• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Napza

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Napza"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi saat ini sudah berkembang sangat pesat dan terus berevolusi dan semakin mendunia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya

inovasi dan penemuan yang sederhana hingga sangat rumit. Seluruh aspek kehidupan

mulai dari aspek sosial, politik, budaya, pendidikan, tidak terlepas dari pengaruh

perkembangan teknologi. Teknologi bermakna pengembangan dan penerapan

berbagai peralatan atau sistem untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang

dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Teknologi merupakan hasil oleh

pikir manusia untuk mengembangkan tata cara atau sistem tertentu dan

menggunakannya untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari

(Maryono dan Istiana 2008:3).

Perkembangan teknologi secara mengglobal sebenarnya sejak dahulu sudah ada atau manusia yang menggunakan teknologi. Perkembangan teknologi yang

semakin mempermudah dalam penyelesaian pekerjaan, penyebaran informasi,

penyampaian pesan, membuat masyarakat semakin mengandalkan adanya teknologi

informasi dan komunikasi ini, hal ini terjadi pada generasi muda. Generasi muda saat

ini tidak dapat terlepaskan dari teknologi. Umumnya para generasi muda khususnya

pelajar dan mahasiswa menggunakan teknologi sebagai pengolah data, pencari dan

pengumpul informasi (Syaodih,2005:7).

Perkembangan teknologi saat ini sangat membantu masyarakat dalam

(2)

teknologi tersebut. Seperti pemakaian teknologi dapat menghemat waktu untuk

memberikan kemudahan dalam menyelesaikan pekerjaan, sehingga lebih efisien atau

menghemat waktu yang ada, pemakaian teknologi dapat menambah wawasan dan

pengetahuan karena memberikan akses ke situs-situs yang dapat diakses

informasinya kapanpun, sehingga jika dalam keadaan terdesak dan menemukan

informasi yang di inginkan segera.

Perkembangan teknologi jika digunakan secara terus-menerus dapat

menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan, terutama dapat mengganggu

kesehatan mata dan kesehatan tubuh lainnya, perkembangan teknologi dan

komunikasi dapat membuat rasa malas bagi pemakai dan menurunkan rasa

sosialisme yang mengakibatkan kurang peka terhadap kondisi lingkungan

disekitarnya. Tercatat juga bahwa kemajuan teknologi yang sudah ada tidak dapat

dipergunakan secara baik dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat serta

ketahanan mereka dalam memfilter teknologi yang mereka butuhkan dan juga

kegagalan mereka dalam mengolah informasi dengan baik, sebagai contoh ialah

Narkoba (http/www.perkembangan-teknologi-informasi-dan-komunikasi.htm diakses

tanggal 25 Januari 2016 pukul 23.18 wib).

Jelas bahwa perkembangan teknologi yang semakin membaik, juga memiliki kendala dalam proses penggunaannya. Hal seperti ini yang dimaksud bahwa seiring

berkembangnya teknologi, terdapat juga hal-hal yang tidak baik akan perkembangan

tersebut. Sebagai contoh penggunaan handphone. Bagi sebagian orang handphone

digunakan sebagai media komunikasi antara satu dengan yang lain, Namun berbeda

pula penggunaan handphone di penjara (Lapas) LP Cipinang, LP Salemba dan LP

(3)

transaksi narkoba (http:narkoba-dalam-penjara-siapa-yang-bertanggung-jawab.com

diakses tanggal 3 Januari 2016 pukul 10.30).

Berdasarkan hasil survei dan investigasi Badan Narkotika Nasional (BNN), sekitar 60 persen peredaran narkoba di Indonesia ternyata dikendalikan dari balik

lapas. Sesuai dengan data BNN, setiap tahun ada pengungkapan peredaran narkoba

dari balik penjara. Misalnya pada tahun 2012 ada tujuh napi Nusakambangan yang

terbukti menjadi otak peredaran narkoba 3,9 kg di Depok. Pada tahun 2013 seorang

terpidana berinisial Fl alias JF yang mendekam di lapas kembang kuning,

nusakambangan, juga terbukti menyuruh kurir berinisial BL untuk mendistribusikan

sabu-sabu dan heroin di DKI Jakarta. Barang bukti yang diambil dari BL adalah 190

gram sabu-sabu dan 0,4 gram heroin.

