• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) YOGYAKARTA."

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI PANTI SOSIAL

PAMARDI PUTRA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Dewanto Jati Nugroho NIM: 08102241022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ii MOTTO

1. Kerjakanlah pekerjaan yang membawa berkah bagimu dan orang yang kamu cintai.

2. Langkah pertama mencapai keberhasilan adalah melakukan suatu perkerjaan kecil dengan sebaik-baiknya dengan cara yang benar, hingga keberhasilan dapat tercapai, setelah itu lakukanlah pada hal-hal yang lebih besar.

3. Tidak ada satu hal pun yang mustahil bila Tuhan berkenan.

4. Ilmu tanpa Agama adalah buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh.

(6)

iii

PERSEMBAHAN

Atas karunia Allah SWT

Aku Persembahkan Karya Tulis ini kepada :

1. Almamaterku, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.

2. Agama, Nusa dan Bangsa.

(7)

iv

PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI PROSES REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI LEMBAGA

PANTI SOSIAL PAMARDI PUTRA (PSPP) YOGYAKARTA

Oleh:

Dewanto Jati Nugroho NIM: 08102241022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Upaya dan pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. 2) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah kepala panti, kepala seksi bidang rehabilitasi dan perlindungan sosial, pekerja sosial dan korban penyalahgunaan narkoba (residen). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh lembar observasi, lembar wawancara dan dokumen. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Trianggulasi dilakukan untuk keabsahan data dan membuktikan temuan hasil dilapangan dengan kenyataan yang diteliti dilapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pemberdayaan pemuda yang dilakukan oleh lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba dapat dilihat dari seluruh rangkaian tahapan yang meliputi: tahap penerimaan, tahap rawatan, dan tahap pembinaan lanjutan akhir dan adanya perubahan sikap dan perilaku residen, adanya perubahan emosional dan psikologis, adanya peningkatan bidang spritual dan kecerdasaan, serta residen memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dan mandiri serta memiliki keterampilan montir mobil dan motor keterampilan computer dan keterampilan musik. 2) Faktor pendukung dalam merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba: pekerja sosial yang mendampingi mempunyai SDM yang berkualitas, sedangkan tenaga pelatih mempunyai tenaga yang profesional yang ahli di bidangnya, adanya keinginan dan motivasi untuk sembuh dari ketergantungan narkoba. faktor penghambat dalam merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba: adanya habatan dari segi pembiayaan dimana pemasukan yg didapat dari Panti Sosial Pamardi PutraYogyakarta hanya berasal dari anggaran APBD yang sangat minim, kurangnya partisipasi dari masyarakat untuk dapat mensosialisasikan tentang bahaya narkoba.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin serta fasilitas kemudahan kepada saya untuk melakukan penelitian sehingga penelitian berjalan lancar.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas kemudahan sehingga studi saya lancar.

3. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberi kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

4. Ibu Widyaningsih, M.Si dan Bapak Al Setya Rohadi, M.Kes dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan sejak awal sampai dengan selesainya skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan berbagai macam ilmu pengetahuan selama saya mengikuti perkuliahan di Jurusan Pendidikan Luar sekolah.

(9)

vi

7. Ayahku Joko Budi Siswanto dan Ibuku Sugiyarti yang dengan penuh kasih sayang dan kesabaran berjuang sekuat tenaga untuk membesarkan, mendidik serta membiayai sekolahku sampai ke tingkat perguruan tinggi serta doa yang tidak henti-hentinya demi kesuksesanku.

8. Satriya Dita Wijayanti, S.Pd atas do’a, kesabaran, pengorbanan, perhatian, dan motivasinya, sehingga memberikan semangat tersendiri bagi penulis.

9. Keluarga besar Harjito Siswoharjanto, keluarga besar Darmosamiono, keluarga besar Drs. Sudito trimakasih untuk doanya.

10.Teman-teman PLS angkatan 2008, Kakak angkatan PLS 2007 adik angkatan PLS 2009, 2010 yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepadaku di waktu perkuliahan, di luar perkuliahan.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga telah memberikan dorongan serta bantuan selama penyusunan skripsi ini.

Ahirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama Pandidikan Luar Sekolah dan bagi para pembaca. Amin.

Yogyakarta, 13Agustus 2012

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………...….... i

HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL …..……….... xiv

DAFTAR GAMBAR. ……….... xv

DAFTAR LAMPIRAN ………..……... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

1. Pemberdayaan Masyarakat ... 8

a. Pengertian Pemberdayaan ... 8

b. Tujuan Pemberdayaan ... 10

c. Tahap-Tahap Pemberdayaan ... 11

d. Sasaran Pemberdayaan ... 12

e. Pendekatan Pemberdayaan ... 12

f. Pengertian Pemuda ... 13

(11)

xi

2. Proses Rehabilitasi ……… 15

3. Penyalahgunaan Narkoba ... 17

a. Pengertian Narkoba ... 17

b. Jenis-Jenis Narkoba... 19

c. Dampak Penyalahgunaan Narkoba ... 19

4. Kelembagaan ... 21

a. Fungsi Lembaga ... 21

b. Proses Pertumbuhan Lembaga Sosial ... 23

c. Tipe-Tipe Lembaga Sosial ... 26

5. Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta ... 29

B. Penelitian yang Relevan ... ... 30

C. Kerangka Berpikir ... ... 32

D. Pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian ……… 36

C. Setting dan Waktu Penelitian ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Keabsahan Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan………... 47

1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 47

a. Kondisi Geografis ... 47

b. Sejarah Berdirinya Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta ... 48

(12)

xii

d. Sarana dan Tujuan Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP)

Yogyakarta... ... 50 e. Struktur kelembagaan Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP)

Yogyakarta ... ……… 53 f. Fasilitas di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP)

Yogyakarta ... . 55 g. Syarat-Syarat Menjadi Residen di Lembaga Panti Sosial

Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta... 56 h. Metode yang Digunakan dalam rehabilitasi korban

penyalahgunaan Narkoba ... 57 2. Gambaran Umum Subjek Penelitian... 60

a. Kepala Lembaga di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP)

Yogyakarta ... 60 b. Kepala Seksi Perlindungan dan Rehabilitasi Narkoba di

Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta 61 c. Tenaga Professional di Lembaga Panti Sosial Pamardi

