• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah pada mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Scramble di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah pada mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Scramble di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

RACHMATUL AMALIYAH EKA PUTRI NIM. D07213028

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii

Rachmatul Amaliyah Eka Putri. 2017. Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Peninggalan Sejarah Pada Mata Pelajaran IPS Melalui

Metode Pembelajaran IPS di Kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya.

Skripsi, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing M.Bahri Musthofa, M.Pd.I, M.Pd.

Kata Kunci : Metode Pembelajaran Scramble, Materi Peninggalan Sejarah, Kemampuan Mendeskripsikan.

Penelitian ini dilatarbelakangi kemampuan mendeskripsikan siswa pada mata pelajaran IPS yang masih kurang. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi prasiklus diketahui bahwa nilai rata-rata kelas pada mata pelajaran IPS hanya 67,85 dengan prosentase ketuntasan 35,71 %. Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan siswa dalam mendeskripsikan terutama pada soal yang membutuhkan deskripsi dan metode pembelajaran guru yang hanya menggunakan metode ceramah. Adapun cara yang digunakan peneliti untuk mengatasi permasalahan tersebut yakni melalui penerapan metode pembelajaran Scramble.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan metode pembelajaran Scramble dalam meningkatkan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah pada mata pelajaran IPS di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya. 2) Bagaimana peningkatan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah pada mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Scramble di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya.

Model dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin, terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya tahun pelajaran 2016-2017 dengan jumlah 14 siswa.

(7)

x

HALAMAN COVER ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR DIAGRAM ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Tindakan Yang Dipilih ... 7

(8)

xi

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Mendeskripsikan ... 12

1. Pengetian kemampuan mendeskripsikan ... 12

2. Perlunya Kemampuan Mendeskripsikan ... 13

3. Indikator Kemampuan Mendeskripsikan ... 15

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 19

1. Pengertian Mata Pelajaran IPS ... 19

2. Tujuan Mata pelajaran IPS ... 21

3. Lingkup materi IPS jenjang SD ... 22

4. Materi Peninggalan Sejarah ... 24

C. Metode Pembelajaran Scramble ... 30

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 30

2. Metode Pembelajaran Scramble ... 31

3. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Scramble...34

4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Scramble ... 35.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 37

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 40

(9)

xii

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 44

F. Teknik Analisis data...48

G. Indikator Kinerja ... 54

H. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. kondisi pra siklus ...56

2. Siklus I ... 59

a. Tahap Perencanaan Tindakan ... 59

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 59

c. Tahap Pengamatan ... 65

d. Tahap Refleksi ... 73

3. Siklus II ... 76

a. Tahap Perencanaan Tindakan ... 76

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 76

c. Tahap Pengamatan ... 80

d. Tahap Refleksi ... 89

(10)

xiii

A. Simpulan ... 98

B. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA ... 100

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...102

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran menurut bahasa adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.1 Untuk membuat seseorang atau peserta didik belajar itulah dalam proses pembelajaran guru harus memiliki rencana yang disiapkan dengan baik sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan. Pembelajaran yang membosankan dan monoton hanya akan membuat peserta didik jenuh dan tujuan pembelajaran pun tidak akan tercapai dengan baik.

Perencanaan dalam pembelajaran sangat perlu dilakukan untuk membuat susana belajar menjadi menyenangkan dan efektif. Hal itu tergantung dari bagaimana seorang guru memilih metode, strategi, serta media dalam pembelajaran.2 Pembelajaran yang monoton masih banyak dijumpai dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan termasuk mata pelajaran IPS (Ilmu Pendidikan Sosial). Pembelajaran yang monoton dengan metode tradisional (ceramah) hanya akan membuat pembelajaran terkesan membosankan.

IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD/MI. IPS merupakan integrasi dari berbagai kumpulan cabang

1

Drs. H. Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu Ilmu Sosial, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013) hal 17

2

(12)

ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,politik, hukum, dan lain lain. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu sosial : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, politik, filsafat, dan psikologi sosial.3 Adapun tujuan pembelajaran IPS pada dasarnya sama dengan mata pelajaran lain yakni untuk meningkatkan kemampuan siswa baik dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ilmu pengetahuan sosial pada jenjang sekolah dasar memiliki peranan yang penting yakni mengandung berbagai pengetahuan sosial baik didalam keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat. Pentingnya dalam mempelajari IPS pada jenjang SD atau sekolah dasar yakni sebagai tranformasi ilmu, moral, dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai keterampilan pengembangan dalam menyelesaikan permasalahan sosial. Oleh karena itu mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial atau IPS diberikan kepada anak sejak sekolah dasar.

Karakteristik tujuan IPS menurut Bruce Joyce memiliki tiga kategori yang merupakan komponen penting dalam mata pelajaran IPS yakni : pendidikan kemanusiaan, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan inteletual. pendidikan kemanusiaan membantu anak untuk memahami pengalamannya dan makna dlaam kehidupannya, pendidikan kewarganegaraan mengandung arti bahwa siswa harus dipersiapkan untuk

3

(13)

berpartisipasi secara efektif dalam dinamika masyarakat, pendidikan intelektual mengandung arti sebagai pengetahuan inteletual sebagai bekal anak dalam mengahadapi masalah. 4

Ada suatu kecenderungan pemahaman yang salah, bahwa mata pelajaran IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan dan mencatat saja. Guru menerapkan metode yang lebih menekankan pada aktivitas guru bukan siswa seperti metode ceramah, mengerjakan soal, dan mencatat. Metode seperti itu cenderung membuat siswa bosan dan sulit untuk menangkap materi. Selain itu kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS itu sendiri yang tidak hanya meningkatkan kemampuan siswa dalam kognitif tetapi juga afektif, dan psikomotorik siswa. Selain itu bentuk penilaian pada mata pelajaran IPS masih terkonsentrasi pada tes tulis saja.5

Kemampuan mendeskripsikan adalah salah satu kemampuan hasil belajar yang dilihat dari indikator pencapaian. Kemampuan adalah kecakapan sedangkan mendeskripsikan berarti memaparkan, atau menggambarkan dengan kata-kata yang jelas dan rinci.6 Itu berarti kemampuan mendeskripsikan adalah kemampuan siswa dalam memaparkan atau menggambarkan materi yang telah dia ketahui dalam bahasanya sendiri baik secara tertulis maupun lisan.

4

Depdiknas, Naskah kebijakan kurikulum IPS, (Jakarta : Depdiknas, 2007) hal 18

5

Ibid, hal 11

6

(14)

Kemampuan mendeskripsikan dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran merupakan hal yang penting. Untuk dapat menilai kemampuan siswa dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa. Hasil penilaian merupakan perwujudan dari kemampuan siswa dalam menguasai materi. Oleh karena itu kemampuan mendeskripsikan perlu dimiliki siswa untuk memudahkan dalam menguasa dan memahami materi pelajaran.

