP). Variabel produksi bobot gabah kering giling, presentase gabah bernas dan presentase gabah hampa tidak menunjukkan interaksi yang nyata (Tabel Lampiran 10).

Tabel 13 Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap bobot gabah

Angka-angkayang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNJ pada taraf 5 %.

Pemadatan tanah dapat menurunkan produktivitas tanaman. Berdasarkan analisis ragam, interaksi kepadatan tanah dan tutupan mulsa berpengaruh nyata terhadap bobot GKP. Grafik hubungan antara gabah kering panen dengan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan tanah tersaji pada Gambar 12. Nilai koefisien determinasi (R2) yang didapat menunjukkan semakin tinggi kepadatan dan semakin tinggi dosis tutupan mulsa bobot gabah kering panen semakin tinggi. Hubungan interaksi kepadatan dan mulsa nyata terhadap GKP namun tidak erat kaitannya.

Gambar 12 Hubungan antara bobot gabah kering panen dengan tutupan mulsa pada berbagai kepadatan tanah

(38)

23 Hasil analisis ragam (Tabel Lampiran 10) menunjukkan masing-masing perlakuan kepadatan tanah dan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap variabel produksi padi. Pemadatan tanah menyebabkan sulitnya penetrasi akar dan mengurangi aerasi tanah bagi tanaman. Pada tanaman padi, periode pengisian bulir merupakan masa yang sangat kritis, ketersediaan air sangat berpengaruh sehingga menghasilkan gabah yang bernas. Tutupan mulsa diutamakan untuk menutupi permukaan tanah, mengurangi evaporasi, dan penelitian dilakukan hanya satu musim tanam.

Variabel produksi tidak berpengaruh nyata diduga bahwa tanaman padi masih mampu tumbuh dan berkembang pada perlakuan kepadatan dan tutupan mulsa yang diberikan. Tanaman dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat genetis, kondisi lingkungan termasuk tanah dan iklim. Keadaan lingkungan yang menguntungkan akan mempermudah penyerapan air dan unsur hara oleh akar. Pengaruh ukuran dan kekakuan pori terhadap pertumbuhan akar tanaman menunjukkan bahwa porositas tananh 51.6 % dengan ukuran pori lebih besar dari 75 µm merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan akar tanaman padi. Tanah media tanam diduga mengalami penurunan kepadatan dan meningkatnya pori seiring pertumbuhan tanaman dan aktivitas akar. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hardjowigeno (2010) adanya perakaran akan membantu memperbaiki agregasi tanah, sehingga struktur tanah menjadi sarang dan menyebabkan tingginya jumlah pori tanah yang akhirnya dapat menurunkan bobot isi tanah. Hal ini menyebabkan tanaman masih mampu tumbuh dan berproduksi.

Pengaruh Kepadatan Tanah dan Mulsa terhadap Bobot Isi, Kadar Air dan Ruang Pori Total Setelah Tanam

Berdasarkan analisis ragam (Tabel Lampiran 11) menunjukkan tidak terdapat pengaruh interaksi antara kepadatan tanah dan tutupan mulsa terhadap kadar air, bobot isi dan ruang pori total tanah setelah penanaman. Interaksi kedua faktor yang tidak nyata dapat dimungkinkan adanya salah satu faktor yang lebih berpengaruh, yaitu faktor kepadatan tanah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 14. Mulsa ditujukan untuk menutupi permukaan tanah, sehingga dapat mengurangi evaporasi. Pemberian mulsa selama satu musim tanam tidak memberikan pengaruh nyata untuk menurunkan bobot isi, meningkatkan kadar air dan porositas total tanah.

Tabel 14 Pengaruh kepadatan tanah terhadap kadar air ,bobot isi dan ruang pori total setelah tanam

(39)

24 Berdasarkan data analisis ragam (Tabel Lampiran 11) perlakuan kepadatan berpengaruh nyata terhadap bobot isi, kadar air dan ruang pori tanah setelah tanam. Perlakuan tutupan mulsa tidak berpengaruh nyata, baik terhadap bobot isi, kadar air maupun ruang pori total.

Kadar air diukur saat panen sehari setelah dilakukan penyiraman. Hasil menunjukkan perlakuan kepadatan 1.0 g/cm3 beda nyata lebih rendah dibanding perlakuan lainnya. Kadar air dalam hal ini dipengaruhi oleh penyiraman sebelum pengambilan contoh tanah. Teknologi permulsaan dapat mencegah evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Perlakuan tanpa mulsa menyebabkan kehilangan ketersediaan air dalam tanah melalui evaporasi.

