• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Seduhan Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus [L.] Skeels) Dan Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Untuk Pengendalikan Meloidogyne Spp. Pada Tanaman Tomat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potensi Seduhan Daun Ceremai (Phyllanthus Acidus [L.] Skeels) Dan Kemiri Sunan (Reutealis Trisperma (Blanco) Airy Shaw) Untuk Pengendalikan Meloidogyne Spp. Pada Tanaman Tomat"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI SEDUHAN DAUN CEREMAI (

Phyllanthus acidus

[L.]

Skeels) DAN KEMIRI SUNAN (

Reutealis trisperma

(Blanco) Airy

Shaw) UNTUK PENGENDALIKAN

Meloidogyne

spp. PADA

TANAMAN TOMAT

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Seduhan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus [L.] Skeels) dan Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) untuk Pengendalikan Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016 Anggun Sasmita NIM A34110040

____________________

(4)
(5)

ABSTRAK

ANGGUN SASMITA. Potensi Seduhan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus [L.] Skeels) dan Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) untuk Pengendalikan Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat. Dibimbing oleh ABDUL MUNIF.

Nematoda puru akar Meloidogyne spp. adalah salah satu penyakit penting pada tanaman tomat. Penggunaan seduhan daun ceremai dan kemiri sunan sebagai nematisida botani adalah salah satu metode alternatif untuk pengendalian nematoda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi seduhan daun ceremai dan kemiri sunan dalam mengendalikan Meloidogyne spp. pada tanaman tomat. Daun ceremai dan kemiri sunan dihaluskan dengan pelarut air dan diinkubasi dengan cara aerasi dan tanpa aerasi selama dua minggu dan disaring untuk mendapatkan seduhan daun ceremai dan kemiri sunan. Dalam penelitian ini, masing-masing seduhan diuji pada konsentrasi 10% dan 30% (v/v). Hasil uji fitotoksisitas menunjukkan bahwa seduhan daun ceremai dan kemiri sunan tidak bersifat toksik pada tanaman tomat. Aplikasi seduhan di rumah kaca menunjukkan bahwa seduhan daun ceremai aerasi pada konsentrasi 10% dan daun kemiri sunan tanpa aerasi pada konsentrasi 30% mampu menekan puru hingga 65%. Seduhan daun ceremai dan kemiri sunan mampu meningkatkan bobot basah, bobot kering dan tinggi tanaman tomat. Hasil pengujian in vitro terhadap juvenil Meloidogyne spp. menunjukan bahwa seduhan daun ceremai dan kemiri sunan dapat menyebabkan 10%-24% kematian juvenil setelah 24 jam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa seduhan daun ceremai dan kemiri sunan mempunyai efek nematisida terhadap Meloidogyne spp.

(6)
(7)

ABSTRACT

ANGGUN SASMITA. The Potency of Leaves Infusion of Tahitian Gooseberry Tree (Phyllanthus acidus [L.] Skeels) and Philippine Tung (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) to Control Meloidogyne spp. on Tomato Plant. Supervised by ABDUL MUNIF.

Root knot nematode Meloidogyne spp. is one of the important diseases on tomato. Utilization of leaves infusion tahitian gooseberry tree and philippine tung tree as botanical nematicides is one of alternative methods for controlling nematodes. The objective of this research was to evaluate the potency of leaves infusion of tahitian gooseberry tree and philippine tung tree to control Meloidogyne spp. on tomato plants. Leaves of these plant were blended with solvent water and incubated with and without aeration for two weeks and filtered to obtain leaves infusion of tahitian gooseberry tree and philippine tung. In this research, each infusion were tested at concentrations of 10% and 30% (v/v). Phytotoxicity test showed these infusions were not toxic on tomato plants. Applications in greenhouse showed that leaves infusion of tahitian gooseberry tree by aeration concentration of 10% and philippine tung without aeration at concentration of 30% were able to suppress root knot up to 65%. Infusion of leaves of tahitian gooseberry tree and philippine tung were able to increase wet weight, dry weight and high plants of tomato. In vitro test to juvenil of Meloidogyne spp. showed that these infusions may caused 10-24% mortality of juvenile after 24 hours. Results of this research indicated that leaves infusion of tahitian gooseberry tree and philippine tung tree have nematicidal effect to Meloidogyne spp.

(8)
(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(10)
(11)

1

POTENSI SEDUHAN DAUN CEREMAI (

Phyllanthus acidus

[L.]

