• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, Tina. (2008). Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Dengan Program Aji. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Badan Narkotika Nasional RI. (2007). Mengenal Penyalahgunaan Narkoba.

BNN. (2007). Mengenal Penyalahgunaan Narkoba. Badan Narkotika Nasional. Jakarta. BNN.(2008). Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. BNN bekerjasama

dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia.

Badan Narkotika Nasional Provinsi Sumatera Utara. (2013). Bahaya Penyalahgunaan Narkoba dan Penanggulangannya. Medan: BNNP-Sumut.

BNN-RI. (2009). Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkob.. Jakarta.

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan publk, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cohen, Bruce J. (1998). Sosiologi Suatu Pengantar. Rineka Cipta.

Joewana, Martono dr. (2008). Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya. Jakarta: Balai Pustaka

Maleong, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitataif. Bandung: Rosda Karya Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Malang: Usaha Nasional

Nanawi, Hadari. (1998). Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Panti Rehabilitasi Narkoba Sibolangit Centre. (2008). Kisah Nyata: SADAR September. PIMANSU. (2006). Kompilasi Peraturan Perundang-undangan Tentang Narkoba.

Kencana Prenada Media Group.

Siagian, M. (2011). Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama. Singarimbun, Masri. (2006). Metode Penelitian Sosial. LP3ES. Jakarta

Sitompul, H, Nasution, Z, Lubis, A, D., & Fitriyanti. (2004). Mereka Bicara Narkoba. Bandung: Ciptapustaka Media.

(2)

Sumiati. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta: CV Trans Info Media.

Suyanto, Bagong. (2005). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2008). Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana.

Willy, H. (2005). Berantas Narkoba Tak Cukup Hanya Bicara. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat.

Sumber-sumber Lain:

http://news.detik.com/read/2014/01/26/114838/2478387/10/marzuki-lie-pengguna-narkotika-di-indonesia-pada-tingkat-memprihatinkan

www.bnn.co.id/penyalahgunaan narkoba/2.htm

(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki denagn menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2000: 53).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre (Rehabilitation For Drugs Addict) Jl. Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kec. Sibolangit Kab. Deli Serdang. Panti ini merupakan panti rehabilitasi korban narkoba terbesar di Sumatera Utara dengan luas 4 Ha yang dikelola oleh pihak swasta dan berada di bawah naungan GAN Indonesia.

3.3 Informan Penelitian

(4)

3.3.1 Informan Kunci

Orang-orang yang dianggap mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Bapak Kamaludin Lubis, SH selaku Pimpinan Al-Kamal Sibolangit Centre dan Sanjaya Abidin sebagai Konselor di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre.

3.3.2 Informan Utama

Orang yang terlibat secara langsung dalam interaksi yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah 5 orang korban penyalahgunaan narkoba yang menjadi binaan Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre.

Dalam hal ini peneliti membuat kriteria-kriteria tertentu agar informasi yang diberikan bisa maksimal. Kriteria-kriteria yang peneliti buat adalah para korban penyalahgunaan narkoba yang sudah di dalam tahapan Re-Entry Stage, yaitu suatu tahapan program rehabilitasi melalui pendekatan Therapeutic Community setelah residen mengikuti tahapan program primer, dimana dilakukan upaya memantapkan kondisi psikologis dalam dirinya, mendayagunakan nalar dan mampu mengembangkan keterampilan social dalam kehidupan masyarakat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

(5)

kepustakaan, antara lain buku-buku ilmiah, majalah, surat kabar, jurnal dan bahan tulisan lainnya yang erat kaitannya dengan subjek penelitian.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan subjek penelitian yakni denagn metode wawancara, yaitu, teknik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan (Hadi, 2004:218).

Data yang dimaksudkan disini adalah mengenai peranan konselor dalam pemulihan korban narkoba di Pusat Rehabilitasi sosial Al-KAMAL Sibolangit Centre sebagai objek penelitiannya.

3.5 Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, langkah-langkah selanjutnya pada penelitian ini yaitu menganalisis data, dalam menganalisis data menggunakan analisis kualitatif deskriptif, yaitu bertujuan menggambarkan keadaan atau status fenomena secara sistematis dan rasional (Maleong, 2004:11).

(6)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

Menyadari bahwa penyalahguna narkoba bukanlah seorang penjahat tetapi merupakan korban. Sangat tidaklah tepat apabila kita memperlakukan mereka seperti penjahat. Mereka merupakan orang-orang yang perlu untuk diselamatkan dan mendapatkan pendidikan khusus.

Perawatan terhadap pengguna narkoba dapat dilakukan di lembaga rehabilitasi, dilembaga ini dapat dilakukan pengobatan fisik maupun mental sehingga para korban pengguna narkoba tersebut dapat kembali menjalankan fungsi sosialnya. Salah satu panti rehabilitasi yang ada di Sumatera Utara adalah Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre yang didirikan pada tanggal 5 Februari 2001 oleh H.M. Kamaluddin Lubis, SH.

Ada beberapa dasar pemikiran yang melatarbelakangi dibangunnya Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini, yaitu:

1. Adanya keprihatinan terhadap jumlah penyalahguna narkoba dimana diperlukan suatu sistem perawatan yang mencakup seluruh aspek baik fisik maupun mental. 2. Diperlukan upaya untuk mencegah bertambahnya jumlah penyalahgunaan

narkoba dan upaya untuk merawat orang-orang yang terlibat penyalahgunaan narkoba..

(7)

4. Diperlukan upaya untuk mengubah pandangan masyarakat terhadap korban narkoba, bahwa mereka bukanlah sampah masyarakat, tetapi mereka adalah manusia yang masih punya harapan dan masa depan.

Agar residen merasa betah, tempat di desain mirip seperti tempat wisata sekaligus rumah besar tempat keluarga untuk tinggal. Ada penginapan, rumah ibadah, kolam tempat memancing, kantin khusus, lapangan olahraga dan pertanian. Tentu saja semua fasilitas yang ada disediakan dengan alasan agar residen merasa nyaman dan tenang, karena berobat tidaklah lengkap tanpa didukung oleh suasana alamnya. Panti rehabilitasi ini didirikan di daerah Sibolangit tanah karo karena memberikan udara sejuk dengan alam pegunungan.

Hal ini juga untuk merubah pandangan masyarakat selama ini bahwa rehabilitasi merupakan suatu penjara atau suatu tempat yang menakutkan, tetapi di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini digambarkan bahwa rehabilitasi merupakan suatu wadah yang menyenangkan yang dapat membantu penyalahgunaan narkoba lepas dari kecanduannya terhadap narkoba.

4.2 Visi dan Misi Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre 4.2.1 Visi Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

Menyelamatkan anak bangsa dari ketergantungan narkoba. 4.2.2 Misi Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre

1. Membantu residen untuk sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba dengan metode berobat dan bertobat.

(8)

3. Menumbuhkan rasa percaya diri residen, menuju masa depan yang lebih cerah.

4. Membantu residen untuk bisa kembali bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat.

4.3 Struktur Organisasi

[image:8.612.36.574.344.724.2]

Struktur organisasi di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.3

Bagan Struktur Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

DIREKTUR

Site Manager MANAGER

Ass. Site Manager

Foremen Maintance

Rohani Tradisional

Psikolog

Dokter Logistik

Residen Perawat

Perawat Tradisional Kebersihan

(9)

Berikut ini adalah paparan tentang struktur organisasi sosial Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre:

1. Direktur

Direktur berperan sebagai penanggung jawab utama Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini. Jabatan ini adalah jabatan tertinggi di lembaga ini.

2. Manager

Jabatan ini berperan untuk menjalankan proses kegiatan rehabilitasi sehari-hari di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Mulai dari konsumsi, administrasi, aktivitas terapi dan lain-lain. Manager bertanggung jawab penuh terhadap direktur. Manager juga dibantu oleh Site Manager dan Ass. Site Manager.

3. Dokter

Dokter di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre ini berfungsi untuk memberikan perawatan dan pengobatan medis kepada residen. Dokter bertanggung jawab penuh kepada manager panti. Dokter ini tidak bertugas penuh di Sibolangit Centre. Kunjungan dokter bersifat rutinitas artinya dalam dua hari sekali dokter berkunjung ke Sibolangit Centre untuk memeriksa kondisi residen. Dokter membawahi seorang kepala perawat. Kepala perawat berfungsi untuk memimpin 5 orang sisten perawat yang membantu tugas dokter dalam memberikan perawatan medis kepada residen.

4. Kepala Pengobatan Tradisional

(10)

memberikan jamu dari ramu-ramuan tradisional tanah karo. Pengobatan tradisional juga termasuk dengan mengoperasionalkan mandi uap kepada residen.

5. Spritual

Tenaga spiritual di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre terdiri atas: a. Tenaga pengajar mengaji bagi residen yang beragama Islam.

b. Tenaga penceramah baik yang bersifat harian atau mingguan. Tugas tenaga ini adalah memberikan materi-materi ajaran ke-Islaman kepada residen sehingga pengetahuan dan penghayatan residen akan Islam dapat ditingkatkan.

c. Pendeta Kristiani. Pendeta ini berkunjung sekali seminggu yakni pada hari minggu sore untuk memberikan materi-materi Kristiani bagi residen yang beragama Kristen.

d. Pendeta Budha. Pendeta dari agama Budha ini berkunjung juga sekali dalam seminggu pada hari minggu sore untuk memberikan materi-materi agama Budha.

e. Pelatih tenaga dalam pernapasan. Pelatih ini bertugas memberikan latihan pernapasan dan gerak tubuh residen.