Peningkatan kepadatan tanah berpengaruh sangat nyata terhadap bobot isi setelah tanam, bobot isi setelah tanam menunjukkan adanya penurunan. Penurunan bobot isi disebabkan oleh pemanfaatan tanah untuk pertanaman dan sebagai akibat dari aktivitas akar. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hardjowigeno (2010) adanya perakaran akan membantu memperbaiki agregasi tanah, sehingga struktur tanah menjadi sarang dan menyebabkan menurunnya bobot isi tanah. Menurut Sulaiman (2011) nilai bobot isi bervariasi antara satu tanah dengan tanah yang lain disebabkan oleh variasi kandungan bahan organik, tekstur tanah, kedalaman perakaran, struktur tanah, jenis fauna, dan lain-lain. Bobot isi menurun tajam setelah penanaman pada perlakuan kepadatan 1.2 g/cm3 sehingga perlakuan banyak yang tidak nyata. Hal ini diduga karena tanah mengalami perubahan setelah pemadatan dan pertumbuhan akar dan bobot isi ini sangat dipengaruhi oleh kadar air dan pergerakan akar.

Ruang pori tanah ini berkaitan dengan pergerakan air, semakin besar ruang pori maka laju pergerakan air akan semakin mudah. Sedangkan semakin kecil ruang pori, maka akan menghambat pergerakan air. Tanah yang padat menyebabkan ketersediaan ruang pori semakin rendah, ketersediaan ruang pori yang semakin rendah menyebabkan ruang untuk pengisian air dan udara menjadi rendah. Seiring pemanfaatan tanah untuk penanaman, kepadatan tanah menjadi menurun. Kepadatan atau bobot isi yang semakin menurun berpengaruh nyata terhadap meningkatnya ruang pori total tanah. Adanya perakaran akan membantu memperbaiki kondisi tanah menjadi sarang, menyebabkan tingginya jumlah pori tanah yang akhirnya dapat menurunkan bobot isi tanah.

(40)

25

Gambar 14 (a) menunjukkan grafik regresi pengaruh kepadatan terhadap kadar air tanah setelah penanaman. Nilai koefisien determinasi yang didapat untuk kadar air sebesar 0.27. Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan antara kepadatan tanah dan kadar air berkorelasi nyata, akan tetapi hubungnnya tidak erat atau tidak begitu saling mempengaruhi karena titik-titik yang menyebar. Gambar 14 (b) menunjukkan grafik regresi antara bobot isi sebelum tanam dan setelah tanam.

(a)

(b)

(c)

Gambar 14 Pengaruh kepadatan tanah terhadap analisis tanah setelah tanam (a) Kadar air; (b) Bobot isi; (c) Ruang pori total

y = 226.46x2 - 459.51x + 274.32

Kepadatan Tanah (g/cm3)

y = 0.4454x2 - 0.4543x + 0.8484

Kepadatan tanah (g/cm3) sebelum tanam

y = -16.807x2 + 17.143x + 67.987

(41)

26 Nilai determinasi yang didapat adalah 0.73 menunjukkan adanya korelasi yang nyata dan saling terkait erat, nilai bobot isi menurun setelah dilakukan penanaman. Gambar 14 (c) menunjukkan grafik regresi antara kepadatan tanah dan ruang pori total setelah tanam, yang mana semakin padat tanah ketersediaan ruang pori semakin menurun. Dilihat dari koefisien determinasi (R2) 0.73 grafik menunjukkan adanya korelasi nyata dan saling terkait erat dimana ketersediaan ruang pori menurun dengan meningkatnya kepadatan tanah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Interaksi kepadatan tanah dan tutupan mulsa berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 minggu setelah tanam, jumlah anakan 4 minggu setelah tanam, bobot basah akar, biomassa basah, bobot gabah kering panen (GKP), dan umur panen.

Kepadatan tanah berpengaruh nyata terhadap kadar air kapasitas lapang, resistensi tanah sebelum tanam, tinggi tanaman umur 7 dan 8 minggu setelah tanam, jumlah anakan umur 6, 8 dan 9 minggu setelah tanam, biomassa kering, kadar air saat panen, bobot isi dan ruang pori total setelah tanam. Kepadatan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap evapotranspirasi, bobot kering akar, panjang akar, jumlah anakan produktif, panjang malai, bobot 1000 butir, bobot gabah kering giling (GKG), presentase gabah bernas dan presentase gabah hampa.

Tutupan mulsa hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman saat umur 6 MST. Selain itu tutupan mulsa tidak berpengaruh nyata terhadap evapotranspirasi, jumlah anakan, perakaran, biomassa, hasil dan komponen hasil maupun produksi.

