• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lama Pengeringan dan Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Grifft.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Lama Pengeringan dan Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Grifft.)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN LAMA PENYIMPANAN

TERHADAP VIABILITAS DAN PERTUMBUHAN BENIH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff.)

SKRIPSI

Oleh :

IQBAL RIZLANSYAH BB 060301042

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH LAMA PENGERINGAN DAN LAMA PENYIMPANAN

TERHADAP VIABILITAS DAN PERTUMBUHAN BENIH ASAM GELUGUR (Garcinia atroviridis Griff.)

SKRIPSI

Oleh :

IQBAL RIZLANSYAH BB 060301042

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

(3)

ABSTRAK

IQBAL RIZLANSYAH BB: Pengaruh Lama Pengeringan dan Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Grifft.) dibimbing oleh T. CHAIRUN NISA dan JASMANI GINTING.

Pengaruh kombinasi lama pengeringan dan lama penyimpanan terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih asam gelugur belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Rumah Kasa dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – September 2010 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu lama pengeringan dengan 3 taraf (K0 = 0 hari, K1 = 1 hari, dan K2 = 2 har), lama penyimpanan dengan 3 taraf (S0 = 0 minggu, S1 = 1 minggu, S2 = 2 minggu,).

Hasil penelitian menunjukan lama pengeringan 1 hari dan 2 hari menurunkan viabilitas benih dengan daya kecambah turun hingga 13,33 % pada penyimpanan 2 minggu. Penyimpanan benih selama 2 minggu nyata menurunkan viabilitas benih asam gelugur dengan daya kecambah turun hingga 13,33% pada lama pengeringan 1 hari. Bobot kecambah terbaik 1,330 g dihasilkan pada kombinasi perlakuan tanpa pengeringan dan dan tanpa penyimpanan dengan persentase daya kecambah 83,330% dan kecambah normal 100,000%.

(4)

ABSTRACT

IQBAL RIZLANSYAH. Effect of Drying and Storage on Seed viability

and Growth Of Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Grifft.) supervised by T. CHAIRUN NISA and JASMANI GINTING.

Effect of combination of drying time and storage time on the viability of the seeds of asan gelugur has not been widely researched in this area. For that a

study has been conducted in the Greenhouse, Faculty of Agriculture USU ( + 25 m asl) March – Sept 2010 using a completely randomized design factorial

two factors are drying time with three levels (K0 = 0 day, K1 = 1 day and K2 = 2), periode of storage with three levels (S0 = 0 week, S1 = 1 weeks, S2 = 2).

The results showed that drying period for 1 days dan 2 days reduced seed viability with percentage of germination to13,33% when dried for 2 weeks. Seed storage during 2 weeks reduced seed viability with percentage of germination to13,33% when dried for two day. Highest seedling weight of 1,330 g was obtained at the combination treatment of without draying periode and without storage with 83,330% germination percentage and 100,000% normal seedlings.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Iqbal Rizlansyah Batubara dilahirkan di Bah Jambi pada tanggal 18 April 1989 dari Bapak Imransyah Batubara dan Ibu Nilawati. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 01 Bah Jambi lulus tahun 2000, SLTP Negeri 2 Siantar Bangun lulus tahun 2003,

SMA Negeri 4 Pematangsiantar lulus tahun 2006. Terdaftar sebagai mahasiswa Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006 melalui jalur SPMB.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Swt atas segala rahmat, ridho, dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Adapun judul penelitian yang dipilih adalah ”Pengaruh Lama Pengeringan dan Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Grifft).”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing dan

Bapak Ir. Jasmani Ginting, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membantu penulis selama penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Imransyah Batubara dan Ibunda Nilawati atas kasih sayang, dukungan, serta doanya. Kepada seluruh keluarga tercinta terima kasih atas segala doa dan dukungannya. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada sahabat terbaik saya Deli Rezkiyani Sagala dan buat teman teman saya M. Guntur. S, Heriza, Riki Sani Sitorus, Rizki Akbar, Mukhtar Yusuf AS, Ryan Iskandar, Abdul Rahman DP, Srinidiyanti Misrun, Adinda Khairani, T. Octifa Afriza, Lirih Dialusti, Ariany Syafitri, Adinda Nurul Huda, Masdelila, Aliza Giska dan semua teman-teman BDP ’06 yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(7)
(8)

