• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh media simpan, ruang simpan, dan lama penyimpanan terhadap viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh media simpan, ruang simpan, dan lama penyimpanan terhadap viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA SIMPAN, RUANG SIMPAN, DAN LAMA

PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS PROPAGUL

Rhizophora stylosa

Griff.

MUHAMMAD KALINGGA F

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PENGARUH MEDIA SIMPAN, RUANG SIMPAN, DAN LAMA

PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS PROPAGUL

Rhizophora stylosa

Griff.

Oleh :

MUHAMMAD KALINGGA F

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SILVIKULTUR

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ABSTRAK

MUHAMMAD KALINGGA F. E44062472. Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa

Griff. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS dan Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki garis pantai dan sebagiannya ditumbuhi hutan mangrove yang merupakan tipe dominan di kawasan pantai. Namun, pada saat ini kawasan hutan mangrove telah mengalami degradasi yang menyebabkan penurunan potensi hutan. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali potensi hutan mangrove ini adalah dengan melakukan rehabilitasi hutan mangrove. Rhizophora sp., termasuk didalamnya jenis Rhizophora stylosa Griff., merupakan jenis pohon yang memiliki arti penting dalam pembentukan hutan mangrove. Permasalahan utama dari jenis R. stylosa adalah benihnya termasuk kedalam benih rekalsitran. Oleh karena itu, teknik penyimpanan benih R. sylosa merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dikembangkan untuk menunjang keberhasilan kegiatan rehabilitasi mangrove yang telah terdegradasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media simpan, ruang simpan, dan lama penyimpanan terhadap viabilitas propagul R. stylosa, serta untuk membandingkan potensi daya berkecambah propagul R. stylosa hasil uji belah dengan daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor, Kementerian Kehutanan.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 5x2x2 dengan 3 kali ulangan. Adapun perincian faktor-faktornya adalah sebagai berikut: faktor A (lama penyimpanan) terdiri dari A0 (0 minggu), A1 (1 minggu), A2 (2 minggu), A3 (3 minggu), dan A4 (4 minggu); faktor B (ruang simpan) terdiri dari B1 (ruang AC) dan B2 (ruang kamar); dan faktor C (media simpan) terdiri dari C1 (serbuk gergaji) dan C2 (sabut kelapa). Adapun data yang diambil pada penelitian ini adalah viabilitas propagul, persen berakar propagul, kadar air propagul, daya berkecambah propagul, kecepatan tumbuh propagul, dan nisbah pucuk akar semaiR. stylosa.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa pengaruh interaksi antara perlakuan lama penyimpanan, ruang simpan, dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap variabel daya berkecambah propagul R. stylosa. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap daya berkecambah, nilai perkecambahan, kecepatan tumbuh propagul, dan nisbah pucuk akar semai R. stylosa. Adapun pengaruh interaksi antara ruang simpan dan media simpan menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap persen berakar propagulR. stylosa. Dalam penelitian ini, media simpan sabut kelapa yang diletakkan di ruang AC dapat mempertahankan viabilitas propagul R. stylosa sampai masa penyimpanan selama 4 minggu. Selain itu, hasil metode pendugaan viabilitas propagulR. stylosadengan uji belah adalah relatif sama dengan hasil uji perkecambahan secara langsung dari propagul tersebut.

(4)

ABSTRACT

MUHAMMAD KALINGGA F. E44062472. The Influence of Storage Media, Storage Room, and Time of Storage on Propagules Viability of Rhizophora stylosa

Griff. Supervised by Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS and Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc.

Indonesia as an archipelagic country has a coastline and partly overgrown with mangrove forest which is the dominant type of coastal areas. However, at present the mangrove forests have been degraded which causes a decrease in forest potency. The effort that can be done to improve the return potential of these mangrove forests is by rehabilitation of mangrove forest. Rhizophora sp., including the type of Rhizophora stylosa Griff., is a pioneer tree species in the mangrove forest which has an important meaning in the mangrove forest etablishment. The main problem of this type ofR. stylosa that is the seed classified into the recalcitrant ones. Therefore, the technique of seed storage is a very important activity to be developed for supporting the success of mangrove rehabilitation activities that have been degraded.

The purpose of this study is to discover the influence of storage media, storage room, and time of storage on the propagule viability ofR. stylosa, and to compare theR. stylosa propagule germination potential between cutting test and directly propagule germination test results. The research was conducted at the greenhouse and Silviculture Laboratory, Faculty of Forestry IPB and Seed Technology Research Institute Laboratory (BPTP), Bogor.

This study used a factorial experiment with completely randomized design (CRD) factorial 5x2x2 with 3 replicates. The details of the factors are: factor A (time of storage) consists of A0 (0 weeks), A1 (1 week), A2 (2 weeks), A3 (3 weeks), and A4 (4 weeks); factor B (storage room) consists of B1 (AC room) and B2 (living room); and factor C (storage media), consists of C1 (sawdust) and C2 (coconut husk). The data collected is propagule viability, the percentage of rooted propagule, moisture content of propagule, propagule germination, germination value of propagule, the growth rates of propagule and shoot and seedling root to ratio ofR. stylosa.

Based on these results, it is known that the influence of interaction between treatment storage time, storage room, and storage media caused a significant difference to variable germination propaguleR. stylosa. The influence of interaction between storage time and storage media caused significant differences on germination, germination value, the growth rates of propagule, and seedling root to shoot ratio ofR. stylosa. The influence of interaction between storage room and storage media caused significant differences to the percent of rooted propaguleR. stylosa. In this study, coconut husk media storage that is placed in the air conditioner room capable to maintaining the viability of R. stylosa propagule until the time of storage for 4 weeks. The result of estimation R. stylosa propagule viability with cutting test is relatively similar with the directly propagule germination test results.

(5)
(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Ruang

Simpan, Media Simpan, dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas Propagul

Rhizophora stylosa Griff. adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS dan Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc

serta belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau

lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau yang dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

Muhammad Kalingga F

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan limpahan

rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Media Simpan, Ruang Simpan, dan Lama Penyimpanan

terhadap Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff.”. Kegiatan penelitian dilakukan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi Perbenihan (BPTP) Bogor,

Kementerian Kehutanan. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat

memberikan informasi mengenai metode penyimpanan benih R. stylosa yang baik.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah, Ibu, kakak, dan adik tercinta yang selalu mendo’akan, memberi

dukungan, dan semangat yang tiada henti.

2. Prof. Dr. Ir Cecep Kusmana, MS dan Dra. Dida Syamsuwida, M.Sc selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan ilmu

kepada penulis.

3. Vonnya Liddyannisa. P, kekasih yang selalu memberikan motivasi dan

semangat kepada penulis.

4. Seluruh Pegawai di Bagian Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan

Laboratorium BPTP Bogor, yang telah banyak membantu dan memfasilitasi

dalam pelaksanaan kegiatan penelitian.

5. Teman-teman mahasiswa Silvikultur 43 dan semua pihak yang telah

memberikan bantuan dalam proses penelitian.

Dengan menyadari ketidaksempurnaan diri sebagai manusia, penulis

berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memerlukannya.