6. Kepala Keamanan

(11)

dari pukul 07.00 sampai pukul 18.00 dan tugas malam dimulai dari pukul 18.00 sampai pukul 07.00. Dengan demikain Sibolagit Centre ini dijaga 24 jam penuh selama 7 hari kerja.

7. Logistik

Tugas kepala logistic adalah bertanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari warga Sibolangit Centre, mulai dari residen hingga pengelola Sibolangit Centre.

8. Maintenance

Bagian ini berfungsi untuk merawat segala fasilitas yang digunakan di Sibolangit Centre. Diantaranya adalah fasilitas listrik, air, telepon dan lain-lain

9. Konselor

Konselor merupakan petugas yang banyak berinteraksi langsung dengan residen. Konselor inilah petugas yang membina langsung proses rehabilitasi dan aktivitas sehari-hari residen. Konselor dibantu oleh:

a. Intern staff merupakan petugas dalam administrasi yang mencatat langsung perkembangan-perkembangan dan administrasi residen. Misalnya pencatatan masa hukuman bagi residen yang melanggar aturan Sibolangit Centre.

10. Asisten Konselor

(12)

mengkoordinasi dan bertanggung jawab terhadap departemen-departemen yang ada.

Departemen-departemen itu adalah:

a. Departemen House Keeping, bertugas dalam menciptakan dan memelihara keberhasilan pondok. Diketahui oleh residen yang bertanggungjawab terhadap operasional departemen ini.

b. Departemen Laundry,bertugas mencuci sprey, taplak meja dan ssebagainya. Diketahui oleh residen yang bertanggung jawab terhadap operasional departemen ini.

c. Departemen Maintenance,bertugas dalam memelihara dan memperbaiki sarana dan prasarana panti seperti lampu, listrik, kursi, meja, dan sebagainya. Diketahui oleh residen yang bertanggungjawab terhadap operasional departemen ini.

d. Departemen Gastronomy, bertugas menyiapkan dan menghidangkan makanan. Diketahui oleh residen yang bertanggungjawab terhadap operasional departemen ini.

(13)

4.4 Fasilitas Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre terletak di Jl. Medan Berastagi Km. 12,5 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Panti ini dirancang dengan nuansa alamiah yang bertujuan untuk memberikan ketenangan serta merubah pikiran para korban narkoba agar mereka bertobat sekaligus mendidik para korban kembali kepada alam.

Adapun sarana yang disediakan oleh pengelola Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre meliputi:

1. Ruang medis dan obat-obatan standar

Fasilitas ini diperuntukkan bagi residen selama dalam proses detoksifikasi yaitu proses pengobatan yang memberikan obat-obatan medis guna menghancurkan racun-racun dari bahan narkoba itu sendiri.

Ruang dan obat-obatan ini memang diperuntukkan bagi proses detoksifikasi. Residen diberi berbagai jenis 0bat-obatan medis yang berfungsi menghilangkan zat-zat beracun yang ada dalam tubuh mereka. Sebagaimana kita ketahui bahwasanya narkoba itu sendiri banyak mengandung zat-zat beracun, oleh karena itu salah satu cara penyembuhannya adalah dengan memberikan penawarnya, disinilah dihilangkan berbagai jenis racun yang ada didalam tubuh residen atau pecamdu narkoba.

2. Mandi Uap (Oukup)

(14)

rempah-rempah. Ramuan ini memang diadopsi dari tradisi suku karo yang tinggal disini. Jadi uap itu akan merangsang keluarnya racun dari tubuh.

Fasilitas mandi uap tersedia dalam dua ruang berukuran 2 x 1 m, dalam setiap ruangan terdapat satu bangku panjang dan dua lubang yang terletak di bawah bangku. Dua lubang ini dihubungkan dengan pipa ke dalam dandang tempat merebus ramuan. Setelah mendidih nanti uapnya tersalur ke kamar ruang mandi uap tersebut dan residen dipanggil tiga orang sekaligus untuk masuk selama ±15 menit baru kemudian mereka mandi dengan air bersih.

Ramuan yang digunakan untuk mandi uap adalah terdiri berbagai jenis ramuan yang telah tersimpan dalam toples berukuran besar dalam sebuah ruang ramuan. Adapun ramuannya antara lain: rempah ratus, serai wangi, sirih hutan, benalu, daun pandan, kencur, bawang putih, bawang merah, jeruk purut, dan jintan.

Setiap residen akan mendapat giliran mandi uap 2 kali seminggu dan ini dilakukan secara rutin.

3. Tempat Ibadah

(15)

4. Asrama Putra

Ruangan ini merupakan kamar tidur residen. Dari hasil selama pengamatan menunjukkan bahwa kamar putra terdiri atas lima belas kamar. Setiap kamar terdapat lima buah tempat tidur. Masing-masing residen diberi satu lemari. Kamar mandi ditempatkan dalam masing-masing kamar. Bagian depan kamar mereka berjeruji besi seperti di penjara. Pada ujung gedung asrama di lantai 1, terdapat sebuah kamar kecil yang berfungsi sebagai ruang isolasi bagi residen baru. Jadi kalau ada residen yang baru masuk, residen tersebut dimasukkan keruang isolasi ini. Bisaanya pecandu ini akan mengalami masa sakau selama tidak lagi memakai narkoba dan pecandu ini akan mengalami masa sakau selama waktu seminggu. Untuk itu mereka dimasukkan dalam ruangan tersebut selama seminggu dan sama sekali tidak diperbolehkan untuk keluar. Dalam keadaan seperti itulah residen yang baru masuk diajak untuk merenungi jalan hidupnya selama ini dengan dibantu oleh senior mereka.

Dalam kamar tersebut terdapat 2 buah kasur dan 1 kamar mandi, akan tetapi disesuaikan dengan jumlah residen yang masuk. Ruang tersebut berukuran 2 x 10 m. Bedanya dengan kamar lain, kamar ini lebih sempit dan residen yang baru masuk tidak bisa keluar buat makan atau kegiatan lain seperti residen yang lain dan kedua kaki mereka dirantai.

(16)

Ruangan ini terdapat lima kamar tidur dan satu kamar mandi. Ruangan ini sama seperti ruang isolasi residen baru yang juga berjeruji. Ukuran kamar tersebut adalah 7 x 10 m.

5. Kantin

Kantin terletak disebelah ruang makan. Dalam kantin ini terlihat adanya 10 meja panjang berikut beserta dengan kursinya, etalase yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari residen, serta sebuah pesawat televise, residen dipersilahkan untuk menonton dan diruang inilah residen juga diharapkan dapat besosialisasi antar sesama warga Sibolangit Centre. Jadi mereka akan merasakan kebersamaan dan solidaritas antar sesama.

6. Kolam Memancing

Kolam ini lebarnya 10 x 10 m. disisi kola mini terdapat lima buah bangku panjang yang berfungsi sebagai tempat duduk saat memancing. Dapat merangsang residen untuk memikirkan kembali apa yang telah mereka lakukan dan apa yang akan mereka lakukan.

Sambil memancing konselor akan mendampingi mereka, karena bisaanya sambil memancing seseorang akan memikirkan sesuatu. Disinilah peran konselor mengiring mereka untuk memikirkan diri mereka untuk kedepannya.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan memancing dijadikan sebagai salah satu terapi mental untuk merenungi kembali hidup residen dan bagaimana memperbaki kondisi tersebut.

7. Pendopo

(17)

residen diminta untuk saling menghargai pendapat orang lain dan tak boleh memaksakan kehendak. Disinilah residen bisa memupuk dan menumbuhkan rasa saling menghargai antar sesama warga. Jadi residen akan merasa dihargai dan layak didengar pendapatnya. Disamping itu tentunya untuk mengasah kembali daya piker mereka yang selama ini banyak tak berfungsi kerena obat.

Dengan diskusi ini juga dijadikan sebagai salah satu terapi psikologis bagi residen. Dalam diskusi ini residen dirangsang untuk memilikikepercayaan diri dan merasa dihargai dan harus saling menghargai.

Pendopo ini berukuran 12 x 13 m. Jadi cukup luas untuk menampung jumlah seluruh residen yang ada. Dindingnya terbuka dengan lantai yang berbentuk panngung.

8. Lapangan Olahraga

Lapangan olahraga yang disediakan di Sibolangit Centre ini terdiri atas lapangan bola kaki, bulu tangkis, tennis meja, dan basket dengan berolahraga ini diharapkan residen dapat memperbaiki fungsi tubuh mereka agar kembali normal seperti sedia kala karena dengan berolahraga yang teratur dan benar badan akan berkeringat, tubuh akan menjadi lentur dan berotot. Jadi kegiatan ini memang difungsikan untuk terapi fisik untuk residen.

(18)

Dengan demikian, fasilitas olahraga ini dimanfatkan untuk merangsang residen berfikir kreatif dan terus beraktivitas. Kegiatan ini mengandung unsure terapi psikologis bagi residen.

9. Laboratorium Komputer

Sibolangit Centre juga menyediakan fasilitas laboratorium computer. Tujuan utama penyediaan fasilitas ini adalah agar residen dididik dan dilatih untuk menggunakan komputer guna mempersiapkan mereka untuk dapat bermanfaat bagi masyarakat dimana mereka berasal.

Residen disini memang tidak hanya disembuhkan tapi juga dididik dan dilatih agar nantinya bila mereka keluar dari Sibolangit Centre ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia kerja. Mereka dapat memanfaatkan keterampilan computer mereka untuk kerja tentunya. Sehingga mereka akan dapat bersosialisasi dengan baik dan akan timbul rasa percaya diri bahwa mereka juga bisa berbuat dan tidak menjadi beban seperti selama ini.

