PENGARUH MEDIA SIMPAN, RUANG SIMPAN, DAN LAMA
PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS PROPAGUL
Rhizophora stylosa
Griff.
MUHAMMAD KALINGGA F
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGARUH MEDIA SIMPAN, RUANG SIMPAN, DAN LAMA
PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS PROPAGUL
Rhizophora stylosa
Griff.
Oleh :
MUHAMMAD KALINGGA F
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
MUHAMMAD KALINGGA F. E44062472. Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa
Griff. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS dan Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc.
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki garis pantai dan sebagiannya ditumbuhi hutan mangrove yang merupakan tipe dominan di kawasan pantai. Namun, pada saat ini kawasan hutan mangrove telah mengalami degradasi yang menyebabkan penurunan potensi hutan. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali potensi hutan mangrove ini adalah dengan melakukan rehabilitasi hutan mangrove. Rhizophora sp., termasuk didalamnya jenis Rhizophora stylosa Griff., merupakan jenis pohon yang memiliki arti penting dalam pembentukan hutan mangrove. Permasalahan utama dari jenis R. stylosa adalah benihnya termasuk kedalam benih rekalsitran. Oleh karena itu, teknik penyimpanan benih R. sylosa merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dikembangkan untuk menunjang keberhasilan kegiatan rehabilitasi mangrove yang telah terdegradasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media simpan, ruang simpan, dan lama penyimpanan terhadap viabilitas propagul R. stylosa, serta untuk membandingkan potensi daya berkecambah propagul R. stylosa hasil uji belah dengan daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor, Kementerian Kehutanan.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 5x2x2 dengan 3 kali ulangan. Adapun perincian faktor-faktornya adalah sebagai berikut: faktor A (lama penyimpanan) terdiri dari A0 (0 minggu), A1 (1 minggu), A2 (2 minggu), A3 (3 minggu), dan A4 (4 minggu); faktor B (ruang simpan) terdiri dari B1 (ruang AC) dan B2 (ruang kamar); dan faktor C (media simpan) terdiri dari C1 (serbuk gergaji) dan C2 (sabut kelapa). Adapun data yang diambil pada penelitian ini adalah viabilitas propagul, persen berakar propagul, kadar air propagul, daya berkecambah propagul, kecepatan tumbuh propagul, dan nisbah pucuk akar semaiR. stylosa.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa pengaruh interaksi antara perlakuan lama penyimpanan, ruang simpan, dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap variabel daya berkecambah propagul R. stylosa. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap daya berkecambah, nilai perkecambahan, kecepatan tumbuh propagul, dan nisbah pucuk akar semai R. stylosa. Adapun pengaruh interaksi antara ruang simpan dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap persen berakar propagulR. stylosa. Dalam penelitian ini, media simpan sabut kelapa yang diletakkan di ruang AC dapat mempertahankan viabilitas propagul R. stylosa sampai masa penyimpanan selama 4 minggu. Selain itu, hasil metode pendugaan viabilitas propagulR. stylosadengan uji belah adalah relatif sama dengan hasil uji perkecambahan secara langsung dari propagul tersebut.
ABSTRACT
MUHAMMAD KALINGGA F. E44062472. The Influence of Storage Media, Storage Room, and Time of Storage on Propagules Viability of Rhizophora stylosa
Griff. Supervised by Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS and Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc.
Indonesia as an archipelagic country has a coastline and partly overgrown with mangrove forest which is the dominant type of coastal areas. However, at present the mangrove forests have been degraded which causes a decrease in forest potency. The effort that can be done to improve the return potential of these mangrove forests is by rehabilitation of mangrove forest. Rhizophora sp., including the type of Rhizophora stylosa Griff., is a pioneer tree species in the mangrove forest which has an important meaning in the mangrove forest etablishment. The main problem of this type ofR. stylosa that is the seed classified into the recalcitrant ones. Therefore, the technique of seed storage is a very important activity to be developed for supporting the success of mangrove rehabilitation activities that have been degraded.
The purpose of this study is to discover the influence of storage media, storage room, and time of storage on the propagule viability ofR. stylosa, and to compare theR. stylosa propagule germination potential between cutting test and directly propagule germination test results. The research was conducted at the greenhouse and Silviculture Laboratory, Faculty of Forestry IPB and Seed Technology Research Institute Laboratory (BPTP), Bogor.
This study used a factorial experiment with completely randomized design (CRD) factorial 5x2x2 with 3 replicates. The details of the factors are: factor A (time of storage) consists of A0 (0 weeks), A1 (1 week), A2 (2 weeks), A3 (3 weeks), and A4 (4 weeks); factor B (storage room) consists of B1 (AC room) and B2 (living room); and factor C (storage media), consists of C1 (sawdust) and C2 (coconut husk). The data collected is propagule viability, the percentage of rooted propagule, moisture content of propagule, propagule germination, germination value of propagule, the growth rates of propagule and shoot and seedling root to ratio ofR. stylosa.
Based on these results, it is known that the influence of interaction between treatment storage time, storage room, and storage media caused a significant difference to variable germination propaguleR. stylosa. The influence of interaction between storage time and storage media caused significant differences on germination, germination value, the growth rates of propagule, and seedling root to shoot ratio ofR. stylosa. The influence of interaction between storage room and storage media caused significant differences to the percent of rooted propaguleR. stylosa. In this study, coconut husk media storage that is placed in the air conditioner room capable to maintaining the viability of R. stylosa propagule until the time of storage for 4 weeks. The result of estimation R. stylosa propagule viability with cutting test is relatively similar with the directly propagule germination test results.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Ruang
Simpan, Media Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul
Rhizophora stylosa Griff. adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS dan Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc
serta belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2011
Muhammad Kalingga F
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan
terhadap Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff.”. Kegiatan penelitian dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB
serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor,
Kementerian Kehutanan. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai metode penyimpanan benih R. stylosa yang baik.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah, Ibu, kakak, dan adik tercinta yang selalu mendo’akan, memberi
dukungan, dan semangat yang tiada henti.
2. Prof. Dr. Ir Cecep Kusmana, MS dan Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu
kepada penulis.
3. Vonnya Liddyannisa. P, kekasih yang selalu memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis.
4. Seluruh Pegawai di Bagian Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan
Laboratorium BPTP Bogor, yang telah banyak membantu dan memfasilitasi
dalam pelaksanaan kegiatan penelitian.
5. Teman-teman mahasiswa Silvikultur 43 dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam proses penelitian.
Dengan menyadari ketidaksempurnaan diri sebagai manusia, penulis
berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukannya.
