• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Pasar “Sasumuzi” Sagon Sukun Multi Gizi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Pasar “Sasumuzi” Sagon Sukun Multi Gizi"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PASAR “SASUMUZI”

SAGON SUKUN MULTI GIZI

BRILIYAN PANJI HANDOKO

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Pasar “Sasumuzi” Sagon Sukun Multi Gizi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Briliyan Panji Handoko

(4)
(5)

ABSTRAK

BRILIYAN PANJI HANDOKO. Pengembangan Pasar “Sasumuzi” Sagon Sukun Multi Gizi. Dibimbing oleh AJI HERMAWAN.

Sasumuzi merupakan inovasi makanan ringan berbahan dasar sukun yang ditingkatkan gizinya dengan penambahan sumber protein, multivitamin, dan mineral. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang proposisi nilai sebagai bagian dari model bisnis yang sesuai untuk segmen pelanggan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan riset aksi. Tahapan terdiri dari perancangan hipotesis model bisnis, pengujian masalah, pengujian solusi dan verifikasi. Data dikumpulkan dengan wawancara kepada 50 responden dalam tahap pengujian permasalahan dan 50 responden pada pengujian solusi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat permasalahan responden yaitu kualitas keamanan camilan, kualitas kandungan gizi, dan perilaku konsumsi anak. Berdasarkan uji masalah menghasilkan model bisnis baru dengan menghilangkan proposisi nilai bahan baku lokal dan kandungan prebiotik. Kemudian ditambahkan proposisi nilai kemasan menarik dan rasa sesuai selera anak. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa Sasumuzi dapat menjadi solusi terhadap permasalahan. Segmen pelanggan adalah anak sekolah dasar usia 6-12 tahun. Saluran penjualan yang diminati adalah kantin sekolah.

Kata kunci: model bisnis, pengembangan pasar, sagon sukun

ABSTRACT

BRILIYAN PANJI HANDOKO. Market Development of “Sasumuzi” Nutritious Breadfruit Sagon. Supervised by AJI HERMAWAN.

“Sasumuzi” is an innovative snack made from breadfruit nutritionally enhanced with the addition of a source of protein, multivitamin, and mineral. The purpose of this research is to design value proposition as part of business model that fit to customer segment. The method used was qualitative method with action research approach. The stages consisted a business model hypotheses, testing problems, testing solution and verification. Data were collected by interview stage to 50 respondents in the stage of test the problem and 50 respondents in the solution test product. The results showed that the customer’s problems were lack of safety, less nutrient, and the consumption behavior of children. Based on problem test result a new business model by eliminate the value proposition of local raw materials and contains prebiotics. Then add the value proposition attractive packaging and flavor to taste child. Based on the test, Sasumuzi could be a solution. The customer segments were elementary school students aged 6-12 years. The possible sales channels were in the school cafeterias.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

PENGEMBANGAN PASAR “SASUMUZI”

SAGON SUKUN MULTI GIZI

BRILIYAN PANJI HANDOKO

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Pengembangan Pasar “Sasumuzi” Sagon Sukun Multi Gizi. Karya tulis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian, pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan tertinggi kepada:

1. Dr Ir Aji Hermawan, MM selaku Pembimbing Akademik yang banyak membantu dan membimbing penulis mulai dari praktik lapangan, penelitian sampai penyusunan tugas akhir.

2. Ir. Lien Herlina M.Sc dan Dr. Elisa Anggraeni, S.TP, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan perbaikan.

3. Kedua orangtua kandung, Bapak Kardi dan Ibu Rolatiyah, Kakak yang juga sebagai saudara kembar penulis yaitu Briliyan Panji Kartiko, dan adik perempuan Syafira Putri Anggraeni yang banyak membuat saya termotivasi dan bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

4. PT. Bogor Life Science and Technology (BLST) dan Lembaga Recognition and Mentoring Program (RAMP) IPB sebagai pihak yang mendanai dan memberikan pengarahan dalam penelitian ini.

5. Rekan satu tim penelitian projek Sasumuzi yaitu Hendra dan Andiny yang telah banyak membantu saya dalam pengembangan pasar Sasumuzi. 6. Teman-teman satu bimbingan Technopreneur yaitu Bagas, Putri, Vito,

Dira, Andi, dan Youvita yang senantiasa saling mendukung dan memberikan semangat selama penelitian dan penyusunan skripsi.

7. Keluarga besar Mahasiswa IPB Angkatan 48 dan TIN 48 atas doa, dukungan, kekompakan, dan kebersamaan selama 4 tahun.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Bogor, Maret 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kanvas Model Bisnis Awal 5

Ekstraksi Hipotesis Model Bisnis Awal 8

Pengujian Permasalahan (Test The Problem) 9

Pembaruan Kanvas Model Bisnis Tahap Pertama 10

Pengujian Solusi (Test The Solution) 12

Pembaruan Kanvas Model Bisnis Tahap Kedua 15

Verifikasi Model Bisnis 15

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

(14)

DAFTAR TABEL

1 Hipotesis dari model bisnis awal Sasumuzi 8

2 Permasalahan-permasalahan responden 9

3 Perbandingan masalah terhadap proposisi nilai 11

4 Desain solusi 12

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir pengembangan pasar dengan metode riset aksi 2

2 Hipotesis kanvas model bisnis awal 6

3 Pasar potensial pengembangan Sasumuzi 10

4 Kanvas model bisnis versi 1 11

5 Contoh prototype produk Sasumuzi 13

6 Pendapat responden terhadap solusi yang ditawarkan 13

7 Kecocokan Sasumuzi secara umum 14

8 Harga yang diinginkan responden 14

9 Keinginan responden terhadap jenis saluran (channel) 15

10 Kanvas model bisnis versi 2 15

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar pertanyaan pengujian permasalahan 19

2 Daftar pertanyaan pengujian solusi 20

3 Data responden pengujian permasalahan 22

4 Data responden pengujian solusi 24

5 Ukuran Pasar 26

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sasumuzi merupakan salah satu inovasi yang prospektif untuk dikembangkan. Inovasi tersebut berupa makanan ringan berbahan dasar sukun yang ditingkatkan gizinya dengan penambahan sumber protein, multivitamin, dan mineral. Produk inovasi Sasumuzi diciptakan oleh Prof. Ahmad Sulaeman, dosen aktif di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. Pada awalnya Sasumuzi bertujuan untuk menggantikan multivitamin dan multimineral untuk anak-anak yang selama ini dibagikan gratis dalam bentuk taburia. Disamping itu Sasumuzi sebagai alternatif pangan darurat yang padat gizi baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro, memiliki kandungan mineral kalsium, besi, dan seng yang tinggi sehingga cocok bagi anak-anak untuk mencegah terjadinya defisiensi pasca bencana.