Materi komputer yang diberikan pada residen adalah menggunakan MS. Office seperti Word, Exsel, Access, Power Point, serta akses Internet. Karena program-program ini menurut pengelola rehabilitasi banyak digunakan di dunia kerja, agar residen nantinya memang benar-benar kembali ke masyarakat, dalam arti tidak hanya kedalam keluarganya namun juga ke dunia kerja sehingga mereka tidak menjadi beban keluarganya dan bisa mandiri.

Laboratorium komputer ini memiliki 10 buah computer yang berkapasitas Pentium IV. Dengan kapasitas seperti ini memang akan sangat mendukung upaya Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre untuk memberikan keterampilan kepada residen.

(19)

Ruang ini terdapat disebelah ruang medis. Fungsi ruangan ini adalah sebagai tempat konsultasi dan evaluasi perkembangan psikologi residen. Ruang ini khususnya digunakan oleh konselor untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi residen.

Sehingga residen dapat memperoleh terapi psikologis dari ahlinya. Disini juga nantinya perkembangan psikologi residen diamati dan dievaluasi. Misalnya residen pecandu shabu-shabu mengalami penurunan mental, jadi perkembangan mentalnya dapat dievaluasi secara terus-menerus.

11. Kolam Renang

Kolam renang terletak didepan asrama. Kolam ini berukuran 10 x 15 m. Kola mini memiliki kedalaman 150 cm. Kolam mini ini digunakan untuk merendam residen ditengah malam. Residen direndam ditengah malam, memang terasa dingin sekali, tetapi dengan rasa dingin itulah syaraf-syaraf mereka yang telah rusak dapat dirangsang kembali untuk bekerja. Mereka tidak akan masuk angin karena ketika mereka mengalami kedinginan, mereka langsung diangkat dan disuruh berlari mengelilingi kolam sampai mengeluarkan keringat. Kemudian mereka dimasukkan kembali ke dalam kolam, sampai jangka waktu berendam sekitar 1 sampai 2 jam.

Dari hal itulah para residen dapat mengambil pelajaran bahwa proses penyembuhan kecanduan mereka itu merupakan hal yang salah. Mereka harus mengalami kedinginan sampai menggigil dan direndam berjam-jam. Dengan direndam dikolam renang pada tengah malam merupakan sebagai salah satu terapi psikologi untuk lepas dan sembuh dari ketergantungan narkoba sehingga begitu keluar dari Sibolangit Centre diharapkan mereka akan jera dan tidak akan mengulangi untuk kembali menggunakan obat-obatan terlarang.

(20)

Kolam mandi air panas ini terletak di Sidebu-debu yang memang lokasinya tidak jauh dari Sibolangit Centre. Kolam air panas ini digunakan untuk mandi residen. Dengan mandi disini maka akan dirangsang syaraf-syaraf mereka yang rusak untuk pulih kembali. Mereka setiap sebulan sekali pada minggu pagi mandi di Sidebu-debu dikolam air panas. Sekitar setengah jam mandi air panas kemudian kepala mereka diguyur dengan air panas dicampur garam. Gunanya untuk merangsang syaraf-syaraf yang ada di kepala mereka. Sebab, kerusakan syaraf yang terbanyak bagi para pecandu narkoba yaitu di bagian kepala. Salah satu terapi fisik yang diberikan adalah dengan menyiramkan air panas yang bercampur garam ke kepala residen

13. Lahan Praktek Pertanian

Lahan praktek pertanian ini terletak di dalam komplek Sibolangit Centre yang luas lahannya sekitar + 2500m. lahan ini digunakan oleh residen untuk belajar bertani.

Pada pagi hari mereka bekerja dilahan ini, tujuannya bukan hanya sebagai aktifitas fisik namun juga bisa digunakan sebagai terapi fisik bagi residen. Sinar matahari pagi sangat bagus bagi tubuh. Syaraf-syaraf yang rusak bisa dipulihkan dengan cara berjemur dibawah sinar matahari pagi sambil bertani. Banyak hal yang diajarkan disini untuk bertani seperti: mananam cabai, sayur-sayuran, dan juga beternak. Dalam beternak yang diajarkan disini adalah beternak kambing.

(21)

akan merasa kedinginan, sakit kepala, gelisah, dan meronta-ronta. Hal inilah yang disebut istilah ‘sakau’.

Pecandu narkoba yang dirawat di panti, maka pada saat itulah terjadi proses sosialisasi dan resosialisasi dalam kehidupannya. Dikatakan sebagai proses desosialisasi karena pada tahap awal, seseorang residen itu diasingkan dan ditempatkan disuatu kamar khusus yang terpisah dari residen lainnya. Selain merupakan proses pencabutan diri juga untuk menghilangkan sakaunya. Apabila datang sakaunya, maka tangan dan kaki residen akan diikat. Selama masa sakau ini residen dijaga ketat oleh dokter dan perawat serta tidak dibenarkan berinteraksi dengan siapapun baik sesama residen maupun keluarganya. Hal ini terjadi selama ± 1 minggu (tergantung dari tingkat kecanduan residen terhadap narkoba). Setelah 1 minggu dan sakaunya telah hiang, maka residen dipindahkan ke kamar bisaa dan elah dapat berinteraksi dengan residen yang lainnya, dapat mengikuti aktivitas sehari-hari bersama dengan residen yang lain, serta sudah diperbolehkan dikunjungi oleh orang tua atau keluarga pada saat waktu kunjungan yang telah ditetapkan oleh pihak panti. Pada saat inilah berlangsung proses sosialisasi, dimana residen ditanamkan sesuatu nilai-nilai baru.

(22)

Di panti rehabilitasi Sibolangit Centre terdapat beberapa metode pengobatan yaitu:

1. Pengobatan Medis

Pada metode medis ini, dokter memeriksa kondisi tubuh residen untuk mengetahui apakah residen memiliki penyakit bawaan atau tidak, sehingga dalam perawatan selanjutnya dapat diantisipasi untuk hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Pengobatan Tradisional

Pengobatan tradisional yang dilakukan adalah dengan cara mandi uap (oukup) sebanyak 2 kali dalam seminggu selama residen masih dirawat di panti.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan racun-racun narkoba yang ada dalam tubuh residen, sehingga nafsu makan residen akan bertambah, badan terasa lebih segar, tidur pun enak serta lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan di dalam panti. Selain itu sebanyak 2 kali sehari residen diberi minuman jamu yang terbuat dari rempah-rempah dan daun-daunan.

3. Pengobatan Rohani (Spiritual)

Selama dalam panti, para residen diberikan pelajaran dan pengetahuan tentang agama sesuai dengan agama masing-masing. Residen diajarkan untuk sembahyang, membaca kitab suci dan belajar mengenal diri sendiri sesuai dengan agama yang mereka anut.

Metode ini dilakukan agar residen lebih mendekatkan diri dengan Tuhan, memiliki iman yang kuat sehingga tidak terpengaruh pada penggunaan narkoba.

4. Pengobatan Fisik dan Psikis

(23)

orahraga itu juga dilakukan cross country pada waktu-waktu tertentu. Melalui kegiatan ini para residen dapat melihat langsung kondisi masyarakat di sekitar mereka, sehingga mereka dapat membuka pemikiran mereka bahwa mereka juga bagian dari masyarakat.

(24)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif yang lebih mementingkan ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan informan.

Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.

(25)

5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan Kunci I : Pimpinan Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit

Centre

Nama : H.M. Kamaluddin Lubis, SH. Jenis kelamin : Pria

Umur : 74 tahun

Alamat : Villa Polondia Indah A.1, Medan.

H.M. Kamaluddin Lubis, SH. adalah pimpinan sekaligus pemilik Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre. Awal berdirinya panti rehabilitasi didasari oleh pengalaman pribadi anak laki-laki tunggal beliau yang merupakan salah satu korban penyalahgunaan narkoba. Berikut penuturan Bapak Kamal:

“Saya terinspirasi mendirikan Pusat Rehabilitasi ini karena dampak dari zat psikotropika itu juga yang turut merengut nyama putera saya Baron sepuluh tahun lalu. Saat itu baron mengalami kerusakan system pompa jantung (gagal jantung) akibat terlalu banyak memakai narkoba. Sejak kematiannya saya berkeinginan kuat untuk bisa mengobati mereka yang mengalami nasib yang sama dengan anak saya”.

(26)

bisa mengalaminya dan bukan berarti keluarga yang mengalami adalah keluarga broken home, tetapi juga keluarga yang harmonis.

Sedangkan sosialisasi Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre menurut penuturan Bapak Kamal:

“Sebelum ada Sibolangit Centre, sayamembentuk LSMGAN, dimana tugasnya untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Dari LSM itulahkemudian saya mendirikan panti rehabilitasi Sibolangit Centre. Orang-orang mulai mengenalSibolangit Centre karena kami mengizinkan kunjungan dari siapapun yang ingin tahu akan bahaya narkoba, lewat penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan kami juga mengenalkan tentang Sibolangit Centre ini.

(27)

Dalam perekrutan staf, beliau tidak menggunakan cara resmi seperti penerimaan lowongan pekerjaan kebanyakan. Beliau menetapkan sendiri cara perekrutan pekerja Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre.

Beliau bertemu dengan konselor saat diadakan pelatihan-pelatihan ataupun seminar-seminar narkoba. Sedangkan dokter dan psikolognya didatangkan dengan bekerjasama dengan fakultas kedokteran dan fakultas psikologi USU, dimana dokter datang 2 kali dalam seminggu untuk memeriksa kesehatan residen. Untuk ahli medis Sibolangit Centre bekerjasama dengan Puskesmas Sibolangit.

