PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK UNTUK MENGANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI KESEBANGUNAN
DITINJAU DARI TAKSONOMI BLOOM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SEDERAJAT
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
YUNINGSIH SIREGAR NIM: 8146172072
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Yuningsih Siregar, (2016). Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Menganalisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Kesebangunan Ditinjau dari Taksonomi Blom di Sekolah Menengah Pertama Sederajat Medan. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Tujuan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran ini menyelidiki validitas dan reliabilitas tes diagnostik kesebangunan yang dikembangkan, serta kesulitan yang dialami siswa kelas IX SMP sederajat Medan ketika belajar kesebangunan. Penelitian ini dilaksanakan di MTs.N 1 Medan sebanyak 43 siswa, SMP Darul Aman Medan sebanyak 36 siswa dan SMP YPK Medan sebanyak 32 siswa yang keseluruhan sebanyak 111 siswa SMP, Penelitian ini merupakan suatu studi pengembangan perangkat pembelajaran dengan menggunakan model Thiagarajan Semmel dan Semmel. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-9 MTs.N 1 Medan, siswa kelas IX-1 SMP Darul Aman Medan, siswa kelas IX-B SMP YPK Medan. Data diperoleh melalui tes diagnostik uji coba sebanyak I satu kelas dan dilanjutkan uji coba II sebanyak tiga kelas serta hasil wawancara kesulitan belajar siswa materi kesebangunan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tes diagnostik materi kesebangunan yang dikembangkan valid dan reliabel. Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal berdasarkan empat jenis kemampuan di MTs.N 1, SMP Darul Aman, dan SMP YPK Medan berturut-turut diperoleh language knowledge sebesar 36,47%, 39,77%, 38,16%; schematic knowledge sebesar 44,69%, 46,27%, 45,41%, strategy knowledge sebesar 40,14%, 43,96%, 45,41%; algorithmic knowledge sebesar 50,11%, 59,97%, 62,93%. Persentase siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal berdasarkan enam aspek kognitif di MTs.N 1, SMP Darul Aman, dan SMP YPK Medan berturut-turut diperoleh C1 (pengetahuan) sebesar 29,84%, 23,61%, 26,04%; C2 (pemahaman) sebesar 31,84%, 29,27%, 32,21%; C3 (aplikasi) sebesar 42,27%, 43,14%, 41,18%, C4 (analisis) sebesar 56,26%, 57,54%, 46,58%; C5 (sintesis) sebesar 45%, 50,14%, 51,25%; C6 (evaluasi) sebesar 55,32%, 58,48%, 50,16%. Temuan penelitian merekomendasikan pengembangan tes dagnostik ditinjau dari taksonomi Bloom dijadikan salah satu perangkat pembelajaran yang digunakan di sekolah utamanya untuk menganalisis kesulitan belajar siswa agar dapat dilakukan perbaikan dalam pembelajaran.
ii ABSTRACT
Yuningsih Siregar, (2016). Development of Diagnostic Test To Analyze Student Learning Difficulties Judging from the similarity to Content Taxonomy Blom lower secondary education or equivalent field. Thesis Mathematics Education Graduate Medan State University, 2016.
The purpose of this research study investigating the development of the validity and reliability of diagnostic tests developed congruency, and the difficulties experienced by students of class IX SMP equivalent Medan when learning congruency. This research was conducted in MTs.N 1 Terrain as many as 43 students, SMP Darul Aman Terrain as many as 36 students and SMP YPK Terrain overall total of 32 students were as many as 111 junior high school students, this study is a study of the development of the learning device by using the model and Semmel Semmel Thiagarajan. Research subjects in this study were students of class IX-9 MTs.N 1 Medan, students of class IX-1 SMP Darul Aman Medan, students of class IX-B SMP YPK Medan. Data obtained through diagnostic testing trial as a class I and II trials continued for three classes and interviews students' learning difficulties congruency material. The result showed that the diagnostic test developed material congruency valid and reliable. The persentage of students who have difficulties in solving problems based on four types of abilities in MTs.N 1, SMP Darul Aman, SMP YPK Medan consecutive language knowledge gained by 36,47%, 39,77%, 38,16%; schematic knowledge amounted to 44,69%, 46,27%, 45,41%, knowledge strategy by 40,14%, 43,96%, 45,41%; Algorithmic knowledge amounted to 50,11%, 59,97%, 62,93%. The percentage of students who have difficulty in solving problems by six cognitive aspects in MTs.N 1, SMP Darul Aman, dan SMP YPK consecutive Medan acquired C1 (knowledge) of 29,84%, 23,61%, 26,04%; C2 (understanding) of 31,84%, 29,27%, 32,21%; C3 (application) of 42,27%, 43,14%, 41,18%, C4 (analysis) of 56,26%, 57,54%, 46,58%; C5 (synthesis) is 45%, 50,14%, 51,25%; C6 (evaluation) of 55,32%, 58,48%, 50,16%. The finding of the study recommended the development of diagnostic tests in terms of Bloom’s taxonomy used as one of the learning device used in primary schools to analyze student learning difficulties in order to do improvements in learning.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Menganalisis Kesulitan Belajar Siswa Pada Materi Kesebangunan Ditinjau Dari Taksonomi Bloom di Sekolah Menengah Pertama Sederajat Medan”. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar master kependidikan di Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Tesis ini menelaah kevalidan dan reliabilitas tes diagnostik yang dikembangkan, serta menganalisi kesulitan belajar yang dialami siswa ketika belajar matematika. Dalam proses mulai dari penulisan dan seminar proposal, pembuatan instrumen dan penyusunan tes diagnostik dan rangkaian ujicobanya, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, nasihat, dorongan, saran, dan kritik yang sangat berharga dari berbagai pihak.