Menurut USDA (2013) salah satu faktor yang menyebabkan berkembangnya industri pengolahan makanan ringan modern adalah meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kesehatan. Sasumuzi merupakan inovasi makanan ringan yang aman dikonsumsi dan bergizi sehingga memiliki peluang yang cukup baik di pasar camilan. Melihat potensi yang dimiliki, produk Sasumuzi dapat dikembangkan menjadi camilan anak.

Agar inovasi Sasumuzi dapat diterima oleh konsumen serta dapat bersaing di pasar makanan ringan, diperlukan suatu langkah komersialisasi yang tepat. Customer development diperlukan untuk menemukan kebutuhan konsumen terhadap produk yang akan dipasarkan. Menurut Blank dan Dorf (2012), customer development adalah kegiatan mendapatkan model bisnis dengan cara pencarian model (search) dan eksekusi model (execution). Penelitian ini memfokuskan pada bagian pencarian model bisnis (search) khususnya aktivitas customer discovery. Kegiatan tersebut dilaksanakan guna mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan camilan yang ada di masyarakat, mendesain solusi untuk menyelesaikan persoalan tersebut, dan mendapatkan segmen pelanggan yang sesuai dengan model bisnis.

Ruang Lingkup Penelitian

(16)

2

METODE

Metode riset aksi (action research) merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Riset aksi merupakan metode yang fokus terhadap perubahan yang memiliki tahapan siklus yaitu melakukan diagnosa masalah, membuat perencanaan, melakukan tindakan, dan evaluasi sampai mendapatkan perubahan yang sesuai (Saunders et al 2009). Dalam metode ini dilakukan pendekatan

customer development yang mengacu pada sembilan elemen bisnis model. Perbaikan model bisnis pada penelitian ini diadaptasi berdasarkan pengembangan pasar menurut Blank dan Dorf (2012) dengan metode riset aksi yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir pengembangan pasar dengan metode riset aksi yang diadaptasi berdasarkan Blank dan Dorf (2012)

(17)

3 sebagai decision maker. Prosedur purposif dilakukan dengan menentukan sekelompok responden yang akan menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan topik penelitian yang diangkat (Bungin 2006). Tahapan penelitian ini meliputi desain kanvas model bisnis awal, ekstraksi hipotesis, pengujian permasalahan, pembaruan model bisnis pertama, pengujian solusi, pembaruan model bisnis kedua dan verifikasi.

Desain Kanvas Model Bisnis Awal

Pada tahap ini pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada inventor produk yaitu Prof. Ahmad Sulaeman. Selanjutnya data hasil wawancara dianalisis untuk mengisi elemen-elemen dalam model bisnis terutama proposisi nilai dan segmen pelanggan. Keluaran tahap ini akan dihasilkan kerangka kanvas model bisnis awal yang terdiri dari sembilan elemen yaitu customer segment, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, dan cost structure.

Ekstrasi Hipotesis

Ekstraksi hipotesis merupakan tahap untuk mengekstrak isi dua elemen kanvas model bisnis awal yaitu proposisi nilai dan segmen pelanggan yang merupakan dugaan terbaik yang masih perlu dibuktikan. Analisis dengan mengubah elemen proposisi nilai dan segmen pelanggan menjadi hipotesis. Keluaran dari tahap ini berupa hipotesis yang akan dibuktikan secara empiris di lapangan.

Pengujian Masalah

Tahap ini bertujuan untuk menguji apakah hipotesis sesuai dengan fakta di lapangan. Pada proses ini akan diperoleh pemahaman tentang permasalahan dan kebutuhan konsumen terkait topik yang diangkat. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada responden dengan mengajukan beberapa pertanyaan terbuka. Wawancara dilakukan terhadap 50 orang responden. Penentuan jumlah responden dilakukan berdasarkan theoretical saturation dimana jumlah responden sebenarnya belum diketahui, ketika penambahan jumlah responden tidak merubah hasil maka jumlah responden sudah cukup. Menurut Blank dan Dorf (2012) jumlah 50 responden merupakan jumlah responden yang mencukupi. Responden yang dipilih adalah orang tua khususnya ibu yang bertindak sebagai decision maker terhadap pembelian produk camilan oleh anak yang bertindak sebagai end-user.

(18)

4

terhadap pengembangan produk. Parameter tersebut diberikan nilai bobot yang dapat menentukan batas apakah konsumen tersebut pelanggan potensial atau tidak potensial. Panduan wawancara pengujian permasalahan dapat dilihat pada Lampiran 1. Data responden pengujian permasalahan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pembaruan Model Bisnis Pertama

Berdasarkan hasil analisis uji masalah dilakukan pembaruan model bisnis. Permasalahan yang didapat akan dibandingkan dengan proposisi nilai. Selanjutnya dicocokkan apakah masalah sudah sesuai dengan proposisi nilai yang ada. Apabila tidak terbukti dan terdapat permasalahan baru yang penting untuk diselesaikan maka akan dilakukan perubahan atau penambahan elemen proposisi nilai. Selanjutnya analisis kecocokan segmen pelanggan. Pembaruan yang terjadi akan diikuti dengan penyesuaian desain produk. Produk hasil pengembangan akan menjadi bahan untuk pengujian solusi. Keluaran dari tahap ini yaitu kanvas model bisnis baru dan Sasumuzi hasil pengembangan.

