i SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh : Nama : Cindy Ariestya NIM : 20120610184
Bagian : Hukum Administrasi Negara
FAKULTAS HUKUM
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh : Nama : Cindy Ariestya NIM : 20120610184
Bagian : Hukum Administrasi Negara
FAKULTAS HUKUM
(Moh.Satria Mangkubumi)
“Lebih baik mencoba namun gagal, dari pada tidak sama sekali lalu menyessal” (Cindy Ariestya)
“Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup ditepi jalan dan dilempari orang dengan batu, namun dibalas dengan buah”
Terimakasih untuk kedua oranng tua ku yang selalu memberikan semangat, kasih
sayang serta dukungan moril maupun materil hingga saat ini.
Terimakasih untuk abangku dan kakak iparku yang mengajarkan ku untuk selalu
berusaha dan pantang menyerah agar tercapai segala tujuan dan cita-citaku.
Dan terimkasih untuk adekku yang tersayang, yang selalu jadi teman berantam
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PERANAN KANTOR PERTANAHAN KOTA MEDAN DALAM
PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI
BERDASARKAN PERATURAN KEPALA BPN NO. 1 TAHUN 2010
TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN
PERTANAHAN” dengan baik dan lancar.
Penulisan skripsi yang sederhana dan jauh dari sempurna ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata satu (S1) pada
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulisan skripsi ini
tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Kedua Orangtuaku Yestri Nedi, S.E dan Hj. Mahrani Nasution atas Do’a, bimbingan, nasehat, serta dukungan moril dan materil yang tak
henti-hentinya diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi S1.
2. Abangku Aulia Randy, S.T., kakakku Dwirizky Nureza Furqoni, A.md.,
dan adikku Triyana Salsabila. Serta seluruh keluarga besarku di Medan.
Terima Kasih atas semangat, dorongan dan perhatian yang kalian berikan
penulis selama menyelesaikan studi.
4. Dosen Pembimbing skripsi, Bpk Sunarno, S.H, M.Hum. dan Bpk.
Nasrullah, S.H.,S.Ag.,MCL. yang dengan penuh kesabaran telah
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Kantor Pertanahan Kota Medan, Kepala Urusan Umum dan Kepegawaian
Ibu Inneke Tania Arsyad, S.H.,M.Kn dan masyarakat Kota Medan yang
telah bekerjasama demi kelancaran penulisan hukum ini.
6. Seluruh teman-temanku di FH UMY angkatan 2012, teman-teman
seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Avicenna dan
Tunas Bangsa, teman-teman kost putri princess, dan teman-teman The
Best Muslimah Model 2015.
7. Moh.Satria Mangkubumi, Terimakasih atas kebersamaannya selama saya
kuliah di Yogyakarta.
8. Serta Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan, bantuan, kemudahan, dan semangat dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
Demikian penulis sampaikan, harapan penulis adalah agar apa yang
penulis teliti ini bisa bermanfaat secara nyata, meskipun penulis sadari masih
Yogyakarta, April 2016
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
KATA PENGANTAR ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix
ABSTRAK ………... x
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Pengertian Perananan ... 9
B. Badan Pertanahan Nasional ... 10
C. Pendaftaran Tanah ... 13
1. Pengertian Pendaftaran Tanah ... 13
2. Azas-azas Pendaftaran Tanah di Indonesia ... 16
3. Tujuan Pendaftaran Tanah di Indonesia ... 19
4. Objek Pendaftaran Tanah ... 22
a. Sistem Pendaftaran Tanah ... 22
5. Tinjauan Umum tentang Pengaturan Kegiatan Pendaftaran Tanah ... 24
D. Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan ... 25
D. Narasumber ...30
E. Responden ... 31
F. Data Penelitian ... 31
G. Teknik Pengumpulan Data ... 32
H. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kota Medan ... 34
1. Deskripsi Kota Medan ... 34
2. Kantor Pertanahan Kota Medan ... 34
a. Struktur Organisasi dan Tugas Kantor Pertanahan Kota Medan ... 38
b. Kepegawaian Kantor Pertanahan Kota Medan ... 42
B. Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali ... 45
1. Alur Melakukan Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kota Medan ... 45
2. Penerapan Standar Pelayanan dan pengaturan tanah di Kantor Pertanahan Kota Medan terkait Pelayanan pendaftaran tanah pertama kali ... 49
a. Kelompok dan Jenis Pelayanan ... 51
b. Persyaratan ... 51
c. Biaya ... 52
d. Waktu ... 54
e. Prosedur ... 55
f. Pelaporan ... 57
3. Penilaian Masyarakat Terkait Pelaksanaan Standar Pelayanan dalam Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kota Medan ...58
4. Peran Kantor Pertanahan Kota Medan dalam Pelayanan pendaftaran tanah pertama kali ... 61
C. Hambatan yang Terjadi dalam Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kota Medan ... 68
1. Lembaga ... 68
2.2 Identifikasi pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan
Berdasarkan golongannya ... 45
4.1 Jumlah serfikat pendaftaran tanah pertama kali yang masuk dan jumlah sertifikat yang keluar pada tahun 2015 ... 63
4.2 Konversi, Pengakuan dan Penegasan Hak ... 65
4.3 Pemberian Hak ...66
4.4 Wakaf Dari Tanah Belum Bersertifikasi ... 67
4.5 Wakaf Dari Tanah Negara ... 67
x
pertama kali. Maka dari itu pemerintah menyusun Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Salah satu tujuan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah untuk memberikan kepastian hukum berkenaan dengan hak-hak atas tanah yang dipegang oleh masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah, dan secara tegas diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa: Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Tanah hak milik ataupun tanah hak-hak lainnya wajib didaftarkan di kantor-kantor pertanahan (BPN) dan BPN wajib melayani masyarakat dengan sebaik mungkin sesuai dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Berdasarkan hal tersebut maka penulis bertujuan untuk meneliti peranan Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan beserta hambatan dalam pelaksanaanya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris , adapun data diperoleh dari studi lapangan dan studi kepustakaan. Data primer maupun sekunder diolah terlebih dahulu kemudian disusun secara sistematis dan dianalisis secara deskriptif kualitatif .Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kota Medan.
Hasil Penelitian menunjukkan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam peranannya telah mengikuti standar pelayanan berdasarkan Peraturan Kepala BPN RI No. 1 Tahun 2010 dalam hal pendaftaran tanah pertama kali, selain itu juga telah melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat Kota Medan tentang tata cara dan prosedur dalam melakukan pendaftaran tanah pertama kali meskipun diakui masih belum maksimal. Rendahnya ketaatan dan pemahaman masyarakat dalam mendaftarkan tanah dan juga minimnya saran yang diberikan masyarakat ditambah masih kurangnya personil Kantor Pertanahan Kota Medan yang tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan. Serta mendahulukan Prona menyebabkan keterlambatan dalam penyelesaian pendaftaran tanah merupakan beberapa hambatan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali di Kantor Pertanahan Kota Medan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tanah merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, karena manusia dan tanah memiliki hubungan yang sangat erat,
terlebih lagi bagi masyarakat Indonesia yang masih menggantungkan hidupnya
dari tanah. Tanah juga merupakan sumber penghidupan dan mata pencaharian,
bahkan tanah dan manusia tidak dapat dipisahkan dari lahir hingga manusia
meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,
disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan banyaknya kegiatan
pembangunan disegala bidang. Semakin meningkatnya kebutuhan akan tanah
tersebut, maka konsekuensinya juga semakin meningkat. Manusia melakukan
segala aktivitasnya di atas tanah, oleh karena itu dalam penggunaan dan
pemanfaatannya tidak boleh merugikan kepentingan umum, karena tanah
memiliki fungsi sosial dan fungsi ekonomi.
Tanah merupakan bagian dari bumi yang sudah diatur dalam UUPA,
yang dimaksud bukan mengatur tanah dalam semua aspek, tetapi hanya
mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang
disebut hak-hak penguasaan atas tanah. Adapun pasal yang termasuk di dalam
UUPA tersebut yaitu terdapat di dalam Pasal 4 Undang-undang No. 5 Tahun
terdapat pada Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi: bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara untuk
dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.1 Pengaturan hubungan-hubungan hukum dalam pemberian dan penetapan hak-hak atas tanah jelas
telah merupakan wewenang Negara yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan
prosedur yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Menurut ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut maka
disusunlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok Agraria. Salah satu tujuan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
adalah untuk memberikan kepastian hukum berkenaan dengan hak-hak atas
tanah yang dipegang oleh masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut,
Pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah, dan secara tegas diatur
dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa: Untuk menjamin
kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh
wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 19 ayat (1) UUPA tersebut merupakan keharusan dan kewajiban
bagi pemerintah untuk mengatur dan menyelenggarakan gerakan pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Indonesia, yang kemudian diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Bagi pemegang
hak, kewajiban pendaftaran tanah tersebut diatur dalam Pasal 23 UUPA (Hak
milik), Pasal 32 UUPA (Hak Guna Usaha), Pasal 38 (Hak Guna Bangunan).
Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah
yang bersifat recht-kadaster artinya bertujuan menjamin kepastian hukum.2 Terjadinya reformasi politik di tahun 1998, membawa dampak kembali
tentang tata kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk didalamnya tentang
pengaturan kebijakan hukum pertanahan. Khusus kepada kebijakan hukum
pertanahan perlu dirancang untuk mendukung demokratisasi dan terbentuknya
clean and good governance. Ditandai dengan adanya pemerintahan yang rasional, transparasi, dan memiliki sikap kompetisi antar departemen dalam
memberikan pelayanan, mendorong tegaknya hukum serta bersedia
memberikan pertanggungjawaban terhadap publik secara teratur. Kebijakan
hukum pertanahan mencakup aspek yang mendasar yaitu prinsip pemenuhan
hak-hak konstitusional rakyat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari dan menghargai prinsip kesederajatan manusia.3
Hak atas tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, dengan adanya Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria di dalam Pasal 19 menyatakan: “untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran
tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan
yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Peraturan Pemerintah yang
dimaksud adalah PP No. 10 Tahun 1961 (tentang pendaftaran tanah) yang telah
diubah menjadi PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran
2 Boedi Harsono, 2000, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelasanaannya, Jakarta: Penerbit Djambatan. Hlm 471-472
tanah yang bersifat rechts kadaster bertujuan untuk menjamin tertib hukum dan
kepastian hak atas tanah. Pendaftaran tersebut meliputi:
1. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah
2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat
Pada prinsipnya kegiatan pendaftaran tanah meliputi kegiatan
pendaftaran tanah untuk pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data yang
tersedia.4 Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, karena tanah merupakan hajat hidup setiap orang.
Setiap jengkal tanah di mata hukum keagrariaan harus jelas, status hak dan
pemegang haknya. Siapa saja yang menguasai/memilikinya serta penggunaan
tanahnya mempunyai kriteria yang berbeda. Tanah hak milik ataupun tanah
hak-hak lainnya wajib didaftarkan di kantor-kantor pertanahan (BPN). Bukti
bahwa tanah tersebut telah terdaftar adalah sertifikat tanah, yang sekaligus
sebagai bukti penguasaan/pemilikan pemegangnya atas tanah tersebut.
Alasan mengapa pemerintah mengadakan pendaftaran tanah dan
penerbitan sertifikat merupakan salah satu perwujudan dari tujuan pendaftaran
tanah yang dimaksud UUPA Nomor 5 Tahun 1960 bahwa sertifikat hak atas
tanah merupakan bukti yang kuat mengenai suatu penguasaan/pemilikan tanah.
Begitupun dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, melalui Pasal 3 menjelaskan tujuan dan kegunaan dari
pendaftaran tanah dan sertifikat hak atas tanah tersebut, “Untuk memberikan
kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah,
satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan”.
Peraturan Pemerintah telah mengatur biaya-biaya yang bersangkutan
dengan pendaftaran tanah, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu
dibebaskan dari biaya-biaya tersebut. Pendaftaran tanah dimaksudkan untuk
mewujudkan tertib administrasi, tertib hukum dan memenuhi tuntutan
masyarakat Indonesia. Penyelenggaraan pendaftaran tanah akan menghasilkan
sertifikat yang digunakan sebagai tanda bukti kepemilikan hak atas tanah.
Namun dalam pelaksanaannya pasti ada hambatan, baik berupa pelaksanaan
administrasi maupun dari kesadaran masyarakat itu sendiri, terutama bagi
masyarakat umum yang belum begitu mengerti pentingnya untuk melakukan
pendaftaran tanah.
Masyarakat awam kurang memiliki pengetahuan mengenai pendaftaran
tanah dan bagaimana cara memperoleh sertfikat, serta bagaimana BPN
memproses permohonan sertifikat tanah tersebut bukan merupakan
pengetahuan umum. Dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia terdapat
lembaga atau institusi yang diberikan kewenangan untuk mengemban amanah
dalam mengelola bidang pertanahan yaitu Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia (BPN-RI). Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang
Badan Pertanahan Nasional yang telah diubah menjadi Peraturan Presiden No.
Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan pemerintahan di
bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral. Adapun fungsi dari
Badan Pertanahan Nasional meliputi:
1. Merumuskan kebijakan dan perencanaan penguasaan dan penggunaan
tanah.
2. Merumuskan kebijakan dan perencanaan pengaturan pemilikan tanah
dengan prinsip-prinsip bahwa tanah mempunyai fungsi sosial sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria.
3. Melaksanakan pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran dalam upaya
memberikan kepastian hak di bidang pertanahan.
4. Melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara
tertib administrasi di bidang pertanahan.
5. Melaksanakan penelitian dan pengembangan dibidang pertanahan serta
pendidikan dan latihan tenaga-tenaga yang diperlukan di bidang
administrasi.
Menyangkut pada permasalahan pendaftaran tanah pertama kali, Badan
Pertanahan Nasional sudah memiliki Standar Pelayanan untuk pendaftaran
tanah pertama kali, yang tercantum di dalam Peraturan Kepala BPN No. 1
Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. Oleh
karena itu penulis tertarik mengangkat permasalahan mengenai apakah standar
pelayanan dalam pendaftaran tanah pertama kali sudah sesuai dengan peraturan
Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tersebut. Untuk itu penulis bermaksud meneliti
PERTANAHAN KOTA MEDAN DALAM PELAYANAN
PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI BERDASARKAN
PERATURAN KEPALA BPN NO. 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan
pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan peraturan Kepala BPN RI No. 1
Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan?
2. Apa saja hambatan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam pelayanan
pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan peraturan Kepala BPN RI No. 1
Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan?
C.Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi dua:
1. Untuk mengetahui dan mengkaji peranan Kantor Pertanahan Kota Medan
dalam melayani pendaftaran tanah pertama kali berdasarkan Peraturan
Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan
Pertanahan.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji hambatan apa saja yang terjadi di Kantor
Pertanahan Kota Medan dalam melayani pendaftaran tanah pertama kali
berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar
D.Manfaat Penelitian
Dalam penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan yang
dapat diambil dari penelitian tersebut, penelitian ini dibedakan antara manfaat
teoritis dan manfaat praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
di bidang hukum khususnya hukum agraria.
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan terhadap
kahian-kajian di bidang hukum yang sama.
2. Manfaat Praktis:
a. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
khususnya bagi Kantor Pertanahan Kota Medan dalam menerapkan
standar pelayanan pendaftaran hak atas tanah pertama kali.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Pengertian Peranan
Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah sebagai berikut: “Peranan merupakan aspek dinamisi kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan”. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil
pengertian bahwa peranan merupakan penilaian sejauh mana fungsi seseorang
atau bagian dalam menunjang usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan atau
ukuran mengenai hubungan 2 (dua) variabel yang mempunyai sebab dan akibat.
Sedangkan peran ideal, dapat diterjemahkan sebagai peran yang diharapkan
dilakukan oleh pemegang peranan tersebut.
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yang dimiliki
oleh seseorang, sedangkan status merupakan sekumpulan hak dan kewajiban
yang dimiliki seorang apabila seseorang melakukan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi.
Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku
tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Peran merupakan tindakan
atau perilaku dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam
status sosial, syarat peran mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:1
1Miftah Thoha, 1997, Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, Jakarta, PT. Raja
1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
dimana seseorang itu didalam masyarakat.
2. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh
individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Peran juga dapat
dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial
masyarakat.
3. Peran adalah suatu yang ditimbulkan karena suatu jabatan. Peran merupakan
suatu aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka
orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan tersebut.
Dari beberapa pengertian diatas, disimpulkan bahwa peran adalah suatu
sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang
terhadap seseoraang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan
hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan lembaga
pemerintahan, peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu,
melainkan tugas dan wewenangnya sebagai lembaga pemerintahan.
B.Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan Nasional merupakan lembaga atau institusi yang
diberikan kewenangan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk
mengemban amanah dalam mengelola bidang pertanahan. Badan Pertanahan
Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada dibawah
dengan Perpres Pasal 1 ayat (1) dan (2) No. 20 Tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional). Badan Pertanahan Nasional merupakan ruang lingkup
Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan dipimpin oleh seorang menteri.
Kementerian ini merupakan penggabungan dari dua lembaga yang sudah ada
sebelumnya, yakni BPN dan Dirjen Tata Ruang. Badan Pertanahan Nasional
merupakan sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), sementara
Dirjen Tata Ruang merupakan unit eselon I Kementerian Pekerjaan Umum.
Badan Pertanahan Nasional mempunyai tugas melaksanakan
pemerintahan di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.2 Adapun kedudukan, tugas dan fungsi dari Badan Pertanahan Nasional sebagai lembaga pemerintahan yang
diatur dalam Peraturan Presiden, yaitu:
1. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;
2. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan
pemetaan;
3. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah,
pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;
4. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan
pengendalian kebijakan pertanahan;
5. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah;
6. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan
penanganan sengketa dan perkara pertanahan;
7. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
8. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;
9. pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan
berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;
10. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; dan
11. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.3 Berdasarkan kedudukan, tugas dan fungsi dari Badan Pertanahan Nasional
tersebut maka BPN harus mampu memegang kendali perumusan kebijakan
nasional di bidang pertanahan, kebijakan teknis, perencanaan dan program
penyelenggaraan pelayanan administrasi pertanahan. Dalam rangka menjamin
kepastian hukum hak atas tanah, penatagunaan tanah, penguasaan dan pemilikan
hak atas tanah, termasuk pemberdayaan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Badan Pertanahan Nasional
dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang agraria dan tata ruang. Dari kedudukan, tugas dan fungsi Badan
Pertanahan Nasional diatas, salah satu tugas pokok dari Badan Pertanahan
Nasional, yaitu mengenai pendaftaran tanah. Badan Pertanahan Nasional
memiliki unit kerja di wilayah kabupaten atau kotamadya yang melakukan
3 Pasal 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan
pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah
yang diberi nama Kantor Pertanahan.
C.Pendaftaran Tanah
1. Pengertian Pendaftaran Tanah
Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis,
dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi
bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Menurut A.P. Parlindungan, pendaftaran tanah berasal dari Cadastre (Bahasa Belanda Kadaster) suatu istilah teknis untuk suatu rekaman,
menunjukkan kepada luas, nilai, dan kepemilikan terhadap suatu bidang
tanah. Kata ini berasal dari bahasa latin “Capistratum” yang berarti suatu register, capita atau unit yang dibuat untuk pajak tanah Romawi (Capotatio
Terrens). Dalam arti tegas, Cadastre adalah record pada lahan-lahan, nilai daripada tanah dan pemegang haknya dan untuk kepentingan perpajakan.
dan identifikasi serta sebagai Continious recording (rekaman yang berkesinambungan) dari hak atas tanah.4
Secara singkat, kadaster dapat dirumuskan sebagai pengukuran,
pemetaan, dan pembukuan tanah, seperti dirumuskan dalam Pasal 19 ayat (2)
sub a, Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar-Dasar Pokok Agraria. Dapat disebut sebagai suatu kadaster,
haruslah tanah yang memenuhi unsur-unsur:
a. Pendaftaran atau pembukuan bidang-bidang tanah yang terletak di suatu
daerah/negara di dalam daftar-daftar.
b. Pengukuran atau pembukuan bidang-bidang tanah.
Pendaftaran atau pembukuan bidang-bidang tanah dalam daftar
merupakan bagian Administrasi dari kadaster yang disebut pembukuan tanah.
Sedangkan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah merupakan teknis
dari kadaster.5
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah memberikan pengertian Pendaftaran Tanah sebagai rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan
dan teratur. Rangkaian tersebut meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis
dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi
4 A.P Parlindungan, 1999, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung, Mandar Maju,
hlm.18-19
5 Ali Achmad Chomzah, 2004, Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia), Jakarta, Prestasi
bidang-bidang tanah yang sudah haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.6
Undang-Undang Pokok Agraria menyatakan, “untuk menjamin
kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah, di seluruh
wilayah Republik Indonesia, menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.7 Untuk menjamin kepastian hukum tersebut, Pasal 19 UUPA mempertegas lagi dengan menyatakan bahwa
penyelenggaraan tanah itu dengan mengadakan:
a. Pengukuran, pemetaan, pembukuan tanah
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut
c. Pemberian surat-surat tanda bukti, yang berlakunya sebagai alat
pembuktian yang kuat.8
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan tujuan pendaftaran hak atas
tanah sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 24
Tahun 1997 tersebut, menurut A.P. Parlindungan telah memperkaya
ketentuan Pasal 19 UUPA, karena:9
a. Dengan diterbitkannya sertipikat hak atas tanah, maka kepada
pemiliknya diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum;
b. Dengan informasi pertanahan yang tersedia di Kantor Pertanahan, maka
Pemerintah akan mudah merencanakan pembangunan Negara yang
6 Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 7 Pasal 19 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria 8 Bachtiar Effendi, 1993, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya,
Bandung, Alumni, hlm. 31
menyangkut tanah, bahkan bagi rakyat sendiri lebih mengetahui
mengenai peruntukan hak atas tanah dan kepemilikannya;
c. Dengan administrasi pertanahan yang baik akan terpelihara masa depan
pertanahan yang terencana.
Hal ini sejalan dan selaras juga dengan catur tertib pertanahan, yaitu:
a. Tertib hukum pertanahan, yakni terciptanya kondisi sadar hukum
dikalangan masyarakat mengenai hak dan kewajiban dalam penguasaan,
kepemilikan dan penggunaan tanah serta terciptanya persepsi yang sama
tentang hukum pertanahan, baik dikalangan aparatur pemerintah,
penegak hukum maupun masyarakat;
b. Tertib administrasi pertanahan, yakni terselenggaranya sistem
administrasi pertanahan yang lengkap dan rapi. Semua bidang tanah
terdaftar, warkah-warkah mudah ditemukan, aman dan mudah terpantau.
Penyalahgunaan surat bukti hak atas tanah dapat diminimalisir serta
kemungkinan tumpang tindih dapat dihindari;
c. Tertib penggunaan tanah, yakni terselenggaranya proses penggunaan
tanah berencana, sehingga setiap bidang tanah dapat memberikan
manfaat yang optimal, lestari dan diusahakan secara efisien serta
d. Tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup, yakni antara lain
dengan cara melakukan pencegahan terhadap kerusakan tanah dan tetap
memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.10 2. Azas-azas Pendaftaran Tanah di Indonesia
Menurut Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997,
Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana, aman,
terjangkau, mutakhir dan terbuka. Adapun penjelasan mengenai azas-azas
tersebut sebagai berikut:
a. Azas Sederhana
Maksud sederhana dalam pendaftaran tanah adalah agar
ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya dengan mudah dipahami oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, terutama pada pemegang hak atas
tanah.
b. Azas Aman
Azas aman adalah untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu
diselenggarakan secara teliti dan cermat, sehingga hasilnya dapat
memberi jaminan kepastian hukum, sesuai dengan tujuan pendaftaran
tanah itu sendiri.
c. Azas Terjangkau
10A. Aswin, Gubernur, “Catur Tertib Pertanahan”, http://www. Catur Tertib Pertanahan.
Azas terjangkau adalah keterjangkauan bagi pihak-pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan
kemampuan golongan ekonomi lemah.
d. Azas Mutakhir
Azas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam
pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data
yang tersedia harus menunjukan keadaan yang mutakhir. Untuk itu
diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang
terjadi di kemudian hari. Azas ini menuntut dipeliharanya data
pendaftaran tanah secara terus-menerus dan berkesinambungan,
sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan
keadaan nyatanya di lapangan.
e. Azas Terbuka
Azas terbuka dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui atau
memperoleh keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang benar
setiap saat di Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.11
Menurut Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa dalam Pendaftaran Tanah dikenal 2 (dua) macam asas, yaitu:
a. Asas Specialiteit
11 Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Jakarta, Kencana, hlm.
Artinya pelaksanaan pendaftaran tanah itu diselenggarakan atas dasar
peraturan perundang-undangan tertentu, yang secara teknis menyangkut
masalah pengukuran, pemetaan, dan pendaftaran peralihannya. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan pendaftaran tanah dapat memberikan
kepastian hukum terhadap hak atas tanah, yaitu memberikan data fisik
yang jelas mengenai luas tanah, letak, dan batas-batas tanah.
b. Asas Openbaarheid (Asas Publisitas)
Asas ini memberikan data yuridis tentang siapa yang menjadi subjek
haknya, apa nama hak atas tanah, serta bagaimana terjadinya peralihan
dan pembebanannya. Data ini sifatnya terbuka untuk umum, artinya
setiap orang dapat melihatnya.12
Adapun dokumen yang terkait dalam rangka pendaftaran tanah
menurut Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997, yaitu :
1) Daftar Tanah
Daftar Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat
identitas bidang tanah dengan suatu sistem penomoran.
2) Surat Ukur
Surat Ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah
dalam bentuk peta dan uraian.
3) Daftar Nama
Daftar Nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat
keterangan mengenai penguasaan fisik dengan suatu hak atas tanah, atau
hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas satuan rumah
susun oleh orang perseorangan atau badan hukum tertentu.
4) Buku Tanah
Buku Tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data
yuridis dan data fisik suatu objek pendaftaran tanah yang sudah ada
haknya.13
3. Tujuan Pendaftaran Tanah di Indonesia
Pasal 19 UUPA pendaftaran hak atas tanah memiliki tujuan
semata-mata hanya untuk menjamin kepastian hukum. Pendaftaran hak atas tanah
selain berfungsi melindungi pemilik hak atas tanah, juga berfungsi untuk
mengetahui status dari bidang tanah tersebut, siapa pemiliknya, apa haknya,
dan berapa luasnya, serta dipergunakan untuk apa dan sebagainya. Tujuan
pendaftaran tanah dimuat dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintahan No. 24
Tahun 1997, adalah:
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak
lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai
bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertahanan, di mana setiap
bidang tanah termasuk peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas
tanah wajib didaftarkan.
Tujuan pendaftaran ini sangat berguna bagi masyarakat yang ingin
mendaftarkan hak atas tanahnya, karena dengan begitu para pemegang hak
dapat memiliki perlindungan hukum dengan adanya sertifikat hak atas tanah
tersebut. Menurut Djoko Prakoso dan Budiman Adi Purwanto menyatakan
bahwa tujuan pendaftaran tanah adalah:14
1) Memberikan kepastian objek kepastian mengenai bidang teknis, yaitu
mengenai kepastian letak, batas-batas tanah yang bersangkutan dan luas
tanah. Hal ini diperlukan untuk menghindari sengketa di kemudian hari,
baik dengan pihak yang menyerahkan maupun dengan pihak yang
mempunyai hak atas tanah berbatasan.
2) Memberikan kepastian hak ditinjau dari segi yuridis mengenai status
haknya, siapa yang berhak, siapa yang mempunyai dan ada tidaknya
hak-hak dan kepentingan pihak-hak lain atau pihak-hak ketiga. Kepastian mengenai
status hukum dari hak atas tanah yang bersangkutan sangat diperlukan.
3) Memberikan kepastian subjek kepastian mengenai orang-orang yang
mempunyai hak-hak atas tanah, hal ini diperlukan untuk mengetahui
dengan siapa kita harus berhubungan untuk dapat melakukan perbuatan
hukum secara sah mengenai ada atau tidaknya hak-hak dan kepentingan
pihak ke tiga, dan juga diperlukan untuk mengetahui perlu atau tidaknya
diadakan tindakan-tindakan tertentu untuk menjamin penguasaan hak
atas tanah yang bersangkutan secara efektif dan aman.
Oleh karena itu, dengan diadakannya pendaftaran hak atas tanah maka
dapat menghasilkan:15 a) Peta-peta pendaftaran;
b) Surat-surat ukur, untuk kepastian tentang letak, batas dan luas tanah;
c) Surat keterangan dari subjek yang bersangkutan (untuk kepastian siapa
yang berhak atas tanah yang bersangkutan);
d) Keterangan atas status hak atas tanah;
e) Keterangan mengenai beban-beban yang berada di atas tanah hak
tersebut;
f) Sertifikat sebagai alat pembuktian yang kuat.
4. Objek pendaftaran tanah
Menurut Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah, objek pendaftaran tanah adalah sebagai berikut:
(1) Objek pendaftaran tanah meliputi :
15 Sudargo Gautama, 1993, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung, Citra Aditya
a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan dan hak pakai;
b. Tanah hak pengelolaan;
c. Tanah wakaf;
d. Hak milik atas satuan rumah susun;
e. Hak tanggungan;
f. Tanah Negara.
Telah dijelaskan juga di dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 yaitu, dalam hal tanah Negara sebagai obyek
pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,
pendaftarannya dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang
merupakan tanah Negara dalam daftar tanah.
a. Sistem Pendaftaran Tanah
Dalam hukum pertanahan dikenal dua sistem pendaftaran tanah, yaitu:
1) Registration of Titles (positif)
Registration of titles merupakan sistem pendaftaran hak. Dalam registration of titles, setiap pencatatan hak harus dibuktikan dengan suatu akta, tetapi dalam penyelenggaraan pendaftaran bukan aktanya
yang didaftar, melainkan haknya yang diciptakan.
2) Registration of Deeds (negatif)
yang didaftar Pejabat Pendaftaran Tanah (PPT). Pejabat Pendaftar
Tanah bersifat pasif dan tidak melakukan pengujian atas kebenaran
data yang disebut dalam akta yang didaftar.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, sistem pendaftaran tanah yang digunakan adalah
sistem pendaftaran hak. Dalam sistem pendaftaran hak, orang yang tercatat
dalam buku tanah merupakan pemegang hak atas tanah tersebut sampai
dapat dibuktikan sebaliknya.
Sistem pendaftaran hak dapat diketahui dari adanya buku tanah
sebagai dokumen yang memuat data yuridis dan data fisik yang dihimpun
dan disajikan serta diterbitkannya sertifikat sebagai surat tanda bukti hak
yang didaftar. Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada
surat ukur tersebut merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta
pemegang haknya dan bidang tanahnya yang diuraikan dalam surat ukur
secara hukum telah didaftar.16
5. Tinjauan Umum Tentang Pengaturan Kegiatan Pendaftaran Tanah Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 menyebutkan bahwa,
pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah.17 Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali meliputi:
a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik;
b. Pembuktian hak dan pembukuannya;
c. Penerbitan sertifikat;
d. Penyajian data fisik dan data yuridis;
e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.18
Adapun di dalam Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan, disebutkan beberapa
kelompok pelayanan diantaranya yaitu:
a. Pelayanan pendaftaran tanah pertama kali;
b. Pelayanan pemeliharaan pendaftaran tanah;
c. Pelayanan pencatatan dan informasi pertanahan;
d. Pelayanan pengukuran bidang tanah;
e. Pelayanan pengaturan dan penataan pertanahan;
f. Pengelolaan pengaduan.19
D.Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan
Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan merupakan pedoman dalam
pelaksanaan layanan pertanahan di lingkungan Badan Pertanahan Nasional
17 Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah 18 Pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
19 Pasal 5 ayat (1) Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan
Republik Indonesia.20 Tujuan peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 ini untuk mewujudkan kepastian hukum, keterbukaan dan akuntabilitas pelayanan
publik. Dalam standar pelayanan yang diatur oleh Kepala BPN No. 1 Tahun
2010 ini, disebutkan ruang lingkup pengaturan peraturan yang meliputi:
a. Kelompok dan jenis pelayanan;
b. Persyaratan;
c. Biaya;
d. Waktu
e. Prosedur; dan
f. Pelaporan.21
Adanya ruang lingkup pengaturan tersebut membuat sistem kerja Kantor
Pertanahan menjadi lebih teratur dan berjalan dengan lancar, dan sesuai dengan
aturan yang ada dan sudah tertera.
1. Standar Pelayanan
Standar pelayanan merupakan suatu istilah dalam pelayanan publik
yang menyangkut kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang disediakan
oleh pemerintah sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Menurut Oentarto menjelaskan bahwa : “standar pelayanan memiliki nilai
20 Pasal 1 ayat (1) Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan
Pengaturan Pertanahan
21 Pasal 4 Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan
yang sangat strategis baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat”.
Adapun nilai strategis tersebut yaitu:
Pertama, bagi pemerintah daerah, standar pelayanan dapat dijadikan
sebagai tolak ukur dalam penentuan biaya yang diperlukan untuk membiayai
penyediaan pelayanan.
Kedua, bagi masyarakat standar pelayanan dapat dijadikan sebagai
acuan mengenai kualitas dan kuantitas suatu pelayanan publik yang
disediakan oleh pemerintah. Dengan demikian pelayanan yang
bermutu/berkualitas adalah pelayanan yang berbasis masyarakat, melibatkan
masyarakat dan dapat diperbaiki secara terus menerus. Disisi lain, pemerintah
dituntut untuk bekerja secara efisien dan efektif dalam hal pelayanan kepada
masyarakat.Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar
pelayanan, sebagai jaminan adanya kepastian bagi pemberi didalam
pelaksanaan tugas dan fungsinya dan bagi penerima pelayanan dalam proses
pengajuan permohonannya.
Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sebagai pedoman yang wajib ditaati dan
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan. Menjadi pedoman bagi
penerima pelayanan dalam proses pengajuan permohonan , serta sebagai alat
kontrol masyarakat dan/atau penerima layanan atas kinerja penyelenggara
pelayanan, oleh karena itu perlu disusun dan ditetapkan standar pelayanan
sesuai dengan sifat, jenis dan karakteristik layanan yang diselenggarakan,
perumusan dan penyusunannya melibatkan masyarakat dan/atau stakeholder
lainnya (termasuk aparat birokrasi) untuk mendapatkan saran dan masukan,
membangun kepedulian dan komitmen meningkatkan kualitas pelayanan.
Standar pelayanan publik menurut keputusan Menteri PAN (Pemberdayaan
Aparatur Negara) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, sekurang-kurangnya
meliputi:
a. Prosedur pelayanan
b. Waktu penyelesaian
c. Biaya pelayanan
d. Produk pelayanan
e. Sarana dan Prasarana
f. Kompetensi petugas pelayanan
Selanjutnya untuk melengkapi standar pelayanan tersebut diatas,
ditambahkan materi muatan yang dikutip dari rancangan Undang-Undang
tentang pelayanan publik, karena dianggap cukup realistis untuk menjadi
materi muatan standar pelayanan publik, sehingga susunannya menjadi
berikut:
a. Dasar hukum
b. Persyaratan
c. Prosedur pelayanan
d. Waktu penyelesaian
e. Biaya pelayanan
g. Sarana dan prasarana
h. Kompetensi petugas pelayanan
i. Pengawasan intern
j. Pengawasan extern
k. Penanganan pengaduan, saran dan masukan
l. Jaminan pelayanan
Tambahan materi muatan standar pelayanan publik tersebut diatas
dimaksudkan untuk melengkapi standar pelayanan publik menurut keputusan
Menteri PAN, pertimbangannya cukup realistis dengan memasukan materi
muatan dasar hukum dapat memberikan kepastian adanya jaminan
hukum/legalitas standar pelayanan tersebut. Disamping itu, persyaratan,
pengawasan, penanganan pengaduan, dan jaminan pelayanan bagi pelanggan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu cara yang akan digunakan untuk
mendapatkan suatu data dari obyek penelitian, dan kemudian data tersebut
diolah untuk mendapatkan data yang lengkap dan hasil penelitian yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.1 Untuk mendapatkan data dan
pengolahan yang diperlakukan dalam rangka penyusunan penelitian ini, penulis
menggunakan metode penelitian hukum sebagai berikut:
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris (sosiologis), yaitu
penelitian yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari
perilaku manusia,2 baik perilaku verbal yang didapat melalui wawancara maupun perilaku nyata yang dilakukan melalui pengamatan langsung.
Selain itu, penelitian empiris juga digunakan untuk mengamati hasil dari
perilaku manusia yang berupa peninggalan fisik maupun arsip.3
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan Kantor Pertanahan yang berada di Kota Medan
yang bertepatan di JL. Abdul Haris Nasution, Pangkalan Masyhur, Medan,
Sumatera Utara, Indonesia.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat Kota Medan, dan
subpopulasinya adalah masyarakat Kota Medan yang ada kaitannya dengan
pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali. Cara pengambilan sampel ini
ditentukan dengan metode Non Random Sampling untuk pemilihan
Narasumber, yaitu sampel dalam populasi kecil atau sedikit, bahwa setiap
individu dalam sampel tidak mendapatkan kesempatan yang sama sebab tidak
dilakukan secara acak, dan Random Sampling untuk pemilihan Responden,
yaitu dilakukan apabila jumlah sampel dalam populasi besar atau banyak,
dengan menentukan sampel secara acak.
D. Narasumber
Narasumber adalah seorang yang memberikan pendapat atas objek
yang kita teliti, bukan bagian dari unit analisis, tetapi ditempatkan sebagai
karena kompetensi keilmuan yang dimiliki4, yaitu: Kepala Kantor Pertanahan Kota Medan dan jajarannya.
E. Responden
Responden adalah seseorang atau individu yang akan memberikan
respons terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Responden ini
merupakan orang atau individu yang terkait secara langsung dengan data
yang dibutuhkan, yaitu: Masyarakat yang melakukan pendaftaran tanah
pertama kali di Kantor Pertanahan Kota Medan
F. Data penelitian
Dalam setiap penelitian, selain menggunakan metode yang tepat juga
diperlukan kemampuan memilih metode pengumpulan data yang relevan.
Data merupakan faktor penting dalam penelitian. Data penelitian dan bahan
hukum dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan cara:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari penelitian empiris, yaitu
penelitian yang dilakukan langsung di dalam masyarakat. Data primer
dalam penelitian hukum dapat dilihat sebagai data yang merupakan
perilaku hukum dari warga masyarakat.5
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelaahan
kepustakaan atau penelaahan terhadap berbagai literatur atau bahan
4 Mukti Fajar, Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hlm. 175
pustaka yang berkaitan dengan masalah atau materi penelitian yang
sering disebut sebagai bahan hukum.6
G.Teknik pengumpulan data 1. Data primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dengan penelitian melalui wawancara secara bebas, kuisioner, dan
observasi yang dilakukan oleh peneliti. Namun data yang didapat tetap
berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Peneliti
menggunakan metode sebagai berikut :
a. Observasi
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam rangka pengumpulan
data dengan cara mengamati fenomena suatu masyarakat tertentu dalam
waktu tertentu pula.7 b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak. Yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan. Hasil wawancara digunakan
peneliti sebagai sumber data utama dalam penelitian ini.
6Ibid.
c. Kuisioner
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan atau
membagikan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya oleh
peneliti kepada responden dan narasumber.
2. Data sekunder
Sumber sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara
membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang
bersumber dari literature. Data diambil dari beberapa pustakaan baik lokal
maupun nasional, serta undang-undang yang terkait dengan objek
penelitian.
H.Teknik Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini akan
disusun secara sistematis dan dianalisis. Dalam penelitian hukum empiris
(sosiologis) dilakukan analisis secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan
memberikan pemaparan dan menjelaskan secara rinci dan mendalam untuk
mengungkap apa yang terdapat dibalik dari peristiwa nyata dengan maksud
mencari nillai-nilai di dalamnya.8
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Gambaran Umum Kantor Pertanahan Kota Medan 1. Deskripsi Kota Medan
Kota Medan secara geografis terletak di antara 2 27'-2 47' Lintang Utara
dan 98 35'-98 44' Bujur Timur. Posisi Kota Medan ada di bagian Utara
Propinsi Sumatera Utara dengan topografi miring ke arah Utara dan berada
pada ketinggian tempat 2,5-37,5 m di atas permukaan laut. Luas wilayah Kota
Medan adalah 265,10 km2 secara administratif terdiri dari 21 Kecamatan dan
151 Kelurahan. Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari
prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta
api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi,
air bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) I. Sebagai daerah yang berada
pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota
Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis.1
2. Kantor Pertanahan Kota Medan
Kantor Pertanahan merupakan instansi vertikal Badan Pertanahan
Nasional (BPN) di setiap daerah Kabupaten/Kota. Kantor Pertanahan sebagai
bagian terdepan dari Badan Pertanahan Nasional, mempunyai peranan yang
sangat strategis serta penting dalam memberikan pelayanan di bidang
pertanahan secara langsung kepada masyarakat, sebab hal tersebut telah
tertera di dalam Perpres No. 20 Tahun 2015 Bab 3 Pasal 7 ayat (1) dan (2)
menyatakan bahwasanya, yaitu:
(1) untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuk
Kantor Wilayah BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di
kabupaten/kota.
(2) Kantor Pertanahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk
lebih dari 1 (satu) Kantor Pertanahan tiap kabupaten/kota.
Kantor Pertanahan Kota Medan sebagai instansi vertikal dari Badan
Pertanahan Nasional Kota Medan memiliki visi dan misi serta fungsi yang
sama dengan Badan Pertanahan Nasional di Indonesia, yang telah dijelaskan
dalam Bab 3 Pasal 7 ayat (3), “Tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata
kerja Kantor Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan ditetapkan oleh Kepala
setelah mendapat persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara”.
Dalam menjalankan kewajiban dan kewenangannya, Badan Pertanahan
Nasional Kota Medan berlandaskan pada visi dan misi Badan Pertanahan
Nasional, namun disini penulis akan menuliskan visi dan misi yang ada di
Kantor Pertanahan Kota Medan, yaitu:
VISI:
Terselenggaranya pengelolaan dan pelayanan pertanahan berkualitas
MISI:
1. Meningkatkan fungsi dan kelembagaan dan profesionalisme aparatur
Pertanahan.
2. Meningkatkan pelayanan dibidang pertanahan
3. Meningkatkan pengaturan, penguasaan, pemilikan, penggunaan,
pemanfaatan serta pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup
4. Meningkatkan pengelolaan Adminstrasi Pertanahan dengan
mengikutsertakan peran aktif masyarakat
5. Meningkatkan upaya penyelesaian permasalahan pertanahan
MOTTO
1. Melayani setulus hati seakan untuk dirinya sendiri
2. Melayani pelanggan dengan senyum dan ramah
3. Mengutamakan kepuasan dan kenyamanan pelanggan
4. Memberikan infromasi persyaratan, waktu dan biaya dengan transparan
5. Mengoptimalkan pelayanan yang berkualitas dan tepat waktu
6. Mengutamakan penyelesaian massalah dengan solusi
Visi dan Misi serta Motto tersebut merupakan visi, misi dan motto yang
terdapat di dalam Kantor Pertanahan Kota Medan. Berikut ini merupakan
gambar 1. Visi, Misi dan Motto
Tugas
Kantor Pertanahan Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Fungsi
Kantor Pertanahan Kota Medan dalam melaksanakan tugas BPN juga
memiliki fungsinya, berikut adalah beberapa fungsi dari Badan Pertanahan
Nasional:2
1) penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan
2) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan;
3) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat;
4) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan dan pengendalian kebijakan pertanahan;
5) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah; 6) perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan
penanganan sengketa dan perkara pertanahan;
7) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
8) pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;
9) pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan;
10) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; dan 11) pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan.
Tugas dan fungsi tersebut merupakan patokan bagi Kantor Pertanahan
Kota Medan untuk menjalankan kewajibannya sebagai lembaga
pemerintahan yang melayani setiap masyarakat sebagai pemohon di dalam
Kantor Pertanahan Kota Medan.
a. Struktur Organisasi dan Tugas Kantor Pertanahan Kota Medan
Sebagai salah satu lembaga pemerintah, kantor pertanahan bertugas
menangani masalah pertanahan yang berada di wilayah Kota Medan.
Dalam menjalankan tugasnya serta fungsi dan visi misinya, sangatlah
penting memiliki struktur organisasi yang memadai. Struktur oganisasi
merupakan hal yang sangat penting dalam berjalannya atau terlaksananya
kegiatan serta fungsi dan tugas dari kantor pertanahan. Salah satu hal
penting dari struktur organisasi adalah penetapan seksi sesuai dengan
Struktur organisasi menggambarkan bagaimana seksi-seksi
didalamnya dengan tanggung jawabnya masing-masing. Struktur
organisasi hanya gambaran secara grafik struktur kerja dari suatu struktur
organisasi, tanpa adanya struktur organisasi suatu lembaga pemerintah
tidak dapat berjalan dengan lancar karena tidak adanya pembagian tugas
di setiap masing-masing divisi. Struktur organisasi selalu ada di setiap
lembaga pemerintah, oleh karena itu adapun struktur organisasi yang ada
di Kantor Pertanahan Kota Medan dapat dilihat pada bagan berikut:
Setiap struktur organisasi memiliki tugas nya masing masing yang
tugasnya yang telah dijelaskan di dalam Peraturan Presiden No. 10 Tahun
2006 tentang BPN sebagai berikut:
1) Subbagian Tata Usaha
Subbagian tata usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan
administaratif kepada semua satuan organisasi kantor pertanahan,
serta menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan
peraturan perundang-undangan.
2) Seksi Survei, Pengukuran, dan Pemetaan
Seksi survei, pengukuran, dan pemetaan mempunyai tugas melakukan
survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan;
perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah,
pemetaan tematik dan survei potensi tanah, penyiapan pembiayaan
surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah.
3) Seksi Pengaturan dan Penataan Pertanahan
Seksi pengaturan dan penataan pertanahan mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan melakukan penetapan hak dalam rangka
pemberian, perpanjangan dan pembaruan hak tanah, pengadaan tanah,
perijinan, pendataan dan penertiban bekas tanah hak; pendaftaran,
peralihan, pembebanan hak atas tanah serta pembinaan pejabat
pembuat akta tanah (PPAT).
Seksi pengendalian dan pemberdayaan mempunyai tugas menyiapkan
bahan dan melakukan penatagunaan tanah, landreform, konsolidasi tanah, penataan pertanahan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil,
perbatasan dan wilayah tertentu lainnya.
5) Seksi Sengketa, Konflik, dan Perkara
Seksi sengketa, konflik, dan perkara mempunyai tugas menyiapkan
bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan, pengolahan
tanah negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan
masyarakat.
Penjelasan diatas telah memaparkan bagaimana tugas dari setiap
masing-masing subbagian dan seksi-seksi yang ada di dalam struktur
organisasi Kantor Pertanahan Kota Medan
b. Kepegawaian Kantor Pertanahan Kota Medan
Suatu struktur organisasi akan dapat berjalan dengan baik apabila
didukung dengan adanya sumber daya manusia yang baik pula, dengan
begitu tugas dan fungsinya berjalan sesuai dengan aturannya. Setelah
penulis melakukan observasi di lapangan, kantor pertanahan Kota Medan
memiliki 122 pegawai dengan golongan yang berbeda serta tugas dan
jabatannya masing-masing. Berikut ini adalah hasil dari observasi oleh
peneliti di lapangan mengenai identifikasi pegawai berdasarkan tingkat
Tabel 2.1
Identifikasi Pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Persentase
1. S2 5 4,10%
2. S1 36 29,50%
3. D IV 2 1,63%
4. AKD 3 2,50%
5. SMU 69 56,55%
6. SLTP 6 4,91%
7. SD 1 0,81%
Jumlah 122 100%
Sumber: Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kota Medan
Dari tabel 2.1 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar pegawai
Kantor Pertanahan Kota Medan memiliki tingkat pendidikan SMU yang
bahkan tergolong cukup banyak mencapai 50% dari pegawai yang ada.
Setelah pendidikan SMU, kemudian tingkat pendidikannya yang tergolong
banyak adalah S1. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kantor Pertanahan Kota Medan memiliki sumber daya manusia yang
cukup berpendidikan dan dapat menguasai akan tugasnya masing-masing.
Untuk melihat masa kerja dan kualifikasi dari pegawai Kantor Pertanahan
menurut golongannya. Berikut merupakan tabel identifikasi pegawai
Kantor Pertanahan Kota Medan berdasarkan golongannya.
Tabel 2.2
Identifikasi Pegawai Kantor Pertanahan Kota Medan Berdasarkan Golongannya
No. Golongan Jumlah Persentase
1. IV 3 2,50%
2. III 74 60,64%
3. II 44 36,05%
4. I 1 0,81%
Jumlah 122 100%
Sumber: Bagian Tata Usaha Kantor Pertanahan Kota Medan
Tabel 2.2 diatas menunjukkan bahwa sebagian pegawai yang berada
di Kantor Pertanahan Kota Medan memiliki jenjang pangkat atau golongan
III, maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwasanya pegawai
Kantor Pertanahan Kota Medan telah memiliki cukup pengalaman di
Kantor Pertanahan, sebab masa kerjanya yang tergolong sudah cukup
B.Peranan Kantor Pertanahan Kota Medan dalam Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali
1. Alur Melakukan Pendaftaran Tanah Pertama Kali di Kantor Pertanahan Kota Medan
Sebelum masuk ke dalam penelitian tentang sejauh mana peran Kantor
Pertanahan Kota Medan dalam melakukan pelayanan pendaftaran pertama
kali, ada baiknya penulis ingin memberikan penjelasan mengenai alur dalam
melakukan pendaftaran tanah pertama kali. Sesuai dengan hasil yang telah
diperoleh penulis, berikut merupakan penjelasan mengenai aturan-aturan dan
bagaimana persyaratan, biaya, waktu, prosedur, dan pelaporan, saat para
pemohon tersebut melakukan pendaftaran terutama bagi yang pertama kali.
Terkadang masih ada saja yang kurang memahami, bagaimana cara dan
tahapannya. Kantor Pertanahan Kota Medan telah memberikan
tahapan-tahapan saat para pemohon memasuki kantor tersebut, dijelaskan
sebagaimana kantor pertanahan memiliki 4 (empat) loket, yaitu:
a. Loket pertama merupakan loket informasi dan pengaduan
Di loket ini para pemohon dapat menanyakan informasi yang
pemohon tidak ketahui mengenai pendaftaran ataupun pemohon dapat
memberikan pengaduan mengenai proses dari pendaftaran teersebut.
b. Loket kedua merupakan loket pelayanan yang terdiri dari:
1) Loket IIa
a) Permohonan pengukuran
d) Pendaftaran surat keputusan e) Surat masuk
f) Penggabungan sertifikat g) Ijin penetapan lokasi
h) Ijin perubahan penggunaan tanah
2) Loket IIb
a) Peralihan hak waris/jual beli b) Hak tanggungan
c) Roya d) Cessi e) Imbreng f) Ganti nama
g) Perubahan hak GB jadi hak milik (tanpa ganti blanko) h) Pengecekan sertifikat
i) Pemecahan/ penggabungan/ pemisahan sertifikat
c. Loket ketiga merupakan loket bendahara
Loket ketiga merupakan loket dimana para pemohon melakukan
pembayaran sesuai dengan tartif yang berlaku
d. Loket keempat merupakan loket pengambilan produk
Loket keempat merupakan loket dimana pemohon dapat mengambil
berkasnya dengan membawa bukti tanda terima berkas atau apabila