Dalam naskah kebijakan IPS disebutkan bahwa keterampilan yang harus dimiliki dalam lingkup IPS yakni salah satunya keterampilan berfikir yang meliputi kemampuan mendeskripsikan, mendefinisikan, mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisai, membandingkan, dan memprediksi. 7

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti di MI Sabilil Muhtadin Surabaya. Dari 14 siswa yang ada dikelas IV, dengan KKM (Kriterian Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran IPS materi peninggalan sejarah sebesar 75 dan yang mendapat nilai diatas KKM hanya berkisar rata-rata 35 %. siswa kesulitan dalam mendeskripsikan suatu materi pelajaran baik mendeskripsikan secara tertulis maupun mendeskripsikan secara lisan. Dari pengamatan selama pembelajaran IPS, dalam pengerjakan soal yang

7

(15)

membutuhkan deskripsi khususnya materi peninggalan sejarah mereka belum mampu mendeskrisikan dengan baik terlebih lagi mendeskripsikan secara lisan.8

Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru kurang membiasakan siswa untuk mendeskripsikan materi yang sudah dibahas, dan guru juga jarang menerapkan strategi atau metode yang memudahkan siswa untuk mendeskripsikan. Terutama pada materi peninggalan sejarah selain membutuhkan metode dan strategi yang tepat diperlukan pula media sebagai pengantar yang memudahkan siswa.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan pada mata pelajaran IPS khususnya materi peninggalan sejarah guru perlu menerapkan metode yang tepat. Ada beberapa strategi dan metode yang bisa digunakan salah satunya adalah metode pembelajaran scramble. Metode pembelajaran ini merupakan metode pembelajaran yang membantu siswa untuk berpikir kritis dan konsentrasi terhadap materi yang disampaikan.9

Selain itu penggunaan media gambar juga dapat membantu siswa untuk mengingat dan mendeskripsikan tentang materi peninggalan sejarah. Media pembelajaran dapat berguna dalam mengatasi keterbatasan

8

Wawancara dengan bu kholifah guru IPS pada hari kamis tanggal 24 November 2016

9

(16)

pengalaman yang dimiliki siswa.10 misalnya dalam materi peninggalan sejarah terdapat arca siswa belum memiliki gambaran yang jelas mengenai arca sehingga penggunaan media gambar bisa menjadi solusi bagi guru dalam membantu siswa untuk mendeskripsikan pemahaman yang dia peroleh.

Untuk itu peneliti berusaha mencari solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendeskripsikan yakni dengan menggunakan metode pembelajaran Scramble. Media Metode pembelajaran ini dianggap cocok dengan kondisi siswa untuk membantu siswa dalam berpikir kritis, membuat siswa mudah dalam mengingat materi, dan mendeskripsikan.

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut secara mendalam dengan mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul : “Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Peninggalan Sejarah Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Pembelajaran Scramble di Kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

10

(17)

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Scramble dalam peningkatan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya ?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah pada mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Scramble

di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya? C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditentukan maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Scramble dalam peningkatan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah mata pelajaran IPS di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran

Scramble di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya. D. Tindakan yang dipilih

Berdasarkan identifikasi masalah dan rumusan masalah, maka penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran Scramble

(18)

Metode pembelajaran Scramble adalah metode pembelajaran dengan menggunakan acak kata, kalimat, atau susunan kalimat. Metode ini dapat membantu siswa mengingat dan berpikir cepat serta dapat melengkapi media gambar yang diterapkan guru dalam membantu siswa mendeskripsikan.

Penelitian ini terbagi menjadi dua siklus enelitian, setiap siklus dilaksanakan dengan menggunakan model Kurt Levin yakni dengan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan

(observing), dan refleksi (reflecting).

Tindakan penelitian ini diawali dengan menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru melaksanakan pembelajaran, dan kemudian refleksi berdasarkan pengamatan dan hasil yang diperoleh. Dengan

melalui dua siklus tersebut diharapkan dapat mengamati “ dengan

diterapkannya Metode pembelajaran Scramble dapat meningkatkan kemampuan mendeskripsikan mata pelajaran IPS materi peninggalan sejarah

pada siswa kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya”.

E. Lingkup penelitian

(19)

1. Subjek penelitian adalah siswa – siswi kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya semester II tahun ajaran 2016-2017, pada peningkatan kemampuan mendeskripsikan.

2. Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada “peningkatan kemampuan

mendeskripsikan siswa pada mata pelajaran IPS materi peninggalan

sejarah”

3. Penerapan penelitian tindakan kelas ini menggunakan Metode pembelajaran Scramble

4. Adapun Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang akan dibahas sebagai berikut :

a. Kompetensi Inti

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan bertanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.

b. Kompetensi dasar IPS

(20)

c. Indikator

3.4.1 Menyebutkan peninggalan sejarah Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia

3.4.2 Menjelaskan peninggalan sejarah masa kerajaan Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia beserta fungsinya

3.4.3 memberikan contoh cara menjaga dan menghargai peninggalan sejarah di lingkungan sekitarmu.

F. Signifikansi Penilitian

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu memberikan berbagai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagi acuan bagi penulis lain dalam menyusun karya ilmiah mengenai peningkatan kemampuan mendeskripsikan mata pelajaran IPS materi peninggalan sejarah kelas IV MI Sabilil Muhtadin dengan menggunakan Metode pembelajaran Scramble.

Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi siswa

a. Meningkatkan keaktifan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran

b. Meningkatkan kemampuan mendeskripsikan siswa pada mata pelajaran IPS khususnya materi peninggalan sejarah.

