• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

OPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN SIDAT

BERDASARKAN DISTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DI

SUNGAI-SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK

PALABUHANRATU, JAWA BARAT

PANJI ARFIANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2014

Panji Arfianto

(4)

ABSTRAK

PANJI ARFIANTO. Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat. Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan M MUKHLIS KAMAL.

Sidat merupakan ikan katadromus yang memijah di laut dan juvenilnya tumbuh di perairan tawar dengan beruaya dari tempat pemijahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi penyebaran dan pola pertumbuhan ikan sidat serta menyajikannya dalam bentuk sistem informasi. Sampel ikan sidat dikoleksi dari 7 sungai (Cimandiri, Cipalabuhan, Citepus, Cisukawayana, Cimaja, Citiis, dan Cibareno) selama bulan Juli hingga Oktober 2013. Elver dan glass eel disimpan dalam alkohol absolut, selanjutnya digunakan untuk menghitung hubungan panjang bobot dan faktor kondisi. Pembuatan animasi flash mengacu pada siklus pengembangan sistem The Waterfall Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sidat terdapat di setiap sungai dengan hasil tangkapan tertinggi di Sungai Cimaja. Pola pertumbuhan juvenile ikan sidat (A. bicolor bicolor dan A. marmorata) adalah allometrik positif, sedangkan glass eel adalah allometrik negatif. Nilai faktor kondisi ikan sidat antara stasiun yang satu dengan stasiun yang lain tidak jauh berbeda. Sungai Cimaja berpotensi untuk dijadikan sebagai daerah konservasi sumber daya ikan sidat. Sistem informasi ruaya ikan sidat telah diimplementasikan dalam bentuk animasi flash.

Kata kunci: distribusi, faktor kondisi, hubungan panjang bobot, ruaya, sidat

ABSTRACT

PANJI ARFIANTO. Eel Resources Management Options Based on the Distribution and Growth in the Rivers Draining to the Bay of Palabuhanratu, West Java. Supervised by LUKY ADRIANTO and M MUKHLIS KAMAL.

Freshwater eels are usually considered catadromous because they spawn in marine waters and the juveniles grow in freshwater habitats following a long migration from their offshore spawning area. The objective of this research is to study the distribution, the pattern of growth, and present in system information. Field sampling was conducted in 7 rivers (Cimandiri, Cipalabuhan, Citepus, Cisukawayana, Cimaja, Citiis, and Cibareno) from July to October 2013. Glass eel and elver were kept in absolute alcohol, futhermore it used for calculating length weight relationship and condition factor. The making of eel migration flash animation refers to the system development cycle of The Waterfall Model. The result of the research showed that eels is present in each river with the highest catches in Cimaja River. In terms of growth pattern, both A. bicolor bicolor and A. marmorata juvenile have positive allometric, while glass eel have negative allometric. Eel condition factor values between one to another station is not much different. Cimaja River potentially as eel resources conservation area. Additionaly, eel migration information system has been implemented in flash animation.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

OPSI PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN SIDAT

BERDASARKAN DISTRIBUSI DAN PERTUMBUHAN DI

SUNGAI-SUNGAI YANG BERMUARA KE TELUK

PALABUHANRATU, JAWA BARAT

PANJI ARFIANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat

Nama : Panji Arfianto NIM : C24090016

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh

Dr Ir Luky Adrianto, MSc Pembimbing I

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Alhamdulillahirabbil’Alamin, Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa

ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Opsi Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat Berdasarkan Distribusi dan Pertumbuhan di Sungai-sungai yang Bermuara ke Teluk Palabuhanratu, Jawa Barat ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ungkapan terima kasih Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1 Institut Pertanian Bogor yang memberikan Penulis kesempatan untuk menempuh pendidikan.

2 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak : 2013. 089. 521219, Penelitian Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitan dan Pengabdian

kepada Masyarakat, IPB dengan judul “Upaya Penentuan Daerah Perlindungan

Larva Ikan Sidat (Anguilla spp.) Berbasis Analisis Konektivitas Laut – Muara – Sungai di Teluk Palabuhanratu Jawa Barat” yang dilaksanakan oleh Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc.

3 Dr Ir Sulistiono, MSc selaku pembimbing akademik.

4 Dr Ir Luky Adrianto, MSc dan Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc selaku pembimbing skripsi.

5 Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku penguji skripsi dan Dr Ir Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi selaku ketua komisi pendidikan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan.

6 Kedua orang tua tercinta yang menjadi alasan terbesar Penulis untuk menyelesaikan studi.

7 Kang Agus yang telah membantu selama pengumpulan data.

8 Bapak Ruslan dan Bang Aries yang telah membimbing di laboratorium. 9 Teman-teman yang selalu mendukung dan memberikan semangat.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan dan Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Kegiatan di Lapangan 2

Kegiatan di Laboratorium 4

Analisis Data 4

Pembuatan Animasi Flash Ruaya Ikan Sidat 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Hasil 7

Pembahasan 14

KESIMPULAN DAN SARAN 17

Kesimpulan 17

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20

RIWAYAT HIDUP 28

(10)

DAFTAR TABEL

1 Hubungan panjang bobot ikan sidat di sungai-sungai yang bermuara

ke Teluk Palabuhanratu 9

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi pengamatan habitat sungai dan wawancara 3

2 Prosedur pembuatan animasi flash 6

3 Ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor 7

4 Ikan sidat jenis Anguilla marmorata 7

5 Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan lokasi 8

6 Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan waktu 8

7 Nilai K ikan sidat pada setiap sungai 10

8 Tampilan pembuatan peta perairan Palabuhanratu 12

9 Tampilan pembuatan objek animasi 12

10Tampilan pembuatan animasi flash 13

11Tampilan animasi flash ruaya ikan sidat 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Foto lokasi pengamatan sungai 20

2 Data hasil pengamatan sungai dan wawancara 21

3 Parameter fisika-kimia air 24

4 Kandungan logam berat di air 24

5 Kandungan logam berat di sedimen 25

6 Matriks rencana kawasan perlindungan sidat 26

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat dari genus Anguilla merupakan ikan katadromus yang memijah di perairan laut dalam dan juvenilnya tumbuh hingga dewasa di perairan tawar dengan beruaya dari tempat pemijahannya (Arai et al. 2013). Ikan ini banyak ditemukan di daerah tropis, subtropis, dan temperate kecuali di Samudera Atlantik Selatan dan pesisir barat benua Amerika (Ege 1939 in Aoyama 2009). Ikan sidat terdiri dari 19 spesies atau subspesies yang tersebar di seluruh dunia. Terdapat tujuh spesies atau subspesies di Indonesia, yaitu Anguilla celebesensis Kaup 1856, Anguilla interioris

Whitely 1938, Anguilla nebulosa nebulosa McClelland 1844, Anguilla marmorata

Quoy & Gaimard 1824, Anguilla borneensis Popta 1824, Anguilla bicolor bicolor

McClelland 1844 and Anguilla bicolor pacifica Schmidt 1928 (Ege 1939 in Arai et al. 1999).