Bogor, Maret 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Hipotesis ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Hutan Mangrove... 3

B. Tinjauan JenisRhizophora stylosaGriff... 4

B.1. Tinjauan UmumRhizophora stylosaGriff. ... 4

B.2. Sistem Perakaran... 4

B.3. Daun... 4

B.4. Bunga dan Buah... 5

C. Penyimpanan Benih ... 5

C.1. Pengertian dan Tujuan ... 5

C.2. Cara Penyimpanan ... 5

C.3. Wadah Penyimpanan ... 6

C.4. Media Simpan ... 7

D. Perkecambahan ... 7

E. Uji Viabilitas ... 8

F. Uji Belah (Cutting Test) ... 9

G. Kemunduran Benih ... 9

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

(10)

C. Metode Analisis ... 10

D. Pelaksanaan Penelitian... 12

D.1. Tahap Persiapan ... 12

D.2. Pengunduhan Benih ... 12

D.3. Seleksi Benih... 12

D.4. Penyimpanan Benih ... 13

D.5. Uji Belah (Cutting Test)... 13

D.5.1. Persiapan dan Perlakuan Benih ... 13

D.5.2. Evaluasi Hasil Uji Belah (Cutting Test) ... 14

D.6. Penyemaian Benih... 14

D.7. Pemeliharaan ... 14

E. Pengambilan Data ... 15

E.1. Viabilitas Benih dengan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung ... 15

E.2. Kadar Air (KA) ... 16

E.3. Persentase Benih yang Berakar Selama Penyimpanan ... 17

E.4. Daya Berkecambah (DB) ... 17

E.5. Kecepatan Tumbuh (KT) ... 17

E.6. Nilai Perkecambahan (NP)... 17

E.7. Nisbah pucuk Akar (NPA) ... 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 20

A.1. Persentase Propagul yang Berakar pada Setiap Akhir Periode Simpan (PB) ... 21

A.2. Kadar Air Propagul (KA) ... 22

A.3. Daya Berkecambah (DB)... 24

A.4. Nilai Perkecambahan (NP) ... 27

A.5. Kecepatan Tumbuh (KT)... 28

(11)

A.7. Pendugaan Viabilitas Berdasarkan Uji Belah

(Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung... 32

B. Pembahasan ... 34

B.1. Pendugaan Viabilitas PropagulRhizophora stylosa

Griff. Berdasarkan Uji Perkecambahan Langsung ... 34

B.2. Pendugaan Viabilitas PropagulRhizophora stylosa

Griff. Berdasarkan Uji Belah (Cutting Test) ... 41 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan

terhadap Variabel Perkecambahan Propagul dan Pertumbuhan

SemaiR. stylosaSelama Periode Pengamatan ... 20 2. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Ruang Simpan dan Media

Simpan terhadap Persentase Berakar (PB) PropagulR.stylosa.. 22 3. Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan

terhadap Kadar Air (KA) PropagulR. stylosa... 24 4. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A),

Ruang Simpan (B), dan Media Simpan (C) terhadap

Daya Berkecambah (DB) PropagulR.stylosa... 26 5. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan

terhadap Nilai Perkecambahan (NP) PropagulR. stylosa... 28 6. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan

terhadap Kecepatan Tumbuh (KT) PropagulR. stylosa ... 30 7. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Potongan Bagian SemaiR. stylosadalam Pengukuran

Nisbah Pucuk Akar ... 18

2. Persentase Berakar PropagulR.stylosapada Setiap Akhir

Periode Simpan ... 21

3. Rata-rata Kadar Air Propagul pada Setiap Perlakuan

Penyimpanan... 23

4. Rata-rata Daya Berkecambah Propagul pada Setiap

Perlakuan Penyimpanan... 25

5. Rata-rata Nilai Perkecambahan Propagul pada Setiap

Perlakuan Penyimpanan... 27

6. Rata-rata Kecepatan Tumbuh Propagul pada Setiap

Perlakuan Penyimpanan... 29

7. Rata-rata Nisbah Pucuk Akar SemaiR. stylosaBerdasarkan

Perlakuan Periode Simpan Propagul ... 31

8. Daya Berkecambah PropagulR. stylosaHasil Uji Belah

dan Hasil Uji Perkecambahan Langsung ... 33

9. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulR.stylosayang

Viabelpada Uji Belah ... 41 10. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulR.stylosayangNon

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Pengamatan PB, KA, DB, NP, KT, dan

NPARhizophora stylosa ... 47 2. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Uji Perkecambahan

Langsung dan Hasil Uji Belah (Cutting Test) Propagul

Rhizophora stylosa ... 49 3. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosapada

Berbagai Perlakuan Penyimpanan ... 51

3.1. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

Tanpa Perlakuan Penyimpanan ... 51

3.2. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

yang Disimpan Selama 1 Minggu ... 51

3.3. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

yang Disimpan Selama 2 Minggu ... 52

3.4. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

yang Disimpan Selama 3 Minggu ... 52

3.5. Penampakan Fisik PropagulRhizophora stylosa

yang Disimpan Selama 4 Minggu ... 53

4. Sidik Ragam Persentase Berakar PropagulRhizophora

stylosa ... 54 5. Sidik Ragam Kadar Air PropagulRhizophora stylosa ... 54 6. Sidik Ragam Daya Berkecambah PropagulRhizophora

stylosa ... 54 7. Sidik Ragam Nilai Perkecambahan PropagulRhizophora

stylosa ... 55 8. Sidik Ragam Kecepatan Tumbuh PropagulRhizophora

(15)

10. Hasil Uji Beda Rata-rata antara Dugaan Daya Berkecambah

Hasil Uji Perkecambahan Langsung dengan Uji Belah pada

PropagulRhizophora stylosa ... 56 11. Data Pengukuran Panjang dan Diameter Propagul

Rhizophora stylosa ... 57 12. Panjang Rata-rata, Diameter Rata-rata, dan Berat Rata-rata

PropagulRhizophora stylosa ... 58 12.1. Panjang Rata-rata dan Diameter Rata-rata Propagul

Rhizophora stylosayang Digunakan dalam

Penelitian... 58

12.2. Berat Rata-rata PropagulRhizophora stylosayang

Digunakan dalam Penelitian ... 58

13. Kadar Air Media Simpan PropagulRhizophora stylosa ... 59 14. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora stylosa

Hasil Uji Belah pada Berbagai Perlakuan Penyimpanan... 60

14.1. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora stylosaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama

1 Minggu ... 60

14.2. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora stylosaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama

2 Minggu ... 61

14.3. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora styolsaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama

3 Minggu ... 62

14.4. Penampakan Struktur Tumbuh PropagulRhizophora stylosaHasil Uji Belah yang Disimpan Selama

(16)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki panjang garis pantai kurang

lebih 81.000 km (Soegiarto 1984 dalam Kusmana 1993). Sebagian garis pantai tersebut ditumbuhi hutan mangrove yang merupakan tipe hutan dominan di

kawasan pantai. Menurut Darsidi (1984) dalam Kusmana (1993), luas kawasan hutan mangrove Indonesia sekitar 4,25 juta ha. Namun, pada saat ini kawasan

tersebut telah mengalami degradasi yang menyebabkan penurunan potensi hutan.

Salah satu faktor penyebab menurunnya potensi hutan mangrove ini adalah

pertumbuhan penduduk yang pesat, sehingga tuntutan untuk mendayagunakan

sumber daya mangrove terus meningkat. Adapun upaya yang dapat dilakukan

untuk meningkatkan kembali potensi hutan mangrove ini adalah dengan

meningkatkan produktivitas ekosistem hutan. Untuk meningkatkan produktivitas

hutan mangrove tersebut, perlu dilakukan rehabilitasi dengan cara penanaman

kembali hutan mangrove yang telah rusak.

Dalam kegiatan penanaman hutan mangrove tersebut tidak terlepas dari

masalah ketersediaan bibit, baik kesesuaian jenis, kuantitas, maupun kualitasnya.

Mengingat jenis-jenis pohon Rhizophora sp., termasuk didalamnya jenis Rhizophora stylosaGriff., merupakan jenis pohon pionir dalam hutan mangrove, maka jenis ini memiliki arti penting dalam pembentukan hutan mangrove

terutama mengenai rehabilitasi hutan.

Permasalahan mendasar mengenai jenis R. stylosa adalah benihnya termasuk kedalam benih rekalsitran, yaitu benih yang memiliki daya simpan rendah dan tanpa dormansi (Schmidt 2002). Kondisi tersebut tidak

menguntungkan karena pada kadar air yang relatif tinggi benih akan berakar,

sedangkan pada kadar air yang rendah viabilitas benih akan menurun. Akibat

viabilitas yang menurun ini, maka mutu benih akan menjadi rendah. Akibat sifat

rekalsitran yang rumit ini membatasi manipulasi kondisi penyimpanan dan membuat potensi penyimpanan sangat terbatas, sekalipun benih dalam kondisi

yang terbaik. Oleh karena itu, teknik penyimpanan benih atau propagul

(17)

menunjang keberhasilan kegiatan rehabilitasi mangrove yang telah terdegradasi

atau rusak.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengaruh media simpan, ruang simpan, dan lama penyimpanan

terhadap viabilitas propagulRhizophora stylosa.