iv
2. Bapak Prof. Dian Armanto, M.Pd., M.A., M.Sc., Ph.D selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II. Untuk membimbing dan mengarahkan penulisan. Sumbangan pikiran yang amat berharga sejak awal pemunculan ide dan kritik demi kritik serta pertanyaan kritis guna mempertajam gagasan telah membuka dan memperluas cakrawala berpikir penuis dalam penyusunan tesis ini. Juga untuk dorongan beliau agar penulis segera menyelesaikan studi secepatnya.
3. Bapak Prof. Bornok Sinaga, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd., dan Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd., selaku Narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syaputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Pd, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.
5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan tesis ini.
v
7. Serta rekan-rekan satu angkatan 2016 dari Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian tesis ini.
Semoga tesis ini benar-benar bermanfaat kepada penulis maupun rekan-rekan lain terutama bagi rekan-rekan guru dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika di depan kelas serta dapat menjadi seorang guru yang berkompetensi dan professional.
Medan, September 2016
Penulis
vi DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 12
1.3 Batasan Masalah ... 13
1.4 Rumusan Masalah ... 13
1.5 Tujuan Penelitian ... 14
1.6 Manfaat Penelitian ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15
2.1. Kerangka Teoretis ... 15
2.1.1. Pengertian Tes ... 15
2.1.2. Tes Hasil Belajar ... 16
2.1.3. Tes Diagnostik ... 18
2.1.4. Hasil Belajar Matematika ... 29
2.1.5. Taksonomi Hasil Belajar Kognitif ... 33
2.1.6. Kualitas Alat Penilaian ... 42
2.1.7. Kesulitan Belajar Matematika ... 50
2.1.8. Kesalahan-kesalahan Menyelesaikan soal Matematika………. 52
2.1.9. Pengembangan Instrumen Pembelajaran ... 59
2.1.10.Penelitian Yang Relevan... 61
2.2. Kerangka Konseptual ... 63
vii
BAB III METODE PENELITIAN ... 65
3.1 Jenis Penelitian ... 65
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 65
3.3 Model Pengembangan Tes Diagnostik... 65
3.3.1. Perancangan Awal……….. 66 3.3.2. Validasi/Penilaian Para Ahli………... 73
3.3.3. Uji Coba Lapangan………. 73 3.4. Defenisi Operasional ……… 74
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 76
3.6.Teknik Analisa Data……… .. 81
3.6.1. Validitas………... 81
3.6.2. Validitas isi……….. 81
3.6.3. Validitas konstruk……… 84 3.6.4. Validitas Butir Soal ... 84
3.6.5. Reliabilitas Butir Soal……….. 85
3.6.6. Tingkat Kesukaran Tes... 86
3.6.7. Analisis Penyebab Kesulitan Siswa Pada Soal…. 88
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……… 91
4.1 Hasil Penelitian………. 91
4.1.1. Deskripsi Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran………... 92
I. Pendefenisian……….. 92
II. Perancangan………... 97
III. Pengembangan………...….… 99
a. Hasil Validasi Tes Diagnostik...……….. 99
1) Hasil Validasi Tes Diagnostik……… 139
2) Hasil Validasi Pedoman Wawancara………. 101
b. Revisi ………. 102
c. Hasil Uji Coba Lapangan I………. 111
1) Validitas Dan Reliabilitas Butir Soal……….. 111
2) Hasil Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menjawab Soal………. 112
viii
e. Hasil Uji Coba Lapangan II... 115
1) Validitas dan Reliabilitas Butir Soal... 115
2) Hasil Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menjawab Soal... 119
3) Hasil Jawaban Siswa Dalam Mengerjakan Tes Diagnostik.. 126
IV. Penyebaran... 157
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian... 158
4.2.1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Yang Valid dan Reliabel... 158
a. Validitas dan Reliabilitas Perangkat Pembelajaran... 159
b. Analisis Kesalahan Jawaban Siswa... 160
c. Hasil Analisis Kesulitan Belajar Siswa... 165
4.4. Keterbatasan Penelitian... 168
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 169
5.1. Kesimpulan... 169
5.2. Saran... 170
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Tes Diagnostik dan Tes Prestasi……….. 22
Tabel 2.2. Contoh Kata Kerja Operasional Dalam Ranah Kognitif……... 41
Tabel 3.1. Kisi-kisi Tes Diagnostik Materi Kesebangunan………….….. 77
Tabel 3.2. Pedoman Wawancara... 79
Tabel 3.3. Lembar Validasi Instrumen tes………. 82
Tabel 3.4 Lembar Validasi Pedoman Wawancara………. 83 Tabel 4.1 Analisis Tugas Materi Kesebangunan... 96
Tabel 4.2 Tujuan Pembelajaran Pada Materi Kesebangunan... 97
Tabel 4.3 Hasil Validasi Tes Diagnostik……… 100 Tabel 4.4 Hasil Validasi Pedoman Wawancara………. 101
Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Uji Coba I Instrumen Tes Kesebangunan… 111
Tabel 4.6. Rerata Kesalahan Siswa Pada Tiap Jenis Kemampuan Uji Coba I…...……….…... 113