Berkenaan dengan masalah residen, pengembangan case conferance antar ahli Sibolangit Centre di antaranya dibahas oleh konselor, dokter, psikolog dan ahli medis setiap 2 minggu sekali. Perkembangan residen kemudian diberitahukan kepada keluarga seminggu sekali pada saat pertemuan keluarga dan juga melalui telepon oleh project manager ataupun konselor.

(28)

Setelah 6 bulan rehabilitasi, sesuai program bisaanya keluarga akan bertemu dengan residen. Beberapa keluarga yang sudah bertemu bisaanya akan bermusuhan dengan Pak Kamal. Berikut penuturan Bapak Kamaludian:

“Kebanyakan residen sering melaporkan hal-hal yang membuat dia dikeluarkan keluarganya dari Sibolangit Centre ini. Bahkan ada yang sampai membayar lunas sisa bayaran bulanan agar anaknya diizinkan keluar dari rehabilitasi. Ini dikarenakan residen yang sedang menjalani proses pemulihan melaporkan hal-hal yang mereka anggap seperti penyiksaan kepada keluarganya, tetapi ketika pihak kita memberikan penjelasan, barulah keluarga menerima kepercayaan kembali anaknya kita bina di Sibolangit Centre ini”

(29)

5.2.2 Informan Kunci II : Konselor

Nama : Sanjaya Abidin Jenis kelamin : Pria

Umur : 29 tahun

Alamat : Jl. Tilak no. 19, Medan.

Sanjaya Abidin adalah konselor yang bertugas untuk mengatur jalannya kegiatan residen dan konselor lainnya di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre. Awal bertemunya Sanjaya dengan Pak Kamal adalah di salah satu seminar dimana saat itu Sanjaya merupakan pemberi materi sekaligus mantan pecandu narkoba yang sudah lama pulih. Lalu Pak Kamal menawarkan Sanjaya untuk menjadi konselor di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre.

Tugas yang dilakukan konselor saat pertama kali bertemu dengan keluarga residen adalah menyelaraskan tujuan awal keluarga dalam merehabilitasi residen, memberikan pengetahuan kepada keluarga residen sebagai modal bagi keluarga dalam menghadapi residen setelah selesai direhabilitasi, menciptakan nilai-nilai kekeluargaan antara sesama keluarga yang mempunyai masalah pecandu narkoba dan memberi dukungan serta motivasi dalam proses pemulihan.

(30)

“Disini kebisaaan yang dibuat selama di Sibolangit Centre berlaku untuk semua residen tidak terkecuali, semua punya aturan yang harus mereka jalankan. Mereka akan diberikan hukuman seperti membersihkan taman, halaman, mengepel, dsb apabila tertangkap basah seperti membicarakan narkoba, atau menyimpan rokok didalam saku mereka bukan pada jam istirahat yang kita izinkan”.

Dalam masa penyembuhan, konselor akan memberikan banyak sekali ilmu kepada residen guna mencegah relaps (kambuh). Ilmu yang diberikan adalah seputar pencegahan kekambuhan seperti pengetahuan adiksi mulai dari jenis-jenis narkoba sampai efek yang ditimbukan serta dampaknya, cara pencegahan relaps (kambuh) seperti tidak berkumpul dengan lingkungan narkoba kembali, proses pemulihan seperti pola makan, pola tidur, dan lain-lain. Keterbukaan tentang ketergantungan, contohnya saat residen merasa dirinya sedang ingin mengkonsumsi narkoba setelah selesai direhabilitasi, saat seperti ini keluarga harus membantu mengalihkan pikiran residen pada hal-hal lain selain narkoba.

Namun dalam prosesnya tidak semua keluarga peduli terhadap perkembangan pemulihan residen di panti rehabilitasi. Untuk menanggulangi masalah seperti ini, menurut Bapak Sanjaya:

(31)

Sibolangit Centre. Saya sebagai konselor juga memberikan layanan konseling kepada keluarga tentang pola pikir yang ada dalam keluarga, sehingga cara berfikir mereka menjadi lebih terbuka untuk mau memahami kebutuhan residen setelah mereka bebas dari masa rehabilitasi”.

Proses penyembuhan residen tidak bergantung pada dirinya saja, tetapi keluarga juga sangat berperan penting. Keluarga sebagai salah satu bagian terpenting dalam proses pemulihan residen terkadang tidak mengerti sepenuhnya mengenai proses rehabilitasi. Hal ini terbukti dari banyaknya keluarga yang ingin menarik anak walaupun masa rehabilitasinya belum selesai. Maka sekali lagi konselor sebagai penjembatani antara keluarga dengan lembaga harus menjelaskan seberapa penting dukungan mereka pada residen, melalui pertemuan keluarga tiap minggunya akan dibuat komitmen atau perjanjian untuk tidak mengeluarkan residen sebelum program selesai dilaksanakan. Selain itu juga diyakinkan bahwa semua yang dilakukan itu adalah untuk masa depan residen ke arah yang lebih baik.

Pertemuan keluarga dengan residen setelah menjalani masa rehabilitasi selama enam (6) bulan dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada keluarga agar tidak terlena terhadap perubahan sesaat atau tidak diizinkan untuk puas sesaat. Menurut Bapak Sanjaya:

(32)

kekambuhan kembali apabila ada tanda-tanda yang mencurigakan dari si mantan pecandu tersebut.”

(33)

5.2.3 INFORMAN UTAMA I

Nama : FM

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 17 Maret 2008

Usia : 25 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Medan

Agama : Islam

FM merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di medan. Sehari-hari FM sangat aktif di kampusnya, tetapi dalam pergaulan FM memang sudah lama terlibat dengan narkoba. Awal masuk kuliah FM masih bisa mengontrol untuk penggunaan narkoba tetapi karena sudah candu berat, FM sulit mengontrol diri alhasil kuliahnya berantakan. FM mengaku kalau pergaulnnya sehari-hari dekat dengan anak-anak yang nakal seperti genk motor dan pelaku kriminal. Berikut penuturan FM:

“Saya sudah menggunakan narkoba sejak kelas 2 SMP, dulunya saya sama sekali tidak merokok karena selalu ingat pesan orangtua kalau merokok itu merugikan diri sendiri. Tetapi teman-teman di sekolah saya dulu kebanyakan pemakai ganja, mereka sering menawarkan kepada saya, sekali dua kali saya tolak, tetapi lama kelamaan saya tidak tahan akhirnya saya pakai juga”.

(34)

pergaulan, jam pulang sekolah FM langsung pulang kerumah. Karena sifat penurut FM inilah yang membuat ibunya selalu memberikan apa saja yang diminta FM bahkan uang jajan yang berlebihan.

Kelas 2 SMP muncul keinginan FM untuk lebih bergaul dengan teman-teman sekelasnya. Awalnya FM sama sekali tidak tahu kalau teman-teman dikelasnya sudah pada aktif menggunakan ganja. FM tidak menghiraukan teman-temannya yang suka bolos sekolah dan terlambat masuk ke kelas saat-saat mengikuti jam pelajaran. Akan tetapi lama kelamaan FM ikut terjerumus menggunakan narkoba. FM sengaja ikut teman sekelasnya untuk bolos satu mata pelajaran, karena ajakan temannya itu menggiurkan FM walaupun dia tahu kalau bolos jam pelajaran adalah menyalahi aturan sekolah, karena apabila ketahuan pihak sekolah pasti akan dihukum.

FM mendapati teman sekelas dan seniornya sedang melinting ganja di kamar mandi. Saat itu FM hanya memandangi mereka saja, tetapi muncul keinginan yang kuat untuk ikut menghisap ganja tersebut melihat mereka begitu menikmatinya. Tetapi awal ditawarkan untuk menghisap FM masih menolak, takut ketahuan guru disekolah karena posisi saat itu adalah kamar mandi sekolah. Tawaran pertama ditolak FM walau masih memandangi merka menghisap ganja tersebut. Walau tahu itu salah tetapi FM tidak mau memberitahukan kepada guru-gurunya, FM malah takut teman-temannya dihukum kepala sekolah. FM juga takut kalau teman-temannya menghajarnya kalau mereka tahu informasi itu didapat dari FM yang melapor kepada pihak sekolah. FM juga menjelaskan bahwa:

(35)

Mengenai narkoba, FM tahu kalau narkoba itu berbahaya dan mematikan. Pembelajaran dan info-info seperti itu dia dapatkan dari pelajaran bimbingan konseling di sekolahnya. Bahkan beberapa bulan sekali di sekolahnya diadakan penyuluhan dan seminar tentang bahaya narkoba. Karena tahu akan bahaya itulah membuat FM berpikir untuk menggunakannya, walaupun sering dibujuk teman-temannya. FM sama sekali tidak tergoda, hanya saja sudah terlalu sering bergaul dengan teman-teman pemakai. Berikut penuturan FM:

”Terlalu sering dibujuk, saya pun tidak tahan. Ganja itu dilinting oleh senior saya, dia katakan kalau saya tidak pakai ganja yang di tawarkannya, saya tidak gaul, banci dan bodoh. Karena ingin di anggap hebat seperti mereka, ganja yang dilinting bersama rokok itu akhirnya saya hisap juga”.