2. Membandingkan potensi daya berkecambah propagul R. stylosa hasil uji cepat (uji belah) dengan daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan

langsung.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Propagul Rhizophora stylosa yang disimpan menggunakan media simpan di ruang yang terkontrol mempunyai viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan

dengan propagulR. stylosa yang disimpan tanpa media simpan di ruang yang tidak terkontrol.

2. Potensi daya berkecambah propagul R. Stylosa hasil uji belah tidak berbeda dengan daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan teknik penyimpanan

(18)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah satu persekutuan hidup alam hayati dan alam

lingkungannya yang terdapat di daerah pantai laut kawasan tropika (Anwar dan

Subandiono 1996). Kata mangrove mengacu kepada spesies yang tumbuh di garis

pantai atau muara sungai dengan adaptasi khusus terhadap kondisi salinitas (Pinto

1986).

Menurut Bengen (2002), umumnya hutan mangrove tumbuh pada daerah

intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung, dan berpasir. Daerahnya

tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun yang hanya tergenang

pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi

hutan mangrove. Air yang menggenangi biasanya bersalinitas payau (2-22

permill) hingga asin ( mencapai 38 permill).

Kusmana (1997) memberikan beberapa faktor lingkungan yang diduga

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mangrove, yaitu fisiografi

pantai, salinitas, pasang surut air laut, iklim, tanah, kandungan oksigen terlarut,

dan hara. Hal tersebut ditegaskan oleh Istomo (1992) yang juga mengatakan

bahwa adaptasi mangrove terhadap faktor-faktor tersebut tampak pada fisiologi

dan komposisi, serta struktur tumbuhan mangrove.

Pohon-pohon di hutan mangrove memiliki daya adaptasi tersendiri agar

tetap hidup pada kondisi ekstrim. Bengen (2002) menyebutkan, ada beberapa tipe

adaptasi pohon mangrove, yaitu:

a. Adaptasi terhadap kadar oksigen rendah, yaitu pohon mangrove

memiliki bentuk perakaran yang khas sebagai adaptasi terhadap

kondisi ini. Perakaran bertipe cakar ayam yang mempunyai

pneumatophora untuk mengambil oksigen dari udara dan perakaran bertipe penyangga yang mempunyai lentisel.

b. Adaptasi terhadap kadar garam tinggi, yaitu pohon mangrove memiliki

sel-sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam,

(19)

keseimbangan garam, dan daunnya memiliki sruktur stomata khusus

untuk mengurai penguapan.

c. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut,

dengan cara pohon mangrove mengembangkan struktur akar untuk

memperkokoh pohon. Akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil

unsur hara dan menahan sedimen.

B. Tinjauan JenisRhizophora stylosaGriff. B.1. Tinjauan UmumRhizophora stylosaGriff.

Menurut Samingan (1975) Rhizophora stylosa termasuk kedalam suku Rhizophoraceae. Rhizophora stylosa tumbuh terbatas pada pantai berpasir dan selalu merupakan pohon kecil, tidak seperti Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata yang dapat mencapai tinggi sekitar 35–40 m apabila tumbuh pada habitat yang baik.

Menurut Onrizal (2005), pohon ini memiliki tinggi mencapai 10 m dan

dbh mencapai 25 cm. Batang pohon silindris, tidak berbanir, kulit luar cokelat,

cokelat keabuan sampai kehitaman, licin, retak-retak vertikal seperti garis dengan

tepi tidak terangkat. Tumbuh pada daerah dengan lumpur dangkal, tergenang air

pasang harian, dan membentuk tegakan murni.

B.2. Sistem Perakaran

JenisRhizophora stylosaberbatang pendek dan bercabang banyak dengan bentuk akar berupa akar tunjang (akar tongkat). Akar tongkat ini merupakan akar

udara yang kusut, terbuka menghadap ke udara, muncul dari batang pohon dan

cabang yang rendah, memanjang keluar masuk tanah, serta mempunyai lentisel

untuk pernafasan. Akar ini juga digunakan dalam proses akumulasi garam

(Bengen 2000).

B.3. Daun

Daun merupakan salah satu sumber serasah di hutan mangrove yang akan

dimakan oleh kepiting dan sebagian lagi akan diurai oleh bakteri dan jamur

(20)

mangrove. Semakin tinggi produktivitas gugur daun akan meningkatkan

produktivitas di hutan mangrove (Ekoton 1998). Menurut Bengen (2000), daun

Rhizophora stylosa mempunyai bentuk oval dengan panjang mencapai 10 cm. Bagian sisi bawah dari permukaan daun berwarna hijau muda (terang) dan

terdapat bintik-bintik berwarna cokelat dibawahnya. Daunnya tersusun dalam

rumpun sampai ujung tongkat.

B.4. Bunga dan Buah

Menurut Peter dan Sivasothi (2001), semua jenis mangrove menghasilkan

buah yang penyebarannya dilakukan oleh air (arus). Buah Rhyzophora stylosa mempunyai bentuk memanjang dengan ukuran 20-60 cm dan diameternya 10-23

mm, serta meruncing pada bagian ujungnya. Bunga Rhizophora stylosamemiliki ciri biseksual, berukuran kecil, tebal, dan berwarna putih kekuningan.

C. Penyimpanan Benih

C.1. Pengertian dan Tujuan

Viabilitas benih dapat diperpanjang, bila benih disimpan pada kondisi

yang terlindung dari panas, uap, air, dan oksigen (Justice dan Bass 1978). Justice

dan Bass (1978) juga mengatakan bahwa tujuan utama penyimpanan benih

bernilai ekonomi adalah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu

musim ke musim berikutnya. Manan (1976) berpendapat bahwa penyimpanan

benih yang baik merupakan usaha pengawetan viabilitas benih, sejak

pengumpulan sampai penyebaran benih di persemaian atau penanaman benih

langsung di lapangan.

C.2. Cara Penyimpanan

Menurut King dan Roberts (1979)dalam Handayani (2000), setelah benih disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, diharapkan kualitasnya tetap baik

atau hanya sedikit menurun. Benih dari berbagai jenis pohon dapat dipertahankan

daya berkecambahnya bila disimpan dalam ruang kering dingin pada suhu 0-5°C

dan kelembaban relatif tidak lebih dari 40 %. Sedangkan kadar air benih harus

(21)

matahari. Kecepatan penguapan air dari benih akan mempengaruhi mutu benih.

Kadar air benih ini sangat menentukan jangka waktu lamanya penyimpanan,

semakin rendah kadar airnya maka benih dapat disimpan lebih lama. Benih yang

berkadar air tinggi tidak dapat disimpan lama.

Dalam terminologi benih, secara tradisional benih dikelompokkan ke

dalam dua kelompok utama berdasarkan potensi fisiologisnya, yaitu benih

rekalsitran dan ortodoks. Benihortodoks meliputi benih yang dapat dikeringkan sampai kadar air rendah (2-5 %) dan dengan kadar air rendah dapat disimpan pada

suhu rendah. Viabilitasnya dapat diperpanjang dengan menurunkan kelembaban

dan suhu penyimpanan. Benihrekalsitrantetap mempertahankan kadar air tinggi sampai masak (sering lebih dari 30-50%), dan peka terhadap pengeringan di

bawah 12-30 %, tergantung pada jenisnya. Benih ini punya daya simpan rendah

dan cepat kehilangan viabilitasnya pada berbagai kondisi penyimpanan (Schmidt

2002). Beberapa faktor yang ikut berperan terhadap pendeknya daya simpan benih

rekalsitranadalah kerusakan akibatdesikasi, kerusakan karena suhu di bawah nol, dan masalah yang timbul karena benih berkadar air tinggi selama penyimpanan,

seperti serangan cendawan (Chin 1980dalamWidajati 1986).

C.3. Wadah Penyimpanan

Pengemasan benih bertujuan untuk melindungi benih dari kerusakan fisik

maupun fisiologis. Pemilihannya didasari pertimbangan tujuan penyimpanan,

jumlah benih yang disimpan dan kondisi ruang simpan maupun lamanya benih

berada dalam wadah simpan (Bass, Te dan Winter 1961dalamAnggraini 2000). Kondisi ruang simpan mempengaruhi viabilitas benih yang disimpan,

terutama RH dan suhu yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan

dalam mempertahankan daya simpan benih. Penyimpanan benih pada daerah

beriklim tropis seperti Indonesia sering mengalami kendala terutama karena

adanya fluktuasi suhu. Harrington (1973) menyatakan untuk penyimpanan benih

selama mungkin tanpa menghilangkan daya berkecambah dan vigor benih dapat

dilakukan dengan mengkondisikan lingkungan yang kering dan dingin. Untuk

memperpanjang daya berkecambah dan vigor benih dapat dilakukan dengan cara

(22)

dihumidifikasi dan penyimpanan dalam wadah kedap uap air atau wadah yang

resisten terhadap kelembaban.