Tabel 4.7. Rerata Kesalahan Siswa Pada Tiap Aspek Kognitif Uji Coba I 113
Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kesebangunan Uji Coba II di MTs.N 1 Medan... 116
Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kesebangunan Uji Coba II di SMP Darul Aman Medan... 116
Tabel 4.10. Rangkuman Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kesebangunan Uji Coba II di SMP YPK Medan... 117
Tabel 4.11. Tingkat Kesukaran Butir Tes di MTs.N 1 Medan... 118
Tabel 4.12. Tingkat Kesukaran Butir Tes di SMP Darul Aman Medan... 118
Tabel 4.13. Tingkat Kesukaran Butir Tes di SMP YPK Medan... 119
Tabel 4.14. Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis Kemampuan Uji Coba II di MTs.N 1 Medan... 120
Tabel. 4.15. Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Aspek Kognitif Uji Coba II di MTs.N Medan... 121
x
Tabel 4.17. Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kognitif Uji Coba II
Di SMP Darul Aman Medan... 123 Tabel 4.18. Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kemampuan Uji Coba II
di SMP YPK Medan... 124 Tabel 4.19. Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kognitif Uji Coba II
di SMP YPK Medan... 125 Tabel 4.20. Rangkuman Hasil Validasi Perangkat dan Instrumen... 159 Tabel 4.21. Rerata Kesalahan Jawaban Siswa Berdasarkan Jenis Kemampuan Uji Coba II di Tiap Sekolah ... 161 Tabel 4.22. Rerata Kesalahan Jawaban Siswa Berdasarkan Aspek Kognitif Uji
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Lembar Jawaban Siswa... 8
Gambar 2.1. Analogi Diagnostik Dokter dan Guru………... 19
Gambar 3.1. Diagram Alur Modifikasi Model 4D……… 66 Gambar 3.2. Peta Konsep Materi Kesebangunan……….……. 70 Gambar 4.1 Lembar Jawaban Siswa... 93 Gambar 4.2 Peta Konsep Materi Kesebangunan... 95 Gambar 4.3. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Tiap
Kemampuan Uji Coba I..……….. 112 Gambar 4.4. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Pada Tiap Aspek Kognitif
Uji Coba I……….. 113 Gambar 4.5. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis
Kemampuan Uji Coba I... 120 Gambar 4.6. Diagram Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kognitif
Uji Coba II di MTs.N 1 Medan ... 121 Gambar 4.7. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis
Kemampuan Uji Coba II di SMP Darul Aman Medan... 122 Gambar 4.8. Diagram Rerata Kesalahan Berdasarkan Aspek Kognitif
Uji Coba II di SMP Darul Aman Medan... 123 Gambar 4.9. Diagram Rerata Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis
Kemampuan Uji Coba I... 124 Gambar 4.10. Diagram Rerata Kesalahan Pada Tiap Aspek Kognitif
Uji Coba II di SMP YPK Medan... 125 Gambar 4.11. Persentase Kesalahan Siswa Berdasarkan Jenis Kemampuan
Uji Coba II di Tiap Sekolah... 162 Gambar 4.12. Persentase Kesalahan Siswa Berdasarkan Tiap Aspek
Kognitif Uji Coba II Tiap Sekolah... 164
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting
dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu
pendidikan matematika semakin baik. Hal ini terlihat dari berbagai upaya
pemerintah seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku-buku pelajaran,
peningkatan kompetensi guru dan berbagai usaha lainnya yang bertujuan untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas. Hal tersebut
sejalan dengan Tujuan pembelajaran matematika di dalam lampiran Permendiknas
No.22 (2006: 346) tentang standar isi, disebutkan bahwa:
Pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaika model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan baik secara
konvensional maupun inovatif. Namun, mutu pendidikan belum menunjukkan
2
Hal ini dapat terlihat dari hasil ujian nasional mata pelajaran matematika
yang masih jauh di bawah standar. Kebanyakan siswa tidak lulus karena nilai
ujian nasionalnya pada mata pelajaran matematika yaitu di bawah 4,5
(Wiyartimi, 2010: 89). Fakta di atas menunjukkan bahwa mata pelajaran
matematika merupakan pelajaran yang sulit bagi siswa. Amanat UUD 1945 untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan nampaknya masih belum
tercapai. Berbagai analisis terhadap soal UN matematika yang berorientasi pada
tingkat penalaran dan tingkat kognitif berdasarkan taksonomi bloom telah
diusulkan oleh banyak peneliti untuk mengetahui kualitas soal UN. Kedua bentuk
analisis ini sama - sama memiliki kelebihan pada dasar analisis yang digunakan,
tapi penelitian- penelitian tersebut masih belum menjawab permasalahan
apakah UN sudah memenuhi tuntutan kurikulum nasional dalam aspek
pencapaian tujuan pembelajaran matematika yang terdapat pada Standar Isi.