Putra (PSPP) Yogyakarta ... 62 d. Korban Penyalahgunaan Narkoba (residen) di Lembaga

Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta ... 63 3. Data Hasil Penelitian ………... 68

a. Upaya dan Pelaksanaan Pemberdayaan Pemuda Melalui Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di

Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta 68 1) Tahap Penerimaan ... 68 2) Tahap Rawatan . ……… 70 3) Tahap Pembinaan Lanjutan Akhir ... 74 b. Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Dalam

Pelaksanaan Pemberdayaan Pemuda Melalui Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di

(13)

xiii

B. Pembahasan ………. 78

a.Upaya dan Pelaksanaan Pemberdayaan Pemuda Melalui Proses Rehbilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta ………. 78

1) Tahap Penerimaan ………. 78

2) Tahap Rawatan ……….. 79

3) Tahap Pembinaan Lanjutan Akhir ………. 82

b.Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Pemuda Melalui Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta…..……… 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan……….. 85

B. Saran ………... 86

DAFTAR PUSTAKA ………... 87

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Observasi ………. 91

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi.. ………...………. 92

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ……….………. 93

Lampiran 4. Catatan Lapangan ………. 101

Lampiran 5. Reduksi Data Hasil Wawancara ……..………. 113

Lampiran 6. Foto Hasil Penelitian ………..……….. 121

Lampiran 7. Surat Keterangan Ijin Penelitian ……… 132

Lampiran 8. Surat Keterangan Ijin Penelitian BAPPEDA Provinsi DIY …………. 133

Lampiran 9. Surat Keterangan Ijin Penelitian BAPPEDA Sleman ……… 134

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip utama yang telah disepakati oleh pakar pendidikan adalah bahwa setiap warga negara seharusnya mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri setiap warga negara dapat diberi akses ke dalam bentuk pendidikan yang diinginkannya. Adapun dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 yang menyatakan bahwa : 1) jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan, 2) satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah, dinyatakan bahwa:

“Pendidikan Luar Sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah, baik dilembagakan ataupun tidak”.

(18)

2

Keterampilan dan Pelatihan Kerja, Pendidikan Kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Pendidikan Luar Sekolah merupakan Pendidikan berbasis masyarakat (community-based education) yang merupakan mekanisme yang memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup (Zubaedi, 2006: 130).

Masalah kenakalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi diberbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, hubungan antar kota-kota besar dan daerah semakin lancar, cepat, mudah dan murah. Dunia teknologi yang semakin canggih, di samping memudahkan dalam mengakses berbagai informasi melalui berbagai media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat. Kenakalan remaja ini biasanya dilakukan oleh mereka yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.

(19)

3

lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri dan kemudian menyalahgunakan narkoba. Kondisi seperti inilah yang mempermudah para bandar dan pengedar narkoba mengarahkan sasarannya kepada kalangan remaja. Berbagai cara bujuk rayu yang mereka lakukan, seperti memasuki lingkungan pergaulan, memanfaatkan mereka sebagai pengedar, pemakai bahkan juga sebagai kurir. Semua berujung pada kesenangan semu, ekonomi yang terpenuhi, walaupun mereka menyadari sangat besar taruhannya terhadap masa depan.

Permasalahan narkoba adalah isu kritis dan rumit yang tidak bisa diselesaikan oleh hanya satu pihak saja. Karena narkoba bukan hanya masalah individu namun masalah semua orang. Mencari solusi yang tepat merupakan sebuah pekerjaan besar yang melibatkan dan memobilisasi semua pihak baik pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan komunitas lokal, dan keluarga. Untuk itu sangat penting untuk bisa bekerja bersama dalam rangka melindungi remaja dari ancaman bahaya Narkoba dengan memberikan alternatif aktivitas yang bermanfaat seiring dengan menjelaskan tentang bahaya narkoba dan konsekuensi negatif yang akan mereka terima, (BNN, 2007: 8).

(20)

4

Sehingga jumlah ada 93 tersangka. Sementara pada lima bulan tahun 2010, untuk Psikotropika 37 kasus dengan jumlah tersangka 54 orang, Narkotika 50 kasus dengan jumlah tersangka 42 orang dan Obaya 15 kasus dengan jumlah tersangka 17 orang. Dengan demikian, jumlah tersangka seluruhnya ada 113 orang, ( Kepala Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta).

Sebagai kota pelajar, kota budaya dan kota pariwisata, Yogyakarta menjadi daerah yang sangat dinamis, multikultural, kompleks dan menjadi hunian yang nyaman bagi semua orang dengan segala perbedaan latarbelakang dan karakteristiknya (umur, tingkat pendidikan, budaya, status sosial-ekonomi, agama, suku bangsa). Sebagai kota yang bisa disebut muara dari berbagai perbedaan tersebut, beragam gesekan dan permasalahan dalam relasi interpersonal atau relasi sosial adalah niscaya adanya. Oleh karena itu, dengan adanya hal tersebut dan banyaknya pendatang dari berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara yang menuntut ilmu dengan latarbelakang sosial yang berbeda-beda, menyebabkan Propinsi D.I Yogyakarta sangat rawan terhadap permasalahan penyalahgunaan narkoba.

(21)

5

berkontribusi dalam proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba, membantu pemerintah dalam upaya memberdayakan pemuda yaitu melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. Selain itu Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta adalah lembaga rehabilitasi yang didirikan khusus untuk korban penyalahgunaan narkoba yang berjenis kelamin laki-laki. Hal inilah yang menarik penulis untuk dapat mengulas lebih dalam tentang Pemberdayaan Pemuda Melalui Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dapat di definisikan sebagai berikut :

1. Menurunnya sumberdaya manusia pemuda yang ada di daerah Yogyakarta sehingga memicu adanya penyalahgunaan narkoba.

2. Bagaimana upaya dan pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta.

(22)

6 C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pada hasil identifikasi masalah yang di uraikan di atas dengan pada keterbatasan peneliti maka dari banyaknya permasalahan yang dihadapi pada proses rehabilitasi penyalahgunaan narkoba, maka penelitian ini memfokuskan pada “Pemberdayaan Pemuda Melalui Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta”.

D. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya dan pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta.

