• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MEDIA SIMPAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN PERTUMBUHAN BENIH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MEDIA SIMPAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN PERTUMBUHAN BENIH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

ADREA GILANG DWINANDA SYAFARIANTO 160301168

AGROTEKNOLOGI - AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

PENGARUH MEDIA SIMPAN DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS DAN PERTUMBUHAN BENIH

ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff.)

SKRIPSI

OLEH:

ADREA GILANG DWINANDA SYAFARIANTO 160301168

AGROTEKNOLOGI - AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)

Nama : Adrea Gilang Dwinanda Syafarianto

NIM : 160301168

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Agronomi

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Haryati, MP.) Ketua

(Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP.) Anggota

Mengetahui,

(Dr. Nini Rahmawati, SP, MP.) Ketua Program Studi Agroteknologi

(4)

ABSTRAK

ADREA GILANG DWINANDA SYAFARIANTO : Pengaruh Media Simpan dan Lama Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff.) dibimbing oleh HARYATI dan RATNA ROSANTY LAHAY.

Penyimpanan benih adalah sejak benih mencapai kematangan fisiologisnya sampai ditanam, digudang, atau dalam rangka pengiriman benih ketempat daerah yang memerlukannya. Benih asam gelugur adalah benih rekalsitran yang mempunyai kadar air kritis tinggi sehingga diperlukan suatu upaya penanganan untuk mempertahankan viabilitas dan pertumbuhannya.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2021 di jl. Pompa no.

39 Binjai, Sumatera Utara menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media simpan dengan 4 jenis yaitu kontrol (tanpa media simpan), serbuk gergaji, sekam, dan abu gosok. Faktor kedua lama penyimpanan dengan 2 taraf yaitu 1 dan 2 minggu. Parameter pengamatan adalah persentase benih berkecambah dan berjamur di penyimpanan, kadar air benih, persentase benih berkecambah di bak kecambah, laju perkecambahan di bak kecambah, bobot basah dan kering bibit, dan volume akar. Hasil penelitian menunjukkan media simpan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah dan berjamur di penyimpanan dengan hasil terendah masing-masing menggunakan media serbuk gergaji dan abu gosok, kadar air benih, persentase benih berkecambah di bak kecambah, laju perkecambahan di bak kecambah, bobot basah bibit dan bobot kering bibit dengan hasil terbaik menggunakan abu gosok. Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di penyimpanan, persentase benih berjamur di penyimpanan dan volume akar dengan hasil terbaik menggunakan lama penyimpanan 1 minggu.

Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di penyimpanan dengan hasil terbaik kombinasi serbuk gergaji selama 2 minggu dan persentase berjamur di penyimpanan menggunakan kombinasi abu gosok selama 2 minggu.

Kata kunci : benih asam gelugur, media simpan, lama penyimpanan, viabilitas, pertumbuhan

i

(5)

Storage Periode on Viability and Growth of Asam Gelugur Seeds (Garcinia atroviridis Griff.) supervised by HARYATI and RATNA ROSANTY LAHAY.

Seed storage is from the time the seeds reach their physiological maturity until they are planted, stored, or in the context of sending seeds to areas that need them. Asam gelugur seeds are recalcitrant seeds that have a high critical water content so that a handling effort is needed to maintain their viability and growth.

The research was conducted from February to April 2021 on Jl. Pompa no. 39 Binjai, North Sumatra used a completely randomized design with two factors. The first factor is storage media with 4 types, namely control (without storage media), sawdust, husks, and ash. The second factor is storage time with 2 levels, namely 1 and 2 weeks. Parameters observed were the seed germination percentage and moldy in storage, seed moisture content, seed germination percentage in the pot tray, seed germination rate in the pot tray, plant wet and dry weight, and root volume. The results showed that the storage medium had a significant effect on the germination and moldy seed in storage with the lowest yields using sawdust and rubbing ash, respectively, seed moisture content, seed germination percentage in the pot tray, seed germination rate in pot tray, plant wet weight and plant dry weight with best results using rubbing ash. Storage time significantly affected the seed germination percentage in storage, the seed moldy percentage in storage and root volume with the best results using 1 week of storage. The interaction of the two treatments significantly affected the seed germination percentage in storage with the best results being a combination of sawdust for 2 weeks and the seed moldy percentage in storage using a combination of ash for 2 weeks.

Key words : asam gelugur seeds, storage media, storage time, viability, growth

ii

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Binjai pada tanggal 18 Mei 1998, anak ke dua dari dua bersaudara. Putra dari ayahanda Dian Syafarianto dan Ibunda Juliani.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain ialah tahun 2004-2010 SD 1 Cendana Indragiri Hilir; 2010-2013 SMP Negeri 1 Kateman Sungai Guntung Riau; 2013-2016 SMA Negeri 4 Binjai. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2016 melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada Program Studi Agroteknologi dan penulis memilih minat Agronomi.

Selama perkuliahan, penulis mengikuti organisasi UKM BKM Al- Mukhlisin FP USU dan merupakan anggota Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2019-2020. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III Kebun Pulau Mandi, Kecamatan Buntu Pane, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada Juli-Agustus 2019.

Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sipolha, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada Juli - Agustus 2020.

iii

(7)

karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari penelitian ini adalah “Pengaruh Media Simpan dan Lama Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis atas dukungan yang diberikan juga kepada Ibu Dr. Ir. Haryati, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Ratna Rosanti Lahay, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian usulan penelitian ini.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca usulan penelitian ini untuk untuk penulisan yang lebih sempurna di masa yang akan datang demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2021

Penulis

iv

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

RIWAYAT HIDUP iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis Penelitian 3

Kegunaan Penulisan 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman 4

Syarat Tumbuh 4

Iklim 5

Tanah 6

Penyimpanan Benih 6

Viabilitas Benih 7

Serbuk Gergaji 9

Sekam 9

Abu Gosok 10

Benih Rekalsitran 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian 13

Bahan dan Alat 13

Metode Penelitian 13

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Benih 16

Pengukuran Kadar Air Benih Awal 16

Pemberian Fungisida 16

Persiapan Media Simpan 16

Penyimpanan Benih 16

Pengecambahan 17

Pemeliharaan 17

Parameter Amatan 17

v

(9)

Persentase Benih Berkecambah di Bak Kecambah 18

Laju Perkecambahan di Bak Kecambah 18

Bobot Basah Bibit 18

Bobot Kering Bibit 18

Volume Akar 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 20

Pembahasan 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 35

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 39

vi

(10)

DAFTAR TABEL

NoNo Halaman

11.}Persentase benih berkecambah di penyimpanan pada perlakuan media

simpan dan lama penyimpanan ... ... 20 12.}Persentase benih berjamur di penyimpanan pada perlakuan media

simpan dan lama penyimpanan ... ... 21 13.}Persentase kadar air benih pada perlakuan media simpan dan lama

penyimpanan ... ... 22 14.}Persentase benih berkecambah di bak kecambah pada perlakuan media

simpan dan lama penyimpanan ... ... 23 15.}Laju berkecambah benih pada perlakuan media simpan dan lama

penyimpanan ... ... 24 16.}Bobot basah bibit pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan

... ... 25 17.}Bobot kering bibit pada perlakuan media simpan dan lama

penyimpanan ... ... 26 18.}Volume akar tanaman pada perlakuan media simpan dan lama

penyimpanan ... ... 26

vii

(11)