Skeels) DAN KEMIRI SUNAN (

Reutealis trisperma

(Blanco) Airy

Shaw) UNTUK PENGENDALIKAN

Meloidogyne

spp. PADA

TANAMAN TOMAT

ANGGUN SASMITA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(12)
(13)
(14)
(15)

5

PRAKATA

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Potensi Seduhan Daun Ceremai (Phyllanthus acidus [L.] Skeels) dan Daun Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) untuk Pengendalian Meloidogyne spp. pada Tanaman Tomat”. Tugas akhir Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Abdul Munif, MSc.Agr. selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan bimbingan, pengetahuan, saran, arahan dan masukan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Sugeng Santoso M.Agr. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan tugas akhir ini. Di samping itu, ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, Ayuk dan adik-adik yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya yang tulus kepada penulis. Terimakasih juga kepada teman-teman satu bimbingan yaitu Nurul Fauzi dan Kak Vera Rachmawati, teman-teman satu kosan Arsida 1 yaitu Selvia Wulan hajijah, Yusriah K, Geubrina Maghfirah dan Elvira Rachmawati dan teman-teman PTN 48 yaitu Pipit Ernawati, Euis Marlina, Mutia Ayu P, Pipih Nurparidah, Listihani, Phor Bho Ayuwati, Siti Rizkah Sagala dan teman-teman semuanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta kakak-kakak Laboratorim Nematologi dan pihak lain yang mendukung terlaksananya tugas akhir penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya.

(16)
(17)

7

Tempat dan Waktu Penelitian 3

Alat dan Bahan 3

Penyiapan Bahan Percobaan 3

Penyiapan Seduhan Daun Ceremai dan Kemiri Sunan 3

Ekstraksi Nematoda dari Sampel Akar 3

Uji Fitotoksisitas 4

Uji In Vivo 4

Uji In Vitro 5

Isolasi Cendawan dan Bakteri dari Seduhan Daun Ceremai dan

Kemiri Sunan 5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Lokasi pengambilan sampel dan Morfologi Tanaman 6

Seduhan Daun Ceremai dan Kemiri Sunan 6

Uji Fitotoksisitas 7

Hasil Pengujian In Vivo 8

Hasil Pengujian In Vitro 10

Kelimpahan dan Keragaman Cendawan dan Bakteri 12

(18)

8

DAFTAR TABEL

1 Hasil pengukuran pH dan warna seduhan daun ceremai dan kemiri sunan 7 2 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap fitotoksisitas 8 3 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap jumlah puru

akar pada tanaman tomat 8

4 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap berat basah

tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar 9 5 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap tinggi

tanaman tomat 10

6 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap persentase

kematian J2 Meloidogyne spp. 11

7 Hasil isolasi cendawan dan bakteri dari seduhan daun ceremai dan kemiri

sunan 12

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tanaman ceremai 6

2 Tanaman kemiri sunan 6

3 Contoh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan 7

4 Akar tanaman tomat oleh beberapa perlakuan seduhan 9

1 Hasil analisis sidik ragam jumlah puru per gram akar 18

2 Hasil analisis sidik ragam berat basa tajuk 18

3 Hasil analisis sidik ragam berat basa akar 18

4 Hasil analis sidik ragam berat kering tajuk 18

5 Hasil analisis sidik ragam berat kering akar 19

6 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap fitotoksisitas

tanaman tomat 19

7 Pengaruh seduhan daun ceremai terhadap fitotoksisitas tanaman tomat 20 8 Pengaruh seduhan daun kemiri sunan terhadap fitotoksisitas tanaman

tomat 20

(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) merupakan tanaman semusim yang berasal dari Amerika Latin lebih tepatnya di Peru. Tanaman tomat mulai masuk ke Eropa pada awal abad ke 16, sedangkan penyebarannya ke benua Asia dimulai dari Filipina melewati jalur Amerika Selatan (Trisnawati dan Setiawan 1994). Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, minuman, dan sebagai bahan baku industri misalnya dibuat saus, bahan pewarna makanan, dan kosmetik. Tomat juga sebagai sumber gizi. Nilai gizi setiap 100 gram buah tomat masak mengandung 20 kalori, 1 g protein, 0.3 g lemak, 4.2 g karbohidrat, 1500 SI (satuan internasional) vitamin A, 0.06 mg vitamin B, 40 mg vitamin C, 5 mg kalsium, 26 mg fosfor, 0.5 mg besi, dan 94 g air (Cahyono 2008).

Tomat merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas buahnya (Hanindita 2008). Berdasarkan data produksi tanaman sayuran di Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS 2015), pada tahun 2014 produktivitas tomat adalah sebesar 15.52 ton/ha. Produktivitas tomat tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 16.61 ton/ha.

Salah satu kendala yang dihadapi dalam meningkatkan produktivitas tomat adalah gangguan hama dan penyakit tanaman. Patogen yang menyerang tanaman tomat salah satunya adalah nematoda puru akar (NPA) yang disebabkan Meloidogyne spp. Nematoda puru akar merupakan salah satu patogen penting pada tanaman sayuran. Kehilangan hasil pada tanaman tomat akibat serangan nematoda di daerah tropis berkisar 24% sampai 38% (Luc et al. 1995). Tanaman tomat yang terserang Meloidogyne spp. akan lebih rentan terinfeksi patogen lain seperti Fusarium oxysporum dan Ralstonia solanacearum (Agrios 2005). Serangan NPA mengakibatkan kerusakan pada akar, penyerapan unsur hara terhambat sehingga akar lebih sedikit, tanaman menjadi kerdil, daun mengalami klorosis, layu dan berguguran, sementara pada serangan yang parah tanaman akan mati (Taylor dan Sasser 1987).