Perairan Palabuhanratu merupakan daerah yang sudah dikenal sebagai daerah penangkapan ikan sidat. Perairan ini memiliki hubungan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga wilayah ini menjadi daerah tujuan ruaya oleh jenis-jenis ikan sidat yang ada di perairan Samudera Hindia, yaitu A. bicolor bicolor dan A. marmorata (Fahmi dan Hirnawati 2010). Terdapat tujuh sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu, yang menjadi daerah ruaya ikan sidat, yaitu Sungai Cimandiri, Cipalabuhan, Citepus, Cisukawayana, Cimaja, Citiis, dan Cibareno.

Informasi mengenai ruaya, baik secara spasial maupun temporal sangat diperlukan dalam pengelolaan perikanan. Tanpa adanya informasi mengenai ruaya, ancaman seperti degradasi habitat, pembuatan bendungan, dan penangkapan ikan yang berlebihan tanpa disadari dapat menyebabkan penurunan populasi dan kepunahan suatu spesies. Di seluruh dunia, terdapat lebih dari 100 jenis ikan peruaya yang telah punah akibat pengelolaan yang buruk, penangkapan yang berlebihan, pembangunan bendungan, dan degradasi habitat (Leidy dan Moyle 1998 in Hogan et al. 2007). Selain itu, ikan sidat juga mengalami tekanan eksploitasi yang tinggi, yaitu pada fase glass eel.

Belakangan hasil tangkapan ikan sidat sudah mulai menurun dan ukuran ikan yang tertangkap juga semakin kecil (Utomo 2011). Adanya permintaan pasar ekspor yang tinggi telah memicu aktivitas penangkapan benih ikan sidat secara tidak terkontrol. Eksploitasi yang berlebihan dikhawatirkan akan memicu penurunan populasi ikan sidat secara drastis. Selain itu, adanya penurunan stok alamiah spesies ikan sidat di wilayah Asia Timur, membuat Jepang, Korea, Taiwan, China, dan Hongkong bersaing untuk mendapatkan ikan sidat dari Indonesia (Larasati 2013). Hal tersebut menunjukkan bahwa kajian mengenai sumber daya ikan sidat yang didasarkan pada informasi bioekologi, diantaranya meliputi distribusi, pertumbuhan, dan ruaya ikan sidat perlu dilakukan.

Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka terbuka kesempatan untuk mengembangkan sistem informasi mengenai sumber daya ikan sidat. Proses ruaya ikan sidat dapat dibuat menjadi suatu sistem informasi dalam bentuk animasi

(12)

2

informasi sangat dibutuhkan untuk tujuan pengelolaan agar sumber daya ikan sidat dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan.

Perumusan Masalah

Besarnya permintaan ikan sidat menyebabkan terjadinya eksploitasi ikan sidat yang tinggi, terutama eksploitasi pada fase glass eel yang semakin mengancam kelestariannya. Hingga saat ini ikan sidat belum berhasil dipijahkan di kolam, sehingga pembesaran ikan sidat masih mengandalkan pasokan benih dari alam. Selain itu, terdapat kegiatan antropogenik yang menyebabkan perubahan habitat yang berdampak pada keberlangsungan hidup ikan sidat. Untuk mempertahankan kelestarian ikan sidat akibat penangkapan dan degradasi lingkungan, diperlukan suatu informasi biologi-ekologi mengenai sumber daya ikan sidat yang dapat menunjang kelestarian serta pemanfaatannya secara optimal.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebaran dan pola pertumbuhan ikan sidat serta menyajikannya dalam bentuk sistem informasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai distribusi, pertumbuhan, dan ruaya ikan sidat yang ada di perairan Palabuhanratu. Informasi ini dapat menjadi salah satu dasar pertimbangan dalam upaya pengelolaan sumber daya ikan sidat yang optimal dan berkelanjutan, salah satunya untuk menentukan daerah perlindungan larva sidat.

METODE

Kegiatan di Lapangan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di perairan Palabuhanratu dengan tujuh sungai yang ditentukan sebagai lokasi penelitian, yaitu Sungai Cimandiri, Cipalabuhan, Citepus, Cisukawayana, Citiis, Cimaja, dan Cibareno (Gambar 1). Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari bulan Juli hingga Oktober 2013.

Protokol Penelitian

A.Penentuan Stasiun

(13)

3

Gambar 1 Lokasi pengamatan habitat sungai dan wawancara B.Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel ikan dikaitkan dengan waktu banyaknya tertangkap

glass eel dan elver, yaitu saat bulan gelap. Pengumpulan sampel dilakukan setiap 1 bulan selama 4 bulan. Glass eel dan elver sidat didapatkan dari hasil tangkapan nelayan di setiap sungai. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan adalah larva net dan skup net untuk wilayah muara sungai, serta setrum (electric fishing) untuk wilayah sungai. Glass eel dan elver sidat yang telah didapatkan, disimpan dalam alkohol absolut.

C.Pengamatan Habitat Sungai

Pengamatan habitat ikan sidat di sungai dilakukan dengan menelusuri sungai ke arah hulu. Penelusuran sungai dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana ikan sidat melakukan ruaya. Selain itu, dilakukan pengumpulan data dan informasi di lapangan mengenai kondisi habitat sungai. Parameter yang diamati, yaitu lebar sungai, arus, substrat, kekeruhan, dan keberadaan lubuk serta dilakukan pengamatan terhadap kegiatan masyarakat di sekitar sungai.

D.Wawancara

(14)

4

Kegiatan di Laboratorium Penentuan Jenis Sidat

Antarspesies ikan sidat dibedakan berdasarkan beberapa karakter, antara lain perbandingan antara panjang preanal dan predorsal. Perbedaan karakter morfologi ini hanya digunakan pada ikan sidat yang berukuran dewasa dan berada pada stadia yang sama. Berdasarkan perbedaan karakter morfologi tersebut, ikan sidat dikelompokan menjadi 2 kelompok besar, yaitu short fin dan long fin. Pada tipe sirip short fin, panjang preanal dan predorsalnya hampir sama. Tipe seperti ini dimiliki oleh ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor. Di samping itu, tipe long fin

memiliki panjang predorsal lebih pendek dibandingkan dengan panjang preanalnya. Tipe seperti ini dimiliki oleh ikan sidat jenis Anguilla marmorata (Tabeta 1996 in

Fahmi dan Hirnawati 2010). Pengukuran Panjang dan Bobot

Sampel ikan sidat yang didapat dikelompokkan berdasarkan jenis, sungai, dan waktu pengambilan sampel. Panjang sampel ikan diukur menggunakan penggaris (nst = 1 mm) dan bobotnya ditimbang dengan timbangan digital (nst = 0.0001 g). Panjang ikan yang diukur adalah panjang total, yaitu jarak antara ujung kepala yang terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang. Bobot ikan yang ditimbang adalah bobot basah total, yaitu bobot total jaringan tubuh ikan dan air yang terdapat di dalamnya (Effendie 1979). Data ini selanjutnya digunakan untuk menghitung hubungan panjang bobot, mencari nilai b dan menghitung faktor kondisi (Effendie 1979).

