• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DI KELAS VIII SMP NEGERI 36 MEDAN T. A. 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DI KELAS VIII SMP NEGERI 36 MEDAN T. A. 2016/2017."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PROSES PE MBEL AJARAN O PERASI H ITUNG BENT UK ALJABAR

MELAL UI MO DEL KOO PERATI F NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DI KELAS VIII SMP

NEGERI 36 MEDAN T. A. 2016/2017

Oleh :

Wenny Uliandari Yusni NIM. 4123111086

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

UPAYA MENINGKATKAN KETERLIBATAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

MELALUI MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DI KELAS VIII SMP NEGERI 36

MEDAN T. A. 2016/2017

Wenny Uliandari Yusni (NIM. 4123111086) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui apakah model kooperatif Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan keterlibatan siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 36 Medan. (2) Mengetahu bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 36 Medan pada topik operasi hitung bentuk aljabar melalui pembelajaran model kooperatif Numbered Head Together (NHT). Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 36 Medan yang berjumlah 30 orang sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan keterlibatan belajar matematika siswa pada materi operasi hitung bentuk aljabar tahun ajaran 2016/2017. Cara pengambilan data dilakukan melalui observasi dan tes, dilihat dari hasil observasi aktivitas siswa siklus I diperoleh rata – rata 50%, meningkat pada siklus II diperoleh 86.7%. dari hasil tes awal diperoleh 13 orang siswa yang tuntas, ketuntasan klasikal 43,3%, rata –rata nilai tes 51,61%. Dari tes hasil belajar diperoleh 18 orang siswa yang tuntas,dengan ketuntasan klasikal 60%, rata –rata nilai tes 69,66%. Rata – rata nilai tes siswa meningkat 18,38% dari tes awal. Karena hasil belajar siswa termasuk dalam kategori sedang belum mencapai ketuntasan klasikal , maka pembelajaran dilanjutkan kesiklus II.

Pada pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dengan memgajak siswa lebih aktif untuk bertanya, memberikan soal latihan dan memberikan lebih banyak bimbingan saat proses pembelajaran upaya – upaya tersebut dari hasil belajar II diperoleh siswa yang tuntas 26 orang siswa dengan ketuntasan klasikal 86%, rata-rata nilai tes 86,16%.

Dari hasil penelitian yang dapat dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran numbered head together (NHT) dapat meningkatkan keterlibatan siswa SMP NEGERI 36 MEDAN.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik. Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Keterlibatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Model Kooperatif Numbered Head Together (Nht) Di Kelas VIII Smp Negeri 36 MedanT.A. 2016/2017”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Muliawan Firdaus, S.Pd., M.si

sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan dorongan,

bimbingan serta saran kepada penulis sejak awal pembuatan proposal penelitian

hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.si., Bapak Dr. Mulyono, M.si dan

Bapak Drs. Yasifati Hia, M.si selaku dosen–dosen penguji yang telah memberikan

masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian hingga terselesaikannya

skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal

Gultom, M.Pd, selaku Rektor UNIMED, Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku

Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan

Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika

FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si., Ph.D, selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Matematika, Bapak Dr. Syafari, M.Pd selaku dosen

Pembimbing Akademik dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf Pegawai

Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah memberikan bantuan demi

kelancaran penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Bahri selaku

kepala sekolah SMP Negeri 36 Medan yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut. Penulis juga

(5)

v

bidang studi matematika serta seluruh Bapak dan Ibu guru SMP Negeri 36 Medan

yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di sekolah tersebut.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta

Yustoni Tanjung dan Ibunda tercinta Jusmaini Jambak yang terus memberikan

motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini, juga

kepada Adek Dwi Dyva Yusni, Muhammad Rizky Yusni yang juga selalu

memberikan dukungan dan motivasi.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kakanda Wici Fauzi,

Naza, Rahman, Ridwan, Dwi, Nindy, Masni, Uyun, Uci, Risky A.S.L, Elsi, Indri.

Ucapan terima kasih kepada sahabat tercinta saya Fany dan Sri selama 4 tahun

perkuliahan selalu sama maupun senang ataupun sedih dan teman-teman lain yang

tidak bisa disebut satu persatu, semangat dan do’anya hingga skripsi ini dapat

selesai sebagaimana yang diharapkan.

Tak lupa pula rasa terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman

program studi pendidikan matematika kelas reguler C 2012 atas semangatnya dan

dorongannya.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun

tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini

bermanfaat dalam memperkaya ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2017

Penulis,

(6)
(7)

vii

2.1.3 ModelPembelajaran 18

2.1.3.1 Model Pembelajaran Kooperatif 19

2.1.3.2 Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT) 20

(8)

viii

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 57

BAB V

5.1. Kesimpulalan 62

5.2. Saran 62

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tahapan dalam model pembelajaran kooperatif 19

Tabel 2.2 Langkah-langkah dalam model pembelajaran

kooperatif Numbered Head Together (NHT) 21

Tabel 3.1 Klasifikasi Hasil Observasi 41

Tabel 4.1 Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Siklus I 46

Tabel 4.2 Rata-rata Skor Item Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran

Siklus I 46

Tabel 4.3 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 47

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

pada Siklus I 48

Tabel 4.5 Capaian Penelitian Tindakan pada Siklus I 50

Tabel 4.6 Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran Siklus II 53

Tabel 4.7 Rata-rata Skor Item Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran

Siklus II 54

Tabel 4.8 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Siklus II 55

Tabel 4.9 Hasil Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

pada Siklus II 55

Tabel 4.10 Capaian Penelitian Tindakan pada Siklus II 57

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Desain penelitian tindakan model Kemmis & Taggar 33

Gambar 5.1 Gerbang Depan SMP NEGERI 36 Medan 157

Gambar 5.2 Siswa sedang mengerjakan pretes 157

Gambar 5.3 guru menerangkan materi yang di pelajari 157

Gambar 5.4 Mengorganisasi dalam 6 kelompok belajar 158

Gambar 5.5 Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam belajar

Kelompok 158

Gambar 5.6 Salah satu perwakilan kelompok kedepan untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompok siswa 158

Gambar 5.7 Siswa mengerjakan hasil tes belajar 159

Gambar 5.8 Peneliti mengawasi siswa yang mengerjakan tes hasil belajar 159

Gambar 5.9 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

Mengemukakan pendapat/ bertanya dan menunjuk salah

satu siswa 159

Gambar 5.10 Guru bidang studi selaku observer megamati kemampuan guru

mengelola pembelajaran 160

(11)

xi

Lampiran 3 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran I 71

Lampiran 4 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran II 73

Lampiran 5 Pedoman Wawancara 75

Lampiran 6 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 76

Lampiran 7 Lembar Validasi Lembar Kegiatan Peserta Didik 82

Lampiran 8 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar 88

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan I 94

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan II 98

Lampiran 11 Lembar Kegiatan Peserta Didik Pertemuan I 102

Lampiran 19 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran III 122

Lampiran 20 Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran IV 124

Lampiran 21 Lembar Observasi Keterlibatan Siswa 121

Lampiran 22 Pedoman penskoran 129

Lampiran 23 Daftar nama siswa kelas VIII-3 smp negeri 36 medan 130

Lampiran 24 Analisis hasil tes kemempuan awal 131

(12)

xii

Lampiran 26 Analisis hasil tes hasil belajar siswa II 135

Lampiran 27 Daftar Anggota Kelompok Kooperatif Kelas VIII 3

(Siklus I) 137

Lampiran 28 Daftar Anggota Kelompok Kooperatif Kelas VIII 3

(Siklus II) 138

Lampiran 29 Dokumentasi Penelitian 139

(13)
(14)

` 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterlibatan siswa dapat diartikan sebagai peran aktif siswa sebagai

partisipan di dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan siswa hanya bisa

dimungkinkan jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi atau terlibat

dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar tradisional, dimana

strategi ceramah selalu digunakan, para murid diharuskan tunduk dan patuh pada

peraturan dan prosedur yang kaku. Ceramah dalam kelas matematika tradisional

akan mengambil "80% dari waktu pembelajaran di kelas yang dikhususkan hanya

untuk ceramah oleh pengajar" (Brahier, 2000). Ini berarti bahwa hanya 20% dari

waktu yang tersisa bagi peserta didik untuk berkomunikasi dan mengajukan

pertanyaan. Jika guru mengajar dengan cara seperti ini dalam periode waktu 150

menit dengan 40 siswa, maka setiap siswa hanya dapat mengajukan pertanyaan

dan memberikan alasan selama 45 detik saja. Jika pengetahuan dibangun melalui

interaksi sosial, maka strategi ceramah tentunya tidak akan menyisakan banyak

waktu bagi siswa dalam membangun pengetahuan.

Nardi dan Steward (2003) mengatakan bahwa terdapat ketidakpuasan di

kalangan siswa dalam kuliah dan format praktek individu pendidikan matematika

tradisional saat ini. "Budaya kelas tampaknya mendorong citra matematika

sebagai kegiatan penyelesaian tugas yang tidak bermakna dan tidak memerlukan

tingkat konsentrasi yang tinggi" (Nardi & Steward, 2003). Pernyataan ini dapat

dibuktikan kebenarannya di kelas matematika yang sebelumnya diampu oleh

peneliti sendiri di mana siswa membicarakan topik yang tidak berhubungan sama

sekali dengan matematika pada saat mereka sedang berlatih matematika.

Tampaknya bukan hanya tidak relevannya tugas matematika yang diberikan

kepada siswa, tetapi juga praktek yang menjadikan matematika sebagai usaha

individu itulah yang menciptakan perasaan isolasi antara siswa.

Pembelajaran kooperatif merupakan solusi di dalam kelas matematika di

(15)

2

sedikitnya kesempatan bagi mereka untuk berpartisipasi. Pembelajaran kooperatif

adalah salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan seorang siswa

mendukung siswa lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang siswa dapat

menjelaskan strategi pemecahan masalah untuk siswa lain dengan cara yang lebih

baik.

Gillies (2006) menyatakan bahwa terdapat dua situasi yang terjadi ketika

siswa diminta untuk bekerja sama, yaitu pembelajaran kooperatif dan kerja

kelompok. Dalam kerja kelompok mungkin saja terdapat beberapa aturan dan

struktur yang berlaku, tetapi tidaklah terlalu mengikat sehingga semua peserta

hampir dapat dikatakan terbebas dari aturan dan struktur tersebut, dan siswa juga

diizinkan untuk mengambil alih situasi. Elemen-elemen kunci dari pembelajaran

kooperatif tidak dilaksanakan dalam kerja kelompok. Dalam situasi seperti ini,

Cohen (1994) menyatakan bahwa kelompok-kelompok membentuk hirarki sosial

di mana satu atau beberapa peserta didik dalam kelompok dianggap sebagai ahli

yang menguasai sebagian besar situasi, percakapan, dan aspek-aspek lain dari

pengalaman belajar. Sementara anggota lain dalam kelompok tersebut cenderung

menjadi peserta yang pasif, yang tidak terlibat penuh dalam pengerjaan tugas dan

hanya mempersilahkan sang ahli tadi untuk menyelesaikan tugas.

Situasi yang sama juga terjadi di kelas VIII-3 SMP Negeri 36 Medan

dimana tidak semua siswa terlibat dalam belajar. Dari hasil observasi, ditemukan

bahawa beberapa siswamendominasi siswa lain dalam konteks sosial, yang

sebenarnya tidak diharapkan. Oleh karena itu, timbul permasalahan perilaku dan

permasalahan motivasi dalam diri siswa. Selain itu, dari hasil observasi juga

ditemukan bahwa sebagian besar siswa (71%) tidak berpartisipasi aktif dalam

diskusi kelompok yang diselenggarakan guru,sebagian besar siswa (74%) tidak

memperhatikan penjelasan guru atau teman. Permasalahan yang demikian ini

tidak akan muncul jika gurumenerapkan pembelajaran kooperatif sebagai strategi

pembelajaran yang tidak hanya sekedar kerja kelompok, karena jika terstruktur

dengan benar, lingkungan belajar kooperatif seharusnya dapat menjadi jawaban

(16)

3

Dari hasil wawancara dengan guru matematika di kelas VIII-3 SMP

Negeri 36 Medan, terungkap bahwa model kooperatif yang selama ini ia gunakan

hanya berorientasi pada hasil belajar siswa dan kurang memperhatikan proses

pembelajaran. Lebih lanjut, dari hasil penelurusan dokumen daftar nilai siswa di

kelas tersebut diketahui bahwa sebagian besar (52%) siswa harus mengikuti

remedial pada topik terakhir dikarenakan skor tes mereka belum memenuhi

kriteria ketuntasan klasikal yaitu skor minimal 70 dari skor maksimal 100.

Seringkali ketika sebuah strategi pembelajaran diterapkan pada kelas,

strategi tersebut menyatu dengan apa yang selama ini sudah bekerja di dalam

kelas dan diterapkan berdasarkan pada pengalaman dari guru. Cara penerapan

seperti ini sering berujung pada kaburnya informasi tentang pengaruh langsung

strategi yang baru terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini peneliti berpendapat bahwa kerja kelompok harus

dilakukan bersama dengan pengajaran langsung. Kerja kelompok sendiri hanya

akan menggantikan pekerjaan siswa secara individu.

Dengan teridentifikasinya permasalahan-permasalahan yang timbul dalam

pembelajaran matematika di kelas VIII-3 SMP Negeri 36 Medan, upaya

peningkatan keterlibatan siswa perlu mendapat perhatian dan usaha yang serius

dari guru sebagai objek sentral dalam proses pembelajaran di sekolah. Guru

sebagai salah satu faktor penting penentu keberhasilan pembelajaran berperan

dalam merencanakan, mengelola, mengarahkan dan mengembangkan materi

pembelajaran termasuk di dalamnya pemilihan model, pendekatan atau metode

yang digunakan sangat menentukan jenis interaksi pembelajaran yang dilakoni

siswa sekaligus keberhasilan pengajaran matematika.Salah satu model

pembelajaran yang dapat di terapkan dalam pelajaran matematika adalah model

pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam

metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya.Pada model pembelajaranini. Anak akan aktif

mencaritahu sehingga mengurangi kebosanan yang biasa terjadi ketika

pembelajaran matematika berlangsung.Menurut Trianto (2011:57) kooperatif

memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan

(17)

4

Adapun tipe pembelajaran kooperatif yang bisa di aplikasikan pada

pembelajaran matematika, Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu

dari strategi pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh

Spencer Kagan (1993). Model NHT mengacu pada belajar kelompok siswa,

masing-masing anggota memiliki bagian tugas (pertanyaan) dengan nomor yang

berbeda-beda ( Shoimin, 2014:107).

Menurut Istarani (2012:12) menyatakan bahwa:

Numbered Head Together (NHT) merupakan rangkaian penyampaaian materi dengan menggunakan kelompok sebagai wadah dalam menyatukan persepsi/pikiran siswa terhadap pertanyaan yang dilontarkan atau diajukan oleh guru, yang kemudianakan dipertanggungjawabkan oleh siswa sesuai dengan nomor permintaan guru dari masing-masing kelompok. Dengan demikian, dalam kelompok siswa diberi nomor masing-masing sesuai dengan nomor urutannya.

Dari uraian di atas model pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

dapat membantu siswa dalam memahami materi – materi pembelajaran

matematika dikarenakan dalam model pembelajaran ini para siswa akan lebih

terbuka untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya. Model NHT (Numbered

Head Together) dapat mengembangkan pemikiran siswa dan menyatukan aspek

aspek kognitif dan aspek – aspek sosial dalam pembelajaran serta dapat

memberikan kesempatan terbuka kepada siswa untuk berbicara dan mengutarakan

gagasannya sendiri dan memotivasi siswa untuk terlibat percakapan dalam kelas.

Dengan demikian model pembelajaran kooperatif Numbered Head

Together (NHT) layak menjadi acuan pengembangan pembelajaran matematika di

SMP Negeri 36 Medan sebagai upaya untuk meningkatkan keterlibatan siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

a. Sebagian besar siswa SMPN 36 Medan tidak berpartisipasi aktif dalam

diskusi kelompok yang diselenggarakan guru.

b. Sebagian besar siswa SMPN 36 Medan tidak memperhatikan penjelasan guru

(18)

5

c. Model kooperatif yang selama ini digunakan guru hanya berorientasi pada

hasil belajar siswa SMPN 36 Medan dan kurang memperhatikan proses

pembelajaran.

d. Hasil belajar matematika siswa SMPN 36 Medan masih berada dalam

kategori rendah.

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini memusatkan perhatian pada upaya peningkatan keterlibatan

siswa dalam proses pembelajaran dari aspek keterlibatan perilaku. Selain itu, hasil

belajar siswa yang diukur adalah hasil belajar dalam ranah kognitif.

1.4 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah model kooperatif Numbered Head Together (NHT) dapat

meningkatkan keterlibatan siswa pada topik operasi hitung bentuk aljabar di

kelas VIII-3 SMP Negeri 36 Medan?

b. Bagaimanakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 36

Medan pada topik operasi hitung bentuk aljabar melalui pembelajaran model

kooperatif Numbered Head Together (NHT)?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui apakah model kooperatif Numbered Head Together (NHT) dapat

meningkatkan keterlibatan siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 36 Medan.

b. Mengetahu bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas VIII-3 SMP

Negeri 36 Medan pada topik operasi hitung bentuk aljabar melalui

pembelajaran model kooperatif Numbered Head Together (NHT).

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Guru, dalam melatih kemampuan melaksanakan penelitian tindakan, dan

meningkatkan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses

(19)

6

b. Siswa, dalam upaya menumbuh-kembangkan kemampuan-kemampuan

matematis dan aktivitasnya dalam pembelajaran yang pada akhirnya

meningkatkan kemampuan dalam memahami matematika sebagai bekal

keterampilan hidup di masyarakat.

c. Sekolah, dalambentuk rekomendasi tentang tindakan-tindakan inovatif

pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas

(20)

62 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Model kooperatif Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan

keterlibatan siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 36 Medan.

2. Model kooperatif tipe NHT memberikan dampak pada peningkatan hasil

belajar matematika siswa untuk materi Operasi Aljabar.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepada guru matematika khususnya guru bidang studi matematika SMP

Negeri 36 Medan dapat menerapkan model model pembelajaran koopertaif

tipe NHT sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa.

2. Kepada siswa SMP Negeri 36 Medan disarankan lebih berani dan aktif saat

mengikuti proses pembelajaran dan bersedia membantu teman lainnya untuk

belajar dan juga bersedia melakukan kerja sama dalam kelompok.

3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian tindakan kelas ini

disarankan untuk mengembangkan penelitian ini dengan lebih baik sehingga

kedepanya diharapkan hasil yang lebih baik lagi.

4. kelemahan dari model pembelajaran NHT adalah bahwa model ini tidak

terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu

(21)

63

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. (2010). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta : Rineka Cipta.

Anderman, E. M.(2002). School Effects On Psychological Outcomes During Adolescence. Journal Of Educational Psychology, 94, 795-809.

Arikunto, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Astrawan .B. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi Bangun ruang sisi lengkung Kelas VIII SMP 3 Malang .jurnal Jurusan Pendidikan Matematika. Volume: 4 No.1 Tahun 2015.

Brahier, D. J.(2000). Teaching Secondary And Middle School Mathematics. Needham Heights, Massachusetts: Allyn & Bacon.

Chapman, E. (2003). Alternative Approaches To Assessing Student Engagement Rates. Practical Assessment Research & Evaluation, 8(13).

Connell, J. P. (1994). Educational Risk And Resilience In African-American Youth: Context, Self, Action, And Outcomes In School. Child Development, 65(2), 493-506.

Dimyati, M. (2013). Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Pt Rineka Cipta.

Djaali & Pudji, M. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Pt Grasindo.

Finn, J. D., & Voelkl, K. E. (1993). School Characteristics Related To Student Engagement. Journal Of Negro Education, 62(3), 249-268.

Fredricks, J. A., Blumenfeld, P. C., & Paris, A. H. (2004). School Engagement: Potential Of The Concept, State Of The Evidence. Review Of Educational Research, 74(1), 59-109.

Gamoran, A., & Nystrand, M. (1992). Taking Students Seriously. In F. M. Newmann (Ed.), Student Engagement And Achievement In American Secondary Schools (Pp.11-61). New York: Teachers College Press.