Ganja itu diterima FM, dihisap beberapa kali dikamar mandi saat jam istirahat sekolahnya. Awalnya FM merasa pening, mual dan muntah-muntah. Teman-temannya tertawa saat melihat FM muntah-muntah, temannya mengejek kalau berhenti menghisap dianggap lemah sebagai anak laki-laki. Karena tidak ingin dianggap lemah FM berusaha keras untuk tidak muntah-muntah lagi sambil terus memaksa diri menghisap ganja itu sampai habis. Saat itu FM mendapat kepuasaan tersendiri dan menganggap dirinya hebat. Menurut pemaparan FM:

(36)

Efek ganja itu membuat FM ketagihan tidak segan-segan FM menemui teman-teman pengguna narkoba, hanya untuk mengkonsumsi narkoba bersama. Mereka secara bergantian masuk kedalam toilet dan menjaga agar teman yang melintas toilet tidak mengetahui aktivitas mereka didalam. Saat itu bagi FM tidak sulit untuk mendapatkan ganja, FM membeli langsung dari temannya yang sudah membawa lebih. Sejak masa candunya FM, dirinya mulai jarang masuk sekolah dan malas untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah. FM selalu menghabiskan waktu dengan pergi ke warnet sampai jam pulang sekolah. Pikiran FM sudah tidak adalagi sekolah, masa depan dan nasihat orangtuanya karena kepribadian dan mental FM mulai rusak.

FM merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, dan semua itu aktip dalam pengajian. Tidak ada kekurangan dalam keluarga FM, semuanya lebih dari cukup. Orangtua FM juga baik dan tidak otoriter mereka bisa dikatakan keluarga harmonis dan disegani oleh orang-orang disekelilingnya. Karena kepercayaan penuh dari orang tuanya membuat FM sama sekali tidak dicurigai keluarga, kalau dirinya sudah terjerumus ke dalam narkoba. Yang diketahui Orangtua FM jarang mau bergaul dan hanya sibuk untuk kegiatan-kegiatan positif saja. Untuk masalah teman-teman FM, ibunya tidak terlalu khawatir karena yang datang kerumah selalu anak-anak pengajian dekat rumahnya. Walau sudah sering memakai ganja, FM tidak banyak menunjukkan peerubahan dihadapan orangtuanya, jam pulang sekolah FM selalu tepat waktu sampai di rumah. Sehingga apapun tingkah laku FM di luar tidak membuat keluarganya menaruh curiga pada dirinya.

(37)

rawan pemakai narkoba. Tidak ada perasaan takut bagi orangtua FM karena merasa pengaruh agama sudah sudah cukup menjadi pondasi ke empat anaknya agar tidak salah dalam pergaulan. Begitu sangat pintar FM menutupi diri dari keluarganya, bahkan ketika sudah masuk SMA pun, keluarga tidak ada yang tahu kalau FM sudah pakai narkoba.

Lingkungan yang baru itulah FM mulai menggunakan shabu-shabu tepatnya pada tahun 2003, rasa penasaran dan ingin tahu yang berlebihan membuat FM mulai mencoba-coba untuk memakainya. FM menganggap dirinya sudah cukup dewasa untuk lebih mengetahui segala hal yang ingin di ketahuinya. FM merasa menggunakan narkoba ke seperti shabu akan menambah relasi dan jaringan yang lebih besar dengan teman sebayanya sehingga lebih gampang dan cepat bergaul dengan lingkungannya yang baru ia tempati. Kalau pertama menghisap ganja yang dilinting dengan rokok, FM merasa pening, keringat dingin, mual dan berujung muntah. Ketika menggunakan shabu-shabu FM merasa lebih percaya diri, semangat, dan selalu penuh perasaan gembira. Bagi FM memakai shabu-shabu merupakan perkerjaan yang paling asik dan merasa diri seperti terbang, lupa semua masalah apapun. Berikut penuturan FM:

“Tepat pada tahun 2003 bulan juli, saya beralih ke shabu. Shabu itu dengan mudah sekali saya dapatkan dari teman yang tidak jauh dari rumah saya. Ternyata setelah saya rasakan shabu itu cukup membuat saya lebih rileks dan santai. Saya jadi suka senyum sendiri dan sama sekali merasa tidak punya beban hidup”.

(38)

merasa bebas dengan dirinya. Saat rumah kosong FM memakai shabu-shabu dikamar. Setelah selesai menyabu, bong yang dipakainya di susun rapi di dalam lemari di lipatan kain agar tidak diketahui oleh keluarganya. FM menggunakan shabu-shabu saat itu tidak terlalu berlebihan, dan bagi FM shabu itu cocok dengan dirinya karena tidak membuat badan FM menjadi kurus kering seperti kebanyakan pemakai shabu-shabu lainnya.

Kebutuhan uang jajan untuk FM semakin bertambah, karena biaya untuk membeli shabu-shabu sangat mahal, shabu-shabu 1 gram seharga 1 juta rupiah, ½ gram seharga Rp. 500.000, ¼ gram Rp. 300.000. Sementara FM sudah mulai ketergantungan berat, kalau tidak pakai shabu-shabu FM merasa geraknya terbatas dan merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri. FM mulai lebih sering meminta uang pada orangtuanya dengan berdalih untuk keperluan sekolah. Berikut penuturan FM tentang dirinya:

“Sejak SMA kelakuan saya banyak berubah, saya sering berbohong untuk masalah uang, saya juga suka mencuri uang ibu saya. Berapapun uang yang diberi kepada saya semua itu terasa kurang. Terlebih saya dan teman-teman mulai sering melakukan pesta shabu. Saya suka ikut taruhan bola dan judi, hasil judi itu saya pakai untuk membeli shabu”.

(39)

ada rasa kelelahan sama sekali dan tidak perduli apa yang akan dipikirkan oleh tetangga sekitar rumahnya melihat aksi FM yang keliling lari marathon subuh itu. Saat ketika bius itu habis barulah FM pulang kerumah dan kembali tidur untuk mengembalikan tenaga yang terkuras banyak. FM juga menambahkan:

“Efek shabu ini cukup kontan, saya bisa tahan tidak tidur semalaman terus beraktivitas tanpa henti. Efek keringat dingin berlebihan itu membuat saya gelisah, karena itulah saya sanggup keliling kampung dengan marathon. Setelah bius shabu itu habis, saya pulang ke rumah dan bisa tidur seharian akibat perasaan lelah dari aktivitas yang saya kerjakan”.

Tidak jarang FM menggadaikan barang berharga yang FM punya, kalau ada uang berlebih ditebus kembali oleh FM kalau tidak FM membiarkan tergadai begitu saja. FM semakin hari semakin boros, dan berapa pun uang yang diberikan selalu saja kurang, bahkan sudah tidak cukup lagi untuk membeli narkoba, mengingat dirinya menggunakan shabu-shabu dan shabu-shabu itu mahal.

FM mengaku kalau dirinya sudah jarang memakai ganja, dia hanya tertarik untuk menggunakan shabu-shabu saja. FM merasa memakai shabu-shabu itu adalah pekerjaan yang santai tetapi efek yang dirasakan sangat luarbisaa nikmat. Walau sebenarnya saat efek bius itu belum hilang FM merasakan kelelahan yang sangat berlebih dan merasa paranoid berlebihan. Berbagai cara dilakukan FM agar masa SMA bisa selesai untuk masuk bangku perkuliahan.

(40)

salah dengan anaknya karena sudah terlalu sering kebisaaan FM itu terjadi dirumah. Jika ibunya bertanya mengenai perkuliahannya, FM memberi banyak alasan untuk meyakinkan ibunya. Ibunya juga kerap kali mendapat anaknya pulang pagi kerumah dengan alasan yang terkadang tidak masuk akal. Ibu FM sempat berpikir kalau FM sudah pakai narkoba karena uang jajan sebanyak apapun yang diberikan selalu saja kurang. Berikut penuturan FM:

“Ibu saya sempat menaruh curiga, saya ditanyai kenapa siang hari bisa tidur seharian sementara malam hari sibuk main playstation. Saya menjawab santai seakan tidak ada yang saya tutupi, saya sebenarnya mulai takut tapi untung saat itu ibu saya percaya dengan alasan-alasan saya yang rasa juga terkadang itu semua yang diutarakan tidak masuk akal”.

Fase diamana FM merasa mulai jenuh dan bosan dengan kebisaaan menggunakan shabu-shabu, FM ingin lepas, dan mau berhenti menggunakan narkoba. 11 tahun FM menutupi dari keluarganya bahwa ia adalah seorang pecandu narkoba. Terkadang FM merasa bersalah dan sangat berdosa karena menipu ibunya selama ini. Perasaan berhalusinasi yang berlebihan itu yang memaksa FM ingin pulih dan bebas dari narkoba. FM sering merasa dikejar-kejar polisi dan seperti ada bayangan setan yang ingin membunuhnya. Hal-hal seperti itulah yang memaksa FM jujur kepada ibunya bahwa FM telah menggunakan narkoba selama ini, dan FM mengaku pertama sekali mengenal narkoba sewaktu masih SMP. Berikut penjelasan FM:

(41)

narkoba, uang saya seberapapun selalu kurang. Kuliah saya sudah lama saya tinggalkan, mau tidak mau terpaksa saya jujur kepada ibu saya kalau saya sudah 11 tahun pakai narkoba. Saya hanya berani jujur pada ibu saya, karena saya lebih dekat dengannya, kalau menceritakan kepada ayah saya takut kalau-kalau saya malah dihajar”.

Mengetahui akan hal itu ibunya sangat depresi dan terpukul, Ibunya tidak percaya kalau FM sudah pakai ganja sejak SMP, selama ini tidak ada perubahan yang nyata dilakukan FM didepan ibunya. FM jujur kalau selama ini uang yang di minta setiap hari selalu dipakai untuk beli shabu-shabu, dan pesta minuman keras dengan teman-temannya sesama pengguna narkoba. FM jujur kepada ibunya ingin sembuh dan berhenti menggunakan narkoba, karena sudah merasa sangat mengganngu keadaan psikologis dirinya. Setelah mengetahui anaknya terjerumus kedalam narkoba, ibunya bercerita langsung kepada ayahnya. Ayah FM emosi saat mengetahui dan sempat memukul FM karena kesal selama ini diberi fasilitas tetapi tidak dipakai untuk hal yang berguna oleh FM. FM mengaku menyesal dan sangat ingin lepas dari narkoba.

