TUGAS AKHIR
PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP PADA PT.PLN (PERSERO) MEDAN
Oleh:
DICKY SURYA DIPUTRA 122102056
PROGRAM STUDI D III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : DICKY SURYA DIPUTRA
NIM : 122102056
JURUSAN : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL : PERANAN SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP PADA PT.PLN (PERSERO) MEDAN
Tanggal : 2015 Dosen Pembimbing Tugas Akhir
NIP. 19760705 200212 1 002 (Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak)
Tanggal : 2015 Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi
NIP. 19511114 198203 1 002 (Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA)
Tanggal 2015 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU
NIP. 19560407 198002 1 001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR
NAMA : DICKY SURYA DIPUTRA
NIM : 122102056
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI
JUDUL TUGAS AKHIR : PERANAN SISTEM INFORMASI
AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP PADA PT.PLN (PERSERO) MEDAN
MEDAN, 2015
NIM.122102056
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamim, sebagai ungkapan rasa sukur kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat_Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Peranan Sistem Informasi
Akuntansi Atas Aktiva Tetap Pada PT.PLN (Persero) Medan”. Penulisan Tugas
Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
Penulis masih menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan disebabkan kemampuan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang
dimilki terbatas.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
dan penyelesaian tugas akhir ini, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs.Rustam, M.Si, Ak, CA selaku ketua program studi Diploma
III Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
telah bersedia meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing
peneliti dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. General Manager PT.PLN (Persero) Medan dan para pegawai yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Ucapan teristemewa untuk kedua orang tua dan adik tercinta
(Ayahanda H.Taufik Satia Diputra SH, Ibunda Hj.Dian Hayati serta
Adik ) yang telah memberikan semangat dan dukungan semangat dan
doa yang tak pernah henti-hentinya sampai akhirnya penulisan tugas
akhir ini dapat diselesaikan.
6. Seluruh keluarga besar yang senantiasa mendukung penulis baik moril
maupun materil.
7. Buat teman teman seperjuanganku Mhd Ade Firman Nst, Arif
Fahrudin Ginting, Muhammad Emir Arifin, Dyah Puspita, dan Sullivan
Adena yang sudah berjuang bersama ketika mencari dosen
pembimbing dan akhirnya bisa Acc Tugas Akhir. Serta yang paling
saya banggakan Sahabat-sahabatku yaitu Fajrul Ramadhan, Ahmad
Saddiq, Ahmad Muhajjir, Fachry Parluhutan, Yosep Trinanda, Ahmad
Azmi, Muhammad Ismurroji dan teman teman di grup B DIII
Akuntansi serta teman-teman seperjuangan di DIII Akuntansi 2012
yang tetap mendukung dan menyemangati penulis serta memberikan
doa yang terbaik.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik
kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga penulisan
Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terima kasih.
Medan, Juli 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ...viii
BAB III : PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS
AKTIVA TETAP PT.PLN (PERSERO) MEDAN ... 22
A. Deskripsi Sistem Akuntansi Aktiva Tetap ... 22
B. Faktor-Faktor Penyusun Sistem Akuntansi Aktiva Tetap ... 23
C. Jenis-Jenis Aktiva Tetap ... 24
D. Dokumen dalam Sistem Akuntansi Aktiva Tetap ... 26
E. Fungsi yang Terkait dalam Sistem Akuntansi Aktiva Tetap ... 28
F. Jaringan Subsistem Akuntansi Aktiva Tetap ... 29
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
A. Kesimpulan ...44
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ...46
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan menginvestasikan dana yang cukup besar dalam memperoleh
aktiva tetap yang terdiri dari tanah, bangunan, mesin-mesin, kendaraan, dan
peralatan/inventaris yang digunakan dalam mendukung kegiatan operasional
perusahaan yang tidak bertujuan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat
(umur ekonomis) lebih dari satu tahun. Berbagai cara yang ditempuh dalam hal
perolehan aktiva tetap antara lain dengan pembelian tunai, pembelian secara kredit
jangka panjang, pembelian dengan surat-surat berharga, pertukaran, diperoleh dari
hadiah atau sumbangan, dan dibangun sendiri. Aktiva tetap dicatat sebesar harga
perolehannya yaitu jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk
memperoleh aktiva tetap sampai dengan aktiva tersebut siap untuk digunakan.
Aktiva tetap mempunyai karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar.
Jika aktiva lancar dikendalikan pada saat konsumsinya, pengendalian aktiva tetap
dilaksanakan pada saat perencanaan perolehan aktiva tetap tersebut. Hal ini
disebabkan banyak pengeluaran-pengeluaran yang bersangkutan dengan aktiva
tetap yang tidak bisa tidak harus dilakukan karena berupa committed costs, yang
dalam masa pengoperasian aktiva tetap jenis biaya tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen melalui wewenang yang dimilikinya. Karena
pengendalian aktiva tetap dilakukan pada saat perencanaan perolehannya, system
aktiva tetap menyediakan mekanisme otorisasi sejak saat perencanaan sampai
Aktiva tetap menuntut pemanfaatan optimum selama taksiran umur
ekonomisnya. Perlu dibentuk satu fungsi yang memiliki tanggung jawab untuk
mengatur penggunaan, pemindahan, pemberian otorisasi penghentian pemakaian
aktiva tetap. Jika masing-masing fungsi memiliki wewenang untuk menggunakan,
memindahkan, dan menghentikan pemakaian aktiva tetap, penggunaan aktiva
tetap tidak akan optimum, karena aktiva tetap yang menganggur di suatu fungsi
tidak dapat segera dimanfaatkan oleh fungsi lain.
Mengingat pentingnya keberadaan aktiva tetap dalam kegiatan operasional
perusahaan, maka diperlukan sebuah sistem aktiva tetap. Sistem aktiva tetap
direncanakan untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak luar
maupun dalam perusahaan. Sistem aktiva tetap yang disusun oleh perusahaan
meliputi dokumen yang digunakan untuk merekam data transaksi yang mengubah
harga pokok aktiva tetap dan akumulasi penyusutan aktiva tetap yang
bersangkutan. Selain itu dibutuhkan pengawasan yang efektif dalam hal
perolehan, pencatatan, penggunaan metode penyusutan, dan pelaporan dalam
laporan keuangan yang sesuai dengan sistem akuntansi aktiva tetap yang
ditetapkan oleh perusahaan. Dalam menggunakan metode atau prosedur
penyusutan akuntansi aktiva tetap tersebut hendaknya perusahaan menerapkan
secara konsisten dari tahun ke tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
pihak yang berkepentingan dalam mengadakan analisa perbandingan laporan
keuangan suatu periode tertentu dengan periode sebelumnya, agar dapat
menggambarkan secara jelas sifat dan perkembangan perubahan yang dialami
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk menulis
tugas akhir dengan judul “PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
ATAS AKTIVA TETAP PADA PT.PLN (PERSERO) MEDAN.”
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa aktiva tetap mempunyai peranan
yang penting dalam pelaksanaan operasional perusahaan, maka perlu di bentuk
sebuah sistem akuntansi aktiva tetap sehingga kegiatan perusahaan berjalan secara
optimal dan meningkatkan kapasitas produksi. Adapun hal pokok yang menjadi
permasalahan sehubungan dengan sistem akuntansi aktiva tetap adalah “Apakah
Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero) Medan telah
memenuhi prinsip cepat, aman, dan murah.”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin di capai peneliti adalah untuk mengetahui
Apakah Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero) Medan
telah memenuhi prinsip cepat, aman, dan murah.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian yang telah dilakukan peneliti pada PT PLN (Persero) Medan
diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, bagi perusahaan, dan bagi peneliti lain.
a. Bagi peneliti yaitu sebagai bahan masukan apabila di kemudian hari dimintai
pendapat mengenai system informasi akuntansi aktiva tetap pada PT PLN
b. Bagi perusahaan yaitu sebagai bahan masukan untuk memperbaiki sistem
informasi akuntansi aktiva tetap yang sudah berjalan selama ini.
c. Bagi peneliti lain yaitu sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
penulisan yang berhubungan dengan system informasi akuntansi aktiva tetap.
D. Rencana Penulisan
1. Jadwal Survei / Observasi
Berikut ini adalah jadwal survei / observasi yang dilakukan penulis dalam
penyusunan Tugas Akhir.
Tabel 1.1
Jadwal Survei / Observasi Dan Tugas Akhir
No Kegiatan
2 Pengajuan Judul
3 Permohonan Izin Riset
4 Penunjukan Dosen Pembimbing
5 Pengumpulan Data
6 Penyusunan Tugas Akhir
7 Bimbingan Tugas Akhir
2. Rencana Isi
Rencana isi terdiri dari empat bab, masing - masing bab dibagi atas
sub-sub bab sesuai kebutuhannya. Secara garis besar Rencana Isi adalah sebagai
berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, rencana
penulisan yang mencakup jadwal survei/observasi dan
rencana isi
BAB II : PT. PLN (PERSERO) MEDAN
Pada bab ini meliputi sejarah ringkas instansi, struktur
organisasi, job description, jaringan usaha, kinerja usaha
terkini dan rencana usaha PT.PLN (Persero) Medan.
BAB III : SISTEM PENGAWASAN INTERNAL GAJI DAN UPAH PADA PT RAILINK MEDAN
Pada bab ini penulis mencoba untuk menguraikan mengenai
pengertian sistem informasi akuntansi atas aktiva tetap
PT.PLN (Persero) Medan, faktor-faktor penyusun sistem
akuntansi aktiva tetap, jenis-jenis aktiva tetap, dokumen
dalam sistem akuntansi aktiva tetap, fungsi yang terkait
dalam sistem akuntansi aktiva tetap, jaringan subsistem
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan dan
memberikan saran-saran yang bertitik tolak dari
pengumpulan data dan pembahasan yang dilakukan dimana
diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat
bagi PT.PLN (Persero) Medan untuk masa yang akan
BAB II
PT.PLN (PERSERO) MEDAN
A. Sejarah Ringkas
PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama PT PLN (Persero) Nomor
193.K/010/DIR/2003. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama PT PLN
(Persero) Nomor 178.K/010/DIR/2004, tertanggal 24 Agustus 2004, dibentuklah
unit PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara yang khusus
bertugas mengelola bidang pembangkitan di wilayah Sumut, Riau, dan NAD.
Tujuannya agar pengelolaan bisnis pembangkitan lebih fokus dan efisien guna
meningkatkan keandalan dan keamanan pasokan listrik bagi masyarakat di
wilayah Sumbagut.
Keberadaan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara
sebenarnya berawal dari pelaksanaan reorganisasi di tubuh PLN Pembangkitan
dan Penyaluran Sumatera bagian Utara yaitu dengan adanya pemisahan fungsi
pembangkitan dan penyaluran di Sumatera sejalan dengan Surat Keputusan
Direksi No. 177.K/010/DIR/2004 tanggal 24 Agustus tentang Organisasi
Pembangkitan Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel) dan Surat Keputusan Direksi
PLN No. 179.K/010/DIR/2004, tanggal 24 Agustus 2004 tentang organisasi PT
PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) Sumatera. Artinya
melalui keputusan tersebut, organisasi PLN yang bergerak dalam bidang
Sumatera bagian Utara dan pembangkitan Sumatera bagian Selatan, di bidang
penyaluran tergabung dalam satu unit yaitu P3B Sumatera.
PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara memiliki bisnis
utama sebagai pengelola di bidang pembangkitan sistem kelistrikan Sumatera
Utara, NAD dan Riau. Untuk pembangkit yang bertenaga thermal, PT PLN
(Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara memiliki aset mesin pembangkit
sebanyak 59 unit, dengan rincian PLTG/U Belawan 10 Unit, PLTG Paya Pasir 5
Unit, PLTG Glugur 2 unit, PLTD Titi Kuning 6 Unit, PLTD Lueng Bata 14 Unit,
PLTG Teluk Lembu 1 unit dan PLTD Teluk Dalam 6 unit serta PLTD Gunung
Sitoli 13 unit. Pembangkit yang bertenaga hidro (air) terdiri dari 13 PLMTH dan 3
PLTA. Mikro hidro memiliki kapasitas terpasang total sebesar 7,5 MW dengan
daya mampu 6 MW dan untuk tenaga air adalah PLTA Sipansipahoras, Tapanuli
Tengah, yang beroperasi akhir tahun 2004 dengan jumlah pasokan sebesar 50
MW, PLTA Lau Renun Dairi berkapasitas 82 MW yang beroperasi sejak akhir
2005 lalu, dan PLTA Koto Panjang Pekanbaru Riau berkapasitas 114 MW.
B. Struktur Organisasi & Personalia
Setiap Perusahaan pasti memiliki struktur organisasi, struktur organisasi
sangat penting didalam perusahaan karena berfungsi sebagai landasan bagi
seluruh fungsi yang ada dalam organisasi untuk melaksanakan tugas,wewenang
dan tanggung jawab dari setiap fungsi. PT PLN (Persero) WILAYAH
SUMATERA UTARA AREA MEDAN menganut struktur organisasi garis lurus
staf (line staff organization) yang sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut
a) Pembagian tugas secara jelas dapat dibedakan
b) General manajer langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk
kepada kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah
ditentukan berdasarkan spesialisasi tugas.
Wewenang dari puncak pimpinan dilimpahkan sepenuhnya kepada bawahannya
dalam bidang pekerjaan sepanjang yang menyangkut bidang kerjanya.
PT PLN (Persero) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA MEDAN
dipimpin oleh seorang Manajer Area yang membawahi beberapa Asisten Manajer
bagian yang terdiri dari :
1. Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi
2. Asisten Manajer Jaringan
3. Asisten Manajer Teransaksi dan Energi Listrik
Struktur organisasi PT PLN (Persero) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA
Gambar II.1
Struktur Organisasi PT PLN (Persero) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA MEDAN
Sumber : PT. PLN (PERSERO) MEDAN
C. Job Description
Adapun uraian tugas dari PT PLN ( Persero ) WILAYAH SUMATERA
UTARA AREA MEDAN adalah:
1. Manajer Area
Rincian tugas pokokManajer Area PT PLN ( Persero ) Wilayah Sumatera
Utara Area Medan adalah :
a. Melakukan kegiatan pengusahaan pembangkit (skala kecil) secara
b. Mengusulkan Rencana Kerja dan Anggara Perusahaan (RKAP) Area
Medan.
c. Memastikan program Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP) Area Medan, dilaksanakan sesuai penetapan direksi.
d. Menetapkan kebijakan strategis terkait pengelolaan pengusahaan
pembangkit, pendistribusian, dan penjualan tenaga listrik Area Medan.
e. Menjamin pengelolaan kegiatan pengusahaan pembangkit,
pendistribusian, dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu
yang yang baik dalam upaya peningkatan pelayanan pelanggan.
f. Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu
termasuk menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasi,
memonitoring dan mengendalikan pelaksanaannya.
g. Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme
niaga dan operasi yang telah di tetapkan direksi.
h. Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan
manajemen resiko Area Medan
i. Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota organisasi
j. Menetapkan laporan Manajemen Area Medan
2. Asisten Manajer (Asman) Jaringan
Rincian tugas Asisten Manajer (Asmen) JaringanPT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara Area Medanadalah :
a. Menyusun Program Rencana Kerja (PRK) untuk kegiatan Operasi dan
b. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Distribusi, PDKB, serta PLTMH.
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Distribusi sesuai SOP.
d. Melakukan analisis dan evaluasi kinerja Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Distribusi termasuk PDKB.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi jinerja produksi distribusi dan
pelayanan teknik.
f. Mengkoordinasikan penyusunan dan pengendalian pelaksanaan SOP
untuk setiap jenis pekerjaan distribusi guna tercapainya zero accident.
3. Sub. Bagian Supervisor Operasi Distribusi
Rincian tugas pokok Sub. Bagian Supervisor Operasi DistribusiPT PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Medan adalah:
a. Menyusun Program Rencana Kerja (PRK) Operasi.
b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan Operasi Jaringan Distribusi
sesuai SOP.
c. Melaksanakan pemuktahiran data asset distribusi secara berkala.
d. Melakukan pengendalian pengoprasian jaringan distribusi.
e. Mengendalikan dan memonitoring pelaksanaan operasional pelayanan
teknik.
f. Mengkoordinasikan dengan Area, Rayon dan Instasi terkait dalam
rangka operasi jaringan distribusi.
4. Sub. Bagian Supervisor Pemeliharaan Distribusi
Rincian tugas Sub. Bagian Supervisor Pemeliharaan Distribusi PT PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Medan adalah:
a. Merencanakan penyusunan Program Rencana Kerja (PRK).
b. Merencanakan dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan jaringan
distribusi sesuai SOP dan anggaran yang ditetapkan.
c. Merencanakan kebutuhan material operasi dan pemeliharaan untuk
meningkatkan keandalan dan keamanan jaringan distribusi termasuk
PRK.
d. Melaksanakan koordinasi dengan Rayon dan bagian terkait dalam
pelaksanaan pemeliharaan jaringan distribusi.
e. Menyiapkan peralatan kerja untuk operasi dan pemeliharaan jaringan
distribusi.
5. Sub Bagian Supervisor PDKB
Rincian tugas pokok Sub Bagian Supervisor PDKBPT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara Area Medan adalah:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pekerjaan PDKB.
b. Mengendalikan peleksanaan pekerjaan PDKB sesuai dengan SOP.
c. Mengusulkan Surat Perintah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan
(SP2B) dan Surat Penunjukan Pengawas Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan (SP3B) kepada Kepala Operasi.
d. Melaksanakan inventarisasi dan mengusulkan peremajaan peralatan
e. Memonitor masa berlaku dan mengusulkan sertifikat/ brevet personil
PDKB.
f. Mengusulkan revisi SOP untuk mengajukan SOP baru ke komisi
PDKB.
g. Melaporkan penyelesain pekerjaan kepada Kepala Operasi.
6. Asisten Manajer (Asman) Transaksi dan Energi Listrik
Rincian tugas pokok Asisten Manajer (Asmen) Transaksi dan Energi
Listrik PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Medan adalah:
a. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi Pelaksanaan manajeman
billing.
b. Mengkoordinasikan dengan AP2T (Aplikasi Pelayanan Pelanggan
Terpusat) terkait dengan proses billing.
c. Menyusun biaya operasi dan investasi serta data pendukung RKAP.
d. Memonitoring dan mengendalikan realisasi pengumuman anggaran
SKKI/SKKO.
e. Mengkoordinasikan kegiatan operasional dibagian transaksi energi.
f. Mengevaluasi dan mngendalikan susut, PJU, P2TL, AMR,
pemeliharaan APP, pemeliharaan meter transaksi dan hasil ukur
transaksi.
g. Menyusun rencana program pemeliharaan meter transaksi.
h. Melaksanakan sttlemen antar unit pelaksana dan P3B dalam
pengelolaan transfer price energi.
j. Merencanakan dan mengevaluasi pekerjaan pemeliharaan APP dan
hasil penerapan metrologi secara berkala.
k. Memonitoring dan mengevaluasi manajemen APP.
l. Mengkoordinasi kegiatan Wiring dan Setting APP.
7. Sub Bagian Supervisor Pemeliharaan Meter ( Har Meter )
Bertanggung jawab atas kegiatan pemeliharaan meter transaksi untuk
akurasi pengukuran pemakaian energi listrik.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Memonitor Program Pemeliharaan Meter Transaksi yang disebabkan
oleh meter rusak, buram, macet, dan tua.
b. Memonitor pelaksanaan dan pemeliharaan AMR.
c. Merencanakan kebutuhan Kwh meter untuk pemeliharaan.
d. Memonitor pelaksanaan hasil peneraan metrologi secara berkala.
e. Menyiapkan data pendukung RKAP untuk kebutuhan pemeliharaan
meter transaksi.
f. Memonitor pekerjaan pemeliharaan dan tera ulang APP serta meter
elektronik (ME) dan sistem AMR yang dkerjakan pihak ketiga.
g. Melaksanakan pengujian alat ukur, pembatas, dan kelengkapannya
untuk material baru atau bekas andal.
h. Memastikan hal samplng peneraan APP baru hasil metrologi dan
rekondisi pihak ketiga.
8. Sub Bagian Supervisor Pengendalian Susut ( Dalsut )
Bertanggung jawab atas kegiatan pengendalian susut jaringan,
menertibkan PJU/ reklame liar dan pelaksanaan P2TL.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Memonitor pelaksanaan penekanan susut dan berkoordinasi dengan
bagian atau rayon terkait.
b. Memetakan dan melaporkan perkembangan susut Area dan Rayon
secara berkala.
c. Melakukan updating data PJU secara berkala.
d. Melakukan koordinasi dan pengawasan hasil P2TL yang telah
dilakukan dengan bagian dan Rayon terkait.
e. Melakukan evaluasi kinerja pihak ketiga berdasarkan SLA.
f. Membuat target operasi serta memonitor pelaksanaan P2TL secara
rutin.
g. Memastikan kelengkapan P2TL sesuai aturan.
h. Melaksanakan komunikasi dengan bagian terkait dan Instansi
berwenang untuk pelaksanaan P2TL.
i. Melakukan analisa dan evaluasi (ANEV ) atas hasil pelaksanaan P2TL.
9. Bagian Supervisor Transaksi dan Energi
Bertanggung jawab atas kegiatan pengendalian dan keakuratan APP.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Memastikan antara data pelanggan dan APP terpasang.
c. Berkoordinasi dengan bagian terkait tentang kelainan APP.
d. Memvalidasi data kelainan APP.
e. Memeriksa pemakaian energi listrik pelanggan prabayar secara berkala.
f. Memeriksa dan mengecek pemakaian energi listrik pelanggan prabayar
secara berkala.
10. Asman Pelayanan dan Administrasi
Bertanggungjawab atas kelancaran pengelolaan dan pengendalian
kegiatan bidang administrasi dan keuangan yang meliputi sumber manusia,
kesektariatan, anggaran, keuangan dan akuntansi untuk mendukung
laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu serta mencapai target
kinerja sesuai tujuan perusahaan.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Mengelola peningkatan Integritas Layanan Publik (ILP)
b. Mengkoordinasikan dan mengevaluasi pengelolaan tenaga kerja.
c. Mengkoordinasikan pengelolaan kegiatan administrasi umum, SDM,
dan pelanggan.
d. Memonitor data pelanggan.
e. Memverifikasi dan validasi terhadap kelengkapan transaksi
pembayaran.
f. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pencatatan transaksi keuangan.
g. Mengkoordinir dan mengelola Anggaran Investasi, Anggaran Operasi,
dan Cash Budget.
i. Menyusun kebutuhan rencana diklat dan evaluasi hasil diklat.
j. Melakukan monitoring operasional kendaraan dinas, fasilitas kantor dan
pemeliharaan gedung.
k. Mengkoordinasikan proses pelanggaran disiplin karyawan.
l. Mengevaluasi fasilitas/ sarana kerja, permintaan perlengkapan K3/APK,
tunjangan kecelakaan kerja dan permohonan SPPD.
m.Memonitor realisasi anggaran.
11. Sub Bagian Supervisor Administrasi Umum
Bertanggung jawab atas proses administrasi SDM, kegiatan kesektariatan,
proses akuntansi dan keuangan untuk menjamin terpenuhinya tertib
administrasi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Melaksanakan pengelolaan tenaga kerja.
b. Melaksanakan pengelolaan K3
c. Melaksanakan investigasi kejadian kecelakaan kerja.
d. Melaksanakan pengelolaan sarana kerja dan administrasi perkantoran.
e. Melaksanakan pengelolaan fungsi akuntansi dan keuangan.
f. Melaksanakan fungsi kehumasan.
g. Melaksanakan rekonsiliasi data dengan fungsi terkait atas pendapatan,
bank, hutang-piutang, persekot dinas dan PUMP-KPR/BPRP
h. Menyiapkan data pendukung untuk bagian pelayanan dan administrasi
i. Menyiapkan rincian biaya di rayon untuk rencana alokasi dan dana
12. Sub Bagian Supervisor Pelayanan Pelanggan
Bertanggungjawab atas terlaksananya kegiatan fungsipelayanan
pelanggan, administrasi pelanggan, dan pengelolaan pelanggan untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan dan pengamanan pendapatan.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Melaksanakan dan mensupervisi fungsi pelayanan pelanggan sesuai
proses bisnis.
b. Melaksanakan kunjungan pelanggan potensial ( TM/TT).
c. Menyiapkan rencana Tingkat Mutu Pelayanan secara periodik dan
menindaklanjuti pencapaian TMP.
d. Melaksanakan kegiatan Riset Pasar dan Menyusun Data Potensi Pasar
( Captive Power ).
e. Mengolah peta segmentasi pelanggan.
f. Melaksanakan supervisi untuk penyempurnaan layanan PB/ PD di
rayon.
g. Memastikan proses PB/PD dan SPJBTL Potensial sesuai
kewenangannya.
h. Memonitor penertiban SIP/SPJBTL.
i. Memonitor Mutasi Data Induk Langganan dan Arsip Induk Langganan.
j. Memonitor laporan penagihan lain – lain ( multi guna, P2TL, BP ).
k. Memonitor dan mensupervisi pengendalian piutang pelanggan.
l. Memonitor proses pemutusan sementara, bongkar rampung, piutang
D. Jaringan Usaha
PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara adalah unit usaha
PLN yang bergerak dalam kegiatan pembangkitan tenaga listrik dengan
menggunakan pembangkit jenis PLTA, PLTU, PLTD, PLTG, dan PLTGU yang
tersebar di tiga propinsi yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, dan
Riau. Keberadaan mesin pembangkit listrik merupakan tulang punggung sektor
ketenagalistrikan yang merupakan tugas PLN Pembangkitan Sumbagut, sebab
dari sinilah semua rangkaian tugas penyediaan tenaga listrik diawali. Sumber
energi listrik diproduksi dengan memanfaatkan berbagai energi primer seperti:
minyak, gas alam, air (atau kombinasi diantara berbagai energi primer tersebut)
ditransformasi menjadi energi mekanis yang selanjutnya menggerakkan generator
pembangkit listrik. Energi primer: gas alam, HSD/MFO dan air ditransformasikan
menjadi energi mekanis untuk memutar turbin generator. Dengan demikian
produktifitas pembangkit listrik di Sumatera Utara sangat tergantung dengan
ketersediaan pasokan energi primer tersebut.
E. Kinerja Usaha Terkini
Pada tahun 2015 ini PT. PLN (Persero) UPT MEDAN memiliki beberapa
buah proyek yang harus dikerjakan baik proyek yang telah berjalan ataupun
proyek yang baru berjalan.
Adapun proyek-proyek tersebut antara lain:
a. Pembangunan Infrastruktur
b. Pembangunan Transmisi Induk
d. Proyek Listrik 3.5000 MW
F. Rencana Usaha
Rencana usaha PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Area Medan pada
tahun 2015 adalah meningkatkan jumlah pasokan listrik, menjalin kerja sama
dengan instansi-instansi dan memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada
BAB III
PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP PADA PT.PLN (PERSERO) MEDAN
A. Deskripsi Sistem Akuntansi Aktiva Tetap
Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Menurut
Mulyadi (2001) sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan
yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Sistem
akuntansi aktiva tetap dirancang untuk menangani transaksi yang bersangkutan
dengan aktiva tetap perusahaan.
Aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara
terdiri dari alat pembangkit, tanah, bangunan, mesin-mesin, kendaraan, dan
peralatan/inventaris yang digunakan dalam proses operasi perusahaan yang tidak
bertujuan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat (umur ekonomis) lebih dari
satu tahun. Menurut Donald E. Kieso (2002) aktiva tetap adalah kekayaan
perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu
tahun, diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan operasional
perusahaan, dan bukan bertujuan untuk dijual kembali, bersifat jangka panjang
dan merupakan subjek penyusutan. Karena kekayaan ini mempunyai wujud,
assets). Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapat disusutkan (non
depreciable) dan aktiva yang dapat disusutkan (depreciable), mencakup tanah/hak
atas tanah, bangunan, mesin serta peralatan lainnya ataupun sumber-sumber alam.
Menurut Sofyan Syafri (1999) aktiva tetap lazimnya dicatat sejumlah harga
perolehannya. Aktiva tetap dicantumkan di neraca dalam lajur assets (aktiva)
dengan judul land, building & equipment atau plant & equipment, fixed assets,
property and equipment atau aktiva lain-lain.
B. Faktor-Faktor Penyusun Sistem Akuntansi Aktiva Tetap
Sistem akuntansi aktiva tetap yang disusun oleh PT PLN (Persero)
Pembangkitan Sumatera bagian Utara diproses dengan menggunakan mesin-mesin
mulai dari mesin pembukuan yang sederhana sampai dengan komputer. Menurut
Zaki Baridwan (1994) penyusunan sistem akuntansi aktiva tetap untuk suatu
perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang penting sebagai
berikut:
1. Sistem akuntansi aktiva tetap yang disusun harus memenuhi prinsip cepat
yaitu bahwa sistem akuntansi harus mampu menyediakan informasi yang
diperlukan tepat pada waktunya, dapat memenuhi kebutuhan, dan dengan
kualitas yang sesuai.
2. Sistem akuntansi aktiva tetap yang disusun harus memenuhi prinsip aman
yang berarti bahwa sistem akuntansi harus dapat membantu menjaga
keamanan harta milik perusahaan. Untuk dapat menjaga keamanan harta
milik perusahaan maka sistem akuntansi harus disusun dengan
3. Sistem akuntansi yang disusun harus memenuhi prinsip murah yang berarti
bahwa biaya untuk menyelenggarakan sistem akuntansi harus dapat ditekan
sehingga relatif tidak mahal, dengan kata lain dipertimbangkan cost dan
benefit dalam menghasilkan suatu informasi.
C. Jenis-Jenis Aktiva Tetap
Berdasarkan hasil riset (survey) yang telah dilakukan peneliti, PT PLN
(Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara memiliki rincian aktiva tetap yang
digolongkan berdasarkan fungsi dan jenis seperti disebutkan di bawah ini.
1. Rincian aktiva tetap per fungsi meliputi fungsi pembangkitan, transmisi, dan
lainnya.
a. Pembangkitan:
1) PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
2) PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap)
3) PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel)
4) PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas)
5) PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas)
6) PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap)
b. Transmisi:
1) Transmisi
2) Tele informasi data
c. Lainnya:
1) Tata usaha
3) Bengkel
4) Laboratorium
5) Jasa-jasa teknik
6) Wisma dan rumah dinas
7) Rupa-rupa jasa umum
8) Pendidikan & latihan
2. Rincian aktiva tetap per jenis meliputi bangunan, perlengkapan, saluran, dan
lainnya.
a. Bangunan:
1) Bangunan dan kelengkapan halaman
2) Bangunan saluran air & perlengkapannya
3) Jalan sepur samping
4) Instalasi dan mesin
5) Beaktor nuklir
b. Perlengkapan:
1) Perlengkapan penyaluran tenaga listrik
2) Perlengkapan lain-lain distribusi
3) Perlengkapan pengolahan data
4) Perlengkapan transmisi data
5) Perlengkapan telekomunikasi
6) Perlengkapan umum
c. Saluran:
2) Kabel dibawah tanah
3) Jaringan distribusi
4) Gardu distribusi
d. Lainnya:
1) Kendaraan bermotor dan mobil
2) Material cadang
3) Tanah & hak atas tanah
D. Dokumen dalam Sistem Akuntansi Aktiva Tetap
Dokumen yang digunakan untuk merekam data transaksi yang mengubah
harga pokok aktiva tetap dan akumulasi penyusutan aktiva tetap pada PT PLN
(Persero) Pemabangkitan Sumatera bagian Utara yaitu surat permintaan otorisasi
investasi, bukti kas keluar, daftar akumulasi penyusutan aktiva tetap dan bukti
memorial. Menurut Mulyadi (2001) dokumen yang digunakan dalam sistem
akuntansi aktiva tetap seperti disebutkan di bawah ini.
1. Surat permintaan otorisasi investasi (expenditure authorization request atau
authorization for expenditure). Karena investasi aktiva tetap biasanya
meliputi jumlah rupiah yang relatif besar dan mencakup keterikatan dana
dalam jangka waktu yang relatif panjang, maka pengendalian aktiva tetap
dilakukan melalui perencanaan yang matang. Perencanaan pengeluaran
investasi dalam aktiva tetap dimulai dengan diajukannya usulan investasi
kepada manajemen puncak.
2. Surat permintaan reparasi (authorization for repair). Dokumen ini berfungsi
3. Surat permintaan transfer aktiva tetap. Dokumen ini berfungsi sebagai
permintaan dan pemberian otorisasi transfer aktiva tetap.
4. Surat permintaan penghentian pemakaian aktiva tetap. Dokumen ini berfungsi
sebagai permintaan dan pemberian penghentian pemakaian aktiva tetap.
5. Surat perintah kerja (work order). Dokumen ini memiliki 2 fungsi: sebagai
perintah dilaksanakannya pekerjaan tertentu mengenai aktiva tetap dan
sebagai catatan untuk mengumpulkan biaya pembuatan aktiva tetap.
6. Surat order pembelian. Dokumen ini diterbitkan oleh fungsi pembelian yang
merupakan surat untuk memesan aktiva tetap kepada pemasok. Untuk
pembelian aktiva tetap yang melibatkan jumlah investasi yang besar.
7. Laporan penerimaan barang. Dokumen ini diterbitkan oleh fungsi penerimaan
setelah fungsi ini melakukan pemeriksaan kuantitas, mutu, dan spesifikasi
aktiva tetap yang diterima dari pemasok.
8. Faktur dari pemasok. Dokumen ini merupakan tagihan dari pemasok untuk
aktiva tetap yang dibeli.
9. Bukti kas keluar. Dokumen ini merupakan perintah pengeluaran kas yang
dibuat oleh fungsi akuntansi setelah dokumen surat permintaaan otorisasi
investasi, surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur.
10. Daftar akumulasi penyusutan aktiva tetap. Daftar ini berisis jumlah biaya
penyusutan aktiva tetap yang dibebankan dalam periode akuntansi tertentu.
Dokumen ini merupakan dasar untuk pembuatan bukti memorial untuk
pencatatan biaya penyusutan yang dibebankan dalam periode akuntansi
11. Bukti memorial. Dokumen ini digunakan sebagai dokumen sumber untuk
pencatatan transaksi penyusutan aktiva tetap, harga pokok aktiva tetap yang
telah selesai dibangun, pemberhentian pemakaian aktiva tetap, dan
pengeluaran modal.
E. Fungsi yang Terkait dalam Sistem Akuntansi Aktiva Tetap
Fungsi yang terkait dalam transaksi yang mengubah harga pokok aktiva tetap
dan akumulasi penyusutan aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Pembangkitan
Sumatera bagian Utara seperti disebutkan di bawah ini.
1. Fungsi pemakai. Dalam sistem akuntansi aktiva tetap, fungsi pemakai
bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap dan mengajukan
surat permintaan otorisasi investasi untuk merealisasikan perolehan aktiva
tetap seperti yang tercantum dalam anggaran investasi yang telah disetujui
oleh rapat umum pemegang saham.
2. Fungsi riset dan pengembangan. Fungsi ini bertanggung jawab mengajukan
usulan investasi aktiva tetap yang dimanfaatkan bersama oleh lebih dari satu
fungsi. Di samping itu, fungsi ini betanggung jawab melakukan studi
kelayakan setiap usulan investasi dari berbagai fungsi lain dalam perusahaan.
3. Deputi Manajer yang bersangkutan. Pejabat ini berfungsi memberikan
persetujuan terhadap usulan investasi dan surat permintaan otorisasi reparasi
yang diajukan oleh unit organisasi yang ada dibawah wewenangnya.
4. General Manajer. Pejabat ini yang memberikan otorisasi terhadap semua
mutasi aktiva tetap. Otorisasi ini dicantumkan dalam formulir surat
5. Fungsi pembelian. Fungsi ini bertanggung jawab memilih pemasok dan
menerbitkan surat order pembelian untuk pengadaan aktiva tetap.
6. Fungsi penerimaan. Fungsi ini bertanggung jawab melakukan pemeriksaan
terhadap aktiva tetap yang diterima dari pemasok. Hasil pemeriksaan
terhadap aktiva tetap tersebut dicantumkan dalam laporan penerimaan barang.
7. Fungsi aktiva tetap. Fungsi ini bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva
tetap perusahaan. Fungsi ini memiliki wewenang dalam penempatan,
pemindahan, dan penghentian pemakaian aktiva tetap.
8. Fungsi akuntansi. Fungsi ini bertanggung jawab dalam pembuatan dokumen
sumber (bukti kas keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan mutasi aktiva
tetap dan penyelenggaraan buku pembantu aktiva tetap. Di samping itu,
fungsi akuntansi bertanggung jawab atas penyelenggaraan jurnal yang
bersangkutan dengan aktiva tetap (register bukti kas keluar dan jurnal umum).
F. Jaringan Subsistem Akuntansi Aktiva Tetap
Jaringan subsistem yang membentuk sistem akuntansi aktiva tetap yaitu:
1. Sistem Pembelian Aktiva Tetap
a. Pembelian Tunai
Transaksi pembelian aktiva tetap dimulai dengan permintaan otorisasi
investasi dari pemakai aktiva tetap yang diajukan kepada direksi. Direksi akan
memberikan otorisasi investasi berdasarkan tersedianya anggaran modal untuk
pembelian aktiva tetap yang diminta dan kondisi keuangan perusahaan. Jurnal
Aktiva tetap xxx
Bukti kas keluar yang akan dibayar xxx
b. Pembelian dengan Kredit Jangka Panjang
Transaksi pembelian aktiva tetap yang dilakukan dengan kredit jangka
panjang dibayar dalam beberapa kali angsuran dan bertahap sesuai kesepakatan
dengan kreditur (bank) ditambah dengan pembayaran bunga. Aktiva tetap yang
dibeli dengan kredit jangka panjang dicatat dengan jurnal:
Tanah xxx
Kas xxx
Utang kontrak xxx
Sistem ini dirancang untuk melaksanakan pencatatan harga pokok aktiva tetap
yang diperoleh dari transaksi pembelian. Karena harga pokok aktiva tetap yang
dibeli terdiri dari harga yang tercantum dalam faktur dari pemasok dan semua
biaya yang dikeluarkan untuk pemasangan aktiva tetap sampai dengan dalam
keadaan siap untuk dipakai, maka dokumen sumber yang dipakai dalam prosedur
ini adalah bukti kas keluar (yang dilampiri dengan surat permintaan otorisasi
investasi, surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari
pemasok) dan bukti memorial (yang dilampiri dengan surat perintah kerja).
2. Sistem Perolehan Aktiva Tetap Melalui Pembangunan Sendiri
Sistem ini dirancang untuk mencatat harga pokok aktiva tetap yang diperoleh
perusahaan dari pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh perusahaan. PT
seperti jalan sepur samping, instalasi mesin, reaktor nuklir, saluran udara tegangan
tinggi, kabel dibawah tanah, dan jaringan distribusi dengan cara membangun
sendiri. Work order merupakan dokumen yang digunakan untuk mengumpulkan
biaya kontruksi. Jika suatu aktiva tetap yang dibangun sendiri telah selesai, maka
bukti memorial ( yang dilampiri dengan surat perintah kerja) dipakai sebagai
dokumen sumber untuk mencatat harga pokok aktiva tetap tersebut kedalam kartu
aktiva tetap dan jurnal umum.
PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara menetapkan harga
perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri (self-construction) meliputi seluruh
biaya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aktiva tersebut hingga siap
dipergunakan. Jika ternyata biaya pembangunan itu lebih rendah apabila
bangunan itu diborongkan maka perbedaan ini seolah-olah laba tidak boleh
dianggap sebagai laba. Jika ternyata biayanya lebih besar maka perlu
dipertanyakan mengapa biaya itu lebih tinggi. Jika biaya itu lebih tinggi
disebabkan hal-hal yang tidak efisien atau karena kelalaian maka harus dicatat
sebagai rugi. Jadi harga pokoknya dicatat sebesar berapa biaya yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk pembangunan tersebut. Aktiva tetap yang
dibangun sendiri dicatat dengan jurnal:
Aktiva tetap dan konstruksi xxx
Persediaan bahan xxx
Persediaan suku cadang xxx
3. Sistem Perolehan Aktiva Tetap Secara Pertukaran
Sistem ini dirancang untuk mencatat harga pokok aktiva tetap yang diperoleh
perusahaan dari pertukaran yang dilakukan oleh perusahaan. Aktiva Tetap yang
dimiliki oleh PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara ada yang
diperoleh melalui transaksi pertukaran dinilai sebesar nilai wajar dari aktiva yang
diperoleh atau aktiva yang diserahkan berdasarkan data/bukti yang tersedia. PT
PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara mencatat perolehan aktiva
tetap yang diperoleh dengan pertukaran didasarkan atas nilai wajar aktiva yang
diberikan atau nilai wajar aktiva yang diterima, yang memiliki bukti lebih jelas.
Jadi, setiap keuntungan atau kerugian dari pertukaran segera diakui. Dasar
pemikiran untuk pengakuan segera ini adalah bahwa proses pencarian laba yang
berhubungan dengan aktiva ini telah selesai dan karena itu suatu keuntungan atau
kerugian harus diakui.
4. Sistem Pengeluaran Modal
Sistem pengeluaran modal meliputi semua jumlah yang dikeluarkan untuk
mendapatkan aktiva tetap dan membuatnya siap digunakan. Biaya pengangkutan
dan pemasangan peralatan termasuk sebagai bagian dari total biaya aktiva tetap.
Sistem pengeluaran modal pada PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera
bagian Utara meliputi hal-hal di bawah ini.
1. Tanah meliputi:
a. Harga beli
b. Pajak penjualan
d. Komisi pialang
e. Fee balik nama
f. Biaya survey
g. Tunggakan pajak real estate
h. Pembongkaran bangunan yang tidak diperlukan
i. Pengerataan
j. Pengaspalan jalan umum yang membatasi tanah
2. Bangunan meliputi:
a. Fee arsitek
b. Fee insinyur
c. Biaya asuransi selama konstruksi
d. Bunga atas uang yang dipinjam untuk membiayai konstruksi
e. Jalan setapak ke dan sekitar bangunan
f. Pajak penjualan
g. Reparasi (pembelian bangunan bekas)
h. Restorasi (pembelian bangunan bekas)
i. Modifikasi sebelum digunakan
j. Ijin dari badan-badan pemerintah
3. Pengembangan tanah meliputi:
a. Pepohonan dan rerumputan
b. Pagar
c. Penerangan halaman
4. Mesin dan peralatan meliputi:
a. Pajak penjualan
b. Pengangkutan
c. Pemasangan
d. Reparasi pembelian (peralatan bekas)
e. Penyesuaian pembelian (peralatan bekas)
f. Asuransi pengangkutan
g. Perakitan
h. Modifikasi
i. Pengujian sebelum digunakan
j. Ijin dari badan-badan pemerintah
Sistem ini dirancang untuk mencatat tambahan harga pokok aktiva tetap
dengan adanya pengeluaran modal. Setiap pengeluaran modal memerlukan
dokumen surat permintaan otorisasi investasi dari manajemen puncak.
Pelaksanaan surat permintaan otorisasi investasi dilakukan berdasarkan dokumen
surat perintah kerja pencatatan biaya yang terjadi untuk surat perintah kerja (work
order) dilakukan menurut nomor surat perintah kerja yang bersangkutan, sehingga
dapat dihitung besarnya pengeluaran modal untuk surat perintah kerja tertentu,
dan dapat dihitung tambahan harga pokok aktiva yang bersangkutan. Terdapat
empat jenis pengeluaran utama PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian
Utara yang berkaitan dengan aktiva tetap yaitu:
1. Penambahan (additions) umumnya tidak menimbulkan masalah akuntansi
akuntansi untuk setiap perubahan yang berhubungan dengan struktur yang
ada akibat penambahan tersebut. Perlakuan akuntansi normal untuk
penambahan aktiva tetap yaitu dengan mengkapitalisasi biaya penambahan ke
akun aktiva
2. Perbaikan dan penggantian (improvements atau betterments) dan penggantian
(replacement) merupakan substitusi dari satu aktiva dengan aktiva lainnya.
Perbaikan dan penggantian timbul dari kebijakan umum untuk memodernisasi
atau merehabilitasi bangunan lama atau seperangkat peralatan. Perlakuan
akuntansi normal untuk perbaikan dan penggantian aktiva tetap yaitu apabila
nilai tercatat diketahui, maka dengan cara menghilangkan biaya dan
akumulasi penyusutan aktiva tetap yang lama dengan mengakui setiap
keuntungan atau kerugian dan apabila nilai tercatat tidak diketahui yaitu jika
umur manfaat aktiva tetap diperpanjang, maka di debet akumulasi penyusutan
untuk biaya perbaikan/penggantian dan jika kuantitas atau kualitas dari
produktivitas aktiva tetap ditingkatkan, maka di kapitalisasi biaya
perbaikan/penggantian ke akun aktiva
3. Penyusunan dan pemasangan kembali (rearrangement and reinstallation
costs) merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk memberikan manfaat di
periode masa depan, berbeda dengan penambahan, penggantian, dan
perbaikan. Perlakuan akuntansi normal untuk penyusunan dan pemasangan
kembali yaitu:
a. Jika biaya pemasangan awal diketahui, perlakuan biaya penyusunan
b. Jika biaya pemasangan awal tidak diketahui dan biaya penyusunan
kembali/pemasangan kembali berjumlah material dan bermanfaat pada
periode masa depan, maka di kapitalisasi sebagai aktiva.
c. Jika biaya pemasangan awal tidak diketahui dan biaya penyusunan
kembali/pemasangan kembali tidak material jumlahnya atau manfaat
periode masa depan diragukan, maka di bebankan biaya ketika terjadi.
4. Reparasi biasa (ordinary repairs) adalah pengeluaran yang dilakukan untuk
mempertahankan aktiva tetap berada dalam kondisi siap operasi, biaya ini
dapat dibebankan ke akun beban selama periode terjadinya atas dasar bahwa
periode tersebut merupakan periode yang paling banyak menerima manfaat.
Penggantian komponen kecil, pelumasan, dan penyetelan peralatan,
pengecatan kembali, dan pembersihan adalah contoh dari beban pemeliharaan
yang dikeluarkan secara teratur serta diperlakukan sebagai beban operasi.
Perlakuan akuntansi normal yang ditetapkan PT PLN (Persero) Pembangkitan
Sumatera bagian Utara untuk reparasi (repairs) yaitu:
a. Reparasi biasa: membebankan biaya reparasi ketika terjadi.
b. Reparasi besar: jika layak, diperlakukan sebagai penambahan, perbaikan,
atau penggantian.
5. Sistem Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap
Sistem ini dirancang untuk mencatat pengurangan harga pokok dan akumulasi
depresiasi aktiva tetap yang dihentikan pemakaiannya serta laba rugi yang timbul
sebagai akibat penghentian pemakaian aktiva tetap tersebut. Dokumen sumber
bukti memorial yang dilampiri dengan dokumen pendukung berupa surat
permintaan penghentian dan transfer aktiva tetap. Menurut Stice Skousen (2004)
aktiva tetap dapat dihentikan dengan dijual, ditukarkan, atau dibiarkan begitu saja.
Umumnya ketika aktiva dilepas, penyusutan atau amortisasi yang belum dicatat
untuk periode yang bersangkutan dicatat pada tanggal pelepasan. Nilai buku pada
saat penjualan dapat dihitung sebagai selisih antara harga perolehan aktiva dan
akumulasi penyusutannya. Jika harga pelepasan melebihi nilai bukunya, maka
keuntungan (gain) akan diakui. Jika harga pelepasan kurang dari nilai bukunya,
suatu kerugian (loss) dicatat. Sebagai bagian dari pencatatan pelepasan, saldo
pada akun aktiva dan akumulasi penyusutan untuk aktiva dibatalkan.
6. Sistem Transfer Aktiva Tetap
Transaksi aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan oleh PLN lain
disebut non reciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik.
Aktiva tetap dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang wajar dengan
mengkreditkan perkiraan modal yang berasal dari hadiah atau berdasarkan
penilaian yang dilakukan oleh pihak/perusahaan penilai yang independen
(appraisal company). Aktiva tetap yang diperoleh dengan menerima dari PLN lain
(hadiah) dengan jurnal:
Bangunan saluran air dan perlengkapannya xxx
Material cadang xxx
Sistem ini dirancang untuk mencatat transfer aktiva tetap dari satu pusat
pertanggungjawaban yang lain. Karena biaya depresiasi, biaya reparasi dan
pemeliharaan harus dibebankan kepada pusat pertanggungjawaban yang
menggunakan aktiva tetap, semua perpindahan aktiva tetap harus segera diikuti
oleh fungsi akuntansi, agar fungsi ini dapat membebankan biaya-biaya tersebut
berdasarkan data lokasi aktiva tetap yang teliti. Dokumen untuk meminta otorisasi
transfer aktiva tetap dalam lingkungan intern perusahaan harus diotorisasi oleh
Bagian Aktiva Tetap. Surat permintaan transfer aktiva tetap dipakai sebagai dasar
pencatatan ke dalam kartu aktiva tetap.
7. Sistem Pencatatan Penyusutan (Depreciation) Aktiva Tetap
Sistem ini dirancang untuk mencatat biaya depresiasi aktiva tetap. Dokumen
sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan adalah bukti memorial. Sistem
pencatatan penyusutan (depreciation) aktiva tetap menerapkan metode pencatatan
penyusutan yang didasarkan pada faktor waktu dengan Garis Lurus (Straight line
method). Dalam Straight line method aktiva tetap dianggap sama penggunaannya
sepanjang waktu. Sehingga beban penyusutannya dihitung sama rata. Beban
penyusutan menurut Mulyadi (2001:135). Metode ini dihitung sebagai berikut: D = Beban penyusutan (depreciation)
AC = Acquisition Cost
SV = Salvage Value (nilai residu)
LT = Life Time (umur teknis)
Jurnal untuk mencatat beban penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus
(straight line method):
LT SV AC
Beban penyusutan xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Alasan PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara menggunakan
metode penyusutan garis lurus (straight line method) adalah:
a. Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva tetap akan menurun secara
proporsional setiap periode.
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap.
c. Kegunaan ekonomis berkurang karena terlewatnya waktu.
d. Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap.
Menurut Warren, Reef dan Fees (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi
biaya penyusutan yaitu:
a. Harga perolehan (acquisition cost) adalah faktor yang paling berpengaruh
terhadap perhitungan biaya penyusutan.
b. Nilai residu (residual atau salvage value) merupakan taksiran nilai atau
potensi arus kas masuk apabila aktiva tetap tersebut dijual pada saat
penarikan/penghentian (retirement) aktiva tetap. Nilai residu tidak selalu
ada, ada kalanya suatu aktiva tetap tidak memiliki nilai residu karena
aktiva tetap tersebut tidak dijual pada masa penarikannya.
c. Umur ekonomis aktiva tetap (economical life time) pada PT PLN (Persero)
Pembangkitan Sumatera bagian Utara sebagai berikut:
1) Umur fisik yaitu umur yang dikaitkan dengan kondisi fisik suatu
aktiva tetap. Suatu aktiva tetap dikatakan masih memiliki umur fisik
2) Umur fungsional yaitu umur yang dikaitkan dengan kontribusi aktiva
tetap tersebut dalam penggunaanya. Suatu aktiva tetap memiliki umur
fungsional apabila aktiva tetap tersebut masih memberikan kontribusi
bagi perusahaan.
8. Sistem Penyajian Aktiva Tetap di Neraca
Sistem penyajian aktiva tetap di Neraca pada PT PLN (Persero) Pembangkitan
Sumatera bagian Utara disusun dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Aktiva tetap dinyatakan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan aktiva
tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Akan tetapi
apabila manfaat ekonomis suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai
bukunya, maka aktiva tersebut harus dinyatakan sebesar jumlah yang
sepadan dengan nilai manfaat ekonomis yang tersisa. Penurunan nilai
kegunaan aktiva tetap tersebut dilaporkan sebagai kerugian. Nilai buku
aktiva tetap yang tidak dapat digunakan lagi harus dihapuskan sebagai
kerugian. Jika terdapat aktiva tetap yang tidak digunakan lagi dalam
jumlah yang material, aktiva ini harus disajikan sebagai aktiva lain-lain
berdasarkan nilai realisasinya.
b. Setiap jenis aktiva tetap, seperti: tanah/hak atas tanah, bangunan dan lain
sebagainya, harus dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau dirinci
pada catatan atas laporan keuangan. Bangunan yang masih dalam
penyelesaian, jika jumlahnya material dapat dinyatakan sebagai bagian
dari kelompok aktiva lain-lain, terpisah dari kelompok aktiva tetap atau
dalam catatan atas laporan keuangan. Akumulasi penyusutan aktiva tetap
harus dinyatakan sebagai pengurang atas masing-masing jenis aktiva tetap
yang bersangkutan.
c. Dasar penilaian, metode penyusutan dan ikatan/penggunaan aktiva tetap
sebagai jaminan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
9. Sistem Penarikan Aktiva Tetap (retirement)
Penarikan aktiva tetap (retirement) dimaksudkan sebagai upaya
menghapuskan aktiva tetap dari buku perusahaan. Penarikan aktiva bisa timbul
akibat penjualan, perombakan, dan lain-lain. Jika hal ini terjadi maka keadaan
yang perlu di jurnal adalah dengan mengoreksi buku jurnal biaya penyusutan dari
awal tahun buku berjalan sampai dengan tanggal terjadinya transaksi penarikan
dengan jurnal sebagai berikut:
Biaya penyusutan xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Eliminasi dalam mencatat transaksi penarikan harus menghapus semua perkiraan
yang berhubungan dengan aktiva tetap yang ditarik melalui jurnal sebagai berikut
di debet:
a. Aktiva tetap yang diterima dari transaksi penarikan misalnya mesin.
b. Perkiraan akumulasi penyusutan.
c. Perkiraan rugi akibat penarikan, jika nilai buku aktiva tetap yang ditarik
sebagai pendapatan/biaya lain-lain (other income/expense) dalam laporan
laba rugi, di kredit:
1) perkiraan aktiva tetap yang ditarik sebesar nilai costnya atau nilai
perolehan yang terakhir.
2) perkiraan laba dari pertukaran dicatat apabila jumlah nilai aktiva tetap
yang diterima lebih besar dari nilai buku aktiva yang ditarik.
10. Sistem Revaluasi Aktiva Tetap
Sistem ini dirancang untuk mencatat transaksi penilaian kembali aktiva tetap.
Dokumen sumber yang dipakai sebagai dasar pencatatan adalah bukti memorial.
Penilaian kembali (revaluation) aktiva tetap pada umumnya tidak diperkenankan
karena Prinsip Akuntansi Indonesia menganut penilaian aktiva berdasarkan harga
perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin
dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam melaksanakan penilaian
dipakai beberapa cara sebagai berikut:
a. pendekatan data pasar (market data approach), yaitu suatu metode
penilaian di mana perkiraan nilai pasar berdasarkan atas nilai yang terjadi
pada saat transaksi yang sejenis.
b. pendekatan biaya (cost approach), yaitu suatu metode penilaian di mana
nilai aktiva diperoleh dari biaya reproduksi baru dikurangi penyusutan.
c. pendekatan pendapatan (income approach), yaitu suatu metode penilaian
di mana keuntungan bersih dianalisis guna mendapatkan besarnya jumlah
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil riset (survey) yang dilakukan pada PT PLN
(Persero) Pembangkitan Sumatera bagian Utara, maka peneliti menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut ini.
1. Sistem akuntansi aktiva tetap perusahaan telah memenuhi prinsip cepat,
aman, dan murah.
2. Dokumen yang digunakan dalam sistem aktiva tetap pada PT PLN (Persero)
Pembangkitan Sumatera bagian Utara meliputi surat permintaan otorisasi
investasi, bukti kas keluar, daftar akumulasi penyusutan aktiva tetap, dan
bukti memorial.
3. Perusahaan menetapkan fungsi yang terkait dalam sistem aktiva tetap untuk
mengetahui pihak mana saja yang mempunyai kepentingan terhadap aktiva
tetap perusahaan.
4. sistem pencatatan penyusutan (depreciation) aktiva tetap menggunakan
metode penyusutan garis lurus (straight line method) yang diterapkan
perusahaan pada aktiva tetap yang dimiliki sudah tepat, hal ini dapat dilihat
dari hubungan antara penurunan nilai aktiva tetap dengan penggunaan dan
waktu. Selain itu aktiva tetap tersebut baik dipergunakan maupun tidak
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengemukakan beberapa saran
sebagai berikut ini.
1. Perusahaan harus selalu mengawasi sistem akuntansi aktiva tetap yang telah
berjalan selama ini untuk menghindari terjadinya tindakan-tindakan yang
dapat mengakibatkan kerusakan secara permanen dan penyelewengan dalam
hal penggunaan dana untuk pengadaan aktiva tetap tersebut.
2. Perusahaan harus selalu memeriksa dokumen-dokumen yang terkait dalam
transaksi pengadaan aktiva tetap karena hal ini menyangkut jumlah yang
besar, sehingga perlu diawasi setiap surat permintaan otorisasi investasi dan
bukti kas keluar aktiva tetap.
3. Perusahaan harus selalu mengawasi setiap fungsi yang terkait dalam sistem
akuntansi aktiva tetap karena fungsi-fungsi ini berperan penting dalam
transaksi pengadaan aktiva tetap perusahaan.
4. Sistem pencatatan penyusutan (depreciation) aktiva tetap yang diterapkan
perusahaan pada aktiva tetap yang dimiliki sudah tepat. Namun dengan
pertimbangan perubahan yang kerap terjadi pada biaya reparasi dan
pemeliharaan sejumlah aktiva tetap seperti mesin dan kendaraan, peneliti
menyarankan agar perusahaan menggunakan metode penyusutan service
hours method pada aktiva tetap yang didasarkan pada penggunaan jam kerja
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki, 1994, Sistem Akuntansi: Penyusunanan Prosedur dan Metode,
Edisi Kelima, Cetakan Kelima, Penerbit Badan Percetakan Fakultas Ekonomi: Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 1999, Akuntansi Aktiva Tetap: Akuntansi Pajak,
Revaluasi, Leasing, Edisi 1, Cetakan Ketiga, Penerbit PT Raja
Grafindo Persada:Jakarta.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant, and Terry D. Warfield, 2001, Intermediate
Accounting, 10th edition, Jilid 2, Terjemahan oleh Gina Gania dan
Ichsan Setiyo Budi, Penerbit Salemba Empat: Jakarta.
Mulyadi, 2001 , Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat: Jakarta.
Stice, Earl K., James D. Stice and K. Fred Skousen, 2004, Intermediate
Accounting, 15th edition, Jilid 2, Terjemahan oleh Safrida Rumondang
Parulian dan Ahmad Maulana, Penerbit Salemba Empat: Jakarta.
Warren, Carl S., James M. Reeve, and Philip E. Fees, 2005, Prinsip-Prinsip
Akuntansi, 19th edition, Jilid 1, Terjemahan oleh Alfonus Sirait dan