Pada tahun 2014 terungkap pengendalian peredaran narkoba dari penjara yang lebih besar. Dua terpidana dari lapas Pontianak bernama Jacky Chandra dan

Koei Yiong alias Memey terbukti menyuruh kurir bernama Nuraini untuk

menyeledupkan 5 kg sabu-sabu dari Malaysia ke Indonesia. Cara pengendalian

penjualan narkoba setiap pengedar hampir sama. Dengan menggunakan alat

komunikasi, pengedar menghubungi setiap jaringannya, mulai kurir hingga bos

narkoba. Dan pegedar menggunakan alat komunikasi (hp) untuk berkomunikasi

melalui media sosial. Dari perkenalan di media sosial pengedar meminta bantuan

untuk mengedarkan narkoba. Narkoba saat ini semakin merajalela didalam lapas

sehingga Polisi harus lebih berperan penting dalam memberantas peredaran narkoba

didalam penjara (lapas) (http:lapas-jadi-pusat-peredaran-narkoba.htm diakses tanggal

1 Februari 2016 pukul 09.57 wib).

Menurut pakar kesehatan, Narkoba sebenarnya senyawa-senyawa

(4)

obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat

pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya (Lisa,2013).

Kegunaan Narkoba pada awalnya adalah sejenis obat-obatan tertentu yang digunakan oleh kalangan kedokteran untuk terapi penyakit misalnya sebagai penekan

rasa sakit dikulit, menghilangkan rasa sakit yang hebat yang tidak dapat diobati

dengan analgetik non narkotika, mengurangi rasa tegang pada penderita yang akan

dioperasi, dan dapat membius pasien. Namun pada perkembangan obat-obatan itu

disalahgunakan sehingga menimbulkan ketergantungan

(http/www.manfaat-narkoba-dalam-bidang-kesehatan.com diakses tanggal 5 Januari 2016 pukul 15.00 Wib).

Tetapi dengan seiring berjalannya waktu, keberadaan narkoba kini tidak hanya sebagai penyembuh namun sebagai dopping bagi kalangan muda untuk

meningkatkan stamina. Awalnya pengguna menggunakan narkoba dalam dosis yang

kecil, sehingga dampaknya tidak terlalu berarti. Namun seiring keinginan-keinginan

pecandu semakin tinggi, sehingga memaksa pengendar meningkatkan dosis narkoba

yang akan digunakan sehingga narkoba mulai tenar digaungkan sebagai dewa dunia

dan penghilang rasa sakit (http:keberadaan-narkoba-sebagai-penyembuh.htm diakses

tanggal 10 januari 2016 pukul 21.00 wib ).

Penyebaran penyalahgunaan narkoba sudah hampir tidak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba

dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Tentu saja hal ini dapat membuat

orang tua, organisasi masyarakat, dan pemerintah khawatir akan adanya

penyalagunaan narkoba yang semakin marak.

United Nations office on Drugs and crime (UNODC/ Badan PBB untuk kejahatan narkoba) secara resmi menyatakan bahwa Indonesia sudah menjadi jalur

(5)

pasar sangat potensial perdangangan narkoba. Tidak hanya itu Indonesia juga sudah

menjadi Negara produsen narkoba.

Data pada UnitedNations Internasional Drug Control Program (UNDP), saat ini lebih dari 200 juta orang diseluruh dunia telah menggunakan narkoba. Yang

mencengangkan, dari jumlah itu 5.060.000 orang di antaranya adalah orang

Indonesia. Lebih mencengangkan lagi karena lebih dari 80%-nya adalah remaja, dan

bahkan telah merambah pula pada usia yang masih tergolong anak-anak. Survei

nasional yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional terhadap 13,710 orang

penyalahguna narkoba, belum lama ini ditemukan fakta semakin dininya usia

penyalahguna narkoba (Afiatin,2008:5).

Menurut UNODC pengguna narkoba di Indonesia sudah mencapai 5.060.000

juta pengguna. Dengan rincian pengguna Crystalline Methamphetamine (sabu) 1,2

juta orang, Cannabis 2,8 juta orang, Ekstansi 950 ribu orang dan Heroin 110 ribu

orang. Dari jumlah ini 52,2% berusia dibawah 30 tahun. Kelompok pemuda remaja

dan produktif. Mari kita semua bayangkan, seperti apa figur calon pemimpin

Indonesia masa depan. Jika tidak diantisipasi sejak dini, generasi dan bangsa

Indonesia akan memasuki lembah kehancuran gara-gara narkoba

Karena permasalahan penyalahgunaan narkoba yang sudah menjadi masalah

yang sangat luar biasa. Maka diperlukan upaya-upaya yang luar biasa, tidak cukup

penanganan permasalahan narkoba ini diperankan oleh para penegak hukum saja,

tapi juga harus didukung peran serta dari seluruh elemen masyarakat. Kenyataan

itulah yang menjadi latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN).

(6)

mewujudkan Indonesia yang bebas dari Narkoba tahun 2015 yang merupakan target

dari seluruh negara ASEAN.