Analisis Data Hubungan Panjang Bobot

Hubungan panjang bobot digambarkan dalam dua bentuk, yaitu isometrik dan allometrik (Hile in Effendie 1979). Untuk kedua pola ini berlaku persamaan:

W = aLb

Jika dilinearkan melalui transformasi logaritma, maka diperoleh persamaan: Log W = Log a + b Log L

W adalah bobot (g), L adalah panjang (mm), a adalah konstanta dan b adalah dugaan pola pertumbuhan ikan (isometrik dan allometrik). Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi linear sederhana.

Untuk menguji nilai b=3 atau b≠3 dilakukan uji-t (Walpole 1995) dengan hipotesis:

(15)

5

Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan bobot lebih dari pada pertambahan panjang) dan allometrik negatif, jika b<3 (pertumbuhan panjang lebih cepat dari pada pertambahan bobot).

thitung = |bSb1-b0 1 |

b1 adalah nilai konstanta b (hubungan dari panjang bobot), b0 adalah nilai 3, dan Sb1 adalah simpangan koefisien b. Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%. Kemudian untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah keputusan yang diambil (Walpole 1995) adalah

thitung > ttabel : tolak hipotesis nol (H0) thitung < ttabel : gagal tolak hipotesis nol (H0) Faktor Kondisi

Faktor kondisi merupakan indikator untuk melihat adanya pengaruh lingkungan terhadap kondisi fisik ikan yang dirumuskan dalam fungsi bobot tubuh berbanding panjang tubuh ikan. Secara teoritis nilai faktor kondisi berbanding lurus dengan bobot tubuh ikan. Apabila terjadi penurunan mutu lingkungan, maka bobot tubuh ikan akan menurun pula. Kemontokan ikan dinyatakan dalam angka yang dihitung sesuai dengan rumus yang dikemukakan Effendie (2002) sebagai berikut. Pada pola pertumbuhan allometrik menggunakan rumus

K= W aLb

Pada pola pertumbuhan isometrik menggunakan rumus

K= W x 105⁄L3

Kadalah faktor kondisi relatif, W adalah bobot (g), L adalah panjang (mm), serta a dan b adalah konstanta.

Analisis Pola Migrasi Ikan Sidat

Analisis pola migrasi ikan sidat merupakan hasil interpretasi dari hasil penelusuran habitat sungai dan wawancara di setiap stasiun. Hasil wawancara tersebut terdiri dari stadia, ukuran, waktu kemunculan, alat tangkap, dan kegiatan manusia di sekitar sungai. Selanjutnya dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui pola migrasi ikan sidat di perairan Palabuhanratu.

Pembuatan Animasi Flash Ruaya Ikan Sidat

(16)

6

umur rekruitmen glass eel dan umur ikan sidat saat matang gonad atau pada fase

silver eel.

Prosedur pembuatan animasi flash (Gambar 2) terdiri dari lima tahap yang mengacu pada siklus pengembangan sistem The Waterfall Model (Mulyanto 2008), yaitu tahap investigasi, analisis, desain, implementasi, dan perawatan, yang diuraikan sebagai berikut.

1 Tahap investigasi

Tahap ini dilakukan untuk menentukan apakah terdapat peluang untuk mengembangkan suatu sistem informasi. Sistem informasi yang akan dikembangkan adalah animasi flash ruaya ikan sidat.

2 Tahap analisis

Tahap ini menganalisis data yang dibutuhkan sebagai dasar untuk membangun sebuah animasi flash. Data yang dibutuhkan adalah umur rekruitmen glass eel dan umur ikan sidat saat matang gonad.

3 Tahap desain

Tahap ini bertujuan untuk membuat rancangan animasi flash pergerakan ruaya ikan sidat dari fase glass eel hingga silver eel. Pada perancangan animasi

flash dilakukan pembuatan peta perairan Palabuhanratu dan objek yang akan digunakan pada animasi. Peta dibuat dengan menggunakan aplikasi pembuat peta sedangkan objek animasi dibuat dengan aplikasi pengolah gambar.

4 Tahap implementasi

Tahap ini mengimplementasikan sistem informasi yang akan dibuat dalam bentuk animasi flash. Animasi flash ruaya ikan sidat dibuat dengan menggunakan aplikasipembuat animasi flash. Peta dan objek animasi yang telah dibuat dijadikan sebagai “masukan” pada lembar kerja. Animasi pergerakan ruaya ikan sidat diintegrasikan dengan data yang ada. Selanjutnya, animasi flash

ruaya ikan sidat diuji untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan dalam animasi

flash yang telah dibuat. 5 Tahap perawatan

Tahap ini dilakukan ketika sistem informasi animasi flash ruaya ikan sidat telah berhasil dibuat. Pada tahap ini dilakukan pemeliharaan dan perubahan apabila terdapat data pendukung sistem informasi animasi flash ruaya ikan sidat yang terbaru.

Gambar 2 Prosedur pembuatan animasi flash

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Hasil Tangkapan dan Keragaman Ikan Sidat

Perairan Palabuhanratu memiliki hubungan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga wilayah ini disinggahi oleh jenis-jenis ikan sidat yang ada di perairan Samudera Hindia. Hasil tangkapan menunjukkan bahwa di sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu terdapat dua jenis ikan sidat, yaitu Anguilla bicolor bicolor dan Anguilla marmorata dengan ciri-ciri sebagai berikut (Kottelat

et al. 1993).

a Anguilla bicolor bicolor

Bentuk tubuh seperti ular. Warna kulit bagian punggung coklat polos. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur menyatu. Bersirip dada. Permulaan sirip punggung di atas dubur (Gambar 3).

Gambar 3 Ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor

b Anguilla marmorata

Bentuk tubuh seperti ular. Kulit bagian punggung berwarna kehitaman seperti marmer. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur menyatu. Bersirip dada. Permulaan sirip punggung di depan dubur (Gambar 4).

(18)

8

Hasil tangkapan ikan sidat berbeda antar waktu dan lokasi. Hasil tangkapan selama bulan Juli hingga Oktober 2013 di tujuh sungai yang ditentukan sebagai lokasi pengamatan adalah ikan sidat Anguilla bicolor bicolor (221 ekor) lebih banyak dibandingkan dengan ikan sidat Anguilla marmorata (22 ekor). Selanjutnya, hasil tangkapan glass eel sebanyak 836 ekor (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa di perairan Palabuhanratu ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor lebih dominan dari jenis Anguilla marmorata.

Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 5. Hasil tangkapan ikan sidat di Sungai Cimaja adalah yang tertinggi, sedangkan hasil tangkapan terendah berada di Sungai Cibareno. Ikan sidat A. bicolor bicolor paling banyak didapatkan di Sungai Cimaja, A. marmorata paling banyak didapatkan di Sungai Citiis, dan glass eel paling banyak didapatkan di Sungai Cimandiri.