Pengujian Solusi

Pengujian solusi dimaksudkan untuk mengetahui apakah asumsi hipotesis mengenai solusi yang ditawarkan sudah dapat menyelesaikan masalah yang ada. Pengujian dilakukan kepada 50 responden yang terdiri dari 35 responden potensial pada pengujian permasalahan yang dapat dihubungi kembali dan bersedia dijadikan responden pada pengujian solusi dan ditambah 15 responden baru yang memiliki karakteristik yang sama. Pada pengujian ini ditunjukkan minimum viable product yaitu produk hasil pengembangan. Tujuannya agar responden dapat menilai secara langsung proposisi nilai yang ditawarkan berdasarkan permasalahan dan mengevaluasi solusi yang ditawarkan seperti harga dan saluran penjualan. Analisis data pada pengujian solusi dilakukan hampir sama dengan pengujian masalah dimana hasil wawancara akan ditranskripsi, kemudian direduksi, dikategorisasi, dan dicocokkan dengan model bisnis. Teknik kategorisasi pada tahap ini dilakukan untuk menggolongkan tanggapan responden terkait produk solusi, fitur, tampilan produk, dan saluran penjualan yang dipilih responden. Panduan wawancara pengujian solusi dapat dilihat pada Lampiran 2. Data responden pengujian solusi dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pembaruan Model Bisnis Kedua

Pada tahap ini dilakukan analisis kecocokan dua elemen yaitu proposisi nilai dan segmen pelanggan. Analisis dilakukan untuk mencari apakah terdapat ketidakcocokan terhadap hipotesis sebelum dilakukan pengujian. Perubahan elemen model bisnis lain akan mengikuti perubahan kedua elemen tersebut. Keluaran dari tahap ini yaitu kanvas model bisnis baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Verifikasi

(19)

5 layak harus dilakukan perubahan model bisnis dan perlu dilakukan pengujian kembali baik pengujian permasalahan maupun pengujian solusi. Jika sudah layak, maka dapat berlanjut ke tahap selanjutnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kanvas Model Bisnis Awal

Osterwalder dan Pigneur (2010) membuat kerangka model bisnis yang berbentuk kanvas dan terdiri dari sembilan kotak yang berisikan elemen-elemen yang saling berikatan. Osterwalder dan Pigneur menambahkan bahwa model bisnis merupakan suatu gambaran dasar pemikiran bagaimana suatu organisasi menciptakan, memberikan dan menangkap nilai.

Sembilan balok dalam kanvas model bisnis menggambarkan bangunan dasar yang menunjukkan logika bagaimana perusahaan bermaksud untuk menghasilkan nilai. Sembilan balok tersebut mencakup empat bidang utama bisnis yaitu pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kelayakan keuangan. Kesembilan elemen dalam model bisnis kanvas meliputi customer segment, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, dan cost structure. Hipotesis kanvas model bisnis awal dapat dilihat pada Gambar 2.

Segmen Pelanggan (Customer segments)

Segmen pelanggan adalah kelompok orang atau organisasi yang dituju oleh perusahaan untuk dilayani (Osterwalder dan Pigneur 2012). Hipotesis awal untuk segmen pelanggan Sasumuzi adalah anak sekolah dasar usia 6-12 tahun. Anak-anak akan menjadi pelanggan dengan tipe end-user atau pengonsumsi akhir dari produk yang bisa menilai produk secara langsung, sedangkan orang tua menjadi

decision maker yang akan menentukan dan memiliki kebijakan dalam pembelian produk untuk anaknya. Orang tua sebagai decision maker juga bisa bertindak sebagai economic buyer terhadap produk. Oleh karena itu memahami motivasi pembelian dari decision maker dalam hal ini orang tua penting untuk dilakukan. Proposisi Nilai (Value proposition)

Tim PPM Manajemen (2012) menjelaskan proposisi nilai adalah manfaat atau nilai yang ditawarkan perusahaan kepada segmen pasar yang dilayani. Pada hipotesis kanvas model bisnis Sasumuzi, proposisi nilai yang ditawarkan adalah aman dikonsumsi. Sasumuzi aman dikonsumsi karena produk diolah tanpa menggunakan bahan tambahan pangan berbahaya yang biasanya ada pada camilan seperti pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap rasa. Proposisi nilai yang kedua adalah bahan baku lokal. Sasumuzi didesain sebagai camilan dari bahan baku lokal karena menggunakan sukun sebagai bahan baku utama. Sukun termasuk dalam bahan lokal yang memiliki kandungan protein dan prebiotik alfa 1-3.

(20)

6

sukun dengan tepung kacang hijau, susu skim, dan multivitamin-mineral. Bahan-bahan tersebut bergizi karena mengandung protein, kalsium, vitamin, dan mineral. Proposisi nilai yang terakhir adalah kandungan prebiotik untuk pencernaan. Penetapan proposisi nilai ini didasarkan hipotesis bahwa terdapat camilan yang membuat pencernaan anak terganggu setelah dikonsumsi.

Gambar 2 Hipotesis kanvas model bisnis awal Saluran (Channels)

Saluran menggambarkan bagaimana produk akan didistribusikan dan dijual. Bagi perusahaan saluran berfungsi untuk menyampaikan proposisi nilai kepada segmen pelanggan yang dilayani. Cara perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dapat melalui komunikasi, distribusi, dan jaringan penjual atau sales. Hipotesis saluran yang akan digunakan untuk produk Sasumuzi yaitu melalui minimarket dan supermarket. Pemilihan saluran tersebut didasarkan pada kebiasaan tempat pembelian produk sejenis yaitu camilan oleh konsumen.

Hubungan Pelanggan (Customer relationships)

(21)

7 Mendapatkan pelanggan (get customers)

Akuisisi konsumen atau pelanggan merupakan langkah yang paling penting untuk dilakukan karena merupakan tahapan awal untuk mendapatkan konsumen. Promosi merupakan cara yang dipilih untuk mendapatkan konsumen. Cara ini dapat dilakukan melalui promosi langsung kepada konsumen dengan cara mendatangi dan memberikan free sample agar konsumen dapat memberikan pendapat dan saran terhadap produk.

Mempertahankan pelanggan (keep customer)

Untuk mempertahankan pelanggan, cara yang dipilih yaitu memberikan loyalitas dalam bentuk customer care yang akan melayani saran-saran pengembangan produk atau keluhan tentang produk dari konsumen melalui sms, telepon, atau email.

Memperbesar jumlah pelanggan (grow customer)

Cara untuk memperbesar jumlah pelanggan dapat dilakukan dengan melakukan inovasi dalam mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Inovasi dapat berupa pengembangan produk dari segi bentuk, rasa, dan penampilan produk. Hubungan antara penyebaran promosi, memberikan loyalitas terhadap konsumen, serta melakukan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen dapat memperbesar jumlah konsumen karena dapat menarik konsumen pasar lain.

Aliran Pendapatan (Revenue streams)

Aliran pendapatan sama istilahnya dengan arus pendapatan yang menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen pelanggan. Hipotesis awal untuk elemen arus pendapatan Sasumuzi adalah hasil penjualan produk secara langsung. Pada bisnis model awal, harga yang ditawarkan adalah Rp 3 000 dengan ukuran setiap kemasan 20 gram. Penetapan harga awal dilakukan dengan menetapkan harga sesuai harga pokok produksi dan melihat harga produk camilan yang paling banyak diinginkan calon konsumen.