1.}Penempatan dan perhitungan jumlah benih pada wadah

penyimpanan... ... 39 2. Bagan pengecambahan benih... ... 40 3. Bagan penanaman bak kecambah... ... 41 4. Data persentase benih berkecambah di penyimpanan pada perlakuan

media simpan dan lama penyimpanan... ... 42 5. Data persentase benih berkecambah di penyimpanan pada perlakuan

media simpan dan lama penyimpanan setelah di transformasi

dengan √ ... ... 42 6. Sidik ragam persentase benih berkecambah di penyimpanan pada

perlakuan media simpan dan lama penyimpanan setelah di transformasi

dengan √ ... ... 43 7. Data persentase benih berjamur di penyimpanan pada perlakuan media

simpan dan lama penyimpanan... ... 44 8. Data persentase benih berjamur di penyimpanan pada perlakuan media

simpan dan lama penyimpanan setelah di transformasi

dengan √ ... ... 44 9. Sidik ragam persentase benih berjamur di penyimpanan pada perlakuan

media simpan dan lama penyimpanan setelah di transformasi

dengan √ ... ... 45 10. Data persentase kadar air benih asam gelugur setelah penyimpanan pada

perlakuan media simpan dan lama penyimpanan... 46 11. Sidik ragam kadar air benih asam gelugur setelah penyimpanan pada

perlakuan media simpan dan lama penyimpanan... 46 12. Data persentase benih berkecambah di bak kecambah pada perlakuan

media simpan dan lama penyimpanan... ... 47 13. Sidik ragam persentase benih berkecambah di bak kecambah pada

perlakuan media simpan dan lama penyimpanan... 47 14. Data laju perkecambahan benih asam gelugur pada perlakuan media

simpan dan lama penyimpanan... ... 48

viii

(12)

15. Sidik ragam laju perkecambahan benih asam gelugur pada perlakuan

media simpan dan lama penyimpanan... ... 48

16. Data bobot basah bibit pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan... ... 49

17. Sidik ragam bobot basah bibit pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan... ... 49

18. Data bobot kering bibit pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan... ... 50

19. Sidik ragam bobot kering bibit pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan... ... 50

20. Data volume akar pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan... ... 51

21. Sidik ragam volume akar pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan... ... 51

22. Persiapan bahan tanam... ... 52

23. Penyimpanan dan penanaman ... ... 53

24. Perkecambahan benih asam gelugur... ... 54

ix

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Garcinia atroviridis Griff. yang dikenal sebagai asam gelugur ini adalah

tanaman asli Semenanjung Malaysia. Daerah penyebaran asam gelugur di Indonesia adalah dari Aceh hingga Sumatera Selatan. Asam gelugur ini memiliki banyak manfaat seperti digunakan sebagai bumbu masakan, sebagai obat obatan, bahan dasar pembuatan kosmetik, dan juga bisa digunakan sebagai makanan ringan. Di Sumatera Utara asam gelugur digunakan sebagai bumbu masak dalam keadaan kering yang disebut asam potong. Malaysia mengimpor asam potong dari Sumatera Utara dengan mutu yang baik, yaitu asam potong yang tipis, kering, bersih, dan berkesan jernih (Ginting, 2017).

Menurut Rizlansyah (2010) disamping asam gelugur memiliki banyak manfaat, belum banyak masyarakat yang berminat membudidayakan tanaman ini.

Di Indonesia banyak sekali jenis Garcinia yang tidak mendapat perhatian secara khusus, karena masyarakat masih banyak yang belum tahu manfaat tanaman ini.

Tanaman ini sering ditebang begitu saja dalam pembukaan lahan. Keadaan ini dapat mengancam keberadaan jenis Garcinia dimasa-masa mendatang karena banyak diantaranya yang sulit bergenerasi dan pertumbuhannya lambat. Salah satu cara untuk mempertahankan keberadaan tanaman ini adalah meningkatkan minat masyarakat untuk membudidayakan tanaman ini. Namun kendalanya terdapat pada pendistribusian benih. Benih asam gelugur tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, ini dikarenakan jenis benih asam gelugur termasuk benih rekalsitran. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk dapat mempertahankan

(14)

viabilitas benih asam gelugur dalam periode simpan yang sepanjang mungkin sehingga dapat ditanam kembali suatu saat apabila dibutuhkan.

Penyimpanan benih merupakan salah satu kegiatan yang dapat mendukung peningkatan jumlah dan mutu benih dan perlu diperhatikan dalam menjamin pengadaan bahan tanaman melalui program penanaman (Yuniarti et al., 2013).

Tujuan penyimpanan yaitu untuk menjaga biji agar tetap dalam keadaan baik (viabilitas dan vigor tinggi), melindungi biji dari serangan hama dan jamur, dan mencukupi persediaan biji selama musim berbuah tidak dapat mencukupi kebutuhan (Indriana dan Budiasih, 2017).

Hasil dari penelitian Rizlansyah (2010) menunjukkan bahwa penyimpanan selama 2 minggu dapat menurunkan viabilitas benih asam gelugur dari 63,33%

menjadi 25,56%. Masalah utama dalam penyimpanan benih asam gelugur adalah benih asam gelugur mempunyai kadar air kritis yang cukup tinggi. Penurunan kadar air benih sampai dibawah kadar air kritis dapat menyebabkan viabilitas benih asam gelugur menurun dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kematian benih. Disisi lain, karena kadar air benihnya yang tinggi, benih asam gelugur yang termasuk benih rekalsitran tidak tahan jika dikeringkan dan peka terhadap suhu dan kelembaban sehingga rentan mengalami kerusakan akibat kontaminasi mikrobial, benih berkecambah dalam penyimpanan dan kekurangan oksigen.

Karakteristik ini menyebabkan benih asam gelugur memiliki periode simpan yang relatif singkat dibandingkan dengan benih ortodok.

Penggunaan media penyimpanan seperti serbuk gergaji dan sekam sangat baik untuk media penyimpanan karena mampu untuk menyimpan air dan dapat mempertahankan kelembaban di sekitar benih. Hasil penelitian 2

(15)

Gunawan et al., (2018) menyatakan penggunaan media simpan menggunakan sekam menunjukkan hasil yang baik terhadap berat basah kecambah kakao sebesar 8,70 g dan menggunakan serbuk gergaji sebesar 6,93 g setelah penyimpanan benih kakao selama 10 hari.

Penggunaan media abu gosok ternyata mampu mempertahankan kadar air paling baik dibandingkan dengan serbuk gergaji dan tanpa media selama enam minggu setelah penyirnpanan pada benih damar mata kucing. Sementara serbuk gergaji tidak memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan bila benih tidak diberi media sirnpan (Febryano dan Riniarti, 2007)

Berdasarkan uraian singkat diatas, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh media simpan dan lama penyimpanan yang terbaik terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff.).

Tujuan Penelitian

Untuk melihat dan mengetahui pengaruh media simpan dan lama penyimpanan terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih asam gelugur.

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh yang nyata pada perlakuan media penyimpanan dan lama penyimpanan serta interaksi keduanya terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff.).

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini juga diharapkan berguna sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Sistematika tumbuhan asam gelugur menurut Steenis (2003) adalah sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Subdivisi:

Angiospermae, Kelas: Dycotyledonae, Ordo : Guttiferales, Family: Guttiferae, Genus: Garcinia, Species: Garcinia atroviridis Griff.

Pohon Garcinia atroviridis, tingginya mencapai 20 m, ranting dan daunnya menggantung, kulit kayunya licin, berwarna kelabu pucat, getahnya bening. Daunnya berbentuk lonjong sempit, berukuran sampai (20–30) x (6-7,5 cm), berwarna hijau tua (sewaktu muda merah cerah) berkilap menjangat, mendaging, pingirannya berlipat, tulang tengahnya menonjol kesebelah bawah lembaran daun, dengan permukaan yang bergelombang tipis dan hampir tidak tampak tangkai daunnya mencapai 2,5 cm panjangnya (Verheij dan Corronel, 1997).