Upaya untuk mengurangi kerugian akibat infeksi Meloidogyne spp. telah banyak dilakukan antara lain dengan pergiliran tanaman, penggenangan air dan penggunaan pestisida sintetik. Penggunaan pestisida sintetik yang kurang bijaksana dapat merugikan terhadap lingkungan (Kardinan 2002). Oleh karena itu, pestisida nabati merupakan salah satu alternatif pengendalian Meloidogyne spp. karena sifatnya yang mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta aman bagi manusia dan hewan (Asmaliyah et al. 2010). Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan mengandung bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder yang dapat digunakan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Lebih dari 2400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida (Kardinan 2002).

(20)

2

daun ceremai mengandung senyawa flavonoid, tannin dan saponin. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun ceremai mempunyai efek larvasida terhadap larva nyamuk Aedes aegypty (Pratiwi et al. 2013) dan larva Anopheles aconitus (Nirmawati 2010). Pengujian secara in vitro membuktikan bahwa daun ceremai memiliki efektivitas sebagai antimikroba terhadap bakteri Salmonella typhi (Lestari 2013).

Kemiri sunan “Philippine tung” (Euphorbiaceae) adalah tanaman yang sangat potensial sebagai penghasil minyak nabati (Heyne 1987). Tanaman ini jarang terserang hama dan penyakit karena adanya kandungan zat beracun yang terdapat pada hampir seluruh tanaman kemiri sunan (Balitbang Pertanian 2009).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi seduhan daun ceremai dan kemiri sunan untuk mengendalikan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) serta mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman tomat.

Manfaat Penelitian

(21)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nematologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan rumah kaca SEAMEO BIOTROP (Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology) Tajur, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli 2015.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas ukur, mikropipet, pH meter, saringan 50, 100, 500 mesh, blender, tabung Erlenmayer, tabung reaksi, cawan petri, cawan Syracaus, gunting, tip, wadah plastik, aerator, vortex, bunsen, autoklaf, tray dan polybag. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat, tanah, pupuk kandang, pasir, akar tomat yang terinfeksi Meloidogyne spp., daun ceremai, daun kemiri sunan, air steril, potato dextrose agar, trypticase soy agar, Chloramfenikol, alkohol 70% dan aluminium foil.

Penyiapan Bahan percobaan

Pembuatan Seduhan Daun Ceremai dan Kemiri Sunan

Daun ceremai yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Babakan, Desa Purwasari dan Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Daun kemiri sunan diperoleh dari tanaman kemiri sunan di kebun YAPIPI (Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia) Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Daun ceremai dan kemiri sunan yang digunakan ditimbang terlebih dahulu sebanyak 1 kg kemudian ditambahkan air sebanyak 4 liter dan dihaluskan. Daun ceremai dan kemiri sunan yang telah dihaluskan dipindahkan ke dalam wadah plastik dan ditutup rapat. Seduhan daun ceremai dan kemiri sunan selanjutnya diinkubasi selama dua minggu dengan perlakuan aerasi dan tanpa aerasi dengan menggunakan aerator. Ada empat jenis seduhan yang diperoleh yaitu: seduhan daun ceremai tanpa aerasi, seduhan daun ceremai aerasi, seduhan daun kemiri sunan tanpa aerasi dan seduhan daun kemiri sunan aerasi. Setelah dua minggu seduhan tersebut disaring untuk mendapatkan hasil seduhan yang bersih. Hasil seduhan daun ceremai dan kemiri sunan siap digunakan untuk pengujian selanjutnya (Aminudi 2013).

Ekstraksi Nematoda dari Sampel Akar

(22)

4

disaring dengan saringan 500 mesh. Suspensi nematoda siap digunakan untuk pengujian In Vivo dan In Vitro.

Metode Pengujian Uji Fitotoksisitas

Uji fitotoksisitas dilakukan untuk melihat pengaruh fitotoksik seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap tanaman tomat. Tanaman tomat yang digunakan adalah varietas Delenna. Benih tomat disemai di tray hingga berumur dua minggu kemudian di pindahtanam ke polybag (satu bibit per polybag). Polybag yang digunakan berukuran 15 cm x 10 cm yang telah diisi dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Tanaman tomat tersebut kemudian diberi perlakuan penyiraman seduhan daun ceremai dan kemiri sunan sebanyak 100 ml pada tanah. Konsentrasi yang diuji adalah konsentrasi 10%, 30% dan 50% (v/v). Jumlah total perlakuan seluruhnya terdiri atas 13 perlakuan termasuk kontrol dengan empat ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah tanaman yang menunjukkan gejala fitotoksik (layu, kerdil dan mati), tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan setiap minggu selama tiga minggu setelah perlakuan.