Gambar 5 Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan lokasi

Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan waktu selama bulan Juli hingga Oktober 2013 ditunjukkan pada Gambar 6. Hasil tangkapan paling banyak terdapat pada bulan Agustus, sedangkan hasil tangkapan terendah terdapat pada bulan Oktober. Ikan sidat Anguilla bicolor bicolor banyak tertangkap pada bulan Juli. Di samping itu, ikan sidat Anguilla marmorata dan glass eel paling banyak tertangkap pada bulan Agustus. Data tangkapan tersebut menggambarkan adanya kecenderungan terjadinya puncak musim sidat, khususnya pada stadia glass eel,

saat Musim Timur (Juni hingga Oktober) di perairan Palabuhanratu.

Gambar 6 Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan waktu

16 33 30

Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno

Ekor

Sungai

A. bicolor bicolor A. marmorata Glass eel

128 93

(19)

9

Pertumbuhan dan Faktor Kondisi

Analisis hubungan panjang bobot dimanfaatkan untuk mengetahui aspek pertumbuhan, seperti mengetahui bobot ikan melalui panjangnya dan menjelaskan pola pertumbuhan ikan pada saat tertentu. Data mengenai hubungan panjang bobot dan pola pertumbuhan ikan sidat di setiap sungai disajikan pada Tabel 1. Nilai b pada ikan A. bicolor bicolor berkisar antara 2.02-3.74, A. marmorata berkisar antara 3.06-4.15, dan glass eel berkisar antara 0.78-2.18. Data tersebut menunjukkan bahwa pola pertumbuhan A. bicolor bicolor adalah allometrik positif kecuali pada Sungai Cimandiri dan Sungai Cisukawayana. Pola pertumbuhan A. marmorata adalah allometrik positif, pola pertumbuhan glass eel adalah allometrik negatif.

Tabel 1 Hubungan panjang bobot ikan sidat di sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu

Sungai Jenis Ikan Sidat Persamaan Regresi Pola Pertumbuhan Cimaja A. bicolor bicolor W = 0.0000003L3.2636 Allometrik positif

A. marmorata W = 0.00000006L3.605 Allometrik positif

Glass eel W = 0.0017L 0.9219 Allometrik negatif Cimandiri A. bicolor bicolor W = 0.0002L 2.0217 Allometrik negatif

A. marmorata - -

Glass eel W = 0.0071L 0.7769 Allometrik negatif Cisukawayana A. bicolor bicolor W = 0.000002L 2.8881 Allometrik negatif

A. marmorata W = 0.00000001L4.1473 Allometrik positif

Glass eel W = 0.0002L 1.4921 Allometrik negatif Citepus A. bicolor bicolor W = 0.00000003L 3.7439 Allometrik positif

A. marmorata W = 0.0000009L3.0674 Allometrik positif

Glass eel W = 0.00001L2.1834 Allometrik negatif

Cibareno A. bicolor bicolor - -

A. marmorata - -

Glass eel W = 0.0015L0.9765 Allometrik negatif Citiis A. bicolor bicolor W = 0.00000005L3.6255 Allometrik positif

A. marmorata W = 0.000000009L3.9684 Allometrik positif

Glass eel W = 0.0007L1.1297 Allometrik negatif Cipalabuhan A. bicolor bicolor W = 0.00000005L3.6302 Allometrik positif

A. marmorata - -

(20)

10

Gambar 7 Nilai K ikan sidat pada setiap sungai

Pola Pergerakan Ikan Sidat di Sungai

Pola migrasi ikan sidat diketahui berdasarkan hasil pengamatan sungai dan wawancara mengenai keberadaan, stadia, dan waktu kemunculan ikan sidat. Pada bagian hilir sungai terdapat ikan sidat dalam stadia glass eel, di bagian tengah terdapat ikan sidat yang telah berpigmen, dan di bagian hulu terdapat ikan sidat dengan ukuran jari hingga ukuran besar (yellow eel). Hal ini menunjukkan bahwa semakin ke arah hulu ukuran ikan sidat semakin besar. Selain itu, diketahui bahwa ikan sidat lebih mudah ditemukan pada malam hari, terutama pada bulan gelap.

Animasi Flash Ruaya Ikan Sidat di Sungai

Sistem informasi perikanan yang dibangun merupakan sebuah animasi flash

yang menggambarkan ruaya ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor di Sungai Cimandiri, Palabuhanratu. Flash merupakan salah satu perangkat lunak komputer yang biasa digunakan untuk membuat animasi, hiburan, dan berbagai komponen web, diintegrasikan dengan video dalam halaman web sehingga dapat menjadi aplikasi multimedia yang kaya (Rich Internet Application) (Sunyoto 2010). Animasi ini dibuat dengan menggunakan aplikasi pembuat animasi flash. Tahap pengembangan animasi flash ruaya ikan sidat terdiri dari tahap investigasi, analisis, desain, implementasi dan perawatan.

Tahap Investigasi

Tahap ini dilakukan untuk menentukan apakah terdapat peluang suatu sistem informasi untuk dikembangkan. Informasi terkait ruaya ikan sidat di perairan Palabuhanratu masih terpisah-pisah, sehingga terbuka kesempatan untuk mengembangkan suatu sistem informasi. Sistem informasi yang akan dikembangkan adalah animasi flash mengenai ruaya ikan sidat.

Tahap Analisis

Tahap ini bertujuan untuk menganalisis data yang terkait mengenai ruaya ikan sidat. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer berupa hasil wawancara, sedangkan data sekunder berupa umur ikan sidat (glass eel) saat mencapai muara, dan umur ikan sidat saat matang gonad. Hasil penelitian Arai et

0.90

Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno

Nilai K

Sungai

(21)

11

al. (1999) di muara Sungai Cimandiri, umur glass eel A. bicolor bicolor saat rekruitmen berkisar antara 148-202 hari. Selain itu, hasil penelitian Setiawan et al.

(2001) in Aoyama (2009) di muara Sungai Cimandiri menunjukkan bahwa umur

glass eel A. bicolor bicolor saat rekruitmen berkisar antara 144-196 hari. Ikan sidat

A. bicolor bicolor mengalami matang gonad atau fase silver eel saat berumur 4-6 tahun (Arai et al. 2011).

Tahap Desain

Tahap ini bertujuan untuk membuat bahan-bahan penyusun animasi flash

mengenai ruaya ikan sidat. Tampilan animasi flash terdiri dari peta perairan Palabuhanratu dan objek-objek berbentuk gambar ikan sidat dari fase glass eel

hingga fase silver eel, serta gambar-gambar pendukung animasi. Peta dibuat dengan menggunakan aplikasi pembuat peta dengan sistem koordinat geografis bersumber dari WGS 1984 (Gambar 8). Objek-objek pendukung animasi dibuat menggunakan aplikasi pengolah gambar (Gambar 9). Untuk perhitungan waktu digunakan perbandingan 1:2, yang berarti bahwa satu frame pada lembar kerja menandakan rentang waktu dua hari.