2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra(PSPP) Yogyakarta.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

(23)

7

2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini meliputi : 1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana menambah wawasan di bidang pemberdayaan pemuda melalui rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba melalui Lembaga Sosial.

b. Sebagai upaya pengembangan kemampuan diri dan memberikan pengalaman baru agar berguna bagi kemajuan diri sendiri. c. Sebagai acuan penelitian lain serta membantu memberikan

kontribusi bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan masalah dalam penelitian ini.

2. Secara Praktis

(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pemberdayaan Pemuda

a. Pengertian Pemberdayaan

Definisi pemberdayaan dalam arti sempit, yang berkaitan dengan sistem pengajaran antara lain dikemukakan oleh Merriam Webster dan Oxford English Dictionary kata”empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give power of

authority dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable .

dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.

(25)

9

segala asprasi maupun segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut.

Pranaka dan Moeljanto menjelaskan konsep pemberdayaan

(empowerment) dilihat dari perkembangan konsep dan pengertian

yang disajikan dalam beberapa catatan kepustakaan, dan penerapannya dalam kehidupan masyrakat. Pemahaman konsep dirasa penting, karena konsep ini mempunyai akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat. Perlu upaya mengaktualisasikan konsep pemberdayaan tersebut sesuai dengan alam pikiran dan kebudayaan Indonesia. Namun

empowerment hanya akan mempunyai arti kalau proses

pemberdayaan menjadi bagian dan fungsi dari kebudayaan, baliknya menjadi hal yang destruktif bagi proses aktualisasi dan koaktualisasi aksestensi manusia.

(26)

10 b. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan sumberdaya yang di miliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.

(27)

11 c. Tahap-Tahap Pemberdayaan

Menurut Sumodingningrat (2004: 41) pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status, mandiri. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi.

Sebagaimana disampaikan dimuka bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:

1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.

(28)

12

3) Tahap peningkatan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mehantarkan pada kemandirian, (Ambar Teguh S, 2004: 82-83). d. Sasaran pemberdayaan

Perlu dipikirkan siapa yang sesungguhnya menjadi sasaran pemberdayaan. Schumacher memiliki pandangan pemberdayaan sebagai suatu bagian dari masyarakat miskin dengan tidak harus menghilangkan ketimpangan struktural lebih dahulu. Masyarakat miskin sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun, dengan demikian memberikan “kail jauh lebih tepat daripada memberikan

ikan”. (Ambar Teguh S, 2004: 90)

e. Pendekatan Pemberdayaan

(29)

13

yaitu pihak yang kuat berhadapan dengan kelompok lemah. Penuturan yang lebih simpel dapat disampaikan, bahwa proses pemberian daya kepada kelompok lemah berakibat pada berkurangnya daya kelompok lain. Sudut ini lebih di pandang popular dengan istilah zero-sum.

Pandangan kedua bertentangan dengan pandangan pertama. Jika pada pihak yang berkuasa, maka sudut pandang kedua berpegang pada prinsip sebaliknya. Maka terjadi proses pemberdayaan dari yang berkuasa/berdaya kepada pihak yang lemah justru akan memperkuat daya pihak pertama. Dengan demikian kekhawatiran yang terjadi pada sudut pandang kedua. Pemberi daya akan memperoleh manfaat positif berupa peningkatan daya apabila melakukan proses pemberdayaan terhadap pihak yang lemah. Oleh karena itu keyakinan yang dimiliki oleh sudut pandang ini adanhya penekanan aspek generative. Sudut pandang demikian ini popular dengan nama positive-sum, (Ambar Teguh S, 2004: 91)

f. Pengertian Pemuda

(30)

14

tersebut pada dasarnya tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.

Kedudukan pemuda dalam masyarakat adalah sebagai mahluk moral, mahluk sosial. Artinya beretika, bersusila, dijadikan sebagai barometer moral kehidupan bangsa dan pengoreksi. Sebagai mahluk sosial artinya pemuda tidak dapat berdiri sendiri, hidup bersama-sama, dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma, kepribadian, dan pandangan hidup yang dianut masyarakat. Sebagai makhluk individual artinya tidak melakukan kebebasan sebebas-bebasnya, tetapi disertai ras tanggung jawab terhadap diri sendiri, terhadap masyarakat, dan terhadap Tuhan Yang maha Esa.

Secara hukum pemuda adalah manusia yang berusia 15 – 30 tahun, secara biologis yaitu manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti adanya perubahan fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan mimpi basah dan keluarnya darah haid bagi wanita.

(31)

15

g. Pengertian Pemberdayaan Pemuda

Pemberdayaan pemuda adalah kegiatan membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda. Di mana pemuda itu memiliki beragam potensi yang dimiliki oleh individu pemuda itu sendiri. Sehingga pemuda identik sebagai sosok yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berfikir maju, memiliki moralitas. Kelemahan mencolok dari pemuda adalah control diri dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik perubahan kultural maupun perubahan sosial dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri.

2. Proses Rehabilitasi

(32)

16

Rehabilitasi korban narkoba adalah suatu proses yang berkelanjutan dan menyeluruh. “ Penyakit narkoba “ memang khusus

sifatnya selalu meninggalkan trauma yang amat mendalam rasa ketagihan mental maupun fisik.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Narkotika, Rehabilitasi Medis adalah “suatu proses kegiatan

pemulihan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika”, sedangkan menurut Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Rehabilitasi Sosial adalah ”suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental

maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat”.

Menurut KEPMENKES 996/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba. Rehabilitasi adalah ”Upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui

pendekatan non-medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna narkoba yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin”.

(33)

17

Program rehabilitasi berbeda-beda tergantung pada kasus-kasus tertentu. Memotivasi seorang pecandu secara rohani telah terbukti berguna dalam banyak kasus. Kadang-kadang obat lain sangat bermanfaat dan efektif untuk menghilangkan kecanduan dari narkoba lainnya. Pasien ini juga memerlukan dukungan emosional yang besar untuk keluar dari kecanduan mereka. Pecandu tidak boleh ditinggalkan sendirian dan selalu diminta tetap terlibat dengan orang lain. (kompas, 2012).

Serangkaian program rehabilitasi yang diberikan kepada para penyalahguna dan pecandu Narkoba tentu akan membuat mereka menjadi lebih baik dan diharapkan bisa pulih dari ketergantungan pada Narkoba. Perpaduan rehabilitasi medis dan sosial juga menjadi padanan yang pas untuk mempersiapkan para penyalahguna dan pecandu Narkoba untuk kembali kemasyarakat dan hidup bebas dari Narkoba. Semakin banyak pecandu Narkoba yang pulih tentu impian menjadikan negara Indonesia yang bebas Narkoba pada masa datang akan terwujud. (Lina Febrianti, 2012).