C.4. Media Simpan a. Serbuk gergaji

Media simpan serbuk gergaji merupakan limbah yang berasal

terutama dari industri penggergajian kayu. Limbah tersebut dapat

menimbulkan pengotoran lingkungan apabila tidak dapat diatasi, baik

pembuangan maupun pemanfaatannya (Anggraini 2000). Serbuk gergaji

kayu mengandung komponen kimia yang sama dengan yang terkandung

dalam batang kayu, yakni komponen sellulosa, lignin, hemisellulosa dan

zat ekstraktif. Disamping itu serbuk gergaji juga mengandung 0,24% N,

0,20% P dan 0,45% K. Debu dari kayu cukup kaya akan zat makanan bagi

tumbuh-tumbuhan terutama CaCO3 (Darusman 1973).

b. Sabut kelapa

Media simpan lain yang digunakan selain serbuk gergaji adalah

sabut kelapa. Sabut kelapa memenuhi kriteria sebagai media perakaran

karena berserat, mempunyai kamampuan menahan air, longgar, ringan,

mudah didapat, dan tidak mahal (Kijkar 1992).

D. Perkecambahan

Menurut Kamil (1982), perkecambahan adalah pengaktifan kembali

aktivitas pertumbuhanembrionic axisdi dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya

akar atau daun yang menonjol keluar dari biji.

Perkecambahan merupakan batas antara benih yang masih tergantung pada

sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri

dalam mengambil hara. Kondisi perkecambahan dan rentan toleransi untuk

perkecambahan benih bervariasi tergantung jenis dan berhubungan dengan

lingkungan tempat tanaman tersebut tumbuh. Perkecambahan ditentukan oleh

(23)

Baker et al (1995) menyebutkan ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu tipe hipogeal dan epigeal. Perkecambahan hipogeal adalah tipe perkecambahan yang kotiledonnya tetap di dalam tanah dan tertutup dalam kulit biji. Pertumbuhan

pertama epikotil berkembang menjadi batang dan daun primer. Tipe ini

merupakan pola khas beberapa Angiospermae. Perkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang kotiledonnya tumbuh mengangkat biji keluar dari tanah, dan

kotiledon tersebut menjadi organ fotosíntesis awal, kulit biji jatuh pada

permukaan tanah.

E. Uji Viabilitas

Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk hidup, tumbuh, dan

berkembang. Jadi, uji viabilitas adalah pengujian untuk menentukan kemampuan

hidup, tumbuh, dan berkembang benih atau sekumpulan benih (Justice dan Bass

2002). Uji viabilitas merupakan salah satu parameter yang diukur dalam pengujian

benih, khususnya fisiologis benih (Schmidt 2002).

Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya

berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor. Pengujian daya

berkecambah atau daya tumbuh memberikan informasi tentang kemungkinan

tanaman berproduksi normal dalam kondisi lapang dan lingkungan yang serba

normal. Pengujian vigor mencakup dua fase, yaitu pengujian kekuatan tumbuh

dan pengujian daya simpan. Pengujian kekuatan tumbuh berorientasi pada

kemampuan tumbuh benih di lapangan. Selain itu, pengujian daya simpan juga

berorientasi seperti itu, tetapi hal ini dilakukan sesudah benih disimpan melalui

periode simpan dan keadaan simpan yang wajar (Sadjad 1980).

Sadjad (1993) mengindikasikan viabilitas benih dalam beberapa tolak

ukur, baik tolak ukur yang secara langsung menilai pertumbuhan benih maupun

yang secara tidak langsung menilai gejala metabolisme atau mengamati beberapa

komponen makro molekul sitoplasma dan aberasi kromosom di dalam inti selnya.

Willan (1984) menyatakan bahwa pendugaan potensial perkecambahan suatu

sampel kadang merupakan suatu metode yang hampir relevan dengan praktek

dalam kehutanan. Pengujian dengan perkecambahan memerlukan waktu

(24)

Untuk itu diperlukan metode pengujian viabilitas benih yang dapat menduga

secara akurat namun lebih cepat dibandingkan pengujian perkecambahan.

F. Uji Belah (Cutting Test)

Menurut Willan (1984), uji belah merupakan salah satu uji viabilitas

paling sederhana dengan cara melihat secara langsung dengan mata terhadap

benih yang telah dibelah, dibuka dengan pisau atau skalpel. Jika endosperma

memiliki warna normal dengan embrio yang baik maka benih mempunyai

kemungkinan berkecambah. Pengujian cara ini kurang teliti bagi benih-benih jenis

konifer dan benih-benih kecil lainnya karena menghasilkan angka perkecambahan

yang lebih tinggi dari keadaan sebenarnya.

Menurut Leluop (1955), uji belah merupakan uji cepat yang biasanya

digunakan untuk menguji viabilitas benih dalam jumlah banyak. Tetapi uji ini

cenderung kurang dapat dipercaya hasilnya karena terkadang hanya dengan

melihat penampilannya secara langsung, benih tersebut seperti hidup padahal bila

dikecambahkan akan gagal berkecambah.

G. Kemunduran Benih

Menurut Sadjad (1980), kemunduran benih diartikan sebagai turunnya

kualitas, sifat, atau viabilitas benih yang berakibat vigor rendah dan hasil

penanaman jelek. Justice dan Bass (1978) mengemukakan, bahwa kadar air

merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Kemunduran

benih tersebut sejalan dengan meningkatnya kadar air. Kemunduran benih

ditandai dengan gejala penurunan aktivitas enzim, kerusakan membran, perubahan

komposisi cadangan makanan, dan kerusakan genetik (Roos 1986dalamBudiarti 1993). Menurut Byrd (1983) kemunduran benih menimbulkan perubahan yang

menyeluruh pada benih baik fisik, fisiologis maupun kimiawi yang akhirnya

(25)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan Laboratorium Silvikultur

Fakultas Kehutanan IPB serta Laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Perbenihan (BPTP) Bogor, Kementerian Kehutanan. Penelitian ini berlangsung

mulai bulan Juli 2010 sampai dengan bulan November 2010.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah propagul

Rhizophora stylosa Griff. yang memiliki rata-rata ukuran panjang 33,63 cm dan diameter 10,41 mm serta memiliki berat rata-rata 29,11 gram, serbuk gergaji,

sabut kelapa, kardus, polybag ukuran 15 x 20 cm, pupuk cair, kompos, tanah,

pasir, pestisida, air tawar, dan garam dapur.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah AC, timbangan, oven,

higrometer, termometer, hand sprayer, kamera, kaliper, penggaris, gelas ukur, desikator, kertas merang, dan pisau.

C. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial 5 x 2

x 2 dengan tiga kali ulangan. Dengan demikian terdapat 60 satuan percobaan.