Tahap Implementasi

Animasi flash dibuat dengan menggunakan aplikasi untuk membuat animasi

flash. Aplikasi ini digunakan untuk membuat gambar-gambar animasi yang interaktif, salah satunya adalah ruaya ikan sidat. Peta dan objek animasi yang telah dibuat dijadikan sebagai masukan pada lembar kerja. Peta digunakan sebagai latar belakang animasi. Selanjutnya posisi objek animasi diatur sesuai dengan tempatnya. Objek animasi ikan sidat diletakkan pada sungai-sungai yang ada pada peta. Selain itu, juga dibuat pergerakan hari yang menyatakan rentang waktu ikan sidat melakukan ruaya. Selanjutnya, dilakukan integrasi antara pergerakan ruaya ikan sidat dengan data yang ada. Tampilan diatur sedemikian rupa sehingga tersajikan antarmuka yang mudah dipahami dan efisien (Gambar 10). Selanjutnya, setelah desain dan perancangan animasi selesai, dilakukan uji coba untuk melihat ada tidaknya kesalahan dalam animasi flash yang telah dibuat. Proses uji coba dilakukan dengan menggunakan aplikasi flash player (Gambar 11).

Tahap Perawatan

(22)

12

Gambar 8 Tampilan pembuatan peta perairan Palabuhanratu

(23)

13

Gambar 10 Tampilan pembuatan animasi flash

(24)

14

Pembahasan Hasil Tangkapan dan Keragaman Ikan Sidat

Hasil tangkapan menunjukkan bahwa di sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu terdapat dua jenis ikan sidat, yaitu Anguilla bicolor bicolor

dan Anguilla marmorata. Menurut Jespersen (1942) in Arai et al. (2012), populasi

A. bicolor bicolor yang terdistribusi di Jawa dan Sumatera diperkirakan memiliki daerah pemijahan yang terletak di lepas pantai barat daya pulau Sumatera. Di samping itu, menurut Miller (2003) in Aoyama (2009), daerah pemijahan A. bicolor bicolor yang terdistribusi di daerah yang berbatasan dengan Samudera Hindia diperkirakan berada di sebelah barat pulau Sumatera. Tabeta et al. (1976) melaporkan bahwa spesies yang berhasil ditemukan di Sumatera adalah A. marmorata, A. nebulosa nebulosa, dan A. bicolor bicolor. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan Watanabe (2005) bahwa sidat jenis A. bicolor bicolor dan A. marmorata ditemukan di Samudera Hindia. Bila dikaitkan dengan temuan-temuan tersebut, maka dapat diduga bahwa ikan sidat yang masuk ke perairan Teluk Palabuhanratu adalah hasil pemijahan di perairan sebelah barat Sumatra.

Hasil tangkapan menunjukkan bahwa glass eel paling banyak tertangkap di Sungai Cimandiri. Tingginya hasil tangkapan glass eel di Sungai Cimandiri disebabkan karena Sungai Cimandiri merupakan salah satu sungai besar sehingga volume air di bagian muara mendukung masuknya glass eel ke dalam sungai. Walau demikian, hal tersebut tidak diikuti dengan tingginya hasil tangkapan elver sidat. Kondisi ekologis sungai yang mendukung bagi kehidupan ikan sidat ditandai dengan adanya ikan sidat berukuran besar. Kegiatan masyarakat di bagian hulu mempengaruhi kondisi habitat ikan sidat, yaitu pendangkalan sungai akibat sedimentasi. Sedimentasi menyebabkan celah-celah di bebatuan tidak dapat digunakan sebagai tempat berlindung ikan sidat. Di sungai lain yang masih terdapat lubuk dengan kedalaman air yang cukup dalam (Lampiran 2), ikan sidat dapat hidup dengan nyaman sehingga masih banyak ditemukan ikan sidat.

Apabila dikaitkan dengan data kandungan logam berat di air dan sedimen (Lampiran 4 dan 5) diketahui bahwa kandungan logam berat Hg di Sungai Cimandiri telah melewati batas baku mutu. Menurut Palar (1994) in Lestari dan Edward (2004) kadar Hg sebesar 0.23-0.8 ppm dapat mematikan ikan pada pemaparan 96 jam. Dengan demikian, berdasarkan Lampiran 4 dan 5 dapat diketahui bahwa kandungan logam berat Hg merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil tangkapan elver di Sungai Cimandiri.

Rendahnya hasil tangkapan di Sungai Cibareno disebabkan oleh adanya degradasi lingkungan yang berasal dari kegiatan tambang emas di bagian tengah sungai. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa kegiatan tambang emas ini melakukan ekstrasi emas dengan logam berat cianida (CN). Kegiatan ini menghasilkan limbah yang kemudian dibuang ke Sungai Cibareno. Limbah tersebut dapat menimbulkan rusaknya habitat sidat, pencemaran, serta kematian berbagai jenis biota, termasuk ikan sidat. Sulistiono (2001) menyatakan bahwa keberadaan ikan dipengaruhi oleh tekanan psikologis dan kerusakan fisik, blooming alga dan racun, polusi, penyakit dan pencemaran, serta pemangsaan.

(25)

15

eel ke sungai. Tipe habitat, luas area yang terendam pada saat pasang tinggi, ketinggian air saat musim hujan, pergerakan pasang surut air laut, dan musim sangat berpengaruh terhadap kelimpahan ikan sidat (Tabeta et al. 1975 in Sriati 1998).

Apabila dikaitkan dengan parameter fisika kimia perairan, maka Sungai Cimaja memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan sungai lainnya (Lampiran 3, 4, dan 5). Hal ini berarti bahwa kondisi ekologis di Sungai Cimaja dapat memberikan dukungan yang lebih baik terhadap kelangsungan hidup ikan sidat. Di samping itu, terdapat faktor lingkungan yang mendukung kehidupan ikan sidat, seperti masih terdapatnya lubuk dan batu-batu di sungai sebagai tempat berlindung. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya hasil tangkapan di Sungai Cimaja. Hasil tangkapan menunjukkan bahwa Sungai Cimaja, Citepus, Cimandiri, dan Cisukawayana merupakan daerah penangkapan ikan sidat yang cukup potensial. Bila dikaitkan dengan data hasil tangkapan di setiap sungai yang menjadi lokasi penelitian, data hasil tangkapan tersebut menunjukkan bahwa ikan sidat menyebar hampir merata di seluruh wilayah perairan Palabuhanratu.