Bogor, Maret 2011
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Tujuan Penelitian ... 2
C. Hipotesis ... 2
D. Manfaat Penelitian ... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hutan Mangrove... 3
B. Tinjauan JenisRhizophora stylosaGriff... 4
B.1. Tinjauan UmumRhizophora stylosaGriff. ... 4
B.2. Sistem Perakaran... 4
B.3. Daun... 4
B.4. Bunga dan Buah... 5
C. Penyimpanan Benih ... 5
C.1. Pengertian dan Tujuan ... 5
C.2. Cara Penyimpanan ... 5
C.3. Wadah Penyimpanan ... 6
C.4. Media Simpan ... 7
D. Perkecambahan ... 7
E. Uji Viabilitas ... 8
F. Uji Belah (Cutting Test) ... 9
G. Kemunduran Benih ... 9
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10
C. Metode Analisis ... 10
D. Pelaksanaan Penelitian... 12
D.1. Tahap Persiapan ... 12
D.2. Pengunduhan Benih ... 12
D.3. Seleksi Benih... 12
D.4. Penyimpanan Benih ... 13
D.5. Uji Belah (Cutting Test)... 13
D.5.1. Persiapan dan Perlakuan Benih ... 13
D.5.2. Evaluasi Hasil Uji Belah (Cutting Test) ... 14
D.6. Penyemaian Benih... 14
D.7. Pemeliharaan ... 14
E. Pengambilan Data ... 15
E.1. Viabilitas Benih dengan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung ... 15
E.2. Kadar Air (KA) ... 16
E.3. Persentase Benih yang Berakar Selama Penyimpanan ... 17
E.4. Daya Berkecambah (DB) ... 17
E.5. Kecepatan Tumbuh (KT) ... 17
E.6. Nilai Perkecambahan (NP)... 17
E.7. Nisbah pucuk Akar (NPA) ... 18
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 20
A.1. Persentase Propagul yang Berakar pada Setiap Akhir Periode Simpan (PB) ... 21
A.2. Kadar Air Propagul (KA) ... 22
A.3. Daya Berkecambah (DB)... 24
A.4. Nilai Perkecambahan (NP) ... 27
A.5. Kecepatan Tumbuh (KT)... 28
A.7. Pendugaan Viabilitas Berdasarkan Uji Belah
(Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung... 32
B. Pembahasan ... 34
B.1. Pendugaan Viabilitas PropagulRhizophora stylosa
Griff. Berdasarkan Uji Perkecambahan Langsung ... 34
B.2. Pendugaan Viabilitas PropagulRhizophora stylosa
Griff. Berdasarkan Uji Belah (Cutting Test) ... 41 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan
terhadap Variabel Perkecambahan Propagul dan Pertumbuhan
SemaiR. stylosaSelama Periode Pengamatan ... 20 2. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Ruang Simpan dan Media
Simpan terhadap Persentase Berakar (PB) PropagulR.stylosa.. 22 3. Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan
terhadap Kadar Air (KA) PropagulR. stylosa... 24 4. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A),
Ruang Simpan (B), dan Media Simpan (C) terhadap
Daya Berkecambah (DB) PropagulR.stylosa... 26 5. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan
terhadap Nilai Perkecambahan (NP) PropagulR. stylosa... 28 6. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan
terhadap Kecepatan Tumbuh (KT) PropagulR. stylosa ... 30 7. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Potongan Bagian SemaiR. stylosadalam Pengukuran
Nisbah Pucuk Akar ... 18
2. Persentase Berakar PropagulR.stylosapada Setiap Akhir
Periode Simpan ... 21
3. Rata-rata Kadar Air Propagul pada Setiap Perlakuan
Penyimpanan... 23
4. Rata-rata Daya Berkecambah Propagul pada Setiap
Perlakuan Penyimpanan... 25
5. Rata-rata Nilai Perkecambahan Propagul pada Setiap
Perlakuan Penyimpanan... 27
6. Rata-rata Kecepatan Tumbuh Propagul pada Setiap
Perlakuan Penyimpanan... 29
7. Rata-rata Nisbah Pucuk Akar SemaiR. stylosaBerdasarkan
Perlakuan Periode Simpan Propagul ... 31
8. Daya Berkecambah PropagulR. stylosaHasil Uji Belah
dan Hasil Uji Perkecambahan Langsung ... 33
9. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulR.stylosayang
Viabelpada Uji Belah ... 41 10. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulR.stylosayangNon
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rekapitulasi Hasil Pengamatan PB, KA, DB, NP, KT, dan
NPARhizophora stylosa ... 47 2. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Uji Perkecambahan
Langsung dan Hasil Uji Belah (Cutting Test) Propagul
Rhizophora stylosa ... 49 3. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosapada
Berbagai Perlakuan Penyimpanan ... 51
3.1. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa
Tanpa Perlakuan Penyimpanan ... 51
3.2. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa
yang Disimpan Selama 1 Minggu ... 51
3.3. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa
yang Disimpan Selama 2 Minggu ... 52
3.4. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa
yang Disimpan Selama 3 Minggu ... 52
3.5. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa
yang Disimpan Selama 4 Minggu ... 53
4. Sidik Ragam Persentase Berakar PropagulRhizophora
stylosa ... 54 5. Sidik Ragam Kadar Air PropagulRhizophora stylosa ... 54 6. Sidik Ragam Daya Berkecambah PropagulRhizophora
stylosa ... 54 7. Sidik Ragam Nilai Perkecambahan PropagulRhizophora
stylosa ... 55 8. Sidik Ragam Kecepatan Tumbuh PropagulRhizophora
10. Hasil Uji Beda Rata-rata antara Dugaan Daya Berkecambah
Hasil Uji Perkecambahan Langsung dengan Uji Belah pada
PropagulRhizophora stylosa ... 56 11. Data Pengukuran Panjang dan Diameter Propagul
Rhizophora stylosa ... 57 12. Panjang Rata-rata, Diameter Rata-rata, dan Berat Rata-rata
PropagulRhizophora stylosa ... 58 12.1. Panjang Rata-rata dan Diameter Rata-rata Propagul
Rhizophora stylosayang Digunakan dalam
Penelitian... 58
12.2. Berat Rata-rata PropagulRhizophora stylosayang
Digunakan dalam Penelitian ... 58
13. Kadar Air Media Simpan PropagulRhizophora stylosa ... 59 14. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora stylosa
Hasil Uji Belah pada Berbagai Perlakuan Penyimpanan... 60
14.1. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora stylosaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama
1 Minggu ... 60
14.2. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora stylosaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama
2 Minggu ... 61
14.3. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora styolsaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama
3 Minggu ... 62
14.4. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora stylosaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki panjang garis pantai kurang
lebih 81.000 km (Soegiarto 1984 dalam Kusmana 1993). Sebagian garis pantai tersebut ditumbuhi hutan mangrove yang merupakan tipe hutan dominan di
kawasan pantai. Menurut Darsidi (1984) dalam Kusmana (1993), luas kawasan hutan mangrove Indonesia sekitar 4,25 juta ha. Namun, pada saat ini kawasan
tersebut telah mengalami degradasi yang menyebabkan penurunan potensi hutan.
Salah satu faktor penyebab menurunnya potensi hutan mangrove ini adalah
pertumbuhan penduduk yang pesat, sehingga tuntutan untuk mendayagunakan
sumber daya mangrove terus meningkat. Adapun upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kembali potensi hutan mangrove ini adalah dengan
meningkatkan produktivitas ekosistem hutan. Untuk meningkatkan produktivitas
hutan mangrove tersebut, perlu dilakukan rehabilitasi dengan cara penanaman
kembali hutan mangrove yang telah rusak.
Dalam kegiatan penanaman hutan mangrove tersebut tidak terlepas dari
masalah ketersediaan bibit, baik kesesuaian jenis, kuantitas, maupun kualitasnya.
Mengingat jenis-jenis pohon Rhizophora sp., termasuk didalamnya jenis Rhizophora stylosaGriff., merupakan jenis pohon pionir dalam hutan mangrove, maka jenis ini memiliki arti penting dalam pembentukan hutan mangrove
terutama mengenai rehabilitasi hutan.
Permasalahan mendasar mengenai jenis R. stylosa adalah benihnya termasuk kedalam benih rekalsitran, yaitu benih yang memiliki daya simpan rendah dan tanpa dormansi (Schmidt 2002). Kondisi tersebut tidak
menguntungkan karena pada kadar air yang relatif tinggi benih akan berakar,
sedangkan pada kadar air yang rendah viabilitas benih akan menurun. Akibat
viabilitas yang menurun ini, maka mutu benih akan menjadi rendah. Akibat sifat
rekalsitran yang rumit ini membatasi manipulasi kondisi penyimpanan dan membuat potensi penyimpanan sangat terbatas, sekalipun benih dalam kondisi
yang terbaik. Oleh karena itu, teknik penyimpanan benih atau propagul
menunjang keberhasilan kegiatan rehabilitasi mangrove yang telah terdegradasi
atau rusak.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh media simpan, ruang simpan, dan lama penyimpanan
terhadap viabilitas propagulRhizophora stylosa.