Rendahnya mutu pendidikan, termasuk hasil yang dicapai pembelajaran
matematika dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain karakteristik mata
pelajaran Matematika yang dibangun atas konsep-konsep yang abstrak dan
deduktif, akibatnya sukar dipahami oleh sebagian besar siswa. Mengingat
peranan matematika seharusnya menjadi mata pelajaran yang menarik dan
menyenangkan, sehingga menimbulkan keinginan dan semangat siswa dalam
mempelajarinya. Namun dari apa yang telah dipelajari ditemukan bahwa ada
kesan bahwa sebagian siswa menganggap sulit dan tidak menyukai pelajaran ini.
Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa memang matematika memerlukan
penguasaan yang baik dan benar juga menuntut intelektualitas yang relatif tinggi
3
Kesebangunan merupakan salah satu pelajaran matematika yang penting
dipelajari karena aplikasinya sering kita temukan dalam kehidupan.
Kesebangunan merupakan dasar ilmu matematika yang dipelajari di SMP kelas
IX. Sebagaimana tercantum dalam kompetensi dasar dari pokok bahasan
kesebangunan SMP kelas IX dalam lampiran permendiknas No.22 (2006: 351)
yaitu siswa dapat mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan
kongruen, mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun dan kongruen,
menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah. Pada
materi kesebangunan ini siswa diarahakan untuk dapat memecahkan masalah,
menalar, dan berpikir kritis. Ini berarti materi kesebangunan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir pada siswa menengah pertama. Namun kenyataannya hasil
belajar siswa pada materi kesebangunan masih mengecewakan, masih banyak
siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata saat evaluasi materi
kesebangunan. Ini berarti kemampuan belajar matematika pada materi
kesebangunan masih rendah.
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak senantiasa guru berhasil, seringkali
ada hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kegagalan atau kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa. Terjadinya kesulitan belajar dikarenakan siswa tidak mampu
mengaitkan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan lamanya sehingga
menimbulkan ketidakpahaman atau ketidakjelasan terhadap suatu pelajaran.
Demikian pula halnya mata pelajaran matematika, gejala kesulitan belajar akan
tampak diantaranya ketika siswa tidak mampu lagi berkonsentrasi, sebagian siswa
memperoleh nilai yang rendah, siswa menunjukan kemalasan dan sebagian besar
4
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
“learning disability” yang artinya ketidakmampuan belajar (Abdurrahman, 2012:
1). Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar, hal ini di pengaruhi banyak
faktor yang terdiri dari eksternal maupun internal. Menurut Jamaris (2014: 188)
kesulitan yang dialami oleh anak yang berkesulitan matematika adalah sebagai
berikut: (1) kelemahan dalam menghitung; (2) kesulitan dalam mentransfer
pengetahuan, (3) pemahaman bahasan matematika yang kurang dan; (5) kesulitan
dalam persepsi visual. Selanjutnya menurut Lerner (Abdurrahman, 2012: 367)
rendahnya hasil belajar Matematika dimungkinkan beberapa kekeliruan umum
yang dilakukan siswa berkesulitan belajar matematika yaitu dalam
memahami simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses yang
keliru, dan tulisan yang tidak dapat dibaca.
Kesulitan-kesulitan yang dipaparkan di atas ternyata berlaku pada materi
kesebangunan. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan belajar kesebangunan
karena kurang memahami konsep, sulit dalam memahami soal cerita, siswa sulit
menganalisis maksud soal dan malas untuk berpikir.