Musim Timur merupakan musim panen ikan yang terjadi pada bulan Juni hingga Oktober yang ditandai dengan angin yang lemah, laut tenang, dan curah hujan rendah. Sebaliknya, Musim Barat merupakan musim kurang ikan yang terjadi pada bulan November hingga April yang ditandai dengan angin yang kencang, curah hujan tinggi, dan tingginya gelombang laut (Sanusi 1994). Fluktuasi hasil tangkapan glass eel di muara sangat dipengaruhi durasi pemijahan, arus laut, perbedaan umur saat metamorphosis dan umur saat rekruitmen, fase bulan, pasang surut, dan temperature perairan (Wang dan Tzeng 2000 in Leander et al. 2012). Pada pulau yang sama, yaitu Pulau Jawa, Affandi et al. (1995) menemukan bahwa selama bulan Februari hingga September 1993, juvenile Anguilla bicolor bicolor di Segara Anakan, Cilacap paling banyak tertangkap pada bulan Agustus. Selain itu, pada penelitian Fahmi dan Hirnawati (2010) di Sungai Cimandiri, Palabuhanratu selama bulan Agustus hingga November 2009 ikan sidat Anguilla marmorata (glass eel) paling banyak tertangkap pada bulan Agustus dan Anguilla bicolor bicolor

(glass eel)paling banyak tertangkap pada bulan November. Pertumbuhan dan Faktor Kondisi

Pola pertumbuhan A. bicolor bicolor adalah allometrik positif kecuali pada sungai Cimandiri dan Cisukawayana, pola pertumbuhan A. marmorata adalah allometrik positif, dan pola pertumbuhan glass eel adalah allometrik negatif. Perbedaan pola pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah faktor perbedaan kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan (Effendie 1979). Tipe pertumbuhan allometrik positif menunjukkan bahwa keadaan lingkungan tempat biota tinggal sangat mendukung bagi pertumbuhan ikan, khususnya dalam hal ketersediaan makanan (Effendie 2002). Pola pertumbuhan

glass eel adalah allometrik negatif. Hal ini juga didukung oleh penelitian Affandi

et al. (1995) bahwa pola pertumbuhan yang sama juga ditemukan pada juvenil A. bicolor bicolor di perairan Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah.

(26)

16

tingginya hasil tangkapan di lokasi-lokasi tersebut. Perbedaan nilai faktor kondisi disebabkan oleh ketersediaan makanan, umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad (Effendie 2002). Lagler (1972) in Sriati (1998) menyatakan bahwa faktor kondisi dipengaruhi oleh habitat dan pakan. Perbedaan kualitas dan kuantitas habitat dan pakan di setiap sungai menyebabkan perbedaan nilai faktor kondisi. Ikan sidat tergolong ikan yang tidak gemuk atau pipih karena faktor kondisinya berkisar antara 0.59-1.17. Menurut Effendie (2002), ikan yang memiliki nilai faktor kondisi 0-1, maka ikan tersebut tergolong ikan yang tidak gemuk atau pipih. Pola Pergerakan Ikan Sidat di Sungai

Migrasi atau dalam dunia perikanan lebih dikenal dengan istilah ruaya merupakan pergerakan suatu spesies pada stadia tertentu dalam jumlah besar ke suatu wilayah yang merupakan salah satu bagian dari siklus hidupnya (Lucas dan Baras 2001). Waktu kemunculan ikan sidat terjadi pada saat malam hari karena ikan sidat merupakan ikan yang aktif pada malam hari. Glass eel banyak tertangkap pada saat fase bulan gelap. Di samping itu, ikan sidat dewasa banyak tertangkap pada saat air sungai meluap ketika musim hujan. Hal ini didukung oleh pernyataan Tesch (2003) bahwa ruaya glass eel terjadi pada malam hari dan pada bulan gelap. Sidat dewasa (silver eel) beruaya mengikuti aliran air sungai (reotaksis negatif) menuju ke laut melalui muara. Menurut Arai et al. (2001) musim pemijahan ikan sidat tropis terjadi sepanjang tahun saat terjadi maturasi pada stadia silver eel.

Pengelolaan Sumber Daya Ikan Sidat

Berdasarkan UU No 45 tahun 2009 tentang perikanan, pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Upaya pengelolaan sumber daya ikan sidat perlu dilakukan agar dapat dimanfaatkan secara optimal dengan tetap terjaga kelestariannya.

(27)

17

melewati ambang batas baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan manusia juga mengakibatkan penurunan kualitas habitat ikan sidat.

Pendekatan pengelolaan dilakukan melalui pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan distribusi dan pertumbuhan ikan sidat. Ikan sidat diperoleh dari setiap sungai yang menjadi lokasi penelitian dengan hasil tangkapan tertinggi berada di Sungai Cimaja. Tingginya nilai faktor kondisi di Sungai Cimaja menunjukkan bahwa kondisi ekologis di perairan Sungai Cimaja mendukung kehidupan ikan sidat. Selain itu, kandungan logam berat dalam air dan sedimen di sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Palabuhanratu menunjukkan bahwa Sungai Cimaja memiliki nilai kandungan logam berat yang paling rendah (Kamal MM 6 Februari 2014, komunikasi pribadi). Berdasarkan hasil penilaian terhadap kesesuaian calon lokasi suaka perikanan di lokasi penelitian (Lampiran 6 dan 7), diperoleh nilai yang berkisar antara 5-7 yang berarti kategori suaka yang berfungsi sedang dan cukup efektif. Nilai kesesuaian calon lokasi suaka perikanan yang paling tinggi adalah Sungai Cimaja. Hal tersebut menunjukkan bahwa Sungai Cimaja berpotensi untuk dijadikan sebagai kawasan perlindungan larva sidat. Selain itu, hal yang harus dilakukan agar sumber daya ikan sidat tetap lestari adalah pembatasan jumlah tangkapan di bagian hilir dan pelarangan pembuangan limbah ke sungai, khususnya di sungai yang melintasi pemukiman penduduk.

Protokol penyusunan kawasan suaka perikanan sidat didasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Usulan suaka perikanan dapat diajukan oleh orang perseorangan, kelompok masyarakat, lembaga penelitian, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat. Usulan ini disampaikan kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota dengan dilengkapi kajian awal dan peta lokasi atau tanpa dilengkapi kajian awal maupun peta lokasi dengan beberapa persyaratan. Rencana untuk menjadikan Sungai Cimaja sebagai kawasan suaka perikanan, ditetapkan berdasarkan tujuannya sebagai daerah perlindungan sumber daya ikan sidat. Kriteria suaka perikanan bagi ikan sidat meliputi tempat hidup, memiliki ekosistem sebagai habitat bagi ikan sidat yang relatif masih alami, dan memiliki luas perairan yang mendukung keberlangsungan proses ekologis secara alami sebagai habitat ikan sidat serta dapat dikelola secara efektif. Penetapan kawasan konservasi perairan dilakukan melalui tahapan usulan inisiatif, identifikasi dan inventarisasi, pencadangan, penetapan, dan penataan batas kawasan konservasi perairan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(28)

18

Saran

Sungai Cimaja dapat dipertimbangkan untuk dijadikan sebagai daerah perlindungan larva sidat. Penyusunan kawasan suaka perikanan sidat didasarkan pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.02/MEN/2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Rahardjo MF. Sulistiono. 1995. Distribusi juvenil ikan sidat, Anguilla

spp. di perairan Segara Anakan, Cilacap. Jawa Tengah. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 3(1):27-38.

