• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre)"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENGGUNAKAN NARKOBA

(Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DISUSUN OLEH

HALASSON ADELBERTH MARLEN SIMANGUNSONG 100902024

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Halasson Adelberth Marlen Simangunsong Nim : 100902024

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENGGUNAKAN NARKOBA (STUDI DESKRIPTIF : REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE)

Penelitian dilakukan di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumut yang berada di Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan Utama dalam penelitian ini adalah mereka yang menjalani proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Narkoba sebanyak lima orang dan satu informan Kunci yaitu salah satu konselor di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumut. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitaif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan penyalahgunaan Narkoba pada Binaan di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumut adalah pengaruh teman sebaya/ sepergaulan dan bukan hanya itu saja ada faktor lain yang menyebabkan mereka terjerumus dalam penyalahgunaan Narkoba seperti faktor gangguan kepribadian, religiusitas, usia, adanya narkoba itu sendiri, keluarga, dan lingkungan tempat tinggal.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Nama : Halasson Adelberth Marlen Simangunsong Nim : 100902024

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE DOMINANT FACTORS THAT INFLUENCE DRUG ABUSE IN ADOLESCENTS (DESCRIPTIVE STUDY: ADOLESCENT VICTIMS OF DRUG

ABUSE FACILITATED AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE)

that encourage them to consume and abusing the drug. The study was conducted at Al-Kamal Sibolangit Centre" Sumatra is located in the Village District of Suka Makmur Sibolangit Deli Serdang regency . This research is a descriptive study , in which the key informants in this study were those who underwent the process of social rehabilitation of victims of drug abuse as many as four people and one additional informant is one of the social psychologists in a nursing employee Al-Kamal Sibolangit Centre depth and observation . The data obtained in the field and then analyzed by the researchers explained in Qualitative , which in turn can be deduced from the results of these studies .

The results showed that the dominant factor in drug abuse in Al-Kamal Sibolangit Centre" Sumatra is peer influence / sepergaulan and not only that there are other factors that cause them to fall into drug abuse as factors of personality disorders , religiosity , age , the presence of the drugs themselves , families , and neighborhoods.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan

dan berkatNya penulis dapat memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan masa perkuliahan

di Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara (FISIP USU) dan atas izinNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Adapun yang menjadi judul skripsi ini adalah AnalisisFaktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre).

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Orangtuaku, Sumihar Simangunsong dan Sopiana

Simamora yang dengan penuh cinta kasih dan perjuangan mulai dari merawat, membesarkan,

mendidik, mendukung, serta selalu berupaya memenuhi kebutuhan penulis. Semoga apa yang

penulis berikan ini dapat menambah kebanggaan bagi orang tua saya.

Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan yang telah membantu penulis selama

kuliah sampai penulis lulus, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Sp, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan

Sosial.

3. Ibu Mastauli Siregar S.Sos. M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah menyediakan

waktu untuk membimbing, memberikan arahan dan dukungan serta masukan dalam

(5)

4. Drs. Matias Siagian, M.Si. Ph.D selaku dosen pembimbing akademik penulis yang

telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

5. Kepada seluruh Dosen Depertemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Dosen pengajar

mata kuliah, yang telah memberikan materi kuliah selama penulis menjalankan studi

di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara.

6. Buat sahabat dan teman seperjuangan penulis, Kawan –kawan Ilmu Kesejahteraan

social. Kebersamaan itu, akan menjadi kenangan yang manis.

7. Buat semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini, dan tidak bisa

penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih untuk dukungannya.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan bekerja keras dalam menyusun

skripsi ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun

penulisan dari skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang

bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama

menyelesaikan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2014

Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Abstrak... i

Abstarct ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar isi ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11

1.4 Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Narkoba ... 13

2.1.1 Pengertian Narkoba ... 13

2.1.2 Sejarah Perkembangan Narkoba ... 26

2.2 Penyalahgunaan Narkoba ... 27

(7)

2.2.2 Modus Operandi Penyalahgunaan Narkoba ... 28

2.2.3 Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba... 30

2.2.4 Tahap-Tahap Penyalahgunaan Narkoba ... 31

2.2.5 Dampak Penyalahgunaan Narkoba ... 33

2.2.6 Bahaya Penyalahgunaan Narkoba ... 34

2.3 Proses Terjebak Narkoba ... 37

2.4 Beberapa Gejalan Dini Penyalahgunaan Narkoba ... 38

2.5 Beberapa ciri psikologis dan perilaku penyalahgunaan narkoba ... 38

2.6 Remaja ... 40

2.6.1 Pengertian Remaja ... 40

2.6.2 Ciri-Ciri Umum Remaja ... 41

2.6.3 Proses Perubahan Pada Remaja ... 42

2.7 Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba ... 44

2.8 Alasan Remaja Menggunakan Narkoba ... 45

2.9 Faktor-Faktor Remaja Menggunakan Narkoba ... 46

2.10 Adiksi ... 55

2.10.1 Pengertian Adiksi ... 55

2.10.2 Karakteristik Adiksi ... 57

2.10.3 Model-Model Ketergantungan ... 57

2.11 Kerangka Pemikiran... 60

2.12 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 63

2.11.1 Defenisi Konsep ... 63

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 67

3.1 Tipe Penelitian ... 67

3.2 Pendekatan Penelitian ... 67

3.3 Lokasi Penelitian ... 69

3.4 Unit Analisis dan Informan ... 69

3.4.1 Unit Analisis ... 69

3.4.2 Informan ... 70

3.4.2.1 Informan Kunci ... 70

3.4.2.2 Informan Utama ... 70

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 71

3.5 Teknik Analisis Data ... 72

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 73

4.1 Sejarah Berdirinya Lembaga ... 73

4.2 Visi dan Misi ... 74

4.2.1 Visi ... 74

4.2.2 Misi ... 74

4.3 Struktur Organisasi ... 75

(9)

4.5 Metode Pengobatan ... 86

BAB V ANALISIS DATA ... 89

5.1 Hasil Temuan ... 89

5.1.1 Informan 1 ... 89

5.1.2 Informan 2 ... 99

5.1.3 Informan 3 ... 105

5.1.4 Informan 4 ... 112

5.1.5 Informan 5 ... 118

5.1.6 Informan Tambahan ... 124

5.2 Analisis Data ... 130

BAB VI PENUTUP ... 144

6.1 Kesimpulan ... 144

6.2 Saran ... 145

(10)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Halasson Adelberth Marlen Simangunsong Nim : 100902024

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI REMAJA MENGGUNAKAN NARKOBA (STUDI DESKRIPTIF : REMAJA KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BINAAN AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE)

Penelitian dilakukan di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumut yang berada di Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan Utama dalam penelitian ini adalah mereka yang menjalani proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Narkoba sebanyak lima orang dan satu informan Kunci yaitu salah satu konselor di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumut. Teknik pengumpulan data dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitaif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan penyalahgunaan Narkoba pada Binaan di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumut adalah pengaruh teman sebaya/ sepergaulan dan bukan hanya itu saja ada faktor lain yang menyebabkan mereka terjerumus dalam penyalahgunaan Narkoba seperti faktor gangguan kepribadian, religiusitas, usia, adanya narkoba itu sendiri, keluarga, dan lingkungan tempat tinggal.

(11)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Nama : Halasson Adelberth Marlen Simangunsong Nim : 100902024

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE DOMINANT FACTORS THAT INFLUENCE DRUG ABUSE IN ADOLESCENTS (DESCRIPTIVE STUDY: ADOLESCENT VICTIMS OF DRUG

ABUSE FACILITATED AL-KAMAL SIBOLANGIT CENTRE)

that encourage them to consume and abusing the drug. The study was conducted at Al-Kamal Sibolangit Centre" Sumatra is located in the Village District of Suka Makmur Sibolangit Deli Serdang regency . This research is a descriptive study , in which the key informants in this study were those who underwent the process of social rehabilitation of victims of drug abuse as many as four people and one additional informant is one of the social psychologists in a nursing employee Al-Kamal Sibolangit Centre depth and observation . The data obtained in the field and then analyzed by the researchers explained in Qualitative , which in turn can be deduced from the results of these studies .

The results showed that the dominant factor in drug abuse in Al-Kamal Sibolangit Centre" Sumatra is peer influence / sepergaulan and not only that there are other factors that cause them to fall into drug abuse as factors of personality disorders , religiosity , age , the presence of the drugs themselves , families , and neighborhoods.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan serius.