Berdasarkan penelitian yang saya peroleh, peneliti mengamati lembar
jawaban siswa yang diperoleh dari guru matematika MTs.N 1 Medan pada materi
kesebangunan masih banyak siswa yang salah dalam menyelesaikan soal-soal
kesebangunan, dikarenakan kekeliruan, kesalahan konsep, kesalahan memahami
maksud soal, kesalahan menginterpretasikan gambar, dan kesalahan-kesalahan
lainnya. Hal ini menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa .
5
Hal tersebut terjadi karena kurang didukungnya proses pembelajaran
yang inovatif misalnya dengan menggunakan, model, metode, strategi, atau
pendekatan yang sesuai. Saat ini berbagai macam model dan pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan hasil
belajar matematika. Mulai dari kooperatif learning, berbasis masalah, penemuan
terbimbing, pembelajaran bermakna dan lain sebagainya. Ada juga inovasi
pembelajaran lainnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, misalnya dengan
mengembangkan perangkat pembelajaran, mulai dari mengembangkan buku,
LKS, LAS, Silabus, RPP dan instrument penilaian atau tes hasil belajar.
Instrumen merupakan suatu alat yang dipergunakan sebagai alat untuk
mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data dari suatu variabel
(Matondang, 2009: 87). Dalam bidang penelitian, instrumen merupakan alat
pengumpulan data untuk kebutuhan penilitian, sedangkan dalam bidang
pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar atau
faktor-faktor yang berkaitan dengan keberhasilan pembelajaran. Terdapat dua macam
instrumen yaitu tes dan nontes. Tes adalah suatu instrument atau prosedur
sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku. Gronlund & Linn (Asmin,
2014: 87). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil
belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan
pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran (Sudjana, 2014: 35).
Menurut Purwanto (2011: 64) “Tergantung variable yang hendak diukur tes dapat
berupa tes hasil belajar, tes kecerdasan, tes kreativitas, tes bakat, tes penguasaan
bahasa inggris, tes kemampuan verbal, tes kemampuan numerik, tes potensi
6
dikelompokkan menjadi dua yaitu tes penguasaan dan tes kemampuan. Tes
penguasaan (Mastering test) adalah tes yang diujikan setelah peserta memperoleh
sejumlah materi. Sedangkan tes kemampuan (competence test) adalah tes yang
diujikan untuk mengetahui kepemilikan kemampuan peserta tes. Tes penguasaan
berbeda dengan tes kemampuan, karena penguasaan merupakan sesuatu yang
diperoleh setelah mengikuti proses belajar mengajar dan tes kemampuan
merupakan sesuatu yang dimiliki dan melekat dalam diri responden. Yang
termasuk dalam tes kemampuan adalah tes bakat, tes kecerdasan, tes kemampuan
numerik, tes potensi akademik, tes penalaran, tes kemampuan berpikir kritis, dan
sebagainya. Dan yang termasuk dalam tes penguasaan adalah tes hasil belajar, tes
prestasi belajar, penguasaan bahasa inggris, kemampuan berhitung, kemampuan
membaca, keterampilan mengajar dan sebagainya.
Tes hasil belajar (THB) merupakan tes penguasaan, karena tes ini
mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau
dipelajari oleh siswa (Purwanto, 2011: 66). Tes diujikan setelah siswa
memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk
mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Tes hasil belajar (THB)
dilakukan untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku
yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh para siswa.
Dalam mengukur hasil belajar, siswa didorong untuk menunjukkan penampilan
maksimalnya. Dari penampilan maksimal yang ditunjukkan dalam jawaban atas
tes hasil belajar (THB) dapat diketahui penguasaan siswa terhadap materi yang
diajarkan dan dipelajari. Tes hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam
7
belajar dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tes formatif, tes sumatif, tes
diagnostik dan tes penempatan. Tes formatif diujikan untuk mengetahui sejauh
mana proses belajar mengajar dalam satu program telah membentuk siswa dalam
perilaku yang menjadi tujuan pembelajaran program tersebut. Tes sumatif
dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa
atas semua jumlah materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti
caturwulan atau semester. Tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan
sebagai dasar untuk melakukan evaluasi diagnostik. Dalam evaluasi diagnostik,
tes hasil belajar (THB) digunakan untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang
mengalami masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi. Sedangkan tes
penempatan adalah pengumpulan data tes hasil belajar yang diperlukan untuk
menempatkan siswa dalam kelompok siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.