Aoyama J. 2009. Life history and evolution of migration in catadromous eels (Genus Anguilla). Aqua-BioSci. Monogr. (ABSM). 2(1):1-42.

Arai T, Limbong D, Otake T, Tsukamoto K. 1999. Metamorphosis and inshore migration of tropical eels Anguilla spp. In the Indo-Pacific. Mar. Ecol. Prog. Ser. 182:283-293.

Arai T, Limbong D, Otake T, Tsukamoto K. 2001. Recruitment mechanisms of tropical eels, Anguilla spp., and implications for the evolution of oceanic migration in the genus Anguilla. Mar. Ecol. Prog. Ser. 216:253-264.

Arai T, Chino N, Zulkifli SZ, Ismail A. 2011. Age at maturation of a tropical eel

Anguillabicolor bicolor in Peninsular Malaysia, Malaysia [catatan penelitian].

Malays Appl Biol. 40(1): 51-54.

Arai T, Chino N, Zulkifli SZ, Ismail A. 2012. Notes on the occurrence of the tropical eel Anguilla bicolor bicolor in Peninsular Malaysia, Malaysia. Journal of Fish Biology. 80:692-697. doi:10.1111/j.1095-8649.2011.03154.x.

Arai T, Chino N, Le DQ. 2013. Migration and habitat use of the tropical eels

Anguilla marmorata and A. bicolor pacifica in Vietnam. Aquat Ecol. 47:57-65. doi:10.1007/s10452-012-9424-x.

Effendie MI. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi Sri. Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka

Nusantara.

Fahmi MR dan Hirnawati R. 2010. Keragaman ikan sidat tropis (Anguilla sp.) di perairan Sungai Cimandiri, Palabuhan Ratu, Sukabumi. Di dalam: Fahmi MR, editor. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. Depok (ID): Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Hlm 1-8; [diunduh 2013 Mei 7]. Tersedia pada: http://www.sidik.litbang.kkp.go. id/index.php/searchkatalog/byId/2116.

Hogan Z, Baird IG, Radtke R, Vander Zanden MJ. 2007. Long distance migration and marine habitation in the tropical Asian catfish, Pangasius krempfi. Journal of Fish Biology. 71:818-832.doi:10.111/j.1095-8649.2007.01549.x.

Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta (ID): Periplus Editions

(29)

19

511/Tiga-Spesies-Sidat-Terancam-Punah.

Leander NJ, Shen KN, Chen RT, Tzeng WN. 2012. Species composition and seasonal occurrence of recruiting glass eels (Anguilla spp.) in the Hsiukuluan River, Eastern Taiwan. Zoological Studies. 51(1):59-71.

Lestari dan Edward. 2004. Dampak pencemaran logam berat terhadap kualitas air laut dan sumberdaya perikanan (studi kasus kematian massal ikan-ikan di Teluk Jakarta). Makara, Sains. 8(2):52-58.

Lucas MC and Baras E. 2001. Migration of freshwater fishes. Oxford (GB): Blackwell Science Ltd.

Mulyanto AR. 2008. Rekayasa perangkat lunak jilid 1 untuk SMK. Jakarta (ID): Departemen Pendidikan Nasional.

Nurfiarini A, Krismono ASN, Kartamiharja ES, 2009. Penilaian kesesuaian lokasi calon suaka perikanan di Waduk Koto Panjang. BAWAL. 2(5):193-202.

[Permen KP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2009. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 02 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan. Jakarta (ID): Permen KP.

[PP] Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan. Jakarta (ID): PP.

Sanusi HS. 1994. Karakteristik kimia dan kesuburan perairan Teluk Pelabuhan Ratu (tahap II – Musim Timur). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sriati. 1998. Telaah struktur dan kelimpahan populasi benih ikan sidat, Anguilla bicolor bicolor, di muara Sungai Cimandiri, Palabuhan Ratu, Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sulistiono, Rahardjo MF, Effendie MI. 2001. Pengantar iktioplankton. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sunyoto A. 2010. Adobe Flash + XML = Rich Multimedia Application. Yogyakarta (ID): Andi Offset.

Tabeta O, Takai T. Matsui I. 1976. The sectional counts of vertebrae in the Anguillid Elvers. Japanese Journal of Ichthyology. 22 (4).

Tesch FW. 2003. The Eel. White RJ, penerjemah; Thorpe JE, editor. Oxford (GB): Blackwell Science Ltd. Terjemahan dari: Der Aal. Ed ke-3.

Utomo YW. 2011. Tangkapan ikan sidat mulai menurun. [Internet]. [diunduh 2014 Jan 22]. Tersedia pada: http//bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/06/17/181 64196/Tangkapan.Ikan.Sidat.Mulai.Menurun.

Walpole, RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Ed ke-3.

(30)

20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto lokasi pengamatan sungai

Hilir Sungai Cimandiri Hulu Sungai Cimandiri

Hilir Sungai Cipalabuhan Hulu Sungai Cipalabuhan

Hilir Sungai Citepus Hulu Sungai Citepus

(31)

21

Lampiran 1 Foto lokasi pengamatan sungai (Lanjutan)

Hilir Sungai Cimaja Hulu Sungai Cimaja

Hilir Sungai Cibareno Hulu Sungai Cibareno

Hilir Sungai Citiis Hulu Sungai Citiis

Lampiran 2 Data hasil pengamatan sungai dan wawancara

No Sungai Kondisi Sungai Kegiatan Sekitar

Sungai Wawancara Tentang Sidat

1 Cimandiri

(hulu)

Lebar sungai 2 m Arus deras Berbatu Jernih

Tidak terdapat lubuk

Pertanian

Aktivitas pengambilan batu

Pemukiman Kegiatan MCK

Terdapat sidat sepanjang waktu

Alat tangkap dengan setrum Ukuran jari hingga ukuran besar

2 Cimandiri

(tengah)

Lebar sungai 5 m Terdapat lubuk Berbatu Arus deras

Pertanian Pariwisata

(32)

22

Lampiran 2 Data hasil pengamatan sungai dan wawancara (Lanjutan)

No Sungai Kondisi Sungai Kegiatan Sekitar

Sungai Wawancara Tentang Sidat

3 Cimandiri

(hilir)

Lebar sungai 200 m Arus lemah Ukuran sidat glass eel Ikan sidat sudah mulai sedikit

4 Cipalabuhan

Kawasan hutan lindung Sungai kering saat kemarau

dan meluap ketika musim hujan

Sungai surut dan kering ketika musim kemarau penduduk dan air telihat kotor tercemar.

Penuh sampah dan cukup berbau.

Sidat terkadang terdapat di sungai ini.