Permasalahan ini tidak hanya menjadi masalah nasional dan beberapa negara saja. Akan

tetapi permasalahan penyalahgunaan narkoba sudah menjadi permasalahan dunia. Banyak

kasus yang menunjukkan akibat dari permasalahan tersebut telah banyak menyebabkan

kerugian, baik materi maupun non materi. Kejadian tersebut bisa saja seperti kasus

perceraian, perampokan, pembunuhan atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian.

Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) tahun 2006, pemakaian narkotika di dunia sebanyak 162,4 juta orang pada tahun 2008, diperkirakan

terjadi peningkatan 4 % penyalahgunaan narkotika di seluruh dunia, dari 200 juta orang pada

tahun 2006 menjadi 208 juta orang pada tahun 2007. Jumlah pengguna diperkirakan akan

terus meningkat sampai dengan 2013, dari 24 % pengguna ditahun 2004 menjadi 28 %

ditahun 2013. (Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Universitas Indonesia, 2008). Di Indonesia, Permasalahan penyalahgunaan narkoba pada akhir tahun ini kian hari

kian meningkat saja, terbukti dengan semakin banyaknya pemberitaan-pemberitaan melalui

media. Baik itu di media massa maupun di media elektronik, yang hampir setiap hari

memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan narkoba oleh aparat

keamanan. Data yang diperoleh dari Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) menyatakan,

sepanjang tahun 2012 terdapat sebanyak 26.458 kasus penyalahgunaan narkoba yang terdiri

dari: 17.620 kasus narkotika, 1.599 kasus psikotropika, serta 7.239 kasus zat adiktif.

(13)

sisi, Gerakan Nasional Anti Narkoba (Granat) mencatat sebanyak 50 orang per hari

meninggal akibat narkoba.

Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan pusat

kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2008 juga mencatat angka prevalensi nasional

(penyalahgunaan narkoba) adalah 1,99% dari jumlah penduduk Indonesia (3,6 juta jiwa) dan

pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 juta jiwa)). Hal tersebut

menjadi salah satu penyebab Indonesia tidak lagi menjadi negara transit akan tetapi sudah

menjadi negara pasar narkoba yang besar apalagi dengan harga yang tinggi (great market,

great price), sehingga Indonesia semakin rawan menjadi surga bagi para sindikat narkoba

(BNNP-Sumut,2013).

Saat ini juga sudah muncul 250 jenis narkoba baru masuk ke Indonesia dimana terdata

jumlah pengguna narkoba mencapai empat juta orang dan sebagian besar usia produktif.

Indonesia disinyalir berada diperingkat keempat terbesar pengguna narkoba di dunia dan

setiap tahun jumlahnya terus meningkat. BNN juga merilis data kelompok berusia 10-20

tahun sebagai pengguna aktif dan terjadi peningkatan 2,5 persen pengguna baru dimana

setiap tahun peningkatan satu persen pengguna baru.

Pada tahun 2013, Entimasi kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan

narkoba +_ Rp. 57 triliun. Yang terdiri dari komponen biaya private dan biaya sosial,

sehingga secara global penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba semakin mempengaruhi

segenap sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Indonesia yang semula

hanya menjadi negara transit atau tempat pemasaran dan peredaran sekarang sudah

meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan merupakan negara eksportir atau negara

(14)

Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari aspek yuridis

adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya melarang penggunaan narkotika

tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud. Keadaan inilah dalam kenyataan empiris

pemakaiannya sering disalahgunakan, dan tidak untuk kepentingan kesehatan tapi lebih jauh

daripada itu, yakni dijadikan sebagai objek bisnis dan berdampak pada kegiatan merusak

mental, baik fisik maupun psikis generasi muda.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah memberi perlakuan

yang berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum undang-undang ini berlaku

tidak ada perbedaan perlakuan antara pengguna, pengedar, bandar, maupun produsen

narkotika. Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku tindak pidana,

namun di sisi lain merupakan korban. Pengguna atau pecandu narkotika menurut

undang-undang sebagai pelaku tindak pidana narkotika adalah dengan adanya ketentuan

Undang-Undang Narkotika yang mengatur mengenai pidana penjara yang diberikan pada para pelaku

penyalahgunaan narkotika. Kemudian di sisi lain, pecandu narkotika tersebut merupakan

korban adalah ditunjukkan dengan adanya ketentuan bahwa terhadap pecandu narkotika dapat

dijatuhi vonis rehabilitasi (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).

Salah satu kelompok yang rentan untuk ikut terbawa arus adalah para remaja. Masa

remaja merupakan seorang anak yang mengalami perubahan cepat dalam segala bidang,

menyangkut perubahan tubuh, perasaan, kecerdasan, sikap sosial dan kepribadian. Mereka

mudah dipengaruhi karena didalam diri remaja tersebut banyak perubahan dan tidak stabilnya

emosi cenderung menimbulkan perilaku yang nakal. Demikian pula mereka yang berusia 21

tahun sampai 25 tahun, menurut Dr. Zakiah Daradjat walaupun dari perkembangan jasmani

dan kecerdasan telah betul-betul dewasa dan emosinya juga sudah stabil, namun dari segi

(15)

Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga seringkali ingin

mencoba-coba, berkhayal, dan merasa gelisah, serta berani melakukan pertentangan jika

dirinya merasa disepelekan atau tidak dianggap. Untuk itu, mereka sangat memerlukan

keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empati dari orang dewasa.

Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu

banyak menyaksikan ketidakkonsistenan dimasyarakat yang dilakukan oleh orang dewasa.

Hal ini berpengaruh terhadapat tingkah laku remaja antara lain merokok, seks bebas, berjudi,

mabuk sampai mengkonsumsi narkoba (Asrori:2008:60).

Dalam perspektif psikologi perkembangan masa remaja memang masa yang

berbahaya, karena pada masa ini seorang mengalami masa transisi atau peralihan dari masa

kehidupan anak-anak menuju kedewasaan yang sering ditandai dengan krisis kepribadian.

Perubahan fisik dan psikis yang sangat cepat menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal,

misalnya perubahan peranan, timbul rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan kebebasan,

kegoncangan emosional, rasa ingin tahu yang menonjol, adanya fantasi yang berlebihan,

ikatan kelompok yang kuat dan krisis identitas (http//www.bkkbn.co.id, diakses pada 04 Januari 2014. pukul 20.50).

Secara sosiologis, remaja umumnya memang amat rentan terhadap

pengaruh-pengaruh eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah sekali

terombang-ambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Remaja juga mudah

terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi kejiwaan yang labil

dan remaja mudah terpengaruh. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dan tidak mau

pusing-pusing memikirkan dampak negatifnya. Di berbagai komunitas dan kota besar

metropolitan, jangan heran jika hura-hura, seks bebas, menghisap ganja dan adiktif lainnya

(16)

Kondisi keluarga mempunyai pengaruh pada terjadinya penyalahgunaan narkoba pada

remaja. Dalam hal ini kondisi keluarga ditandai dengan keutuhan keluarga, kesibukan

orangtua, hubungan interpersonal antar keluarga, dapat merupakan faktor yang berperan serta

pada penyalahgunaan narkoba. Keluarga yang tidak mengenal Tuhan, tidak harmonis atau

mempunyai tuntutan yang terlalu tinggi, tidak ada pendidikan keluarga, tidak ada dorongan

dan bimbingan bagi anak-anaknya, tidak mengenal rasa cinta dan kasih sayang, kurang

perhatian keluarga salah satu faktor penyebab anak atau remaja akan membingungkan dirinya

dan bisa menjadikan si remaja menjadi nakal dan dapat juga mengkonsumsi narkoba

(Mastauli, 2007:44).

Teman sebaya juga mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan

penyalahgunaan narkoba pada diri seseorang. Pada banyak kasus, perkenalan pertama dengan

narkoba biasanya justru datang dari teman. Teman sebaya ini bisa merupakan teman sekolah,

teman sepermainan dan di lingkungan masyarakat, sesama anggota dari klub, kelompok atau

geng tertentu yang rata-rata memiliki usia, karekteristik, permasalahan dan pola pikir yang

hampir sama. Pengaruh teman ini sangat sukar untuk dilepaskan, karena dapat menciptakan

keterikatan dan kebersamaan dalam diri remaja. Pengaruh teman ini tidak hanya dirasakan

pada saat perkenalan pertama pada narkoba, melainkan juga menyebabkan seorang remaja

tetap menggunakan atau mengalami kekambuhan (relapse).