Uji In Vivo

(23)

5

Uji In Vitro

Pengujian in vitro bertujuan mengetahui pengaruh nematisidal seduhan ceremai dan kemiri sunan terhadap Meloidogyne spp. Sebanyak 1 ml suspensi nematoda Meloidogyne spp. yang berisi sekitar 150 ekor nematoda dan 4 ml seduhan ceremai dan kemiri sunan dengan konsentrasi 10%, 30% dan 50% (v/v) dimasukkan ke dalam cawan syracause. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah nematoda yang mati pada 24 jam setelah perlakuan.

Isolasi Cendawan dan Bakteri dari Seduhan Daun Ceremai dan Kemiri Sunan Penumbuhan mikroorganisme bertujuan mengetahui kelimpahan dan keragaman mikroorganisme dari setiap seduhan. Seduhan ceremai maupun kemiri sunan diencerkan pada tingkat pengenceran 10-1 sampai 10-5. Pengenceran 10-4 dan 10-5 masing-masing diambil 0.1 ml dengan menggunakan mikropipet lalu disebarkan pada media tryptic soybean agar (TSA) untuk bakteri dan potato dextrose agar (PDA) untuk cendawan. Media PDA tersebut telah ditambah antibiotik Cloramfenicol untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Pengamatan dan penghitungan bakteri dilakukan setelah dua hari inkubasi sedangkan cendawan dilakukan setelah tujuh hari inkubasi. Pengamatan koloni bakteri meliputi bentuk, tepian, elevasi dan warna sedangkan cendawan berdasarkan warna koloni. Jumlah koloni total dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah koloni (cfu/ml)= jumlah koloni tunggal / faktor pengenceranvolume yang disebar (ml)

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Pengambilan Sampel dan Morfologi Tanaman

Pengambilan sampel daun ceremai dilakukan pada tiga lokasi yaitu Desa Babakan, Desa Purwasari dan Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor (Gambar 1). Daun tanaman ceremai atau Phyllanthus acidus memiliki panjang berkisar antara 2 sampai 7 cm dan lebarnya berkisar antara 1.5 sampai 4 cm dengan warna hijau muda. Tanaman ceremai merupakan tanaman yang berasal dari India. Tanaman ini memiliki habitus berupa pohon kecil dengan tinggi mencapai 10 m. Tanaman ceremai mampu bertahan hidup dengan baik pada kondisi kekurangan maupun kelebihan air (Dalimartha 1999). Tanaman ceremai pada ketiga lokasi pengambilan sampel ditanam di halaman rumah tanpa dilakukan pemeliharaan.

Sampel daun kemiri sunan diperoleh dari tanaman kemiri sunan di kebun YAPIPI (Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia) Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor (Gambar 2). Daun tanaman kemiri sunan atau Reutalis trisperma memiliki panjang berkisar 14-21 cm dan lebarnya berkisar 13-20 cm tergantung umur tanaman, letak daun dan varietasnya (Luntungan et al. 2009). Tanaman kemiri sunan merupakan tanaman yang berasal dari Filipina. Tanaman ini memiliki habitus berupa pohon dengan bentuk kanopi memayung atau silindris dengan tinggi mencapai 15-20 m. Tanaman kemiri sunan mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai tipe tanah dan tumbuh baik pada ketinggian rendah sampai 1.000 m dpl (Heyne 1987).

Gambar 1 Tanaman ceremai Gambar 2 Tanaman kemiri sunan

Seduhan Daun Ceremai dan Kemiri Sunan

(25)

7 aerasi memiliki warna hitam (Gambar 3). Perubahan warna yang terjadi menunjukkan bahwa adanya reaksi biokomia pada medium tersebut. Reaksi biokimia yang terjadi disebabkan adanya metabolisme bakteri untuk mendegradasi substrat dalam medium (Hidayah 2007).

Pengukuran pH pada seduhan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Seduhan ceremai dan kemiri sunan tanpa aerasi memiliki pH lebih rendah dibandingkan seduhan aerasi (Tabel 1). Seduhan ceremai dan kemiri sunan tanpa aerasi memiliki pH yang bersifat asam yaitu 5.3 dan 5.8 sedangkan aerasi menghasilkan pH seduhan yang netral dan basa yaitu 7.1 dan 8.3. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kannangara et al. (2006) yang menyatakan kondisi pH pada pembuatan teh kompos tanpa aerasi secara signifikan lebih rendah dibandingkan teh kompos dengan perlakuan aerasi.