(42)

“Keluarga memutuskan saya untuk tinggal di Tanjung Pura, disana ada tempat pengajian paman saya. Mungkin sudah terlalu mendarah daging efek narkoba ini di tubuh saya, disana saya malah sering buat masalah karena saya butuh shabu sementara uang saku saya sudah dibatasi, saya malah jadi mencuri barang-barang di rumah paman saya untuk menambah kekurangan uang saya untuk membeli shabu. Sempat saya dikurung dikamar beberapa hari, sampai pada akhirnya saya kembali dipulangkan ke orangtua saya, karena paman saya menolak keberadaan saya di rumahnya”.

Bulan oktober 2013 FM ditangkap polisi, FM dan teman-temannya digrebek saat pesta narkoba waktu itu. Saat penggrebekan FM saat sedang memakai shabu-shabu, dan ada bukti shabu-shabu ditanganya. Saat penggrebekan terjadi mereka diamankan oleh kepala lingkungan di tempat tinggal FM, 2 orang kabur dalam penggrebekan itu dan 4 orang tertangkap, termasuk salah satu didalamnya adalah FM. Orangtua FM tahu akan kejaddian itu sehingga harus menebus FM agar tidak dibawa ke kantor polisi, dengan perjanjian damai ditempat.

(43)

FM direhabilitasi pada awal tahun 2014, waktu itu ibu FM tidak mau ikut menghantarnya, karena tidak tega kalau anaknya harus direhabilitasi dan jauh dari keluarga selama setahun. Terlebih peraturan panti selama 6 bulan residen tidak diperbolehkan untuk bertemu keluarga dengan alasan apapun. Pihak rehabilitasi memberi informasi kepada FM bahwa dengan rehabilitasi akan mempercepat proses pemulihannya, dan rehabilitasi itu tidak akan berlangsung lama. Hingga akhirnya FM mau direhabilitasi dan menyiapkan diri jauh dari keluarga. Berikut penuturan FM:

“Bulan maret tahun 2014 saya di antar abang dan ayah saya ke Sibolangit Centre untuk direhabilitasi. Tetangga kami menyarankan agar saya segera direhabilitasi saja, saya menolak untuk tinggal di panti awalnya karena alasan jauh dari keluarga tetapi jujur saya berkeinginan untuk sembuh. Saya tidak sanggup melihat ibu saya terus menangis karena saya menolak direhabilitasi, saya terpaksa harus mau tinggal dipanti rehabilitasi ini demi kepulihan saya”.

(44)

dirinya sendiri dengan narkoba, ia pun berjanji untuk tidak mengkonsumsi narkoba lagi setelah keluar dari rehabilitasi dan FM menceritakan keluhannya dengan konselor kalau ia sangat ingin menyelesaikan kuliahnya kembali setelah selesai masa rehabilitasi nanti.

FM mengaku tiga bulan menjalani rehabilitasi, dirinya merasa jenuh dengan rutinitas yang di lakukan setiap hari. FM mulai rindu dengan keluarga dan masakan ibunya. Tetapi saat-saat titik kejenuhan itu memuncak konselor selalu memberi motivasi agar FM tetap betah untuk menyelesaikan proses rehabilitasinya, sampai FM dikatakan sanggup untuk kembali berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Konselor, selalu memberi semangat agar FM pulih, dan sanggup menolak apabila dibujuk kembali oleh teman-temannya nanti ketika keluar dari rehabilitasi. FM juga menjelaskan bahwa:

“Selama saya di Sibolangit Centre ini, saya menjalani berbagai kegiatan yang ada di panti dengan metode therapeutic community yang di dampingi konselor, saya merasa mental saya sudah mulai tumbuh dengan baik sehingga saya mulai berfikir positif. Saya semakin sadar kalau selama ini saya hanya menyiksa diri saya dengan narkoba”.

Kegiatan yang paling disukai oleh FM adalah kegiatan ibadah, disana FM mengingat semua kebisaaannya yang membuatnya ingin benar-benar pulih. Karena sewaktu belum masuk rehabilitasi dulu, FM tidak pernah lagi sholat, dan membaca kitab suci. Semenjak didalam panti FM semakin rajin beribadah dan lancar kembali membaca kitab suci Al-Qur’an. FM juga menambahkan:

(45)

dimasa lalu supaya tidak terungkit lagi aib yang buruk dulu. Saya mau lanjut kuliah lagi, setelah di wisuda nanti niatnya ingin buka usaha saja sekalian meneruskan usaha perkebunan sawit keluarga. Semoga saja masih ada perempuan yang menerima saya untuk dinikahi walaupun dia tahu saya mantan pecandu”.

(46)

5.2.4 INFORMAN UTAMA II

Nama : PR

Tempat/Tanggal Lahir : Siantar, 25 April 1983

Usia : 31 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Alamat : Medan

Agama : Islam

PR merupakan pegawai swasa yang bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit. Sudah menikah selama 7 tahun dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki dari perkawinannya. Sekarang status PR adalah duda, PR berpisah dengan isterinya sewaktu berada direhabilitasi selama 2 bulan. Berikut penuturan PR tentang dirinya:

“Saya pakai narkoba dari usia 14 tahun, saya mengenal narkoba dari teman sebaya yang sudah lebih dulu mengkonsumsi narkoba. Narkoba yang saya pakai pertama adalah shabu-shabu. Saya memang anak yang nakal, saya tidak suka berteman dengan anak-anak yang alim tidak ada ketertarikan bergaul dengan mereka”.

(47)

kembali menggunakan putaw dan sempat berhenti memakai narkoba, walau akhirnya kembali lagi menggunakan putaw pada tahun 2003.

Saat itu tidak ada sedikit pun niat PR untuk berhenti menggunakan narkoba, bagi PR kebisaaan itu tidak merugikan, karena dirinya selalu terlihat aktif dan semangat setiap saat. Uang yang di pakai untuk membeli narkoba bisaa didapat PR dari judi, taruhan main billiard dan ikut bantu-bantu di bengkel temannya. Hasil gaji yang didapat, digunakan PR untuk mabuk-mabukan dan membeli narkoba. Hidup PR semakin parah jarang sekali pulang kerumah, dan setiap pulang kerumah selalu ada saja barang yang hilang dijual oleh PR. PR juga menjelaskan bahwa:

“Saya paling benci diatur, melawan orangtua sudah hal yang bisaa bagi saya. Kalau permintaan saya tidak dituruti saya suka membanting apa saja yang ada di rumah”.

Melihat perubahan sikap yang dilakukan PR di rumah membuat keluarga curiga, terlebih PR meminta uang yang sangat besar kepada ibunya dengan alasan untuk menganti motor karena sudah bosan dengan motor yang lama dia pakai. Uang itu sempat dicairkan oleh kedua orangtuanya, karena kalau tidak diberi PR suka mengancam ibunya dan itu membuat ibunya takut. Tetapi sudah sebulan berlalu motor itu belum juga kelihatan dirumah dan setiap ditanya PR selalu membuat alasan. Kecurigaan itu semakin menjadi, dan membuat ayah PR semakin memantau perkembangan PR.

(48)

direhabilitasi karena tidak ingin anaknya semakin parah. PR saat itu berontak dan melawan ayahnya, tidak bersedia untuk direhabilitasi karena merasa dirinya sehat dan tidak punya masalah apapun. Awal rehabilitasi PR pertama adalah tahun 2005, dan karena tidak ada niat sembuh dari PR membuat proses rehabilitasi yang dijalaninya selama 6 bulan sia-sia. Sesudah keluar dari panti PR langsung menemui teman-temanya dulu dan kembali menggunakan narkoba.

Kehidupan PR semakin sulit dikendalikan, orangtua dan keluarganya sangat stress melihat tingkah PR, sosok PR menjadi momok menakutkan. PR bolak balik ditangkap polisi dan selalu ditebus oleh orangtuanya. Karena selama didalam rutan pun PR masih melakukan transaksi. Segala cara dilakukan keluarga untuk mengubah PR tapi itu tidak mengubah keadaan. PR masuk kembali ke rehabilitasi di tahun 2008, setelah keluar selama setahun PR berhenti menggunakan narkoba. Kebisaaanya mulai berubah dan itu membuat keluarga mulai memberikan faslitas karena sudah melihat PR hidup normal kembali.

(49)

“Dua kali direhabilitasi saya berhenti menggunakan narkoba, awal mula jatuhnya kembali waktu itu saya berpacaran dengan mantan isteri saya itu yang memang sama-sama pemakai narkoba, saya terkejut sewaktu menemukan shabu di tasnya tetapi ada kerinduan kembali saat melihat shabu itu, disela-sela waktu kami bersama kami gunakan untuk menyabu bersama”.

Niat yang dulu sudah tidak ingin menggunakan narkoba, PR teringat kembali masa-masa saat menggunakan narkoba dulu santai dan semua beban lepas dari pikiran. PR dan kekasihnya selalu menyempatkan diri untuk menggunakan narkoba bersama. Tetapi PR mengingatkan kekasihnya agar selalu menyimpan rahasia kalau ia pemakai narkoba dari keluarga PR. PR tidak ingin hubungannya berakhir karena sudah pasti akan dilarang keluarganya.