Untuk lebih jelasnya masing-masing faktor dapat diperinci sebagai berikut :

Faktor A (Lama penyimpanan)terdiri dari : A0: 0 minggu (langsung tanam)

A1: 1 minggu

A2: 2 minggu

A3: 3 minggu

A4: 4 minggu

Faktor B (Ruang simpan)terdiri dari :

B1: Ruang AC (T = 19 ºC - 20 ºC, RH = 60% - 61%)

(26)

Faktor C (Media simpan)terdiri dari : C1: Serbuk gergaji

C2: Sabut kelapa

Model persamaan umum rancangan penelitian ini adalah :

Yijk= μ + Ai+ Bj+ Ck+ (AB)ij+ (AC)ik+ (BC)jk+ (ABC)ijk+ Eijkl

Dimana :

Yijk = Nilai hasil pengamatan

μ = Nilai rata-rata

Ai = Pengaruh waktu simpan taraf ke–i

Bj = Pengaruh ruang simpan taraf ke–j

Ck = Pengaruh media penyimpanan ke–k

(AB)ij = Pengaruh interaksi waktu simpan ke–i dan ruang simpan ke–j

(AC)ik = Pengaruh interaksi waktu simpan ke–i dan media penyimpanan

ke–k

(BC)jk = Pengaruh interaksi ruang simpan ke–j dan media penyimpanan

ke –k

(ABC)ijk = Pengaruh interaksi antara taraf ke–i faktor A, taraf ke–j faktor B,

dan taraf ke–k faktor C

Eijkl = Kesalahan percobaan akibat waktu simpan ke–i, ruang simpan ke

–j, media simpan ke–k dan ulangan ke–l

Untuk mengetahui pengaruh faktor dan interaksi antar faktor dilakukan

analisis keragaman dan kemudian diuji dengan uji F. Hipotesis yang digunakan

dalam pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

H0 : Perlakuan yang berbeda tidak berpengaruh terhadap perkecambahan benih

H1 : Perlakuan yang berbeda berpengaruh terhadap perkecambahan benih

Dari hipotesis tersebut dilakukan pengambilan keputusan terhadap uji F, yaitu bila

F hitung lebih kecil dari F tabel maka terima H0, sebaliknya bila F hitung lebih

besar dari F tabel maka tolak H0. Selanjutnya bila uji F menunjukkan pengaruh

(27)

D. Pelaksanaan Penelitian D.1. Tahap Persiapan

a. Wadah simpan

Wadah simpan yang digunakan adalah kardus berukuran panjang

50 cm, lebar 30 cm dan tinggi 20 cm. Jumlah wadah yang digunakan

sebanyak 48 buah untuk penyimpanan benih dengan masing-masing

perlakuan yang diberikan.

b. Media simpan

Media simpan yang digunakan adalah sabut kelapa dan serbuk

gergaji.

c. Ruang simpan

Ruang simpan yang digunakan adalah ruang AC dan ruang kamar

yang masing-masing diukur suhu dan kelembabannya setiap tiga hari

sekali selama penyimpanan. Dalam penelitian ini ruang AC yang

digunakan suhunya 19 ºC – 20 ºC dan RH 60 - 61%, sedangkan ruang

kamar bersuhu 26–28 ºC dan RH 80–85%.

d. Media perkecambahan

Dalam penelitian ini media perkecambahan yang digunakan adalah

media tanah campuran yaitu tanah, kompos dan pasir (1:1:1).

D.2. Pengunduhan Benih

Benih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah propagul Rhizophora stylosaGriff. Benih yang diunduh berasal dari buah yang telah matang dan berasal dari tegakan mangrove yang tumbuh di sepanjang pesisir Muara Angke, Jakarta.

Adapun ciri-ciri dari propagul yang digunakan, yaitu kotiledon berwarna hijau

muda kekuningan dan hipokotil yang kompak.

D.3. Seleksi Benih

Setelah pengunduhan, sebelum penyimpanan dilakukan seleksi benih.

Benih atau propagul yang dipilih adalah propagul yang sehat dan masak, serta

(28)

D.4. Penyimpanan Benih

Penyimpanan benih dilakukan sesuai dengan perlakuan yang akan

diberikan. Adapun tahapan-tahapan kegiatan penyimpanan tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Benih yang akan digunakan untuk penelitian dibagi-bagi untuk

masing-masing perlakuan. Pembagian dilakukan secara acak.

Untuk masing-masing perlakuan digunakan 18 buah, yaitu 15 buah

untuk pengujian perkecambahan, 2 buah untuk pengujian kadar air,

dan 1 buah untuk uji belah (Cutting Test).

b. Benih sebelum dan sesudah penyimpanan ditentukan dulu kadar

airnya, demikian juga dengan media simpannya.

c. Memasukkan serbuk gergaji dan sabut kelapa sebagai media

simpan ke dalam wadah penyimpanan.

d. Benih diletakkan dalam wadah penyimpanan yang telah diisi

dengan media simpan. Pada setiap wadah simpan diletakkan 18

benih untuk pengujian perkecambahan, kadar air, dan uji belah

(Cutting Test). Selanjutnya wadah simpan ditutup dan dimasukkan ke ruang simpan sesuai dengan perlakuan yang diberikan.

D.5. Uji Belah (Cutting Test)

D.5.1. Persiapan dan Perlakuan Benih

Uji belah ini merupakan uji viabilitas benih yang paling mudah dan

sederhana tanpa menggunakan bahan kimia. Benih yang digunakan diambil dari

hasil seleksi benih. Jumlah benih yang digunakan adalah 1 benih untuk setiap

ulangan perlakuan. Benih tanpa perlakuan penyimpanan dan setelah perlakuan

penyimpanan dibungkus dalam kertas merang selama 24 jam. Hal ini bertujuan

untuk menjaga kelembaban benih. Kemudian benih dibelah searah keping benih

(memanjang) dan diamati struktur tumbuh benihnya (embrio dan kotiledon)

(29)

D.5.2. Evaluasi Hasil Uji Belah (Cutting Test)

Pengamatan dilakukan dengan melihat warna/penampakan dari struktur

tumbuh benih sehingga dapat diketahui benih tersebut viabel atau non viabel. Benihviabeldicirikan dengan penampakan struktur tumbuh benih yang segar dan berwarna kehijauan atau putih kekuningan, sedangkan benih non viabel dicirikan dengan kondisi struktur tumbuh benih yang kering atau layu dan warnanya

tampak coklat kehitaman (Zanzibar 2001).

D.6. Penyemaian Benih

Kegiatan pengujian perkecambahan benih dilakukan dengan menggunakan

metode langsung, yaitu dengan cara menyemaikan benih pada setiap akhir periode

simpan. Penyemaian dilakukan dengan cara membenamkan ujung hipokotil

sedalam kurang lebih 5 cm sesuai petunjuk teknis penanamanRhizophora stylosa pada media tanam.

D.7. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Benih yang ditanam langsung disemprotkan pupuk cair dengan

dosis 2 ml tiap 1 liter air, kemudian penyemprotan dilakukan setiap

satu minggu sekali selama empat minggu.

b. Penyiraman air garam dengan konsentrasi 2,5% dilakukan sekali

selama penelitian, yaitu langsung setelah penyemaian.

c. Penyiraman dengan air tawar satu kali sehari.

d. Pencabutan gulma.

e. Penyemprotan pestisida mulai minggu ketiga dan selanjutnya

dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Dosis pestisida yang

(30)

E. Pengambilan Data

E.1. Viabilitas Benih dengan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung

Untuk membandingkan data dugaan daya berkecambah hasil uji belah

dengan data daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung dilakukan

analisis dengan menggunakan prosedur uji-t (Steel dan Torrie 1991).

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0: μ 1= μ 2 → Nilai rataan dugaan Daya Berkecambah (DB) hasil uji cepat (uji

belah) sama dengan nilai rataan DB hasil uji perkecambahan

langsung

H1 : μ 1 ≠ μ 2 → Nilai rataan dugaan DB hasil uji cepat (uji belah) tidak sama

dengan nilai rataan DB hasil uji perkecambahan langsung

Sedangkan kaidah uji yang digunakan adalah sebagai berikut:

thit=

thit> t (α/2 ; r1+ r2–2)→ tolak H0

thit> t (α/2 ; r1+ r2+ 2)→ terima H0

Dimana :

Se =

d = selisih nilai rataan daya berkecambah hasil uji cepat dengan hasil uji

perkecambahan

r1.2 = ulangan

JK1.2 = jumlah kuadrat daya berkecambah hasil uji cepat dengan hasil uji

perkecambahan

Untuk mengetahui keeratan hubungan antara daya berkecambah hasil uji

belah dengan daya berkecambah hasil uji perkecambahan langsung dihitung

koefisien korelasinya (Steel dan Torrie 1991). Koefisien korelasi secara

sederhana dapat ditulis sebagai berikut:

r = ∑ . ∑ ∑

(31)

Dimana :

r = koefisien korelasi

n = jumlah ulangan

dx = DB hasil uji cepat

dy = DB hasil uji perkecambahan

E.2. Kadar Air (KA)

Untuk menentukan kadar air ini diambil contoh benih atau propagul

sebanyak dua buah untuk setiap ulangan perlakuan. Pengukuran kadar air

dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap pra pengeringan

(predrying). Pada tahap pertama ini benih ditimbang sehingga diperoleh berat basah (BB) benih kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 130 ºC

selama 5 – 10 menit (ISTA 1996). Setelah dibiarkan dalam desikator selama 45

menit, benih ditimbang lagi sehingga diperoleh berat kering (BK) benih. Pada

tahap kedua, sebelum dimasukkan ke dalam oven, benih dipotong dan dibelah.