Sumberdaya Kunci (Key resources)

Sumberdaya kunci merupakan sumberdaya utama yang harus dimiliki perusahaan untuk menjalankan bisnis. Umumnya sumberdaya yang dibutuhkan berupa sumberdaya manusia, teknologi, finansial dan sumberdaya fisik. Sumber daya memungkinkan perusahaan untuk menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, mencapai pasar, menjaga hubungan dengan segmen pelanggan, dan memperoleh pendapatan. Selain itu, merk (brand) merupakan salah satu dari sumberdaya kunci. Menurut Hanani (2012), penggunaan merk dagang juga berfungsi sebagai pembeda terhadap produk-produk pesaing yang ada. Merk dagang dari pengembangan produk camilan ini adalah Sasumuzi. Sasumuzi diambil dari kependekan kata Sagon Sukun Multi Gizi.

(22)

8

Sumber daya modal atau finansial yaitu dapat berupa sumber daya sendiri atau investor.

Aktivitas Kunci (Key activities)

Aktivitas kunci menggambarkan aktivitas utama yang harus dikuasai perusahaan untuk menjalankan bisnis. Dalam industri manufaktur (manufacture industries) komponen aktivitas terbagi menjadi tiga bagian yaitu pengadaan bahan baku, proses produksi, dan pemasaran. Aktivitas kunci dalam bisnis Sasumuzi meliputi pengadaan bahan baku yaitu pembelian tepung sukun, tepung kacang hijau, tepung beras, susu skim, dan kemasan, kemudian proses produksi meliputi pencampuran bahan-bahan pembuatan sagon, penyangraian, fortifikasi, dan pengemasan. Aktivitas kunci yang terakhir adalah sistem pemasaran. Pemasaran dilakukuan dengan promosi dan pendistribusian produk ke saluran yang dipilih. Kemitraan (Key partners)

Kemitraan merupakan sosok perantara yang bukan miliki perusahaan namun berperan dalam mengubah produk atau nilai menjadi uang. Jenis hubungan kerjasama yang dilakukan dalam bisnis Sasumuzi adalah key supplier relationship.

Beberapa mitra yang bekerjasama dengan Sasumuzi adalah pemasok tepung sukun, tepung kacang hijau, susu skim, dan multivitamin-mineral, pemasok kemasan, dan kemitraan dengan kantin sekolah sebagai saluran penjualan Sasumuzi.

Struktur Biaya (Cost structure)

Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010) kegiatan menciptakan dan memberikan nilai, mempertahankan hubungan pelanggan, dan menghasilkan pendapatan akan membutuhkan biaya. Perhitungan biaya akan relatif lebih mudah dilakukan setelah sumberdaya utama, aktivitas kunci, dan kemitraan telah ditentukan. Metode yang digunakan dalam analisis struktur biaya pada bisnis Sasumuzi adalah metode full costing. Full costing menghitung seluruh komponen biaya yang mempengaruhi harga jual produk. Full costing menurut Mulyadi (2005) adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, biaya yang berprilaku tetap maupun variabel. Dalam bisnis Sasumuzi, seluruh pengeluaran biaya dalam menjalankan usaha dihitung untuk memperoleh harga pokok produksi Sasumuzi.

Ekstraksi Hipotesis Model Bisnis Awal

Ekstraksi hipotesis model bisnis awal dilakukan untuk dasar pemikiran dalam tahap pengujian permasalahan. Ekstraksi terhadap dua elemen yaitu value proposition dan customer segment. Ekstraksi hipotesis model bisnis awal disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Hipotesis dari model bisnis awal Sasumuzi

Komponen Hipotesis

Value proposition

Aman dikonsumsi (diolah tanpa tambahan zat aditif

(23)

9

Customer segment

Bahan baku lokal (bahan baku utama yaitu sukun yang termasuk bahan lokal)

Kandungan gizi baik (komposisi produk dari bahan-bahan yang memiliki kandungan gizi baik)

Kandungan prebiotik untuk pencernaan (camilan ini tidak membuat pencernaan anak terganggu)

Anak sekolah dasar usia 6-12 tahun Pengujian Permasalahan (Test The Problem)

Pengujian permasalahan merupakan tahapan yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Selain itu untuk mendapatkan kontak konsumen dan permasalahan yang dialami konsumen sewaktu membeli camilan sampai camilan tersebut sudah dikonsumsi. Pada pengujian permasalahan ditanyakan tiga hal utama yaitu intensitas pembelian dan konsumsi camilan, ketertarikan terhadap produk, dan permasalahan umum terhadap camilan. Permasalahan-permasalahan yang dapat diidentifikasi pada saat pengujian permasalahan dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, dilakukan teknik kategorisasi berdasarkan tipe masalah-masalah tersebut ke dalam empat kategori yaitu keraguan pada kualitas keamanan camilan, keraguan pada kualitas kandungan gizi, kebutuhan akan penampilan, dan kebutuhan akan selera.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada pada camilan tersebut hal yang telah dilakukan responden saat ini adalah dengan membuat sendiri camilan yang akan dikonsumsi anaknya, memberikan pengertian tentang bahaya camilan yang tidak aman dikonsumsi, bersikap selektif dalam membeli camilan yang akan dikonsumsi anaknya, ikut mengontrol dan membatasi pola camilan anak.

Tabel 2 Permasalahan-permasalahan responden

Kategori Permasalahan Jumlah

Keraguan pada kualitas keamanan camilan

Tidak tahu kualitas dari camilan tersebut 11

Camilan mengandung pengawet 6

Camilan tidak sehat membuat anak sakit 4 Bahan Tambahan Pangan yang tidak

aman (Perasa dan Penyedap)

4 Pencernaan anak terganggu atau sulit

buang air setelah mengkonsumsi camilan

3 Keraguan terhadap bahan baku produk

(24)

10

Keraguan pada kualitas kandungan gizi

Camilan tidak mengandung gizi yang jelas

3 Camilan enak dan disuka anak tetapi

bagaimana kandungan gizinya

Kurang variasi camilan anak yang sehat dengan kemasan menarik, dan rasa yang sesuai selera anak