Apapun bentuk ekspresi kejiwaan remaja yang diperlukan adalah tempat penyaluran

yang sehat, kebutuhan efektifitas sosial, melakukan sosialisasi kelompok yang memenuhi

kebutuhan aktualisasi dirinya. Mereka ingin dianggap kehadirannya dalam wujud apresiasif

dan butuh penghargaan. Apabila hal ini tidak terwujud maka penyaluran potensi dirinya itu

(17)

Sebanyak 22 persen pengguna narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar.

Jumlah tersebut menempati urutan kedua terbanyak setelah pekerja yang menggunakan

narkoba. Hal tersebut diungkapkan Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN)

Yeppi Manafe saat acara Diseminasi Informasi dalam rangka P4GN Bagi Kalangan Pelajar di

Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI) Kota Semarang. Menurut dia, pelajar

menempati urutan kedua pengguna terbesar narkoba setelah pekerja yang berjumlah 70

persen. 22 persen pelajar serta sisanya dari kalangan lain. Namun setelah kami melakukan

penelitian kembali, ternyata dari 70 persen pengguna di kalangan pekerja tersebut merupakan

pemakai lanjutan, artinya sejak menjadi pelajar mereka sudah menggunakan narkoba.

Hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan, prevalensi

penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar mencapai 4,7 persen dari jumlah pelajar dan

mahasiswa atau sekitar 921.695 orang. Dari jumlah tersebut, 61 persen di antaranya

menggunakan narkoba jenis analgesik dan 39 persen jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan

lem.

Pada Tahun 2011, siswa SMP pengguna narkoba berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012

naik menjadi 1.424 orang, sedangkan pengguna baru pada Januari-Febuari Tahun 2013

tercatat 262 orang. Dikalangan SMA, pada Tahun 2011 tercatat ada 3.817 orang, tahun

berikutnya menjadi 3.410 orang. Adapun kasus Tahun 2013 tercatat sebanyak 519 orang.

Berdasarkan data-data yang telah ada sebelumnya, menunjukkan tiap tahun angka

penyalahgunaan narkoba di Indonesia semakin meningkat aja. Ini membuat Indonesia tidak

hanya menjadi tempat transit, akan tetapi Indonesia sekarang ini telah menjadi produsen

terbesar narkoba. Indonesia saat ini mempunyai impian untuk bisa bebas dari Narkoba pada

tahun 2015, namun kenyataannya banyak pihak yang telah meragukan impian tersebut. Untuk

(18)

penyalahgunaan semakin meningkat dengan memperbaiki hukum yang ada dan juga semakin

meningkatkan kewaspadaan terhadap para bandar narkoba. Usaha-usaha tersebut juga bisa

saja melibatkan para pihak penyuluh untuk bisa memberikan informasi bahaya narkoba

kepada semua lapisan masyarakat khususnya para remaja dan mengajak para orangtua yang

mempunyai anak pengguna narkoba untuk mau membawakan anaknya ke panti rehabilitasi

yang telah disediakan pihak pemerintah maupun pihak swasta untuk memudahkan para

pengguna narkoba mendapatkan pemulihan dari ketergantungan narkoba.

Usaha untuk mengatasi permasalahan penyalahgunaan narkoba memang merupakan

hal yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Akan tetapi demi Negara, Bangsa dan Tanah Air,

yaitu Republik Indonesia tercinta, maka tantangan ini hendaknya dihadapi, walaupun keadaan

sangat sulit. Sebagaimana yang telah terjadi di Tiongkok, pada zaman kegelapan, karena

bangsa Inggris menggunakan candu untuk menghancurkan bangsa yang besar itu.

Beruntunglah pada masa itu di Tiongkok masih ada pecinta bangsa dan negara, ditambah

kaum inteleknya menyadari akan hal itu, sehingga dengan berani mengadakan

gerakan menghadapi penjajah perusak moral dan bangsa itu dengan mengadakan

gerakan-gerakan perlawanan (Yanny, 2003:2).

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkoba di

Indonesia telah dilakukan oleh berbagai pihak. Pemerintah, misalnya, telah membentuk

Badan Narkotika Nasional (BNN) melalui keputusan presiden No. 17 Tanggal 12 Maret

2002, yang secara ex-officio diketahui oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia. Badan ini

memiliki struktur hingga kabupaten/kota. Di tingkat pusat, badan ini bertugas membantu

presiden melaksanakan koordinasi dalam rangka ketersediaan, pencegahan, dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Untuk itu usaha yang

(19)

(deman reduction). Pengurangan pemasokan dilakukan dari sisi hukum dan peraturan, dengan

memberikan sanksi hukum yang berat bagi pengedar narkoba, sedangkan pengurangan

permintaan dilakukan dengan pembinaan pada masyarakat, khususnya generasi muda, agar

tidak terjebak dalam penyalahgunaan narkoba, juga upaya menghentikan penggunaan

(penyembuhan) bagi penyalahgunaan narkoba (Afiatin,2008:43).

Salah satu program yang dapat digunakan dalam terapi ketergantungan narkoba

adalah program rehabilitasi. Program ini adalah pilihan yang baik untuk klien, khususnya

mereka yang mempunyai kesulitan untuk menyesuaikan hidup tanpa menggunakan narkoba

dan seringkali kambuh. Namun sampai saat ini pemerintah masih membutuhkan 1000 panti

rehabilitasi bagi pengguna narkoba. Program ini adalah perawatan jangka panjang yang

biasanya berlangsung antara 3-12 bulan dan diharapkan merupakan program lanjutan setelah

dilakukan program detoksifikasi. Sasaran utama dari program ini adalah abstinentia atau

sama sekali tidak menggunakan narkoba(Sumiati, 2009:25).

Menurut data BNN saat ini ada 40 unit lembaga rehabilitasi yang ditempati sekitar

16.000 orang pengguna narkoba menjalani rehabilitasi ditambah dua unit lembaga milik BNN

yang menampung 2.000 orang. BNN menyediakan anggaran sebesar Rp1 triliun pada 2013

untuk penanganan narkoba

2014, pukul 20:00).

Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, jumlah pecandu

narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia tahun 2012,

sebanyak 14.510 orang. Terbanyak pada umur 26–40 tahun, yaitu sebanyak 9.972 orang.

Dari data yang diperoleh, sebanyak 4 juta jiwa anak Indonesia terlibat penyalahgunaan

(20)

menjadi suatu masalah yang besar jika sisa dari penyalahgunaan itu tidak direhabilitasi

(Portalkriminal, 2013).

Pengguna narkoba yang telah menjalani rehabilitasi di seluruh Indonesia baik di

masyarakat, di dalam panti maupun di tempat rehabilitasi lain sebanyak 6.373 orang.

Sedangkan, yang terdaftar di BNN hanya sebanyak 837 orang. Di Sumatera Utara sendiri

yang terdata menerima pengobatan hanya sebanyak 287 orang, yang terdiri dari 237 orang di

rehabilitasi di panti pemerintah dan 50 orang lainnya berada di luar panti (BNN, 2012).

Salah satu Pusat Panti Rehabilitasi Ketergatungan Narkoba terbesar di Sumatera Utara

adalah Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre yang didirikan oleh H

Kamaluddin SH Lubis. Bapak H Kamaluddin SH Lubis berkecimpung mengelola panti

rehabilitasi miliknya di Kawasan Sibolangit Sumatera Utara. Panti tersebut di beri nama

Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre. Panti Rehabilitasi Al-Kamal

Sibolangit Center berada dibawah naungan Lembaga PIMANSU dan GAN. Menurut beliau

sudah ratusan penghuni yang mendapat perawatan di Panti tersebut. Berasal dari berbagai

daerah di Sumut maupun Aceh, bahkan ada juga pasien dari provinsi lain. Mereka yang

menjadi korban ketergantungan obat terlarang itu umumnya para kawula muda yang masih

berusia produktif.

Bapak Kamaluddin sendiri mengaku terinspirasi mendirikan pusat rehabilitasi tersebut

karena dampak dari zat Psikotropika itu juga turut merenggut nyawa puteranya, Baron

sepuluh tahun lalu. Dimana anaka beliaumengalami kerusakan sistem pompa jantung (gagal

jantung) akibat kebanyakan mengkonsumsi. Akibatnya ayah empat anak ini pun berjanji untuk mendirikan panti rehabilitasi, karena keinginannya yang kuat untuk bisa mengobati

(21)

Panti ini awalnya merupakan swadaya dan tanpa bantuan dari pemerintah provinsi

maupun daerah. Menurut Kalamuddin, tekadnya dengan ikhlas mengelola panti rehabilitasi

itu juga karena amanah sang anak yang sebelum meninggal sempat bertutur meminta agar

ayahnya juga mau menolong pemuda-pemuda lain yang bernasib sama seperti dirinya.