Upaya-upaya itu meliputi penyelamatan para pengguna narkoba dengan cara rehabilitasi, dan memberantas para bandar, sindikat, dan memutuskan peredaran

gelap Narkotika. Tetapi itu tidak cukup, karena diperlukan upaya preventif berupa

pencegahan agar tidak muncul pengguna/pecandu narkoba yang baru, mengingat

kata pepatah mengatakan “Lebih baik mencegah daripada mengobati”. Pecandu dan

korban penyalahguna narkoba saat ini tidak hanya ada pada kalangan yang cukup

umur saja, bahkan pada kalangan yang belum cukup umur. Oleh karena itu

diperlukan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba sejak dini.

Dalam permasalahan penyalahgunaan narkoba diperlukan peran pemerintah

dalam pencegahan penggunaan Narkoba sangat diperlukan. Terutama penyamaan

kedudukan permasalahan narkoba dengan permasalahan korupsi dan terorisme.

Karena ketiga permasalahan tersebut sama-sama mempunyai dampak yang sistemik,

mengancam ketahanan nasional, serta merusak kesehatan masyarakat terutama

generasi muda.

Seperti berita penggerebekan pengedar penyalahguna narkoba di kampung kubur pada hari sabtu malam tanggal 9 Januari 2016, ratusan personel gabungan

menangkap Rahmad Taufik Lubis terduga pengedar narkoba dan personel

menemukan satu bungkus ganja, diperidiksi berat mencapai 100 gram dan satu set

alat isap sabu-sabu. Jadi personel akan terus bergerak untuk bersihkan kampung

kubur dari penyalahguna narkoba (http:tribunmedan.com, diakses tanggal 11 Januari

2016 pukul 22.56).

Dalam pasal 1 angka 15 UU No. 35 Tahun 2009, dinyatakan bahwa

(7)

melawan hukum. Orang yang menggunakan narkotika secara tanpa hak dan melawan

hukum dapat diklasifikasikan sebagai pecandu dan pengedar yang menggunakan dan

melakukan peredaran gelap narkoba (UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).

Dengan semakin banyaknya jumlah permasalahan penyalahgunaan narkoba

di Indonesia, maka sangat dibutuhkan Ilmu kesejahteraan sosial sebagai salah satu

ilmu yang akan menjawab tantangan dan permasalahan sosial yang mendera

masyarakat. Ilmu kesejateraan sosial dan pekerjaan sosial sebagai suatu elemen yang

tidak dapat dipisahkan. Karena ilmu kesejateraan sosial yang memberikan pelayanan

sosial yang dirancang untuk membantu individu dan kelompok guna mencapai

standard hidup yang memadai sehingga dapat mengembangkan kemampuan dan

kesejahteraan sepenuhnya. Pekerjaan sosial yang melakukan pelayanan sosial untuk

meningkatkan keberfungsian sosial individu dan kelompok dengan kegiatan yang

dipusatkan pada hubungan sosial untuk bisa berinteraksi antara orang lain dan

lingkungannya seperti korban penyalahgunaan narkoba.

Bimbingan perseorangan (Casework) dan kelompok (groupwork) adalah bagian dari pelayanan sosial korban penyalahgunaan narkoba karena pekerjaan sosial

atau social worker dihadapkan pada individu dan kelompok dalam sebuah panti

sosial atau lembaga sosial yang khusus menampung anak-anak sampai usia Tua.

Dimana pelayanan dan rehabilitasi sosial merupakan upaya yang tidak dapat

dipisahkan dengan sistem pelayanan secara umum.

Pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahguna narkoba merupakan

rangkaian kegiatan pembinaan dan pelayanan kesejahteraan sosial dalam rangka

meningkatkan kapasitas psikososial penerima manfaat korban penyalahgunaan

(8)

fungsi sosial secara wajar disegala aspek kehidupan didalam keluarga maupun

masyarakat (Fahrudin,2012).

Korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya berhak atas rehabilitasi sosial yang menjadi tanggung jawab pemerintah dan

masyarakat sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

Psikotropika dan Undang-undang nomor 35 tahun Narkotika, Psikotropika, dan Zat

Adiktif lainnya semakin meningkat, yang berdampak sangat luas terhadap

perseorangan, keluarga dan masyarakat maka perlu penanganan secara terpadu dan

professional. (http:rehsos.kemensos.go.id 21 Desember 2015 21.00 wib).

Upaya penanganan penyalahgunaan ini menjadi sangat berarti karena terkait

secara langsung dan tidak langsung untuk menyelamatkan masyarakat dan dampak

penyalahgunaan narkoba. Komitmen masyarakat diwujudkan dengan adanya suatu

lembaga pelayanan rehabilitasi sosial dalam penanganan masalah penyalahgunaan

narkoba, oleh karena itu kondisi yang kondusif ini perlu terus dipertahankan, dibina,

dan ditingkatkan dengan menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya

peran serta dan kepedulian masyarakat terhadap permasalahan narkoba. Melalui

pelaksanaan program rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkoba yang di

implementasikan dalam bentuk kegiatan/program bimbingan fisik, mental, sosial dan

pelatihan keterampilan.

Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) telah merehabilitasi 2001

pengguna narkoba yang terjaring ditempat hiburan malam serta indekos di provinsi

Sumut. Pengguna narkoba tersebut di rehabilitasi oleh seluruh panti rehabilitasi yang

ada di medan. Oleh karena itu, panti rehabilitasi yang menyediakan pelayanan sosial

terhadap korban penyalahgunaan narkoba di kota medan adalah LKS Yayasan Nazar

(9)

No 10, Marindal- 1 Medan. Didirikannya LKS Yayasan Nazar rehabilitasi korban

penyalahgunaan napza/narkoba untuk membantu para orang tua ataupun masyarakat

untuk mengurangi korban penyalahgunaan narkoba.

Salah satu tujuan dari rehabilitasi sosial dalam profil LKS Yayasan Nazar

rehabilitasi korban penyalahgunaan napza/narkoba yaitu untuk menghilangkan

ketergantungan narkoba melalui detoksifikasi dan memulihkan keberfungsian fisik

dan sosial sehingga eks penyandang narkoba dapat bersosialisasi secara wajar

dilingkungan keluarga, dan masyarakat. serta menjadi sumber daya manusia yang

berguna, produktif dan berkualitas sehingga menjadi pribadi yang mandiri.

Proses dari tujuan rehabilitasi tersebut diwujudkan dalam bentuk berbagai pelatihan keterampilan seperti : Pangkas rambut, Laundry, Perbengkelan, Budidaya

ayam potong, Burung kicau/hias, dan Ikan lele. Kegiatan pelatihan keterampilan dan

praktek kerja yang bertujuan untuk mengembalikan kehidupan penerima manfaat

yang diarahkan untuk memiliki dan meningkatkan keterampilan sebagai bekal

penerima manfaat apabila sudah selesai mengikuti rehabilitasi sosial agar dapat

melaksanakan fungsi sosialnya. Pelaksanaan program pelayanan sosial masih

terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan karena dilihat dari kondisi

penyalahguna didalam panti rehabilitasi. Penyalahgunaan mengalami kenaikan dan

penurunan kondisi dan ada yang mengalami kemajuan dalam pemulihan. Akan tetapi,

ada juga yang mengalami kemunduran bahkan tidak ada sama sekali perkembangan

dalam menjalankan program pelayanan sosial tersebut.

Penelitian terhadap penyalahgunaan narkoba telah banyak dilakukan terutama di lembaga panti rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. Namun penelitian

terhadap penyalahgunaan narkoba di LKS Yayasan Nazar panti rehabilitasi korban

(10)

penulis merasa tertarik untuk mengevaluasi sistem pelayanan sosial tersebut yang

dituangkan dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Program Pelayanan Sosial

terhadap korban Penyalahgunaan narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Panti

Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Napza/Narkoba.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka

masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana penerapan program

pelayanan sosial terhadap penyalahgunaan narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan

Panti rehabilitasi korban penyalahgunaan napza/narkoba?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi program pelayanan sosial terhadap korban penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar

Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Napza/Narkoba.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka :

1. Secara akademis diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan dalam

menambah refrensi dan kajian bagi peneliti atau mahasiswa yang tertarik

terhadap penelitian yang berkaitan dengan program pelayanan sosial oleh

Yayasan Nazar.

2. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi bagi

peneliti untuk meningkatkan lagi pemahaman mengenai penyalahgunaa

(11)

3. Secara Praktis diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan

masukan kepada pemerintahan dan lembaga-lembaga masyarakat dalam

upaya penyelenggaraan sistem pelayanan sosial korban penyalahguna

Napza/Narkoba.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami isi yang terkandung dalam skripsi ini, maka

diperlukan sistematika. Sistematika penulisan ini secara garis besarnya

dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian

serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti,

kerangka pemikiran, definisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian

teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan

data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti.

BAB V: ANALISA DATA

Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisanya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran-saran yang peneliti berikan sehubungan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan crude enzim cairan rumen pada pakan berbasis sumber protein nabati untuk ikan nila yang berukuran 6,10 ± 0,49 gram tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata

Tokoh dalam teori belajar kognitivisme dari Gestalt yang memandang bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi, teori belajar

[r]

[r]

[r]

 Melakukan pengamatan dengan cara mem- baca dan menyimak dari kajian literatur/ media tentang proses produksi (teknik, bahan, alat, jenis, dan kualitas

[r]

[r]