Dalam proses pembakuan, THB dicobakan untuk mengukur hasil belajar sejumlah
peserta uji coba dan memeriksa terpenuhinya persyaratan sebagai tes hasil belajar
yang baik. Pemeriksaan mutu tes hasil belajar itu menyangkut pengujian validitas
dan reliabilitas, uji coba untuk pemeriksaan kualitas tes hasil belajar harus
dilakukan sebelum benar-benar digunakan untuk mengumpulkan data hasil
belajar. Pemeriksaan dilakukan untuk menjamin bahwa pengukuran dilakukan
menggunakan THB yang layak untuk pengumpulan data hasil belajar. Tes hasil
belajar yang memenuhi syarat alat ukur yang baik dapat menghasilkan hasil ukur
belajar yang akurat. Syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi alat ukur hasil
belajar yang baik berhubungan dengan validitas dan reliabilitas (Purwanto, 2011:
153). Dimana validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
8
ketepatan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilainya
(Sudjana, 2010: 16).
Pengembangan tes diagnostik perlu dilakukan dalam meningkatkan
kualitas pengajaran matematika di sekolah. Untuk mengetahui apakah siswa telah
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan maka seorang guru dituntut untuk
mampu mengadakan penilaian (Wena, 2013: 19). Pada aplikasi di lapangan guru
kurang dalam pengembangan instrumen tes. Selama ini guru hanya menggunakan
tes biasa dan cara penilaian yang biasa pada umumnya. Tes hasil belajar yang
sering digunakan adalah tes formatif dan sumatif yang merupakan tes prestasi
tanpa menganalisis kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Guru membuat soal
hanya berupa hitungan atau secara matematisnya saja tanpa mempertimbangkan
aspek kognitif taksonomi Bloom (C1 sampai C6), sehingga penilaian tentang
ketercapaian konsep matematika tidak muncul. Hal ini menyebabkan guru tidak
dapat mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami konsep matematika. Hal
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
9
Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka perlu disusun atau dilakukan
pengembangan instrument tes. Dalam Permendiknas No 16 (2007: 5) tentang
Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Guru dinyatakan bahwa salah
satu kompetensi inti guru adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi
proses dan hasil belajar. Kompetensi inti tersebut dijabarkan dalam tujuh
kompetensi, yaitu: 1) memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu, 2)
menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan
dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu, 3) menentukan
prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, 4) mengembangkan
instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, 5)
mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
dengan mengunakan berbagai instrumen, 6) menganalisis hasil penilaian proses
dan hasil belajar untuk berbagai tujuan, dan 7) melakukan evaluasi proses dan
hasil belajar.
Memperhatikan tuntutan kompetensi guru pada Permendiknas di atas,
dapat diketahui bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah
mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Instrument tes yang akan dikembangkan pada penelitian ini adalah tes diagnostik.
Menurut Brueckner dan Melby (Suwarto, 2013: 189) “tes diagnostik digunakan untuk
menentukan elemen-elemen dalam suatu mata pelajaran yang mempunyai
kelemahan-kelemahan khusus dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab
kekurangan tersebut”. Menurut Arikunto (2012: 48) “Tes diagnostik adalah tes
10
berdasarkan kelemahan–kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan
yang tepat”. Selanjutnya Ekawati (2011: 11) menyatakan bahwa, “tes diagnostik
adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan, sebagai dasar perbaikan. Tujuan penggunaan tes ini adalah untuk
menentukan pengajaran yang perlu dilakukan dimasa selanjutnya. Tes
diagnostik adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi
kesulitan belajar. Setiap tes disusun untuk menentukan satu atau lebih
ketidakmampuan siswa. Guru harus mengetahui dimana seharusnya memulai
pengajaran dan keterampilan apa yang harus ditekankan. Jika tidak, kelemahan
siswa tidak akan diketahui dan program pengajaran pendahuluan tidak dapat
dibuat. Oleh karena itu diagnosis yang teliti merupakan hal penting untuk
menyesuaikan semua aspek pengajaran seperti tujuan, materi pelajaran dan teknik
mengajar dengan kebutuhan siswa (Hopkins dan Antes, (Suwarto, 2013: 189)).
Tes diagnostik perlu dilakukan untuk mengetahui dimana letak
kelemahan dan kekuatan siswa terhadap penguasaan suatu bagian atau
keseluruhan materi pelajaran serta dapat mengidentifikasi kesulitan – kesulitan
belajar yang muncul sehingga kegagalan dan keberhasilan siswa dapat diketahui.
Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa,
termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik dilakukan apabila
diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam mengikuti proses
pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Dengan demikian tes diagnostik
sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar
dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembimbing peka terhadap
11
yang belum dipahami dan yang telah dipahami. Oleh karena itu, tes ini berisi
materi yang dirasa sulit oleh siswa. Secara umum tes diagnostik dikembangkan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sedangkan tes prestasi
dikembangkan untuk mengetahui kemampuan-kemampuan siswa setelah
mengikuti serangkaian proses pembelajaran.