3. Penyalahgunaan Narkoba a. Pengertian Narkoba

(34)

18

dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiktif) fisik dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

(35)

19 b. Jenis-Jenis Narkoba

Adapun jenis-jenis narkoba antara lain sebagai berikut :

1) Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.

2) Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas. (Anggadewi Moesono, dkk. 2001: 51).

c. Dampak Penyalahgunaan Narkoba

Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang. 1) Dampak Fisik:

(36)

20

b) Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.

c) Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim.

d) Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.

e) Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur. f) Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan

padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.

g) Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid). h) Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya

pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.

(37)

21

tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.

2) Dampak Psikis:

a) Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah b) Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga c) Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal d) Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

e) Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

3) Dampak Sosial:

a) Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan

b) Merepotkan dan menjadi beban keluarga

c) Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram (Anggadewi Moesono, dkk. 2001: 51).

4. Kelembagaan a. Fungsi lembaga

(38)

22

hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya. Sarana penanggulangan narkoba salah satunya adalah melalui lembaga masyarakat yang memang khusus bergerak di bidang penanggulangan narkoba, (Soerjono Soekanto, 1982: 198-199).

Adanya sebuah lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai fungsi, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan.

2) Menjaga keutuhan masyarakat

3) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social-control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

(39)

23

b. Proses pertumbuhan lembaga sosial

Di dalam proses pertumbuhan lembaga sosial ada sebuah norma dan sistem pengendalian sosial untuk masyarakat. Masyarakat merupakan sebuah wadah suatu kesatuan hidup manusia yang saling berhubungan antara satu sama lain, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama menurut kebudayaannya. Masyarakat menciptakan kebudayaan dan kebudayaan tidak dapat di pisahkan dari masyarakat. Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.

Adanya kebudayaan di dalam masyarakat diharapkan segenap anggota masyarakat dapat berperilaku sesuai dengan pola-pola perilaku yang telah disepakati bersama. Di dalam kenyataanya tetap saja ada kepribadian dari anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap sesuatu yang telah disepakati bersama. Adanya pelanggaran terhadap sesuatu merupakan bukti bahwa ada suatu aturan yang berlaku di dalam masyarakat.

(40)

24 1) Norma cara (usage)

Yaitu aturan yang menunjukan pada suatu bentuk perbuatan, suatu penyimpanan terhadap norma ini tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat. Antara lain seperti : dicela atau diperingatkan oleh yang bersangkutan.

2) Norma kebiasaan (folkways)

Norma ini menpunyai kekuatan mengingat yang lebih besar dari pada norma cara. Kebiasaan diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Sebagai contoh, kebiasaan memberi hormat kepada orang tua.

3) Norma tata kelakuan (mores)

Norma ini sangat penting memberikan batas-batas pada perilaku individu. Tata kelakuan juga merupakan alat yang memerintahkan sekaligus melarang seseorang anggota masyarakat melakukan suatu perbuatan. Bagi pelanggaran norma ini akan diberi sanksi yang berat oleh masyarakat.

4) Norma adat istiadat (costum)

(41)

25

Oleh karena itu norma memiliki fungsi sebagai alat pengerem dan pengendali, yang membatasi kebebasan individu dari perilaku-perilaku yang merugikan kepentingan bersama. Lembaga kemasyarakatan dianggap sebagai yang sungguh-sungguh berlaku, apabila norma-normanya sepenuhnya membantu pelaksanaan pola-pola kemasyarakatan. Perilaku perseorangan yang di anggap sebagai peraturan merupakan hal sekunder bagi lembaga kemasyarakatan. Apabila manusia memahami norma-norma yang mengatur kehidupan bersamanya, maka akan muncul kecenderungan untuk mentaati norma-norma tersebut.

Selain adanya sebuah norma yang mengatur dalam kehidupan masyarakat, sebuah lembaga juga merupakan alat pengendalian sosial bagi masyarakat itu sendiri. Di dalam percakapan sehari-hari, sistem pengendalian sosial atau social control sering kali diartikan sebagai pengawasaan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, khususnya pemerintahan beserta aparaturnya.

(42)

26

individu. Itu semuanya merupakan proses pengendalian sosial yang dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari, walau seringkali manusia tidak menyadari.

Alat-alat yang biasa digunakan untuk melaksanaakan pengendalian sosial beraneka ragam. Pendidikan baik disekolah maupun diluar sekolah, merupakan salah satu alat pengendalian sosial yang telah melembaga baik pada masyarakat bersahaja maupun pengendalian sosial yang biasanya dianggap paling ampuh, karena lazimnya disertai dengan sanksi tegas yang berwujud penderitaan dan dianggap sebagai sarana formal, (Muhammad Febriharning Wijaya, 2004: 12).

c. Tipe-Tipe lembaga sosial

Adapun tipe-tipe lembaga kemasyaratan, dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut. Menurut Gillin dan Gillin, lembaga kemasyarakatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Crescive institutions dan enacted institutions yang merupakan

(43)

27

lembaga utang piutang, lembaga perdagangan dan lembaga-lembaga pendidikan, yang kesemuanya berakar pada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat.

2) Dari sudut sistem nilai-nilai yang diterima masyarakat, timbul klasifikasi atau Basic institutions dan subsidiary institutions.

Basic institutions dianggap sebagai lembaga kemasyarakatan

yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Dalam masyarakat indonesia, misalnya keluarga, sekolah-sekolah, negara dan lain sebagainya dianggap sebagai basic institutions yang pokok. Sebaliknaya adalah

subsidiary institutions yang dianggap kurang penting seperti

misalnya kegiatan-kegiatan untuk rekreasi.

3) Dari sudut penerimaan masyarakat dapat dibedakan aproved atau

social sanctioned-institutions dengan unsanctioned institutitons,

adalah lembaga-lembaga yang menerima masyarakat seperti misalnya sekolah, perusahaan dagang dan lain-lain. Sebaliknya adalah unsanctioned institutions yang ditolak oleh masyarakat, walau masyarakat kadang-kadang tidak berhasil memberantasnya. Misalnya kelompok penjahat, pemeras,pencoleng dan sebagainya.