“Selamatkan juga teman-teman saya ayah,” kata Kamaluddin menceritakan pesan puteranya

itu

Beranjak dari apa yang sudah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih mendalam lagi untuk mengidentifikasi dan menganalisis apa saja

faktor dominan yang mempengaruhi remaja menggunakan narkoba. Untuk itu peneliti

membuatnya dalam suatu karya tulis yaitu skripsi untuk bisa mengetahui dengan lebih jelas

lagi. Penelitian skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Remaja Menggunakan Narkoba (Studi Deskriptif : Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Center).

1.2Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah

yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan, maka terlebih

dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan pada uraian latar belakang

masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan

(22)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

dominan yang mempengaruhi remaja menggunakan narkoba di Al-Kamal Sibolangit Center.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan pengetahuan dan informasi bagi

peneliti untuk meningkatkan lagi pemahan mengenai penyalahgunaan narkoba dan

juga dapat dijadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran bagi pihak -

pihak yang terlibat di dalam program rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba dan

juga lembaga lainnya yang berkecimpung di dunia narkoba agar dapat membuat suatu

metode pelayanan yang lebih baik lagi kepada para korban penyalahgunaan narkoba

(23)

1.4 Sistematikan Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam VI bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikian Latar Belakang Masalah, Perumusan

Masalah,Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika

Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan secara teoritis variabel- variabel

yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi

operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, Pendekatan Penelitian dan

Kedudukan Penelitian, lokasi penelitian, Unit Analisis dan

Informan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian

dimana penulis mengadakan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Narkoba

2.1.1 Pengertian Narkoba

Istilah narkoba sesuai dengan surat edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No

SE/03/IV/2002 merupakan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya.

Narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukan ke dalam tubuh baik

dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena dan lain sebagainya dapat

mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang.

I. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik

sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

hilangnnya rasa, mengurangi sampai menghilangi rasa nyeri dan dapat menimbulkan

ketergantungan.

Berdasarkan bahan asalnya, Narkotika terbagi dalam 3 golongan yaitu:

1. Alami

Jenis zat/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi, isolasi atau

proses produksi lainnya. Contoh jenis obat ini adalah: ganja, opium, daun koka

dan lain-lain.

Didalam undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Narkotika yang

berasal dari alam dan tidak boleh digunakan untuk terapi adalah golongan I terdiri

(25)

a. Tanaman papaver soniferum L

b. Opium mentah, opium masak (candu,jicing,jicingko)

c. Opium obat

d. Tanaman koka, daun koka, kokain mentah, kokaina,ekgonim (kerja alkoid

koka berbeda dengan alkoid opium).

e. Heroin, morfin (alkoid opium yang telah diisolasi)

f. Ganja, damar ganja.

2. Semi Sintesis

Yakni zat yang diproses sedemikian rupa melalui proses ekstrasi dan isolasi.

Contohnya: morfin, heroin, kodein dan lain-lain. Jenis obat ini menurut

Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika termasuk dalam narkotika golongan I

3. Sintesis

Jenis obat atau zat yang diproduksi secara sintesis untuk keperluan medis dan

penelitian yang digunakan sebagai penghilang rasa sakit (analgesik) seperti

penekanan batuk (antitusif). Jenis obat yang masuk dalam kategori sistensis antara

lain: Amfetamin, Dekssamfetamin, Penthidin, Meperidin, Methadon, Dipipanon,

Dekstropakasifen, LSD(lisergik,dietilamid).

Berdasarkan efek yang ditimbulkan terhadap manusia, narkotika dapat dibagi kedalam

3 jenis yaitu:

a. Depressan (downer)

Jenis obat yang berfungsi mengurangi aktivitas membuat pengguna menjadi tertidur

atau tidak sadar.

b. Stimulan (upper)

Jenis zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan

(26)

c. Halusinogen

Zat kimia aktif atau obat yang dapat menimbulkan efek halusinasi, dapat merubah

perasaan dan pikiran.

Jenis – Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan

A. Ganja

Dikenal dengan nama: cannabis, mariyuana, hasish, gelek, budha stick,

cimeng, grass, rumput dan sayur.

a. Bentuk :

Berupa tanaman yang dikeringkan. Daun ganja bentuknya

memanjang, pinggirannya bergerigi, ujungnya lancip, urat daun

memanjang ditengah pangkal hingga ujung bila diraba bagian

belakang agak kasar. Jumlah helai daun ganja selalu ganjil yaitu 5,7

atau 9 helai.

b. Warna :

Ganja berwarna hijau tua segar dan berubah kecoklatan bila sudah lama

dibiarkan kena udara dan panas.

c. Penggunaan :

Dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan

menggunakan pipa rokok. Daun ganja mengandung zat THC yaitu zat

penyebab terjadinya halusinasi. Getah yang kering disebut hasish, apabila

dicairkan akan menyebabkan minyak yang dikenal dengan minyak kanabis.

d. Efek :

a) Denyut jantung semakin cepat, temperatur badan menurun dan mata

merah.

(27)

c) Santai, tenang dan melayang-layang

d) Pikiran selalu rindu pada ganja

e) Daya tahan menghadapi problema menjadi lemah

f) Malas, apatis

g) Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar maupun

bekerja

h) Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral

terganggu.

Efek paling terburuk dari pemakain ganja secara kronis dapat menyebabkan kanker

paru-paru dikarenakan pengaruh tar pada ganja jauh lebih tinggi daripada tar yang terkandung

didalam tembakau, dan penggunaan ganja dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan

gangguan kejiwaan. Hampir setiap orang yang menjadi pecandu narkoba yang lebih berat

seperti heorin pada awalnya mengkonsumsi ganja.

B. Cocain

Berasal dari tanaman coca yang banyak dijumpai di Columbia di Ameriak

Latin.

a. Bentuk

Berupa bubuk, daun coca, buah coca dan cocain kristal.

b. Warna

a) Cairan berwarna putih/tidak berwarna

b) Kristal berwarna putih

c) Tablet berwarna putih

(28)

c. Penggunaan

Dengan cara menghirup melalui hidung dengan menggunakan alat

penyedot atau dapat juga dibakar bersama-sama dengan tembakau

bagi perokok, ditelan bersama minuman atau disuntikan pada

pembuluh darah.

d. Efek

a) Tidak bergairah bekerja

b) Tidak bisa tidur

c) Halusinasi

d) Tidak nafsu makan

e) Berbuat dan berpikir tanpa tujuan

f) Merasa gelisah dan cemas berlebihan

Selanjutnya apabila sudah pada tingkat over dosis atau takaran yang berlebihan dapat

menyebabkan kematian karena serangan dan gangguan pada pernapasan dan terhadap

serangan jantung. Disamping itu juga dapat menimbulkan keracunan pada susunan saraf

sehingga korban dapat mengalami kejang-kejang, tingkah laku yang kasar, pikiran yang

kacau dan mata yang gelap. Dampak negatif yang sangat berbahaya dari penyalahgunaan

kokain dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah diotak (stroke).

C. Morfin dan Heroin (Nama lain: Putaw, Smack, Junk, Horse, H, PT, Etep,

Bedak Putih).

Morfin dan heroin berasal dari getah opium yang membeku sendiri dari

tanaman papaver somniferum dengan melalui proses pengolahan dapat

menghasilkan morfin, kemudian dengan proses tertentu dapat menghasilkan

(29)

a. Bentuk : berupa serbuk.

b. Warna : Putih, abu-abu, kecoklatan hingga coklat tua.

c. Penggunaan

Dengan cara menghirup asapnya setelah bubuk heroin dibakar diatas

kertas timah pembungkus rokok (sniffing) dengan menyuntikannya

langsung ke pembuluh darah setelah heroin dilarutkan dalam air.

d. Efek

a) Menimbulkan rasa mengantuk, lesu, penampilan dungu, jalan

mengambang

b) Rasa sakit seluruh badan

c) Badan gemetar, jantung berdebar-debar

d) Susah tidur dan nafsu makan berkurang

e) Matanya berair dan hidungnya selalu ingusan

f) Problem pada kesehatan: bengkak pada daerah menyuntik, tetanus,

HIV/AIDS, hepatitis B dan C, problem jantung, dada dan

paru-paru serta sulit buang air, ada wanita menggangu sirkulasi

menstruasi.