PR sempat menyelesaikan kuliahnya, setelah selesai kuliah ia memutuskan untuk menikah dan bersepakat bersama untuk sembuh ketika sudah berumah tangga nanti. PR dan isterinya masih tinggal menumpang di rumah orangtua PR. Keluarga PR sama sekali tidak mengetahui kalau menantunya juga pemakai narkoba. Berikut penuturan PR:

(50)

Keadaan rumah tangga PR semakin berantakan, terlebih setelah mereka memiliki anak, saat itu anak mereka berusia 4 tahun. Niat yang semula ingin sama-sama berhenti dengan mengurangi dosis pemakaian yang terjadi malah kebalikannya. Sehari PR dan isterinya bisa menghabiskan uang sampai Rp. 500.000,- setiap pemakaian. Disinilah awal mula orangtua PR tahu kalau PR dan isterinya sama-sama pemakai narkoba. Isteri PR meminta kepada mertuanya agar dibawa berobat ke Sembada, isterinya juga meminta agar mertuanya mengurus anaknya. Ibu PR syok tahu anak dan menantunya sama-sama pengguna narkoba. PR menyampaikan kepada ibu dan keluarga dari pihak isterinya, bahwa mereka berniat sama-sama ingin pulih sendiri tanpa harus direhabilitasi. PR juga mengaku kalau sejak pacaran sudah mengetahui kalau isterinya sudah lama menggunakan narkoba, keinginan mereka untuk menikah karena sama-sama memotivasi diri untuk pulih dari narkoba.

Lelah karena tidak ada perubahan, pertengahan tahun 2013 PR direhabilitasi kembali untuk ke empat kalinya. Bekas sayatan-sayatan yang ada ditubuhnya semakin hari terus bertambah. Takut kalau PR berujung kematian keluarga PR mencari info tempat rehabilitasi terbaik. PR di bawa ke Sibolangit Centre, rekomendasi dari beberapa orang disekitar mengatakan tempat rehabilitasi ini sangat bagus untuk memulihkan korban penyalahgunaan narkoba. Sudah pasti PR akan menolak direhabilitasi alternatif terbaik membawanya dalam keadaan terbius. Berikut penuturan PR:

(51)

sama sekali tidak bisa membuat saya berhenti. Biarkan saja aku bebas diluar sana, aku bisa sembuh tanpa harus direhabilitasi, bukan ditempat ini”.

Pihak panti di damping konselor terus melakukan berbagai cara agar PR mau direhabilitasi. Konselor memberi informasi PR harus direhabilitasi dan harus bisa bebas dari narkoba sampai selamanya, mengingat PR sudah empat kali direhabilitasi. Konselor saat itu berusaha mengolah perasaan PR dan berusaha mempengaruhi diri PR agar mau direhabilitasi.

Selama di rehabilitasi semua kebutuhan PR diatur oleh pihak panti, PR hanya dapat menyampaikan keluhannya lewat konselor. Konselor memberi pengarahan agar PR berpikir sendiri dalam membuat keputusan, PR sengaja dipaksa untuk kembali menjalankan fungsi otaknya yang selama ini rusak karena zat narkoba. Kesadaran PR mulai tumbuh, Dia mengatakan kalau tempat rehabilitasinya yang sekarang berbeda dari tempat rehabilitasi yang sebelumnya pernah di jalaninya. PR mulai menjalani semua kegiatan pembinaan yang ada, timbul kemauan dari diri untuk membenari diri sendiri, PR mengeluh ke konselor saat waktu konseling kalau PR benar-benar ingin jauh dari lembah hitam, dan kembali hidup normal.

(52)

perubahan pada perilaku PR, konselor lebih memotivasi agar PR tidak putus asa. PR berjanji setelah selesai direhabilitasi akan mengasuh anaknya dengan baik.

Selama di Panti PR mengaku semangat menjalani rehabilitasi dan bertekad kuat untuk sembuh dari ketergantungan tersebut demi anaknya. Rehabilitasi dilakukan dengan metode Therapeutic Community. Selama menjalani rehabilitasi, mereka diajarkan prinsip dasar metode TC ini yaitu adict to addict, maksudnya para penyalahguna membentuk suatu komunitas untuk saling membantu dalam proses pemulihan teman, membantu teman untuk memulihkan ketergantungan terhadap narkoba. PR setiap waktu sharring ditanyakan untuk siapa yang paling utama kesembuhannya. PR mengaku untuk anaknya, karena PR tidak ingin anaknya ikut seperti dia, dan tahu kalau bapaknya pencandu berat narkoba dahulunya. Konselor selalu menekankan setelah keluar dari rehabilitasi, jika ada hal yang berusaha menarik kembali dirinya untuk memakai narkoba, ingat tekad kesembuhan itu demi anaknya. Agar mampu menolak penuh ajakan tersebut. PR menjelaskan bahwa:

“Ada trik 3 menit yang diterapkan konselor kepada saya, saya sangat ingat sekali kalau kita bertemu dengan teman-teman pengguna tetap rileks, jika mereka memaksa untuk ikut kembali bersamanya, cukup berikan uang Rp. 50.000.- lalu ucapkan kata terima kasih sertai dengan kata minta maaf lalu tinggalkan mereka”.

(53)
(54)

5.2.5 INFORMAN UTAMA III

Nama : RH

Tempat/tanggal Lahir : Medan, 24 April 1995

Usdia : 19 Tahun

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Kampung Keling

Agama : Islam

RH adalah anak sulung dari 2 bersaudara, berlatarbelakang dari keluarga yang harmonis. RH sudah menggunakan narkoba sejak SMP kelas 2. Narkoba yang pertama sekali RH gunakan adalah ganja dan shabu-shabu. Awal perkenalan RH dengan narkoba dari teman bermainnya yang menawarkan shabu dengan gratis. Faktor lain yang mendorong RH menggunakan narkoba adalah tempat tinggal yang remajanya rawan akan pemakai bahkan pengedar narkoba.

Narkoba yang pertama sekali dipakai RH adalah shabu-shabu, nenurut RH ia tidak terlalu suka memakai ganja, karena ganja sudah tidak berpengaruh apapun pada tubuhnya. Untuk pemakaian shabu RH menggunakan botol minyak wangi sebagai bong untuk menghisap shabu tersebut. Karena sudah sering melihat langsung teman-temannya, RH langsung mengerti cara menggunakan tanpa harus diajari terlebih dahulu. Sering keluar malam seperti dugem membuat RH jadi pakai obat-obatan pil inex. RH juga menjelaskan bahwa:

(55)

2 atau 3 pil biar semangat nafsu buat disko. Kesenangan saya kan habis efek shabu telan pi inex karena shabu dan inex itu cocok di pakai bersama”.

Lingkungan tempat tinggal RH memang rawan akan narkoba disana mayoritas pengedar narkoba. RH dan teman-temannya sering membuat masalah, sering mencuri barang-barang milik tetangga. Ikut-ikut teman yang hobby merampok dan masuk dalam geng motor. Tetapi karena didaerah tempat tinggal RH itu memang sudah banyak pemakai narkoba, sesama orangtua sudah merasa bisaa dan sudah tidak terlalu perduli dengan keributan yang sering terjadi dengan lingkungan sekitar mereka. Terlebih disana banyak pengedar narkoba yang sulit sekali dimusnahkan, rantai pengguna narkoba dan pengedar narkoba sangat berkembang. Jika satu tertangkap polisi akan diteruskan kembali oleh teman yang lain, begitulah seterusnya.

Mengenai narkoba RH sudah tahu jelas bahayanya seperti apa, tetapi RH tidak perduli karena merasa sangat menikmati narkoba tersebut. Tempat tongkrongan RH juga selalu dijalan airlannga, yang disana memang terdapat banyak pengguna dan pengedar narkoba. Karena merasa masih bisa mengontrol diri dalam penggunaannya RH merasa pakai narkoba sama sekali tidak merugikan. Bagi RH narkoba yang dipakainya dibuat sebagai penambah stamina tubuh dan tenaganya. Setelah memakai narkoba ia merasa tenaganya bertambah berkali lipat. Ketika sehabis pakai shabu RH juga merasa nafsu makannya bertambah, dan pada waktu pakai shabu timbangan berat badannya juga ikut bertambah. Karena hal ini membuat RH semakin hari semakin terus memakai narkoba dalam kesehariannya.

(56)

tidak langsung pulang ke rumah karena diajak oleh temannya untuk menginap di kost-kostan temannya. Teman RH menunjukkan barang kepada RH berbentuk tepung yang berwarna putih dan halus. RH bertanya tentang barang itu kepada teman-teman yang lain, lalu teman RH menjawabnya bahwa itu adalah shabu-shabu. RH hanya dibujuk sekali saja oleh teman-teman mereka untuk mengkonsumsinya, RH langsung semangat untuk menggunakannya. Karena RH tertarik mendengar pengalaman temannya jika RH mau mengkonsumsi barang itu, RH akan menjadi lebih baik lagi, lebih semangat lagi, dan segala beban pikiran akan hilang.

Pada tahun 2012 RH tertangkap basah oleh ibunya saat menggunakan shabu dengan teman-temannya di kamar. Ibu RH merasa heran karena RH dan tiga orang temannya berada di dalam kamar berjam-jam, padahal waktu itu sudah waktunya jam makan siang. Berikut penuturan RH:

“Saat itu saya dan teman-teman tengah asik memakai shabu, sampai-sampai tidak sadar kalau ibu saya mengintip dari dari jendela luar kamar. Saya ketakutan ibu saya marah besar dan mengusir teman-teman saya. Saya dihukum tidak boleh lagi keluar rumah dan dilarang bergaul dengan mereka. Saya berbohong dengan mengatakan baru mau mencoba dan belum sempat memakainya, untung ibu saya percaya”.