5

Camilan yang dikonsumsi harus sesuai selera

3 Berdasarkan hasil wawancara dan analisis terhadap 50 responden, diperoleh hasil responden potensial sebanyak 70%. Responden dinyatakan konsumen potensial jika responden tersebut mempunyai permasalahan selama membeli atau mengkonsumsi camilan sehingga membutuhkan penyelesaian atau solusi yang dapat mengatasinya. Selain itu, dilihat juga dari intensitas pembelian dan konsumsi, serta ketertarikan atas penyelesaian permasalahan yang diberikan. Hasil wawancara responden diberikan bobot berdasarkan parameter untuk menunjukkan batas nilai tercapainya responden dapat dikatakan sebagai konsumen potensial. Cara penilaian responden potensial dapat dilihat pada Lampiran 3. Pasar potensial dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Pasar potensial pengembangan Sasumuzi Pembaruan Kanvas Model Bisnis Tahap Pertama

Permasalahan yang didapat dibandingkan dengan proposisi nilai dari model bisnis awal. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. Pada komponen value proposition, proposisi nilai pertama dan ketiga tidak terjadi perubahan dikarenakan proposisi nilai sudah tepat untuk menjawab permasalahan yang dapat diidentifikasi. Kemudian menghilangkan proposisi nilai bahan baku lokal dan kandungan prebiotik untuk pencernaan dikarenakan permasalahan yang diidentifikasi tidak begitu penting untuk diselesaikan dan tidak banyak responden yang mengalami permasalahan. Terdapat permasalahan baru yang penting untuk diselesaikan. Kemudian ditambahkan proposisi nilai kemasan menarik untuk menjawab permasalahan kebutuhan akan penampilan dan rasa sesuai selera anak untuk menjawab kebutuhan akan selera.

Potensial 70% Tidak

(25)

11 Tabel 3 Perbandingan masalah terhadap proposisi nilai

No. Proposisi Nilai Masalah yang didapat Frekuensi responden 1 Aman dikonsumsi Tidak tahu kualitas dari camilan

tersebut

11

Camilan mengandung pengawet 6

Camilan tidak sehat membuat anak sakit 4 Bahan Tambahan Pangan yang tidak

aman (perasa dan penyedap)

4

25

2 Bahan baku lokal Bahan lokal seharusnya bisa dikembangkan dikarenakan aman

1 3 Kandungan gizi

baik

Camilan tidak mengandung gizi yang jelas

3 Camilan enak dan disuka anak tetapi

bagaimana kandungan gizinya

Pencernaan anak terganggu atau sulit buang air setelah mengkonsumsi camilan

3

Kurang variasi camilan anak yang memiliki kemasan menarik, dan rasa yang sesuai selera anak

5

Camilan yang dikonsumsi harus sesuai selera

3 Analisis terhadap karakter pada responden potensial kemudian dilakukan agar dapat diketahui segmen yang tepat. Berdasarkan pengujian permasalahan, dapat dianalisis responden potensial adalah anak sekolah dasar usia 6-12 tahun. Hal tersebut tidak menyebabkan berubahnya hipotesis awal pada segmen pelanggan. Pembaruan tersebut kemudian dituliskan kembali pada kanvas model bisnis versi 1 pada Gambar 4.

(26)

12

Pengujian Solusi (Test The Solution)

Pada tahapan ini model bisnis yang telah diperbarui diuji kepada 35 responden potensial yang bisa dihubungi kembali dan penambahan 15 responden yang memiliki kriteria yang sama seperti responden potensial untuk mengetahui tingkat diterimanya model bisnis di kalangan konsumen. Permasalahan yang diberikan solusi adalah masalah dengan tingkat frekuensi yang tinggi. Desain solusi yang ditawarkan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Desain solusi

No. Value Proposition Desain Produk 1

Camilan tanpa tambahan aditif berbahaya sehingga aman dikonsumsi. tersebut bergizi karena mengandung protein, kalsium, vitamin, dan mineral Sehingga menjadikan produk memiliki gizi yang baik. Produk ini didesain dengan kemasan menarik agar berbeda dengan camilan yang

Pada pengujian solusi responden diminta untuk menilai apakah produk dan solusi yang ditawarkan cukup untuk menyelesaikan masalah yang ada. Pada tahap ini pula responden diminta untuk menilai kecocokan terhadap value proposition

(27)

13

Gambar 5 Contoh prototype produk Sasumuzi

Pada pengujian solusi, untuk proposisi nilai aman dikonsumsi terdapat 100% responden yang setuju. Hal tersebut disebabkan komposisi yang tercantum membuat responden mengetahui bahan baku apa saja yang terdapat pada produk dan tanpa tambahan aditif berbahaya sehingga aman dikonsumsi. Kemudian untuk proposisi nilai kandungan gizi baik, sebanyak 92% responden yang setuju. Hal tersebut disebabkan karena responden beranggapan bahwa produk memiliki kombinasi dari berbagai bahan yang bergizi seperti protein yang terdapat pada sukun dan kacang hijau serta kalsium yang terdapat pada susu skim. Terdapat 8% responden yang ragu-ragu terhadap kandungan gizi dikarenakan mereka belum yakin terhadap kandungan gizi Sasumuzi.

Gambar 6 Pendapat responden terhadap solusi yang ditawarkan Berdasarkan hasil pengujian untuk proposisi nilai kemasan menarik, sebanyak 72% responden setuju Sasumuzi memiliki kemasan yang menarik. Sebanyak 16% responden tidak tertarik dengan kemasan produk dan 12% responden masih ragu-ragu terhadap penampilan produk. Hal tersebut dikarenakan, responden menganggap kemasan Sasumuzi masih kurang aman, tutup kemasan tidak menarik, dan warna kurang cerah. Responden menyarankan kemasan masih harus didisain lebih menarik sehingga konsumen lebih tertarik untuk membeli Sasumuzi.

Kemudian untuk proposisi nilai kesesuaian rasa dengan selera anak, sebanyak 62% responden setuju rasa pada produk sudah sesuai dengan selera anak. Sebanyak 24% responden tidak setuju dan 14% responden masih ragu-ragu terhadap rasa Sasumuzi. Hal tersebut dikarenakan, responden menganggap rasa Sasumuzi terasa agak pahit, rasa manis masih kurang terasa, dan berbeda dari camilan sagon yang sudah ada.

50 46

Aman dikonsumsi Kandungan gizi baik Kemasan menarik Rasa sesuai selera anak

(28)

14

Pertanyaan lainnya mengenai kecocokan produk terhadap customer segment. Berdasarkan fitur-fitur yang diberikan apakah produk Sasumuzi sudah dapat menyentuh anak sekolah dasar usia 6-12 tahun. Berdasarkan hasil pengujian, sebanyak 82% responden setuju. Sebanyak 6% responden tidak setuju dan 12% responden masih ragu terhadap Sasumuzi. Responden yang tidak setuju tersebut dikarenakan mereka menganggap anak-anak sekarang tidak mengenal sagon. Kecocokan produk terhadap customer segment tersaji dalam Gambar 7.