Gambar 3 Contoh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan (a) seduhan daun ceremai aerasi, (b) seduhan daun ceremai tanpa aerasi, (c) seduhan daun kemiri sunan aerasi, (d) seduhan daun kemiri sunan tanpa aerasi

Tabel 1 Hasil pengukuran pH dan warna seduhan daun ceremai dan kemiri sunan

Jenis seduhan pH Warna

Ceremai tanpa aerasi 5.3 Jingga kekuningan

Ceremai aerasi 8.3 Jingga tua

Kemiri sunan tanpa aerasi 5.8 Cokelat tua

Kemiri sunan aerasi 7.1 Hitam

Uji Fitotoksisitas

Aplikasi seduhan daun ceremai dan kemiri sunan sebagai nematisida nabati di lapangan tidak hanya berpengaruh terhadap nematoda tetapi juga pada tanaman. Efek merusak pada tanaman yang terpapar akibat pemberian pestisida disebut fitotoksisitas (Prijono 2005). Efek fitotoksik terlihat dengan gejala seperti keracunan (layu, kerdil dan mati). Hasil pengamatan menunjukkan semua tanaman tomat yang diberi seduhan daun ceremai dan kemiri sunan pada tiga tingkat konsentrasi yaitu 10%, 30% dan 50% tidak menunjukkan gejala fitotoksik seperti layu, kerdil dan mati. (Tabel 2). Gejala layu dapat terlihat dari bagian daun dan batang tanaman seperti kekeringan, gejala layu biasanya diikuti dengan kematian tanaman. Gejala kerdil dapat terlihat dari pertumbuhan tanaman yang terhambat ditandai dengan ukuran panjang tajuk tanaman uji yang jauh lebih kecil dibandingkan tanaman kontrol.

c d

(26)

8

Tabel 2 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap fitotoksisitas

Perlakuan Konsentrasi Gejala fitotoksik

Layu (%) Kerdil (%) Mati (%)

Aplikasi seduhan daun ceremai dan kemiri sunan dapat menekan jumlah puru akar yang disebabkan Meloidogyne spp. dengan tingkat efikasi (TE) yang beragam (Tabel 3). Berdasarkan kriteria efikasi yang dikemukakan oleh Abbott (1925), perlakuan seduhan ceremai dan kemiri sunan dengan tingkat efikasi cukup efektif adalah ceremai aerasi pada konsentrasi 10% dan kemiri sunan tanpa aerasi pada konsentrasi 30%. Secara keseluruhan aplikasi seduhan ceremai menghasilkan tingkat efikasi yang sama yaitu tergolong agak efektif terhadap penekanan puru antar konsentrasi. Perlakuan seduhan kemiri sunan menghasilkan tingkat efikasi terhadap penekanan puru yang beragam antar konsentrasi. Seduhan kemiri sunan yang tergolong agak efektif adalah seduhan kemiri sunan aerasi konsentrasi 10%. Seduhan yang tergolong kurang efektif adalah kemiri sunan aerasi konsentrasi 30% dan yang tergolong tidak efektif adalah kemiri sunan tanpa aerasi konsentrasi 10% (Tabel 3).

Tabel 3 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap jumlah puru akar pada tanaman tomat

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

(27)

9 Hasil penelitian menunjukkan bahwa seduhan ceremai lebih berpotensi sebagai nematisida nabati dibandingkan seduhan kemiri sunan dilihat dari kemampuannya dalam menekan puru akar yang disebabkan oleh Meloidogyne spp. pada tanaman tomat.

Tabel 4 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar

Jenis seduhan Konsentrasi

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

uji selang berganda Duncan pada taraf 5%.

Aplikasi seduhan daun ceremai dan kemiri sunan dapat meningkatkan bobot tajuk dan akar tanaman tomat (Tabel 4). Hasil pengujian menunjukkan bobot tajuk dan akar pada perlakuan lebih tinggi dibandingkan kontrol. Bobot tajuk dan akar pada perlakuan seduhan ceremai aerasi konsentrasi 10% dan kemiri sunan aerasi konsentrasi 10% lebih tinggi daripada perlakuan lainnya (Gambar 4).

Gambar 4 Akar tanaman tomat oleh beberapa perlakuan seduhan (a) ceremai tanpa aerasi konsentrasi 10% dan 30%, (b) ceremai aerasi konsentrasi 10% dan 30%, (c) kemiri sunan tanpa aerasi konsentrasi 10% dan 30%, (d) kemiri sunan aerasi konsentrasi 10% dan 30% dan (e) kontrol

a b

c d e

10% 30% 10% 30%

(28)

10

Aplikasi seduhan daun ceremai dan kemiri sunan juga berpengaruh terhadap tinggi tanaman (Tabel 5). Pertumbuhan tanaman tomat setiap minggunya mengalami peningkatan sampai pengamatan terakhir minggu ke lima. Tinggi tanaman perlakuan lebih tinggi daripada kontrol. Tinggi tanaman pada perlakuan seduhan ceremai tanpa aerasi konsentrasi 30%, seduhan ceremai aerasi konsentrasi 10% dan kemiri sunan aerasi konsentrasi 10% pada minggu ke 3, 4 dan 5 lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Bahan organik dan mikroorganisme pada seduhan diduga berperan penting dalam meningkatkan bobot dan tinggi tanaman. Peran bahan organik berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, bologis dan sifat kimia tanah. Penambahan bahan organik akan mempercepat perbanyakan fungi dan bakteri tanah (Badriyah 2007). Hal ini menunjukkan bahwa seduhan daun ceremai dan kemiri sunan mengandung bahan organik dan mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tomat.