Pada tahapan pengembangan tes diagnostik dibutuhkan kesesuaian
permasalahan yang ada dengan tujuan pembelajaran serta ranah kognitif yang
diukur. Tes diagnostik yang dikembangkan mengacu berdasarkan taksonomi
bloom. Dimana benyamin bloom menggunakan klasifikasi hasil belajar yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian
hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa
dalam menguasai isi bahan pengajaran. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Jadi, penilaian yang dilakukan
berdasarkan keenam ranah kognitif taksonomi blom dan akan dibangun soal-soal
yang berkualitas sehingga membantu siswa berkesulitan belajar matematika.
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengembangan
tes diagnostik adalah penelitian yang dilakukan Duskri (2014) yang berjudul
“Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika Di SD”. Kumala
(2011) yang berjudul Pengembangan Tes Diagnostik Matematika Pokok Bahasan
Bilangan Bulat Untuk Siswa Kelas VI SD di Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten
12
Berbasis Web Pada Materi Termodinamika Untuk Mengidentifikasi Tingkat
Pemahaman Konsep Siswa. Dari beberapa penelitian tersebut menjelaskan bahwa
Laporan hasil analisis tes diagnostik yang dimunculkan bermanfaat bagi guru
untuk merencanakan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran matematika
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengkaji dan
menganalisis validitas, reliabilitas dan kepraktisan tes diagnostik untuk
melihat kesulitan belajar matematika siswa. Adapun judul penilitan yang
dilakukan adalah Pengembangan Tes Diagnostik Untuk Menganalisis Kesulitan
Belajar Siswa Pada Materi Kesebangunan Ditinjau Dari Taksonomi Bloom di
Kelas IX Siswa Menengah Pertama Medan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan
masalah tersebut sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa rendah.
2. Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit.
3. Rendahnya kemampuan siswa dalam penguasaan rumus dan konsep dalam
pokok bahasan kesebangunan.
4. Sebagian siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal
kesebangunan.
5. Kurangnya guru dalam mengembangkan instrumen tes dalam pembelajaran
6. Kurangnya guru dalam menganalisis kesulitan-kesulitan belajar matematika
13
1.3. Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dengan memperhitungkan keterbatasan
kemampuan, dana, dan waktu maka penelitian ini dibatasi pada Pengembangan
Tes Diagnostik Matematika Materi Kesebangunan Untuk Siswa Kelas IX Sekolah
Menengah Pertama Sederajat Medan Tahun Pelajaran 2016/2017”.
Agar penelitian dapat mencapai sasaran yang ditetapkan, ruang lingkup
penelitian ini terbatas pada :
1. Objek yang akan diteliti adalah hasil belajar berupa kelemahan/kesulitan
belajar siswa atas pengembangan tes diagnostik pada bidang studi matematika.
2. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX MTs.N 1 Medan, siswa kelas IX
SMP YPK Medan dan siswa kelas IX SMP Darul Aman Medan Tahun Ajaran
2016/2017.
3. Materi pokok yang akan ditetapkan dalam penelitian ini adalah kesebangunan.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah yang akan
diteliti dapat dirumuskan yaitu :
1. Bagaimana validitas tes diagnostik matematika pada materi kesebangunan
yang dikembangkan?
2. Bagaimana reliabilitas tes diagnostik matematika pada materi kesebangunan
yang dikembangkan?
3. Kesulitan apa saja yang dialami siswa kelas IX Sekolah Menengah Pertama
14
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui validitas tes diagnostik Matematika pada materi
kesebangunan yang dikembangkan.
2. Untuk mengetahui reliabilitas tes diagnostik Matematika pada materi
kesebangunan yang dikembangkan.
3. Untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa kelas IX Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Medan ketika belajar Matematika khususnya
materi kesebangunan.
1.6. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran dan
masukan berarti bagi semua pihak, terutama ;
1. Diharapkan penelitian ini menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti
dalam menyusun dan mengembangkan butir soal untuk melaksanakan tugas
sebagai pendidik di masa yang akan datang.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru tentang penyusunan
tes diagnostik matematika yang baku khususnya dalam materi kesebangunan.
3. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi sekolah dalam pengambilan
kebijakan pendidikan.
4. Penelitian ini dapat menambah keragaman tes yang telah ada sebelumnya
5. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi peneliti yang lain
dalam menyusun dan mengembangkan tes diagnostik matematika dan
169 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengembangan tes diagnostik ditintau dari taksonomi Bloom menggunakan model pengembangan Thiagarajan, Semmel dan Semmel ini bertujuan untuk menganalisis kesulitan belajar siswa di MTs.N 1 Medan, SMP Swasta Darul Aman Medan, SMP Swasta YPK Medan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diuraikan dalam penelitian ini adalah:
1. Validasi tes diagnostik yang dilakukan oleh 5 validator menyatakan tes diagnostik yang dikembangkan oleh peneliti tergolong baik, hal ini berdasarkan penilaian kelima orang validator untuk aspek kelayakan isi skor rata-rata adalah 2,48, aspek konstruksi skor rata-rata adalah 2,5 dan aspek kelayakan bahasa skor rata-rata adalah 2,47.