Gejala putus zat (sakaw) adalah sangat menyiksa sehingga yang bersangkutan akan

berusaha untuk mengkonsumsi heroin, oleh karena itu pecandu heroin akan berusaha dengan

cara apapun dan resiko apapun guna memperoleh heroin. Mereka tidak segan-segan

melakukan tindakan-tindakan kekerasan atau kejahatan misalnya mencuri, menodong,

merampok dan melakukan pembunuhan. Telah banyak remaja putri yang terlibat dalam

pelacuran hanya sekedar untuk mendapatkan uang guna membeli heroin. Pecandu heroin

sangat sulit untuk menghentikan pemakaian heroin dan cenderung untuk mengkonsumsi

(30)

D. Katinone

Merupakan tanaman khat (chata edulis) yang bukan asli tanaman Indonesia,

melainkan tanaman yang dibawa oleh turis luar negeri. Tanaman ini pada

hakikatnya berasal dari Timur Tengah yaitu negara Yaman yang dibawa pada

tahun 1997.

Tanaman ini dikenal juga dengan sebutan Teh Arab dengan dua jenis yaitu

khat yang berwarna merah dan warna hijau. Pengaruh yang ditimbulkan antara

lain: tidak bisa tidur, dapat merusak gigi, merusak susunan pusat syaraf

manusia dan dapat mengakibatkan ketergantungan.

Tanaman khat mengandung zat narkotika “Chatinone” yang termasuk

Narkotika Golongan I nomor urut 35 lampiran Undang-undang No 35 Tahun

2009.

II. Psikotropika

Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Dalam bidang farmakologi, Psikotropika dapat dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu:

a. Golongan psikostimulansi

Jenis zat yang menimbulkan rangsangan. Jenis obat yang termasuk kedalam

golongan psikostimulansi adalah:

a) Amfetamin (lebih populer dikalangan masyarakat sebagai shabu-shabu

dan ekstasy)

(31)

b. Golongan psikodepresen

Golongan obat tidur, penenang dan obat anti cemas. Merupakan jenis obat

yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas. Jenis obat yang termasuk

golongan ini adalah:

a) Amobarbital

b) Pheno karkital

c) Penti karkital

c. Golongan sedativa

Jenis obat-obat yang mempunyai khasiat pengobatan yang jelas dan digunakan

sangat luas dalam terapi. Jenis obat yang termasuk ke dalam golongan sedativa

adalah

a) Diazepam

b) Klobazam

c) Bromazepam

d) Fenibarbital

e) Barbital

f) Klonazepam

g) Klordiazepam

h) Klordiazepoxide

i) Nitrazezam seperti BK, DUM dan MG

Jenis – Jenis Psiktoropika yang sering disalahgunakan

A. Ekstasy

Dikenal dengan nama : Inex, I, Kancing, Huge Drug, Yuppie Drug, Essence, Clarity,

(32)

a. Bentuk : berupa tablet dan kapsul

b. Warna : bermacam-macam

c. Penggunaan : ditelan

d. Efek

a) Timbul rasa gembira yang berlebihan. Banyak orang mengkonsumsi

ekstasy utuk tujuan bersenang-senang . ekstasy hanya digunakan oleh

anak-anak muda agar dapat berpesta/diskotik sepanjang malam, karena

sangat gembiranya kadang-kadang sampai lepas kendali sehingga tidak

malu-malu melakukan pesta seks.

b) Merasa cemas

c) Tidak mau diam

d) Rasa percaya diri meningkat

e) Mengalami keringat dan gemetaran

f) Susah tidur

g) Sakit kepala dan pusing-pusing, mual dan muntah

Pemakaian ekstasy dapat mendorong tubuh untuk melakukan aktifitas yang melampau

batas kemampuannya akibatnya dapat menyebabkan kekurangan cairan pada tubuh (

dehidrasi) karena terlalu banyak menggerakan tenaga dan terlalu banyak berkeringat. Pada

pemakaian yang berlebihan (over dosis) mengakibatkan penglihatan kabur, mudah

tersinggung (pemarah), tekanan darah meningkat, nafsu makan berkurang dan denyut jantung

bertambah cepat. Kematian sering terjadi karena pemakaian yang berlebihan yang dapat

(33)

B. Shabu – Shabu

Dikenal dengan nama : Kristal, Ubas, SS dan Mecin

a. Bentuk : berupa Kristal

b. Warna : Putih

c. Penggunaan

Dibakar dengan menggunakan aluminium foil dan asapnya dihirup melalui

hidung. Dibakar dengan menggunakan botol kaca khusus (bong) dan

disuntikan.

d. Efek

a) Badannya merasa lebih kuat dan energik (meningkatkan stamina)

b) Tidak mau diam

c) Rasa percaya diri meningkat

d) Rasa ingin diperhatikan orang lain

e) Nafsu makan berkurang akibatnya badan semakin kurus. Sering

digunakan sebagai salah satu alternatif pengrus badan

f) Susah tidur

g) Jantungnya berdebar-debar

h) Tekanan darah meningkat

i) Mengalami gangguan pada fungsi sosial dan pekerjaan

Penggunan shabu-shabu mendorong tubuh melakukan aktifitas yang melampaui batas

kemampuan fisik, berkeringat secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan kekurangan

cairan dalam tubuh (dehidrasi).

Bagi mereka yang sudah ketagihan, apabila pemakainnya dihentikan (putus zat) akan

menimbulkan gejala-gejala berikut:

(34)

ii. Kehilangan semangat hidup yang dapat menyebabkan bunuh diri

iii. Merasa cemas dan gelisah secara berlebihan, kehilangan rasa percaya diri

iv. Susah tidur

III. Bahan Adiktif

Bahan-bahan aktif atau obat yang dalam organisme hidup menimbulkan kerja biologi

yang apabila disalahgunakan dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) yaitu

keinginan untuk menggunakan kembali secara terus menerus.

Jenis – Jenis Bahan Adiktif

A. Inhalen

zat yang terdapat pada lem dan pengencer cat (thinner)

a. Penggunaan

Dengan cara dihirup yang dapat mengakibatkan kematian mendadak seperti

tercekik (sudden sniffing, death syndrome)

b. Efek

a) Hilang ingatan

b) Tidak dapat berpikir

c) Mudah berdarah dan memar

d) Kerusakan sistem syaraf

e) Kerusakan hati dan ginjal

f) Sakit maag

g) Sakit pada waktu buang air kecil

h) Kejang-kejang otot dan batuk-batuk

Penyalahgunaan inhalen dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf

dan organ tubuh lain. Menghirup sambil mengunakan obat anti depresi seperti obat penenang

(35)

pengguna melakukan aktifitas normal seperti berlari atau berteriak dapat mengakibatkan

kematian karena gagal jantung.

B. Alkohol

Minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang

mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi atau destilasi, baik melalui

perlakuan sebelumnya, menambah bahan lain, mencampur konsentrat dengan ethanol

ataupun dengan proses pengenceran minuman yang mengandung ethanol.

Efek yang ditimbulkan dari alkohol adalah :

a) Menyebabkan depresi pada sistem syaraf pusat

b) Jika penggunaan dicampur dengan obat lain

c) Sipemakai akan pingsan atau kejang-kejang tidak sadar diri

d) Menyebabkan oedema otak (pembengkakan dan terbendungnya darah dari

otak)

e) Menimbulkan habilutasi, toleransi dan ketagihan

f) Mengakibatkan mundurnya kepribadian

g) Peradangan dilambung (gastritis)

h) Melemahkan jantung dan hati semakin keras

C. Tembakau/Rokok

Zat yang berhubungan luas dengan penggunaan tembakau biasanya dalam bentuk

rokok. Pengaruh penggunaannya hanya dapat dilihat apabila digunakan dalam jumlah

besar dan jangka waktu yang lama. Zat tembakau itu sendiri merupakan zat yang

menimbulkan ketergantungan pada umumnya. Sebenarnya hal yang paling

mempengaruhi adalah racun dalam tembakau yang disebut nikotin. Nikotin

(36)

beracun termasuk tar dan karbon monoksida yang dinyatakan sebagai penyebab

kanker. 2 tetes nikotin murni dapat membunuh orang dewasa secara instan.