Tabel 5 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap tinggi tanaman tomat

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

uji selang berganda Duncan pada taraf 5%.

Hasil Pengujian In Vitro

Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa perlakuan seduhan ceremai dan kemiri sunan dengan tiga tingkat konsentrasi menyebabkan persentase kematian J2 Meloidogyne spp. yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6). Seduhan ceremai tanpa aerasi pada konsentrasi 30% dan seduhan ceremai aerasi pada konsentrasi 10% mampu mematikan nematoda lebih tinggi dibandingkan konsentrasi uji lainnya. Persentase kematian J2 Meloidogyne spp. pada seduhan kemiri sunan tanpa aerasi dan kemiri sunan aerasi antar konsentrasi tidak berbeda nyata.

(29)

11 yang mencapai 50% yang menyebabkan biji kemiri sunan sangat beracun, sehingga tidak dapat dikonsumsi (Herman et al. 2009). Laporan kandungan fitokimia pada daun kemiri sunan sampai saat ini belum ada. Hal ini diduga bahwa daun kemiri sunan memiliki kandungan senyawa yang hampir sama dengan daun kemiri sayur (Aleurites moluccana) berdasarkan kekerabatannya. Skrining fitokimia pada ekstrak metanol daun Aleurites moluccana menunjukkan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, sterol, asam amino dan karbohidrat (Niazi et al. 2010)

Tabel 6 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap persentase kematian J2 Meloidogyne spp.

Konsentrasi (%)

Persentase kematian pada 24 JSPa (%)

Ceremai tanpa

aJSP = jam setelah perlakuan. bAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang

sama tidak berbeda nyata pada uji selang berganda Duncan pada taraf 5%.

Tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam pengobatan tradisional. Penelitian farmakologi terhadap senyawa flavonoid menunjukkan bahwa beberapa senyawa golongan flavonoid memperlihatkan aktivitas seperti antifungi, diuretik, antihistamin, antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus dan menghambat kerja enzim (Geissman 1962). Salah satu golongan senyawa flavonoid pada daun ceremai adalah Flavonol (Ariesti et al. 2014). Flavonol dapat bekerja sebagai senyawa penolak (repellent) dan dalam bentuk terdegradasi dapat menghambat motilitas pada nematoda (Ntalli dan Caboni 2012).

Tanin adalah senyawa polifenol dengan struktur yang beragam yang berlimpah ditemukan pada tanaman (Wina 2011). Mekanisme tanin dalam mempengaruhi nematoda parasit adalah dengan menghambat sistem enzimatik pada nematoda dan mempengaruhi struktur protein penyusun sel. Senyawa tanin mampu melarutkan protein dalam kulit telur nematoda sehingga menyebabkan gagalnya pembentukan embrio dan penetasan telur (Lopez et al. 2005)

(30)

12

Kelimpahan dan Keragaman Cendawan dan Bakteri

Hasil isolasi cendawan dan bakteri pada seduhan ceremai dan kemiri sunan secara keseluruhan menunjukkan bahwa perlakuan dengan aerasi memiliki tingkat kelimpahan dan keragaman cendawan dan bakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa aerasi (Tabel 7). Hal ini terjadi karena pada perlakuan seduhan aerasi tersedia oksigen yang cukup untuk perkembangbiakan mikroorganisme aerob. Mikroorganisme aerob berperan dalam mempercepat pemanfaatan asam-asam organik dengan merombak unsur-unsur terikat menjadi ion yang mudah diserap oleh tanaman (Junus et al. 2014).

Tabel 7 Hasil isolasi cendawan dan bakteri dari seduhan daun ceremai dan kemiri sunan

Jenis seduhan

(31)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Seduhan daun ceremai dan kemiri sunan mempunyai potensi untuk pengendalikan nematoda puru akar Meloidogyne spp. dengan tingkat penekanan puru mencapai 65% pada tanaman tomat. Seduhan ini mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman tomat dan tidak menyebabkan fitotoksik. Seduhan dengan perlakuan aerasi menunjukkan pertumbuhan cendawan dan bakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan seduhan tanpa aerasi.

Saran

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Abbot W.S. 1925. A Method of Computing the Effectiveness of Incesticide. J.Econ. Entomol. 18:265:267.

Agrios GN. 2005. Plant Pathology. Ed ke-5. San Diago (US): Elsevier academic Press.