(57)

positif, RH pasti langsung direhabilitasi saat itu juga di jawa. RH juga menjelaskan bahwa:

“Hasil test urine itu saya manfaatkan untuk menegaskan kembali kepada orangtua saya bahwa saya belum memakai narkoba. Orangtua saya sempat meminta maaf karena telah merasa bersalah menuduh seperti itu, saya jadi merasa berdosa karena membohongi mereka, tapi kalau saya jujur saya pasti direhabilitasi”.

Setelah kejadian itu RH sempat berhenti total dari narkoba selama 3 bulan penuh. Kegiatan sekolahnya kembali ia kerjakan dengan baik, RH mulai jarang keluar rumah dan lebih dekat lagi dengan keluarganya. RH merasa ada kesempatan untuk dirinya bertobat karena hasil test urine waktu itu dinyatakan negatif. Tetapi kebisaaan itu hanya berlangsung sebentar, RH tergoda kembali memakai narkoba. Berikut penuturan RH:

”Pacar saya itu punya abang pecandu narkoba, melihat ia sering menyabu membuat saya jadi ingin menyabu juga. Kami sering bersama menyabu di kamar kostnya. Sebenarnya pacar saya itu marah lihat kami selalu menyabu, tetapi tidak berani untuk marah ia hanya bisa melampiaskan kekesalannya dengan membanting pintu pergi meninggalkan kami. Saat kembalinya saya memakai saya masuk ke dalam daftar pencarian orang karena terlibat dalam geng motor”.

(58)

memar, neneknya melaporkan hal itu kepada orangtua RH. Orangtua RH datang dan memaksa RH untuk jujur kenapa badannya memar seperti itu, RH mengatakan hanya perkelahian bisaa. Ayah RH menemukan pil ekstasi didalam saku celana RH, ayahnya sangat yakin kalau anaknya sudah terlibat kedalam narkoba mengingat kejadian di tahun 2013, RH hampir terlibat kedalam pemakaian shabu. RH jujur kalau dia benar memakai narkoba selama beberapa bulan ini katanya.

Mengetahui RH menggunakan narkoba, keluarga mencari informasi tempat rehabilitasi ketergantungan narkoba yang baik di daerah medan. Keluarga berinisiatif untuk memasukkan RH ke Sibolangit Centre. Orangtuanya melakukan konseling langsung dengan konselor saat itu, konselor mengatakan keluarga tidak diperbolehkan bertemu dengan anaknya selama 6 bulan. Jika ingin mengetahui perkembangan anak, orangtua hanya boleh berhubungan dengan konselor sebagai perantara antara anak dengan orangtua. Karena peraturan itu orangtua RH kembali membawa RH pulang ke rumah karena merasa terlalu berat selama 6 bulan jauh dari keluarga. RH juga menambahkan:

(59)

RH sering mengeluh dalam menjalani rehabilitasinya, banyaknya peraturan membuat RH merasa stres. Selama ini kehidupan RH berada dalam kebebasan, dan tidak aturan yang mengikatnya. Selama direhabilitasi RH setiap hari harus bangun pagi dan sholat subuh, itu sungguh sangat menyiksa RH. Lima bulan menjalani rehabilitasi, RH mulai merasakan kenyamanann. RH mulai menikmatinya, dan tumbuh kesadaran dirinya kalau dia harus berhenti dari ketergantungan narkoba. RH mulai merasa termotivasi tinggal di panti tersebut karena teman-temannya yang ada di panti berasal dari latarbelakang yang sama dengan dirinya, sama-sama korban dari penyalahgunaan narkoba dan mereka semua sama-sama punya tujuan untuk bisa sembuh dari ketergantungan narkoba.

RH merasa sangat senang banyak perubahan dalam dirinya selama disana. RH telah lancar membaca Al’Quran, padahal selama hidupnya dia jarang sekali menyentuh kitab suci itu. Kehidupan RH jadi lebih terarah, aktivitas sehari-harinya jadi lebih terkontrol. Bimbingan konselor yang selama ini ia dapatkan mampu diterapkan dalam dirinya, emosinya juga lebih terarah dan tidak suka marah-marah lagi. Padahal dulu sebelum direhabilitasi, RH suka marah-marah tidak beralasan. Kesadaran akan bahaya narkoba itu juga sangat dirasakan RH, dan ingin kembali menata masa depan yang cerah setelah pulih nanti.

(60)
(61)

5.2.6 INFORMAN UTAMA IV

Nama : SL

Tempat/Tanggal Lahir : Siantar, 27 Februari 1990

Usia : 20 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Sidempuan

Agama : Islam

SL adalah seorang mahasiswa di daerah tapanuli selatan, ia anak ke 4 dari 5 bersaudara. SL mulai mengenal narkoba selama 4 tahun yaitu sejak ia SMA. Kebisaaannya suka masuk tempat-tempat hiburan malam yang ada di daerahnya membuat ia lebih cepat untuk mendapatkan narkoba. Mula-mula SL menghisap ganja, ganja ditawarkan teman-teman sekolahnya secara gratis. Berikut penuturan SL:

(62)

Memasuki bangku perkuliahan, SL beralih ke pemakaian shabu-shabu. SL mulai menemukan teman-teman yang memiliki kesenangan seperti dirinya.tidak canggung bagi SL untuk bergabung dengan seniornya karena merasa berlatarbelakang yang sama dengannya. Untuk mendapatkan shabu tersebut apabila kekurangan modal untuk membelinya, mereka bisaa mengumpulkan uang bersama. Harga shabu pada masa itu 1 gram seharga 1 juta rupiah. ½ gram seharga Rp. 500.000,-, ¼ gram Rp. 300.000,-.

Terbisaa mengkonsumsi shabu, SL mulai ketergantungan. Awalnya SL sulit untuk tidur, bahkan selera makan pun hilang. Badan SL waktu itu sempat drastis mengalami penurunan berat badan karena shabu itu tidak cocok dengan kondisi fisik tubuhnya. Tetapi karena selalu dipakai akhirnya menjadi terbisaa. Keluarga SL tergolong keluarga yang terlalu bebas, orangtuanya terlalu sibuk mencari uang. Faktor kurang perhatian mungkin yang memicu anak-anaknya yang lain juga ikut memakai narkoba. Bukan hanya SL saja, abang dan adik SL juga terlibat dalam pemakaian narkoba. Tetapi orangtua mereka sama sekali tidak mengetahui kalau ketiga anaknya sudah lama menjadi pemakai narkoba. Pengakuan SL, lingkungan tempat dia tinggal di daerah sidempuan merupakan daerah yang rentan dengan narkoba. Pemuda setempat disana rata-rata sudah lama menggunakan narkoba.

Lama menggunakan narkoba, SL kesulitan untuk berhenti kebutuhannya akan uang selalu bertambah. SL menambahkan:

(63)

Kecurigaan keluarga mulai timbul melihat kebisaan SL yang suka tidur dalam jangka waktu yang lama. Abang SL menemukan bungkus shabu di tempat sampah kamarnya. SL mengaku kalau dia benar menggunakan narkoba tetapi berjanji akan berhenti. SL juga menambahkan bahwa:

“Semenjak abang saya menemukan bungkus shabu dikamar, saya diawasi ketat oleh orangtua. Semua kegiatan saya dipantau, pada waktu itu sempat 2 bulan saya berhenti pakai narkoba. Sebenarnya kalau saya niat saya bisa berhenti hanya saja ajakan teman untuk memakai ini yang sulit sekali untuk saya tolak apalagi kalau saya ada masalah pelampiasan saya selalu ke narkoba”.

Ayah SL berencana untuk memasukkannya ke sekolah AKPOL, harapan orangtuanya ingin mengubah semua kebisaaan SL. Ternyata SL memiliki tato di punggungnya dari kelas 2 SMA, dan selama ini tidak ada keluarga yang mengetahui itu. Mengetahui akan tato yang dimiliki SL membuat orangtuanya sangat kecewa karena tatto itu membuat SL tidak akan bisa masuk AKPOL.

Keluarga lelah melihat perubahan sikap SL yang selalu saja bersikap kasar dirumah karena diketahui kembali menggunakan narkoba. Orangtuanya memutuskan untuk membawa SL ke medan menemui Bapak Kamal teman dekat ayah SL di Rumah Kopi Demokrasi Mongonsidi dengan maksud untuk merehabilitasi SL. Pak kamal sudah lama dekat dengan ayah SL.

(64)

membujuk SL untuk mau ikut ke medan dengan alasan untuk menghilangkan tatto, karena kata keluarga SL kalau terus pakai tatto akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan. SL merasa itu seperti keseriusan dari keluarga mereka, SL tidak tahu kalau dia sedang ditipu dan akan segera direhabilitasi.

Mengeahui dirinya akan direhabilitasi, SL berontak dan melawan orang-orang yang ingin memasukan ia ke dal

Gambar

Gambar 4.3
Gambar 2.1 Bagan Alur Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan penyalahgunaan Narkoba pada Binaan di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumut adalah pengaruh

Subyek penelitian ini adalah kepala panti, kepala seksi bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial, pekerja sosial dan korban penyalahgunaan narkoba

Resiliensi Korban Penyalahgunaan Narkoba (Studi Deskriptif Terhadap Dua Korban Penyalahgunaan Narkoba Yang Sedang Menjalani Masa Pemulihan di Yayasan Insan Hamdani Rumah

Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan pusat rehabilitasi

Penelitian mengenai Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk pola

Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan pusat rehabilitasi

Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan pusat rehabilitasi

Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 11 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penanganan Tersangka dan/atau Terdakwa Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan