• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kapasitas Mesin Dan Tahun Pembuatan Serta Perawatan Kendaraan Bermotor Dengan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Di Kota Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kapasitas Mesin Dan Tahun Pembuatan Serta Perawatan Kendaraan Bermotor Dengan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Di Kota Medan Tahun 2012"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran

KUESIONER

Hubungan Kapasitas Mesin dan Tahun Pembuatan serta Perawatan Kendaraan Bermotor dengan Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

No. Responden : Tanggal Wawancara : Lokasi Titik uji :

I. Karakteristik Kendaraan

a. Plat Kendaraan : b. Jenis Kendaraan :

c. Bahan Bakar :

d. Kapasitas Mesin : cc e. Tahun Kendaraan :

II. Perawatan Kendaraan

1. Apakah Bapak selalu mengganti oli kendaraan Bapak setiap 5000 km?

1. Ya 2. Tidak

2. Sewaktu penggantian Oli apakah Bapak mengganti saringan minyak pelumas pada kendaraan Bapak?

1. Ya 2. Tidak

3. Apakah Bapak membersihkan filter udara pada kendaraan Bapak?

1. Ya 2. Tidak

4. Apakah Bapak menggunakan peningkat kualitas bahan bakar?

1. Ya 2. Tidak

5. Sewaktu melakukan servis kendaraan, Apakah Bapak melakukan pembersihan pada filter bahan bakar?

1. Ya 2. Tidak

6. Apakah Bapak Melakukan Tune-Up secara berkala sesuai dengan buku pedoman servis?

(2)

Hasil Uji Emisi

Kendaraan Berbahan Bakar Bensin

No Kategori Tahun pembuan

Parameter CO (%) HC (ppm)

1. Ambang batas Emisi

< 2007 4,5 1200

≥ 2007 1,5 200

Hasil Uji

Kendaraan Berbahan Bakar Solar

Parameter Opasitas (%)

Ambang Batas Emisi 70 Hasil Uji

Ambang batas yang digunakan berdasrkan Kepmen LH No.05 Tahun 2006 Hasil Uji Emisi

(3)

Frequency Table

Jenis Kendaraan yang Diuji emisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Mobil Barang 4 5.6 5.6 5.6

Mobil Penumpang 67 94.4 94.4 100.0

Total 71 100.0 100.0

tahun kendaraan yang diuji emisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2000 6 8.5 8.5 8.5

2001 7 9.9 9.9 18.3

2002 8 11.3 11.3 29.6

2003 6 8.5 8.5 38.0

2004 5 7.0 7.0 45.1

2005 6 8.5 8.5 53.5

2006 2 2.8 2.8 56.3

2008 4 5.6 5.6 62.0

2009 8 11.3 11.3 73.2

2010 5 7.0 7.0 80.3

2011 8 11.3 11.3 91.5

2012 6 8.5 8.5 100.0

(4)

bahan bakar kendaraan yang diuji emisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BENSIN 37 52.1 52.1 52.1

SOLAR 34 47.9 47.9 100.0

Total 71 100.0 100.0

Perawatan Kendaraan dengan mengganti oli setiap 5000 km

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 30 42.3 42.3 42.3

Ya 41 57.7 57.7 100.0

Total 71 100.0 100.0

Perawatan Kendaraan dengan mengganti sarngan minyak pelumas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 33 46.5 46.5 46.5

Ya 38 53.5 53.5 100.0

(5)

Perawatan Kendaraan dengan rutin membersihkan filter udara

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 36 50.7 50.7 50.7

Ya 35 49.3 49.3 100.0

Total 71 100.0 100.0

Perawatan Kendaraan dengan menggunakan peningkat kualitas bahan bakar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 57 80.3 80.3 80.3

Ya 14 19.7 19.7 100.0

Total 71 100.0 100.0

Perawatan Kendaraan dengan membersihkan filter bahan bakar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 30 42.3 42.3 42.3

Ya 41 57.7 57.7 100.0

Total 71 100.0 100.0

Perawatan Kendaraan dengan melakukan Tune-Up secara Berkala

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 36 50.7 50.7 50.7

Ya 35 49.3 49.3 100.0

(6)

Jenis Kendaraan yang Diuji emisi * Hasil Pengukuran Uji Emisi

Crosstab

Hasil Pengukuran Uji Emisi

Total LULUS TIDAK LULUS

Jenis Kendaraan yang Diuji emisi

Mobil Penumpang Count 47 20 67

% within Jenis Kendaraan yang Diuji emisi

70.1% 29.9% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

94.0% 95.2% 94.4%

% of Total 66.2% 28.2% 94.4%

Mobil Barang Count 3 1 4

% within Jenis Kendaraan yang Diuji emisi

75.0% 25.0% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

6.0% 4.8% 5.6%

% of Total 4.2% 1.4% 5.6%

Total Count 50 21 71

% within Jenis Kendaraan yang Diuji emisi

70.4% 29.6% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

100.0% 100.0% 100.0%

(7)

Tahun Kendaraan yang Diuji Emisi * Hasil Pengukuran Uji Emisi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .043a 1 .836

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .044 1 .834

Fisher's Exact Test 1.000 .661

Linear-by-Linear Association .042 1 .838

N of Valid Cases 71

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,18. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

Hasil Pengukuran Uji Emisi

Total LULUS TIDAK LULUS

Tahun Kendaraan yang Diuji Emisi

2000-2006 Count 23 17 40

% within Tahun Kendaraan yang Diuji Emisi

57.5% 42.5% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

46.0% 81.0% 56.3%

% of Total 32.4% 23.9% 56.3%

2007-2012 Count 27 4 31

% within Tahun Kendaraan yang Diuji Emisi

87.1% 12.9% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

54.0% 19.0% 43.7%

% of Total 38.0% 5.6% 43.7%

Total Count 50 21 71

% within Tahun Kendaraan yang Diuji Emisi

70.4% 29.6% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

100.0% 100.0% 100.0%

(8)

Kapasitas Mesin Kendaraan yang diuji emisi Hasil Pengukuran Uji Emisi

Crosstab

Hasil Pengukuran Uji Emisi

Total LULUS TIDAK LULUS

Kapasitas Mesin Kendaraan yang diuji emisi

<=1500 Count 30 14 44

% within Kapasitas Mesin Kendaraan yang diuji emisi

68.2% 31.8% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

60.0% 66.7% 62.0%

% of Total 42.3% 19.7% 62.0%

> 1500 Count 20 7 27

% within Kapasitas Mesin Kendaraan yang diuji emisi

74.1% 25.9% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

40.0% 33.3% 38.0%

% of Total 28.2% 9.9% 38.0%

Total Count 50 21 71

% within Kapasitas Mesin Kendaraan yang diuji emisi

70.4% 29.6% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 70.4% 29.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.345a 1 .007 Continuity Correctionb 5.993 1 .014 Likelihood Ratio 7.838 1 .005

Fisher's Exact Test .009 .006

Linear-by-Linear Association

7.241 1 .007

N of Valid Cases 71

(9)

Perawatan Kendaraan * Hasil Pengukuran Uji Emisi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .279a 1 .597

Continuity Correctionb .068 1 .795

Likelihood Ratio .282 1 .595

Fisher's Exact Test .789 .401

Linear-by-Linear Association .275 1 .600

N of Valid Cases 71

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,99. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

Hasil Pengukuran Uji Emisi

Total LULUS TIDAK LULUS

Perawatan Kendaraan Baik Count 28 0 28

% within Perawatan Kendaraan 100.0% .0% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

56.0% .0% 39.4%

% of Total 39.4% .0% 39.4%

Buruk Count 22 21 43

% within Perawatan Kendaraan 51.2% 48.8% 100.0%

% within Hasil Pengukuran Uji Emisi

44.0% 100.0% 60.6%

% of Total 31.0% 29.6% 60.6%

Total Count 50 21 71

% within Perawatan Kendaraan 70.4% 29.6% 100.0% % within Hasil Pengukuran Uji

Emisi

100.0% 100.0% 100.0%

(10)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 19.418a 1 .000

Continuity Correctionb 17.144 1 .000

Likelihood Ratio 26.641 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 19.144 1 .000

N of Valid Cases 71

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,28.