Aminudi. 2013. Potensi seduhan limbah baglog jamur tiram (Pleurotus ostreatus) untuk pengendalian Meloidogyne spp. pada tanaman tomat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ariesti ND, Karminingtyas SR, Sunaringtyas J. 2014. The effect of ceremai (phyllanthus acidus (l.) skeels.) leaves extract toward o titter widal and temperature of balb/c mice infected by salmonella typhi [skripsi]. Semarang(ID): Stikes Ngudu Waluyo Ungaran.

Asmaliyah, H Wati EE, Utami S, Mulyadi K, Yudhistira, Sari FW. 2010. Pengenalan tumbuhan penghasil pestisida nabati dan pemanfaatannya secara tradisional. Litbang Produktivitas Hutan.

Badriyah K. 2007. Pengaruh penambahan pupuk hijau dan masa inkubasi terhadap jumlah mikroba tanah [skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam Negeri Malang.

[Balitbang Pertanian] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati (BBN). Bogor (ID): IPB Press.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015 Produktivitas tomat menurut Provinsi, 2010-2014 [Internet]. [diunduh 2015 September 2 ]. Tersedia pada: http://www.pertanian.go.id/ATAP2014-HORTI-pdf/307-Prodtv-Tomat.pdf. Cahyono B. 2008. Tomat Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Yogyakarta

(ID): Kanisius.

Dalimartha S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Depok (ID): Trubus Agriwidya.

Geissman. 1962. The Chemistry of Flavonoid Compounds. New York (US): The Macmillan.

Hanindita N. 2008. Analisis ekspor tomat segar Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hariyani TD, Suranto, Purwanto E. 2013. Studi variasi anatomi dan kandungan flavonoid lima spesies anggota genus phyllanthus. EL-VIVO. 1(1):1-14. Herman M, Heryana N, Supriadi H. 2009. Kemiri sunan penghasil biodiesel solusi

masalah energi masa depan: Prospek kemiri sunan sebagai penghasil minyak nabati. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. Hal 5-13.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid II. Jakarta (ID): Badan Litbang Kehutanan. Yayasan Sarana Wana Jaya.

Hidayah N. 2007. Pertumbuhan bakteri aerob dan anaerob penghasil gas hidrogen pada medium limbah organik, ditinjau dari parameter pH dan cahaya [skripsi]. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

(33)

15 Kannangara T, Forge T, Dang B. 2006. Effects of aeration, molases, kelp, compost type, and carrot juice on the growth of Esherichia Coli in compost teas. Compost Science and Utilizations. 4(1):40-47.

Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasinya. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Lestari PF. 2013. Uji efektivitas ekstrak daun ceremai (Phyllantus acidus (L.) Skeels) sebagai antimikroba terhadap bakteri Salmonella thypi secara in vitro [skripsi]. Malang (ID): Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Lopes J, Ibarra F, Canto GJ, Vasquez CG, Tejada ZI, Shimada A. 2005. In vitro effect of condensed tannins from tropical fodder crops againts eggs and larvae of the nematode Haemonchus contortus. Journal of Food, Agriculture and Environment. 3(2):191-194.

Luc M, Sikora RA, Bridge J. 1995. Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture. Wallingford: CAB International.

Luntungan HT, Herman M, Hadad M. 2009. Bunga rampai Kemiri Sunan Penghasil Biodiesel, Solusi Masalah energi masa depan. Bahan tanaman dan Teknik budi daya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. Hal 45-54.

Niazi J, Gupta V, Chakarborty P, Kumar P. 2010. Anti-inflammatory and antipyretic activity of aleuritis moluccana leaves. Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 3(1):35-37.

Nirmawati K. 2010. Efek ekstrak daun ceremai (Phylanthus acidus [L] Skeels) terhadap kematian larva Anopheles aconitus In vitro [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Ntalli NG, Caboni P. 2012. Botanical Nematicides: A Review. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 60(40):9929-9940.doi:10.1021/jf303107j. Pelczar MJ, Chan ESC. 2006. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Depok (ID): UI Press. Pratiwi YC, Haryono T, Rahayu YS. 2013. Efektivitas ekstrak daun ceremai

( Phyllanthus acidus) terhadap mortalitas larva Aedes aegypti. LenteraBio [internet].[diunduh 2015 Sept 10]; 2(3):197-201. Tersedia pada: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/.

Prijono D. 2005. Pengembangan dan pemanfaatan insektisida botani. Di dalam: Bahan pelatihan singkat pengembangan agen hayati dan insektisida botani. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sudrajat. 1983. Sifat fisiko kimia hasil hutan ikutan. bagian I. Laporan No. 164. Balai Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Syahroni YY, Prijono D. 2013. Aktivitas insektisida ekstrak buah Piper aduncum L. (Piperaceae) dan Sapindus rarak DC. (Sapindaceae) serta campurannya terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). Journal Entomologi Indonesia. 10(1):39-50.

Taylor AI, Sasser JN. 1978. Biology, Identification on Control of RootKnot Nematodes (Meloidogyne spp.). Raleigh (US): North Carolina State University Graphics.