Gambar 7 Kecocokan Sasumuzi secara umum

Pertanyaan selanjutnya mengenai harga jual yang diterima oleh konsumen. Berdasarkan hasil pengujian, didapat sebanyak 72% responden setuju Sasumuzi seharga Rp 2 000 – Rp 3 000, sebanyak 14% responden setuju dengan harga Rp 3 000 – Rp 4 000, dan sebanyak 14% responden setuju dengan harga diatas Rp 5 000. Kisaran harga tersebut menunjukkan rentang penilaian konsumen terhadap harga yang pantas dalam pembelian produk. Perbandingan harga jual produk kepada konsumen dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Harga yang diinginkan responden

Pertanyaan terakhir adalah mengenai saluran penjualan. Saluran penjualan produk merupakan jembatan yang akan menghubungkan antara produsen sebagai penjual dan konsumen sebagai pembeli. Pertanyaan ini diajukan untuk mendapatkan informasi mengenai kesukaan konsumen terhadap saluran penjualan. Pada pengujian ini responden dapat memilih lebih dari satu saluran penjualan. Berdasarkan pengujian didapat 58% responden menginginkan penjualan Sasumuzi di kantin sekolah. Hal tersebut dikarenakan supaya produk langsung tertuju kepada anak dan anak mudah mendapatkan produk. Sebanyak 26% responden menginginkan penjualan produk pada minimarket dan supermarket dan 16% responden menyarankan Sasumuzi dijual di warung kecil. Data tersebut memperlihatkan bahwa konsumen lebih menyarankan produk dijual di kantin sekolah dikarenakan cocok dengan nilai produk. Keinginan konsumen terhadap jenis saluran penjualan Sasumuzi dapat dilihat pada Gambar 9.

(29)

15

Gambar 9 Keinginan responden terhadap jenis saluran (channel) Pembaruan Kanvas Model Bisnis Tahap Kedua

Pada pengujian solusi, diperoleh solusi yang sesuai dengan keinginan konsumen. Akan tetapi, terdapat ketidakcocokan terhadap hipotesis sebelum dilakukan pengujian. Oleh karena itu, dilakukan pembaruan model bisnis yang sesuai. Pembaruan kanvas model bisnis secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Kanvas model bisnis versi 2 Verifikasi Model Bisnis

Berdasarkan seluruh pengujian yang dilakukan dan pembaruan model bisnis, dilakukan verifikasi apakah model bisnis akhir yang ditetapkan sudah tepat. Verifikasi dilakukan berdasarkan kecocokan produk dengan pasar, verifikasi pelanggan produk dan cara mencapainya, serta verifikasi apakah model bisnis dapat menghasilkan uang dan perusahaan.

16%

58% 26%

Warung kecil

Kantin sekolah

(30)

16

Kecocokan produk dengan pasar

Menurut Blank dan Dorf (2012), kecocokan produk dengan pasar ( product-market fit) memiliki tiga komponen sebagai parameternya. Komponen-komponen tersebut yaitu apakah permasalahan atau kebutuhan yang ditujukan mendesak atau penting untuk banyak pelanggan, apakah produk dapat memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan pelanggan dan pelanggan dengan senang hati untuk membayarnya, serta apakah ada pelanggan yang cukup besar yang dijadikan peluang bisnis.

Hasil pengujian masalah diperoleh bahwa selama ini responden yaitu orang tua yang berlaku sebagai decision maker memiliki masalah terhadap camilan yang beredar di pasaran dan konsumsi gizi sehari-hari pada anak-anaknya yang berlaku sebagai end user. Masalah-masalah tersebut meliputi adanya keraguan pada kualitas keamanan camilan, keraguan pada kualitas kandungan gizi, kebutuhan akan penampilan dan kebutuhan akan selera. Permasalahan-permasalahan tersebut masuk ke dalam kategori permasalahan jenis active problem dan vision dimana responden memahami masalah, mencari solusi sendiri seperti dengan membuat camilan sendiri, namun menginginkan solusi lain dan bersedia membayar lebih untuk produk yang lebih baik.

Pada pengujian solusi sebagian besar responden memberikan tanggapan positif terhadap produk. Responden menyatakan bahwa produk cukup menyelesaikan masalah dan merupakan inovasi produk yang sangat bagus. Beberapa responden menyarankan untuk menambah variasi rasa Sasumuzi seperti cokelat dan vanila. Dengan adanya perbaikan fitur produk berdasarkan saran-saran responden seperti bentuk, rasa, dan kemasan, produk akan lebih diminati oleh konsumen dan berpotensi untuk mengambil pasar makanan ringan yang sudah ada. Selain itu produk camilan sehat mulai banyak dilirik konsumen. Berbagai industri makanan mulai menerima permintaan produk yang lebih sehat seperti produk yang diperkaya protein, vitamin, dan mineral. Dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan, peluang pasar terlihat cukup bagus di masa sekarang dan mendatang.

Sasumuzi disegmentasikan kepada anak sekolah dasar usia 6-12 tahun sebagai end-user. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014), pada tahun 2013-2014 jumlah murid sekolah dasar di Indonesia sebanyak 26 504 160 orang. Sebanyak 20% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan jumlah kalangan menengah yang bersedia untuk membayar lebih untuk konsumsi makanan ringan yang lebih berkualitas. Sehingga jumlah konsumen sebanyak 5.3 juta jiwa merupakan jumlah yang cukup besar untuk dijadikan peluang bisnis.