(21)

a. Mendorong guru untuk menerapkan proses belajar mengajar yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran b. Memberikan pengetahuan baru kepada guru tentang salah satu metode

yakni Metode pembelajaran Scramble

3. Manfaat bagi sekolah

a. Sebagi sumber masukan untuk mengembangkan kurikulum di sekolah menjadi lebih baik lagi

b. Memberikan salah satu alternatif dalam meningkatkan keberhasilan pembelajaran di sekolah

(22)

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kemampuan Mendeskripsikan

1. Pengetian kemampuan mendeskripsikan

Secara bahasa “kemampuan” berasal dari kata “mampu” yang

berarti kuasa, sanggup, dan dapat melakukan sesuatu. Sedangkan kemampuan sendri secara bahasa dapat diartikan sebagai kemampuan kecakapan, atau kesanggupan seseorang dalam melakukan sesuatu.1

Menurut Robbin dalam bukunya kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan sesuatu atau beragam tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. Robbin juga mendefinisikan bahwa kemampuan merupakan sebuah penilaian terkini atas apa yang dilakukan seseorang.2

Lebih lanjut Robbin memaparkan pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor yakni ; kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Adapun kemampuan intelektual adalah kemampuan yang dibutuhkan seseorang dalam melakukan berbagai aktifias berfikir seperti menalar dan memecahkan masalah. Selanjutnya kemampuan fisik yakni kemampuan seseorang dalam mlakukan sesuatu yang

1

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2004) hal 553

2

(23)

membutuhkan kekuatan secara fisik seperti keterampilan, kekuatan, stamina, dan karakteristik fisik lainnya.3

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

Mendeskripsikan berasal dari kata “deskripsi” yang berarti

pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Menurut Alwi Hasan mendeskripsikan adalah pemaparan secara jelas seolah olah melihat, mendengar, merasakan suatu hal atau kondisi tertentu sehingga kita benar – benar dapat menggambarkan keadaan tersebut dengan gamblang, jelas, dan terperinci.4

Dari pemaparan diatas dapat kita simpulkan bahwa kemampuan mendeskripsikan adalah kecakapan, kesanggupan, atau potensi diri seseorang dalam menggambarkan atau memaparkan suatu hal atau kondisi dengan jelas dan terperinci.

2. Perlunya Kemampuan Mendeskripsikan

3

Ibid, hal 66

4

(24)

Dalam suatu pembelajaran, kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi sangat penting karena itulah tujuan dari pembelajaran pada ranah kognitif. Ketika siswa mampu memaparkan suatu materi yang sudah dipelajari dengan bahasanya sendiri maka dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut sudah mampu menguasai dan memahami materi yang disampaikan guru. Hasil perwujudan dari pemahaman siswa tersebut dilihat dari hasil penilaian yang diberikan guru. Kemampuan juga merupakan kompetensi mendasar yang perlu dimiliki siswa pada suatu lingkup materi dalam lingkup mata pelajaran pada jenjang tertentu.

Berikut beberapa keterampilan yang harus ada dalam mata pelajaran IPS : 5

a. Keterampilan berpikir : kemampuan mendeskripsikan, mendefinisikan, mengklasifikasi, membuat hipotesis, memprediksi, dan membandingkan

b. Keterampilan akademik : membaca, menulis, menelaah, berbicara, menjelaskan, menginterpretasi peta, membuat grafik, dan membuat garis besar

c. Keterampilan sosial yaitu kemampuan berkomunikasi, bersosial, dan kemampuan bekerja sama.

5

(25)

Dari pemaparan di atas mendeskripsikan termasuk dalam keterampilan berfikir yang harus ada dalam mata pelajaran IPS oleh karena itu penting bagi siswa untuk mempunyai kemampuan mendeskripsikan sebagai salah satu hasil belajar siswa.

3. Indikator kemampuan mendeskripsikan

Hasil belajar yang didapat dari kemampuan siswa mendeskripsikan tidak hanya sebuah ingatan tetapi juga pemahaman. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan hafalan.6 Dalam hal ini siswa dapat dikatakan faham ketika ia sudah bisa menjelaskan hubungan sebab akibat, memahami apa yang diajarkan dan dapat mengkomunikasikannya dengan bahasanya sendiri secara rinci dan jelas.

Berikut tingkatan proses berfikir yang paling umum dalam taksonomi bloom:7

a. Mengingat artinya mendapatkan kembali atau pengembalian pengetahuan relevan yang tersimpan dari memori jangka panjang b. Memahami, mendeskripsikan susunan dalam artian pesan

pembelajaran, mencakup oral, tulisan, dan komunikasi grafik.

6

Anas sudiyono, pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo,2009) hal 50.

7

(26)

c. Menerapkan, menggunakan prosedur dalam situasi yang diharapkan

d. Menganalisis, memcah materi menjadi bagian-bagian pokok dan menggambarkan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan.

e. Mengevaluasi, atau menilai, melakukan evaluasi atau penilaian yang didasarkan pada kriterian dan atau standar.

f. Menciptakan, menempatkan bagian-bagian secara bersamaan kedalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik.

Lebih lanjut Benjamin S. Bloom mengklasifikasikan rumusan proses tingkatan berfikir dalam ranah kognitif sebagai berikut :8

Tabel 2.1

Taksonomi tingkatan berfikir dalam ranah kognitif Tingkatan / hasil

belajar Ciri – cirinya

Knowledge  Jenjang belajar terendah

 Kemampuan mengingat fakta-fakta

 Kemampuan menghafalkan rumus, definisi, prinsip, dan prosedur

 Dapat mendeskripsikan Comprehension  Mampu menerjemahkan

8

(27)

 Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal

 Pemahaman ekstrapolasi  Mampu membuat estimasi

Application  Kemmapuan menerapkan materi pelajaran dalam situasi baru

 Kemampuan menetapkan prinsip atau generalisasi pada situasi baru

 Dapat menyusun problema-problema sehingga dapat menetapkan generalisasi  Dapat mengenali hal-hal yang menyimpang

dari prinsip dan generalisasi

 Dapat mengenali fenomena baru dari prinsip dan generalisasi

 Dapat meramalkan sesuatu yang akan terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi

 Dapat menentuan tindakan tertentu berdasarkan prinsip dan generalisasi

 Dapat menjelaskan alasan penggunaan prinsip dan generalisasi

Analysis  Dapat memisah-misahkan suatu integritas menjadi unsur-unsur, menghubungkan antar unsur, dan mengorganisasikan prinsip-prinsip

 Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip  Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu  Meramalkan kualitas/kondisi

 Mengetengahkan pola tata hubungan, atau sebab-akibat

 Mengenal pola dan prinsip-prinsip organisasi materi yang dihadapi

 Meramalkan dasar sudut pandangan atau kerangka acuan dari materi

Synthesis  Menyatukan unsur-unsur atau bagian satu keseluruhan

(28)

 Dapat merencanakan langkah yang konkrit  Dapat mengabstraksikan suatu gejala,

hipotesa, hasil penelitian, dan sebagainya. Evaluation  Dapat menggunakan kriterian internal dan

kriterian eksternal

 Evaluasi tentang ketetapan suatu karya dokumen (kriterian internal)

 Menentukan nilai/sudut pandang yang dipakai dalam mengambil keputusan

 Membandingkan karya-karya dengan kriteria eksternal

 Mengevaluasi suatu karya dengan kriteria eksternal

 Membandingkan sejumlah karya dengan sejumlah kriteria eksternal.

Dari tingkatan proses berfikir, pemahaman merupakan tingkat kedua yang merupakan kemampuan mendeskripsikan siswa dalam artian pesan pembelajaran seperti yang diuraikan diatas. Oleh karena itu hasil belajar siswa dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan mendeskripsikan siswa tentang peninggalan sejarah.