Tekeli A, Celik L, Kutlu HR. 2007. Plant extracts: a new rumen moderator in ruminant diets. Journal of Tekirdag Agricultural Faculty. 4(1):71-79.

(34)

16

Wati FV. 2015. Potensi ekstrak biji lada (Piper nigrum) dan buah lerak (Sapindus rarak) serta campurannya untuk mengendalikan Meloidogyne spp. pada tanaman tomat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(35)

17

(36)

18

Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam jumlah puru per gram akar

R-Square Coeff Var Root MSE Respon mean

0.362814 57.29902 10.80384 18.85520

Lampiran 2 Hasil analisis sidik ragam berat basa tajuk

R-Square Coeff Var Root MSE Respon mean 0.367600 48.39719 24.63046 50.89233 Lampiran 3 Hasil analisis sidik ragam berat basa akar

R-Square Coeff Var Root MSE Respon mean 0.404690 38.78413 0.821502 2.118140 Lampiran 4 Hasil analisis sidik ragam berat kering tajuk

R-Square Coeff Var Root MSE Respon mean 0.372095 49.12731 2.067117 4.207674

Source DF Sum of squares Mean square F Value Pr > F

Model 8 2259.707884 282.463486 2.42 0.0346

Error 34 3968.581954 116.722999

Corrected Total 42 6228.289839

Source DF Sum of squares Mean square F Value Pr > F Model 8 11989.67619 1498.70952 2.47 0.0315

Error 34 20626.41938 606.65939

Corrected Total 42 32616.09557

Source DF Sum of squares Mean square F Value Pr > F Model 8 15.59822116 1.94977765 2.89 0.0144 Error 34 22.94543000 0.67486559

Corrected Total 42 38.54365116

Source DF Sum of squares Mean square F Value Pr > F Model 8 86.0934324 10.7616791 2.52 0.0288 Error 34 145.2811350 4.2729746

(37)

19 Lampiran 5 Hasil analisis sidik ragam berat kering akar

R-Square Coeff Var Root MSE Respon mean 0.354441 42.80183 0.107801 0.251860

Lampiran 6 Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap fitotoksisitas tanaman tomat

aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada

uji selang berganda Duncan pada taraf 5%.

Source DF Sum of squares Mean square F Value Pr > F Model 8 0.21693616 0.02711702 2.33 0.0408 Error 34 0.39511500 0.01162103

Corrected Total 42 0.61205116

(38)

20

Lampiran 7 Pengaruh seduhan daun ceremai terhadap fitotoksisitas tanaman tomat

Lampiran 8 Pengaruh seduhan daun kemiri sunan terhadap fitotoksisitas tanaman tomat

Kontrol

CA50 CA30 CA10 C50 C30 C10

(39)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 18 Agustus 1993. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Surya Darma dan Rita Rosdiana. Pendidikan sekolah menengah ditempuh di SMA Negeri 4 Palembang pada program IPA dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur undangan. Selama S1, penulis mendapatkan beasiswa Bidikmisi dari pemerintah. Gelar Sarjana Pertanian (SP) diperoleh pada tahun 2016.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi seperti Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) tahun 2011-2012, pengajar Bimbingan Remaja dan Anak (BIRENA) tahun 2011-2012, Dewan Musholla Asrama Sylva Sari tahun 2011-2012, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2012-2013, Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2013-2014. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan seperti Panitia Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) Angkatan 49 tahun 2012, Panitia Masa Perkenalan Fakultas MPF tahun 2013.

Gambar

Tabel 1  Hasil pengukuran pH dan warna seduhan daun ceremai dan kemiri sunan
Tabel 2  Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap fitotoksisitas
Tabel 4  Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap berat basah   tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar
Tabel 6  Pengaruh seduhan daun ceremai dan kemiri sunan terhadap persentase
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kandidiasis oral merupakan suatu penyakit jaringan rongga mulut yang berup lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis andda sp.. Patogenesis

Ini bisa disebabkan oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama

Mekanisme enzim dalam suatu reaksi adlah melalui pembentukan kompleks enzim substrat (ES), oleh karna itu hambatan atau inhibitor pada suatu reaksi yang menggunakan enzim

Harrington [5] menyatakan fase-fase perbaikan yang digunakan di sini didasarkan pada konsep Business Process Improvement yang terdiri dari: (a) mengorganisir perbaikan, dengan

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran inquiry dan kreativitas belajar terhadap hasil belajar matematika. Penelitian

ANALISIS AKTIVITAS SUMBER RADIASI DAN INTENSITAS SINAR GAMMA DI TERAS REAKTOR PWR 1000 MWe. Sinar gamma dalam teras reaktor berasal dari tiga jenis sumber: 1) sinar

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara6. Universitas Islam

Untuk menentukan kriteria jus cogens , jurnal ini menganalisa bahwa hendaknya dilakukan dengan melihat aspek formal, yaitu sebuah kondisi yang membentuk norma tersebut, dan