Bobot isi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan produksi padi yaitu 1.0 g/cm3. Tutupan mulsa yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi padi yaitu 90 %.

Saran

(42)

27

DAFTAR PUSTAKA

Apriyana Y, Sugianto Y, Syahbudin H, Las I.1997. Studi korelasi empat rumus estimasi evapotranspirasi potensial (ETp) terhadap pengukuran panci kelas A (ETo) di muara bogor pros.no.13/pen.tanah/1997 dalam Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Ardjasa W. S. 1993. Sistem pengolahan tanah, frekuensi penyiangan dan pemberian mulsa pada pola padi gogo – kedelai pada lahan kering. Dalam Utomo M., Utomo I H., Susilo F X. (editor). Prosiding Seminar Nasional IV Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi Kerjasama Unila, HIGI, HITI, dan Jurusan BDP FP Unila. Dalam Pangaribuan DH dan Pujisiswanto H. SemNas TTG Agroindustri dan Diseminasi Hasil-hasil Penelitian Dosen Polinela 2009. Arifai M. 2009. Respon anatomi daun dan parameter fotosintesis tumbuhan padi

gogo, caisim, Echinochloa crussgalli .L., dan bayam pada berbagai cekaman kekeringan [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan ke-2. Bogor: IPB Press Barchia F. M. 2009. Agroekosistem Tanah Mineral Masam. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

BPS [Badan Pusat Statistik]. 2011. Produktivitas Tanaman Padi. http://www.bps.go.id. [27 November 2013]

Damanik, P. 2007. Perubahan kepadatan tanah dan produksi tanaman kacang tanah akibat intensitas traktor dan dosis bokasi [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hardjowigeno S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Presindo.

Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo.

Harjadi S. 1993. Budidaya Tanaman Pangan Padi Hibrida. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hilel, D. 1980. Fundamental of Soil Physics. New York : Academic Press.

Islami T dan W H Utomo. 1995. Hubungan Tanah Air dan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press.

Ismail, B.P., B. Suprihatno, H. Pane, dan I. Las. 2003. Pemanfaatan penciri abiotik lingkungan tumbuh dalam seleksi simultan galur padi gogo rancah toleran kekeringan, 319-328 hal. Dalam B. Suprihatno et al. (Eds.). Buku 2: Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Jumin H.B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada.

Kusumawati, RD. 2012. Pengaruh kepadatan tanah terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea L.) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kar et al. 1979. Dalam Utomo dan Islami. 1995. Hubungan Tanah Air dan Tanaman. Semarang : IKIP Semarang Press.

Kar dan Ghildyal. 1975. Dalam Utomo dan Islami. 1995. Hubungan Tanah Air dan Tanaman. Semarang : IKIP Semarang Press.

Gambar

Gambar 1  Grafik kadar air yang diukur dari hari ke hari pada masing-
Gambar 2  Hubungan antara kepadatan tanah dengan nilai resistensi tanah Kepadatan Tanah (g/cm
Tabel 3  Suhu dan evapotranspirasi Metode Thornwaite-Mather dan hasil
Tabel 4  Pengaruh interaksi kepadatan tanah dan mulsa terhadap bobot basah akar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi tidak sesuai dengan realitas perilaku seksual dan resiko seksual yang dihadapi remaja

Konsentrasi 100 ppm dan 300 ppm merupakan perlakuan yang mampu menekan pertumbuhan tanaman paling baik dibandingkan dengan kontrol maupun perlakuan lain pada minggu

Dimensi tersebut perlu ditanamkan pada calon pendidik dan tenaga kependidikan atau calon manajer yang menjadi suri tauladan bagai peserta didik dan anak buahnya ke

Ringkasan Pengabdian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang Pengabdian, tujuan dan tahapan metode Pengabdian, serta luaran yang di capai dalam kegiatan

Sehingga dalam hal ini tindakan Tergugat aquo, sangatlah jelas dan nyata secara melawan hukum telah merugikan Penggugat, dan oleh karena demikian tindakan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap kepuasan pelayanan pada SMK Nurul Huda Ulak Kembahang II Kabuten Ogan Ilir

Manajemen laba merupakan usaha pihak manajemen yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam batasan-batasan yang diperoleh oleh prinsip-prinsip akuntansi dengan

Sedangkan menurut Rita Kurnia (2009) permainan memiliki manfaat yang sangat baik bagi anak. Anak akan belajar kata-kata baru sehingga memperkaya perkembangan bahasanya serta