(29)

Siswa dikatakan memahami suatu materi jika sudah memenuhi beberapa indikator. Indikator dari pemahaman itu sendiri yaitu :9

a. Mengartikan b. Memberikan contoh c. Mengklasifikasi d. Menyimpulkan e. Menduga

f. Membandingkan g. Menjelaskan

Dari beberapa indikator untuk pemahaman diatas, indikator yang cocok untuk indikator kemampuan mendeskripsikan pada materi peninggalan sejarah adalah menyebutkan, menjelaskan, dan memberikan contoh. Indikator tersebut dipilih karena dapat mengukur kemampuan siswa dalam mendeskripsikan peninggalan sejarah.

B. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS

IPS atau Ilmu Pengetahuan Sosial juga biasa disebut sosial studies. Sosial studies merupakan sebutan bagi IPS di sekolah-sekolah Amerika. Banyak para ahli yang sudah memaparkan definisi dari sosial

9

(30)

studies atau IPS. Untuk lebih lanjut inilah beberapa definisi IPS atau sosial studies menurut para ahli :

a. Edgar B Wesley menyatakan bahwa social studies are the social sciences simplified for paedagogieal purposes in school. The social studies consist of geografy history, economic, sociology, civics and various combination of these subjects.

b. John Jarolimek mengemukakan bahwa The social studies as a part of elementary school curriculum draw subject-matter content from the social science, history, sociology, political science, social psychology, philosophy, antropology, and economic. The social

studies have been defined as “ those portion of the social science...

selected for instructional purposes. 10

Selain itu terdapat beberapa definisi menurut ahli pendidikan dan IPS di Indonesia yakni menurut Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan

10

(31)

instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

Begitu juga menurut Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA.

Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat kita simpulkan bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang diajarkan disekolah dan merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang mencakup ilmu sejarah, sosiologi, filsafat, antropologi, yang disederhanakan sesuai dengan tingkat pendidikannya.

IPS adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang bersifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran. Dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/ bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.11 IPS juga mata pelajaran yang mengajarkan tentang kemasyarakatan, dinamika sosial, serta fenomena sosial.

2. Tujuan pembelajaran IPS

Selain itu tujuan pokok dari mata pelajaran IPS yakni mengembangkan konsep-konsep dasar ilmu sosial seperti ilmu sosiologi,

11

(32)

geografi, ekonomi, sejarah, serta beberapa disiplin ilmu lain, IPS juga bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk berlatih berfikir kritis dalam menghadapi atau menanggapi permasalahan sosial selain itu juga mengembangkan kemampuan kreatif, inkuiri dan keterampilan sosial lainnya.

IPS juga bertujuan untuk membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan. Serta terakhir IPS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk, bak secara nasional maupun global.12

3. Lingkup materi IPS pada jenjang SD

Dalam permendiknas, dikemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/ MI mata pelajaran IPS memuat geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik di arahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.13

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada

12

Irfan Tamwifi dkk, Modul Pembelajaran IPS MI, (LAPIS PGMI, 2009) paket 1

13

(33)

geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik MI/SD. Berikut rumusan Kompetensi Inti dan Kompetendi Dasar IPS pada kelas IV :14

Tabel 2.2

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV KOMPETENS INTI

(PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI (KETERAMPILAN) 3. Memahami pengetahuan

faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai

4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di

14

(34)

identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

3.3 Mengidentifikasi kegiatan ekonomi dan hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan, serta kehidupan sosial dan budaya di lingkungan sekitar sampai provinsi.

4.3 Menyajikan hasil identifikasi kegiatan ekonomi dan hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan, serta kehidupan sosial dan budaya di lingkungan sekitar sampai provinsi.

3.4 Mengidentifikasi kerajaan Hindu dan/atau Buddha dan/atau Islam di lingkungan daerah setempat,serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat masa kini.

4.4 Menyajikan hasil identifikasi kerajaan Hindu dan/atau Buddha dan/atau Islam di lingkungan daerah setempat, serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat masa kini.

4. Materi Peninggalan Sejarah

a. Pengertian peninggalan sejarah

(35)

Pengertian peninggalan sejarah adalah benda-benda sisa masa lampau yang mempunyai nilai sejarah dan masih ada hingga kini. berbagai peninggalan sejarah banyak sekali jenisnya, tersebar di berbagai tempat di Indonesia.

b. Macam – macam peninggalan sejarah

Peninggalan sejarah tertua yang ditemukan berbentuk prasasti. Prasasti adalah tulisan atau simbol yang ditemukan pada tugu, batu, atau benda lain dengan bahasa Sanskerta, huruf Pallawa, dan bahasa Melayu Kuno. Peninggalan sejarah di Indonesia digolongkan menjadi tiga macam, yaitu yang bercorak Hindu, Buddha, dan Islam :

1) Peninggalan Sejarah Bercorak Hindu

Kerajaan yang pertama kali berdiri di Indonesia adalah kerajaan Kutai. Hal itu dibuktikan dengan peninggalan sejarah tertua berupa prasasti yang bercorak Hindu. Peninggalan sejarah bercorak Hindu adalah sebagai berikut :

(36)

mada dari majapahit, prasasti Yupa dari Kutai, Prasasti Astana gede dari Sunda, dll

b) Arca : Arca biasanya mewujudkan bentuk raja atau tokoh yang berkuasa pada waktu itu. Beberapa arca peninggalan sejarah yang bercorak Hindu antara lain sebagai berikut : Arca Rajasi dari Tarumanegara, Arca Airlangga dari Kahuripan, arca Siwa dari Mataram hindu, arca Joko dolog dari kerajaan Singasaro, arca parwati dari Majapahit, dll

c) Kitab : Kesusastraan yang ditulis dalam bentuk kitab peninggalan Hindu adalah sebagai berikut : Sutasoma dari Majapahit, Paraton dari Majapahit, Parahyangan dari Sunda

(37)

2) Peninggalan Sejarah Bercorak Budha

a) Prasasti : Prasasti Kedukan Bukit , dan Palas Pasemah dari Sriwijaya, prasasti Tuk Mas dari Kalingga, dll b) Candi : Candi Muara Takus dari Sriwijaya, Candi

Borobudur, Candi Kalasan , Candi Mendut, Candi Pawon Sari dari Mataram Syailendra.

3) Peninggalan Sejarah Bercorak Islam

a) Masjid : tempat ibadah umat islam. Berikut beberapa peninggalan Masjid Demak dari kerajaan Demak, Masjid Indrapura dari Aceh, Masjid Agung Banten dari kerajaan Banten, dan Masjid Kudus dari kudus.

b) Makam : Makam Sultan Malik Al saleh dari Samudera Pasai, Makam Iskandar Muda dari Aceh, Makam Maulana Malik Ibrahim dari Gresik, Makam Sunan Bonang dari Tuban, Makam Raja Gowa Talo dari Gowa.

4) Peninggalan Pra Sejarah

(38)

peninggalan zaman batu yakni Dolmen, Menhir, Kapak genggam, Arca patung, Sarkofagus, dll

b) Zaman logam adalah zaman dimana alat – alat teknologi sudah terbuat dari logam. Zaman logam di Indonesia disebut juga dengan zaman perunggu karena alat – alat di Indonesia pada zaman logam banyak yang terbuat dari perunggu. Kemampuan manusia terus berkembang, khususnya jika dibandingkan dengan zaman batu. berikut beberapa peninggalan pada zaman logam yakni Nekara perunggu, Candrasa, Kapak perunggu, dll

c. Menghargai peninggalan Sejarah

Sebagai siswa, cara menghargai peninggalan sejarah yang dapat kalian lakukan adalah sebagai berikut :

(39)

2) Mempelajari Bukti Peninggalan Sejarah, untuk dapat menghargai peninggalan sejarah, kalian dapat mempelajari buku-buku dan berbagai peninggalan sejarah yang ada di perpustakaan. Kalian juga bisa memperkaya pengetahuan dengan membuat kliping mengenai gambar-gambar benda bersejarah dari majalah, surat kabar, buku-buku, dan internet. 3) Membandingkan Berbagai Peninggalan Sejarah, benda-benda

peninggalan sejarah itu secara garis besar bercorak Hindu, Buddha, Islam dan percampuran di antara ketiganya.

d. Upaya menjaga kelestarian peninggalan sejarah

Peninggalan sejarah merupakan warisan nenek moyang kita yang tak ternilai harganya. Agar peninggalan sejarah itu tidak rusak atau punah, perlu dijaga kelestariannya.

1) Melakukan Penjajagan atau Pemetaan terhadap Tempat yang Diduga Terdapat Peninggalan Sejarah, untuk menemukan benda-benda yang bernilai sejarah.

2) Melakukan Penelitian, untuk menganalisis semua catatan atau tanda yang ada pada benda bersejarah tersebut dengan alat-alat modern di laboratorium.

(40)

4) Mengadakan Inventarisasi yaitu pencatatan data-data mengenai benda-benda bersejarah yang dimiliki suatu wilayah tertentu. Untuk menghindari kekeliruan, kehilangan dan kerusakan, serta penertiban administrasi.

5) Pemeliharaan dan Perawatan, dilakukan oleh para petugas yang ditunjuk. Seperti membersihkan secara berkala.

C. Metode Pembelajaran Scramble 1. Pengertian metode pembelajaran

Salah satu faktor penting dalam pembelajaran adalah penerapan strategi pembelajaran. Selain itu, salah satu kompetensi seorang guru adalah menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik cara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Metode pembelajaran perlu direncanakan secara baik sehinga sesuai dengan karakteristik peserta didik dan memotivasi mereka untuk belajar.

Metode pembelajaran sendiri adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajian pelajaran kepada siswa sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran.15

15

(41)

Menurut pendapat lain juga menjelaskan bahwa metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar. Metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapa setelah pembelajaran selesai. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya jika tidak menguasai satupun metode pembelajaran yang telah dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan.16

Menurut J.R David dalam Teaching Strategies for College Class

Room (1976) ialah “ a way in achieving something”cara untuk mencapai

sesuatu”. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi

yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat bergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.17

Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara dalam pembelajaran yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

16

Bahri Djamarah & Aswan, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : PT Rineka cipta, 2006) h. 53

17

(42)

Pembelajaran dilakukan dengan tidak adanya metode maka bisa dikatakan pembelajaran itu tidak dapat maksimal dalam mencapai tujuannya. 2. Metode pembelajaran Scramble

scramble berasal dari bahasa inggris yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia yang berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Metode scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal. Sedangkan Soeparno berpendapat bahwa metode scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.

Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata.

Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk yakni :18

18

(43)

a. Scramble kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna misalnya : alpjera = pelajar ktarsurt = struktur

b. Scramble kalimat : yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar. Contohnya :

komme – Ich – aus – Bandung = Ich komme aus Bandung

c. Scramble wacana : yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis, bermakna.

Melalui pembelajaran kooperatif metode scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

(44)

pengaplikasiaannya peneliti menggunakan media gambar untuk lebih memudahkan siswa karena metode scramble ini membutuhkan media sebagai pertanyaan atau stimulus siswa.19

3. Langkah – langkah pembelajaran scramble

Model pembelajaran scramble dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah sebagai berikut :20

a) Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat

b) Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut

c) Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa.

d) Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.

19

Ridwan abdullah sani, Inovasi Pembelajaran,(Jakarta : Bumi Aksara, 2013) hal 284.

20

(45)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran metode scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang membutuhkan kreativitas serta kerja sama siswa dalam kelompok. Metode ini memberikan sedikit sentuhan permainan acak kata, dengan harapan dapat menarik perhatian siswa.

4. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran scramble Kelebihan metode pembelajaran Scramble

a) Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka dapat berekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan.

b) menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu, metode scramble juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok.

c) Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan ini biasanya mengesankan dan sulit untuk dilupakan.

d) Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa berlomba-lomba untuk maju.

e) Melatih kedisiplinan siswa.

(46)

a) Siswa bisa saja mencontek jawaban teman b) Siswa tidak dilatih untuk berfikir kreatif

c) Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

d) Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

e) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit di implementasikann oleh guru.

(47)

37

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode penelitian

Metode penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru kelas sebagai mitra dalam rangka perbaikan mutu pada pelaksanaan proses pembelajaran serta solusi dalam memperbaiki masalah yang terdapat di kelas. Tujuan penelitian sendiri secara umum ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Sedangkan, kegunaannya adalah untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.1

1

(48)

Secara lebih luas dapat dikatakan penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk peningkatan mutu atau pemecaham masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya.

Sesuai dengan namanya, penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri, beriringan dengan proses pembelajaran sehingga PTK tidak dilakukan di kelas - kelas khusus. Seorang ahli dibidang penelitian, yaitu Arikunto (2006) menjelaskan pengertian PTK secara lebih sistematis sebagai berikut :2

1. Penelitian diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan motodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi penelitian.

2. Tindakan diartikan sebagai sesuatu gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan

3. Kelas diartikan sebagai sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

2

(49)

Dari ketiga pengertian diatas, yakni penelitian, tindakan, dan kelas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah suatu usaha pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Berdasarkan jenis penelitian rancangan atau desain PTK yang digunakan adalah menggunkana model PTK Model Kurt Lewin yang dalam alur penelitiannya yakni meliputi langkah-langkah: (1) Perencanaan (plan), (2) Melaksanakan tindakan (act), (3) Melaksanakan pengamatan (observe), (4) Mengadakan refleksi/ analisis (reflection).

Secara sederhana alur pelaksanaan tindakan kelas disajikan sebagai berikut:3

Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin

3

(50)

Penjelasan dari gambar penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan (planning), tahap ini kegiatan dilakukanan dengan guru membuat RPP, serta mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas.

b) Tindakan (acting), kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP c) Pengamatan (observing), yaitu mengamati siswa dalam proses

kegiataan pembelajaran, memantau diskusi, kerjasama antar siswa dalam kelompok, memahami pemahaman tiap – tiap anak terhadap penguasaan materi pembelajaran yang telah diranceng sesuai dengan tujuan PTK.

d) Refleksi (reflecting), mencatat hasil observasi, mengevaluasi hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan penyusun rancangan siklus berikutnya, saampai tujuan PTK dapat dicapai.

B. Setting Penelitian dan karakteristik Subyek penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi yang dijadikan sasaran dalam penelitian ini adalah MI Sabilil Muhtadin Surabaya pada siswa kelas IV yang berjumlah 14 siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 November 2016.

(51)

(observing), dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan mendeskripsikan siswa pada materi peninggalan sejarah mata pelajaran IPS melalui metode pembelajara Scramble.

Subyek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya tahun ajaran 2016-2017, dengan jumlah siswa 14 siswa dengan komposisi 6 orang laki-laki dan 8 orang perempuan.

Objek yang diteliti peneliti adalah kemampuan mendeskripsikan siswa pada materi peninggalan sejarah mata pelajaran IPS melalui metode pembelajara Scramble di MI Sabilil Muhtadin. Kemampuan mendeskripsikan yang dimaksud adalah hasil belajar siswa yang ditentukan dengan nilai yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

C. Variabel yang diselidiki

Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel peningkatan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah mata pelajaran IPS melalui metode pembelajaran Scramble di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya. Di dalam variabel tersebut terdapat beberapa variabel yaitu:

1. Variabel input: Siswa kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya 2. Variabel proses: Penerapan metode pembelajaran Scramble

(52)

D. Rencana tindakan

Sesuai dengan rancangan penelitian, penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pada dasarnya pada dua siklus tersebut mempunyai alur pelaksanaan yang sama yakni ;

1. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan dalam siklus pertama disusun berdasarkan hasil observasi kegiatan pra siklus. Rancangan tindakan ini disusun dengan mencakup beberapa antara lain:

a. Menentukan waktu pelaksanaan perbaikan, sekaligus melakukan kesepakatan bahwa peneliti akan mempraktekan RPP dan guru bertindak sebagai observer.

b. Pembuatan instrumen penelitian berupa instrumen observasi guru dan instrumen observasi aktivitas siswa.

c. Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran.

d. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Kompetensi Dasar untuk materi peninggalan sejarah dengan menggunakan metode pembelajaran scramble. e. Pada siklus II RPP dilengkapi dengan melihat kekurangan di

siklus I.

(53)

g. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan. Dalam hal ini siswa dikatakan berhasil apabila berhasil mencapa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM dengan nilai 75)

h. Mengevaluasi kekurangan pada siklus I dan memperbaiki pada alur pelaksanaan di siklus II.

2. Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran pada materi peninggalan sejarah dengan penerapan metode pembelajaran Scramble. Kegiatan pelaksanaan yang dilakukan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun untuk silkus I. Adapun rincian pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Siklus I dilaksanakan pada awal bulan Maret 2017, sedangkan siklus II akan dilaksanakan dua minggu setelahnya.

3. Pengamatan

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan lembar observasi yang telah dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui pemahaman siswa.

(54)

pembelajaran ini diamati dengan menggunkan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya. Untuk selanjutnya data hasil observasi tersebut dijadikan dasar untuk menyusun perencanaan tindakan berikutnya. 4. Refleksi

Refleksi ini dilakukan pada akhir siklus I dan siklus II. Kegiatan yang dilakukan antara lain: a) menganalisis tindakan pada siklus I, b) mengevaluasi hasil dari tindakan siklus I, c) melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh d) perbaikan di siklus II.

E. Data dan cara pengumpulan 1. Data

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), data adalah informasi yang mempunyai makna untuk keperluan tertentu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berasal dari hasil deskripsi wawancara dan observasi. Sedangkan data kuantitatif berasal dari pengambilan data nilai tes siswa, lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa

2. Sumber data

Sumber data dalam PTK sebagi berikut: a. Siswa

(55)

peninggalan sejarah dengan menggunakan metode pembelajaran Scramble

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode pembelajaran Scramble terhadap kemampuan mendeskripsikan siswa mata pelajaran IPS materi peninggalan sejarah.

c. Teman Sejawat/ Kolabolator

Teman sejawat/kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komperhensif, baik dari siswa maupun guru.

3. Teknik Pengumpulan data

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proses penelitian, yaitu:

a. Tes

Tes merupakan instrumen alat ukur untuk pengumpulan data di mana dalam memberikan respon atas pertanyaan dalam instrumen, peserta didorong untuk menunjukan penampilan maksimalnya.4 Subyek dalam hal ini adalah siswa kelas IV harus mengisi item-item yang ada dalam tes yang telah disediakan, guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran.

4

(56)

Khususnya dalam mata pelajaran IPS materi Peninggalan sejarah. Tes yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah tes pada setiap akhir tindakan, dengan tujuan untuk mengumpulkan data tentang peningkatan kemampuan mendeskripsikan peninggalan sejarah dengan menerapkan metode pembelajaran Scramble. Dalam tes yang diberikan, peneliti menggunakan indikator sebagai acuan dalam membuat soal, adapun indikator yang digunakan tersebut adalah sebagai berikut :

3.4.1 Menyebutkan peninggalan sejarah Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia

3.4.2 Menjelaskan peninggalan sejarah Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia beserta fungsinya

3.4.3 Memberikan contoh cara menjaga dan menghargai peninggalan sejarah di lingkungan sekitarmu.

b. Observasi

Observasi adalah didefinisiakan sebagai suatu prosedur perekaman dan penafsiran data tentang proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang sedang dirancang.5 Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama kegiatan pembelajaran.

5

(57)

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keadaan subyek penelitian yang meliputi aktivitas siswa dan aktivitas guru terhadap kegiatan pembelajaran selama berlangsungnya penelitian tindakan. Dalam penelitian ini observasi merupakan alat bantu yang digunakan peneliti ketika mengumpulkan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diteliti. Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 11 November 2016. c. Wawancara

Wawancara secara umum adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.6 Ada dua jenis wawancara yang sering digunakan dalam pengumpulan data, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

Wawancara yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV mata pelajaran Aqidah Akhlak. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data awal tentang proses pembelajaran sebelum dilakukan penelitian.

d. Dokumentasi

6

(58)

Dokumentasi adalah cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, di mana responden pertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-hari. Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti, catatan-catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Dokumen sebagi metode pengumpulan data adalah setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan penguji suatu peristiwa atau penguji akunting.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang arsip nilai siswa kelas IV mata pelajaran IPS materi peninggalan sejarah MI Sabilil Muhtadin Surabaya

F. Teknik analisis data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Berikut dijelaskan paparan kedua teknik tersebut.

1. Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif. Data kuantitatif ini diperoleh dari hasil tes pembelajaran IPS materi peninggalan sejarah dengan metode pembelajaran Scramble pada siklus I dan siklus II.

(59)

Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), afektif, aktifitas siswa dalam mengikuti pelajaran dapat dianalisis secara kualitatif. Digunakan untuk menganalisis data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tulis pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana berikut:

a. Penilaian Tes

(60)

dimana besarannya bersifat kuantitas dan tidak bervariasi. Dinyatakan dengan menggunakan rumus :7

Nilai Perolehan Akhir =

Setelah nilai siswa diketahui, peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata. Untuk menghitung rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus : 8

Keterangan: M = Nilai rata-rata

∑ x = Jumlah semua nilai

N = Jumlah siswa

Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = prosentase yang akan diberi

7

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 318.

8

(61)

f = jumlah siswa yang tuntas N = jumlah seluruh siswa

Adapun kriteria ketuntasan belajar siswa secara klasikal dinyaakan dlaam kriteria sebagai berikut :9

Tabel 3.1

Kriteria ketuntasan/ kelulusan belajar siswa Taraf penguasaaan Kualifikasi

86 – 100 % Sangat Baik

76 – 85 % Baik

60 – 75 % Cukup

55 – 59 % Kurang

≤ 54 % Gagal

b. Observasi 1) Guru

Observasi terhadap guru sebagai pengajar, akan dicari persentase kemampuan guru dalam proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial dengan menggunakan metode pembelajaran Scramble materi peninggalan sejarah.

9

(62)

Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus :10

Keterangan : NP = Prosentase yang dicari R = Jumlah skor yang didapat

SM = Jumlah skor maksimal

Observasi kegiatan guru menggnakan instrumen observasi (Terlampir) untuk mengamati setiap proses kegiatan guru dalam pembelajaran. Setelah menghitung tahap – tahap kegiatan observasi guru, dapat diketahui berapa besar nilai keseluruhan observasi guru dalam proses belajar mengajar dengan penghitungan skor yang diperoleh dengan skor maksimal. Apabila masih kurang dari ketentuan skor perolehan akhir, maka akan dilaksanakan proses pembelajaran ulang.

2) Siswa

10

(63)

Observasi terhadap siswa sebagai pelajar, akan dicari skor nilai keseluruhan kemampuan mendeskripsikan siswa pada saat proses pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran Scramble materi peninggalan sejarah. Observasi kegiatan siswa menggnakan instrumen observasi (Terlampir) untuk mengamati setiap proses kegiatan siswa dalam pembelajaran. Adapun analisis observasi dihitung menggunakan rumus :

Keterangan : NP = Prosentase yang dicari R = Jumlah skor yang didapat

SM = Jumlah skor maksimal

Untuk kirteria keberhasilan kegiatan observasi guru dan siswa dalam pembelajaran ditentukan dalam kriteria sebagai berikut :11

Tabel 3.2

Kriteria keberhasilan observasi kegiatan guru dan siswa Taraf Penguasaan Kualisifikasi Nilai huruf

11

(64)

90-100 Sangat Baik A

80-89 Baik B

65-79 Cukup C

55-64 Kurang D

< 55 Tidak Lulus E

G. Indikator kinerja

Penelitian ini dianggap selesai apabila indikator kinerja dalam PTK ini tercapai. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah :

a. Setelah penelitian , diharapkan kemampuan mendeskripsikan siswa meningkat. Di lihat dari pengukuran sebelum menggunakan metode pembelajaran Scramble dan setelah menggunakan metode.

b. Meningkatnya persentase ketuntasan belajar klasikal ≥ 80 %

c. Meningkatnya kemampuan mendeskripsikan siswa pada materi peninggalan sejarah menjadi ≥ 80

d. Meningkatnya prosentase hasil observasi kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran sebesar 80 %

e. Meningkatnya prosentase hasil observasi kegiatan guru selama pembelajaran sebesar 80 %

(65)

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang sifatnya kolaborasi yang dilakukan dilakukan oleh peneliti dengan Ibu Kholifah selaku guru mata pelajaran IPS kelas IV yang mengajar di MI Sabilil Muhtadin Surabaya. Peneliti dan guru terlibat secara langsung dan sepenuhnya dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam setiap siklusnya.

1. Peneliti

Nama : Rachmatul Amaliyah Eka Putri

NIM : D07213028

Jabatan : Mahasiswa PGMI UIN Sunan Ampel Surabaya

Tugas :

a. Perencanaan penelitian, menyusun RPP, menyiapkan media dan sumber yang dibutuhkan dalam pembelajaran

b. Pelaksanaan tindakan penelitian

c. Bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran 2. Guru Kolaborasi

Nama : Kholifatus Tsulasiyah, S.pd

Jabatan : Guru kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya Tugas:

a. Sebagai pengamat proses kegiatan pembelajaran b. Turut merefleksi hasil observasi

(66)

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dipaparkan hasil Penelitian Tindakan kelas dengan

judul “Peningkatan Kemampuan Mendeskripsikan Peninggalan Sejarah Pada

Mata Pelajaran IPS Melalui Metode Pembelajaran Scramble di kelas IV MI

Sabilil Muhtadin Surabaya”. Pada pelaksanaan penelitian ini peneliti

menggunakan 2 siklus, yakni siklus I dan siklus II. Pelaksanaan Penelitian tindakan kelas di MI Sabilil Muhtadin Surabaya pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2017 dan pada tanggal 23 Maret 2017 untuk siklus II. 1. Kondisi Pra siklus

Pada tahap awal, peneliti meminta izin kepada pihak sekolah untuk melakukan penelitian di kelas IV MI Sabilil Muhtadin Surabaya pada mata pelajaran IPS. Setelah kepala sekolah memberikan izin bagi peneliti, maka peneliti melakukan wawancara pada guru kelas IV mata pelajaran IPS dan mengamati pembelajaran yang dilakukan guru serta mendokumentasikan data.

(67)

pikiran mereka, mereka juga kurang percaya diri. Hal ini terjadi karena kurangnya latihan supaya terbiasa dalam mendeskripsikan materi selama pembelajaran. Selama ini siswa juga kesulitan dalam mendeskripsikan dalam menjawab soal yang berupa soal uraian.

Kurangnya kemampuan siswa kelas IV dalam mendeskripsikan juga dapat di sebabkan karena rencana pelaksanaan pembelajaran guru kurang maksimal. Jika dilihat dari RPP yang telah di buat oleh guru, langkah-langkah pembelajarannya kurang ditekankan pada kegiatan yang mendorong siswa dalam mendeskripsikan.

Untuk mengetahui kemampuan mendeskripsikan siswa kelas IV, maka dapat dilihat dari daftar nilai observasi kelas IV dalam mendeskripsikan materi soal uraian sebagai berikut :

Tabel 4.1

Daftar Nilai Prasiklus Kelas IV

No Nama Nilai Keterangan

1 AF 60 TT

2 AR 72 TT

3 FHM 80 T

4 FHR 65 TT

5 FYA 75 T

6 DW 65 TT

7 M.R 55 TT

8 N.RM 45 TT

9 NF 70 TT

10 RY 68 TT

11 RF 80 T

12 RU 75 T

13 LTF 65 TT

(68)

Jumlah Siswa 14 Jumlah seluruh nilai

siswa 950

Menghitung Nilai Rata-rata

67,85

Jumlah siswa tuntas 5

Jumlah siswa tidak

tuntas 9

Presentase ketuntasan

35,71 %

Berdasarkan hasil nilai pra tes diatas, menunjukkan bahwa kemampuan mendeskripsikan siswa kelas IV masih rendah. Dimana dari 14 siswa hanya ada 5 siswa yang mendapatkan nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan, yakni 75 dan 9 siswa mendapatkan nilai dibawah KKM. Nilai rata-rata kelas sebesar 67,85 dengan jumlah nilai sebesar 950. Begitu juga dengan ketuntasan siswa hanya sebesar 35,71 yang sudah tuntas.

(69)

kesulitan mendeskripsikan dengan bahasanya sendiri kebanyakan masih mencontoh dari buku.

2. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Pada tahap pertama ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja untuk siswa, instrumen observasi kegiatan guru dan siswa, media pembelajaran, serta alat- alat pendukung lainnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat dengan menggunakan metode pembelajaran Scramble.

Pada perencanaan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 9 Maret 2017 di MI Sabilil Muhtadin Surabaya dengan jumlah siswa sebanyak 14 siswa. Siklus I berlangsung selama 2 jam pembelajaran 2 x 35 menit di jam pertama dan kedua dengan materi peninggalan sejarah.

b. Tahap pelaksanaan

(70)

Kegiatan awal dimulai dari guru mengucapkan salam dan mengajak siswa dengan suara keras dan semangat sehingga semua siswa mengikuti ajakan guru. Kemudian guru bertanya kabar siswa dengan cara yang sedikit kurang menarik sehingga hanya sebagian besar siswa merespon guru. Guru melanjutkan dengan memberikan

ice breaking, dalam memberikan ice breaking guru kurang semangat dan keras sehingga hanya sebagian kecil siswa yang mengikuti ice breaking guru. Kemudian dilanjutkan dengan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran meskipun dalam penyampaiannya kurang jelas dan spesifik

Pada kegiatan inti diawali dengan guru menunjukkan media gambar peninggalan sejarah yang dibawa guru sebagai apersepsi. Media gambar yang dibawa guru kurang besar dan tidak menyeluruh sehingga beberapa siswa belum memperhatikan apersepsi guru. Selanjutnya guru menjelaskan materi peninggalan sejarah dengan bahasa yang mudah dipahami tapi terlalu cepat sehingga tidak semua siswa dapat menangkap materi dengan baik.

(71)

memberikan tugas kepada siswa yakni mendeskripsikan peninggalan sejarah secara berkelompok atau LK kelompok, guru memberikan tugas yang sesuai dengan materi yang disampaikan tapi belum sepenuhnya sehingga siswa masih bertanya jawabannya karena ada beberapa yang belum disampaikan guru.

Tugas yang diberikan guru berupa soal scramble yakni berupa acak huruf, siswa diminta mengamati gambar dan membenarkan huruf yang diacak sehingga menjadi sebuah kata yang merupakan nama benda peninggalan sejarah pada gambar tersebut, kemudian siswa diminta untuk mendeskripsikan peninggalan sejarah tersebut meliputi bentuk dan fungsinya.

Kemudian siswa ditunjuk oleh guru untuk mendeskripsikan peninggalan sejarah secara lisan dengan menunjukkan hasil LK kelompok mereka, sebelum siswa ditunjuk guru telah memberikan contoh bagaimana mendeskripsikan peninggalan sejarah secara lisan sehingga sebagian besar siswa antusias mendeskripsikan peninggalan sejarah di depan kelas.

Gambar

gambar yang diterapkan guru dalam membantu siswa mendeskripsikan.
Tabel 2.1 Taksonomi tingkatan berfikir dalam ranah kognitif
Tabel 2.2
Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, Vol.6 No.1, Februari 2018 14 EFEKTIFITAS PEMBERIAN HEALTH EDUCATION (HE) TENTANG BAHAYA MEROKOK ANTARA MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL DAN

Tidak hanya sebagai alat komunikasi untuk masyarakat yang berkebutuhan khusus (tuna rungu wicara), aplikasi ini juga mengajari masyarakat yang tidak berkebutuhan khusus

dari berbagai macam kegiatan yaitu senam kaki diabetik sebelum pelaksanaan spa kaki, perendaman air hangat, skin cleansing yaitu pembersihan dengan menggunakan sabun mandi

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau

Nilai koefisien tersebut menunjukkan bahwa suhu permukaan laut dan klorofil-a memiliki hubungan yang sangat erat terhadap hasil tangkapan ikan ikan tuna sirip kuning

Keinginan pihak STAIN Pekalongan untuk adanya kelas yang concern mengkaji studi hadis akhirnya tidak bisa terlaksana, karena minimnya peminat pada Prodi Ilmu

Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang antara komunikasi ibu dan anak terhadap perilaku delinkuen yang berarti bahwa semakin tinggi komunikasi

Kedua, bangsa pribumi menyadari bahwa dengan senjata mereka tidak akan mampu melawan segala bentuk tindakan kolonialisme yang dilakukan bangsa penjajah, oleh karena itu