2. Validasi pedoman wawancara tergolong baik, hal ini dapat dilihat dari penilaian yang dilakukan oleh validator untuk kelayakan isi skor rata-rata adalah 2,48, aspek konstruksi nilai rata-rata adalah 2,6 dan aspek kelayakan bahasa nilai rata-rata adalah 2,5.
170
4. Ditinjau dari jenis kesalahan yang dilakukan siswa yang paling banyak dilakukan siswa adalah algorithmic knowledge yaitu kesalahan dalam penulisan hasil akhir jawaban, kesulitan yang menjadi penyebab atau sumber terjadinya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal kesebangunan adalah kesulitan dalam penggunaan bahasa, memahami maksud soal, memahami konsep, perhitungan atau komputasi ,mengerjakan soal tidak teliti, memahami gambar, mengingat, menguasai fakta dan konsep prasyarat, menggunakan proses yang tepat, dan mengambil keputusan. 5. Ditinjau dari aspek kognitif kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah
soal-soal sintesis dan evaluasi. 5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka dapat disarankan beberapa hal berikut:
1. Para guru agar dapat menggunakan perangkat berupa tes diagnostik sebagai alternatif pemberian tes pada materi kesebangunan.
2. Hendaknya guru dapat memaksimalkan kegiatan proses belajar mengajar, yaitu tidak hanya mengejar target kurikulum terselesaikan, tetapi juga memperhatikan tingkat penguasaan siswanya terhadap materi yang dimaksud dengan meminta siswa untuk menjelaskan setiap langkah yang ditempuh dalam mengerjakan soal. Dengan demikian guru dapat mengetahui langkah mana yang belum dikuasai siswa agar dapat melakukan bimbingan secara intensif 3. Sekolah dan guru diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif dan
171
diagnostik yang ditinjau dari aspek lainnya agar bervariasi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Penelitian dan pengembangan berupa perangkat pembelajaran menggunakan model Thiagarajan, Semmel dan Semmel, dapat dijadikan alternatif bagi pengembangan perangkat pembelajaran untuk matematika maupun mata pelajaran lainnya.
172
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. 2012. Anak Berkesulitan Belajar; Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Agninditya, dkk. 2014. Analisis Kesalahan dan Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Uraian Pokok Bahasan Trigonometri Kelas X di SMA Negeri 1 Rembang. Prosiding Mathematics and Sciences Forum 2014. ISBN: 978-602-0960-00-5
Arikunto. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmin dan Mansyur. 2014. Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik dan Modern. Medan: Larispa Indonesia.
Duskri, M. 2014. Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar Matematika di SD. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan.
Ekawati, Estina. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Kementrian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPTK) Matematika 2011.
Fajariyah & Wasis. Pengembangan Tes Diagnostik (Diagnostic test) Teknik Analitik Pada Materi Listrik Dinamis Untuk Siswa SMA Kelas X. Jurnal Ilmiah Jurusan Fisika Universitas Negeri Surabaya.
Fitriani, dkk. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa di SMP Kelas VIII. Paradikma Jurnal Pendidikan Matematika. Vol. 7 No.2 Agustus 2014 Program Studi Pendidikan Matematika PPs UNIMED.
Geller dan Yovanoff, 2009. Diagnostic Assessments in Mathematics To Support Instructional Decision Making. Practical Assessment, Research and Evaluation Vol. 14 No.16. Cognitive Diagnostic Assesment.
Jamaris, Martini. 2014. Kesulitan Belajar; Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
173
Matondang, Zulkifli. 2009. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal Tabularasa PPs UNIMED Vol. 5 No.1 Juni 2009.
Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nawi, M. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (Al-ulum) Medan. Jurnal tabularasa PPs UNIMED, Volume 9 No.1 Juni 2012.
Permendiknas No.16 Tahun 2007. Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SD/SMP. Kementerian Pendidikan Nasional Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Permendiknas No.22 Tahun 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Direktorat Badan Standar Nasional Pendidikan.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Riani, Wiwik. S. 2007. Diagnosisi Kesulitan Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Tesis Mahasiswa Pascasarjana Unesa.
Rochmad, 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal Kreano ISSN: 2086-2334 Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 3 Nomor 1, Juni 2012.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suwarto. 2013. Model-Model Instrumen Diagnostic. No.1 Vol. 22, 2013. Widyatama
Suwarto. 2013. Pengembangan Tes Diagnostik. Jurnal Pendidikan, Volume 22, Nomor 2, Juli 2013 Yogyakarta.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana
174
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Widdiharto, Rachmadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika Yogyakarta.