Suhu oven yang digunakan adalah 105 ºC dan benih di oven selama 17 jam. Berat

kering (BK) benih diperoleh dengan cara menimbang benih setelah benih

dibiarkan dalam desikator selama 45 menit.

Kadar air dihitung berdasarkan rumus yang terdapat pada Kuswanto

(1997), yaitu sebagai berikut :

MC = S1 + S2–

S1+S2

100

Dimana, MC = kadar air dalam persen

S1 = jumlah air yang hilang pada pemanasan predrying (%)

(32)

E.2. Persentase Benih yang Berakar Selama Penyimpanan

Kriteria berakar disini adalah apabila panjang akar yang muncul lebih dari

0,5 cm. Kriteria tersebut ditetapkan karena panjang akar kurang dari 0,5 cm

diperkirakan masih tidak rentan terhadap kerusakan mekanis (Anggraini 2000).

PB = ∑ benih yang berakar

Jumlah benih yang disimpan x 100%

E.3. Daya Berkecambah (DB)

Kriteria perkecambahan normal ditandai dengan munculnya dua helai daun

muda pada hipokotil. Perkecambahan dilakukan selama kurang lebih 60 hari.

Pengamatan perkecambahan dilakukan setiap tiga hari sekali terhadap kecambah

normal. Daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan rumus dalam Manan

(1976), yaitu :

DB = Jumlah benih yang berkecambah normal

Jumlah benih yang dikecambahkan x 100%

E.4. Kecepatan Tumbuh (KT)

Kecepatan tumbuh benih dihitung berdasarkan jumlah benih normal yang

tumbuh setiap hari. Kecepatan tumbuh dihitung dengan menggunakan rumus

Maguire (Anggraini 2000), yaitu :

KT = X1 E2

+

X2

E2

+ …. +

Xn En

Keterangan: X1 = Presentase kecambah normal pengamatan ke–1

E2 = Presentase hari ke–1

E.5. Nilai Perkecambahan (NP)

Nilai perkecambahan dihitung menggunakan rumus Czabator (1962), yaitu

(33)

GV = PV x FGD

PV = % perkecambahan puncak

∑hari perkecambahan

FGD = % perkecambahan pada akhir pengamatan

(34)

Selain data variabel di atas, dalam penelitian ini diamati beberapa data

penunjang sebagai berikut :

a. Berat 100 benih

Berat 100 benih didapatkan dengan cara menimbang 100 buah

propagul dengan 8 kali ulangan sehingga jumlah totalnya 800 buah.

b. Pengukuran panjang dan diameter rata-rata propagul

Pengukuran panjang dan diameter rata-rata propagul dilakukan

dengan cara mengukur panjang dan diameter 10 buah propagul dengan 10

ulangan.

c. Pengukuran kadar air media simpan

Pengukuran kadar air media simpan dilakukan pada setiap akhir

periode simpan. Berat basah diperoleh dengan cara menimbang berat

media simpan sebelum dimasukkan ke dalam oven. Berat kering tanur

(BKT) diperoleh dengan cara mengoven media simpan pada suhu 105 ºC

selama 17 jam, kemudian setelah dimasukkan desikator selama 45 menit,

media simpan tersebut ditimbang lagi.

Kadar air tersebut dihitung dengan menggunakan rumus :

KA =BB-BKT

(35)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Propagul Rhizophora stylosa dikecambahkan selama 90 hari dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

propagulR. stylosaselama periode pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Variabel pertumbuhan yang diamati dalam penelitian ini adalah persentase

berakar (PB), kadar air (KA), daya berkecambah (DB), nilai perkecambahan (NP),

kecepatan tumbuh (KT), dan nisbah pucuk akar (NPA). Adapun rekapitulasi hasil

sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap setiap variabel pertumbuhan dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Variabel Perkecambahan Propagul dan Pertumbuhan Semai R. stylosa Selama Periode Pengamatan

Variabel A*B*C A*B A*C B*C

Lama

Keterangan : *= berbeda nyata pada taraf uji 0,05 **= berbeda nyata pada taraf uji 0,01 tn= tidak nyata

Berdasarkan informasi pada Tabel 1, perbedaan perlakuan lama

penyimpanan propagul menyebabkan perbedaan secara signifikan terhadap

hampir semua variabel pertumbuhan yang diamati, kecuali persen berakar (PB).

Perbedaan perlakuan ruang simpan hanya menyebabkan perbedaan secara

signifikan terhadap persen propagul berakar (PB). Adapun perbedaan perlakuan

(36)
(37)

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa faktor tunggal ruang simpan dan

media simpan, serta interaksi antara ruang dan media simpan berpengaruh nyata

terhadap persentase berakar propagulR. stylosa(PB).Untuk mengetahui pengaruh interaksi antara ruang simpan dan media simpan terhadap persentase propagulR. stylosa yang berakar dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 2), yang menunjukkan bahwa propagul akan mengeluarkan akar pada perlakuan ruang

kamar (B2) dengan media simpan serbuk gergaji (C1) dan sabut kelapa (C2).

Propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan berupa sabut kelapa

memiliki nilai rata-rata PB yang jauh lebih besar (22,67%) dibandingkan dengan

propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji

(1,78%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ruang AC dan serbuk gergaji

dapat menghambat pertumbuhan akar dari propagulR. stylosa.

Tabel 2. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Ruang Simpan dan Media Simpan terhadap Persentase Berakar (PB) PropagulR. stylosa

Perlakuan Rata-rata PB (%)

Interaksi 2 Faktor

B2C2 22,67 a

B2C1 1,78 b

B1C1 0 b

B1C2 0 b

A.2. Kadar Air Propagul (KA)

Pada penelitian ini, hasil pengukuran kadar air menunjukkan bahwa

rata-rata kadar air propagul cenderung menurun dengan semakin bertambahnya lama

waktu penyimpanan. Penurunan paling cepat terjadi pada propagul yang disimpan

di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji, yaitu sebesar 10,75% (dari

kadar air awal sebesar 41,82% menjadi 31,07%). Adapun penurunan yang paling

lambat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan

sabut kelapa, yaitu sebesar 1,57%. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpanan

propagul di ruang kamar dengan media simpan sabut kelapa lebih dapat

(38)
(39)

Tabel 3. Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (KA) PropagulR. stylosa

Perlakuan Rata-rata KA (%)

Lama Penyimpanan (A)

0 Minggu (A0) 56,79 a

2 Minggu (A2) 43,07 b

1 Minggu (A1) 40,83 bc

3 Minggu (A3) 38,25 cd

4 Minggu (A4) 35,36 d

Berdasarkan hasil uji Duncan di atas, propagul yang diberikan perlakuan

penyimpanan mempunyai kadar air yang relatif lebih kecil daripada kadar air

propagul segar tanpa perlakuan penyimpanan. Adapun propagul yang disimpan

selama 1 dan 2 minggu memiliki kadar air yang relatif lebih besar daripada

propagul yang disimpan selama 3 dan 4 minggu. Fenomena tersebut menunjukkan

bahwa kadar air propagul akan cenderung menurun dengan semakin

bertambahnya lama penyimpanan yang dilakukan.

A.3. Daya Berkecambah (DB)

Hasil pengamatan perkecambahan (Lampiran 1) menunjukkan bahwa daya

berkecambah R. stylosa cenderung menurun dengan semakin lamanya penyimpanan. Nilai rata-rata daya berkecambah mulai menurun pada minggu

kedua penyimpanan. Dalam jangka waktu penyimpanan selama 4 minggu, nilai

rata-rata daya berkecambah terbesar (91,11%) dimiliki oleh propagul yang

disimpan di ruang kamar dengan media simpan berupa sabut kelapa, dan yang

terendah (37,78%) diperlihatkan oleh propagul yang disimpan di ruang kamar

dengan media serbuk gergaji.