(11)

HUBUNGAN KAPASITAS MESIN DAN TAHUN PEMBUATAN SERTA

PERAWATAN KENDARAAN DENGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA MEDAN

NO PLAT Merk Jenis Tahun thnk CC CCK BB CO HC HSU Hasil HasilK PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 Pk6 Skor Kat 1 BK 1746 GI TOYOTA KIJANG Mobil Penumpang 2009 1 1500 1 BENSIN 0 0.8 LULUS 1 2 2 2 0 2 0 8 1

2 BK 74 E TOYOTA FORTUNER Mobil Penumpang 2008 2 2500 2 BENSIN 1 1 LULUS 1 0 2 2 2 0 2 8 1

3 BK 1681 EH DAIHATSU GRAND MAX Mobil Penumpang 2008 2 1496 1 BENSIN 0.01 0 LULUS 1 2 2 0 0 2 2 8 1

4 BK 741 JA TOYOTA INNOVA Mobil Penumpang 2005 1 2000 2 BENSIN 0 0 LULUS 1 2 2 0 0 0 0 4 2

5 BK 4317 QH TOYOTA YARIS Mobil Penumpang 2011 2 1497 1 BENSIN 0 0 LULUS 1 2 0 2 0 2 2 8 1

6

BK 1467

EFX TOYOTA AVANZA Mobil Penumpang 2012 2 1498 1 BENSIN 0.01 0 LULUS 1 2 0 0 2 2 2 8 1

7 B 1443 WFH DAIHATSU XENIA Mobil Penumpang 2010 2 1298 1 BENSIN 0 1 LULUS 1 0 2 2 0 2 2 8 1

8 BK 1246 JH DAIHATSU XENIA Mobil Penumpang 2009 2 1298 1 BENSIN 0 10 LULUS 1 2 0 0 2 0 0 4 2

9 BK 1282 PI HONDA JAZZ Mobil Penumpang 2011 2 1497 1 BENSIN 0.03 0 LULUS 1 2 0 2 0 0 0 4 2

10 BK 9 U FORD FIESTA Mobil Penumpang 2011 2 1388 1 BENSIN 0.02 0 LULUS 1 2 0 0 2 2 2 8 1

11 BK 1965 KP HONDA JAZZ Mobil Penumpang 2004 1 1497 1 BENSIN 145 1.22 TL 2 2 0 0 0 0 0 2 2

12 BK 1883 ZA SUZUKI KARIMUN Mobil Penumpang 2003 1 998 1 BENSIN 10 2381 TL 2 2 0 0 0 0 0 2 2

13 BK 1458 LX TOYOTA KIJANG Mobil Penumpang 2000 1 1500 1 BENSIN 5 309 TL 2 0 2 2 0 0 0 4 2

14 BK 1338 HF CHEVROLET SPARK Mobil Penumpang 2004 1 1206 1 BENSIN 28.5 185 TL 2 0 2 0 0 0 0 2 2

15 BK 1771 BA TOYOTA INNOVA Mobil Penumpang 2006 1 2000 2 BENSIN 0.18 0 LULUS 1 2 2 2 0 2 0 8 1

16 BK 1266 CA HYUNDAI ATOZ Mobil Penumpang 2000 1 1396 1 BENSIN 9.2 150 TL 2 0 0 0 0 2 0 2 2

17 BK 1326 GE SUZUKI KARIMUN Mobil Penumpang 2002 1 998 1 BENSIN 9.2 126 TL 2 0 2 0 0 0 0 2 2

18 BK 1271 JM TOYOTA INNOVA Mobil Penumpang 2010 2 2000 2 BENSIN 0.01 0 LULUS 1 2 2 0 2 2 0 8 1

19 BK 1857 CU SUZUKI BALENO Mobil Penumpang 2001 1 1500 1 BENSIN 179 28 TL 2 2 0 0 0 0 0 2 2

20 BK 1276 JT TOYOTA INNOVA Mobil Penumpang 2010 2 2000 2 BENSIN 0.03 0 LULUS 1 2 0 2 2 0 2 8 1

21 BK 1971 QK TOYOTA INNOVA Mobil Penumpang 2011 2 2000 2 BENSIN 0.01 0 LULUS 1 2 2 2 0 0 0 6 2

22 BK 1525 JT TOYOTA AVANZA Mobil Penumpang 2009 2 1498 1 BENSIN 0.18 0 LULUS 1 2 2 2 0 0 2 8 1

23

BK 10748

ZD TOYOTA AVANZA Mobil Penumpang 2012 2 1498 1 BENSIN 0.71 0 LULUS 1 2 2 2 0 2 0 8 1

(12)

26 BK 1020 GU TOYOTA AVANZA Mobil Penumpang 2005 1 1498 1 BENSIN 0.15 0 LULUS 1 0 2 2 0 0 0 4 2

27 BK 1648 PI TOYOTA AVANZA Mobil Penumpang 2012 2 1498 1 BENSIN 0.01 0 LULUS 1 0 2 2 0 2 2 8 1

28 BK 1813 QH TOYOTA INNOVA Mobil Penumpang 2012 2 2000 2 BENSIN 0.01 0 LULUS 1 2 0 2 0 2 2 8 1

29 BK 1000 RZ SUZUKI AEREO Mobil Penumpang 2009 2 1500 1 BENSIN 1.92 167 TL 2 0 0 0 2 2 0 4 2

30 BK 1270 ZW TOYOTA RUSH Mobil Penumpang 2009 2 1496 1 BENSIN 0 0 LULUS 1 2 2 0 0 0 0 4 2

31 B 8773 PO SUZUKI CARRY Mobil Penumpang 2001 1 1500 1 BENSIN 9.64 1485 TL 2 2 0 0 0 0 0 2 2

32 BK 1342 JO DAIHATSU XENIA Mobil Penumpang 2009 2 1298 1 BENSIN 0.02 14 LULUS 1 2 0 2 2 0 2 8 1

33 BK 1908 KT TOYOTA AVANZA Mobil Penumpang 2011 1 1498 1 BENSIN 0 0 LULUS 1 0 2 2 2 0 2 8 1

34 BK 1342 JO DAIHATSU XENIA Mobil Penumpang 2009 2 1298 1 BENSIN 0.22 40 LULUS 1 0 0 2 0 2 2 6 2

35 BK 38 V HONDA CRV Mobil Penumpang 2012 2 2000 2 BENSIN 0.01 0 LULUS 1 2 2 0 0 2 2 8 1

36 BK 1883 ZA SUZUKI KARIMUN Mobil Penumpang 2003 1 1000 1 BENSIN 10 381 TL 2 2 0 0 0 0 0 2 2

37 BK 1127 JN DAIHATSU XENIA Mobil Penumpang 2008 2 1298 1 BENSIN 1.32 110 TL 2 2 0 0 0 2 0 4 2

38 BK 9863 DF Isuzu Panther Mobil Penumpang 2001 1 2500 2 SOLAR 65 LULUS 1 0 2 2 0 0 0 4 2

39

BK 1378

UKT Isuzu Panther Mobil Penumpang 2011 2 2500 2 SOLAR 77 TL 2 0 2 0 0 2 0 4 2

40 BK 1919 SG Mitsubishi Mobil Penumpang 2010 2 1468 1 SOLAR 47 LULUS 1 0 2 2 0 2 2 8 1

41 BK 1531 GL Isuzu Panther Mobil Penumpang 2004 1 2500 2 SOLAR 24 LULUS 1 2 2 2 0 2 2 10 1

42 BK 1988 GF Isuzu Panther Mobil Penumpang 2003 1 2500 2 SOLAR 53 LULUS 1 0 2 2 0 2 2 8 1

43 BK 1537 FN Toyota Kijang Mobil Penumpang 2000 1 1500 1 SOLAR 38 LULUS 1 0 2 2 0 2 0 6 2

44 B 2741 WX Isuzu Panther Mobil Penumpang 2002 1 2500 2 SOLAR 15 LULUS 1 2 2 2 0 0 0 6 2

45 BK 632 JK Toyota Fortuner Mobil Penumpang 2011 2 1500 1 SOLAR 96 TL 2 0 0 0 0 2 0 2 2

46 BK 126 YL Isuzu Panther Mobil Penumpang 2002 1 2500 2 SOLAR 70 TL 2 0 0 0 0 2 0 2 2

47 BK 1071 KT Isuzu Panther Mobil Penumpang 2011 2 2500 2 SOLAR 25 LULUS 1 2 0 2 0 0 0 4 2

48 B 2331 NR Daihatsu Taft Mobil Penumpang 2008 2 2765 2 SOLAR 69 LULUS 1 2 0 2 0 2 0 6 2

49 BK 180 HJ Isuzu Panther Mobil Penumpang 2005 1 2500 2 SOLAR 98 TL 2 0 0 0 0 2 0 2 2

50 BK 1482 HG Isuzu Panther Mobil Penumpang 2006 1 2500 2 SOLAR 87 TL 2 0 0 0 0 2 0 2 2

51 BK 1184 RH Isuzu Panther Mobil Penumpang 2005 1 2500 2 SOLAR 20 TL 2 2 0 0 0 2 0 4 2

52

BK 1178

KW Toyota Kijang Mobil Penumpang 2002 1 1500 1 SOLAR 9.4 LULUS 1 2 0 0 0 2 0 4 2

(13)