2. Membandingkan potensi daya berkecambah propagul R. stylosa hasil uji cepat (uji belah) dengan daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan
langsung.
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Propagul Rhizophora stylosa yang disimpan menggunakan media simpan di ruang yang terkontrol mempunyai viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan propagulR. stylosa yang disimpan tanpa media simpan di ruang yang tidak terkontrol.
2. Potensi daya berkecambah propagul R. Stylosa hasil uji belah tidak berbeda dengan daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan teknik penyimpanan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah satu persekutuan hidup alam hayati dan alam
lingkungannya yang terdapat di daerah pantai laut kawasan tropika (Anwar dan
Subandiono 1996). Kata mangrove mengacu kepada spesies yang tumbuh di garis
pantai atau muara sungai dengan adaptasi khusus terhadap kondisi salinitas (Pinto
1986).
Menurut Bengen (2002), umumnya hutan mangrove tumbuh pada daerah
intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung, dan berpasir. Daerahnya
tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang
pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi
hutan mangrove. Air yang menggenangi biasanya bersalinitas payau (2-22
permill) hingga asin ( mencapai 38 permill).
Kusmana (1997) memberikan beberapa faktor lingkungan yang diduga
dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mangrove, yaitu fisiografi
pantai, salinitas, pasang surut air laut, iklim, tanah, kandungan oksigen terlarut,
dan hara. Hal tersebut ditegaskan oleh Istomo (1992) yang juga mengatakan
bahwa adaptasi mangrove terhadap faktor-faktor tersebut tampak pada fisiologi
dan komposisi, serta struktur tumbuhan mangrove.
Pohon-pohon di hutan mangrove memiliki daya adaptasi tersendiri agar
tetap hidup pada kondisi ekstrim. Bengen (2002) menyebutkan, ada beberapa tipe
adaptasi pohon mangrove, yaitu:
a. Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah, yaitu pohon mangrove
memiliki bentuk perakaran yang khas sebagai adaptasi terhadap
kondisi ini. Perakaran bertipe cakar ayam yang mempunyai
pneumatophora untuk mengambil oksigen dari udara dan perakaran bertipe penyangga yang mempunyai lentisel.
b. Adaptasi terhadap kadar garam tinggi, yaitu pohon mangrove memiliki
sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam,
keseimbangan garam, dan daunnya memiliki sruktur stomata khusus
untuk mengurai penguapan.
c. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut,
dengan cara pohon mangrove mengembangkan struktur akar untuk
memperkokoh pohon. Akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil
unsur hara dan menahan sedimen.
B. Tinjauan JenisRhizophora stylosaGriff. B.1. Tinjauan UmumRhizophora stylosaGriff.
Menurut Samingan (1975) Rhizophora stylosa termasuk kedalam suku Rhizophoraceae. Rhizophora stylosa tumbuh terbatas pada pantai berpasir dan selalu merupakan pohon kecil, tidak seperti Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata yang dapat mencapai tinggi sekitar 35–40 m apabila tumbuh pada habitat yang baik.
Menurut Onrizal (2005), pohon ini memiliki tinggi mencapai 10 m dan
dbh mencapai 25 cm. Batang pohon silindris, tidak berbanir, kulit luar cokelat,
cokelat keabuan sampai kehitaman, licin, retak-retak vertikal seperti garis dengan
tepi tidak terangkat. Tumbuh pada daerah dengan lumpur dangkal, tergenang air
pasang harian, dan membentuk tegakan murni.
B.2. Sistem Perakaran
JenisRhizophora stylosaberbatang pendek dan bercabang banyak dengan bentuk akar berupa akar tunjang (akar tongkat). Akar tongkat ini merupakan akar
udara yang kusut, terbuka menghadap ke udara, muncul dari batang pohon dan
cabang yang rendah, memanjang keluar masuk tanah, serta mempunyai lentisel
untuk pernafasan. Akar ini juga digunakan dalam proses akumulasi garam
(Bengen 2000).
B.3. Daun
Daun merupakan salah satu sumber serasah di hutan mangrove yang akan
dimakan oleh kepiting dan sebagian lagi akan diurai oleh bakteri dan jamur
mangrove. Semakin tinggi produktivitas gugur daun akan meningkatkan
produktivitas di hutan mangrove (Ekoton 1998). Menurut Bengen (2000), daun
Rhizophora stylosa mempunyai bentuk oval dengan panjang mencapai 10 cm. Bagian sisi bawah dari permukaan daun berwarna hijau muda (terang) dan
terdapat bintik-bintik berwarna cokelat dibawahnya. Daunnya tersusun dalam
rumpun sampai ujung tongkat.
B.4. Bunga dan Buah
Menurut Peter dan Sivasothi (2001), semua jenis mangrove menghasilkan
buah yang penyebarannya dilakukan oleh air (arus). Buah Rhyzophora stylosa mempunyai bentuk memanjang dengan ukuran 20-60 cm dan diameternya 10-23
mm, serta meruncing pada bagian ujungnya. Bunga Rhizophora stylosamemiliki ciri biseksual, berukuran kecil, tebal, dan berwarna putih kekuningan.
C. Penyimpanan Benih
C.1. Pengertian dan Tujuan
Viabilitas benih dapat diperpanjang, bila benih disimpan pada kondisi
yang terlindung dari panas, uap, air, dan oksigen (Justice dan Bass 1978). Justice
dan Bass (1978) juga mengatakan bahwa tujuan utama penyimpanan benih
bernilai ekonomi adalah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu
musim ke musim berikutnya. Manan (1976) berpendapat bahwa penyimpanan
benih yang baik merupakan usaha pengawetan viabilitas benih, sejak
pengumpulan sampai penyebaran benih di persemaian atau penanaman benih
langsung di lapangan.
C.2. Cara Penyimpanan
Menurut King dan Roberts (1979)dalam Handayani (2000), setelah benih disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, diharapkan kualitasnya tetap baik
atau hanya sedikit menurun. Benih dari berbagai jenis pohon dapat dipertahankan
daya berkecambahnya bila disimpan dalam ruang kering dingin pada suhu 0-5°C
dan kelembaban relatif tidak lebih dari 40 %. Sedangkan kadar air benih harus
matahari. Kecepatan penguapan air dari benih akan mempengaruhi mutu benih.
Kadar air benih ini sangat menentukan jangka waktu lamanya penyimpanan,
semakin rendah kadar airnya maka benih dapat disimpan lebih lama. Benih yang
berkadar air tinggi tidak dapat disimpan lama.
Dalam terminologi benih, secara tradisional benih dikelompokkan ke
dalam dua kelompok utama berdasarkan potensi fisiologisnya, yaitu benih
rekalsitran dan ortodoks. Benihortodoks meliputi benih yang dapat dikeringkan sampai kadar air rendah (2-5 %) dan dengan kadar air rendah dapat disimpan pada
suhu rendah. Viabilitasnya dapat diperpanjang dengan menurunkan kelembaban
dan suhu penyimpanan. Benihrekalsitrantetap mempertahankan kadar air tinggi sampai masak (sering lebih dari 30-50%), dan peka terhadap pengeringan di
bawah 12-30 %, tergantung pada jenisnya. Benih ini punya daya simpan rendah
dan cepat kehilangan viabilitasnya pada berbagai kondisi penyimpanan (Schmidt
2002). Beberapa faktor yang ikut berperan terhadap pendeknya daya simpan benih
rekalsitranadalah kerusakan akibatdesikasi, kerusakan karena suhu di bawah nol, dan masalah yang timbul karena benih berkadar air tinggi selama penyimpanan,
seperti serangan cendawan (Chin 1980dalamWidajati 1986).