Gambar 4 yang memperlihatkan rata-rata daya berkecambah propagul,

menunjukkan bahwa propagul yang memiliki daya berkecambah yang paling

tinggi adalah propagul yang diberi perlakuan penyimpanan di ruang kamar dalam

media sabut kelapa. Hal tersebut dapat dilihat setelah penyimpanan selama 4

(40)
(41)

Tabel 4. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A), Ruang Simpan (B), dan Media Simpan (C) terhadap Daya Berkecambah (DB) Propagul R.stylosa

Hasil uji Duncan interaksi tiga faktor terhadap pengaruh daya

berkecambah, menunjukkan bahwa pada kurun waktu penyimpanan selama 3

minggu, propagul R. stylosa, baik yang disimpan di ruang AC maupun ruang kamar dengan media simpan serbuk gergaji dan sabut kelapa mempunyai nilai

rata-rata daya berkecambah yang relatif tinggi (DB > 80 %), kecuali propagul

yang disimpan di ruang AC dalam media simpan serbuk gergaji. Pada periode

penyimpanan selama 4 minggu selain propagul yang disimpan di ruang kamar

dalam media simpan sabut kelapa, propagul lainnya mempunyai rata-rata DB

yang relatif rendah, terutama terhadap propagul yang disimpan di ruang kamar

(42)
(43)

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian perlakuan lama

penyimpanan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap nilai perkecambahan

propagul, selain itu interaksi antara lama penyimpanan dan media simpan

berpengaruh nyata terhadap nilai perkecambahan propagul R. stylosa. Pengaruh interaksi antara lama penyimpanan dengan media simpan terhadap nilai

perkecambahan propagul dapat dilihat pada hasil uji Duncan (Tabel 5).

Tabel 5. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan terhadap Nilai Perkecambahan (NP) PropagulR. stylosa

Perlakuan Rata-rata NP

Hasil uji Duncan interaksi antara lama penyimpanan dengan media simpan

terhadap nilai perkecambahan R. stylosa di atas, menunjukkan bahwa propagul yang disimpan selama 2 minggu dengan media simpan serbuk gergaji mempunyai

nilai perkecambahan propagul yang lebih tinggi dibandingkan dengan propagul

yang diberi perlakuan lainnya. Adapun nilai perkecambahan propagul terendah ditunjukkan oleh propagul yang diberi perlakuan lama penyimpanan selama 4

minggu dalam media simpan serbuk gergaji.

A.5. Kecepatan Tumbuh (KT)

Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian perlakuan faktor tunggal lama

penyimpanan dan interaksi antara lama penyimpanan dengan media simpan

berpengaruh signifikan terhadap kecepatan tumbuh propagul. Dengan demikian

dapat diketahui bahwa semakin lama waktu simpan, kecepatan tumbuh propagul

(44)
(45)

Tabel 6. Uji Duncan Interaksi Lama Penyimpanan dan Media Simpan terhadap Kecepatan Tumbuh (KT) PropagulR. stylosa

Perlakuan Rata-rata KT

Interaksi 2 Faktor

A1C1 2,19 a

A2C1 2,11 ab

A3C2 1,87 ab

A0C2 1,83 ab

A0C1 1,83 ab

A1C2 1,82 ab

A2C2 1,77 b

A3C1 1,40 c

A4C2 1,37 c

A4C1 0,86 d

Berdasarkan hasil uji Duncan di atas, dapat diketahui bahwa penyimpanan

propagulR. stylosaselama 1 minggu dalam media simpan berupa serbuk gergaji menyebabkan kecepatan tumbuh propagul yang bersangkutan lebih tinggi

dibandingkan dengan propagul yang diberi perlakuan lainnya. Fenomena ini

menunjukkan bahwa propagul yang disimpan selama 1 minggu memiliki

viabilitas propagul yang lebih tinggi dibandingkan propagul yang disimpan lebih

dari 1 minggu.

A.6. Nisbah Pucuk Akar (NPA)

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian faktor tunggal lama

penyimpanan, media simpan, dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh

nyata pada nisbah pucuk akar semai R. stylosa. Data pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa nisbah pucuk akar cenderung terus menurun dengan

bertambahnya lama penyimpanan. Hasil pengamatan nisbah pucuk akar untuk

(46)
(47)

Berdasarkan fenomena di atas, semaiR. stylosa dari propagul segar tanpa penyimpanan dan propagul yang disimpan selama 1 minggu dalam media simpan

serbuk gergaji mempunyai nilai nisbah pucuk akar (NPA) sama dan lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai NPA semai yang berasal dari propagul yang diberi

perlakuan lainnya.

A.7. Pendugaan Viabilitas Berdasarkan Uji Belah (Cutting Test) dan Uji Perkecambahan Langsung

Hasil pengujian daya berkecambah, baik uji langsung maupun uji belah

(cutting test), secara statistik dilakukan dengan menggunakan uji-t dan disajikan pada Lampiran 10. Berdasarkan Lampiran 10, diketahui bahwa daya berkecambah

hasil uji perkecambahan langsung tidak berbeda nyata pada taraf uji 0,05 dengan

potensi daya berkecambah hasil uji belah. Nilai rata-rata daya berkecambah hasil

uji perkecambahan langsung adalah sebesar 88,44%, sedangkan nilai rata-rata

potensi daya berkecambahcutting testsebesar 81,67%. Untuk lebih jelasnya, daya berkecambah propagul hasil uji perkecambahan langsung dan potensi daya

(48)

100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 93.33 100 93.33 100

(49)

B. Pembahasan

B.1. Pendugaan Viabilitas Propagul Rhizophora stylosa Griff. Berdasarkan Uji Perkecambahan Langsung

Berdasarkan hasil pengamatan perkecambahan propagul yang dilakukan

selama 90 hari (Lampiran 1), menunjukkan bahwa daya berkecambah propagulR. stylosa tanpa penyimpanan mencapai 100% dan cenderung menurun seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan. Hasil uji Duncan (Tabel 4) juga

menunjukkan bahwa rata-rata daya berkecambah propagul R. stylosa pada berbagai perlakuan yang diberikan cenderung menurun dengan semakin

bertambahnya lama penyimpanan.

Hasil uji Duncan (Tabel 4) menunjukkan bahwa setelah penyimpanan

propagul selama 4 minggu, rata-rata daya berkecambah dari propagul yang diberi

perlakuan penyimpanan di ruang kamar dalam media serbuk gergaji memberikan

hasil yang paling buruk, dengan rata-rata daya berkecambah sebesar 37,78%.

Propagul dengan rata-rata daya berkecambah tertinggi setelah dilakukan

penyimpanan selama 4 minggu adalah propagul yang diberikan perlakuan

penyimpanan di ruang kamar dalam media sabut kelapa, dengan rata-rata daya

berkecambah sebesar 91,11%.

PropagulR. stylosa yang disimpan dalam media sabut kelapa mempunyai daya berkecambah lebih tinggi dibandingkan propagul yang disimpan dalam

media serbuk gergaji, hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor kelembaban. Sabut

kelapa memiliki kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan serbuk

gergaji, yang dapat ditunjukkan dengan relatif lebih tingginya rata-rata kadar air

yang dimiliki media simpan sabut kelapa dibandingkan dengan media simpan

serbuk gergaji (Lampiran 13). Dengan demikian, kemampuan sabut kelapa untuk

mempertahankan kadar air benih menjadi lebih tinggi. Menurut Sadjad (1975),

pada umumnya kadar air benih di tempat penyimpanan akan selalu berada dalam

keadaan seimbang dengan kelembaban udara di sekitarnya.

Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 4), diketahui bahwa daya

berkecambah propagul yang disimpan di ruang kamar cenderung lebih tinggi

dibandingkan dengan benih yang disimpan di ruang AC. Propagul yang disimpan

(50)

dibandingkan dengan propagul yang disimpan di ruang AC. Hal ini disebabkan

karena pada ruang AC kelembaban udaranya lebih rendah dibandingkan ruang

kamar. Menurut Justice dan Bass (1978), kelembaban udara sekitar yang lebih

rendah dapat menyebabkan benih akan mudah dan semakin cepat kehilangan

kelembabannya sehingga terjadi penurunan kadar air. Penurunan kadar air inilah

yang menjadi salah satu penyebab kemunduran benih rekalsitran yang terjadi

secara cepat.

Hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat

antara kadar air propagul dengan daya berkecambah propagul R. stylosasebagai salah satu benih rekalsitran. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1, yang

menunjukkan hubungan positif antara kadar air dengan daya berkecambah.

Hubungan tersebut dapat dilihat dari propagul yang memiliki nilai rata-rata kadar

air yang tinggi cenderung memiliki nilai rata-rata daya berkecambah yang tinggi.

Sadjad (1972) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi

benih dalam mempertahankan viabilitasnya adalah kadar air benih pada awal dan

akhir periode simpan. Berdasarkan Lampiran 1, diketahui bahwa rata-rata kadar

air awal benih R.stylosa tanpa penyimpanan adalah 56,79% dan penurunan rata-rata kadar air benih pun cenderung terjadi seiring bertambahnya lama

penyimpanan.

Penurunan kadar air propagulR. stylosapaling cepat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang kamar dalam media simpan serbuk gergaji, yaitu sebesar

10,75% dari kadar air awal penyimpanan sebesar 41,82% menjadi 31,07%.

Adapun penurunan paling lambat terjadi pada propagul yang disimpan di ruang

kamar dalam media simpan sabut kelapa, yaitu sebesar 1,57%. Hal ini

menunjukkan bahwa media simpan sabut kelapa lebih dapat membantu

mempertahankan kadar air propagul dibandingkan dengan media simpan serbuk

gergaji. Karena kelembaban serbuk gergaji lebih rendah dibandingkan sabut

kelapa.

Kogo (1985) dalam Kongsangchai (1988) melaporkan bahwa kematian propagulR. stylosaterjadi bila kehilangan airnya lebih dari 20%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa propagul yang memiliki nilai penurunan kadar air

(51)

Dalam penelitian ini, penurunan kadar air tidak mencapai 20%, yang terbesar

penurunannya sebesar 10,75% dari kadar air awal yang memiliki daya

berkecambah sebesar 37,78%.

Pada Gambar 3, dapat dilihat terjadi peningkatan kadar air yang cukup

tinggi di minggu kedua, yaitu propagul yang disimpan di ruang kamar dalam

media simpan sabut kelapa. Peningkatan yang terjadi sebesar 9,98% dari rata-rata

kadar air minggu 1 sebesar 40,84% dan minggu 2 sebesar 50,82%. Hal ini

mungkin terjadi karena adanya perubahan suhu, terutama pada ruang kamar.

Ruang AC cenderung memiliki suhu yang stabil dibandingkan suhu kamar.

Menurut Sutopo (1985), suhu yang tinggi menyebabkan terjadinya proses

kondensasi pada permukaan benih. Karena permukaan benih lebih dingin dari

udara disekitarnya. maka uap air akan melekat dipermukaan benih. Titik air akan

diserap kembali oleh benih sehingga mengakibatkan kadar air benih meningkat.

Kadar air benih pada akhir periode simpan merupakan faktor yang sangat

kritis dalam pengaruhnya terhadap daya kecambah dan viabilitas benihR. stylosa, karena pada kadar air tertentu yang relatif tinggi propagul akan cenderung

berakar, sedangkan pada kadar air tertentu yang relatif rendah maka viabilitas

propagul juga rendah. Berdasarkan Gambar 2, diketahui bahwa propagul R. stylosa mulai mengeluarkan akarnya setelah dilakukan penyimpanan selama 2 minggu di ruang kamar dengan media serbuk gergaji maupun sabut kelapa.

Kondisi tersebut berkaitan dengan kelembaban lingkungan tempat penyimpanan

propagul, yang dalam hal ini sangat dipengaruhi oleh kelembaban relatif ruang

simpan dan kadar air media simpan.

Hasil uji Duncan (Tabel 2) menunjukkan bahwa penyimpanan propagul di

ruang kamar akan memacu pertumbuhan akar pada propagul, baik dalam media

simpan serbuk gergaji atau sabut kelapa. Berdasarkan hasil uji tersebut, diketahui

bahwa penyimpanan propagul di ruang kamar dalam media sabut kelapa memiliki

rata-rata persentase berakar lebih besar dibandingkan dengan perlakuan

penyimpanan lainnya. Hal tersebut dikarenakan propagul yang disimpan dalam

media sabut kelapa akan lebih mampu menyerap uap air yang berasal dari media

tersebut. Demikian juga dengan propagul yang disimpan di ruang kamar, yang

(52)

ruang AC, penyerapan air oleh propagul akan terhambat. Menurut Sutopo (1985),

faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat benih

itu sendiri dan jumlah air yang tersedia bagi medium sekitarnya.

Propagul yang disimpan di ruang AC tidak mengeluarkan akar, karena

hubungannya dengan kelembaban relatif di ruang AC yang rendah. Dengan

kelembaban relatif yang cukup rendah, maka kadar air propagul dan kadar air

media simpan terserap oleh ruang AC, sehingga akar tidak dapat tumbuh dari

propagul. Sedangkan untuk ruang kamar, kelembaban relatifnya lebih tinggi di

bandingkan dengan ruang AC. Selain faktor kelembaban, faktor suhu juga

memegang peranan penting untuk menghambat pemunculan akar pada propagul.

Menurut Schmidt (2002), perkecambahan kadang-kadang dapat dihambat dengan

penurunan suhu. Suhu ruang AC yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu

ruang kamar menghambat pemunculan akar pada propagul, dengan cara

menurunkan aktivitas metabolisme propagul.

Berdasarkan Lampiran 1, penyimpanan propagul di ruang kamar, baik

dalam media serbuk gergaji maupun sabut kelapa menunjukkan pemunculan akar

pada propagul. Kemunculan akar mulai terjadi pada propagul yang disimpan

selama 2 minggu sampai penyimpanan 4 minggu. Kemunculan akar pada

propagul R. stylosa tidak berpengaruh pada daya berkecambah propagul, karena propagul yang berakar selama penyimpanan tidak mengalami gangguan fisik atau

mekanis sehingga ketika disemaikan, daya berkecambah propagul tersebut tetap

tinggi.

Peristiwa berakarnya propagul R. stylosa sebelum disemaikan akan tidak menguntungkan bila dihubungkan dengan kemudahan praktek di lapangan.

Karena akar yang muncul pada hipokotil sebelum penanaman cenderung mudah

patah, yang memungkinkan mempengaruhi tingkat pertumbuhan propagul ketika

ditanam. Oleh karena itu, sehubungan dengan penelitian ini akan lebih baik bila

dalam praktiknya digunakan perlakuan penyimpanan yang mampu menghambat

kemuculan akar selama periode simpan berlangsung, namun viabilitas propagul

masih tetap dipertahankan dengan baik.

Selain melalui hubungan antara variabel daya berkecambah, kadar air, dan

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap VariabelPerkecambahan Propagul dan Pertumbuhan Semai R
Tabel 2. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Ruang Simpan dan Media Simpanterhadap Persentase Berakar (PB) Propagul R
Tabel 3. Uji Duncan Pengaruh Faktor Tunggal Lama Penyimpanan terhadapKadar Air (KA) Propagul R
Tabel 4. Uji Duncan Pengaruh Interaksi Lama Penyimpanan (A), Ruang Simpan(B), dan Media Simpan (C) terhadap Daya Berkecambah (DB) PropagulR.stylosa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis ragam (tampiran 4) diketahui bahwa terdapad; interaksi yang nyata (p < 0.05) anhra perlakuan penambahan sortitol dan lama penyimpanan terhadap

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata

Tolok ukur indeks vigor menunjukkan bahwa faktor periode simpan berpengaruh nyata sedangkan faktor interaksi antara periode simpan dengan

[r]

Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap viabilitas benih kacang hijau, benih yang di simpan selama penyimpanan 30 hari memiliki viabilitas paling tinggi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji asam gelugur sebagai objek pengamatan, fungisida untuk mencegah benih tidak berjamur selama penyimpanan, air

Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara wadah simpan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum dan tidak berpengaruh nyata terhadap

Pada penelitian ini terdapat interaksi antara lama waktu simpan dengan suhu penyimpanan probiotik fermentasi maggot terhadap total asam dan hasil juga menunjukkan adanya perbedaan yang