(44)

28

institutions, karena dikenal oleh hampir semua masyarakat dunia.

Sedangkan agama-agama Islam, Protestan, Katolik, Buddha dan lain-lainnya, merupakan restriced institutions, oleh karena di anut oleh masyarakat-masyarakat tertentu di dunia ini.

5) Sudut fungsinya terdapat pembedaan operative institutions dan

regulative institutions. Yang pertama berfungsi sebagai lembaga

yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan, seperti misalnya lembaga industrialisasi. Yang kedua bertujuan menjadi bagian mutlak lembaga itu sendiri. Suatu contoh adalah lembaga-lembaga hukum seperti kejaksaan, pengadilan dan sebagainya.

(45)

29

5. Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta

Sebagai kota pelajar, kota budaya dan kota pariwisata, D.I. Yogyakarta menjadi daerah yang sangat dinamis, multikultural, kompleks dan menjadi hunian yang nyaman bagi semua orang dengan segala perbedaan latarbelakang dan karakteristiknya (umur, tingkat pendidikan, budaya, status sosial-ekonomi, agama, suku bangsa). Sebagai kota yang bisa disebut sebagai muara dari berbagai perbedaan tersebut, beragam gesekan dan permasalahan dalam relasi interpersonal atau relasi sosial adalah niscaya adanya. Terutama dalam era globalisasi sekarang ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dibarengi dengan kesadaran dan tanggungjawab sosial kemasyarakatan, akan menimbulkan permasalahan dan bahkan kejahatan intelektual. Belum lagi, dengan serbuan informasi serta masifnya pengadopsian nilai-nilai dan budaya Barat dengan tanpa mengindahkan pijakan nilai dan identitas diri, menimbulkan krisis identitas yang berbanding lurus dengan usaha pemberdayaan diri kepada lingkungan atau komunitas masyarakat.

(46)

30

Dalam rangka menekan laju penyalahgunaan narkoba, maka Propinsi D.I Yogyakarta sejak tahun 2003 atas prakarsa Gubernur didirikan Panti Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkoba yaitu, Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) ”Sehat Mandiri” di

Purwamartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta yang mulai operasional tahun 2004 dan pada tahun 2009 diresmikan menjadi Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta, (Dokumen PSPP Yogyakarta, 2007).

B. Penelitian yang Relevan

(47)

31

kenikmatan. Tahap-tahap pembinaan yang dilakukan meliputi : Tahap pengenalan (pengenalan secara umum peranan pondok pesantren), tahap awal pembinaan meliputi: pendaftaran dan konsultasi, tahap penyadaran dan pembinaan meliputi : mandi (hydroterapi), sholat, dzikir, (jahar dan khofi), puasa, bimbingan konseling dan olahraga dan tahap akhir meliputi pemberian nasehat dari kyai. Adapun faktor pendukung pelaksanaan pembinaan meliputi : suasana tempat yang tenang (jauh dari keramaian kota), sistem kekeluargaan yang diterapkan, kemauan yang kuat dari pasien untuk sembuh dan kerjasama yang baik antara pihak pondok dengan keluarga. Faktor penghambatnya adalah terbatasnya sumber dana dan kurangnya kerjasama dengan instansi terkait ( Departemen Sosial dan Dinas Kesehatan ).

(48)

32 C. Kerangka Berpikir

[image:48.595.162.442.187.505.2]

Bagan kerangka berfikir untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Berdasarkan bagan kerangka berfikir di atas, maka kerangka berfikir dapat diuraikan sebagai berikut :

Pemuda adalah golongan manusia-manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pengembangan yang kini telah berlangsung. Pemuda Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya tidak

Remaja atau pemuda Korban Penyalahgunaan

Narkoba

Penyebab Penyalahan Narkoba

Terapi dan Rehabilitasi

Metode Therapeutic community Panti Sosial Pamardi

Putra Yogyakarta

(49)

33

mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda.

Dalam kehidupanya, remaja atau pemuda mengalami banyak masalah diantaranya masalah dengan keluarga atau dengan lingkungannya sampai akhirnya remaja tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, sehingga remaja tersebut mencoba menggunakan narkoba untuk menenangkan dirinya dan untuk membuat percaya diri kepada keluarganya atau lingkungannya, terlebih tanpa diperhatikan oleh orang tuannya pemuda tersebut terjerumus menggunakan narkoba.

Penyalahgunaan narkoba adalah salah satu masalah sosial yang ada di masyarakat yang harus ditangani secara serius, karena dampak pada penggunaan narkoba sangat berbahaya bagi diri pengguna maupun masyarakat sekitar. Korban penyalahgunaan narkoba akan sangat berbahaya jika dibiarkan begitu saja karena korban penyalahgunaan narkoba dapat mempengaruhi masyarakat atau manusia lain untuk menggunakan narkoba. Selain itu juga dapat melakukan kegiatan kriminial pada saat korban mengalami sakau. Karena pada dasarnya korban penyalahgunaan narkoba sebenarnya sudah tidak dapat berfikir jernih lagi karena efek dari narkoba tersebut.

(50)

34

memberikan pegangan kepada masyarakat untuk dapat memberdayakan pemuda khususnya pemuda yang yang menyalahgunaan narkoba.

Salah satu desa yang berada di Kabupaten Sleman, tepatnya desa Karangmojo, Purwamartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebuah lembaga sosial bernama Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta. Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta adalah sebuah panti sosial yang didirikan khusus untuk menangani korban penyalahgunaan narkoba yang berjenis kelamin laki-laki yang mayoritas pesertanya adalah para remaja atau pemuda. seluruh rangkaian proses terapi dan rehabilitasi yang ada di lembaga panti sosial pamardi putra Yogyakarta menggunakan metode Therapeutic

Community(TC) bertujuan untuk dapat memberdayaan pemuda dan

terciptanya generasi muda yang terbebas dari narkoba.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana upaya dan pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta

(51)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif. Melalui pendekatan ini harapannya peneliti dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkap sebab dan proses terjadinya di lapangan.

Menurut Suharsimi Arikunto & Cepi SAR (2004: 234) pendekatan kualitatif yaitu pendekatan deskritif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan”apa adanya”tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Adapun yang dimaksud pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Tylor dalam Lexy J. Moleong (1989: 2) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data desktiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara holostik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

(52)

36

dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

Berdasarkan penjabaran di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan meneliti sesuatu dari segi prosesnya berkaitan dengan melihat Pemberdayaan Pemuda Melalui Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta.