Penanaman Benih ... 16

Pemeliharaan ... 16

Penyiraman ... 16

Penyiangan Gulma ... 17

Pengamatan Parameter ... 18

Kadar Air Benih (%) ... 17

Persentase Daya Kecambah (%) ... 17

Persentase Kecambah Normal (%) ... 17

Laju Perkecambahan (hari) ... 18

Tinggi Kecambah ... 18

Bobot Segar Kecambah (g)... 18

Bobot Kering Kecambah ... 18

Pola Perkecambahan ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan ... 33

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 38

Saran ... 38 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kadar air benih asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan ... 20

2. Laju perkecambahan asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan ... 22

3. Persentase daya kecambah asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan ... 24

4. Persentase kecambah normal asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan ... 26

5. Tinggi tanaman asam gelugur pada kombinasi perlakuan Lama Pengeringan dan lama penyimpanan ... 27

6. Bobot segar kecambah asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan ... 29

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Grafik Hubungan Antara Kadar Air Benih Dengan Lama Penyimpanan Pada Berbagai Taraf Lama Pengeringan ... 20 2. Grafik Hubungan Antara Kadar Air Benih Dengan Lama

Pengeringan Pada Berbagai Taraf Lama Penyimpanan ... 21 3. Grafik Hubungan Antara Laju Perkecambahan Dengan Lama

Peyimpanan Berbagai Taraf Pengeringan ... 22 4. Grafik Hubungan Antara Laju Perkecambahan Dengan Lama

Pengeringan Pada Berbagai Lama Penyimpanan ... 23 5. Grafik Hubungan Antara Persentase Daya Kecambah Dengan

Berbagai Taraf Lama Pengeringan ... 25 6. Grafik Hubungan Antara Persentase Daya Kecambah Dengan

Berbagai Taraf Lama Peyimpanan ... 25 7. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tanaman 8 MST Dengan Lama

Penyimpanan Pada Berbagai Lama Pengeringan ... 28 8. Grafik Hubungan Antara Tinggi Tanaman 8 MST Dengan Lama

Pengeringan Pada Berbagai Lama Penyimpanan ... 28 9. Grafik Hubungan Antara Bobot Segar Kecambah Dengan

berbagai taraf Lama Pengeringan ... 30 10. Grafik Hubungan Antara Bobot Segar Kecambah Dengan

Berbagai Taraf Lama Peyimpanan ... 30 11. Hubungan Bobot Kering Kecambah Pada Berbagai Taraf Lama

Pengeringan ... 32 12. Hubungan Bobot Kering Kecambah Pada Berbagai Taraf Lama

Penyimpanan ... 32

13. Pola Perkecambahan Tanaman Asam gelugur

(11)
(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Bagan Penelitian... 41

2. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 42

3. Data Pengamatan Kadar Air Benih ... 43

4. Sidik Ragam Kadar Air Benih ... 43

5. Data Pengamatan Laju Perkecambahan ... 44

6. Sidik Ragam Laju Perkecambahan ... 44

7. Data Pengamatan Persentase Daya Kecambah ... 45

8. Sidik Ragam Persentase Daya Kecambah ... 45

9. Data Pengamatan Persentase Kecambah Normal ... 46

10. Sidik Ragam Persentase Kecambah Normal ... 46

11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST ... 47

12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST ... 47

13. Data Pengamatan Bobot Segar Kecambah ... 48

14. Sidik Ragam Bobot Segar Kecambah ... 48

15. Data Pengamatan Bobot Kering Kecambah ... 49

16. Sidik Ragam Bobot Kering Kecambah ... 49

17. Rangkuman Data Penelitian... 50

(13)

ABSTRAK

IQBAL RIZLANSYAH BB: Pengaruh Lama Pengeringan dan Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Pertumbuhan Benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Grifft.) dibimbing oleh T. CHAIRUN NISA dan JASMANI GINTING.

Pengaruh kombinasi lama pengeringan dan lama penyimpanan terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih asam gelugur belum banyak diteliti di daerah ini. Untuk itu suatu penelitian telah dilakukan di Rumah Kasa dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – September 2010 menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2 faktor yaitu lama pengeringan dengan 3 taraf (K0 = 0 hari, K1 = 1 hari, dan K2 = 2 har), lama penyimpanan dengan 3 taraf (S0 = 0 minggu, S1 = 1 minggu, S2 = 2 minggu,).

Hasil penelitian menunjukan lama pengeringan 1 hari dan 2 hari menurunkan viabilitas benih dengan daya kecambah turun hingga 13,33 % pada penyimpanan 2 minggu. Penyimpanan benih selama 2 minggu nyata menurunkan viabilitas benih asam gelugur dengan daya kecambah turun hingga 13,33% pada lama pengeringan 1 hari. Bobot kecambah terbaik 1,330 g dihasilkan pada kombinasi perlakuan tanpa pengeringan dan dan tanpa penyimpanan dengan persentase daya kecambah 83,330% dan kecambah normal 100,000%.

(14)

ABSTRACT

IQBAL RIZLANSYAH. Effect of Drying and Storage on Seed viability

and Growth Of Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Grifft.) supervised by T. CHAIRUN NISA and JASMANI GINTING.

Effect of combination of drying time and storage time on the viability of the seeds of asan gelugur has not been widely researched in this area. For that a

study has been conducted in the Greenhouse, Faculty of Agriculture USU ( + 25 m asl) March – Sept 2010 using a completely randomized design factorial

two factors are drying time with three levels (K0 = 0 day, K1 = 1 day and K2 = 2), periode of storage with three levels (S0 = 0 week, S1 = 1 weeks, S2 = 2).

The results showed that drying period for 1 days dan 2 days reduced seed viability with percentage of germination to13,33% when dried for 2 weeks. Seed storage during 2 weeks reduced seed viability with percentage of germination to13,33% when dried for two day. Highest seedling weight of 1,330 g was obtained at the combination treatment of without draying periode and without storage with 83,330% germination percentage and 100,000% normal seedlings.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Garcinia atroviridis, yang dikenal sebagai Asam Gelugur ini adalah tanaman asli Semenanjung Malaysia. Daerah penyebaran asam gelugur di Indonesia adalah dari Aceh hingga Sumatera Selatan. Asam gelugur ini memiliki banyak manfaat seperti digunakan sebagai bumbu masakan, sebagai obat obatan, bahan dasar pembuatan kosmetik, dan juga bisa digunakan sebagai makanan ringan. Di Sumatera Utara asam gelugur digunakan sebagai bumbu masak dalam keadaan kering yang disebut asam potong. Malaysia mengimpor asam potong dari Sumatera Utara dengan mutu yang baik, yaitu asam potong yang tipis, kering, bersih, dan berkesan jernih. Jenis asam yang dikandung oleh asam gelugur ini dapat digunakan sebagai peluruh lemak setelah dibuat semacam minuman. Di Riau daun muda tanaman asam gelugur digunakan dalam pengobatan tradisional ibu-ibu setelah hamil (http://margalubai.blogspot.com, 2009).

(16)

Salah satu cara untuk mempertahankan keberadaan tanaman ini adalah meningkatkan minat masyarakat untuk membudidayakan tanaman ini. Namun kendalanya terdapat pada pendistribusian benih. Benih asam gelugur tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, ini dikarenakan jenis benih asam gelugur termasuk benih rekalsitran. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk dapat mempertahankan viabilitas benih asam gelugur dalam periode simpan yang sepanjang mungkin sehingga dapat ditanam kembali suatu saat apabila dibutuhkan (http://katalog.pdii.lipi.go.id, 2009).

Salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan benih adalah dengan cara menurunkan kadar air yang sesuai sehingga benih dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama tanpa menurunkan viabilitas benih. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengeringkan biji, pengeringan biji dapat dilakukan dibawah sinar matahari atau didalam ruangan (Sutopo, 1993).

Berapa lama benih dapat disimpan sangat tergantung pada kondisi benih dan lingkungannya sendiri. Beberapa tipe benih tidak mempunyai ketahanan untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama atau sering disebut benih rekalsitran. Sebaliknya benih ortodoks mempunyai daya simpan yang lama dan dalam kondisi penyimpanan yang sesuai dapat membentuk cadangan benih yang besar di tanah (Schmidt, 2000).