Pelanggan produk dan cara mencapainya

Camilan merupakan makanan yang disukai oleh anak-anak bahkan semua usia. Cara pencapaian pelanggan dengan mengakuisisi pelanggan terlebih dahulu seperti promosi atau sosialisasi produk ke sekolah-sekolah sebagai langkah awal pengenalan produk. Pada saat akuisisi pelanggan, dapat diberikan free sample

(31)

17

Cara perusahaan menghasilkan uang dan menumbuhkan perusahaan

Salah satu faktor penting dalam menganalisis potensi peningkatan pendapatan adalah dengan analisis ukuran pasar (market size). Ukuran pasar meliputi total addressable market, total available market, dan target market yang menjelaskan berapa besar peluang Sasumuzi untuk memasuki pasar. Pasar utama Sasumuzi adalah anak sekolah dasar usia 6-12 tahun. Berdasarkan analisis ditentukan target market sebesar 580 juta rupiah per tahun. Dengan kapasitas produksi 193.3 ribu kemasaan per tahun maka produk ini dapat menghasilkan uang dan menumbuhkan perusahaan apabila dijual dengan harga Rp 4 500 per kemasan. Dari hasil pengujian terdapat sebanyak 14% responden yang bersedia membayar Sasumuzi dengan harga diatas Rp 5 000. Perhitungan biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 6.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Permasalahan yang didapatkan yaitu keraguan pada kualitas keamanan camilan, keraguan pada kualitas kandungan gizi, kebutuhan akan penampilan, dan kebutuhan akan selera. Untuk lebih menyelesaikan permasalahan atau memenuhi kebutuhan konsumen, dilakukan penambahan proposisi nilai yaitu kemasan menarik dan rasa sesuai selera anak. Segmen pelanggan yang dituju adalah anak sekolah dasar usia 6-12 tahun dan hasil pengujian ini menunjukkan bahwa segmen pelanggan telah sesuai.

Berdasarkan proposisi nilai yang baru maka dilakukan pengembangan produk dengan mengubah formulasi dan kemasan. Hasil pengujian solusi didapatkan bahwa produk hasil pengembangan telah sesuai dengan kebutuhan segmen pelanggan yang dituju.

Saran

Pada penelitian ini, pengujian model bisnis belum mencangkup seluruh komponen dalam kanvas model bisnis. Diperlukannya pengujian lebih lanjut seperti customer validation, customer creation, dan company building untuk mendapatkan model bisnis yang terverifikasi sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual: The Step-by Step Guide for Building a Great Company. New Jersey (US): K&S Ranch, Inc. Publisher. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jawa Barat dalam Angka. Jawa Barat (ID):

Badan Integrasi Pengelolahan dan Diseminasi Statistik.

(32)

18

Hanani H. 2012. Manfaat legalitas merek dagang bagi industri kecil dan menengah [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 27]. tersedia pada : http://patentmerk.com/ article/.

Miles MB, Huberman AM. 1994. Qualitative Data Analysis. Thousand Oaks, California (US) : Sage.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya (Edisi 5). Yogyakarta (ID) : STIE YKPN.

Osterwalder A, Pigneur Y. 2010. Business Model Generation. New Jersey (US): John Wiley & Sons, Inc.

Saunders M, Lewis P, Thornhill A. 2009. Research Methods for Business Student : Fifth Edition. Essex (UK) : Pearson Education Limited.

TIM PPM. 2012. Business Model Canvas Penerapan di Indonesia. Jakarta (ID): PPM.

[USDA] United States Departement of Agriculture. 2010. Snack Food Ingredient. [Internet]. [diunduh 2015 Desember 27] Tersedia pada: http://gain.fas.usda.gov/Recent%20GAIN%20Publications/Snack%20Foo d%20Ingredient_Jakarta_Indonesia_11-26-2010.pdf

(33)

19 Lampiran 1 Daftar pertanyaan pengujian permasalahan

ANALISIS TERHADAP PERMASALAHAN PADA PRODUK CAMILAN

A. Identitas Responden

Nama :

Umur Anak :

Alamat :

Profesi :

No. HP :

B. Pertanyaan Umum

1. Seberapa sering anda membeli camilan dan anak anda mengkonsumsinya?

2. Dimana anda biasa membeli camilan untuk anak?

3. Berapa kisaran harga camilan yang biasa anda beli?

C. Test the Problem

1. Permasalahan apa yang anda lihat atau temukan pada camilan anak yang beredar di pasaran?

2. Selama anak anda mengkonsumsi camilan apakah pernah mengalami permasalahan?

3. Dari permasalahan yang dihadapi bagaimana cara anda untuk mengatasinya?

(34)

20

Lampiran 2 Daftar pertanyaan pengujian solusi

TAHAP PENGUJIAN SOLUSI (TEST THE SOLUTION) UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK SASUMUZI

A. Identitas Responden

Nama :

Umur Anak :

Alamat :

Profesi :

No. HP :

B. Uji Penerimaan Produk Fitur Produk

1. Apakah Sasumuzi aman dikonsumsi?

a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu

2. Apakah anda setuju Sasumuzi memiliki kandungan gizi yang baik?

a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu

3. Apakah anda setuju Sasumuzi memiliki penampilan kemasan yang menarik?

a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu

4. Apakah anda setuju Sasumuzi memiliki rasa yang sesuai selera anak?

a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu

Customer Segment

1. Dari fitur-fitur yang ditawarkan apakah Sasumuzi sudah dapat menyentuh anak sekolah dasar usia 6-12 tahun?

a. Ya b. Tidak c. Ragu-ragu

Alasan :

Alasan :

Alasan :

(35)

21

Channel

1. Berdasarkan fitur-fitur produk, berapa harga jual yang tepat untuk membeli produk Sasumuzi?

a. Rp 2.000 - Rp 3.000 b. Rp 3.000 – Rp 4.000 c. > Rp 5.000

2. Berdasarkan fitur-fitur produk Sasumuzi, tempat mana yang tepat untuk menjual produk tersebut?

a. Warung kecil b. Kantin sekolah

c. Minimarket/supermarket d. Lainnya

Berikan saran dan masukkan dalam pengembangan produk Sasumuzi. Alasan :

(36)

22

Lampiran 3 Data responden pengujian permasalahan

Nama Usia Anak

Konsumsi

Camilan Ketertarikan Keterangan

(37)

23

Mila 6 v v Potensial

Rahmah 11 v v Potensial

Siti Nurlaela 7 v v Potensial

Natalia Sumartini 8 v v Potensial

Rani F 7 dan 10 v v Potensial

Mira Daniati 6 dan 7 v v Potensial

Tia 9 v v Potensial

Novita 7 v v Potensial

Suci Baharani 7 v v Potensial

Anggi 8 v v Potensial

(38)

24

Lampiran 4 Data responden pengujian solusi

(39)

25

40 Rosa 7

41 Ninin Yunike 6

42 Lala 8

43 Yana 9

44 Siti Maryam 10

45 Yuyun 7

46 Aisyah 11

47 Maryani 6

48 Surati 12

49 Karini 6

(40)

26

Lampiran 5 Ukuran Pasar

Ukuran Pasar (Market Size)

Ukuran pasar merupakan gambaran pasar dari sebuah usaha dimana mengukur seberapa besar kemampuan produk atau jasa dalam menguasai pasar. Hipotesis ukuran pasar dapat membantu produsen dalam mengukur peluang pasar yang tersedia (Blank dan Dorf 2012). Sasumuzi dalam hipotesis awalnya mengukur peluang pasar berdasarkan total addressable market, served available market, dan target market.