Daunnya berbentuk lonjong sempit, berukuran 20-30 cm x 6-8 cm, berwarna hijau tua, daun pucuk ada berwarna merah dan hijau muda, mendaging, berkilap, tulang tengahnya menonjol ke sebelah bawah lembaran daun, peruratan bergelombang, berwarna agak gelap. Tangkai daun mencapai 2,5 cm. Ciri-ciri pohon berumah satu berbentuk piramid dan oblong, daun ellip, kaku dan tebal.

Daun berseling berhadapan seperti daun manggis tetapi lebih panjang dan sempit (Kementerian Pertanian, 2014).

Bunga pada tanaman asam gelugur bersifat hermafrodit atau monoseksual, sehingga mampu berkembang biak dengan bunga yang berasal dari pohon yang sama dan merupakan tanaman berumah dua (Diocius). Tanaman ini berbunga

(17)

pada daerah hutan hujan tropis. Bunganya memiliki empat kelopak yang berwarna merah tua dan pada pinggir setiap kelopak berwarna kuning, tanaman ini dapat berbunga di hutan hujan tropis, bunganya banyak bersifat hermaprodit yaitu ada bunga yang memiliki organ seksual perempuan (putik) dan laki-laki (benang sari) yang berumah tunggal, bunga G. Atroviridis mengandung androecia dan gynoecia pada bagian struktural (Pangsuban et al., 2007).

Pohon asam gelugur terbagi dua menurut bunganya, yang berbunga jantan dan pohon yang berbunga betina. Pohon berbunga jantan tidak menghasilkan buah, yang berbunga betina menghasilkan buah. Bunga jantan terdiri dari beberapa kuntum yang bersatu di ujung ranting, sedangkan bunga betinanya menyendiri dan ini nantinya menjadi buah (Tarigan, 2006).

Buah asam gelugur terletak pada ujung ranting. Buah berbentuk bulat besar dengan diameter 7-10 cm dan buah bergelombang serta memiliki alur sebanyak 12-16 alur (Antony, 2009).

Buah ini ada yang berbiji dan ada buah yang tidak berbiji. Biji hanya 2-4 biji per buah, bentuk memipih, panjang 1,5 cm, dibungkus oleh placenta (lapisan biji) yang keras dan kuat (Tarigan, 2006).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman jenis Garcinia dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Suhu udara optimal yang dikehendaki berkisar antara 22–32° C. Daerah dengan curah hujan tinggi yaitu 1500–2500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan kelembaban udara 80%

(Rahayu dan Sari, 2010).

(18)

Tanaman yang sekerabat dengan asam kandis (Garcinia parvifolia) ini memerlukan naungan pada umur tanam 1-2 tahun. Naungan dikurangi seiring dengan semakin tingginya batang tanaman. Tanaman ini cocok untuk ditumpangsarikan dengan tanaman buah-buahan lainnya (Rukmana, 1995).

Tanah

Di Sumatera, pohon ini banyak terdapat pada hutan primer, hutan sekunder, dan kebun-kebun campuran serta agroforestry pada daerah-daerah dengan ketinggian 15-475 meter di atas permukaan laut. Tanaman asam gelugur menghendaki kondisi yang lembab, tanah yang subur dan gembur dengan tekstur tanah yang paling sesuai adalah lempung berpasir (Rauf, 2009).

Tanah yang paling baik untuk budidaya asam gelugur adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya asam gelugur adalah 5 - 7 tetapi pada pH 4,5 pun tanaman asam gelugur dapat tumbuh. Untuk pertumbuhan tanaman asam gelugur memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50–200 m (Prihatman, 2000).

Penyimpanan Benih

Penyimpanan benih adalah sejak benih mencapai kematangan fisiologisnya sampai ditanam, digudang, atau dalam rangka pengiriman benih itu ketempat daerah yang memerlukannya. Selama dalam penyimpanan ini karena pengaruh beberapa faktor keadaan atau mutu benih akan mengalami kemunduran atau deterioration (Kartasapoetra, 1992).

Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang selama mungkin, agar benih dapat ditanam pada 6

(19)

tahun–tahun berikutnya atau untuk tujuan pelestarian benih dan suatu jenis tanaman (Sutopo, 2012).

Penyediaan benih yang tinggi mengakibatkan adanya stok benih dalam gudang penyimpanan, sehingga benih harus mengalami penyimpanan. Namun salah satu hal yang menjadi perhatian dalam industri dan perdagangan benih adalah daya simpan benih. Daya simpan benih adalah kemampuan maksimum lamanya suatu lot benih yang dapat disimpan dalam suatu kondisi simpan tertentu (Sadjad et al., 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasakan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan. Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan.

Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami kemunduran tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan dimana benih disimpan (Purwanti, 2004).

Viabilitas Benih

Menurut Zanzibar et al., (2014) viabilitas merupakan daya hidup suatu benih atau lot benih untuk berkecambah dan menghasilkan tanaman baru. Daya hidup ini ditandai dengan adanya fenomena pertumbuhan atau gejala metabolisme.

(20)

Sutopo (2012) mengkriteriakan kecambah normal dan abnormal adalah sebagai berikut:

Kecambah normal :

1. Kecambah dengan perkembangan akar primer yang baik dan menghasilkan akar seminal minimal dua.

2. Hipokotil yang sempurna dari awal perkecambahan dan tidak ada kerusakan pada jaringan-jaringannya.

3. Pertumbuhan bakal daun sejati (plumula) sempurna berdaun hijau dengan pertumbuhan yang baik atau epikotil yang sempurna dengan kuncup normal (tidak mengalami cacat)

4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.

Kecambah abnormal :

1. Kecambah dengan akar primer yang pendek, embrio rusak atau pecah, dan tanpa kotiledon

2. Kecambah dengan perkembangan dari organ-organ penting lemah dan kurang seimbang seperti hipokotil, epikotil, kotiledon yang membengkok

3. Kecambah yang tidak mampu membentuk klorofil 4. Untuk jenis pohon, mikrofil akan muncul daun

Tujuan analisis viabilitas benih adalah untuk memperoleh informasi mutu fisiologi benih. Informasi yang dimaksud adalah potensi tumbuh dan daya berkecambah. Daya kecambah umumnya diukur dalam persen untuk mengukur jumlah benih dalam suatu kelompok yang dapat diharapkan berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman sehat (Sadjad, 1994).

8

(21)

Serbuk Gergaji

Serbuk gergaji sebagai salah satu bentuk limbah industri perkayuan yang memiliki bobot kering relatif beragam dan jumlahnya melimpah merupakan bahan potensial yang kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai media penyimpanan benih karena serbuk gergaji merupakan zat penyerap. Serbuk gergaji sebenarnya merupakan bahan organik potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan karena disamping dapat menyokong pertumbuhan akar, juga mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman (Sinaga, 2002).

Serbuk gergaji kayu mengandung komponen kimia yang sama dengan yang terkandung dalam batang kayu, yakni komponen sellulosa, lignin, hemisellulosa dan zat ekstraktif. Disamping itu serbuk gergaji juga mengandung 0,24% N, 0,20% P dan 0,45% K. Debu dari kayu cukup kaya akan zat makanan bagi tumbuh-tumbuhan terutama CaCO3 (Darusman, 1983).

Hasil penelitian Sumampow (2010) menunjukkan bahwa semakin besar dosis serbuk gergaji viabilitas benih kakao semakin baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin besar daya kecambah benih yaitu 65,85 % dengan 20 g, 72,29 % dengan 40 g dan 81,15 % dengan 60 g. Penyimpanan pada media serbuk gergaji dapat mengontrol kadar air benih kakao selama penyimpanan.