Efek yang dapat ditimbulkan dari Tembakau/Rokok adalah:

a) Menyumbat saluran-saluran darah baik dari manapun menuju jantung sehingga

memperlambat aliran darah.

b) Menimbulkan penyakit kanker

c) Serangan jantung

d) Impotensi dan gangguan kehamilan dan janin

D. Obat Penenang (Obat tidur, Pil koplo, BK, Nipam, Valium, Lexotan dan lain-lain)

a. Bentuk : Tablet, Kapsul dan Serbuk

b. Cara penggunaan : ditelan secara langsung

c. Efek yang dapat ditimbulkan

a) Bicara jadi pelo, memperlambat respon fisik, mental dan emosi. Dalam dosis

tinggi akan membuat pengguna tidur, kemudian akan menimbulkan perasaan

cemas, sensitive dan marah.

b) Penggunaan campuran dengan alkohol dapat berakibat kematian

c) Gejala putus zat berakibat halusinasi buruk dan bingung.

d. Zat yang mudah Menguap (Lem aica aibon, Thinner, Bensin dan Spritus).

Efek yang dapat ditimbulkan adalah

a) Memperlambat kerja otak dan sistem syaraf pusat

b) Menimbulkan perasaan senang, puyeng, penurunan kesadaran, gangguan

penglihatan dan pelo.

c) Problem kesehatan terutama otak, lever, ginjal dan paru-paru

(37)

e. Zat yang menimbulkan halusinasi (Jamur, Kecubung, Kotoran kerbau dan sapi)

Bekerja pada sistem syaraf pusat untuk mengacaukan kesadaran dan emosi pengguna.

Efek yang dapat ditimbulkan adalah:

a) Perubahan pada proses berpikir, hilangnya kontrol, hilangnya orientasi dan

depresi

b) Karena halusinasi bisa menimbulkan kecelakaan.

2.1.2 Sejarah Perkembangan Narkoba

Kurang lebih tahun 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga opion atau kemudian

dikenal opium (candu = papavor somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran

tinggi di atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran selanjutnya adalah ke

arah India,Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya.

Cina kemudian menjadi tempat yang sangat subur dalam penyebaran candu ini

(dimungkinkan karena iklim dan keadaan negeri). Memasuki abad ke XVII masalah candu ini

bagi Cina telah menjadi masalah nasional; bahkan di abad XIX terjadi perang candu dimana

akhirnya Cina ditaklukan Inggris dengan harus merelakan Hong Kong.

Tahun 1806 seorang dokter dari Westphalia bernama Friedrich Wilhelim sertuner

menemukan modifikasi candu yang dicampur amoniak yang kemudian dikenal sebagai

Morphin (diambil dari nama dewa mimpi Yunani yang bernama Morphius).

Tahun 1856 waktu pecah perang saudara di A.S. Morphin ini sangat populer

dipergunakan untuk penghilang rasa sakit luka-luka perang sebahagian tahanan-tahanan

tersebut "ketagihan" disebut sebagai "penyakit tentara"

Tahun 1874 seorang ahli kimia bernama Alder Wright dari London, merebus cairan

(38)

membawa efek ketika diuji coba kepada anjing yaitu: anjing tersebut tiarap, ketakutan,

mengantuk dan muntah-muntah. Namun tahun 1898 pabrik obat "Bayer" memproduksi obat

tersebut dengan nama Heroin, sebagai obat resmi penghilang sakit (pain killer).

Tahun 60-an - 70-an pusat penyebaran candu dunia berada pada daerah "Golden

Triangle" yaitu Myanmar, Thailand & Laos. Dengan produksi: 700 ribu ton setiap tahun.

Juga pada daerah "Golden Crescent" yaitu Pakistan, Iran dan Afganistan dari Golden

Crescent menuju Afrika danAmerika.

Selain morphin & heroin adalagi jenis lain yaitu kokain (ery throxylor coca) berasal

dari tumbuhan coca yang tumbuh di Peru dan Bolavia. Biasanya digunakan untuk

penyembuhan Asma dan TBC.

Di akhir tahun 70-an ketika tingkat tekanan hidup manusia semakin meningkat serta

tekhnologi mendukung maka diberilah campuran-campuran khusus agar candu tersebut dapat

juga dalam bentuk obat-obatan.

2.2 Penyalahgunaan

2.2.1 Pengertian Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakaian obat-obatan atau

zat-zata berbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobata dan penelitian serta digunakan tanpa

mengikuti aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang

dianjurkan dalam dunia kedokteran saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus

akan mengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan.

Sarason dan Sarason (1993) mendefenisikan penyalahgunaan zat sebagai penggunaan

bahan kimia, legal atau ilegal, yang menyebabkan kerusakan fisik, mental dan sosial

seseorang. Sedangkan Wicaksana (1996), Holmes (1996), dan Hawari (1998) mendefenisikan

(39)

lamanya, sehingga menimbulkan gangguan funsi sosial dan okupasional (pekerjaan dan

sekolah). Pola penggunaan zat yang patologik dapat berupa intoksikasi sepanjang hari

terus-menerus menggunakan zat tersebut, meskipun pengguna mengetahui bahwa dirinya sedang

menderita sakit fisik yang berat akibat zat tersebut, atau adanya kenyataan bahwa ia tidak

dpat berfungsi dengan baik tanpa menggunakan zattersebut.

Gordon dan Gordon (2000) membedakan pengertian pengguna, penyalah guna, dan

pecandu narkoba. Menurutnya, pengguna adalah seseorang yang menggunakan narkoba

hanya sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi, dan hidup mereka

tidak berputar di sekitar narkoba. Pengguna jenis ini disebut juga pengguna sosial

rekreasional. Penyalahguna, adalah seseorang yang mempunyai masalah secara langsung

berhubungan dengan narkoba. Masalah tersebut bisa muncul dalam ranah fisik, mental,

emosional, maupun spritual. Penyalah guna menolak untuk berhenti sama sekali dan

selamanya. Sedangkan pecandu adalah seseorang yang sudah mengalami hasrat/obsesi secara

mental dan emosional serta fisik. Bagi pecandu, tidak ada hal yang lebih penting selain

memperoleh narkoba, sehingga jika tidak mendapatkannya, ia akan mengalami gejala-gejala

putus obat dan kesakitan.

2.2.2 Modus operandi penyalahgunaan Narkoba

Dalam melakukan aksinya, penyalahguna Narkoba dapat melalui beberapa cara atau

modus operandi sebagai berikut :

1. Kelompok Pengedar

a. Guna melancarkan aksinya, mereka sering melakukan penyuapan kepada petugas,

seperti Polisi, Petugas Bea dan Cukai, Jaksa maupun Hakim. Ada kalanya

mereka juga mempengaruhi petugas-petugas tersebut atau keluarganya sebagai

(40)

jaringan yang juga terkait dengan jaringan yang sangat luas yang ada kota-kota

besar di Indonesia dengan menggunakan sistem sel atau ”cut”, yaitu terdapat

beberapa tingkatan pengedar, dimana masing-masing tingkat tidak saling kenal

sehingga jika salah satu tingkatan pengedar tertangkap, dia tidak bisa menunjuk

jaringan di atasnya.

b. Modus operandi peredaran Narkoba dari pengedar tingkat paling bawah yang

berhubungan langsung dengan pengguna, biasanya dengan cara mempengaruhi

kelompok ”rentan” yaitu kelompok masyarakat bermasalah secara ekonomis,

psikologis, sosial dan lain-lain, melalui dua cara, yaitu :

1) Terhadap kelompok bermasalah secara ekonomis, seperti orang tua yang

kurang mampu termasuk ibu-ibu rumah tangga, mereka mempengaruhi

dengan menjanjikan keun-tungan ekonomi yang tinggi dengan mengatakan

bahwa saat ini hanya dengan berdagang Narkoba saja yang bisa memperoleh

keuntungan besar dalam waktu yang relatif cepat sehingga dapat mengatasi

permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi.

2) Terhadap kelompok bermasalah lain seperti mahasiswa, pelajar dan generasi

muda lainnya, setelah kenal biasanya dipengaruhi dengan memberikan

Narkoba secara gratis untuk mengatasi permasalahan hidup atau untuk

mendapat-kan kenikmatan dunia. Kemudian setelah korban dapat merasakan

kenikmatan (halusinasi dan eforia) dan yakin korban akan menginginkannya

kembali maka ia diminta untuk membeli. Setelah korban mengalami

ketergantungan dan tidak memiliki uang untuk membeli maka dia diminta

untuk membantu mengedarkan atau menjual atau mempe-ngaruhi

teman-temannya yang lain untuk menggunakan Narkoba juga. Demikian seterusnya

(41)

2. Kelompok Pengguna

a. Biasanya mereka memesan Narkoba kepada pengedar melalui telepon/HP untuk

diantarkan oleh kurir pada suatu tempat yang sudah ditentukan.

b. Dapat juga bagi para pengguna yang sudah menjadi pelanggan tetap melakukan

transaksi langsung di TKP seperti di diskotik, pub, karaoke dan lain-lain.

c. Setelah mendapatkan barang/Narkoba, kemudian para pengguna

mengkonsumsinya terlebih dahulu di rumah, kemudian pergi bersenang-senang di

diskotik, pub, karaoke dan tempat-tempat pesta lainnya. Hal ini untuk

menghindari jika ada operasi dari polisi, maka tidak kedapatan atau tidak

ditemukan adanya barang bukti dalam badan/penguasaannya.

d. Selain itu penggunaan Narkoba sering dilakukan secara bersama-sama di suatu

tempat seperti hotel, tempat kost, rumah pribadi dan lain sebagainya.