B. Subjek Penelitian

(53)

37

Objek penelitian ini adalah pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di lembaga panti sosial pamardi putra (PSPP) Yogyakarta.

C. Setting dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta yang berlokasi di Desa Karangmojo, Purwamartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada saat kegiatan proses terapi dan rehabilitasi. Alasan peneliti memilih setting penelitian tersebut karena Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta merupakan salah satu Lembaga sosial yang menaggulangi korban penyalahgunaan narkoba khusus untuk laki-laki yang mayoritas pesertanya adalah pemuda dengan program-program penanganan yang baik serta pelaksanaan pemberdayaan yang ada.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2012, namun waktu akan diperpanjang apabila di perlukan untuk menambah data. Adapun tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tahap pengumpulan data awal yaitu melakukan observasi awal untuk mengetahui suasana tempat serta kegiatan yang berlangsung dalam proses rehabilitasi di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta. 2. Tahap penyusunan proposal. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan

(54)

38

3. Tahap perijinan. Pada tahap ini dilakukan pengurusan ijin untuk penelitian di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta.

4. Tahap pengumpulan data dan analisis data. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan terhadap data-data yang sudah di dapat pada saat penelitian dilaksanakan dan dilakukan analisis data dengan teknik analisis data kualitatif. Tahapan dalam menganalisis data yaitu display data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.

5. Tahap penyusunan laporan. Tahapan ini dilakukan untuk menyusun seluruh data dari hasil penelitian yang didapat dan selanjutnya disusun sebagai laporan pelaksanaan penelitian. (Suharsimi Arikunto, 2004: 234)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagi berikut :

1. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 30) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

(55)

39

untuk memperoleh data atau informasi yang tidak diungkapkan oleh informan dalam wawancara. Data informasi yang diperoleh melalui pengamatan selanjutnya dituangkan dalam tulisan.

Penelitian ini menggunakan observasi non partisipatif. Artinya bahwa peneliti bukan merupakan bagian dari kelompok yang ditelitinya. Objek yang diamati adalah keadaan Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta, lingkungan sekitar, aktivitas residen, kegiatan residen, dan bentuk pemberdayaan yang ada. Melalui pengamatan secara langsung peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung tentang keadaan Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta, kondisi lingkungan PSPP Yogyakarta, aktivitas residen ketika berada di dalam lembaga Panti Sosial Pamardi Putra, kegiatan residen saat proses terapi dan rehabilitasi, serta bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh PSPP Yogyakarta dalam merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi.

2. Wawancara

(56)

40

dilakukan secara akrab dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka. Kelonggaran seperti ini diharapkan mampu menggali dan mengungkapkan kejujuran informan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara (pokok-pokok informasi yang di butuhkan) yang kemudian dikembangkan pada saat wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam.

Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 30) Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi terhadap semua pelaku yang terlibat dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin, artinya peneliti telah mempersiapkan kerangka pertanyaan-pertanyaan untuk disajikan tetapi cara bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dan irama (timing) wawancara diserahkan kepada kebijaksanaan peneliti.

Wawancara dilaksanakan dengan cara mewawancarai pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan tersebut. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang:

(57)

41

b. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta?

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk menggali informasi atau data subjek yang telah tercatat sebelumnya. Dokumentasi dianggap sangat penting karena dapat mengungkap data yang berupa literatur-literatur, administrasi, lembaga, sumber-sumber tertulis, data observasi serta wawancara lainnya guna untuk memperkaya informasi yang berkaitan dengan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba.

(58)
[image:58.595.142.525.246.552.2]

42 Tabel 1.Teknik Pengumpulan Data

No Aspek Sumber Data Teknik

1

2

Bagaimana upaya dan pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkobadi Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta.

Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan pemuda melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra(PSPP) Yogyakarta. Tenaga profesional, residen, Kepala, Kepala seksi perlindungan dan rehabilitasi. Tenaga profesional, residen, Kepala, Kepala seksi perlindungan dan rehabilitasi. Observasi, wawancara. Observasi, wawancara

E. Instrumen Pengumpulan Data

Berdasarkan pada metode yang dipakai dalam penelitian ini, maka pengumpulan data menggunakan peneliti :

1. Lembar Observasi

(59)

43

dengan menggunakan informasi yang berupa catatan harian, daftar ceklist dan lembar kemungkinan.

Catatan harian dan lembar kemungkinan, peneliti gunakan untuk mengamati aktivitas saat pembelajaran berlangsung, baik pengamatan partisipan maupun non partisipan. Cara menggunakan catatan harian dan lembar kemungkinan adalah mencatat informasi yang didapatkan setiap saat dilapangan, sedangkan lembar ceklist diperlukan untuk mengevaluasi yang telah terkumpul dengan tujuan penelitian atau belum. 2. Lembar Wawancara

Sesuai dengan metode wawancara dalam penelitian ini, isi lembar wawancara bersifat terbuka maksudnya responden diminta memberikan informasi sebanyak mungkin dari pertanyaan yang diajukan peneliti.

Lembar wawancara ini digunakan sebagai pedoman utama dalam pengumpulan data responden yang digunakan sebagai bahan analisis dan informasi yang sifatnya umum ke informasi yang sifatnya khusus.

3. Pedoman Dokumentasi.

Digunakan untuk menggali data atau informasi subyek yang tercatat sebelumnya, yang bisa diperoleh dari catatan tertulis, foto kegiatan maupun peristiwa-peristiwa tertentu. Data dokumentasi di atur dan dibedakan menurut klasifikasi sumber yang ada untuk memberi bobot data sesuai dengan ubahan yang akan dianalisis.

(60)

44

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Analisis data dilakukan dengan tujuan agar informasi yang dihimpun akan menjadi jelas dan eksplisit. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, artinya data yang diperoleh dalam penelitian dilaporkan apa adanya kemudian diinterpretasikan secara kualitiatif untuk mengambil kesimpulan.