Perkebunan Alat tangkap berupa pancing

Penangkapan dilakukan sore-malam hari

Ukuran kecil-besar (elver –

yellow eel)

Alat tangkap berupa setrum Ukuran besar

Alat tangkap berupa pasir dan seser (skup net)

Ukuran kecil (glass eel) hingga besar

2 jenis sidat(A. marmorata dan A. bicolor)

Ukuran sidat (0,1-2 kg) Tidak ada penangkapan

2 jenis sidat (A. marmorata dan A. bicolor)

Pengambilan glass eel & impun dengan sudu (15 gr)

Kegiatan pertanian Ikan sidat berukuran besar

Banyak tertangkap saat musim hujan

(33)

23

Lampiran 2 Data hasil pengamatan sungai dan wawancara (Lanjutan)

No Sungai Kondisi Sungai Kegiatan Sekitar

Sungai Wawancara Tentang Sidat

13 Cimaja

Banyak tertangkap saat air keruh, malam hari, dan musim hujan Alat tangkap seser dan pancing

14 Citiis

Pertanian Ukuran ikan kecil-elver

Banyak tertangkap saat air keruh, malam hari, dan musim hujan

16 Citiis

Ukuran glass eel – besar

Banyak terdapat saat musim hujan Alat tangkap pancing Tidak ada penangkapan sidat

18 Cibareno

Dulu banyak terdapat ikan sidat, sekarang sudah jarang

(34)

24

Lampiran 3 Parameter fisika-kimia aira

Parameter Satuan Bagian Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno Batas yang disarankan

Suhu ºC Hulu 22 26 24 24.5 24 28 24 > 24

Hilir 32 32 27 28 29 31 24,5

DO ppm Hulu 9.2 7.6 8.4 7.5 8.4 5.8 6.3 > 4

Hilir 6.3 1.6 4.7 7.6 7.1 5.8 8

pH - Hulu 6 6.5 5.5 6 6 6 5.5 - 6 6 – 9

Hilir 6.5 7 6 6 6 6 6

PO4 mg/L

Hulu 0.038 0.07 0.050 0.108 0.077 0.140 0.178

-

Hilir 0.029 0.753 0.040 0.123 0.559 0.094 0.077

NO3-N mg/L Hulu 0.275 0.196 0.623 0.062 0.040 0.041 0.040 < 1.0

Hilir 0,846 0,117 0.715 0.099 0.061 0.099 0.023

aSumber: (Kamal MM 6 Februari 2014, komunikasi pribadi)

Lampiran 4 Kandungan logam berat di aira

Parameter Satuan Bagian Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno Batas yang disarankan

Cd mg/L Hulu < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.005 Hilir < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001 < 0.001

Pb mg/L Hulu < 0.02 < 0.002 < 0.002 0.266 0.122 0.261 0.237 < 0.02

Hilir < 0,02 < 0.002 < 0,002 0.169 < 0.002 0.127 0.057

Hg µg/L Hulu 128 559 358 < 2.00 < 2.00 < 2.00 < 2.00 < 0.2

Hilir 463 463 599 < 2.00 < 2.00 < 2.00 < 2.00

(35)

25 Lampiran 5 Kandungan logam berat di sedimena

Parameter Satuan Bagian Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno Batas yang disarankan Cd mg/kg Hulu < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.005

Hilir < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10 < 0.10

Pb mg/kg Hulu < 0.94 14.18 1.77 17.60 16.00 12.60 21.20 < 0.02

Hilir < 4.94 16.46 14.20 8.20 12.00 5.00 45.20

Hg µg/kg Hulu 194.12 168.74 234.50 11.60 <2.00 50.20 <2.00 < 0.2

(36)

26

Lampiran 6 Matriks rencana kawasan perlindungan sidat Parameter

Sungai

Hasil Tangkapan Faktor Kondisi

Fisika-Kimia Perairan

Antropogenik Cimandiri Hasil tangkapan

glass eel paling

Cipalabuhan Ikan sidat yang tertangkap cukup Citepus Ikan sidat yang

tertangkap cukup Cisukawayana Ikan sidat yang

tertangkap cukup

Citiis Ikan sidat yang tertangkap cukup Cibareno Ikan sidat sudah

jarang, hanya didapatkan sedikit glass eel

(37)

27

27

Lampiran 7 Penentuan lokasi suaka perikanan Kriteria kesesuaian lokasi calon suaka perikanana

Parameter

Nilai Skor Suaka yang

berfungsi rendah skor

Suaka yang berfungsi sedang dan

cukup efektif skor

Suaka yang berfungsi baik dan

sangat efektif skor

Rata-rata kedalaman

air (m) < 2 1 2 – 15 2 16 – 25 3

Kualitas air buruk 1 sedang 2 Baik 3

Kelimpahan stok kecil 1 sedang 2 tinggi 3

Keterlindungan Perairan terbuka 1 Daerah teluk terbuka 2 Daerah teluk 3

Total skor 4 8 12

aSumber: Nurfiarini et al. (2009)

Penilaian kesesuaian lokasi calon suaka perikanan sidat Parameter

Kesesuaian

Lokasi Calon Suaka Perikanan Sidat

Cimandiri Cipalabuhan Citepus Cisukawayana Cimaja Citiis Cibareno

(38)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Juni 1991 dari bapak Muji Hastono dan ibu Ismiati. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di TK Gelatik Pertiwi (1996-1997), SD Negeri Jatiasih 1 Bekasi (1997-2003), SMP Negeri 9 Bekasi (2003-2006), dan SMA Negeri 11 Bekasi (2006-2009). Pada tahun 2009 penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Masuk IPB dan diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Iktiologi pada tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Sistem Informasi Sumber Daya Perikanan tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Ekotoksikologi Perairan tahun ajaran 2012/2013, dan asisten praktikum Iktiologi Fungsional tahun ajaran 2013/2014. Penulis juga aktif sebagai staf Departemen Komunikasi dan Informasi dan staf Biro Coorporation BEM FPIK IPB. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan IPB Goes to Field di Pekalongan pada bulan Juli 2012.

Gambar

Gambar 1  Lokasi pengamatan habitat sungai dan wawancara
Gambar 2  Prosedur pembuatan animasi flash
Gambar 3  Ikan sidat jenis Anguilla bicolor bicolor
Gambar 6  Hasil tangkapan ikan sidat berdasarkan waktu
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe maligna, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retro aurikuler (belakang telinga),

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Komisi Pemilihan Umum Provinsi Bali (Termohon) membantah telah melakukan kekeliruan penghitungan dan pelanggaran selama penyelenggaraan Pemilukada Bali Tahun 2013 sebagaimana

Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing degan metode eksperimen memberikan pengaruh lebih baik

Dengan ini menyatakan bahwa journal yang saya serahkan adalah asli punya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.. Demikianlah surat pernyataan ini saya buat

Judul : Upaya Guru BK Dalam Mengurangi Perilaku Terlambat Siswa Dengan Menggunakan Layanan Konseling Individu di Kelas XI MAS PAB I Sampali Pembimbing I : Dr. Adapun

Penelitian ini juga menduga bahwa terdapat reverse causality, yakni perusahaan dengan nilai yang lebih tinggi akan mengadopsi praktik corporate governance yang lebih

Hasil penelitian dalam menerapkan bimbingan kelompok teknik self management yang telah dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan sholat dhuha siswa MA