Total Addressable Market

Total addressable market merupakan keseluruhan potensi pasar yang berpeluang menjadi konsumen dari produk yang ditawarkan. Menurut Badan Pusat Statistik (2014), pada tahun 2013-2014 jumlah murid sekolah dasar di Indonesia sebanyak 26 504 160 orang. Data wawancara penelitian menunjukkan bahwa konsumen mengkonsumsi camilan minimal 3 kali dalam seminggu. Dengan demikian total addressable market dapat diasumsikan sebesar 11 358 925 kemasan per hari atau sebesar 12 240 milyar rupiah per tahun. Nilai tersebut mendekati total penjualan makanan ringan jenis sweet and savory snack yang mencapai 12 038 milyar rupiah pada tahun 2012.

Served Available Market

Served available market merupakan besar pasar yang dapat dijangkau perusahaan dengan channel yang ada. Asumsi awal pasar produk ini adalah untuk daerah Bogor Kota dan Kabupaten. Menurut Badan Pusat Statistik (2014), pada tahun 2013-2014 jumlah murid sekolah dasar di Kota dan Kabupaten Bogor sebanyak 631 875 orang. Asumsi awal konsumen yang akan membeli adalah dari kelompok kelas menengah atas. Berdasarkan data pada USDA (2010), terdapat 20% penduduk Indonesia dengan kelas menengah atas yang mampu membeli produk makanan olahan dalam kemasan yang lebih berkualitas. Dengan asumsi tersebut maka besar SAM adalah 126 375 orang. Asumsi konsumen membeli camilan 3 kali dalam seminggu. Dengan demikian served available market

diperkirakan sebesar 19.33 juta kemasan per tahun atau senilai dengan 58 milyar rupiah per tahun.

Target Market

(41)

27 Lampiran 6 Analisis biaya

A. Biaya Penyusutan

Nama Alat Kuantitas Satuan Harga

satuan

Timbangan 1 Unit 150 000 150 000 15 000 36 3 750

Sewa

Tepung Sukun 68 kg 28 000 1 904 000

Tepung Kacang hijau 18 kg 38 000 684 000

Tepung Beras 25 kg 22 000 550 000

Susu skim 113 kg 80 000 9 040 000

Kelapa parut 47 kg 10 000 470 000

Gula pasir 64 kg 12 000 768 000

Garam 2 kg 8 000 16 000

Kemasan 16 108 buah 500 8 054 000

Direct Labor

Karyawan 1 orang 3 000 000 3 000 000

Buruh/pekerja 3 orang 2 500 000 7 500 000

Overhead Variabel

Biaya listrik 300 000

Biaya bahan bakar 4 gas 120 000 480 000

Biaya pemeliharaan bangunan

100 000

Biaya pemeliharaan alat 100 000

Overhead Tetap

Penyusutan alat 2 206 250

(42)

28

Lampiran 6 Analisis Biaya (Lanjutan)

Biaya pokok produksi (Rp) 35 172 250 Jumlah produk (kemasan) 16 108 Harga pokok produksi per unit (Rp) 2 184 Keterangan :

Hari kerja : 25 hari/bulan Jam kerja : 8 jam/hari

Skala produksi : 644 kemasan/hari

Penentuan harga jual cost plus pricing dengan metode full costing

Biaya pokok produksi (Rp) 35 172 250 Jumlah produk (kemasan) 16 108 Harga pokok produksi per unit (Rp) 2 184 Biaya Non Produksi

Komponen Biaya (Rp)

Biaya pemasaran

Distribusi 2 000 000

Promosi 1 500 000

Biaya administrasi

Administrasi umum 1 000 000

Total Biaya Non Produksi (BNP) 4 500 000

Biaya total (BP+BNP) Rp 39 672 250

Harga jual (Biaya total+(70% laba x biaya total) Rp 67 442 825 Harga jual per kemasan Rp 4 187

(43)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 19 Juli 1993. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara yang berasal dari pasangan Bapak Kardi dan Ibu Rolatiyah. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1998-1999 di TK Andhika Cilegon. Pada tahun 1999-2005, penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD V YPWKS Cilegon. Setelah menempuh pendidikan sekolah dasar, pada tahun 2005-2008 penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPIT Raudhatul Jannah Cilegon dan pada tahun 2008-2011 melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMAN 3 Cilegon. Pada tahun 2011, Penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 pada perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN Undangan di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dibeberapa lembaga kemahasiswaan yaitu Klub Asrama TPB Mega Entrepreneur, Keluarga Mahasiswa Banten, dan Himalogin (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri) sebagai Staff Departemen Technopreneur. Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan sebagai Bendahara di acara Hari Warga Industri 2013 yang diselenggarakan di Depertemen Teknologi Industri Pertanian, sebagai Anggota Divisi Dekorasi, Dokumentasi, dan Publikasi di acara All Entrepreneur in Action BEM TPB.

Gambar

Gambar 1  Diagram alir pengembangan pasar dengan metode riset aksi yang
Gambar 2  Hipotesis kanvas model bisnis awal
Tabel 2  Permasalahan-permasalahan responden
Gambar 4  Kanvas model bisnis versi 1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Pemeliharaan secara rutin pada perlengkapan keselamatan di kapal merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan karena telah diatur dalam International Safety Management

- Mobilisasi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan pelayanan air minum berbasis masyarakat, dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada pada

a) Mengupayakan peningkatan target pasar (jumlah nasabah dan nominal funding), terutama untuk produk simpanan (Simpanan Mutiara, Simpanan Berjangka/IJABAH, Simpanan

Berdasarkan pembahasan hasil analisi data yang telah dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa Arus kas secara langsung tidak berpengaruh

128 Walaupun mayoritas jawaban responden menyatakan setuju terhadap dimensi ini, namun jika diperhatikan sebanyak 6, 30 % yaitu 72 responden menyatakan ragu- ragu bahwa

Meskipun sering kaliseorang arsitek dilibatkan dalam suatu pemecahan permasalahan, tradisi yang biasa dilakukan adalah seorang klien menyodorkan maslah pada seorang

Dari analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa pilihan karier mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni adalah bekerja (71%), pendidikan profesi (33%), dan magister (42%)

Selain itu juga untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam bermain bola basket melalui shooting dengan puring (sepuluh ring). Manfaat penelitian ini secara teoretis,