2.2.3 Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Narkoba

Mekanisme atau proses terjadinya penyalahgunaan Narkoba dapat dijelaskan sesuai

dengan rumus umum terjadinya kejahatan yang telah dikenal luas di kalangan Kepolisian,

yaitu : C = N + K dimana : C : Crime/Kejahatan/Penyalahgunaan Narkoba. N : Niat K :

Kesempatan . Niat adalah sama dengan Demand dalam hukum ekonomi, yaitu timbulmya

keinginan dan permintaan dari seseorang terhadap Narkoba. Dalam teori Psikologi, niat atau

demand ini dipengaruhi oleh tiga faktor yang satu dengan yang lain saling mempengaruhi,

yaitu :

a. Faktor predisposisi

Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang tersebut, seperti adanya gangguan

kepribadian, adanya kecemasan, depresi atau menderita suatu penyakit tertentu

(42)

b. Faktor kontribusi

Adalah faktor yang berasal dari luar, yang biasanya berasal dari lingkungan

terdekatnya yang dapat memberikan pengaruh pada sese-orang untuk melakukan

bentuk penyimpangan sosial. Misalkan kondisi keluarga yang tidak utuh (cerai),

kesibukan orang tua, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, dan

lain-lain. Kedua faktor predisposisi dan faktor kontribusi ini akan saling

mempengaruhi dan membentuk kepribadian seseorang menjadi kelompok rentan.

c. Faktor pencetus

Adalah faktor yang berasal dari luar yang dapat memberikan pengaruh langsung

kepada kelompok rentan untuk melakukan penyalah-gunaan Narkoba. Misalkan

adanya bujukan, jebakan, desakan dan tekan-an dari teman sebaya, berada di

lingkungan pemakai Narkoba, dan lain-lain. Interaksi dari ketiga faktor tersebut

di atas menyebabkan peningkatan demand seseorang atau timbul niat untuk

menyalahgunakan Narkoba. Jika orang tersebut berhubungan dengan jaringan

pengedar yang akan memberikan supply Narkoba, maka terjadilah pertemuan

antara supply and demand atau dengan kata lain terjadi penyalahgunaan Narkoba.

2.2.4 Tahap – tahap penyalahgunaan Narkoba

Narkoba merupakan suatu zat atau substansi yang dapat menimbulkan ketagihan dan

ketergantungan bagi pemakainya. Proses terjadinya ketergan-tungan dapat secara bertahap

yang pada garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap pengenalan awal.

Pada tahap ini terjadi konsumsi Narkoba untuk pertama kalinya oleh seseorang baik

secara sengaja karena alasan medis atau karena ketidaktahuan/secara tidak sengaja

mengkonsumsi Narkoba, misalkan minumannya dicampur Narkoba oleh orang lain.

(43)

eforia) dari Narkoba karena memang tidak ada niat/maksud untuk mendapatkan atau

mengetahui reaksi dari Narkoba yang terkonsumsi tadi.

b. Tahap rekreasional

Pada tahap ini seseorang telah dengan sengaja untuk coba-coba atau iseng ingin

mengetahui reaksi dari Narkoba. Biasanya mereka akan merasakan reaksi

halusinasi dan eforia sesuai yang diharapkan, sehingga secara psikologis dan efek

farmakologis akan mendorong orang tersebut mengulanginya lagi, misalkan

mengkonsumsi Narkoba setiap ada pesta atau pada acara-acara tertentu atau setiap

bulan sekali dan seterusnya. Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa dari sepuluh

orang yang coba-coba, sembilan orang (90 %) akan berlanjut menjadi

ketergantungan.

c. Tahap habitual/kebiasaan

Para pengguna sudah mengkonsumsi Narkoba secara teratur misalnya tiap minggu

atau dua hari sekali. Pada tahap ini telah terjadi toleransi, yaitu mereka harus

meningkatkan dosis pemakaian guna meng-hasilkan efek atau reaksi yang

diharapkan. Konsumsi Narkoba sudah menjadi kebiasaan dan 95 % sampai 99 %

orang yang telah memasuki tahap ini akan berlanjut menjadi ketergantungan.

Orang ini belum terganggu fungsi sosialnya sehingga masih mampu melakukan

pekerjaan atau aktifitas rutin seperti sekolah, bekerja, dan lain-lain.

d. Tahap adiksi/ketagihan

Pada tahap ini dapat dipastikan 100 % akan menjadi ketergan-tungan baik secara

fisik, psikologis dan sosial. Penggunaan Narkoba akan dilakukan setiap hari dan

kalau tidak menggunakan maka semua aktifitas atau pekerjaan rutin menjadi

terganggu. Mereka merasa sudah tidak bisa hidup tanpa Narkoba.

(44)

Sama dengan tahap adiksi yaitu telah terjadi ketergantungan baik secara fisik,

psikologis dan sosial, bedanya mereka yang telah memasuki tahap ini sudah tidak

merasakan lagi nikmat atau ”reaksi enak” dari Narkoba, sedangkan pada tahap

adiksi mereka masih dapat menikmati ”reaksi enak” seperti halusinasi, eforia dan

lain-lain. Mereka yang masuk dalam tahap ini mengkonsumsi Narkoba bertujuan

hanya untuk menghi-langkan rasa sakit yang berlebihan dan supaya tidak dianggap

sebagai orang gila. Penggunaan Narkoba menjadi sangat intensif beberapa kali

sehari, karena begitu reaksi obat/Narkoba sudah habis akan terjadi gejala putus

obat (sakau) seperti rasa sakit yang amat sangat dan tidak tertahan-kan serta tidak

bisa diatasi dengan apa saja kecuali mengkon-sumsi Narkoba lagi. Dengan

demikian mereka sudah tidak mungkin lagi bersosialisasi di tengah-tengah

masyarakat apalagi melakukan aktifitas sehari-hari.

2.2.5 Dampak penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan Narkoba ini akan memberikan dampak yang sangat luas dan

kompleks sebagai berikut :

a. Dampak terhadap pribadi/individu pemaka

b. Terjadi gangguan fisik dan penyakit yang diakibatkan langsung dari efek samping

Narkoba seperti kerusakan dan kegagalan fungsi organ-organ vital, seperti

merusak ginjal, liver, otak (susunan saraf), jantung, kulit dan lain-lain.

c. Selain itu dapat secara tidak langsung menyebabkan penyakit lain yang lebih

serius diakibatkan perilaku menyimpang karena penga-ruh Narkoba, seperti

tertular HIV/AIDS, Hepatitis C, penyakit kulit dan kelamin, dan lain-lain.

d. Terjadi gangguan kepribadian dan psikologis secara drastis seperti berubah

(45)

e. Dapat menyebabkan kematian yang disebabkan karena over dosis atau kecelakaan

karena penurunan tingkat kesadaran.

f. Dampak terhadap keluarga antara lainnya Mencuri uang atau menjual

barang-barang di rumah guna dibelikan Narkoba.

g. Perilaku di luar dapat mencemarkan nama baik keluarga. Keluarga menjadi

tertekan karena salah satu anggota keluarganya menjadi target operasi polisi dan

menjadi musuh masyarakat.

h. Dampak terhadap masyarakat/lingkungan social.

2.2.6Bahaya Penyalahgunaan Narkoba

Zat Psikotropika dapat menimbulkan bahaya adiksi (ketergantungan). Jenis candu,

menurut Hastutiningrum (1997), antara lain menekan fungsi jantung dan pernafasan,

kemunduran fisik dan psikis, merusak generasi, ketergantungan dan bahkan kematian.

Sedangkan jenis koka, antara lain menyebabkan bertambah aktifnya kerja mental,

berkurangnya kelelahan, halusinasi, insomnia, euphoria, dan ketergantungan.