Dalam penelitan ini proses analisis data mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, dari wawancara dengan responden, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumentasi, obeservasi yang kemudian dideskripsikan dan intrepetasi dari jawaban yang diperoleh. Adapun tahap-tahap teknik analisis data yang digunakan meliputi: 1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Display Data

(61)

45

singkat berbentuk teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahapan dimana peneliti memaknai data yang terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk penyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang di teliti. Data tersebut dibandingkan dan di hubungkan dengan yang lainnya, sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada.

G. Keabsahan Data

Penelitian ini mengadakan trianggulasi dengan sumber dan metode. Menurut Patton dalam Moleong (2005: 178) trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Selanjutnya dijelaskan oleh Moleong (2005: 178) bahwa hal tersebut dapat diperoleh antara lain dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara serta membandingkan hasil wawancara dengan isi atau dokumentasi yang berkaitan.

(62)

46

membandingkan data yang diperoleh dari wawancara dan data pengamatan maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada permasalahan yang perlu ditinjau kembali atau diadakan cek ulang.

(63)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian a. Kondisi Geografis

Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini adalah Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta di Purwamartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Adapun batas wilayah Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta, adalah sebagai berikut :

1) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Balai Besar Penelitian Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial – DEPSOS 2) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Perum.

Pertamina Purwomartani 3) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Masjid

kompleks Perum. Pertamina 4) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Dusun

Karangmojo

(64)

48

b. Sejarah Berdiri Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta Sebagai kota pelajar, kota budaya dan kota pariwisata, D.I. Yogyakarta menjadi daerah yang sangat dinamis, multikultural, kompleks dan menjadi hunian yang nyaman bagi semua orang dengan segala perbedaan latarbelakang dan karakteristiknya (umur, tingkat pendidikan, budaya, status sosial-ekonomi, agama, suku bangsa). Sebagai kota yang bisa disebut sebagai muara dari berbagai perbedaan tersebut, beragam gesekan dan permasalahan dalam relasi interpersonal atau relasi sosial adalah niscaya adanya. Oleh karena itu, dengan adanya hal tersebut dan banyaknya pendatang dari berbagai daerah di Indonesia maupun mancanegara yang menuntut ilmu dengan latarbelakang sosial yang berbeda-beda, menyebabkan Propinsi D.I Yogyakarta sangat rawan terhadap permasalahan penyalahgunaan narkoba.

Dalam rangka menekan laju perkembangan penyalahgunaan narkoba, Propinsi D.I Yogyakarta mendirikan sebuah lembaga rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA yaitu, Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) ”Sehat Mandiri” di

(65)

49

memberdayakan pemuda yaitu melalui proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. Selain itu Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta adalah lembaga rehabilitasi yang didirikan khusus untuk korban penyalahgunaan narkoba yang berjenis kelamin laki-laki.

(sumber : Drs. Suharto kepala seksi perlindungan dan rehabilitasi sosial)

c. Visi dan Misi Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta 1) Visi

Terwujudnya kondisi residen yang sehat, bersih, produktif, dan mendiri melalui pelayanan dan rehabilitasi sosial korban NAPZA secara terpadu.

2) Misi

a) Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA. Memperluas jaringan. b) Memperluas rujukan baik pada tahap Pra Rehabilitasi, tahap

atau Proses Rehabilitasi maupun pasca Rehabilitasi.

c) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanganan penyalahgunaan NAPZA.

(66)

50

kesejahteraan sosial masyarakat tentang pelayanan rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA.

e) Koordinasi dengan dinas atau Instansi atau Lembaga terkait serta yayasan atau Orsos yang menangani penyalahgunaan NAPZA.

(sumber : Nanang Rekto pekerja sosial)

d. Sasaran dan Tujuan Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta

1) Residen (Korban Penyalahgunaan Narkoba)

Terwujudnya residen yang sehat dan bersih dari penyalahgunaan NAPZA sehingga dapat menjalankan kehidupan mereka dikeluarga dan masyarakat dengan pola hidup yang normal, normatif, dan bertanggung jawab.

2) Keluarga

a) Mendorong terwujudnya keluarga harmonis dan komunikatif.

b) Mendorong terwujudnya peran orang tua sebagai panutan atau teladan dan memahami dunia adiksi sehingga dapat menerima anaknya apa adanya.

3) Masyarakat

(67)

51

b) Mendorong untuk dapat berpartisipasi aktif melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan NAPZA.

c) Mendorong untuk membantu proses pemulihan, resosialisasi, dan pembinaan lanjut bagi korban penyalahgunaan NAPZA yang telah kembali beraktivitas di tengah masyarakat.

(Sumber: Dra. Rediatiwi Wuryaning Jami Kepala PSPP Yogyakarta)

Selain adanya tujuan di atas, Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta juga mempunyai tujuan utama dalam proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. Tujuan utama tersebut adalah sebagai berikut :

1) Perubahan sikap dan tingkah laku

Menjalani seluruh tahapan proses rehabilitasi di lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta, residen akan mengalami sebuah perubahan tingkah laku dari yang sebelumnya negatif menjadi positif. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana residen bersikap, mengahadapi masalah, serta dapat meninggalkan kebiasaan mengkonsumsi narkoba.

2) Perubahan emosional dan psikologis

(68)

52

kesadaran diri dan emosional yang dimiliki oleh korban penyalahgunaan narkoba mengakibatkan terjadinya tindak kriminal atau hal-hal negatif lainnya yang dapat meresahkan keluarga maupun lingkungan sekitar. Untuk itu, lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta mempunyai program yang dapat merubah emosional residen. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana residen menyikapi sebuah masalah yang terjadi ketika didalam panti.

3) Peningkatan bidang spiritual dan kecerdasan

Penyalahgunaan narkoba biasanya dilakukan karena adanya suatu masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan akal sehat, ada juga yang diakibatkan oleh pergaulan yang terlalu bebas. Namun, PSPP Yogyakarta memiliki program yang dapat meningkatkan bidang spiritual dan kecerdasan. Program tersebut meliputi : workshop keagamaan, pengajian, dan belajar tentang materi-materi pelajaran sekolah. Dengan memiliki pengetahuan tentang keagamaan dan kecerdasan, residen akan lebih berhati-hati dan berfikir jernih ketika menghadapi suatu masalah 4) Kemampuan bertahan hidup dan kemandirian

(69)

53

dengan benar, residen akan benar-benar dapat menggunakan fungsi organ tubuh secara normal kembali. Dengan berfungsinya kembali organ-organ tubuh residen, maka residen akan diberikan keterampilan agar residen mampu bertahan hidup dan mandiri ketika sudah selesai melakukan rehabilitasi.

(sumber : hasil wawancara dengan kepala seksi perlindungan dan rehabilitasi sosial)

e. Struktur Kelembagaan Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta

(70)

54

“saya rasa didalam keberlangsungan pelaksanaan program disuatu lembaga, struktur kelembagaan sangat penting, sehingga semua program yang ada dapat terkoordinasi dan berjalan dengan baik dan lancar. Adanya struktur kelembagaan disuatu lembaga, saya rasa sangat penting ya mbak.. soalnya adanya kekompakan dari pengelola juga sangat membantu berhasilnya suatu kegiatan”.

[image:70.595.182.515.339.593.2]

Gambar 2. Struktur Kelembagaan Kepala Panti Ka Subag TU Tenaga Profesional Kepala Seksi Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial

(71)

55 f. Fasilitas

Dalam menunjang keberhasilan proses rehabilitasi, Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut :

Tabel 2. Fasilitas

No Fasilitas Jumlah Unit

a) Kantor 1 unit

b) Asrama 3 unit

c) Tempat kegiatan utama (main area) 2 unit d) Poliklinik dan peralatan medis 1 unit

e) Ruang isolasi 1 unit

f) Aula 1 unit

g) Musholla 1 unit

h) Perpustakaan 1 unit

i) Ruang praktek keterampilan (komputer, otomotif, musik) beserta instrumennya

1 lokal

j) Kendaraan praktek roda 2 4 unit k) Kendaraan praktek roda 4 3 unit

l) Ruang teori 1 lokal

m) Ruang olahraga indoor (peralatan fitness standar)

1 lokal

n) Areal perkebunan 1 lokal

o) Lapangan 1 lokal

(72)

56

Fasilitas lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta, sangat menunjang keberhasilan dalam proses rehabilitasi. Seperti yang dikatakan oleh salah satu tenaga profesional PSPP Yogyakarta adalah sebagai berikut:

“Fasilitas adalah elemen yang tidak kalah penting dalam keberhasilan proses rehabilitasi yang kami lakukan mbak. Soalnya dengan adanya fasilitas, semua kegiatan dapat berjalan dengan baik”.

g. Syarat-Syarat Menjadi Residen di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta

Dalam penerimaan residen, Lembaga Panti Sosial Pamardii Putra (PSPP) Yogyakarta mengadakan sosialisasi ke beberapa kelurahan di D.I. Yogyakarta. Selain itu, ada juga orang tua yang sengaja datang untuk mendaftarkan anaknya, serta ada juga yang datang atas rekomendasi dari POLRI atau instansi dan organisasi masyarakat. Adapun syarat-syarat untuk menjadi residen di Lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yorgyakarta adalah sebagai berikut :

1) Laki-laki

2) Usia 14 tahun ke atas dan diutamakan belum menikah 3) Pas foto berwarna ukuran 4x6 cm, 2 lembar

4) Foto copy ijasah terakhir

(73)

57

6) Mengisi formulir pendaftaran, surat permohonan dan pernyataan atas kesediaannya menitipkan anaknya untuk dibina di PSPP Yogyakarta

7) Surat keterangan dokter yang menyatakan informasi tentang kesehatan residen.

(sumber : hasil wawancara dengan pekerja sosial)

h. Metode yang Digunakan dalam Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba

Dalam pelaksanaan proses terapi dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba, lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta mengadopsi suatu metode yang berasal dari New York, USA yaitu metode Therapeutic Community yang menerapkan konsep bagi, oleh dan untuk pecandu itu sendiri (addict to addict), dimana mereka membantu pemulihan dirinya sendiri dengan membantu pemulihan pecandu lainnya (man to help man to help him self).

Metode Therapeutic Community memfokuskan pada pembinaan yang meliputi 4 hal utama yaitu :

a) Perubahan sikap dan perilaku

(74)

58

kemampuannya untuk mengelola kehidupan sehingga terbentuk pribadi yang baik dan berperilaku sesuai dengan norma –norma yang ada dalam masyarakat. contohnya dari yang awal nya residen berperilaku seenaknya sendiri kemudian berubah menjadi pribadi yang santun dan mengerti aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku serta dapat mengetahui hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

b) Perubahan emosional dan psikologis

Dalam penataan emosi dan psikologi dibutuhkan sebuah emosional positif dalam diri residen agar dapat mendukung proses penyembuhan residen dari ketergantungan narkoba. Oleh karena itu PSPP Yogyakarta memberikan suatu program yang dapat membantu residen untuk dapat meningkatkan kemampuan menyesuiakan diri secara emosional dan psikologis agar residen dapat mengatasi masalah dengan tenang dan baik.

c) Peningkatan bidang spiritual dan kecerdasan

(75)

59

pada aspek pengetahuan harapannya residen mampu menghadapi dan mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya dan dapat lebih berfikir positif dalam menjalani kehidupannya.

d) Kemampuan bertahan hidup dan kemandirian

Dalam kehidupannya, manusia banyak sekali mengalami cobaan dan permasalahan hidup. Masing-masing individu mempunyai cara tertentu dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Ada yang mengatasinya dengan melakukan hal-hal positif tetapi banyak juga yang mengatasinya dengan hal-hal negatif seperti menggunakan narkoba.

Seperti yang dikatakan oleh salah satu Tenaga professional lembaga Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta yaitu sebagai berikut :

“Metode yang kami jalankan dalam merehabilitasi residen, kami rasa sangat membantu sekali karena dengan metode tersebut residen dapat sembuh secara total, karena metode TC itu sendiri memfokuskan empat hal utama ya

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1.Teknik Pengumpulan Data
Gambar 2. Struktur Kelembagaan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

 Melakukan pengamatan dengan cara mem- baca dan menyimak dari kajian literatur/ media tentang proses produksi (teknik, bahan, alat, jenis, dan kualitas

[r]

KESATU : Mengubah atas Keputusan Bupati Bantul Nomor 311 Tahun 2016 tentang Lokasi dan Alokasi Penerima Bantuan Keuangan Khusus Kepada Desa Tahun Anggaran 2016,

[r]

Sementara yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah strategi pengembangan kebudayaan sebagai modal agar dapat bersaing di dunia