C.3. Wadah Penyimpanan
Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari kerusakan fisik
maupun fisiologis. Pemilihannya didasari pertimbangan tujuan penyimpanan,
jumlah benih yang disimpan dan kondisi ruang simpan maupun lamanya benih
berada dalam wadah simpan (Bass, Te dan Winter 1961dalamAnggraini 2000). Kondisi ruang simpan mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan,
terutama RH dan suhu yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan
dalam mempertahankan daya simpan benih. Penyimpanan benih pada daerah
beriklim tropis seperti Indonesia sering mengalami kendala terutama karena
adanya fluktuasi suhu. Harrington (1973) menyatakan untuk penyimpanan benih
selama mungkin tanpa menghilangkan daya berkecambah dan vigor benih dapat
dilakukan dengan mengkondisikan lingkungan yang kering dan dingin. Untuk
memperpanjang daya berkecambah dan vigor benih dapat dilakukan dengan cara
dihumidifikasi dan penyimpanan dalam wadah kedap uap air atau wadah yang
resisten terhadap kelembaban.
C.4. Media Simpan a. Serbuk gergaji
Media simpan serbuk gergaji merupakan limbah yang berasal
terutama dari industri penggergajian kayu. Limbah tersebut dapat
menimbulkan pengotoran lingkungan apabila tidak dapat diatasi, baik
pembuangan maupun pemanfaatannya (Anggraini 2000). Serbuk gergaji
kayu mengandung komponen kimia yang sama dengan yang terkandung
dalam batang kayu, yakni komponen sellulosa, lignin, hemisellulosa dan
zat ekstraktif. Disamping itu serbuk gergaji juga mengandung 0,24% N,
0,20% P dan 0,45% K. Debu dari kayu cukup kaya akan zat makanan bagi
tumbuh-tumbuhan terutama CaCO3 (Darusman 1973).
b. Sabut kelapa
Media simpan lain yang digunakan selain serbuk gergaji adalah
sabut kelapa. Sabut kelapa memenuhi kriteria sebagai media perakaran
karena berserat, mempunyai kamampuan menahan air, longgar, ringan,
mudah didapat, dan tidak mahal (Kijkar 1992).
D. Perkecambahan
Menurut Kamil (1982), perkecambahan adalah pengaktifan kembali
aktivitas pertumbuhanembrionic axisdi dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya
akar atau daun yang menonjol keluar dari biji.
Perkecambahan merupakan batas antara benih yang masih tergantung pada
sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri
dalam mengambil hara. Kondisi perkecambahan dan rentan toleransi untuk
perkecambahan benih bervariasi tergantung jenis dan berhubungan dengan
lingkungan tempat tanaman tersebut tumbuh. Perkecambahan ditentukan oleh
Baker et al (1995) menyebutkan ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu tipe hipogeal dan epigeal. Perkecambahan hipogeal adalah tipe perkecambahan yang kotiledonnya tetap di dalam tanah dan tertutup dalam kulit biji. Pertumbuhan
pertama epikotil berkembang menjadi batang dan daun primer. Tipe ini
merupakan pola khas beberapa Angiospermae. Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang kotiledonnya tumbuh mengangkat biji keluar dari tanah, dan
kotiledon tersebut menjadi organ fotosíntesis awal, kulit biji jatuh pada
permukaan tanah.
E. Uji Viabilitas
Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk hidup, tumbuh, dan
berkembang. Jadi, uji viabilitas adalah pengujian untuk menentukan kemampuan
hidup, tumbuh, dan berkembang benih atau sekumpulan benih (Justice dan Bass
2002). Uji viabilitas merupakan salah satu parameter yang diukur dalam pengujian
benih, khususnya fisiologis benih (Schmidt 2002).
Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya
berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor. Pengujian daya
berkecambah atau daya tumbuh memberikan informasi tentang kemungkinan
tanaman berproduksi normal dalam kondisi lapang dan lingkungan yang serba
normal. Pengujian vigor mencakup dua fase, yaitu pengujian kekuatan tumbuh
dan pengujian daya simpan. Pengujian kekuatan tumbuh berorientasi pada
kemampuan tumbuh benih di lapangan. Selain itu, pengujian daya simpan juga
berorientasi seperti itu, tetapi hal ini dilakukan sesudah benih disimpan melalui
periode simpan dan keadaan simpan yang wajar (Sadjad 1980).
Sadjad (1993) mengindikasikan viabilitas benih dalam beberapa tolak
ukur, baik tolak ukur yang secara langsung menilai pertumbuhan benih maupun
yang secara tidak langsung menilai gejala metabolisme atau mengamati beberapa
komponen makro molekul sitoplasma dan aberasi kromosom di dalam inti selnya.
Willan (1984) menyatakan bahwa pendugaan potensial perkecambahan suatu
sampel kadang merupakan suatu metode yang hampir relevan dengan praktek
dalam kehutanan. Pengujian dengan perkecambahan memerlukan waktu
Untuk itu diperlukan metode pengujian viabilitas benih yang dapat menduga
secara akurat namun lebih cepat dibandingkan pengujian perkecambahan.
F. Uji Belah (Cutting Test)
Menurut Willan (1984), uji belah merupakan salah satu uji viabilitas
paling sederhana dengan cara melihat secara langsung dengan mata terhadap
benih yang telah dibelah, dibuka dengan pisau atau skalpel. Jika endosperma
memiliki warna normal dengan embrio yang baik maka benih mempunyai
kemungkinan berkecambah. Pengujian cara ini kurang teliti bagi benih-benih jenis
konifer dan benih-benih kecil lainnya karena menghasilkan angka perkecambahan
yang lebih tinggi dari keadaan sebenarnya.
Menurut Leluop (1955), uji belah merupakan uji cepat yang biasanya
digunakan untuk menguji viabilitas benih dalam jumlah banyak. Tetapi uji ini
cenderung kurang dapat dipercaya hasilnya karena terkadang hanya dengan
melihat penampilannya secara langsung, benih tersebut seperti hidup padahal bila
dikecambahkan akan gagal berkecambah.
G. Kemunduran Benih
Menurut Sadjad (1980), kemunduran benih diartikan sebagai turunnya
kualitas, sifat, atau viabilitas benih yang berakibat vigor rendah dan hasil
penanaman jelek. Justice dan Bass (1978) mengemukakan, bahwa kadar air
merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran
benih tersebut sejalan dengan meningkatnya kadar air. Kemunduran benih
ditandai dengan gejala penurunan aktivitas enzim, kerusakan membran, perubahan
komposisi cadangan makanan, dan kerusakan genetik (Roos 1986dalamBudiarti 1993). Menurut Byrd (1983) kemunduran benih menimbulkan perubahan yang
menyeluruh pada benih baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang akhirnya
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur
Fakultas Kehutanan IPB serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi
Perbenihan (BPTP) Bogor, Kementerian Kehutanan. Penelitian ini berlangsung
mulai bulan Juli 2010 sampai dengan bulan November 2010.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah propagul
Rhizophora stylosa Griff. yang memiliki rata-rata ukuran panjang 33,63 cm dan diameter 10,41 mm serta memiliki berat rata-rata 29,11 gram, serbuk gergaji,
sabut kelapa, kardus, polybag ukuran 15 x 20 cm, pupuk cair, kompos, tanah,
pasir, pestisida, air tawar, dan garam dapur.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah AC, timbangan, oven,
higrometer, termometer, hand sprayer, kamera, kaliper, penggaris, gelas ukur, desikator, kertas merang, dan pisau.
C. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 5 x 2
x 2 dengan tiga kali ulangan. Dengan demikian terdapat 60 satuan percobaan.
Untuk lebih jelasnya masing-masing faktor dapat diperinci sebagai berikut :
Faktor A (Lama penyimpanan)terdiri dari : A0: 0 minggu (langsung tanam)
A1: 1 minggu
A2: 2 minggu
A3: 3 minggu
A4: 4 minggu
Faktor B (Ruang simpan)terdiri dari :
B1: Ruang AC (T = 19 ºC - 20 ºC, RH = 60% - 61%)
Faktor C (Media simpan)terdiri dari : C1: Serbuk gergaji
C2: Sabut kelapa
Model persamaan umum rancangan penelitian ini adalah :
Yijk= μ + Ai+ Bj+ Ck+ (AB)ij+ (AC)ik+ (BC)jk+ (ABC)ijk+ Eijkl
Dimana :
Yijk = Nilai hasil pengamatan
μ = Nilai rata-rata
Ai = Pengaruh waktu simpan taraf ke–i
Bj = Pengaruh ruang simpan taraf ke–j
Ck = Pengaruh media penyimpanan ke–k
(AB)ij = Pengaruh interaksi waktu simpan ke–i dan ruang simpan ke–j
(AC)ik = Pengaruh interaksi waktu simpan ke–i dan media penyimpanan
ke–k
(BC)jk = Pengaruh interaksi ruang simpan ke–j dan media penyimpanan
ke –k
(ABC)ijk = Pengaruh interaksi antara taraf ke–i faktor A, taraf ke–j faktor B,
dan taraf ke–k faktor C
Eijkl = Kesalahan percobaan akibat waktu simpan ke–i, ruang simpan ke
–j, media simpan ke–k dan ulangan ke–l
Untuk mengetahui pengaruh faktor dan interaksi antar faktor dilakukan
analisis keragaman dan kemudian diuji dengan uji F. Hipotesis yang digunakan
dalam pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
H0 : Perlakuan yang berbeda tidak berpengaruh terhadap perkecambahan benih
H1 : Perlakuan yang berbeda berpengaruh terhadap perkecambahan benih
Dari hipotesis tersebut dilakukan pengambilan keputusan terhadap uji F, yaitu bila
F hitung lebih kecil dari F tabel maka terima H0, sebaliknya bila F hitung lebih
besar dari F tabel maka tolak H0. Selanjutnya bila uji F menunjukkan pengaruh
D. Pelaksanaan Penelitian D.1. Tahap Persiapan
a. Wadah simpan
Wadah simpan yang digunakan adalah kardus berukuran panjang
50 cm, lebar 30 cm dan tinggi 20 cm. Jumlah wadah yang digunakan
sebanyak 48 buah untuk penyimpanan benih dengan masing-masing
perlakuan yang diberikan.
b. Media simpan
Media simpan yang digunakan adalah sabut kelapa dan serbuk
gergaji.
c. Ruang simpan
Ruang simpan yang digunakan adalah ruang AC dan ruang kamar
yang masing-masing diukur suhu dan kelembabannya setiap tiga hari
sekali selama penyimpanan. Dalam penelitian ini ruang AC yang
digunakan suhunya 19 ºC – 20 ºC dan RH 60 - 61%, sedangkan ruang
kamar bersuhu 26–28 ºC dan RH 80–85%.
d. Media perkecambahan
Dalam penelitian ini media perkecambahan yang digunakan adalah
media tanah campuran yaitu tanah, kompos dan pasir (1:1:1).
D.2. Pengunduhan Benih
Benih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah propagul Rhizophora stylosaGriff. Benih yang diunduh berasal dari buah yang telah matang dan berasal dari tegakan mangrove yang tumbuh di sepanjang pesisir Muara Angke, Jakarta.
Adapun ciri-ciri dari propagul yang digunakan, yaitu kotiledon berwarna hijau
muda kekuningan dan hipokotil yang kompak.
D.3. Seleksi Benih
Setelah pengunduhan, sebelum penyimpanan dilakukan seleksi benih.
Benih atau propagul yang dipilih adalah propagul yang sehat dan masak, serta
D.4. Penyimpanan Benih
Penyimpanan benih dilakukan sesuai dengan perlakuan yang akan
diberikan. Adapun tahapan-tahapan kegiatan penyimpanan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Benih yang akan digunakan untuk penelitian dibagi-bagi untuk
masing-masing perlakuan. Pembagian dilakukan secara acak.
Untuk masing-masing perlakuan digunakan 18 buah, yaitu 15 buah
untuk pengujian perkecambahan, 2 buah untuk pengujian kadar air,
dan 1 buah untuk uji belah (Cutting Test).
b. Benih sebelum dan sesudah penyimpanan ditentukan dulu kadar
airnya, demikian juga dengan media simpannya.
c. Memasukkan serbuk gergaji dan sabut kelapa sebagai media
simpan ke dalam wadah penyimpanan.
d. Benih diletakkan dalam wadah penyimpanan yang telah diisi
dengan media simpan. Pada setiap wadah simpan diletakkan 18
benih untuk pengujian perkecambahan, kadar air, dan uji belah
(Cutting Test). Selanjutnya wadah simpan ditutup dan dimasukkan ke ruang simpan sesuai dengan perlakuan yang diberikan.
D.5. Uji Belah (Cutting Test)
D.5.1. Persiapan dan Perlakuan Benih
Uji belah ini merupakan uji viabilitas benih yang paling mudah dan
sederhana tanpa menggunakan bahan kimia. Benih yang digunakan diambil dari
hasil seleksi benih. Jumlah benih yang digunakan adalah 1 benih untuk setiap
ulangan perlakuan. Benih tanpa perlakuan penyimpanan dan setelah perlakuan
penyimpanan dibungkus dalam kertas merang selama 24 jam. Hal ini bertujuan
untuk menjaga kelembaban benih. Kemudian benih dibelah searah keping benih
(memanjang) dan diamati struktur tumbuh benihnya (embrio dan kotiledon)
D.5.2. Evaluasi Hasil Uji Belah (Cutting Test)
Pengamatan dilakukan dengan melihat warna/penampakan dari struktur
tumbuh benih sehingga dapat diketahui benih tersebut viabel atau non viabel. Benihviabeldicirikan dengan penampakan struktur tumbuh benih yang segar dan berwarna kehijauan atau putih kekuningan, sedangkan benih non viabel dicirikan dengan kondisi struktur tumbuh benih yang kering atau layu dan warnanya
tampak coklat kehitaman (Zanzibar 2001).
D.6. Penyemaian Benih
Kegiatan pengujian perkecambahan benih dilakukan dengan menggunakan
metode langsung, yaitu dengan cara menyemaikan benih pada setiap akhir periode
simpan. Penyemaian dilakukan dengan cara membenamkan ujung hipokotil
sedalam kurang lebih 5 cm sesuai petunjuk teknis penanamanRhizophora stylosa pada media tanam.
D.7. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Benih yang ditanam langsung disemprotkan pupuk cair dengan
dosis 2 ml tiap 1 liter air, kemudian penyemprotan dilakukan setiap
satu minggu sekali selama empat minggu.
b. Penyiraman air garam dengan konsentrasi 2,5% dilakukan sekali
selama penelitian, yaitu langsung setelah penyemaian.
c. Penyiraman dengan air tawar satu kali sehari.
d. Pencabutan gulma.
e. Penyemprotan pestisida mulai minggu ketiga dan selanjutnya
dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Dosis pestisida yang
E. Pengambilan Data
E.1. Viabilitas Benih dengan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung
Untuk membandingkan data dugaan daya berkecambah hasil uji belah
dengan data daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung dilakukan
analisis dengan menggunakan prosedur uji-t (Steel dan Torrie 1991).
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0: μ 1= μ 2 → Nilai rataan dugaan Daya Berkecambah (DB) hasil uji cepat (uji
belah) sama dengan nilai rataan DB hasil uji perkecambahan
langsung
H1 : μ 1 ≠ μ 2 → Nilai rataan dugaan DB hasil uji cepat (uji belah) tidak sama
dengan nilai rataan DB hasil uji perkecambahan langsung
Sedangkan kaidah uji yang digunakan adalah sebagai berikut:
thit=
thit> t (α/2 ; r1+ r2–2)→ tolak H0
thit> t (α/2 ; r1+ r2+ 2)→ terima H0
Dimana :
Se =
d = selisih nilai rataan daya berkecambah hasil uji cepat dengan hasil uji
perkecambahan
r1.2 = ulangan
JK1.2 = jumlah kuadrat daya berkecambah hasil uji cepat dengan hasil uji
perkecambahan
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya berkecambah hasil uji
belah dengan daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung dihitung
koefisien korelasinya (Steel dan Torrie 1991). Koefisien korelasi secara
sederhana dapat ditulis sebagai berikut:
r = ∑ . ∑ ∑
Dimana :
r = koefisien korelasi
n = jumlah ulangan
dx = DB hasil uji cepat
dy = DB hasil uji perkecambahan
E.2. Kadar Air (KA)
Untuk menentukan kadar air ini diambil contoh benih atau propagul
sebanyak dua buah untuk setiap ulangan perlakuan. Pengukuran kadar air
dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap pra pengeringan
(predrying). Pada tahap pertama ini benih ditimbang sehingga diperoleh berat basah (BB) benih kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 130 ºC
selama 5 – 10 menit (ISTA 1996). Setelah dibiarkan dalam desikator selama 45
menit, benih ditimbang lagi sehingga diperoleh berat kering (BK) benih. Pada
tahap kedua, sebelum dimasukkan ke dalam oven, benih dipotong dan dibelah.
Suhu oven yang digunakan adalah 105 ºC dan benih di oven selama 17 jam. Berat
kering (BK) benih diperoleh dengan cara menimbang benih setelah benih
dibiarkan dalam desikator selama 45 menit.
Kadar air dihitung berdasarkan rumus yang terdapat pada Kuswanto
(1997), yaitu sebagai berikut :
MC = S1 + S2–
S1+S2
100
Dimana, MC = kadar air dalam persen
S1 = jumlah air yang hilang pada pemanasan predrying (%)
E.2. Persentase Benih yang Berakar Selama Penyimpanan
Kriteria berakar disini adalah apabila panjang akar yang muncul lebih dari
0,5 cm. Kriteria tersebut ditetapkan karena panjang akar kurang dari 0,5 cm
diperkirakan masih tidak rentan terhadap kerusakan mekanis (Anggraini 2000).
PB = ∑ benih yang berakar
Jumlah benih yang disimpan x 100%
E.3. Daya Berkecambah (DB)
Kriteria perkecambahan normal ditandai dengan munculnya dua helai daun
muda pada hipokotil. Perkecambahan dilakukan selama kurang lebih 60 hari.
Pengamatan perkecambahan dilakukan setiap tiga hari sekali terhadap kecambah
normal. Daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan rumus dalam Manan
(1976), yaitu :
DB = Jumlah benih yang berkecambah normal
Jumlah benih yang dikecambahkan x 100%
E.4. Kecepatan Tumbuh (KT)
Kecepatan tumbuh benih dihitung berdasarkan jumlah benih normal yang
tumbuh setiap hari. Kecepatan tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus
Maguire (Anggraini 2000), yaitu :
KT = X1 E2
+
X2
E2
+ …. +
Xn En
Keterangan: X1 = Presentase kecambah normal pengamatan ke–1
E2 = Presentase hari ke–1
E.5. Nilai Perkecambahan (NP)
Nilai perkecambahan dihitung menggunakan rumus Czabator (1962), yaitu
GV = PV x FGD
PV = % perkecambahan puncak
∑hari perkecambahan
FGD = % perkecambahan pada akhir pengamatan
Selain data variabel di atas, dalam penelitian ini diamati beberapa data
penunjang sebagai berikut :
a. Berat 100 benih
Berat 100 benih didapatkan dengan cara menimbang 100 buah
propagul dengan 8 kali ulangan sehingga jumlah totalnya 800 buah.
b. Pengukuran panjang dan diameter rata-rata propagul
Pengukuran panjang dan diameter rata-rata propagul dilakukan
dengan cara mengukur panjang dan diameter 10 buah propagul dengan 10
ulangan.
c. Pengukuran kadar air media simpan
Pengukuran kadar air media simpan dilakukan pada setiap akhir
periode simpan. Berat basah diperoleh dengan cara menimbang berat
media simpan sebelum dimasukkan ke dalam oven. Berat kering tanur
(BKT) diperoleh dengan cara mengoven media simpan pada suhu 105 ºC
selama 17 jam, kemudian setelah dimasukkan desikator selama 45 menit,
media simpan tersebut ditimbang lagi.
Kadar air tersebut dihitung dengan menggunakan rumus :
KA =BB-BKT
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Propagul Rhizophora stylosa dikecambahkan selama 90 hari dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap
propagulR. stylosaselama periode pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Variabel pertumbuhan yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase
berakar (PB), kadar air (KA), daya berkecambah (DB), nilai perkecambahan (NP),
kecepatan tumbuh (KT), dan nisbah pucuk akar (NPA). Adapun rekapitulasi hasil
sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap setiap variabel pertumbuhan dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Variabel Perkecambahan Propagul dan Pertumbuhan Semai R. stylosa Selama Periode Pengamatan
Variabel A*B*C A*B A*C B*C
Lama
Keterangan : *= berbeda nyata pada taraf uji 0,05 **= berbeda nyata pada taraf uji 0,01 tn= tidak nyata
Berdasarkan informasi pada Tabel 1, perbedaan perlakuan lama
penyimpanan propagul menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap
hampir semua variabel pertumbuhan yang diamati, kecuali persen berakar (PB).
Perbedaan perlakuan ruang simpan hanya menyebabkan perbedaan secara
signifikan terhadap persen propagul berakar (PB). Adapun perbedaan perlakuan
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa faktor tunggal ruang simpan dan
media simpan, serta interaksi antara ruang dan media simpan berpengaruh nyata
terhadap persentase berakar propagulR. stylosa(PB).Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara ruang simpan dan media simpan terhadap persentase propagulR. stylosa yang berakar dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 2), yang menunjukkan bahwa propagul akan mengeluarkan akar pada perlakuan ruang
kamar (B2) dengan media simpan serbuk gergaji (C1) dan sabut kelapa (C2).
Propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan berupa sabut kelapa
memiliki nilai rata-rata PB yang jauh lebih besar (22,67%) dibandingkan dengan
propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji
(1,78%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ruang AC dan serbuk gergaji
dapat menghambat pertumbuhan akar dari propagulR. stylosa.
Tabel 2. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Ruang Simpan dan Media Simpan terhadap Persentase Berakar (PB) PropagulR. stylosa
Perlakuan Rata-rata PB (%)
Interaksi 2 Faktor
B2C2 22,67 a
B2C1 1,78 b
B1C1 0 b
B1C2 0 b
A.2. Kadar Air Propagul (KA)
Pada penelitian ini, hasil pengukuran kadar air menunjukkan bahwa
rata-rata kadar air propagul cenderung menurun dengan semakin bertambahnya lama
waktu penyimpanan. Penurunan paling cepat terjadi pada propagul yang disimpan
di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji, yaitu sebesar 10,75% (dari
kadar air awal sebesar 41,82% menjadi 31,07%). Adapun penurunan yang paling
lambat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan
sabut kelapa, yaitu sebesar 1,57%. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpanan
propagul di ruang kamar dengan media simpan sabut kelapa lebih dapat
Tabel 3. Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (KA) PropagulR. stylosa
Perlakuan Rata-rata KA (%)
Lama Penyimpanan (A)
0 Minggu (A0) 56,79 a
2 Minggu (A2) 43,07 b
1 Minggu (A1) 40,83 bc
3 Minggu (A3) 38,25 cd
4 Minggu (A4) 35,36 d
Berdasarkan hasil uji Duncan di atas, propagul yang diberikan perlakuan
penyimpanan mempunyai kadar air yang relatif lebih kecil daripada kadar air
propagul segar tanpa perlakuan penyimpanan. Adapun propagul yang disimpan
selama 1 dan 2 minggu memiliki kadar air yang relatif lebih besar daripada
propagul yang disimpan selama 3 dan 4 minggu. Fenomena tersebut menunjukkan
bahwa kadar air propagul akan cenderung menurun dengan semakin
bertambahnya lama penyimpanan yang dilakukan.
A.3. Daya Berkecambah (DB)
Hasil pengamatan perkecambahan (Lampiran 1) menunjukkan bahwa daya
berkecambah R. stylosa cenderung menurun dengan semakin lamanya penyimpanan. Nilai rata-rata daya berkecambah mulai menurun pada minggu
kedua penyimpanan. Dalam jangka waktu penyimpanan selama 4 minggu, nilai
rata-rata daya berkecambah terbesar (91,11%) dimiliki oleh propagul yang
disimpan di ruang kamar dengan media simpan berupa sabut kelapa, dan yang
terendah (37,78%) diperlihatkan oleh propagul yang disimpan di ruang kamar
dengan media serbuk gergaji.
Gambar 4 yang memperlihatkan rata-rata daya berkecambah propagul,
menunjukkan bahwa propagul yang memiliki daya berkecambah yang paling
tinggi adalah propagul yang diberi perlakuan penyimpanan di ruang kamar dalam
media sabut kelapa. Hal tersebut dapat dilihat setelah penyimpanan selama 4
Tabel 4. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A), Ruang Simpan (B), dan Media Simpan (C) terhadap Daya Berkecambah (DB) Propagul R.stylosa
Hasil uji Duncan interaksi tiga faktor terhadap pengaruh daya
berkecambah, menunjukkan bahwa pada kurun waktu penyimpanan selama 3
minggu, propagul R. stylosa, baik yang disimpan di ruang AC maupun ruang kamar dengan media simpan serbuk gergaji dan sabut kelapa mempunyai nilai
rata-rata daya berkecambah yang relatif tinggi (DB > 80 %), kecuali propagul
yang disimpan di ruang AC dalam media simpan serbuk gergaji. Pada periode
penyimpanan selama 4 minggu selain propagul yang disimpan di ruang kamar
dalam media simpan sabut kelapa, propagul lainnya mempunyai rata-rata DB
yang relatif rendah, terutama terhadap propagul yang disimpan di ruang kamar
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian perlakuan lama
penyimpanan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap nilai perkecambahan
propagul, selain itu interaksi antara lama penyimpanan dan media simpan
berpengaruh nyata terhadap nilai perkecambahan propagul R. stylosa. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dengan media simpan terhadap nilai
perkecambahan propagul dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 5).
Tabel 5. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan terhadap Nilai Perkecambahan (NP) PropagulR. stylosa
Perlakuan Rata-rata NP
Hasil uji Duncan interaksi antara lama penyimpanan dengan media simpan
terhadap nilai perkecambahan R. stylosa di atas, menunjukkan bahwa propagul yang disimpan selama 2 minggu dengan media simpan serbuk gergaji mempunyai
nilai perkecambahan propagul yang lebih tinggi dibandingkan dengan propagul
yang diberi perlakuan lainnya. Adapun nilai perkecambahan propagul terendah ditunjukkan oleh propagul yang diberi perlakuan lama penyimpanan selama 4
minggu dalam media simpan serbuk gergaji.
A.5. Kecepatan Tumbuh (KT)
Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan faktor tunggal lama
penyimpanan dan interaksi antara lama penyimpanan dengan media simpan
berpengaruh signifikan terhadap kecepatan tumbuh propagul. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa semakin lama waktu simpan, kecepatan tumbuh propagul
Tabel 6. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan terhadap Kecepatan Tumbuh (KT) PropagulR. stylosa
Perlakuan Rata-rata KT
Interaksi 2 Faktor
A1C1 2,19 a
A2C1 2,11 ab
A3C2 1,87 ab
A0C2 1,83 ab
A0C1 1,83 ab
A1C2 1,82 ab
A2C2 1,77 b
A3C1 1,40 c
A4C2 1,37 c
A4C1 0,86 d
Berdasarkan hasil uji Duncan di atas, dapat diketahui bahwa penyimpanan
propagulR. stylosaselama 1 minggu dalam media simpan berupa serbuk gergaji menyebabkan kecepatan tumbuh propagul yang bersangkutan lebih tinggi
dibandingkan dengan propagul yang diberi perlakuan lainnya. Fenomena ini
menunjukkan bahwa propagul yang disimpan selama 1 minggu memiliki
viabilitas propagul yang lebih tinggi dibandingkan propagul yang disimpan lebih
dari 1 minggu.
A.6. Nisbah Pucuk Akar (NPA)
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian faktor tunggal lama
penyimpanan, media simpan, dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh
nyata pada nisbah pucuk akar semai R. stylosa. Data pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa nisbah pucuk akar cenderung terus menurun dengan
bertambahnya lama penyimpanan. Hasil pengamatan nisbah pucuk akar untuk
Berdasarkan fenomena di atas, semaiR. stylosa dari propagul segar tanpa penyimpanan dan propagul yang disimpan selama 1 minggu dalam media simpan
serbuk gergaji mempunyai nilai nisbah pucuk akar (NPA) sama dan lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai NPA semai yang berasal dari propagul yang diberi
perlakuan lainnya.
A.7. Pendugaan Viabilitas Berdasarkan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung
Hasil pengujian daya berkecambah, baik uji langsung maupun uji belah
(cutting test), secara statistik dilakukan dengan menggunakan uji-t dan disajikan pada Lampiran 10. Berdasarkan Lampiran 10, diketahui bahwa daya berkecambah
hasil uji perkecambahan langsung tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 dengan
potensi daya berkecambah hasil uji belah. Nilai rata-rata daya berkecambah hasil
uji perkecambahan langsung adalah sebesar 88,44%, sedangkan nilai rata-rata
potensi daya berkecambahcutting testsebesar 81,67%. Untuk lebih jelasnya, daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung dan potensi daya
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 93.33 100 93.33 100
B. Pembahasan
B.1. Pendugaan Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff. Berdasarkan Uji Perkecambahan Langsung
Berdasarkan hasil pengamatan perkecambahan propagul yang dilakukan
selama 90 hari (Lampiran 1), menunjukkan bahwa daya berkecambah propagulR. stylosa tanpa penyimpanan mencapai 100% dan cenderung menurun seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Hasil uji Duncan (Tabel 4) juga
menunjukkan bahwa rata-rata daya berkecambah propagul R. stylosa pada berbagai perlakuan yang diberikan cenderung menurun dengan semakin
bertambahnya lama penyimpanan.
Hasil uji Duncan (Tabel 4) menunjukkan bahwa setelah penyimpanan
propagul selama 4 minggu, rata-rata daya berkecambah dari propagul yang diberi
perlakuan penyimpanan di ruang kamar dalam media serbuk gergaji memberikan
hasil yang paling buruk, dengan rata-rata daya berkecambah sebesar 37,78%.
Propagul dengan rata-rata daya berkecambah tertinggi setelah dilakukan
penyimpanan selama 4 minggu adalah propagul yang diberikan perlakuan
penyimpanan di ruang kamar dalam media sabut kelapa, dengan rata-rata daya
berkecambah sebesar 91,11%.
PropagulR. stylosa yang disimpan dalam media sabut kelapa mempunyai daya berkecambah lebih tinggi dibandingkan propagul yang disimpan dalam
media serbuk gergaji, hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor kelembaban. Sabut
kelapa memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk
gergaji, yang dapat ditunjukkan dengan relatif lebih tingginya rata-rata kadar air
yang dimiliki media simpan sabut kelapa dibandingkan dengan media simpan
serbuk gergaji (Lampiran 13). Dengan demikian, kemampuan sabut kelapa untuk
mempertahankan kadar air benih menjadi lebih tinggi. Menurut Sadjad (1975),
pada umumnya kadar air benih di tempat penyimpanan akan selalu berada dalam
keadaan seimbang dengan kelembaban udara di sekitarnya.
Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 4), diketahui bahwa daya
berkecambah propagul yang disimpan di ruang kamar cenderung lebih tinggi
dibandingkan dengan benih yang disimpan di ruang AC. Propagul yang disimpan
dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang AC. Hal ini disebabkan
karena pada ruang AC kelembaban udaranya lebih rendah dibandingkan ruang
kamar. Menurut Justice dan Bass (1978), kelembaban udara sekitar yang lebih
rendah dapat menyebabkan benih akan mudah dan semakin cepat kehilangan
kelembabannya sehingga terjadi penurunan kadar air. Penurunan kadar air inilah
yang menjadi salah satu penyebab kemunduran benih rekalsitran yang terjadi
secara cepat.
Hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat
antara kadar air propagul dengan daya berkecambah propagul R. stylosasebagai salah satu benih rekalsitran. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1, yang
menunjukkan hubungan positif antara kadar air dengan daya berkecambah.
Hubungan tersebut dapat dilihat dari propagul yang memiliki nilai rata-rata kadar
air yang tinggi cenderung memiliki nilai rata-rata daya berkecambah yang tinggi.
Sadjad (1972) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi
benih dalam mempertahankan viabilitasnya adalah kadar air benih pada awal dan
akhir periode simpan. Berdasarkan Lampiran 1, diketahui bahwa rata-rata kadar
air awal benih R.stylosa tanpa penyimpanan adalah 56,79% dan penurunan rata-rata kadar air benih pun cenderung terjadi seiring bertambahnya lama
penyimpanan.
Penurunan kadar air propagulR. stylosapaling cepat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji, yaitu sebesar
10,75% dari kadar air awal penyimpanan sebesar 41,82% menjadi 31,07%.
Adapun penurunan paling lambat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang
kamar dalam media simpan sabut kelapa, yaitu sebesar 1,57%. Hal ini
menunjukkan bahwa media simpan sabut kelapa lebih dapat membantu
mempertahankan kadar air propagul dibandingkan dengan media simpan serbuk
gergaji. Karena kelembaban serbuk gergaji lebih rendah dibandingkan sabut
kelapa.
Kogo (1985) dalam Kongsangchai (1988) melaporkan bahwa kematian propagulR. stylosaterjadi bila kehilangan airnya lebih dari 20%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa propagul yang memiliki nilai penurunan kadar air
Dalam penelitian ini, penurunan kadar air tidak mencapai 20%, yang terbesar
penurunannya sebesar 10,75% dari kadar air awal yang memiliki daya
berkecambah sebesar 37,78%.
Pada Gambar 3, dapat dilihat terjadi peningkatan kadar air yang cukup
tinggi di minggu kedua, yaitu propagul yang disimpan di ruang kamar dalam
media simpan sabut kelapa. Peningkatan yang terjadi sebesar 9,98% dari rata-rata
kadar air minggu 1 sebesar 40,84% dan minggu 2 sebesar 50,82%. Hal ini
mungkin terjadi karena adanya perubahan suhu, terutama pada ruang kamar.
Ruang AC cenderung memiliki suhu yang stabil dibandingkan suhu kamar.
Menurut Sutopo (1985), suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya proses
kondensasi pada permukaan benih. Karena permukaan benih lebih dingin dari
udara disekitarnya. maka uap air akan melekat dipermukaan benih. Titik air akan
diserap kembali oleh benih sehingga mengakibatkan kadar air benih meningkat.
Kadar air benih pada akhir periode simpan merupakan faktor yang sangat
kritis dalam pengaruhnya terhadap daya kecambah dan viabilitas benihR. stylosa, karena pada kadar air tertentu yang relatif tinggi propagul akan cenderung
berakar, sedangkan pada kadar air tertentu yang relatif rendah maka viabilitas
propagul juga rendah. Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa propagul R. stylosa mulai mengeluarkan akarnya setelah dilakukan penyimpanan selama 2 minggu di ruang kamar dengan media serbuk gergaji maupun sabut kelapa.
Kondisi tersebut berkaitan dengan kelembaban lingkungan tempat penyimpanan
propagul, yang dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh kelembaban relatif ruang
simpan dan kadar air media simpan.
Hasil uji Duncan (Tabel 2) menunjukkan bahwa penyimpanan propagul di
ruang kamar akan memacu pertumbuhan akar pada propagul, baik dalam media
simpan serbuk gergaji atau sabut kelapa. Berdasarkan hasil uji tersebut, diketahui
bahwa penyimpanan propagul di ruang kamar dalam media sabut kelapa memiliki
rata-rata persentase berakar lebih besar dibandingkan dengan perlakuan
penyimpanan lainnya. Hal tersebut dikarenakan propagul yang disimpan dalam
media sabut kelapa akan lebih mampu menyerap uap air yang berasal dari media
tersebut. Demikian juga dengan propagul yang disimpan di ruang kamar, yang
ruang AC, penyerapan air oleh propagul akan terhambat. Menurut Sutopo (1985),
faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat benih
itu sendiri dan jumlah air yang tersedia bagi medium sekitarnya.
Propagul yang disimpan di ruang AC tidak mengeluarkan akar, karena
hubungannya dengan kelembaban relatif di ruang AC yang rendah. Dengan
kelembaban relatif yang cukup rendah, maka kadar air propagul dan kadar air
media simpan terserap oleh ruang AC, sehingga akar tidak dapat tumbuh dari
propagul. Sedangkan untuk ruang kamar, kelembaban relatifnya lebih tinggi di
bandingkan dengan ruang AC. Selain faktor kelembaban, faktor suhu juga
memegang peranan penting untuk menghambat pemunculan akar pada propagul.
Menurut Schmidt (2002), perkecambahan kadang-kadang dapat dihambat dengan
penurunan suhu. Suhu ruang AC yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu
ruang kamar menghambat pemunculan akar pada propagul, dengan cara
menurunkan aktivitas metabolisme propagul.
Berdasarkan Lampiran 1, penyimpanan propagul di ruang kamar, baik
dalam media serbuk gergaji maupun sabut kelapa menunjukkan pemunculan akar
pada propagul. Kemunculan akar mulai terjadi pada propagul yang disimpan
selama 2 minggu sampai penyimpanan 4 minggu. Kemunculan akar pada
propagul R. stylosa tidak berpengaruh pada daya berkecambah propagul, karena propagul yang berakar selama penyimpanan tidak mengalami gangguan fisik atau
mekanis sehingga ketika disemaikan, daya berkecambah propagul tersebut tetap
tinggi.
Peristiwa berakarnya propagul R. stylosa sebelum disemaikan akan tidak menguntungkan bila dihubungkan dengan kemudahan praktek di lapangan.
Karena akar yang muncul pada hipokotil sebelum penanaman cenderung mudah
patah, yang memungkinkan mempengaruhi tingkat pertumbuhan propagul ketika
ditanam. Oleh karena itu, sehubungan dengan penelitian ini akan lebih baik bila
dalam praktiknya digunakan perlakuan penyimpanan yang mampu menghambat
kemuculan akar selama periode simpan berlangsung, namun viabilitas propagul
masih tetap dipertahankan dengan baik.
Selain melalui hubungan antara variabel daya berkecambah, kadar air, dan