Sementara MDMA (Metilen Dioksi Metaamfetamin), salah satu derivat amfetamin yang masuk golongan psikotropika yang dikenal pula dengan nama ekstasi atau inex, menurut

Soewadi (1996), antara lain dapat memberikan peningkatan yang luar biasa, merasa sehat

secara berlebihan, meningkatkan keberanian, rasa percaya diri bertambah, menghilangkan

rasa malu dan canggung, meningkatkan gairah, paranoid, halusinasi dan rasa melayang.

Secara fisik dapat terjadi kaedaan sebagai berikut: ketergantungan, meningkatnya denyut

jantung, naiknya suhu badan,penglihatan kabur, berkeringat, perilaku tidaj wajar dan kejang.

Penyalahgunaan narkoba, menurutnya, juga dapat menghilangkan pengendalian diri

sehinga dapat membuat seseorang lepas kontrol, menjadi hyperaktif, dan meningkatnya

(46)

berubah, banyak bicara, tidak dapat menyembunyikan rahasia hati, emosi menjadi lebih labil

dan kontrol diri hilang, terjadi gangguan daya ingat, rasa percaya diri berlebihan, kepribadian

jadi sangat ekspansif disertai meningkatnya efek yang patologik dengan letupan emosi yang

berlebihan.

Hawari juga menyebut berbagai jenis narkoba dan akibat serta bahayanya. Minuman

keras adalah jenis adalah jenis minuman yang mengandung alkohol yang termasuk zat

adiktif. Artinya, zat tersebut dapat menimbulkan adiksi, yaitu ketagihan dan ketergantungan.

Minuman keras dapat menimbulkan gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam

funsi berfikir, perasaan dan perilaku.

Timbulnya GMO disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat (otak).

Karena sifat adiktif alkohol ini peminum lama-kelamaan, tanpa disadari, akan menambah

takaran/dosis samai pada dosis keracunan (intoksikasi) atau mabuk. GMO yang terjadi pada

seseorang ditandai dengan gejala-gejala:

(a) terdapat dampak perubahan perilaku, misalnya perkelahian dan tindak kekerasan,

ketidakmampuan menilai realitas, gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan;

(b) timbul gejala fisiologik, misalnya pembicaraan cadel, gangguan koordinasi, cara

berjalan yang tidak mantab, dan muka merah;

(c) timbul gejala psikologik, misalnya perubahan perasaan, mudah marah dan

tersinggung, banyak bicara (melantur), dan gangguan perhatian.

Ganja yang termasuk narkotika, dapat merupakan pencetus bagi terjadinya gangguan

jiwa, yaitu adanya waham (delusi) mirip dengan waham yang terdapat pada gangguan jiwa

skizofrenia. Pemakaian ganja juga dapat menimbulkan dampak munculnya gangguan mental

organik (GMO) pada pengisap ganja yaitu:

(47)

(b) perasaan identifikasi subjektif, yaitu mengalami gangguan persepsi tentang diri dan

lingkungannya, halusinasi, dan ilusi (wham);

(c) perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya waktu 10 menit bisa dirasakan 1

jam;

(d) apatis, sikap acuh tak acuh terhadap diri dan lingkungan, tidak ada kemauan atau

inisiatif, dan masa bodoh;

(e) timbul gejala fisik yaitu mata merah, nafsu makan bertambah dan mulut kering;

(f) efek dalam tingkah laku terjadi gangguan dalam perilaku, misalnya muncul

kecurigaan yang berlebihan, ketakutan berlebihan, aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan

(48)

2.3 Proses terjebak narkoba

1. Kompromi

2. Coba-coba

Tidak dengan tegas menentukan sikap menentang

narkoba mau bergaul dengan pemakai narkoba.

Organ tubuh sudah rusak terutama Otaknya, biasanya

menjadi gila atau Menjadi kematian.

Segan menolak tawaran atau ajakan teman untuk mencoba

memakai narkoba, lalu ikut-ikutan memakai Narkoba.

3. Toleransi Dengan memakai beberapa kali, tubuh sudah menjadi

toleransi, perlu peningkatan dosis pemakaian.

4. Eskalasi

Peningkatan dosis dan tambah jenis narkoba yang dipakai

dengan dosis yang terus bertambah

5. Habituasi

Pemakaian narkoba sudah menjadi kebiasaan yang

mengikat.

6. Adiksi/

Dependensi

Keterikatan pada narkoba yang sudah mendalam sehingga

tidak dapat terlepas, gejala putus obat yang berat.

7. Intoksikasi

Keracunan oleh narkoba, mengalami kerusakan pada organ

tubuh dan otak, hilang kesadaran.

(49)

2.4 Beberapa Gejala dini Penyalahgunaan Narkoba

Gejala dini penyalahgunaan narkoba yang dapat dijadikan salah satu tolak ukur bagi

orangtua, antara lain

1. Prestasi di sekolah tiba-tiba menurun secara mencolok, enggan belajar atau terlibat

dalam kegiatan ektrakurikuler.

2. Perubahan pola tidur: pagi susah dibangunkan, malam suak begadang. Anak-anak

yang besar biasanya pulang ralut malam tanpa alasan yang jelas.

3. Selera makan bekurang. Bisa terlihat dari berat badan yang cenderung turun atau

kurus.

4. Banyak menghindari pertemuan dengan anggota keluarga lainnya, karena takut

ketahuan jika ia menggunakan narkoba. Banyak mengurung diri dikamar dan menolak

diajak makan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya.

5. Suka berbohong.

6. Pengeluarannya lebih besar dari sebelumnya tanpa jelas kegunaannya.

7. Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga lainnya dibanding sebelumnya.

8. Sesekali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara cadel atau berjalan sempoyongan,

paling terlihat dari pandangan mata yang kuyu atau sering menatap kosong.

2.5 Beberapa ciri psikologis dan perilaku yang tertentu terhadap penyalahgunaan narkoba

Beberapa anak dan remaja yang lebih rentan atau mempunyai kemungkinan desar

dalam penyalahgunaan narkoba daripada anak atau remaja yang lain biasanya memiliki

ciri-ciri:

1. Mudah mengalami kekecewaan dan kecenderungan menjadi agresif dan destruktif

sebagai cara menanggulangi perasaan kecewa tersebut.

(50)

3. Sifat tidak bias menunggu atau bersabar yang berlebihan.

4. Suka berpetualang, mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko

bahaya yang berlebihan.

5. Sifat menjadi bosan dan merasa tertekan, murung dan merasa tidak sanggup berfungsi

dalam kehidupan sehari-hari.

6. Adanya hambatan atau penyimpangan seksual.

7. Adanya keterbelakangan mental.

8. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu keberhasilan dalam

pendidikan, pekerjaan atau lapangan kegiatan yang lain. Biasanya terlihat dari prestasi

belajar yang cenderung rendah.

9. Kurangnya partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler.

10.Cenderung mengabaikan peraturan-peraturan.

11. Kurang suka berolahraga

12.Suka melancarkan protes sosial

13.Cenderung makan berlebihan

14.Mempunyai anggapan bahwa hubungan dalam keluarganya kurang dekat, meskipun

sering kali kenyataannya tidak demikian.

(51)

2.6 Remaja

2.6.1 Pengertian Remaja

(World Health Organization,)

Remaja adalah suatu masa ketika :

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak

menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan

yang relatif lebih mandiri.

Perjalanan hidup manusia oleh para ahli psikologi dibagi dalam beberapa tahapan

kehidupan yaitu masa pra kelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa

dewasa. Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan,

karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalan kemu

Gambar

Tabel 5.2. Jenis Narkoba yang Digunakan binaan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian, juga diketahui bahwa pengobatan tradisional yang dilakukan oleh Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre sudah efektif dalam mengobati kondisi tubuh pasien..

Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community terhadap Residen diRehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah mereka yang menjalani proses rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba sebanyak lima orang dan menjadi informan utama dan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor- faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada residen Panti rehabilitas Al-Kamal sibolangit Centre, dan 5

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor- faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan NAPZA pada residen Panti rehabilitas Al-Kamal sibolangit Centre, dan 5

Sedangkan penelitian yang saya lakukan mengenai “Peranan Psikoterapi Islam dalam Proses Rehabilitas Pasien Pecandu Narkoba di Panti Rehabilitasi al- Kamal Sibolangit Center”

Usaha-usaha tersebut juga bisa saja melibatkan para pihak penyuluh untuk bisa memberikan informasi bahaya narkoba kepada semua lapisan masyarakat khususnya para remaja dan

Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data Evaluasi Pelaksanaan Program Therapeutic Community terhadap Residen diRehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre