TUGAS AKHIR
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA
OLEH
MASITHA SARI 102102147
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah
SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini untuk dapat menyelesaikan pendidikan di program Diploma III Fakultas
Ekonomi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, dengan judul “Sistem
Informasi Akuntansi Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara“.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak mengalami kesulitan
yang disebabkan karena keterbatasan waktu, literatur, serta kekurangan
kemampuan penulis sendiri dalam menulis dan menganalisa secara ilmiah. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan tugas akhir ini.
Selama dalam penulis tugas akhir ini penulis banyak menerima masukan dan
dorongan baik moral maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M. Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi D III
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara serta dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing
3. Pimpinan dan seluruh karyawan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara, yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan izin dan
menyediakan data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini.
4. Ayahanda H. Ridwan Panjaitan S,Sos dan Ibunda Nurbasani Aritonang
yang telah mendidik penulis sampai ke Perguruan Tinggi dan seluruh
keluarga yang penulis sangat sayangi.
5. Kepada teman-teman mahasiswa stambuk 2010 jurusan Diploma III
Akuntansi yang telah memberi dorongan serta semangat baik dari segi
moril maupun materil.
Akhir kata, penulis berharap kiranya apa yang disajikan dalam tugas akhir
ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri.
Medan, 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 4
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4
D.Sistematika Penulisan ... 6
1. Jadwal Survei / Observasi ... 6
2. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA ... 9
A.Sejarah Ringkas ... 9
B.Struktur Organisasi ... 13
C.Uraian Tugas ( job description ) ... 15
D.Jaringan Usaha / Kegiatan ... 23
E. Kinerja Usaha Terkini ... 23
F. Rencana Usaha ... 24
BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA ... 26
A.Akuntansi Aktiva Tetap ... 26
2. Penggolongan Aktiva Tetap ... 28
3. Perolehan Aktiva Tetap ... 29
4. Penyusutan Aktiva Tetap ... 31
5. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap ... 34
6. Penarikan Aktiva Tetap ... 35
B.Pengertian Sistem Informasi Akuntansi ... 36
C.Pengertian Pengendalian Internal ... 37
D.Unsur-unsur Pengendalian Intern Aktiva Tetap ... 38
E. Hubungan Sistem Informasi Akuntansi dengan Pengendalian Internal ... 42
F. Prosedur Dokumen Aktiva Tetap ... 43
1. Struktur Kode Aktiva Tetap ... 43
2. Catatan Akuntansi ... 45
3. Prosedur Dokumen Aktiva Tetap ... 45
BAB IV PENUTUP ... 49
A.Kesimpulan ... 49
B.Saran ... 50
DAFTAR TABEL
No : Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No : Judul
Lampiran 1 Susunan Organisasi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
Lampiran 2 Daftar Masa Manfaat Aktiva Tetap pada PT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara
Lampiran 3 Surat Balasan Riset dari PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu perusahaan, akuntansi memegang peranan yang sangat
penting karena akuntansi dapat memberikan informasi mengenai keuangan dari
suatu perusahaan. Akuntansi merupakan bagian dari sistem informasi yang
menghasilkan informasi keuangan yang relevan. Mengingat pentingnya sistem
informasi tersebut maka setiap perusahaan dituntut untuk memiliki suatu sistem
informasi yang baik. Apabila sistem informasi tersebut tidak baik dikhawatirkan
akan menghasilkan informasi keuangan yang kurang handal. Selain bermanfaat
untuk menghasilkan laporan keuangan, sistem informasi akuntansi juga berguna
untuk pengawasan. Salah satu bagian akuntansi yang memiliki faktor yang cukup
besar dan memiliki andil untuk menghasilkan laporan keuangan adalah aktiva
tetap.
Aktiva tetap (fixed assets) adalah properti, pabrik, dan peralatan yang
digunakan dalam operasi bisnis. Item-item ini relatif permanen dan sering kali
secara kolektif mencerminkan investasi keungan terbesar perusahaan. Contoh dari
aktiva tetap adalah tanah, gedung, perabotan, mesin, dan kendaraan bermotor.
Sistem aktiva tetap perusahaan memproses transaksi yang berkaitan dengan
akuisisi, pemeliharaan, dan penghapusan aktiva tetap. Sistem yang efektif akan
yang berwenang, dan juga akan memiliki pengendalian internal yang memadai.
Tujuan spesifik dari sistem aktiva tetap adalah:
1. Memproses akuisisi aktiva tetap ketika diperlukan dan sesuai dengan
persetujuan dan prosedur manajemen formal.
2. Mempertahankan catatan akuntansi yang memadai dari akuisis, biaya,
deskripsi, dan lokasi fisik aktiva di dalam organisasi.
3. Mempertahankan catatan depresiasi yang akurat untuk aktiva-aktiva yang
dapat disusutkan sesuai dengan metode-metode yang wajar.
4. Menyediakan informasi bagi pihak manajemen yang dapat membantu
merencanakan investasi aktiva tetap di masa yang akan datang.
5. Mencatat penghapusan aktiva tetap dengan benar.
Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atatu subsistem
yang saling berhubungan yang berfungsi dengan tujuan yang sama.
Sistem Informasi Akuntansi adalah kumpulan sumber daya seperti
manusia dan peralatan yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data
lainnya menjadi informasi.
Sistem Informasi Akuntansi terdiri lima komponen-kompenen yaitu:
1) Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan
berbagai fungsi.
2) Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang
dilibatkan dalammengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang
3) Data tentang proses-proses bisnis organisasi.
4) Software yang dipakai untuk memproses data organisasi.
5) Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan
pendukung, dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
Kelima komponen ini secara bersama-sama memungkinkan SIA
memenuhi tiga fungsi pentingnya dalam organisasi, yaitu:
1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang
dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh
aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai
aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihak-pihak
luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review) hal-hal yang telah
terjadi.
2. Mengubah data menjadi Informasi yang berguna bagi pihak manajemen
untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan,pelaksanaan dan
pengawasaan.
3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset
organisasi, termasuk data organisasi, termasuk data organisasi, untuk
memastikan bahwa data tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat,dan
handal.
PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara juga memiliki berbagai macam
aktiva tetap seperti tanah, gedung, kendaraan, komputer, mesin fotokopi, mesin
(Persero) Wilayah Sumatera Utara tidak dapat menjalankan kegiatan opersional
tanpa adanya aktiva tetap tersebut, karena aktiva tetap memiliki peranan yang
sangat penting bagi suatu perusahaan, maka diperlukan yang cermat serta
pengawasan terhadap aktiva tetap tersebut. Mengingat pentingnya aktiva tetap
(fixed assets) bagi sebuah organisasi / perusahaan khusunya PT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara, maka dalam penyusunan tugas akhir penulis mengambil
judul “SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN
(PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA”.
B. Rumusan Masalah
Setiap perusahaan akan selalu menghadapi permasalahan dalam
menjalankan kegiatan perusahaannya. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan
tersebut adalah berbeda - beda satu sama lainnya, sama halnya dengan PT PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan pada latar belakang diatas maka
peneliti merasa tertarik untuk mengadakan serangkaian penelitian dan
memaparkannya dalam tugas akhir ini yaitu “apakah sistem informasi akuntansi
aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara sudah berjalan
dengan baik”.
Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai, tanpa adanya tujuan
yang jelas akan mengakibatkan suatu kegiatan yang kurang terarah. Sesuai
dengan penjelasan diatas yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan bacaan jika suatu saat penulis
dimintai pendapat mengenai sistem informasi akuntansi aktiva tetap
pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
2. Bagi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara yaitu sebagai bahan
bacaan dan pertimbangan untuk memperbaiki penerapan sistem
informasi akuntansi aktiva tetap pada PT PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara yang sudah berjalan selama ini.
3. Bagi penulis lain yaitu sebagai bahan bacaan bagi penulis lain untuk
menyempurnakan penelitian sejenis berikutnya.
2. Manfaat Penelitian
Adapun yang diharapkan dapat menjadi manfaat dari penelitian ini
adalah:
a. Bagi Penulis
Dapat memperdalam wawasan penulis mengenai penerapan sistem
informasi akuntansi dan sebagi bahan untuk membandingkan teori yang
didapatkan dibangku kuliah dengan masalah-masalah yang dihadapi
perusahaan guna membantu perusahaan dalam mengolah data.
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi PT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara untuk melihat sejauh mana penerapan yang
telah dilakukan dalam memaksimalkan penggunaan sistem informasi
akuntansinya hingga pada waktu ke depan, sehingga perusahaan dapat
berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
c. Bagi Pembaca
Sebagai informasi perbandingan didalam observasi dan untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis lainnya dalam
melakukan penelitian dimasa yang akan datang.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis mempunyai sistematika
penulisan yang terdiri dari jadwal survei / observasi dan sistematika penulisan.
1. Jadwal Survei / Observasi
Survei / observasi ini dilakukan di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara.
Tabel 1.1
2. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari empat bab, yaitu pendahuluan, PT
PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, sistem informasi aktiva tetap pada
PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, dan penutup di mana satu sama
lain saling berkaitan.
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat observasi,
dan sistematika penulisan.
BAB II : PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA Kegiatan
1. Pengajuan Judul
2. Pengajuan Dosen Pembimbing
3. Pengumpulan Data
4. Pengolahan dan Analisis Data
5. Penyusunan Tugas Akhir
6. Bimbingan dan
Penyempurnaan Tugas Akhir
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang sejarah ringkas,
struktur organisasi, uraian tugas (job description), jaringan
usaha / kegiatan, kinerja usaha terkini, dan rencana usaha PT
PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
BAB III : SISTEM INFORMASI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA
Dalam bab ini penulis menguraikan tetang pengertian sistem
informasi akuntansi, aktiva tetap, metode cara perolehan dan
penyusutan aktiva tetap, manajemen aktiva tetap, dan
unsur-unsur pengendalian intern aktiva tetap PT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara.
BAB IV : PENUTUP
Merupakan bagian akhir dari penyusunan tugas akhir yang
terdiri dari kesimpulan serta saran yang dihasilkan dari
penelitian ini. Dilengkapi dengan daftar pustaka sebagai
BAB II
PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA
A. Sejarah Ringkas
Sejarah keberadaan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berawal
dari dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923, yakni
ketika perusahaan swasta belanda bernama NV NIGEM / OGEM membangun
sentral listrik di tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi kantor PLN Cabang
Medan di Jl. Listrik No. 12 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan
di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan pada tahun 1924, di Tebing Tinggi tahun
1927, di Sibolga (oleh NV ANIWM) Berastagi dan Tarutung tahun 1929, di
Tanjung Balai tahun 1931, di Labuhan Bilik tahun 1936 dan Tanjung Tiram pada
tahun 1937.
Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, bergeraklah
aksi karyawan perusahaan listrik di seluruh penjuru tanah air untuk mengambil
alih perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan Jepang. Perusahaan
listrik yang diambil alih itu kemudian diserahkan kepada Pemerintah RI yakni
kepada Departemen Pekerjaan Umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu
maka dengan Penetapan Pemerintah No.1 SD/45 ditetapkanlah tanggal 27
Oktober sebagai Hari Listrik.
Dalam suasana hubungan antara Indonesia dan Belanda yang makin
No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi Perusahaan Listrik milik swasta
Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Setelah
aksi ambil alih itu maka sejak tahun 1955 berdiri Perusahaan Listrik Negara
Distribusi Cabang Sumatera Utara (yang meliputi daerah Sumatera Timur dan
Tapanuli) yang berpusat di Medan.
Pada bulan Maret 1958 dibentuk Penguasa Perusahaan-Perusahaan Listrik
dan Gas (P3LG) yang merupakan gabungan antara pengusahaan listrik dan
pengusahaan gas. Dalam perjalanannya, pada tahun 1959 P3LG berubah menjadi
Direktorat Djenderal PLN (DDPLN). Pada tanggal 1 Januari 1961 dibentuklah
Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU –PLN) yang bergerak di
bidang listrik, gas dan kokas. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK Menteri PUT
No. 16/1/20 tanggal 20 Mei 1961, maka organisasi kelistrikan pun berubah.
Perusahaan listrik di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau diubah
namanya menjadi PLN Eksploitasi. Pada tanggal
dibentuklah 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang
mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara
Kemudian dengan terbitnya Peraturan Menteri No. 1/PRT/65 ditetapkanlah
pembagian daerah kerja PLN secara nasional menjadi 15 Kesatuan daerah
Eksploitasi, dimana PLN Sumatera Utara ditetapkan menjadi PLN Eksploitasi I.
Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I Sumatera Utara
009/DIRPLN/1966 tanggal 14 April 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi
empat cabang dan satu sektor, yaitu Cabang Medan, Binjai, Sibolga, dan
Pematang Siantar (yang berkedudukan di Tebing Tinggi). Peraturan Pemerintah
No. 18 tahun 1972 mengubah bentuk perusahaan menjadi Perusahaan Umum
(PERUM) yang isinya mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum
Listrik Negara dengan hak, wewenang dan tanggung jawab untuk
membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik ke seluruh
Wilayah RI. Dalam Surat Keputusan Menteri PUTL No. 01/PRT/73 menetapkan
PLN Eksploitasi I Sumatera Utara diubah menjadi PLN Eksploitasi II Sumatera
Utara. Menyusul kemudian terbit Peraturan Menteri PUTL No. 013/PRT/75 yang
mengubah PLN Eksploitasi menjadi PLN Wilayah, dimana PLN Eksploitasi II
berubah namanya menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.
Dengan berlakunya undang-undang No. 15 tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan, Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara ditetapkan
sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK). Dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha penyediaan tenaga listrik, maka pada
tanggal 16 Juni 1994 terbitlah Peraturan Pemerintah No.23/1994 yang isinya
menetapkan status PLN yang berubah dari Perusahaan Umum (PERUM) Listrik
Negara dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).
Sejak status perusahaan berubah, perkembangan kelistrikan di Sumatera
Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat. Hal ini
kelistrikan, kemampuan pasokan listrik dan indikasi-indikasi pertumbuhan
lainnya. Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan
Sumatera Utara dimasa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan jasa kelistrikan, maka berdasarkan Surat Keputusan Direksi
Nomor 078.K/023/DIR/1996 tanggal 8 Agustus 1996, dibentuklah organisasi baru
bidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT PLN (Persero) Pembangkitan dan
Penyaluran Sumatera Bagian Utara.
Dengan pembentukan Organisasi baru PT PLN (Persero) Pembangkitan
dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang terpisah dari PT PLN (Persero)
Wilayah II, maka fungsi – fungsi pembangkitan dan penyaluran yang sebelumnya
dikelola oleh PT PLN (Persero) Wilayah II berpisah tanggung jawab
pengelolaannya ke PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumbagut. Sementara itu,
PT PLN (Persero) Wilayah II berkonsentrasi pada bidang distribusi dan penjualan
tenaga listrik. Pada Tahun 2003 PT PLN (Persero) Wilayah II berubah namanya
menjadi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara.
Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara meliputi
keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan luas 71.680,68 km2, dimana
sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di
Pulau Nias. Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota dengan
417 kecamatan dan 5.856 desa/kelurahan.
Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh-kembang,
Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi insani.
Misi PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
• Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
• Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
• Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
• Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Moto PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik (Electricity for a Better Life)
B. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang
dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan /
keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk
mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut.
Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian instansi yang telah
dalam instansi. Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan
dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektivitas kerja dapat diwujudkan
melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan perusahaan dapat
dicapai.
Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan
persorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi melaksanakan serangkaian
kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal melalui saluran
tunggal. Keunggulan dari struktur organisasi, antara lain adanya pembagian tugas
yang jelas, koordinasi dapat dilakukan dengan baik, dan keahlian khusus yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas tertentu.
Setiap perusahaan pasti memiliki struktur organisasi, struktur organisasi
sangat penting di dalam perusahaan karena berfungsi sebagai landasan bagi
seluruh fungsi yang ada dalam organisasi untuk melaksanakan tugas, wewenang
dan tanggung jawab dari setiap fungsi. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
menganut struktur organisasi garis lurus staf ( line staff organization ) yang sesuai
dengan kondisi perusahaan tersebut karena:
1. Pembagian tugas secara jelas dapat dibedakan.
2. General manager langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk
kepada kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah
Wewenang dari puncak pimpinan dilimpahkan sepenuhnya kepada
bawahannya dalam bidang pekerjaan sepanjang yang menyangkut bidang
kerjanya. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara dipimpin oleh seorang
General Manager yang membawahi beberapa manajer bagian yang terdiri dari:
1. Manajer bidang SDM dan umum
2. Manajer bidang distribusi
3. Manajer bidang perencanaan
4. Manajer bidang keuangan
5. Manajer bidang niaga dan pelayanan pelanggan
C. Uraian Tugas ( job description )
Adapun uraian tugas dari PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
adalah:
1. General Manager
Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi
seluruh sumber daya secara efisien, efektif dan sinergis; pengelolaan
pengusahaan pembangkitan, pendistribusian dan penjualan tenaga listrik
dalam jumlah dan mutu yang memadai secara efisien, meningkatkan mutu
Good Corporate Governance (GCG) di PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera
Utara.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan pengusahaan pembangkitan (skala kecil) secara
efisien, hemat energi, handal dan ramah lingkungan.
b. Mengusulkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)
Wilayah Sumatera Utara.
c. Memastikan program rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)
Wilayah Sumatera Utara dilaksanakan sesuai penetapan direksi.
d. Menetapkan kebijakan strategis terkait pengelolaan pengusahaan
pembangkitan, penditribusian dan penjualan tenaga listrik Wilayah
Sumatera Utara.
e. Menjamin pengelolaan kegiatan pengusahaan pembangkitan,
pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu
yang baik dalam upaya peningkatan pelayanan pelanggan.
f. Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu
termasuk menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya,
memonitor dan mengendalikan pelaksanaannya.
g. Memastikan pelaksanaan kebijakan pokok pengembangan mekanisme
h. Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan
manajemen resiko Wilayah Sumatera Utara.
i. Mengembangkan dan memelihara kompetensi anggota organisasi.
j. Menetapkan Laporan Manajemen Wilayah Sumatera Utara.
2. Manajer Bidang SDM dan Umum
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan manajemen
SDM berbasis kompetensi, pengembangan organisasi, evaluasi tingkat
organisasi unit, perencanaan tenaga kerja, dan anggaran kepegawaian,
pengelolaan data dan administrasi kepegawaian serta hubungan industrial.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Mengelola pengembangan organisasi.
b. Mengelola pengembangan sumber daya manusia.
c. Mengelola manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi.
d. Mengelola administrasi dan data kepegawaian.
e. Mengelola perencanaan tenaga kerja.
f. Mengelola perencanaan anggaran kepegawaian.
g. Mengelola evaluasi tingkat organisasi unit pelaksana dan sub unit
pelaksana.
h. Membina hubungan industrial.
3. Manajer Bidang Distribusi
Bertanggung jawab atas tersusunnya rencana operasi dan
pemeliharaan jaringan distribusi serta penerapan manajemen lingkungan dan
keselamatan ketenagalistrikan, menciptakan kerangka pelaksanaan kerja
sehingga dapat mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang efektif,
efisien, memenuhi tingkat mutu dan keandalan yang sesuai dengan standar
yang ditetapkan dan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Menyusun rencana kebijakan operasi dan pemeliharaan jaringan
distribusi.
b. Menyusun anggaran biaya operasi dan pemeliharaan jaringan
distribusi beserta sarananya.
c. Membuat pedoman pemeilharaan jaringan distribusi.
d. Menyusun rencana kebutuhan material dan jasa pemeliharaan jaringan
distribusi.
e. Mengendalikan pelaksanaan pemeliharaan jaringan distribusi.
f. Melaksanakan manajemen aset distribusi (updating DIJ, Relokasi,
Penghapusan).
g. Membina pelaksanaan manajemen lingkungan sesuai standar.
i. Menyusun usulan pengembangan, sarana komunikasi dan otomatisasi
operasi jaringan distribusi.
j. Melaksanakan analisa dan evaluasi terhadap gangguan jaringan
distribusi.
k. Melaksanakan analisa dan evaluasi terhadap susut energi listrik.
l. Membina pelaksanaan P2TL.
m. Menyusun dan mengendalikan operasi / pemeliharaan pembangkit
isolated Universi.
4. Manajer Bidang Perencanaan
Bertanggung jawab atas tersusunnya perencanaan kerja, sistem
menajemen kinerja, perencanaan investasi, pengembangan aplikasi sistem
informasi, untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang memiliki
efisiensi, mutu dan keandalan yang baik serta upaya pencapaian sasaran dan
ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Menyusun Rencana Umum Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL),
Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja
Anggaran Perusahaan (RKAP).
b. Menyusun rencana pengembangan sistem ketenagalistrikan.
d. Menyusun metoda evaluasi kelayakan investasi dan melakukan
penilaian finansialnya.
e. Mengembangkan hubungan kerjasama dengan pihak lain dan
penyandang dana, baik secara bilateral maupun miltilateral.
f. Menyusun rencana pengembangan sistem teknologi informasi dan
aplikasi pengembangan sistem informasi.
g. Mengendalikan aplikasi-aplikasi teknologi informasi.
h. Menyiapkan SOP pengelolaan aplikasi sistim informasi.
i. Menyusun laporan manajemen dan database pada Bidang
Perencanaan.
5. Manajer Bidang Keuangan
Bertanggung jawab atas penyelanggaraan keuangan sesuai dengan
pronsip-prinsip manajemen keuangan yang baik, pengelolaan pajak dan
asuransi yang efektif serta penyajian laporan keuangan dan akuntansi yang
akurat dan tepat waktu.
Rincian tugas pokok sebagai berikut :
a. Menyusun kebijakan anggaran dan proyeksi keuangan perusahaan.
b. Menyusun biaya perolehan pokok (BPP) per transaksi dan atau
perfungsi.
d. Mengendalikan aliran kas pendapatan.
e. Mengendalikan aliran kas pembiayaan.
f. Melakukan pengelolaan keuangan.
g. Melakukan analisis dan evaluasi laporan keuangan unit-unit.
h. Menyusun laporan konsolidasi.
i. Menyusun laporan rekonsiliasi keuangan.
j. Menyusun dan menganalisa kebijakan resiko dan penghapusan asset.
k. Melakukan pengelolaan pajak asuransi.
l. Membuat RKAP bersama bidang perencanaan danbidang lainnya.
m. Menyusun dan mengelola manajemen mutu dan menerapkan tata
kelola yang baik.
n. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.
6. Manajer Bidang Niaga dan Pelayanan Pelanggan
Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari
penjualan tenaga listrik, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada
kebutuhan pelanggan dan transaksi pembelian tenaga listrik yang
memberikan nilai tambah bagi Perusahaan, serta ketersediaan standar
pelaksanaan kerja dan tercapainya interaksi kerja yang baik antar unitunit
pelaksana.
a. Menyusun ketentuan dan strategi pemasaran.
b. Menyusun rencana penjualan energi dan rencana pendapatan.
c. Mengevaluasi harga jual energi listrik.
d. Menghitung biaya penyediaan tenaga listrik.
e. Menegosiasikan harga jual beli tenaga listrik.
f. Menyusun strategi dan pengembangan pelayanan pelanggan.
g. Menyusun standar dan produk pelayanan.
h. Menyusun ketentuan data induk (DIL) dan data induk saldo (DIS).
i. Menyusun konsep kebijakan sistem informasi pelayanan pelanggan.
j. Melakukan pengendalian DIS dan opname saldo piutang.
k. Mengkoordinasikan pelaksanaan penagihan kepada pelanggan tertentu
antara lain TNI/POLRI dan instansi vertikal.
l. Mengkaji pengelolaan pencatatan meter dan menyusun rencana
penyempurnaannya.
m. Menyusun mekanisme interaksi antar unit pelaksana.
n. Menyusun rencana pengembangan usaha baru serta pengaturannya.
o. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.
p. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.
q. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
D. Jaringan Usaha / Kegiatan
PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Bergerak dalam bidang
pendistribusian tenaga listrik Membawahi beberapa cabang yang memegang
beberapa rayon dan Ranting. Adapun PLN CABANG MEDAN yaitu terletak di jl.
Listrik Medan, PT. PLN Yang bergerak Dibidang Proyek Pembangkit dan
Jaringan Sumatera, Aceh dan Riau (PIKITRING SUAR) di Jl. DR.Cipto No 12
Medan, ada beberapa cabang dan rayon di Tanjung Pura, Pangkalan Brandan,
Brastagi, Tarutung, sibolga, dan akan berencana membuka Cabang Proyek
pembangkit Jaringan Di Nias.
E. Kinerja Usaha Terkini
Adapun Kinerja Usaha Terkini yang telah dicapai oleh PT. PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara adalah:
1. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah menjalin kerjasama
dengan PT. INALUM untuk mengatasi Defisit Produksi Listik.
2. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara pada saat ini telah mampu
meminimalisir Pencurian Arus Listrik dengan mengadakan Penertiban
F. Rencana Usaha
PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memegang beberapa cabang
yang bergerak dalam pendistribusian tenaga listrik. Adapun beberapa rencana
yang akan di realisasikan yaitu:
1. Menambah Proyek Pembangkit di Nias, Aceh dan beberapa daerah
lainnya.
2. Mengadakan pemasangan distribusi listrik ke desa-desa yang terpencil.
3. Membuat kesepakatan fokus penekanan distribusi dengan fokus akurasi
pengukuran. Dengan Langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa titik transaksi terukur dengan benar.
b. Memastikan bahwa Kwh terbaca dengan baik.
c. Meningkatkan kompetensi kualitas SDM pengukuran melalui
pelatihan.
4. Melaporkan Neraca alergi melalui fasilitas secara disiplin dan tepat
waktu.
5. Mencatat dan menghitung susut dengan jujur dan akurat.
Sedangkan mengenai fungsi pengintegrasian pada PT. PLN (Persero) ini
akan diatur dan dilaksanakan lebih baik lagi. Adapun strateginya dengan
meningkatkan kualitas SDM manejer Sumber Daya Manusia, Mencari cara untuk
memperhatikan minat, kemauan, kebutuhan, dan keluhan yang di alami oleh
karyawan. Selain itu juga PT. PLN (Persero) akan berusaha untuk memperkecil
terjadinya konflik dalam Perusahaan. Strategi yang digunakan adalah dengan
menambah pengawasan pada karyawan, dengan begitu diharapkan dapat
membantu meningkatkan proses integrasi guna meningkatkan produktifitas
BAB III
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA
A. Akuntansi Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan salah satu komponen aktiva yang berperan
penting dalam kegiatan usaha perusahaan. Aktiva tetap biasanya
menyangkut jumlah dana yang sangat besar dan untuk beberapa perusahaan
tertentu jumlah aktiva tetap adalah yang terbesar dibandingkan jenis aktiva
lainnya
Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tetapi pada
prinsipnya pengertian aktiva tetap ini memiliki makna dan tujuan yang
sama. Ada beberapa defenisi aktiva tetap yang diungkapkan oleh para ahli,
seperti defenisi aktiva tetap menurut Mulyadi (2001 : 591) menyebutkan
bahwa aktiva tetap adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan
dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan menghasilkan barang
dan jasa perusahaan.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (PSAK No. 17 : 1494, Revisi
2007), menyebutkan bahwa aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang
atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif.
b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Pengertian aktiva tetap dalam akuntansi yaitu semua aktiva berwujud
yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk membantu operasi
perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa. Menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 : No. 16)
dikemukakan defenisi aktiva tetap adalah sebagai berikut :
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk
siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam
operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”
Kieso, Weygandt dan Warfield (2001 : 500) mengemukakan :
“Property, plant, and equipment are properties of durable nature
used in the regular operation of the business”
Sesuai dengan definisi yang telah dikemukakan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) diatas tentang aktiva tetap, maka definisi aktiva tetap
menurut PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah disesuaikan
dengan standar akuntansi keuangan.
Dari definisi aktiva tetap di atas dinyatakan bahwa aktiva tetap
digunakan dalam bentuk operasi perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva tetap mempunyai usia
yang terbatas kecuali tanah, dan aktiva tetap bersifat non moneter dalam
artian masa manfaatnya diterima dari penggunaan atau penjualan jasa-jasa
dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang tertentu.
2. Penggolongan Aktiva Tetap
Dapat dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain:
1. Sudut Substansi
a. Aktiva berwujud (tangible assets) seperti tanah, gedung,
mesin, dan lain-lain.
b. Aktiva tidak berwujud (intangible assets) seperti hak cipta, hak
paten, franchise, dan lain-lain.
2. Sudut Disusutkan atau Tidak
a. Aktiva tetap yang dapat disusutkan (depreciated plant assets)
seperti gedung, mesin, peralatan, dan lain-lain.
b. Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan (undepreciated plant
assets) seperti tanah.
3. Berdasarkan Jenis
Aktiva tetap berdasarkan jenis seperti tanah, bangunan, gedung,
mesin, kenderaan, inventaris.
Sesuai dengan pengertian yang dikemukakan oleh Ikatan Alumni
ada pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah disesuaikan
dengan Standar Akuntansi Keuangan dimana aktiva tetap yang ada memiliki
ciri-ciri sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
yaitu berwujud dimiliki oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk
dijual kembali.
Beberapa aktiva tetap yang dimiliki oleh PT PLN (Persero) Wilayah
Sumatera Utara antara lain:
a. Bangunan gedung dan kelengkapan halaman
b. Peralatan kantor
c. Komputer
d. Kendaraan
3. Perolehan Aktiva Tetap
Dalam menjalankan aktivitasnya, suatu perusahaan dapat
memperoleh aktiva tetap dengan beberapa cara, yakni dengan pembelian,
disumbangkan (hadiah), dibangun sendiri.
1. Pembelian
Pembelian suatu aktiva tetap dapat dilakukan secara tunai dan
kredit. Secara tunai bisa dilakukan apabila perusahaan memiliki dana
yang cukup untuk memperolehnya. Dalam perkiraan, aktiva tetap
tersebut dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan sehubungan
dengan pembelian tersebut. Biaya-biaya yang dikapitalisasi sebagai
biaya-biaya terkait pembelian aktiva tetap tersebut seperti pajak penjualan,
biaya pengangkutan, asuransi dalam perjalanan, bea nama balik, dan
biaya pemasangan.
Dengan begitu aktiva tetap dapat diakui oleh perusahaan pada
saat aktiva tetap tersebut diterima sebesar harga perolehannya. Pajak
pertambahan nilai, ongkos angkut, asuransi selama aktiva dalam
perjalanan, fondasi khusus dan biaya pemasangan harus ditambahkan
ke harga pembelian tersebut ditambah biaya-biaya reparasi atau
perbaikan agar dapat dipakai. Nilai buku dari pihak yang dijual tidak
perlu diperhatikan.
Jika perusahaan melakukan pembelian secara kredit, maka
dalam aktiva tetap yang bersangkutan dicatat sebesar nilai tunainya.
Sedangkan selisih anatara nilai tunai dengan harga pembelian kredit
tersebut dianggap sebagai beban bunga. Unsur bunga dan financing cost
yang terdapat di dalamnya harus dikeluarkan dan diperlukan sebagai
biaya dalam periode dimana pembayaran itu terjadi. Oleh karena itu
harus dicatat dalam perkiraan beban bunga.
2. Aktiva Tetap yang Dihadiahkan
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dihadiahkan disebut
nonreciprocal transfer atau transfer yang tidak memerlukan umpan
balik. Aktiva ini wajib dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau
yang independen (appraisal company) dan dikredit modal donasi
(donate capital). Akltiva tetap yang dihadiahkan dicatat sebagai aktiva
apabila hak atas aktiva tetap tersebut sudah diterima. Apabila ada
biaya-biaya dalam rangka perolehan ini, maka dicatat sebagai resume
expenditure. Contohnya biaya surat-surat, akte, dan sebagainya.
3. Aktiva yang Dibangun Sendiri
Dalam memperoleh suatu aktiva terkadang dilakukan dengan
cara dibangun sendiri. Hal ini dikarenakan biaya perolehannya akan
lebih rendah, selain itu kualitas aktiva tetap akan lebih baik. Biaya
perolehan aktiva tetap meliputi seluruh biaya-biaya pembuatannya
termasuk bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead langsung
maupun tidak langsung yang merupakan biaya-biaya di luar biaya
operasional perusahaan sehari-hari. Menentukan jumlah overhead tidak
langsung yang akan dialokasikan pada aktiva yang dikerjakan bukanlah
hal yang mudah.
4. Penyusutan Aktiva Tetap
Menurut Sundjaja dan Barlian (2002;75) “Penyusutan adalah alokasi
jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang
diestimasi”.
Hal-hal yang menyebabkan penyusutan biasa diidentifikasikan
sebagai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik
Sedangkan penyusutan fungsional terjadi karena aktiva tetap yang dimaksud
tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat seperti yang
diharapkan.
Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan periodik
yang sama sepanjang umur aktiva. Metode unit produksi menghasilkan
jumlah beban penyusutan periodik beragam, tergantung dari tingkat
pemakaian aktiva. Metode saldo menurun menghasilkan jumlah penyusutan
yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal pemakaian aktiva, yang kemudian
terus menurun. Untuk alasan ini metode saldo menurun dinamakan
produktivitas atau kemampuan menghasilkan pendapatan dari aktiva terjadi
lebih tajam pada tahun-tahun awal pemakaian aktiva. Lebih jauh pemakaian
metode ini dapat dibenarkan dengan alasan bahwa reparasi cenderung
meningkat seiring dengan meningkatnya umur aktiva. Dengan demikian
berkurangnya jumlah penyusutan dalam tahun-tahun akhir, akan ditutupi
oleh meningkatnya beban reparasi.
Dalam perhitungan penyusutan aktiva tetap PT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara menggunakan metode garis lurus yang diatur
dalam SK No.054/DIRJ1988 dan telah dilaksanakan secara konsisten dari
tahun ke tahun. penyusutan dilakukan pada semua aktiva tetap yang dimiliki
Ada bebarapa alasan PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
membuat penyusutan terhadap aktiva tetap yaitu disebabkan oleh penuaan
fisik, dan perubahan teknologi.
1. Penuaan Fisik
Penyusutan dapat dikarenakan penggunaannya yang dipengaruhi
oleh cuaca maupun suhu seperti panas maupun dingin. Perawatan
secara rutin disertai pemeliharaan yang baik dapat menambah masa
manfaat dan penggunaan suatu aktiva tetap. Namun lambat laun seluruh
aktiva terkecuali tanah sewaktu-waktu harus diganti.
2. Perubahan Teknologi
Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat dari
aktiva tetap. Contohnya komputer, manfaat dari komputer dapat habis
sebelum masanya dikarenakan perubahan teknologi yang begitu cepat
ditambah lagi karena perusahaan mengikuti sistem yang ada di luar
negeri. Untuk menghitung beban penyusutan aktiva tetap PT PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Utara menggunakan metode garis lurus.
Metode penyusutan dengan garis lurus dianggap sederhana dan
relatif mudah ini diterapkan terhadap semua jenis aktiva tetap.
Pengalokasian dilakukan apabila aktiva tetap yang bersangkutan
benar-benar telah digunakan dalam aktivitas perusahaan. Bentuk persentase
penyusutan dari taksiran masa manfaat berbeda-beda sesuai dengan
5. Pengeluaran Selama Penggunaan Aktiva Tetap
Selama menggunakan aktiva tetap untuk kegiatan usahanya,
perusahaan seringkali mengadakan pengeluaran-pengeluaran yang
berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap tersebut.
Pengeluaran-pengeluaran tersebut biasanya ditujukan untuk :
1. Mempertahankan kesinambungan kerja
2. Menambah masa manfaat (umur ekonomis)
3. Meningkatkan kapasitas dan efisiensi
Pengeluaran-pengeluaran yang terjadi selama penggunaan aktiva
tetap dibagi dalam dua kategori yaitu :
a. Pengeluaran Modal
Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 162) menyatakan
“penggunaan setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau kemungkinan besar memberi
manfaat ekonomi dimasa yang akan datang dalam bentuk peningkatan
kapasitas, mutu, produksi, atau peningkatan, standar kinerja, harus
ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan”.
Sedangkan Skousen (2004 : 449) menyatakan “jika pengeluaran
dihapuskan akan memberi sumbangan terhadap upaya mendatangkan
pendapat lebih dari satu tahun fiskal, maka pengeluaran tersebut disebut
pengeluaran modal”.
Ikatan Akuntan Indonesia (2004 : 104) mengemukakan bahwa:
Pengeluaran untuk perbaikan atau perawatan aktiva tetap untuk
menjaga manfaat perekonomian pada masa yang akan datang yang
dapat diharapkan perusahaan untuk mempertahankan standar kinerja
semula suatu aktiva, biasanya diakui sebagai beban saat terjadi. Contoh,
biaya pengeluaran dan reparasi (servicing) atau turun mesin (over
houling) pabrik dan peralatan biasanya merupakan beban, karena
memelihara dan meningkatkan standar kinerja semula.
6. Penarikan Aktiva Tetap
Aktiva tetap perusahaan dapat dihentikan operasinya baik secara
normal maupun secara terpaksa. Aktiva tetap yang dihentikan
penggunaanya dapat disebabkan aktiva tetap sudah berakhir masa umurnya,
aktiva tetap rusak dan tidak dapt dipergunakan lagi oleh perusahaan.
Akibat yang timbul dari penghentian aktiva tetap beroperasi ini
adalah timbulnya kerugian atapun keuntungan. Menurut PSAK (2007 : 16)
“Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan
suatu aktiva tetap diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan
laba rugi”.
Penghentian aktiva tetap dapat berpengaruh langsung terhadap
proses produksi, untuk penggantian aktiva dengan yang baru tersebut.
Proses produksi dapat terganggu apabila ternyata aktiva tetap merupakan
Cara penarikan aktiva tetap yang dilakukan oleh PT PLN (Persero)
Wilayah Sumatera Utara dilakukan dengan cara dibuang, dijual, dan ditukar
dengan aktiva lain.
1. Dengan Cara Dibuang
Dibuang dalam hal ini lebih dimaksudkan dinonaktifkan. Hal ini
dikarenakan aktiva tetap tersebut sudah tidak fungsional lagi untuk
digunakan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan serta
sudah tidak memiliki nilai residu atau nilai pasar.
2. Dengan Cara Dijual
Penjualan aktiva tetap yang sudah tidak produktif lagi dapat
dilakukan secara tunai maupun secara kredit. Aktiva tetap yang sudah
tidak terpakai lagi dapat dijual lagi dengan cara lelang.
3. Dengan Cara Ditukar dengan Aktiva Lain
Dalam hal ini peralatan lama ditukar dengan peralatan baru yang
sama penggunaannya. Jika nilai tukar lebih besar daripada nilai buku,
maka diperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika nilai tukar lebih kecil
daripada nilai buku, berarti pertukaran tersebut mendatangkan kerugian.
B. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Widjajanto (2001 : 41) menyatakan bahwa sistem informasi akuntansi
perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang
terkoordinasikan secara erat yang didesain untuk mentransformasikan data
keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen”. Sistem Informasi
Akuntansi juga berperan sebagai pengaman harta kekayaan perusahaan. Apabila
dikaitkan pengertiannya sebagai suatu sistem, sistem akan terdiri dari rangkaian
input, proses, dan output. Menurut definisi, data adalah bahan baku informasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa informasi akuntansi disusun berdasarkan
input yang berupa data akuntansi.
C. Pengertian Pengendalian Internal
Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari
masing-masing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional
perusahaan atau organisasi tertentu. Perusahaan pada umumnya menggunakan
Sistem Pengendalian Internal untuk mengarahkan operasi perusahaan dan
mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.
Menurut Mulyadi (2002 : 181), menyatakan bahwa, “Sistem Pengendalian
Internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen,
dan personel lain, yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan yakni kendala pelaporan keuangan, kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi operasi”.
Menurut Niswonger Warren Reeve Fees (2000:183), “Pengendalian Internal
penyalahgunaan, memastikan bahwa informasi usaha akurat, dan memastikan
bahwa perundang-undangan serta peraturan dipatuhi sebagaimana mestinya.”
Berdasarkan pengertian-pengertian pengendalian internal diatas, kita dapat
memahami bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses yang terdiri dari
kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk dilaksanakan oleh orang-orang untuk
memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian tujuan-tujuan tertentu
yang saling berkaitan. Dengan adanya penerapan pengendalian intern dalam setiap
kegiatan operasi perusahaan, maka diharapkan tidak akan terjadi
tindakan-tindakan penyelewengan yang dapat merugikan perusahaan, misalnya
penggelapan baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja.
D. Unsur-unsur Pengendalian Intern Aktiva Tetap
Unsur-unsur pengendalian intern aktiva tetap adalah sebagi berikut:
1. Organisasi
Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang
melakukan pemisahan fungsi, berikut diuraikan organisasi sebagai unsur
pengendalian intern antara lain:
a. Fungsi pemakai harus terpakai dari fungsi akuntansi aktiva tetap.
Untuk mengawasi aktiva tetap dan pemakaiannya, fungsi yang
mencatat semua data yang bersangkutan dengan aktiva tetap harus
dipisah dari dungsi pemakai aktiva tetap.
b. Transaksi perolehan, penjualan, penghentian pemakaian aktiva tetap
secara independen. Untuk menciptakan pengecekan intern dalam
setiap transaksi yang mengubah aktiva tetap, unit organisasi dibentuk
sedemikian rupa sehingga tidak ada satupun transaksi yang
mengubah aktiva tetap yang dilaksansakan secara penuh hanya oleh
satu unit organisasi saja.
2. Sistem Otorisasi
Sistem otorisasi dirancang untuk memudahkan pengendalian intern
anggran pengadaan aktiva tetap, sistem otorisasi yang baik akan diuraikan
sebagai berikut:
a. Anggaran investasi diotorisasi oleh rapat umum pemegang saham.
Karena investasi dalam aktiva tetap umumnya meliputi jumlah
rupiah yang besar dan menyebabkan keterikatan dana dalam jangka
waktu yang lama, maka penggunaan anggaran investasi merupakan
sasaran yang baik sebagai alat pengendalian invesatasi dalam aktiva
tetap. Anggaran investasi dalam aktiva tetap ini diotorisasi oleh
pemilik perusahaan sebagai dasar dalam melaksanakan perubahan
terhadap rekening aktiva tetap.
b. Surat permintaan otorisasi investasi diotorisasi oleh direktur yang
bersangkutan. Setiap realisasi investasi yang tercantum dalam
anggaran investasi harus mendapat persetujuan dari direktur yang
bersangkutan sebelum disetujui pelaksanaannya oleh direktur utama
c. Surat permintaan otorisasi reparasi diotorisasi oleh direktur utama.
Surat otorisasi reparasi yang berisi persetujuan dilaksanakannya
pengeluaran modal harus mendapat persetujuan otorisasi oleh
direktur utama.
d. Surat perintah kerja diotorisasi oleh kepala departemen yang
bersangkutan. Work order yang berisi persetujuan dilaksanakannya
pengeluaran modal untuk pembanguna, reparasi, pembongkaran
aktiva tetap harus mendapat otorisasi oleh kepala departemen yang
bersangkutan.
e. Surat order pembelian diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Jika
jumlah harga beli aktiva tetap tinggi, otorisasi surat order pembelian
berada di tangan direktur utama.
f. Laporan penerimaan barang diotorisasi oleh fungsi penerimaan.
Laporan penerimaan aktiva tetap yang dikirimkan oleh pemasok
harus mendapat otorisasi oleh fungsi penerimaan.
g. Bukti kas keluar diotorisasi oleh fungsi akuntansi. Bukti kas keluar
yang berisi persetujuan dilaksanakannya pengeluaran kas untuk
pembayaran harga aktiva tetap yang dibeli harus mendapat otorisasi
oleh fungsi akuntansi.
h. Bukti memorial diotorisasi oleh fungsi akuntansi. Bukti memorial
aktiva tetap dan jurnal umum harus diotorisasi oleh kepala fungsi
akuntansi.
3. Prosedur Pencatatan
Perubahan kartu aktiva tetap harus didasarkan pada bukti kas keluar
dan bukti memorial yang dilampiri dengan dokumen pendukung yang
lengkap, yang diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. Setiap pemutakhiran
data yang dicatat dalam kartu aktiva tetap harus dilakukan oleh fungsi
akuntansi, dan harus didasarkan pada dokumen sumber yang diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang serta dilampiri dokumen pendukung yang sahih.
4. Praktik yang Sehat
Praktik yang sehat memudahkan pengendalian intern terhadap aktiva
tetap. Dalam melakukan pemeliharaan akttiva tetap perlu dilakukan
pencocokan aktiva tetap secara fisik dengan kartu aktiva tetap. Berikut
diuraikan pengendalian intern melalui praktik yang sehat antara lain:
a. Secara periodik dilakukan pencocokan fisik aktiva tetap dengan
kartu aktiva tetap. Pengawasan intern yang baik mensyaratkan data
dalam kartu aktiva tetap secara fisik.
b. Penggunaan anggaran investasi sebagai alat pengendalian investasi
dalam aktiva tetap. Pengawasan investasi dalam aktiva tetap yang
baik dilaksanakan dengan menggunakan perencanaan yang
setelah dilakukan telaah dan studi kelayakan terhadap ususlan
investasi.
c. Penutupan asuransi aktiva tetap terhadap kerugian. Untuk mencegah
kerugian yang timbul sebagai akibat kebakaran dan kecelakaan,
aktiva tetap harus diasuransikan dengan jumlah pertanggungan yang
memadai.
d. Kebijakan akuntansi tentang pemisahan pengeluaran modal (capital
expenditures) dengan pengeluaran pendapatan (revenue
expenditures). Kebijakan akuntansi tentang perbedaan pengeluaran
modal dan pengeluaran pendapatan harus dinyatakan secara eksplisit
dan tertulis untuk menjamin konsistensi perlakuan akuntansi
terhadap kedua macam pengeluaran tersebut.
Dalam hal ini PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah melakukan
seluruh unsur pengendalian intern seperti yang telah dikemukakan di atas.
E. Hubungan Sistem Informasi Akuntansi dengan Pengendalian Internal
Sistem informasi akuntansi dirancang sedemikian rupa oleh suatu
perusahaan sehingga dapat memenuhi fungsinya yaitu menghasilkan informasi
akuntansi yang tepat waktu, relevan dan dapat dipercaya. Dalam suatu sistem
informasi akuntansi terkandung unsur-unsur pengendalian, maka baik buruknya
sistem informasi akuntansi sangat mempengaruhi fungsi manajemen dalam
dijadikan salah satu dasar dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Mengingat begitu pentingnya penerapan
sistem informasi akuntansi dalam suatu perusahaan, maka tidak dapat
dibayangkan bagaimana jadinya kalau suatu perusahaan tidak memiliki sistem
informasi akuntansi yang memadai. Perusahaan tersebut mungkin tidak dapat
memproses transaksinya secara jelas, terinci dan terstruktur. Kemudian
perusahaan tersebut mungkin tidak akan memperoleh informasi yang relevan dan
dapat dipercaya yang diperlukannya untuk dijadikan dasar dalam mengambil
keputusan yang menyangkut aktivitas dan kelangsungan hidup perusahaan.
Selanjutnya karena sistem informasi akuntansi di dalamnya mengandung
unsur-unsur pengendalian, maka perusahaan mungkin tidak dapat menjalankan
pengendalian-pengendalian yang diterapkannya dengan baik. Karena
pengendalian tidak dijalankan dengan baik, tidak menutup kemungkinan
terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan kecurangan-kecurangan yang
dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja. Jika penyimpangan dan kecurangan
sudah terjadi otomatis aktiva yang dimiliki perusahaan terancam keselamatannya
dan aktivitas yang dilakukan menjadi tidak efektif dan efisien.
F. Prosedur Dokumen Aktiva Tetap 1. Struktur Kode Aktiva Tetap
Jika perusahaan memilki berbagai jenis aktiva tetap di berbagai lokasi,
memberikan informasi lengkap mengenai aktiva tetap. Di antara informasi
penting yang perlu dicerminkan dalam kode aktiva tetap adalah golongan
aktiva tetap, jenis aktiva tetap, lokasi portability, tahun perolehan, fungsi
yang bertanggung jawab dalam pemakaian aktiva tersebut. Oleh karena itu,
jika perusahaan menggunakan kode angka kelompok (group code), maka
berikut ini disajikan struktur kode aktiva tetap.
Contoh penggunaan kode aktiva tetap disajikan sebagai berikut:
X XX XX XX XX XX
Golongan aktiva tetap
Jenis ativa tetap
Tahun perolehan
Fungsi
Lokasi
Portability
Dalam hal ini PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah
menggunakan metode di atas dan dapat dilihat pada pemberian kode gudang
seperti di bawah ini:
Gedung 2 2 03 22101 0
Keterangan : 2 gedung, 2 gudang, 3 fungsi, 03 tahun perolehan, 2 Medan, 2
2. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang
mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap
adalah:
1. Kartu aktiva tetap
2. Jurnal umum
3. Register bukti kas keluar
Kartu Aktiva Tetap, yatitu catatan akuntansi yang merupakan buku
pembantu aktiva tetap yang digunakan untuk mencatat secara rinci segala
data yang bersangkutan dengan aktiva tetap tertentu.
Jurnal Umum, digunakan untuk mencatat transaksi harga pokok aktiva
tetap yang telah dibangun, biaya-biaya untuk pemasangan dan pembongkaran
aktiva tetap, penghentian pemakaian aktiva tetap, dan depresiasi aktiva tetap.
Register Bukti Kas Keluar, digunakan untuk mencatat transaksi
pembelian aktiva tetap dan pengeluaran modal yang berupa pengeluaran kas.
Dalam hal ini PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara telah
melakukan pencatatan akuntansi seperti yang diuraikan di atas.
3. Prosedur Dokumen Aktiva Tetap
Dokumen yang digunakan untuk merekam data transaksi yang
mengubah harga pokok aktiva tetap dan akumulasi depresiasi aktiva tetap
a. Surat permintaan otorisasi investasi (expenditures authorization
request). Karena investasi dalam aktiva tetap biasanya meliputi
jumlah rupiah yang relatif besar dan mencakup keterikatan dana
dalam jangka waktu yang relatif panjang, maka pengendalian aktiva
tetap dilakukan melalui perencanaan yang matang. Perencanaan
pengeluaran investasi dalam aktiva tetap dimulai dengan
diajukannya usulan investasi kepada manajemen puncak. Melalui
staff direksi, usulan investasi diteliti kelayakan teknis dan
ekonomisnya yang hasilnya dituangkan dalam laporan studi
kelayakan. Studi kelayakn tersebut digunakan untuk menyusun
anggaran investasi (capital budget) untuk disetujui / diotorisasi oleh
rapat umum pemegang saham. Untuk melaksanakan investasi yang
tercantum dalam anggaran investasi diperlukan dokumen untuk
meminta dana yang telah diizinkan oleh rapat umum pemegang
saham. Dokumen ini disebut surat permintaan otorisasi investasi.
b. Surat Permintaan Reparasi (authorization for repair), berfungsi
sebagai perintah dilakukannya reparasi yang merupakan pengeluaran
modal.
c. Surat Permintaan Transfer Aktiva Tetap, dokumen ini berfungsi
d. Surat Permintaan Penghentin Pemakaian Aktiva Tetap, dokumen ini
berfungsi sebagai permintaan dan pemberian otorisasi penghentian
pemakaian aktiva tetap.
e. Surat Perintah Kerja (work order), yaitu dokumen yang memiliki
dua fungsi yaitu sebagai perintah dilaksanakannya pekerjkaan
tertentu mengenai aktiva tetap dan sebagai catatan yang dipakai
untuk mengumpulkan biaya pembuatan aktiva tetap. Dokumen ini
digunakan sebagai perintah kerja pemasangan aktiva tetap yang
dibeli, pembongkaran aktiva tetap yang dihentikan pemakaiannya.
f. Surat Order Pembelian, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi
pembelian yang merupakan surat untuk memesan aktiva kepada
pemasok.
g. Laporan Penerimaan Barang, dokumen ini diterbitkan oleh fungsi
penerimaan setelah fungsi ini melakukan pemeriksaan kuantitas,
mutu, dan spesifikasi aktiva tetap yang diterima dari pemasok.
h. Faktur dari Pemasok, yaitu dokumen yang merupakan tagihan sari
pemassok atas aktiva tetap yang telah dibeli.
i. Bukti Kas Keluar, mmerupakan perintah pengeluaran kas yang
dibuat oleh fungsi akuntansi setelah dokumen surat permintaan
otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan penerimaan
barang, dan faktur dari pemasok diterima dan diperiksa oleh fungsi
j. Bukti Memorial, digunakan sebagai dokumen sumber untuk
pencatatan transaksi depresiasi aktiva tetap, harga pokok aktiva tetap
yang telah selesai dibangun, penghentian pemakaian aktiva tetap,
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
1. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang pembangunan pembangkit
jaringan listrik di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
2. Struktur organisasi pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara
adalah berbentuk garis lurus staf (line staff organization) yang sesuai
dengan kondisi perusahaan tersebut karena adanya General Manager
yang langsung memerintah dan memberikan petunjuk-petunjuk kepada
kepala bagian untuk diteruskan kepada bawahannya yang sudah
ditentukan berdasarkan spesialisasi tugas.
3. PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara memperoleh aktiva tetapnya
dengan tiga cara yakni dengan membeli dengan tunai, membuat sendiri,
dan pemberian atau hibah.
4. Dalam menetapkan beban penyusutan setiap periode, perusahaan ini
menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method)
untuk semua jenis aktiva tetap kecuali tanah dan hak atas tanah.
5. Penghentian dan pelepasan aktiva tetap telah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan. Pelepasan dilakukan karena tidak ada manfaat
pemakaian aktiva tetap dilakukan apabila aktiva tetap tersebut, dijual
ataupun telah rusak.
B. Saran
1. Penggolongan aktiva tetap yang tetap dan sistematis akan memudahkan
pencatatan dan pengawasan aktiva tetap. Hal ini perlu diteruskan
khususnya jika terjadi penambahan aktiva tetap.
2. Perusahaan perlu memperhatikan tingkat pemeliharaan terhadap aktiva
tetap dikarenakan pengeluaran untuk biaya penggantian terhitung cukup
besar. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyelewengan dan aktiva
tidak cepat rusak, sehingga pengeluaran biaya dapat diminimumkan
sekecil mungkin.
3. Mengingat nilai aktiva tetap yang cukup materil dan merupakan
perangkat yang mendominasi jalannya operasi perusahaan sebaiknya
pimpinan perusahaan mempertimbangkan kemungkinan
DAFTAR PUSTAKA
Hall, James A, 2009, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Keempat, Salmeba Empat, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2002, Akuntansi AktivaTetap, Edisi pertama, Penerbit PT. Raja Grafindo, Jakarta.
Mulyadi, 2002, Auditing, Buku Dua, Edisi Ke Enam, Salemba Empat, Jakarta.
Niswonger, Warren, Reeve, Fees, 2000, Prinsip-prinsip Akuntansi, Edisi 19, Penerjemah: Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Stice, Earl K., James D. Stice, dan K. Fred Skousen, 2004, Akuntansi Intermediate, Buku Satu, Edisi Kelima Belas, Alih Bahasa Safrida R. Parulian dan Ahmad Maulana, Salemba Empat, Jakarta.
Sundjaja, Ridwan dan Inge Barlian, 2002, Manajemen Keuangan Dua, Edisi Ketiga, PT Prenhallindo, Jakarta.
Warren, Carl S, James M. Reeve, Philip E. Fess, 2005, Pengantar Akuntansi, Terjemahan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, dan Taufik H, 2005, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.