Sekam

Sekam padi adalah bagian terluar dari butir padi yang merupakan hasil samping saat proses penggilingan padi dilakukan. Sekitar 20% dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15% dari komposisi sekam padi adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam dibakar. Pemanfaatan sekam padi

(22)

secara tidak langsung dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pengaruh utama terhadap struktur tanah yaitu berhubungan dengan pemadatan, aerasi dan perkembangan akar. Apabila persentase kandungan sekam padi berkurang/menurun maka konsekuensinya terjadi penurunan aerasi yang akan menghambat perkembangan akar, menurunkan kemampuan akar untuk menyerap dan menghambat aktivitas mikroorganisme. Selain itu, sekam padi juga digunakan untuk menjernihkan air melalui proses filtrasi/penyaringan partikel, koagulasi dan adsorpsi. Akan tetapi karbon yang terkandung di dalam sekam padi berfungsi sebagai koagulan pembantu dengan menyerap atau menurunkan logam–logam pada air yang tercemar (Sitanggang, 2010).

Berdasarkan penelitian Gunawan et al., (2018) penggunaan media simpan sekam berpengaruh sangat nyata pada pengamatan laju perkecambahan selama pertumbuhan benih kakao. Penyimpanan dengan sekam 100% menghasilkan laju perkecambahan dengan rata-rata mencapai 4,17 hari dan secara statistik berbeda sangat nyata dengan perlakuan lainnya.

Abu Gosok

Abu yang berasal dari tanaman dapat menyediakan nutrisi esensial untuk tanaman yang ditanam pada tanah yang kekurangan hara. Penerapan abu sisa pembakaran telah dilaporkan meningkatkan pertumbuhan tanaman yang ditanam di tanah yang kekurangan nutrisi (Levula et al., 2000).

Berdasarkan penelitian Febryano dan Riniarti (2007) penggunaan media abu gosok ternyata mampu mempertahankan kadar air paling baik dibandingkan dengan serbuk gergaji dan tanpa media selama enam minggu setelah 10

(23)

penyirnpanan. Sementara serbuk gergaji tidak memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan bila benih tidak diberi media simpan.

Menurut Yunitasari dan Ilyas (1994) abu gosok dan serbuk gergaji memiliki kapasitas daya pegang air tinggi. Hal ini dibuktikan dengan kapasitas daya pegang air tinggi pada keadaan jenuh. Abu gosok 165,68% dan serbuk gergaji 451,58%. Luas permukaan yang besar ditunjukkan oleh kemampuan memegang air yang besar. Makin luas suatu tekstur makin luas permukaan efektifnya dan makin tinggi daya serapnya (kemampuan memegang air).

Benih Rekalsitran

Rekalsitran adalah benih yang sangat peka terhadap pengeringan dan akan mengalami kemunduran pada kadar air dan suhu yang rendah. Pada saat masa panen / fisiologi memiliki kandungan air yang relatif tinggi. Biji tipe ini memiliki ciri-ciri antara lain hanya mampu hidup dalam kadar air tinggi (36-90 %).

Penurunan kadar air pada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji hingga kematian, sehingga biji tipe ini tidak bisa disimpan dalam kadar air rendah (Ekowahyuni dan Ilyas, 2019).

Adanya perbedaan toleransi benih terhadap pengeringan, maka pengelompokan benih lebih ditekankan pada tingkat toleransi benih terhadap pengeringan. Daya simpan benih akan meningkat, bila suhu penyimpanannya 5°C dan kadar air benih diturunkan sampai 5%, sehingga disebut toleran terhadap pengeringan. Sebaliknya benih rekalsitran akan menurun viabilitasnya, bila kadar air benih diturunkan dibawah kadar air kritis dan suhu penyimpanannya di bawah 15°C. Golongan tersebut termasuk dalam golongan benih yang peka terhadap penurunan kadar air rendah. Tanaman yang menghasilkan benih rekalsitran

(24)

biasanya benihnya berukuran relatif besar, tidak mengering drastis pada saat masak, kadar airnya lebih tinggi dari 30% dan biasanya tidak mempunyai masa dormansi (Sukarman dan Melati, 2015).

Sebagian besar benih rekalsitran, mempunyai kotiledon mencapai 98-99%

dari struktur benih, dengan bobot 1000 benih lebih dari 500 g. Kotiledon terlindung oleh lapisan tipis kulit benih dan perikarp yang keras. Sebagai konsekuensi dari ukuran benih yang besar, maka kehilangan air dari dalam benih relatif lambat dibandingkan benih orthodok. Pergerakan air di dalam benih lambat serta penguapan air dari benih selama proses pengeringan juga lambat. Kadar air benih rekalsitran bervariasi diantara individu benih. Bentuk dan ukurannya umumnya sangat bervariasi di dalam spesies bahkan di dalam buah yang sama, beberapa benih dilindungi oleh lapisan basah, yang sering dapat dimakan dan berfungsi untuk mencegah terjadinya dehidrasi (Roberts dan Chin, 1980).

12

(25)

Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pompa No.39. Binjai, Sumatera Utara dengan ketinggian ±28 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai selesai. Penelitian ini terdiri dari 2 tahap yaitu tahap pertama adalah masa penyimpanan benih dan tahap kedua yaitu penanaman.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji asam gelugur sebagai objek pengamatan, fungisida untuk mencegah benih tidak berjamur selama penyimpanan, air sebagai pelarut fungisida, plastik klip sebagai tempat menyimpan benih, abu gosok, serbuk gergaji dan sekam yang digunakan sebagai media simpan, pasir sebagai media perkecambahan, label sebagai tanda dari setiap perlakuan, dan bahan-bahan pendukung lainnya

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, ayakan, bak kecambah, timbangan analitik, oven, kamera, dan alat-alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah media simpan (M) yang terdiri dari 4 jenis, yaitu:

M1 = Kontrol M2 = Serbuk gergaji M3 = Sekam

M4 = Abu gosok

(26)

Faktor kedua adalah lama penyimpanan benih (P) dengan 2 taraf, yaitu:

P1 = 1 minggu P2 = 2 minggu

Sehingga diperoleh 4 x 2 = 8 kombinasi, yaitu :

M1P1 M2P1 M3P1 M4P1

M1P2 M2P2 M3P2 M4P2

Jumlah ulangan : 3

Jumlah unit penelitian : 24

Jumlah benih seluruhnya : 735

Jumlah benih untuk pengujian kadar air awal sebelum penyimpanan : 15 Jumlah benih di media simpan/unit penelitian : 30 Jumlah benih untuk pengujian kadar air akhir setelah

penyimpanan/unit penelitian : 5

Jumlah benih dikecambahkan di bak kecambah/ unit penelitian : 20 Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut :

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

i = 1, 2, 3 ,4 j = 1, 2 k = 1, 2, 3 dimana :

Yijk : Pengaruh media simpan (M) ke-i dan lama penyimpanan (P) ke-j pada ulangan ke-k

μ : nilai tengah

αi : pengaruh perlakuan media simpan (M) ke-i

βj : pengaruh perlakuan lama penyimpanan (P) ke-j

14

(27)

(αβ)ij : pengaruh interaksi dari perlakuan media simpan (M) ke-i dan lama penyimpanan (P) ke-j

εijk : Galat dari perlakuan media simpan (M) ke-i dan perlakuan lama

penyimpanan (P) ke-j pada ulangan ke-k

Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan berdasarkan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993).

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Benih

Benih yang dipakai dalam penelitian ini adalah benih yang berasal dari Kecamatan Bahorok, Kab. Langkat. Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih yang telah matang yang ditandai dengan buah yang berwarna kuning. Buah yang telah dipanen, kemudian dibelah dan diambil biji dari dalam buah, kemudian biji dibersihkan dari lendir yang melekat pada biji menggunakan abu gosok. Biji yang digunakan sebagai benih adalah biji yang ukurannya seragam, berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang cendawan.

Pengukuran Kadar Air Benih Awal

Benih dihitung kadar air benih awalnya dengan metode oven. Benih diovenkan dengan suhu 105°C selama 24 jam. Benih yang digunakan sebanyak 15 benih.

Pemberian Fungisida

Benih direndam dalam larutan fungisida berbahan aktif Mankozeb sebanyak 2 g/liter air selama 10 menit untuk menghindari serangan cendawan kemudian dikering-anginkan.

Persiapan Media Simpan

Media simpan yang digunakan berupa serbuk gergaji, sekam dan abu gosok. Media simpan di oven terlebih dahulu agar steril untuk menghindari adanya kemungkinan patogen terdapat pada media simpan.

Penyimpanan Benih

Benih disimpan pada plastik polypropylen yang sudah dilubangi lalu disimpan sesuai perlakuan. Masing-masing media simpan diletakkan pada rak

(29)

yang berbeda sesuai perlakuan. Plastik polypropylen dilubangi sebelum digunakan. Benih disimpan 30/unit penelitian

Pengecambahan

Setelah dilakukan penyimpanan, benih dikecambahkan di bak kecambah plastik dengan ukuran 30 cm x 22 cm x 4 cm, Jumlah benih yang dikecambahkan 20/unit penelitian. Media yang digunakan adalah pasir yang telah diayak dan disterilkan dengan dipanaskan/dimasak selama 2 jam.

Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan handsprayer hingga media menjadi lembab. Pemeliharaan dilakukan setiap hari setelah ditanam pada bak perkecambahan.

Parameter Amatan

Persentase Benih Berkecambah di Penyimpanan

Persentase benih berkecambah di penyimpanan dihitung dengan rumus:

% Benih berkecambah = Jumlah benih berkecambah x 100%

Jumlah benih dalam penyimpanan Persentase Benih Berjamur di Penyimpanan

Benih dikatakan berjamur apabila benih-benih ditumbuhi jamur dibagian dalamnya dan dapat dilihat dengan mata. Persentase benih berjamur di penyimpanan dihitung dengan rumus:

% Benih berjamur = Jumlah benih berjamur x 100%

Jumlah benih dalam penyimpanan Kadar Air Benih

Pengukuran kadar air benih dilakukan dua kali yakni sebelum benih diberi perlakuan dan setelah benih disimpan sesuai dengan kombinasi, masing-masing

(30)

digunakan sebanyak 5 biji. Kadar air benih diukur dengan cara mengovenkan sampel pada suhu 105°C selama 24 jam dengan rumus:

% Kadar air benih = Bobot segar – bobot kering Bobot segar

(Kartasapoetra, 1992).

Persentase Benih Berkecambah di Bak Kecambah

Persentase benih berkecambah dalam bak kecambah dihitung dengan rumus:

% Benih berkecambah = Jumlah benih berkecambah normal x 100%

Jumlah benih di kecambahkan Laju Perkecambahan di Bak Kecambah

Laju perkecambahan ini dinyatakan dalam rata-rata hari berkecambah.

Dihitung dengan rumus:

Rata-rata hari berkecambah = N1T1 + N2T2 + ... + NxTx Total benih berkecambah Keterangan:

N : Jumlah benih yang berkecambah normal pada satuan waktu tertentu T : Menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dan interval tertentu suatu pengamatan.

Bobot Basah Bibit

Bobot basah bibit ditimbang setelah panen dengan syarat tanaman bersih dari pasir. Bobot basah dihitung dengan satuan gram (g).

Bobot Kering Bibit

Bobot kering bibit ditimbang setelah dibersihkan dan kering oven. bobot kering bibit dihitung dengan satuan gram (g).

18

(31)

Volume Akar

Volume akar didapatkan saat panen dengan memasukkan akar masing- masing tanaman ke dalam gelas ukur. Lalu dimasukkan air ke dalamnya dan dihitung selisih air setelah dimasukkan akar dan sebelum dimasukkan akar.

Volume Akar = X2 – X1

Keterangan :

X2 = Volume air setelah dimasukkan akar X1 = Volume awal air

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Persentase Benih Berkecambah di Penyimpanan

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam pada Lampiran 4-6, menyatakan bahwa perlakuan media simpan dan lama penyimpanan serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di penyimpanan. Rataan persentase benih berkecambah di penyimpanan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Persentase benih berkecambah di penyimpanan pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan.

Media Simpan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan

P1 : 1 P2 : 2

……….%...

M1 : Kontrol 0,00 a 8,33 b 4,17

M2 : Serbuk Gergaji 0,00 a 0,00 a 0,00

M3 : Sekam 0,00 a 1,67 a 0,83

M4 : Abu Gosok 3,33 a 11,67 b 7,50

Rataan 0,83 5,42

Keterangan :

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase benih berkecambah di penyimpanan tertinggi pada lama penyimpanan 1 minggu (P1) terdapat pada media abu gosok (M4) yaitu 3,33 % yang berbeda tidak nyata dengan media lainnya, sedangkan pada lama penyimpanan 2 minggu (P2) persentase benih berkecambah tertinggi terdapat pada media abu gosok (M4) yaitu 11,67% yang berbeda tidak nyata dengan media kontrol (M1) tetapi berbeda nyata dengan media serbuk gergaji (M2) dan sekam (M3). Kombinasi media simpan dan lama penyimpanan yang terbaik untuk menekan persentase benih yang berkecambah adalah media serbuk gergaji (M2) pada lama penyimpanan 2 minggu (P2).

(33)

Persentase Benih Berjamur Di Penyimpanan

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam pada Lampiran 7-9, menyatakan bahwa perlakuan media simpan dan lama penyimpanan serta interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap persentase benih berjamur di penyimpanan. Rataan persentase benih berkecambah di penyimpanan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase benih berjamur di penyimpanan pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan

Media Simpan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan

P1 : 1 P2 : 2

……….%...

M1 : Kontrol 0,00 a 1,11 a 0,56

M2 : Serbuk Gergaji 0,00 a 0,67 a 0,33

M3 : Sekam 0,00 a 4,44 b 2,22

M4 : Abu Gosok 0,00 a 0,00 a 0,00

Rataan 0,00 1,56

Keterangan :

Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase benih berjamur di penyimpanan pada lama penyimpanan 1 minggu (P1) tidak menunjukkan adanya pengaruh yaitu 0,00 %. Pada lama penyimpanan 2 minggu (P2) persentase benih berjamur tertinggi terdapat pada media sekam (M3) yaitu 4,44% yang berbeda nyata dengan media lainnya. Kombinasi media simpan dan lama penyimpanan yang terbaik untuk menekan persentase benih yang berjamur di penyimpanan adalah media abu gosok (M4) pada lama penyimpanan 2 minggu (P2).

21

(34)

Kadar Air Benih

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam pada Lampiran 10–11, diketahui bahwa media simpan berpengaruh nyata terhadap kadar air benih.

Sedangkan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air benih.

Interaksi antara media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air benih. Rataan kadar air benih pada media simpan dan lama penyimpanan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kadar air benih pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan

Media Simpan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan

P1 : 1 P2 : 2

……….….%...

M1 : Kontrol 36,67 35,78 36,22 c

M2 : Serbuk Gergaji 22,65 19,87 21,26 a

M3 : Sekam 26,04 35,85 30,94 b

M4 : Abu Gosok 38,92 37,95 38,43 d

Rataan 31,07 32,36

Keterangan:

Angka yang diikuti oleh huruf berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Kadar air benih sebelum penyimpanan = 42,95%

Kadar air media simpan : serbuk gergaji = 11%

sekam = 32,91%

abu gosok = 35%

Tabel 3 menunjukkan hasil kadar air benih tertinggi terdapat pada media abu gosok (M4) yaitu 38,43% yang berbeda nyata dengan media lainnya. Hasil kadar air benih terendah terdapat pada penyimpanan serbuk gergaji (M2) yaitu 21,26%.

Persentase Benih Berkecambah di Bak Kecambah

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam pada Lampiran 12–13, diketahui bahwa media simpan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di bak kecambah. Sedangkan lama penyimpanan berpengaruh tidak 22

(35)

nyata terhadap persentase benih berkecambah di bak kecambah. Interaksi antara media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase benih berkecambah di bak kecambah. Rataan persentase benih berkecambah di bak kecambah pada media simpan dan lama penyimpanan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase benih berkecambah di bak kecambah pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan

Media Simpan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan

P1 : 1 P2 : 2

……….….%...

M1 : Kontrol 100,00 100,00 100,00 c

M2 : Serbuk Gergaji 76,67 43,33 60,00 a

M3 : Sekam 95,00 83,33 89,17 b

M4 : Abu Gosok 100,00 100,00 100,00 c

Rataan 92,92 81,67

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 4 menunjukkan hasil dimana persentase benih berkecambah di bak kecambah tertinggi pada media kontrol (M1) yaitu 100% yang berbeda tidak nyata dengan media abu gosok (M4) tetapi berbeda nyata dengan media lainnya.

Persentase benih berkecambah di bak kecambah terendah terdapat pada media simpan serbuk gergaji (M2) yaitu 60%.

Laju Perkecambahan di Bak Kecambah

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam pada Lampiran 14–15, diketahui bahwa media simpan berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan di bak kecambah. Sedangkan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap laju perkecambahan di bak kecambah. Interaksi antara media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap laju perkecambahan di bak

(36)

kecambah. Rataan laju perkecambahan di bak kecambah pada media simpan dan lama penyimpanan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Laju perkecambahan di bak kecambah pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan

Media Simpan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan

P1 : 1 P2 : 2

……….hari...

M1 : Kontrol 12,30 11,73 12,02 a

M2 : Serbuk Gergaji 21,28 24,74 23,01 c

M3 : Sekam 19,54 16,45 18,00 b

M4 : Abu Gosok 11,53 11,28 11,41 a

Rataan 16,16 16,05

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 5 menunjukkan hasil dimana laju perkecambahan di bak kecambah tercepat pada media abu gosok (M4) yaitu 11,41 hari yang berbeda tidak nyata dengan kontrol (M1) dan berbeda nyata dengan media lainnya. Hasil laju perkecambahan di bak kecambah terlama terdapat pada penyimpanan serbuk gergaji (M2) yaitu 23,01 hari.

Bobot Basah Bibit

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam pada Lampiran 16–17, diketahui bahwa media simpan berpengaruh nyata terhadap bobot basah bibit.

Sedangkan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah bibit. Interaksi antara media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah bibit. Rataan bobot basah bibit pada media simpan dan lama penyimpanan disajikan pada Tabel 6.

24

(37)

Tabel 6. Bobot basah bibit pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan

Media Simpan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan

P1 : 1 P2 : 2

……….g...

M1 : Kontrol 22,61 20,35 21,48 c

M2 : Serbuk Gergaji 12,11 6,19 9,15 a

M3 : Sekam 16,32 16,56 16,44 b

M4 : Abu Gosok 22,69 20,97 21,83 c

Rataan 18,43 16,02

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 6 menunjukkan hasil dimana bobot basah bibit tertinggi pada media abu gosok (M4) yaitu 21,83 g yang berbeda tidak nyata dengan media kontrol (M1) dan berbeda nyata dengan media lainnya. Bobot basah bibit terendah terdapat pada penyimpanan serbuk gergaji (M2) yaitu 9,15 g.

Bobot Kering Bibit

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam pada Lampiran 18-19, diketahui bahwa media simpan berpengaruh nyata terhadap bobot kering bibit, sedangkan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering bibit. Interaksi media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering bibit. Rataan bobot kering bibit pada media simpan dan lama penyimpanan disajikan pada Tabel 7.

(38)

Tabel 7. Bobot kering bibit pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan

Media Simpan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan

P1 : 1 P2 : 2

………...g...

M1 : Kontrol 5,67 4,96 5,32 c

M2 : Serbuk Gergaji 3,17 1,80 2,49 a

M3 : Sekam 4,10 3,95 4,03 b

M4 : Abu Gosok 5,83 5,12 5,48 c

Rataan 4,70 3,96

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 7 menunjukkan hasil dimana bobot kering bibit tertinggi pada media abu gosok (M4) yaitu 5,48g yang berbeda tidak nyata dengan media kontrol (M1) tetapi berbeda nyata dengan media lainnya. Bobot basah bibit terendah terdapat pada penyimpanan serbuk gergaji (M2) yaitu 2,49g.

Volume Akar

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam pada Lampiran 20-21, diketahui bahwa media simpan berpengaruh nyata terhadap volume akar, begitu pula dengan lama penyimpanan sedangkan interaksi media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar. Rataan volume akar pada media simpan dan lama penyimpanan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Volume akar pada perlakuan media simpan dan lama penyimpanan

Media Simpan Lama Penyimpanan (minggu)

Rataan

P1 : 1 P2 : 2

………...ml...

M1 : Kontrol 1,60 1,33 1,47 c

M2 : Serbuk Gergaji 1,00 0,57 0,78 a

M3 : Sekam 1,20 1,13 1,17 b

M4 : Abu Gosok 1,87 1,13 1,50 c

Rataan 1,42 b 1,04 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

26

(39)

Tabel 8 menunjukkan media simpan abu gosok (M4) menghasilkan volume akar terbesar yaitu 1,50 ml yang berbeda tidak nyata dengan media kontrol (M1) tetapi berbeda nyata dengan media lainnya. Volume akar terkecil terdapat pada perlakuan media serbuk gergaji (M2) yaitu 0,78 ml.

(40)

Pembahasan

Pengaruh perlakuan media simpan terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff.)

Perlakuan berbagai jenis media simpan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase benih berkecambah di penyimpanan, persentase benih berjamur di penyimpanan, kadar air benih, laju perkecambahan di bak kecambah, persentase benih berkecambah di bak kecambah, bobot basah bibit, bobot kering bibit, dan volume akar.

Media simpan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di penyimpanan. Media simpan abu gosok menghasilkan persentase benih berkecambah tertinggi dalam penyimpanan. Benih yang berkecambah dalam pengiriman tidak disukai karena banyak yang akarnya telah tumbuh panjang dan bengkok sehingga mudah rusak ketika ditanam. Biji asam gelugur tidak memiliki masa dormansi sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menunda kecepatan perkecambahan benih selama masa pengiriman Hal ini sesuai dengan Rahardjo (2012) yang menyatakan bahwa media simpan yang digunakan dalam penyimpanan berperan sebagai penyangga kelembaban selama penyimpanan, yaitu menyediakan air apabila benih kekurangan air dan sebaliknya menyerap air apabila benih berlebihan.

Media simpan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berjamur di penyimpanan. Media simpan sekam menghasilkan persentase benih berjamur tertinggi di penyimpanan yang mana media tersebut tidak baik digunakan pada benih asam gelugur. Ini bisa diakibatkan karena adanya luka pada benih saat penyimpanan karena struktur yang keras dan tajam yang dimiliki oleh sekam.

Benih asam gelugur memiliki kadar air yang tinggi sehingga apabila terdapat luka 28

(41)

pada benih akan mempercepat benih terinfeksi oleh jamur. Hal ini sesuai dengan Purwanti (2004) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasakan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan. Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan.

Media simpan berpengaruh nyata terhadap kadar air benih. Media simpan terbaik untuk mempertahankan kadar air benih asam gelugur adalah abu gosok yaitu 35 % dengan kadar air benih asam gelugur sebelum disimpan 42,95 %. Hal ini disebabkan abu gosok memiliki sifat fisik yaitu kadar air yang tinggi dan terbukti dapat menahan kadar air. Hal ini sesuai dengan Yunitasari dan Ilyas (1994) yang menyatakan bahwa abu gosok memiliki kapasitas daya pegang air yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan kapasitas daya pegang air pada keadaan jenuh abu gosok yaitu 165,68 %. Luas permukaan yang besar ditunjukkan oleh kemampuan memegang air yang besar. Makin luas suatu tekstur makin luas permukaan efektifnya dan makin tinggi daya kemampuan memegang airnya.

Media simpan berpengaruh nyata terhadap laju berkecambah di bak kecambah. Laju perkecambahan tercepat terdapat pada media simpan abu gosok yaitu 11,41 hari. Kadar air yang sesuai pada penyimpanan menyebabkan terjadinya peningkatan laju perkecambahan. Sebaliknya, media yang memiliki kadar air sedikit menyebabkan penurunan laju perkecambahan seperti benih yang

(42)

disimpan dalam serbuk gergaji. Hal ini sesuai dengan Schmidt (2000) yang menyatakan bahwa tingkat toleransi benih rekalsitran tergantung dari spesies masing-masing. Untuk benih spesies dari daerah tropik kadar air benih yang dianjurkan untuk penyimpanan adalah 20–35 % dan suhu penyimpanan 12–15°C.

Media simpan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di bak kecambah. Persentase benih berkecambah di bak kecambah tertinggi terdapat pada media simpan abu gosok dan kontrol yaitu 100 % diikuti dengan sekam yaitu 89,17 % dan serbuk gergaji 60 %. Benih yang digunakan dalam penyimpanan sebaiknya memiliki kandungan air optimal, yaitu kandungan air tertentu sehingga benih dapat disimpan lama tanpa mengalami kemunduran viabilitas. Hal ini sesuai dengan Dewi (2015) yang menyatakan bahwa media penyimpanan benih yang lembab memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar air benih, sehingga benih akan berimbibisi yang menyebabkan kadar air benih meningkat.

Media simpan berpengaruh nyata terhadap bobot basah dan bobot kering bibit. Bobot basah dan bobot kering tertinggi terdapat pada media simpan abu gosok. Hal ini kembali menunjukan bahwa benih asam gelugur yang disimpan mempunyai pertumbuhan paling baik apabila disimpan mada media abu gosok.

Pada media abu gosok, bobot basah tertinggi yaitu 21,83 g dan bobot kering tertinggi yaitu 5,48 g. Menurunnya bobot segar dan bobot kering kecambah diduga akibat semakin turunnya laju perkecambahan benih. Dengan semakin lambatnya benih berkecambah, maka yang berkecambah di waktu yang lama tentu mempunyai bobot segar dan bobot kering lebih kecil dibanding dengan yang berkecambah terlebih dulu. Hal ini sesuai dengan Sadjad (1994) yang menyatakan 30

(43)

bahwa keserempakan tumbuh benih yang tinggi mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh absolut yang tinggi karena suatu kelompok benih yang menunjukkan pertumbuhan serempak dan kuat akan memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi.

Media simpan berpengaruh nyata terhadap volume akar. Volume akar tertinggi terdapat pada perlakuan abu gosok yaitu 1,50 ml. Pertumbuhan tanaman menjadi faktor penentu dalam parameter volume akar. Tanaman yang tumbuh lebih cepat dan lebih banyak tentu saja akan menghasilkan bobot volume akar yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan Ardian (2008) yang menyatakan bahwa berat kecambah dipengaruhi oleh lamanya pertumbuhan sejak permulaan sampai berjalannya proses perkecambahan, karena bila kecambah butuh waktu yang lama untuk tumbuh maka hasil kecambah yang diperoleh adalah kecambah pendek, ukuran daun kecambah kecil, hipokotilnya pendek dan volume akar kecil.

Pengaruh perlakuan lama penyimpanan terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff.)

Perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase benih berkecambah di penyimpanan, persentase benih berjamur di penyimpanan dan volume akar.

Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di penyimpanan. Lama penyimpanan 2 minggu menghasilkan persentase benih berkecambah tertinggi di penyimpanan. Benih rekalsitran adalah benih yang memiliki kadar air yang relatif tinggi sehingga apabila disimpan dalam jangka waktu tertentu dan dalam kondisi yang sesuai maka benih tersebut akan berpotensi tumbuh. Hal ini sesuai dengan Indriana dan Budiasih (2017) yang menyatakan bahwa vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing-masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis

(44)

ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi suboptimum atau sesudah benih melampaui suatu periode simpan yang lama.

Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berjamur di penyimpanan. Lama penyimpanan 2 minggu menghasilkan persentase benih berjamur tertinggi di penyimpanan. Benih rekalsitran memiliki kadar air tinggi yang mana memiliki kemungkinan besar untuk terserang pathogen terutama jamur. Hal ini sesuai dengan Purwanti (2004) yang menyatakan bahwa masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan.

Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap volume akar. Lama penyimpanan 1 minggu menghasilkan volume akar tertinggi yaitu 1,42 ml. Waktu penyimpanan yang terlalu lama menyebabkan benih asam gelugur memiliki daya tumbuh yang rendah. Hal ini sesuai dengan Sadjad et al (1999) yang menyatakan bahwa daya simpan benih merupakan kemampuan benih untuk disimpan pada periode tertentu. Daya simpan yang rendah mengakibatkan benih tidak dapat disimpan dalam waktu yang panjang. Selama periode penyimpanan, benih akan mengalami kemunduran secara alami. Daya simpan benih merupakan salah satu parameter dalam penentuan mutu benih.

32

(45)

Interaksi pengaruh perlakuan media simpan dan lama penyimpanan terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff.)

Media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase benih berkecambah di penyimpanan dan persentase benih berjamur di penyimpanan.

Interaksi antara media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase benih berkecambah di penyimpanan. Persentase benih berkecambah di penyimpanan tertinggi pada lama penyimpanan 1 minggu (P1) terdapat pada media abu gosok (M4) yaitu 3,33 % sedangkan yang terendah adalah media kontrol (M1), serbuk gergaji (M2), dan sekam (M3) yaitu 0,00 %.

Pada lama penyimpanan 2 minggu (P2) persentase benih berkecambah tertinggi terdapat pada media abu gosok (M4) yaitu 11,67 % dan yang terendah pada media serbuk gergaji (M2) yaitu 0,00 %. Hal ini dikarenakan media serbuk gergaji memiliki porositas yang tinggi dan dapat mempertahankan kelembaban di sekitar benih. Hal ini sesuai dengan Hasil penelitian Sumampow (2010) menunjukkan bahwa semakin besar dosis serbuk gergaji viabilitas benih kakao semakin baik.

Penyimpanan pada media serbuk gergaji dapat mengontrol kadar air benih kakao.

Interaksi antara media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase benih berjamur di penyimpanan. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase benih berjamur di penyimpanan pada lama penyimpanan 1 minggu (P1) tidak menunjukkan adanya pengaruh yaitu 0,00 %. Pada lama penyimpanan 2 minggu (P2) persentase benih berjamur tertinggi terdapat pada media sekam (M3) yaitu 4,44% dan yang terendah pada media abu gosok (M4) yaitu 0,00 %. Kombinasi media simpan dan lama penyimpanan yang terbaik untuk menekan persentase benih yang berjamur di penyimpanan adalah media abu

(46)

gosok pada lama penyimpanan 2 minggu (M4P2). Hal ini sesuai Yunitasari dan Ilyas (1994) yang menyatakan bahwa abu gosok memiliki kapasitas daya pegang air tinggi. Hal ini dibuktikan dengan kapasitas daya pegang air tinggi pada keadaan jenuh. Luas permukaan yang besar ditunjukkan oleh kemampuan memegang air yang besar. Makin luas suatu tekstur makin luas permukaan efektifnya dan makin tinggi daya serapnya (kemampuan memegang air).

34

34

(47)

1. Media simpan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di penyimpanan dengan hasil terendah menggunakan media serbuk gergaji, persentase benih berjamur di penyimpanan terendah terdapat pada media abu gosok, kadar air benih, persentase benih berkecambah di bak kecambah, laju perkecambahan di bak kecambah, bobot basah dan bobot kering bibit dengan hasil terbaik menggunakan media abu gosok.

2. Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap persentase benih berkecambah di penyimpanan, persentase benih berjamur di penyimpanan dan volume akar dengan hasil terbaik menggunakan penyimpanan selama 1 minggu.

3. Interaksi perlakuan media simpan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase benih berkecambah di penyimpanan dengan kombinasi terbaik menggunakan serbuk gergaji dengan lama penyimpanan 2 minggu dan persentase benih berjamur di penyimpanan dengan kombinasi terbaik abu gosok dengan lama penyimpanan 2 minggu.

Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian, penggunaan media simpan serbuk gergaji dengan lama penyimpanan 2 minggu dapat menekan persentase benih berkecambah di penyimpanan dan penggunaan media simpan abu gosok dengan lama penyimpanan 2 minggu dapat menekan persentase benih berjamur di penyimpanan.

2. Berdasarkan hasil penelitian, penyimpanan menggunakan abu gosok menghasilkan kadar air benih dan persentase perkecambahan tertinggi.

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Antony, C. 2009. A review of Asam Gelugor (Garcinia atroviridis Griff).

Dweck Data. Pdf4pro.

Ardian. 2008. Pengaruh Perlakuan Suhu dan Waktu Pemanasan Benih terhadap Perkecambahan Kopi Arabika (Coffea arabica). Akta Agrosia 11(1): 25- 33.

Darusman, A. 1983. Pemanfaatan Serbuk Gergaji untuk Pertanian. Bina Rimbaguna. Jakarta.

Dewi, T. K. 2015. Pengaruh Kombinasi Kadar Air Benih dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas dan Sifat Fisik Benih Padi Sawah Kultivar Ciherang.

Jurnal Agrorektan 2(1): 53–61.

Ekowahyuni, L. P dan Ilyas, S. 2019. Benih Labu Siam Rekalsitran. LPU-UNAS.

Jakarta Selatan

Febryano, I. Gumay dan Riniarti, M. 2007. Metode Alternatif Penyimpanan Benih Damar Mata Kucing. Universitas Lampung

Ginting, S. 2017. Keragaman Morfologi Buah dan Kandungan Kimia dari Beberapa Aksesi Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. Ex T. Anders) di Beberapa Kabupaten Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

Medan

Gunawan, B., Pratiwi, I. Y., Bambang W., Hariyadi., dan Thoyib, M. 2018.

Pengaruh Media Simpan Serbuk Gergaji dan Sekam terhadap Viabilitas Benih Kakao (Theobroma cacao L.). Jurnal Hasil Penelitian UNTAG Surabaya 3(2):67–73.

Indriana, K. R., dan Budiasih, R. 2017. Pengaruh Waktu Penyimpanan Benih dan Konsentrasi Larutan Asam Sulfat terhadap Pertumbuhan Benih Jarak (Jatropha curcas L) di Persemaian. Jurnal Agrotek Indonesia 2(1):18-24 Kartasapoetra, A. G. 1992. Teknologi Benih. Produksi Benih dan Penuntun

Praktikum. Bina Aksara, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2014. Plasma Nutfah Tanaman Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff. ex T. Anders.). Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Sumatera Barat, Solok.

Levula, T. A., Saarsalmi, and Rantavaara, A. 2000. Effects Of Ash Fertilization and Prescribed Burning on Macronutrient, Heavy Metal, Sulphur and Cs- 137 Concentrations in Lingonberries (Vaccinium vitisidaea). For. Ecol.

Manage. 126: 269-279.

(49)

Pangsuban, S., Noparat. B., Kamnoon, K., dan Charassri, N. 2007. An Evaluation of the Sexual System of Garcinia atroviridis Griff. ex T. Anders (Clusiaceae) Based on Reproductive Features. Departmen of Plant Science. Faculty of Natural Resource. Prince of Songkla University. Hat Yai, Thailand.

Prihatman, K. 2000. Manggis. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS. Jakarta.

Purwanti. S. 2004. Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning. Jurnal Agrisci UGM. Vol 11.

(1) : 4

Rahayu, M. dan Sari, I. K. 2010. Budidaya Manggis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. NTB.

Rahardjo, P. 2012. Pengaruh Pemberian Sekam Padi sebagai Bahan Desikan pada Penyimpanan Biji terhadap Daya Tumbuh dan Pertumbuhan Bibit Kakao.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU. USU Press. Medan.

Roberts, E.H., Chin, H.F. 1980. Recalcitrant Crop Seeds. Tropical Press.

SDN.BHD. 29. Jalan Riong. Kuala Lumpur. Malaysia.

Rukmana, R. 1995. Budidaya Manggis. Kanisius. Jakarta.

Rizlansyah, I. 2010. Pengaruh Lama Pengeringan dan Lama Penyimpanan terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Benih Asam Gelugur (G. atroviridis. ex T. Anders). Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sadjad, S. 1994. Kualifikasi Metabolisme Benih. Grasindo. Jakarta.

Sadjad, S. E., Murniati, dan Ilyas, S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif. Grasindo. Jakarta.

Schmidth, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Jakarta: Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan.

Sinaga, S. R. 2002. Pengaruh Pemberian Abu Serbuk Gergaji dan Kompos Terhadap Kimia Hara Tanah dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L) pada Ultisol Mancang. Universitas Sumatera Utara.

Sitanggang, C. 2010. Pemanfaatan Arang Sekam Padi Sebagai Adsorben untuk Menurunkan Kadar Besi Dalam Air Sumur. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

2012 Kelurahan Kecandran Kelurahan Dukuh Kelurahan Mangunsari Kelurahan Kalicacing Utusan Kelurahan, PKK, lembaga Pendidikan, Lembaga Agama, Tokoh Masyarakat. 250 orang 2013

[r]

JL.BRIGJEN KATAMSO NO.03 PALANGKA RAYA TAHUN

[r]

(2011) dalam tulisannya yang berjudul Information Diffusion in Social Networks: Observing and Influencing Societal Interests, mengatakan bahwa tahap pertama yang harus

Para Pemegang Saham atau kuasanya yang akan menghadiri Rapat diminta dengan hormat untuk membawa dan menyerahkan Konfirmasi Tertulis Untuk Rapat (KTUR) atau

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II ini sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan oleh peneliti. Pelaksanaan pembelajaran

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka merupakan indikator utama ketenagakerjaan yang sering dipakai untuk melihat perkembangan di