(22)

64

Gustawiarna. ( 2012). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas VII 3 SMPN 2 Kota Solok. Jurnal pendidikan matematika, Vol. IV. No. 1.

Hamalik, O. (2010). Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi Akasara

Istarani. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada.

Jimerson, S. R., Campos, E., & Greif, J. L. (2003). Toward An Understanding Of Definitions And Measures Of School Engagement And Related Terms. The California School Psychologist, 8, 7-27.

Jufri, W. 2013. Belajar Dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta

Ladd, G. W. (1990). Having Friends, Keeping Friends, Making Friends, And Being Liked By Peers In The Classroom: Predictors Of Children's Early School Adjustment? Child Development, 61(4), 1081-1100.

La Suha Is Habu, (2013), The Improve Learning Results and Creativity Student to Lesson Operation Count Numbers Through Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT) in Class IV SD District 6 3 Ambon-Indonesia, Journal Mathematical Theory and Moddeling ISSN: 2224-5804 Vol.3.No 5.

Mardianto. (2014). Psikologi Pendidikan, Medan : Perdana Publishing.

Maman, M. (2015) The Improve Learning Results And Engagement Student To Fraction Cooperative Numbered Heands Together (NHT) In Class VIII SMPN 2 Maros. International Journal Of Evaluation And Research In Education (IJERE). Vol.5, No.2 : 174 – 180.

Mukhtar, Mulyono, Firdaus, M. (2014). Pengembangan Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas. Laporan Hasil Penelitian. Unimed: Tidak Dipublikasi.

Nardi, E., & Steward, S. (2003). Is Mathematics T.I.R.E.D.? A Profile Of Quiet Disaffection In The Secondary Mathematics Classroom. British Educational Reasearch Journal, 29, 345-367.

(23)

65

2014/2015. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol.3, No.8, Hal 894-903.

Pintrich, P. R., & De Groot, E. (1990). Motivated And Self-Regulated Learning Components Of Academic Performance. Journal Of Educational Psychology. 82, 33-40.

Purwanto, M. N. (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rubiyanto, R. Dan Marsudi, S. (2008). Penelitian Tindakan Kelas Dan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: Fkip Ums.

Rusman. (2012). Model- Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Raja grafindo persada. Jakarta.

Sadirman A. M. (2011). Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada.

Schlechty, P. C. (2001). Shaking Up The School House: How To Support And Sustain Educational Innovation. San Francisco: Jossey-Bass.

Slameto (2010). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta.

Suprijono, A. (2010). Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Surabaya: Pustaka Belajar.

Sumantri. (2013). Upaya Meningkatkan Keterlibatan Siswa Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together ( NHT) Pada Materi sistem persamaan liniar dua variabel (SPLDV) Di Kelas VIII SMP Yapendak PTPN IV Tinjowan. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.3, No.1 Tahun 2013.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Surabaya : Kencana Prenada Media Group.

Ula, S. S. (2013). Revolusi Belajar Optimalisasi Belajar Melalui Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Majemuk. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

(24)

66

Winkel, W. S. (1996) Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo.

Referensi

Dokumen terkait

Membuktikan korelasi kadar Transforming Growth Factor Beta (TGF- β) dengan kualitas hidup penderita rinosinusitis kronik pada domain telinga dan wajah dengan

Menggunakan Leaflet dan Metode Ceramah Terhadap Sikap Remaja Tentang Pernikahan Dini Ditinjau Dari Jenis Kelamin Di Desa Sumberjo Jombang. Komisi Pembimbing I:

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN DIREKTORAT JENDERA:. GURU DAN

mengelompok dan tersebar berdasarkan letak dan luas kepemilikan lahan, serta keragaman pola wanatani pada berbagai topografi lahan; (3) Pengelolaan hutan rakyat

Wonorejo,kec Gondangrejo, Karanganyar, Solo khusus nya pada pengaruh Human Error dalam K3 untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja karyawan bagian

PKK DAS Citarum 2 2  Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa lingkungan DAS namun pihak ini bukan merupakan prioritas dari tujuan mekanisme =>skor 2?.

pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,