55 BK 1626 GL Toyota Kijang Mobil Penumpang 2004 1 1500 1 SOLAR 62 LULUS 1 0 0 2 0 2 0 4 2

56 BK 578 WW Toyota Kijang Mobil Penumpang 2004 1 1500 1 SOLAR 62 LULUS 1 0 2 2 0 2 0 6 2

57 BK 531 HS Toyota Kijang Mobil Penumpang 2001 1 1500 1 SOLAR 24 LULUS 1 0 2 2 0 0 0 4 2

58 BK 1676 PT Toyota Kijang Mobil Penumpang 2001 1 1500 1 SOLAR 33 LULUS 1 2 2 0 0 2 2 8 1

59 BK 1235 HQ Isuzu Panther Mobil Penumpang 2001 1 2500 2 SOLAR 70 LULUS 1 2 2 0 0 0 0 4 2

60 BK 9074 CO Isuzu Panther Mobil Barang 2000 1 2500 2 SOLAR 90 TL 2 0 0 0 0 2 0 2 2

61 BK 1811 HI Toyota Kijang Mobil Penumpang 2003 1 1500 1 SOLAR 44 LULUS 1 2 0 0 2 2 0 6 2

62 BK 8033 BN Toyota Kijang Mobil Penumpang 2002 1 1500 1 SOLAR 40 LULUS 1 2 0 2 0 2 2 8 1

63 B 332 MS Nissan Terrano Mobil Penumpang 2002 1 2400 2 SOLAR 49 LULUS 1 0 2 2 0 2 0 6 2

64 BK 1024 LH Isuzu Panther Mobil Penumpang 2003 1 2500 2 SOLAR 48 LULUS 1 2 0 2 0 2 0 6 2

65

BK 1986

MM Toyota Kijang Mobil Penumpang 2003 1 1500 1 SOLAR 8.6 LULUS 1 2 2 0 2 0 0 6 2

66 BK 1356 XI Toyota Kijang Mobil Penumpang 2000 1 1500 1 SOLAR 14 LULUS 1 2 2 0 2 0 2 8 1

67 BK 1072 H Daihatsu Taft Mobil Penumpang 2000 1 2765 2 SOLAR 76 TL 2 0 0 0 0 0 0 0 2

68 BK 9680 EB Mitsubishi L300 Mobil Barang 2005 1 2500 2 SOLAR 12 LULUS 1 2 2 0 0 2 2 8 1

69 BK 83 GU Toyota Kijang Mobil Penumpang 2002 1 1500 1 SOLAR 86 TL 2 0 0 0 2 0 0 2 2

70 BK 9841 EA Mitsubitshi L300 Mobil Barang 2005 1 2500 2 SOLAR 28 LULUS 1 2 2 0 0 2 2 8 1

(14)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006

TENTANG

AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

(15)

Tim Penyusun:

1. Ir. Edy Purwanto M. Bakri, MAS 2. Endang Nooryastuti, ST

3. M. Didin Khaerudin, SH 4. Drs. Ade Palguna Ruteka 5. Himsar Sirait, SH

6. Dian Sugiarti, SE

Tim Editor :

1. Ridwan D. Tamin, M.S

(16)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa maka atas perkenan-Nya telah ditetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama Nomor 05 tanggal 1 Agustus 2006.

Peraturan Menteri ini ditetapkan sebagai pengganti dari Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Peraturan Menteri ini diharapkan dapat menjawab perkembangan keadaan di lapangan dalam upaya mengendalikan pencemaran udara dari kendaraan bermotor yang saat ini terus meningkat terutama yang dirasakan di kota-kota besar di Indonesia.

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan uji emisi berkala kendaraan bermotor di daerahnya masing-masing dan sebagai acuan dalam mengembangkan standar emisi idle maupun akselerasi bebas (free acceleration) di masa mendatang.

(17)

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006

TENTANG

AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : a. bahwa pencemaran udara dari emisi gas buang

kendaraan bermotor semakin meningkat, sehingga perlu upaya pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor;

b.bahwa Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-35/MENLH/10/1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama tidak sesuai lagi dengan perkembangan sehingga perlu diperbaharui;

Mengingat : 1.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480);

2.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 3.Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

(18)

4.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530);

5.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853);

6.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

7.Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor lama;

2. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu;

3. Kendaraan Bermotor Lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi, dirakit atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia;

4. Uji emisi kendaraan bermotor lama adalah uji emisi gas buang yang wajib dilakukan untuk kendaraan bermotor lama secara berkala; 5. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

pengelolaan lingkungan hidup;

6. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi;

(19)

Pasal 2

Ruang lingkup peraturan ini meliputi ambang batas emisi gas buang, metode uji, prosedur pengujian, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penaatan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama.

Pasal 3

(1) Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama sebagaimana

tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(2) Metode uji kandungan CO dan HC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diukur pada kondisi tanpa beban (idle) sedangkan kandungan asap diukur pada kondisi percepatan bebas (free accelaration). (3) Prosedur pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mengacu

pada Lampiran II Peraturan Menteri ini yang meliputi:

a. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori M, N dan O (roda empat atau lebih) berpenggerak cetus api pada kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.1-2005.

b. Cara uji kadar opasitas asap untuk kendaraan bermotor kategori M, N dan O (roda empat atau lebih) berpenggerak penyalaan kompresi pada kondisi akselerasi bebas menggunakan SNI 19-7118.2-2005.

c. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori L (sepeda motor)pada kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.3-2005.

(4) Format pelaporan pelaksanaan uji emisi sebagaimana dimaksud pada ayat(3) huruf a, huruf b, dan huruf c tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

(5) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) serta perubahan-perubahannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Ini.

Pasal 4

(1) Setiap kendaraan bermotor lama wajib memenuhi ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

(2) Setiap kendaraan bermotor lama wajib melakukan uji emisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5

(20)

Pasal 6

(1) Bupati/Walikota melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor lama yang terdaftar di daerahnya.

(2) Bupati/Walikota dapat bekerjasama dengan Bupati/Walikota lain dalam melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Bupati/Walikota melakukan evaluasi pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyampaikan laporan pelaksanaan uji emisi kepada Gubernur minimal 6 (enam) bulan sekali.

(4) Bupati/Walikota mengumumkan hasil uji emisi minimal 1 (satu) tahun sekali kepada masyarakat melalui media cetak maupun elektronik.

Pasal 7

(1) Gubernur mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan uji emisi di daerahnya.

(2) Gubernur melaksanakan evaluasi kegiatan uji emisi minimal 1 (satu) tahun sekali dan mengumumkan hasil uji emisi berkala kepada masyarakat melalui media cetak maupun elektronik.

(3) Gubernur melaporkan hasil uji emisi yang dilaksanakan oleh Bupati/Walikota di wilayahnya kepada Menteri sekurang-kurangnya 1(satu) tahun sekali.

Pasal 8

(1) Gubernur dapat menetapkan ambang batas emisi gas buang kendaraanbermotor lama di daerahnya sama atau lebih ketat dari ambang batas kendaraan bermotor lama sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(2) Gubernur dapat menetapkan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama di daerahnya dengan tidak menambah maupun mengurangi parameter yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.

(3) Dalam hal Gubernur belum menetapkan ambang batas emisi gas buang

kendaraan bermotor lama di daerahnya maka berlaku ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama dalam Peraturan Menteri ini.

Pasal 9

Dalam rangka penaatan ambang batas emisi gas buang kendaran bermotor lama, Menteri berwenang:

a. mengevaluasi pelaksanaan penaatan ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama;

b. melakukan uji petik emisi (spot check) dalam rangka pengumpulan data;

(21)

Pasal 10

Pembiayaan atas pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor lama di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pasal 11

Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama dievaluasi sekurangkurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 12

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini maka Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-35/MENLH/10/1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 13

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 1 Agustus 2006

Menteri Negara Lingkungan Hidup,

Ttd

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

Lampiran 8

Gambar 1. Peneliti mewawancarai responden yang menggunakan kendaraan jenis Mobil Barang

(27)

Gambar 3. Peneliti mewawancarai responden yang menggunakan jenis kendaraan Mobil Penumpang

(28)

Gambar 5. Pengukuran emisi kendaraan

(29)

Gambar 7. Hasil pengukuran emisi kendaraan mesin bensin dengan menggunakan gas analyzer

Gambar 8. Hasil pengukuran emisi kendaraan mesin diesel (solar) dengan menggunakan

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Proses Kerja Mesin Diesel. http://www.Indoskripsi.com. Diakses tanggal 2 September 2012.

Abubakar, I, 2005. Kerusakan Lingkungan yang Diakibatkan Oleh Sumber transportasi.www.infogigig.com. diakses tanggal 10 September 2012. Arismunandar, 1994. Motor Bakar Torak. Gramedi. Jakarta

Bachtiar, S.V, 2004. Kajian Hubungan antara Variasi Kecepata Kendaraan dengan Emisi yang Dikeluarkan pada Kendaraan Bermotor Roda Empat. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND, Padang.

Catrawedarma, 2008. Hubungan Pencemaran Lingkungan dalam Kajian Emisi Gas Buang dan Kebisangan dengan Konsep Tri Hita Karana. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik UNHI.

Chandra, B, 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Depkes, 2005. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Departemen Kesehatan RI Ditjen PPM & PL. Jakarta

Fardiaz, S, 1992. Polusi Air dan Udara.Kanisius.Cetakan ke-9. Yogyakarta. Girsang, N.P, 2012. Perilaku Mahasiswa Dalam Hal Emisi Karbon yang

Dihasilkan dari Kendaraan Bermotor di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Skripsi FKM USU.

GTZ, 2007. Transportasi dan Perubahan Iklim. Eschborn.

Mukono, H.J, 2010. Toksikologi Lingkungan-Cetakan 2. Airlangga University Press. Surabaya.

Morlok, K, 1991. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Erlangga, Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakata. Nugroho, S, 2004. Potret Kondisi Emisi Gas Buang Kendaraan di Jakarta.

Pusat Penelitian SDM dan Lingkungan UI. Jakarta.

(31)

Otok, B.W, 2007. Faktor-Faktor Gas Buang Kendaraan Berbahan Bakar Solar Menggunakan Multivariate Adaptive Regressio Spline. Jurnal Statistik Vol 8 Nomor 1, ITS. Surabaya.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup, 2006 nomor 5 tahun Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Jakarta

Rimantho, D, 2007. Pengelolaan Resiko Pencemaran Udara Dari Kendaraan bermotor di Jln. MH. Thamrin DKI Jakarta, Thesis Teknik Lingkungan ITS, Surabaya.

Sadat, 2003. Udara Bersih Hak Kita Bersama, Yayasan Pelangi, Jakarta.

Sitorus, E, 2007. Pengetahuan Sikap dan Tindakan Supir Angkutan Kota pada Trayek Medan Bus Martubung – Amplas Tentang Pencemaran Udara Kota Medan. Skripsi FKM USU, Medan.

Soemirat, S.J. 2009. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. PT Grasindo, Jakarta.

Surajudin, 2011. Emisi Karbon: Penyebab Utama Perubahan Iklim. http://green.kompasiana.com/iklim/2011/01/24/emisi-karbon-penyebab-utama-perubahan-iklim/. diakses pada tanggal 17 September 2012.

Syahril, et. al, 2002. Study on Air Quality in Future Trends. Health Impacts, Economic Value and Policy Options, A Technical Report submitted to The Asian Development Bank, Jakarta.

Tanan, B, 2011. Strategi Penaggulangan Pencemaran Udara dari sektor Transportasi. Adiwidia edisi Juni 2011.

Tugaswati, T. 2008. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. URL:http://www.kpbb.org. Diakses tanggal 4 September 2012

UU, 2009. No. 4 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru. Jakarta.

Wardhana, W, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan ( Edisi Revisi ) Andi Offset, Yogyakarta.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian survei yang bersifat analitik, yaitu untuk mengetahui hubungan antara jenis kendaraan, kapasitas mesin dan tahun pembuatan serta perawatan kendaraan bermotor dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Lokasi dipilih pada wilayah jalan padat lalu lintas yaitu :

1. Jalan Sisingamangaraja depan Taman Makam Pahlawan. 2. Jalan Gatot Subroto depan SPBU

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan September 2013.

3.3 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kendaraan bermotor roda empat yang melakukan pengujian emisi kendaraan bermotor pada pukul 9.30 WIB – 14.30 WIB .

(33)

3.4. Metoda Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran uji emisi kendaraan bermotor dan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun dan mengacu pada variabel yang diteliti.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan yaitu data yang diperoleh dari instansi Badan Lingkungan Hidup Kota Medan.

3.5 Aspek Pengukuran

Adapun variabel yang akan dilakukan pengkuran sebagai berikut :

1. Jenis Kendaraan adalah jenis kendaraan bermotor roda empat yang dilakukan uji emisi yang dikategorikan dalam skala ordinal yaitu :

1. Mobil Penumpang 2. Mobil Barang

3. Kapasitas mesin adalah kapasitas mesin/ volume silinder kendaraan bermotor roda empat responden yang dikategorikan dalam skala ordinal yaitu :

1. ≤ 1500 cc 2. > 1500 cc

2. Tahun pembuatan adalah tahun pembuatan kendaraan bermotor roda empat responden yang diktegorikan dalam skala ordinal yaitu :

1. 2000 - 2006 2. 2007 – 2012

(34)

jawaban “ ya” diberi skor 2 dan “ tidak” diberi skor 0. Berdasarkan sala

Likert (Sugiono, 2007) tindakan rsponden dikategorikan dengan menggunakan skala ordinal, yaitu :

1. Baik, jika total skor yang diperoleh responden ≥ 65 % 2. Kurang Baik, jika skor yang diperoleh responden < 65%

4. Emisi gas buang kendaraan bermotor diukur dengan pengujian emisi gas buang kendaraan bermotor sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkunga Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal yang dibagi dalam 2 kategori, yaitu :

1. Lulus, jika hasil uji kendaraan bermotor dibawah nilai ambang batas emisi dengan parameter untuk kendaraan berpenggerak mesin bensin yaitu CO dan HC, dengan tahun pembuatan kendaraan dibawah 2007 yaitu CO (4,5%), dan HC (1200 ppm). Kendaraan dengan tahun pembuatan diatas atau sama dengan 2007 nilai CO ( 1,5%) dan HC ( 200 ppm). Kendaraan berpenggerak motor bakar penyalaan kompresi (diesel) dengan parameter Opasitas (70% HSU).

(35)

3.6 Defenisi Operasional

Adapun definisi operasional yang akan diteliti dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Jenis kendaraan bermotor roda empat adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin diesel maupun mesin bensin yang terdiri dari jenis mobil penumpang pribadi dan mobil barang yang dilakukan uji emisi.

2. Kapasitas mesin adalah volume dari semua piston di dalam silinder mesin pembakaran dalam. Biasanya dinyatakan dengan menggunakan satuan sentimeter kubik (cc), liter (l), atau inchi kubik (CID) dari kendaraan bermotor roda empat yang akan dilakukan uji emisi.

3. Tahun pembuatan kendaraan adalah tahun perakitan kendaraan bermotor roda empat yang akan dilakukan uji emisi yaitu mulai tahun 2000 - 2012. 4. Perawatan kendaraan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan

sistematis terhadap peralatan kendaraan bermotor roda empat hingga mencapai hasil/kondisi yang dapat diterima dan diinginkan untuk meminimalisir emisi gas buang kendaraan seperti mengganti oli secara berkala, memeriksa dan mengganti filter udara secara, pemeriksaan saluran bahan bakar, menggunakan cairan peningkat kualitas bahan bakar, melakukan Tune up.

(36)

digunakan untuk mengukur emisi kendaraan mesin diesel dengan parameter opasitas (% HSU) yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

2.7. Teknik Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk melihat gambaran karakteristik kendaraan bermotor roda empat yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan kapasitas mesin dan tahun pembuatan serta perawatan kendaraan bermotor roda empat dengan emisi kendaraan bermotor. Untuk mengetahui ada tidaknya kemaknaan dilakukan

uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Apabila dari uji

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sistem transportasi di Kota Medan sebagaian besar merupakan transportasi darat. Berbagai sektor kehidupan yang ada di kota Medan seperti perdagangan, industri, pariwisata dan sebagainya, mengakibatkan semakin rumitnya kegiatan transportasi. Hal ini seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan ekonomi.

Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Gatot Subroto berada di pinggiran kota yang merupakan jalur masuk/pintu utama sebagai penghubung antara Kota Medan dengan kabupaten/kota lainnya. Situasi arus lalu lintas cukup padat, baik menuju kota Medan maupun keluar kota Medan, mengakibatkan terjadnya masalah lau lintas seperti kemacetan.

Jenis kendaraan yang melewati Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Gatot Subroto terdiri dari kendaraan Roda Empat (Mobil penumpang, Minibus, Pick Up, Truk Kecil,), kendaraan lebih dari roda empat (Truk dan Bus), kendaraan roda tiga (becak) dan kendaraan roda dua ( sepeda motor).

4.2. Karakteristik Kendaraan Bermotor

4.2.1 Jenis Kendaraan yang Melakukan Uji Emisi

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik kendaraan bermotor yang meliputi jenis kendaraan, bahan bakar, kapasitas mesin, tahun pembuatan, perawatan kendaraan dan hasil uji emisi kendaraan.

(38)

Adapun distribusi frekuensi karakteristik kendaraan bermotor berdasarkan jenis kendaraan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini

Tabel 4.1 Distribusi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jenis Kendaraan pada Uji Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Hasil tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan berdasarkan jenis kendaraan pada uji emisi di Kota Medan Tahun 2012 terbanyak pada jenis kendaraan penumpang milik pribadi yaitu 67 kendaraan (94,4%), sebagian besar jenis kendaraan penumpang yaitu merk Toyota berjumlah 32 kendaraan (45,1%) dan kendaraan bermotor jenis mobil barang sebagian besar yaitu merk Mitsubitshi berjumlah 3 kendaraan (4,2%).

No Variabel Jumlah Persentase (%) 1. Jenis Kedaraan

Mobil Penumpang 67 94,4

Mobil Barang 4 5,6

Jumlah 71 100

2. Merk Kendaraan Mobil Penumpang

Toyota 32 45,1

Daihatsu 8 11,3

Suzuki 6 8,5

Isuzu 12 17,0

Honda 4 5,6

Mitsubitshi 1 1,4

Chevrolet 1 1,4

Nissan 1 1,4

Ford 1 1,4

Mobil Barang

Isuzu 1 1,4

Mitsubitshi 3 4,2

[image:38.595.122.502.175.461.2]
(39)

4.2.2 Jenis Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang Melakukan Uji Emisi

[image:39.595.110.513.228.301.2]

Adapun distribusi frekuensi jenis bahan bakar kendaraan bermotor pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini

Tabel 4.2 Distribusi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jenis Bahan Bakar Kendaraan pada Uji Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan bermotor menurut jenis bahan bakar yang diperoleh pada uji emisi kendaraan bermotor di Kota Medan Tahun 2012 yang terbanyak yaitu menggunakan bahan bakar bensin berjumlah 37 kendaraan (52,1%) dan selebihnya menggunakan bahan bakar solar yaitu 34 kendaraan (47,9%).

4.2.3 Kapasitas Mesin Kendaraan yang Melakukan Uji Emisi

Adapun gambaran kapasitas mesin kendaraan bermotor pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini

No Jenis Bahan Bakar Jumlah Persentase (%)

1. Bensin 37 52,1

2. Solar 34 47,9

(40)

Tabel 4.3 Distribusi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Kapasitas Mesin Kendaraan pada Uji Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah kendaraan bermotor yang melakukan uji emisi di Kota Medan Tahun 2012 yang terbanyak pada kapasitas mesin ≤ 1500 cc berjumlah 44 kendaraan (62,0%) yaitu sebagian besar kendaraan berkapasitas mesin 1500 cc yaitu 19 kendaraan (26,8%) dan kapasitas mesin 2500 cc berjumlah 17 ( 23,9%).

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1. Kapasitas Mesin

998 cc 2 2,8

1000 cc 1 1,4

1206 cc 1 1,4

1298 cc 5 7,0

1388 cc 1 1,4

1396 cc 1 1,4

1468 cc 1 1,4

1496 cc 2 2,8

1497 cc 4 5,6

1498 cc 7 9,9

1500 cc 19 26,8

2000 cc 7 9,9

2400 cc 1 1,4

2500 cc 17 23,9

2765 cc 2 2,8

Jumlah 71 100.0

2. Kategori Kapasitas Mesin

≤ 1500 cc 44 62,0

>1500 cc 27 38,0

[image:40.595.114.501.126.565.2]
(41)

4.2.4 Tahun Pembuatan Kendaraan yang Melakukan Uji Emisi

Adapun gambaran tahun pembuatan kendaraan bermotor pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini

Tabel 4.4 Distribusi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Tahun Pembuatan Kendaraan pada Uji Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa tahun pembuatan kendaraan bermotor pada uji emisi kendaraan bermotor di Kota Medan Tahun 2012 terbanyak yaitu dengan tahun kendaraan 2000-2006 sebanyak 40 ( 56,3%). Sebagian besar kendaraan dengan tahun pembuatan 2002 dan 2011 sebanyak 8 kendaraan (11,3%) dan yang paling rendah untuk tahun pembuatan kendaraan 2006 sebanyak 2 kendaraan (2,8%).

No Variabel Jumlah Persentase (%)

1 Tahun Pembuatan Kendaraan

2000 6 8,5

2001 7 9,9

2002 8 11,3

2003 6 8,5

2004 5 7,0

2005 6 8,5

2006 2 2,8

2008 4 5,6

2009 8 11,3

2010 5 7,0

2011 8 11,3

2012 6 8,5

Jumlah 71 100.0

2. Kategori Tahun Pembuatan

2000-2006 40 56,3

2007-2012 31 43,7

[image:41.595.113.514.222.562.2]
(42)

4.2.5 Perawatan Kendaraan Bermotor yang Melakukan Uji Emisi

Faktor perawatan kendaraan bermotor yang dikaji pada penelitian ini adalah mengganti oli kendaraan setiap 5000 km, mengganti saringan minyak pelumas, membersihkan filter udara setiap 5000 km, menggunakan bahan peningkat kualitas bahan bakar, membersihkan filter bahan bakar, melakukan Tune Up.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Perawatan Kendaraan Bermotor pada Uji emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Indikator Perawatan

Jawaban

No Ya Tidak Jumlah

N % N % N %

1. Mengganti oli kendaraan setiap 5000

km 41 57,7 30 42,3 71 100

2. Membersihkan saringan minyak

pelumas 38 53,5 33 46,5 71 100

3. Membersihkan filter udara setiap

5000 km 35 49,3 36 50,7 71 100

4. Menggunakan cairan peningkat

kualitas bahan bakar 14 19,7 57 80,3 71 100 5. Membersihkan filter bahan bakar 41 57,7 30 42,3 71 100 6. Melakukan Tune-up secara berkala 35 49,3 36 50,7 71 100

[image:42.595.113.510.265.514.2]
(43)

HI-Oktan, HI- Cester dan jenis lainnya, digunakan untuk menjaga performa mesin, berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden terbanyak tidak menggunakan cairan peningkat kualitas bahan bakar pada kendaraannya yaitu 57 (80,3%). Mayoritas responden melakukan perawatan kendaraan dengan membersihkan filter bahan bakar yaitu 41 responden (57,7%). Responden terbanyak tidak melakukan perawatan kendaraan dengan melakukan Tune Up secara Berkala yaitu 47 responden ( 66,2%).

4.2.6 Hasil Uji Emisi

Adapun distribusi frekuensi hasil uji emisi kendaraan bermotor pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini

Tabel 4.6 Distribusi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Hasil Uji Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumah kendaraan yang lulus uji emisi kendaraan di Kota Medan Tahun 2012 sebanyak 50 kendaraan (70,4%) dan kendaraan yang tidak lulus uji emisi yaitu 21 kendaraan (29,6%).

4.3 Analisis Bivariat

Analisa yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diteliti dengan emisi gas buang kendaraan bermotor. Uji statistik yang digunakan pada analisa bivariat ini adalah Chi-square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 5 %). Apabila tidak memenuhi syarat maka dilanjutkan dengan uji Fisher Exact. Berdasarkan hasil uji statistik akan diperoleh nilai p, untuk nilai p<0,05 berarti

No Hasil Uji Emisi Jumlah Persentase (%)

1. Lulus 50 70,4

2. Tidak Lulus 21 29,6

[image:43.595.113.510.403.480.2]
(44)

terdapat ada hubungan yang bermakna antara variabel yang diteliti dengan emisi gas buang kendaraan beromotor.

4.3.1 Hubungan Jenis Kendaraan Bermotor dengan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Adapun hubungan jenis kendaraan dengan Emisi gasbuang kendaraan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7 Hasil Analisis Jenis Kendaraan dengan Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Variabel Kategori Lulus Tidak Lulus Prob

Jenis kendaraan

Mobil Penumpang Mobil barang

Jumlah % J Jumlah %

0.836

47 94,0 20 95,2

3 6,0 1 4,8

Jumlah 50 100 21 100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat hasil penelitian yang didapatkan dari variabel jenis kendaraan yaitu dari 67 mobil penumpang sebanyak 47 (94,0%) lulus uji emisi dan sebanyak 20 kendaraan ( 95,2%) tidak lulus uji emisi, sementara dari 4 kendaraan mobil barang sebanyak 3 kendaraan (6,0%) lulus uji emisi dan 1 kendaraan (4,8%) tidak lulus uji emisi. Hasil analisis statistik diperoleh nilai p-value 0,836 jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan (p>0,05), maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kendaraan dengan emisi gas buang kendaraan bermotor.

4.3.2 Hubungan Kapasitas Mesin dengan Emisi Gas Buang Kendaran Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Adapun hubungan kapasitas mesin dengan emisi gas buang kendaraan bermotor pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut

[image:44.595.102.543.282.378.2]
(45)

Variabel Kategori Lulus Tidak Lulus

Prob

Kapasitas Mesin

≤ 1500 cc > 1500 cc

Jumlah % J Jumlah %

0.597

30 60 14 66,7

20 40 7 33,3

Jumlah 50 100 21 100

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat hasil penelitian didapatkan yaitu kendaraan bermotor yang lulus uji emisi kendaraan bermotor dengan kapasitas mesin ≤ 1500 sebanyak 30 kendaraan (60,0%) dan kapasitas mesin > 1500 sebanyak 20 kendaraan (40%). Sedangkan yang tidak lulus uji emisi kendaraan bermotor dengan kapasitas mesin ≤ 1500 sebanyak 14 kendaraan (66,7%) dan kapasitas mesin >1500 sebanyak 7 kendaraan (33,3%). Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai pvalue 0,597 jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan (p>0,05), maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kapasitas mesin kendaraan dengan emisi gas buang kendaraan bermotor.

4.3.3 Hubungan Tahun Pembuatan Kendaraan dengan Emisi Gas Buang Kendaran Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Adapun hubungan tahun pembuatan kendaraan dengan emisi gas buang ada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.

Tabel 4.9 Hasil Analisis Tahun Pembuatan Kendaraan dengan Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Variabel Kategori Lulus Tidak Lulus Prob Tahun Pembuatan 2000-2006 2007-2012

Jumlah % J Jumlah %

0.007

23 46,0 17 56,3

27 54,0 4 43,7

Total 50 100 21 100

[image:45.595.104.517.86.171.2]
(46)

23 kendaraan (46%) dan tahun pembuatan kendaraan 2007-2012 sebanyak 27 kendaraan (54%). Sedangkan yang tidak lulus uji emisi kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan 2000-2006 sebanyak 17 kendaraan (56,3%) dan tahun pembuatan 2000-2012 sebanyak 4 kendaraan (43,7%). Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh nilai pvalue 0,007 jika dibandingkan dengan derajat kemaknaan (p<0,05), maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tahun pembuatan kendaraan dengan emisi gas buang kendaraan bermotor.

4.3.4 Hubungan Perawatan Kendaraan dengan Emisi Gas Buang Kendaran Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Adapun hubungan perawatan kendaraan dengan emisi gas buang pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut

Tabel 4.10 Hasil Analisis Perawatan Kendaraan dengan Emisi Kendaraan Bermotor di Kota Medan Tahun 2012

Variabel Kategori Lulus Tidak Lulus

Prob

Perawatan Kendaraan

Baik Kurang Baik

Jumlah % Jumlah %

0.000

28 56 0 0

22 44 21 100

Total 50 100 21 100

[image:46.595.106.516.472.561.2]
(47)
(48)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Analisis Univariat

5.1.1 Jenis Kendaraan Bermotor

Jenis kendaraan pada penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yakni mobil penumpang dan mobil barang. Kategori tersebut didasarkan pada Peraturan Pemerintah No 44 tahun 1993. Jenis kendaraan bermotor pada penelitian ini sebagian besar adalah kategori mobil penumpang (94,4%) dengan Merk kendaraan yaitu Toyota, Daihatsu, Suzuki, Isuzu, Honda, Mitsubitshi, Chevrolet, Nissan, dan Ford. Jenis kendaraan penumpang sebagian besar yaitu dengan Merk Toyota sebanyak 45,1% dan jenis mobil barang yaitu sebagian besar merk Mitsubitshi (4,2%).Jenis kendaraan mobil penumpang mudah dijumpai dengan berbagai merk dan model yang bervariasi, sedangkan untuk jenis kendaraan mobil barang yang

melakukan uji emisi yaitu jenis Pick-Up.

Kendaraan jenis mobil penumpang dan mobil barang secara fisik terlihat baik, namun masih ada dari kendaraan jenis penumpang yang tidak lulus uji emisi, karena kondisi mesin tidak dapat dilihat secara fisik, harus melalui tahapan pengecekan. Uji emisi juga berguna untuk mengetahui adanya kerusakan pada bagian– bagian mesin kendaraan.

5.1.2 Jenis Bahan Bakar

Jenis bahan bakar kendaraan bemotor pada penelitian ini yaitu bensin dan solar. Kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin sebanyak 37 kendaraan (52,1%) dan sebanyak 34 kendaraan (47,9%) menggunakan bahan bakar solar. Kendaraan dengan bahan bakar bensin lebih mudah dijumpai dengan

(49)

berbagai merk dan jenis kendaraan, sedangkan jenis bahan bakar solar sebagian besar bermerk Isuzu Panther dan Toyota kijang.

Pengujian emisi kendaraan bermotor pada kedua bahan bakar berbeda, secara teknis uji emisi untuk bahan bakar solar lebih sulit dan membutuhkan waktu yang lebi lama dibandingkan dengan bensin. Jenis kendaraan mobil barang yang melakukan uji emisi seluruhnya berbahan bakar solar.

5.1.3 Kapasitas Mesin

Kendaraan bermotor yang melakukan uji emisi memiliki kapasitas mesin yang berbeda-beda, mulai dari kapasitas mesin yang paling kecil yaitu 998 cc sampai 2768 cc. Sebagian besar kapasitas mesin kendaraan bermotor yaitu 1500 cc sebanyak 19 kendaraan (26,8%) dengan merk kendaraan seperti Toyota kijang dan Suzuki carry, dan 2500 cc sebanyak 17 kendaraan (23,9%) dengan merk kendaraan seperti Isuzu Panther sedangkan kapasitas mesin yang paling kecil yaitu 998 cc adalah Suzuki Karimun.

(50)

5.1.4 Tahun Pembuatan Kendaraan

Tahun pembuatan kendaraan bermotor pada uji emisi kendaraan bermotor yaitu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2012. Sebagian besar tahun pembuatan kendaraan yaitu tahun 2002, 2009 dan 2011 sebanyak 8 kendaraan (11,3%) terdiri dari berbagai merk kendaraan seperti Toyota, Suzuki, Isuzu, Honda, Daihatsu, Nissan dan Ford. Hasil uji emisi menunjukkan sebagian besar kendaraan dengan tahun pembuatan 2000 dari 6 kendaraan terdapat 4 kendaraan yang tidak lulus uji emisi (5,6%). Sedangkan tahun pembuatan kendaraan 2010 dan 2012 seluruhnya lulus uji emisi.

Pemakaian kendaraan yang lama mempengaruhi kondisi mesin, sehingga diperlukan perawatan kendaraan untuk mengurangi kerusakan mesin yang berpengaruh terhadap emisi karbon yang dihasilkannya.

5.1.5 Perawatan Kendaraan Bermotor

Beberapa perawatan kendaraan bermotor yang dikaji pada penelitian ini adalah mengganti oli setiap 5000 km, mengganti saringan minyak pelumas, membersihkan filter udara setiap 5000 km, menggunakan bahan peningkat kualitas bahan bakar, membersihkan filter bahan bakar dan melakukan Tune-Up.

Responden yang melakukan perawatan kendaraan bermotor dengan mengganti oli setiap 5000 km sebanyak 41 kendaraan (57,7%), dan yang tidak sebanyak 30%, dari 41 kendaraan yang melakukan perawatan kendaraan dengan mengganti oli setiap 5000 km sebanyak 34 kendaraan (47,9%) lulus uji emisi.

(51)

yang melakukan perawatan dengan membersihkan saringan minyak pelumas, sebanyak 33 kendaraan (46,5%) lulus uji emisi.

Responden yang melakukan perawatan dengan membersihkan filter udara setiap 5000 km sebanyak 35 kendaraan (49,3%) dan yang tidak membersihkan filter udara setiap 5000 km sebanyak 36 kendaraan (50,7%). Sebagian besar responden yang melakukan perawatan dengan membersihkan filter udara, sebanyak 34 kendaraan (47,9%) lulus uji emisi.

Responden yang melakukan perawatan kendaraan dengan menenggunakan cairan peningkat kualitas bahan bakar sebanyak 14 kendaraan (19,7%) dan yang tidak menggunakan cairan peningkat kualitas bahan bakar sebanyak 57 kendaraan (80,3%). Sebagian besar yang tidak menggunakan cairan peningkat sebanyak 38 kendaraan (53,5%) lulus uji emisi. Cairan peningkat kualitas bahan bakar biasanya dijual di tempat pengisian bahan bakar atau di bengkel kendaraan. Responden yang menggunakan cairan peningkat bahan bakar atau peningkat okctan ini biasa menggunakan pada waktu mengisi bahan bakar, sehingga cairan tersebut masuk bersama bahan bakar.

Responden yang melakukan perawatan kendaraan dengan membersihkan filter bahan bakar sebanyak 41 kendaraan (57,7%) dan yang tidak membersihkan filter bahan bakar sebanyak 30 kendaraan (42,3%). Sebagian besar kendaraan yang lulus uji emisi sebanyak 30 kendaraan (42,3%) adalah yang membersihkan filter bahan bakar.

(52)

kendaraan (46,5%) adalah yang melakukan Tune-Up secara berkala. Responden biasa melakukan Tune-Up juka ada kerusakan pada kendarannya. Namun, banyak juga responden yang ritin melakukan Tune-Up secara berkala, perawatan kendaraan ini sangat penting agar kerja komponen dalam mesin dapat berfungsi dengan baik.

5.1.6 Hasil Uji Emisi

Jumlah kendaraan yang melakukan uji emisi sebanyak 71 kendaraan, terdiri dari 50 kendaraan (70,4%) kendaraan lulus uji emisi dan yang tidak lulus uji emisi sebanyak 21 kendaraan (29,6%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan kendaraan seperti mengganti oli, membersihkan saringan minyak pelumas, membersihkan saringan minyak pelumas, membersihkan filter bahan bakar dan melakukan Tune-Up mempengaruhi hasil uji emisi. Kendaraan dengan tahun pembuatan yang lebih lama apabila rutin melakukan perawatan kendaraan dengan baik maka hasil uji emisi juga akan baik, sebaiknya kendaraan dengan tahun tinggi masih ada yang tidak lulus uji emisi karena tidak melakukan perawatan dengan baik. Kendaraan jika sering digunakan dalam perjalanan yang jauh secara rutin akan mempengaruhi kerja mesin.

5.2 Analisis Bivariat

5.2.1 Hubungan Jenis Kendaraan dengan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

(53)

1993. Jenis kendaraan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di kota Medan Tahun 2012 dengan nilai p = 0,836 (p

> 0.05).

Jenis kendaraan tidak berhubungan dengan emisi gas buang kendaraan bermotor pada penelitian ini karena setiap pabrikan yang memproduksi berbagai jenis kendaraan sudah memenuhi standard kelayakan uji emisi, tergantung kepada pengguna kendaraan dalam menggunakan dan merawat kendaraannya sehingga tidak melebihi ambang batas emisi.

Hasil penelitian Widjanarko (2008), variabel merk, model dan jenis kendaraan memiliki skor yang sangat kecil dan tidak memberikan sumbangan yang berarti. Secara statistik pengaruh variabel merk, model dan jenis kendaraan terhadap nilai emisi dapat diabaikan karena tertutupi oleh variabel yang paling berpengaruh (usia pakai, isi silinder, tipe mesin, jarak tempuh).

5.2.2. Hubungan Kapasitas Mesin dengan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Kapasitas mesin tidak ada hubungan yang bermakna dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di kota Medan dengan nilai p = 0,597 (p>0,05) yang artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kapasitas mesin dibawah 1500 cc dan diatas 1500 cc dengan hasil uji emisi kendaraan bermotor.

(54)

Data yang didapatkan dari hasil penelitian bahwa faktor kapasitas mesin tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar emisi, sehingga dapat dikatakan bahwa emisi kendaraan tidak bisa hanya melihat faktor tersebut tetapi lebih mengarah kepada partisipasi masyarakat melalui pemeliharaan dan perawatan kendaraan secara proaktif, karena gas buang kendaraan bermotor lebih banyak terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna. Hal ini sesuai dengan penelitian Nugroho (2004) menyatakan bahwa kapasitas mesin kendaraan berpengaruh terhadap nilai CO. Disisi lain, kapasitas mesin kendaraan tidak signifikan dalam menentukan probabilitas kegagalan uji emisi HC.

5.2.3 Hubungan Tahun Pembuatan Kendaraan dengan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Tahun pembuatan kendaraan memiliki hubungan yang signifikan dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di kota Medan dengan nilai p = 0,007 (p<0,05). Tahun pembuatan kendaraan bermotor yang dapat diobservasi yaitu dengan tahun pembuatan 2000 hingga 2012. Sebagian besar tahun kendaraan pada penelitian ini yaitu antara tahun 2000-2006 sebanyak 40 kendaraan (56,3%). Umumnya kondisi mesin dengan tahun pembuatan yang lama akan meyebabkan performansi dari mesin itu menurun, sehingga proses pembakarannya menjadi kurang sempurna dan komposisi bahan pencemar menjadi lebih banyak.

(55)

terhadap bahan pencemar yang dihasilkan oleh proses pembakaran bahan bakarnya.

Penelitian Yuliastuti (2008), menemukan emisi gas buang kendaraan bermotor diukur dalam gram per kendaraan per km dari suatu perjalanan dan terkait dengan beberapa faktor seperti tipe kendaraan, umur kendaraan, ambang temperatur dan ketinggian. Kendaraan dengan usia dan jenis bahan bakar yang berbeda akan menghasilkan kadar emisi yang berbeda. Penelitian Ocfiana (2006), juga menemukan tingkat pengaruh paling tinggi untuk emisi gas buang kendaraan yakni tipe mesin kendaraaan, tahun pembuatan dan jarak tempuh.

5.2.3. Hubungan Perawatan Kendaraan dengan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Perawatan kendaraan bermotor merupakan bentuk tindakan dari responden. Tindakan adalah segala bentuk nyata dari perilaku responden, dalam penelitian ini tindakan perawatan kendaraan bermotor dibagi menjadi dua kategori yaitu baik dan kurang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan kendaraan yang baik seluruhnya lulus uji emisi. Perawatan kendaraan dalam penelitian ini memiliki hubungan yang bermakna terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor dimana nilai p = 0,000 ( p<0,05).

(56)

hingga 50%, HC hingga 35 %, dan partikulat hingga 45%. Disamping itu efisiensi bahan bakar dapat mencapai 3%-10%.

(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang hubungan kapasitas mesin dan tahun pembuatan serta perawatan kendaraan bermotor dengan emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Medan Tahun 2012 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Jenis kendaraan roda empat yang melakukan uji emisi sebanyak 92% adalah mobil penumpang dengan kapasitas mesin kendaraan sebanyak 62,0% yaitu ≤ 1500 cc dan tahun pembuatan kendaraan antara tahun 2000-2006 sebanyak 56,3%.

2. Persentase perawatan kendaraan bermotor dengan kategori baik sebanyak 56%. Kendaraan dengan kriteria perawatan yang baik seluruhnya lulus uji emisi (100%).

3. Jenis kendaraan dan kapasitas mesin tidak memiliki hubungan bermakna terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor. Sedangkan variabel tahun pembuatan kendaraan dan perawatan kendaraan memiliki hubungan yang bermakna dengan emisi gas buang kendaraan bermotor.

(58)

6.2 Saran

1. Diharapkan kesadaran pemilik kendaraan dalam merawat dan menggunakan kendaraan dengan baik sehingga gas buang yang dihasilkan kendaraan tidak melebihi nilai ambang batas uji emisi yang dapat menurunkan kualitas udara.

2. Diharapkan kepada instansi pemerintah untuk melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor secara rutin guna meminimalisir pencemaran udara yang dihasilkan oleh gas buang kendaraan.

(59)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah dimasukkannya komponen lain kedalam udara, baik oleh kegiatan manusia secara langsung atau tidak langsung maupun akibat proses alam sehingga kualitas udara turun sampai ketingkatan tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai peruntukannya (Chandra, 2006).

Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan mengganggu kehidupan manusia, hewan dan binatang (Wardhana, 2004).

Menurut Mukono (2010), yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau dapat dihitung dan diukur) serta memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi dan material.

Pencemaran udara menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara adalah masuknya atau dimasukkanya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

(60)

2.2. Sumber Bahan Pencemar Udara

Dalam peraturan mengenai pengelolaan udara yaitu Peraturan Pemerintah No. 41/1999 mendefinisikan sumber pencemar sebagai setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Menurut Soemirat (2009), bahwa sumber pencemaran udara dapat dibagi atas:

1. Sumber bergerak, seperti: kendaraan bermotor 2. Sumber tidak bergerak, seperti:

a. Sumber titik, contoh: cerobong asap

b. Sumber area, contoh: pembakaran terbuka di wilayah pemukiman. Menurut Peraturan Pemerintah No. 41/1999 sumber pencemar dapat digolongkan atas lima kelompok, yaitu:

1. Sumber bergerak: sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor.

2. Sumber bergerak spesifik: serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari kereta api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya.

3. Sumber tidak bergerak: sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.

4. Sumber tidak bergerak spesifik: serupa dengan sumber tidak bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah.

(61)

Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain.

Di Jakarta misalnya, kendaraan bermotor telah menyumbangkan 70 persen dari pencemar PM10 dan NOx di tahun 1998. (Syahril, 2002 ). Untuk sebagian daerah di Kalimantan dan Sumatera, sumber tidak bergerak spesifik, dalam hal ini kebakaran hutan, telah memberikan kontribusi yang cukup tinggi dan semakin meningkat sejak tahun 1997 (Sadat, 2003).

Kegiatan transportasi mempunyai kontribusi terhadap polusi udara atmosfir. Setiap liter bahan bakar yang dibakar akan mengemisikan sekitar 100 gram Karbon Monoksida; 30 gram Oksida Nitrogen; 2,5 Kg karbon Dioksida dan berbagai senyawa lainnya termasuk sulfur (Hickman, 1999)

2.3. Jenis Bahan Pencemar Udara

Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001): 1. Berdasarkan bentuk

a. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx, NOx.

(62)

maupun padatan dan cairan secara bersama-sama. Contohnya: debu, asap, kabut, dan lain-lain.

2. Berdasarkan tempat

a. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, sekolah, rumah sakit, dan bangunan lainnya. Biasanya zat pencemarnya adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur tradisional ketika memasak, dan lain-lain.

b. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut juga udara bebas seperti asap dari industri maupun kendaraan bermotor.

3. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan

a. Iritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi jaringan tubuh, seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida.

b. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan tidak mampu melepas Karbon Dioksida. Gas penyebab tersebut seperti CO, H2S, NH3, dan CH4.

c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya merupakan pencemaran udara dalam ruang. Contohnya; Formaldehide dan Alkohol.

d. Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat penyebabnya seperti Timbal, Cadmium, Fluor, dan Insektisida.

4. Berdasarkan susunan kimia

(63)

b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti pestisida, herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain.

5. Berdasarkan asalnya

a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan membahayakan. Contohnya: CO2, yang meningkat diatas konsentrasi normal.

b. Sekunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil reaksi antara zat polutan primer dengan komponen alamiah. Contohnya: Peroxy

Acetil Nitrat (PAN).

[image:63.595.125.426.421.562.2]

Perkiraan persentase pencemar udara di Indonesia dari sumber transportasi dapat dilihat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1. Perkiraan Persentasi Komponen Pencemar Udara dari Sumber Pencemar Transportasi di Indonesia.

Komponen Pencemar Persen (%)

CO 70,50

NOX 8,89

SOX 0,88

HC 18,34

Partikel 1,33

Total 100

Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan

Gambar

Gambar 2. Peneliti mewawancarai responden yang menggunakan jenis kendaraan Mobil Barang
Gambar 3. Peneliti mewawancarai responden yang menggunakan jenis kendaraan Mobil Penumpang
Gambar 5. Pengukuran emisi kendaraan
Gambar 7. Hasil pengukuran emisi kendaraan mesin bensin dengan menggunakan gas analyzer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian ini yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Kancing Gemerincing (Talking Chips) dapat meningkatkan pembelajaran Subtema Barang dan Jasa

Penggunaan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading ada Composition (CIRC) berbantuan media wayang bergambar (Wargam) pada tema 7 Keberagaman Bangsaku

mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0,306 yang berarti beban kerja individu mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan (Y), yaitu jika terjadi kenaikan

Sedangkan penelitian di China melakukan kemoterapi neo ajuvan pada 24 pasien kanker penis dengan metastasis ke kelenjar getah bening terfiksir, dengan hanya 15 pasien yang

Sementara media pasir tanah panjang akar sekunder memberikan hasil yang lebih baik daripada media pasir dan media pasir tanah arang sekam.Perakaran pada stek

Hal tersebut membuat Kafka dihadapkan pada cermin yang membentuk bayangan dirinya melalui penglihatannya akan Nona Saeki, yaitu membuat Kafka memendam

Untuk mewujudkan sebuah sinergitas kedua- duanya (Dosen dan Mahasiswa) harus berperang aktif seperti Dosen yang menjadi sentral utama dapat menjadi contoh sebelum

Peneliti menelusuri lebih jauh bahwa tidak semua mata kuliah menggunakan media teknologi dalam proses pembelajaran karena dosen yang mengampuh mata kuliah tersebut tidak