(17)

Berdasarkan uraian singkat diatas, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh lama pengeringan dan

penyimpanan terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff.).

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh lama pengeringan dan penyimpanan terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff.).

Hipotesis Penelitian

1. Pengeringan dapat mempertahankan viabilitas dan pertumbuhan benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff.) selama dalam penyimpanan 2. Penyimpanan dapat menurunkan viabilitas dan pertumbuhan benih Asam

Gelugur (Garcinia atroviridis Griff.).

3. Ada interaksi antara lama pengeringan dan penyimpanan terhadap

viabilitas dan pertumbuhan benih Asam Gelugur (Garcinia atroviridis Griff.).

Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut , (http://katalog.pdii.lipi.go.id, 2009) klasifikasi tanaman asam gelugur adalah :

Kingdom

Divisio

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas

Ordo

Famili

Genus

Spesies : Garcinia atroviridis Grift.

Asam Gelulur adalah pohon yang tumbuh pada ketinggian lebih dari 20 m dan memiliki batang panjang, warna abu-abu, memiliki kulit kayu yang halus. Dan memiliki ciri adanya getah yang berwarna kuning, putih, atau transparan (http://en.wikipedia.org/wiki/Garcinia_atroviridis, 2009).

Daun berseling berhadapan, umumnya daun muda berwarna merah muda dan daun dewasa berwarna hijau, mengkilap, panjang dan sempit dengan ujung runcing dan tepi terbalik (http://margalubai.blogspot.com/2009/09/asam-gelugur.html, 2009).

(19)

kelopak yang berwarna merah tua dan pada pinggir setiap kelopak berwarna kuning (Pangsuban dkk, 2007).

Buah asam gelugur terletak pada ujung ranting. Buah berbentuk bulat besar dengan diameter 7-10 cm dan buah bergelombang dan memiliki alur sebanyak 12-16 alur (Antony, 2009)

Garcinia tergolong dikotiledon tetapi bijinya tidak memiliki kotiledon. Ini merupakan salah satu ciri khas tanaman ini. Embrionya merupakan massa yang padat dan pada setiap biji terdapat lebih dari satu embrio (poliembrionik). Bijinya terbentuk secara apomiksis, yaitu bersal dari jaringan nusellus (http://katalog.pdii.lipi.go.id, 2009).

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman jenis Garcinia dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai dengan ketinggian 600 m di atas permukaan laut dan suhu antara 22-32° C. Daerah dengan curah hujan tinggi, antara 1.500-2.500 mm, dan merata sepanjang tahun merupakan tempat tumbuh yang disukainya (http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/21/budidaya-manggis, 2010).

(20)

Tanah

Tanaman asam gelugur sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun demikian untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, tanaman ini harus ditanam pada jenis tanah yang subur, gembur, aerasi dan drainasenya baik, serta mengandung pasir (misalnya tanah latosol) (http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/21/budidaya-manggis, 2010).

Tanah yang paling baik untuk budidaya asam gelugur adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya asam gelugur adalah 5–7 tetapi pada pH 4,5 pun tanaman asam gelugur dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium.. Untuk pertumbuhan tanaman asam gelugur memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50–200 m (Prihatman, 2000).

Pengeringan Benih

Pengeringan benih adalah salah satu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam benih dengan tujuan agar benih dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama (Sutopo, 1993).

(21)

Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih, dan salah satu tolak ukurnya adalah kadar air benih. Menurut Justice dan Bass (1994), kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih (Robi’in, 2007).

Menurut Sukarman dan M. Hasanah (2003) ada dua proses utama dalam pengeringan benih yaitu menguapkan air dari permukaan benih dan memindahkan air dari bagian dalam benih kepermukaan benih.Proses penurunan kadar air benih dapat dilaksanakan dengan berbagai metode seperti dikeringanginkan, penjemuran maupun dengan silika gel. Ketiga metode tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menurunkan kadar air (Djam’an dkk, 2006).

Pengeringan benih membutuhkan perpindahan panas karena benih hanya dapat dikeringkan dengan mengevaporasikan uap air dari bagian dalam kepermukaan. Jika evaporasi berlangsung secara cepat, maka tekanan kelembaban yang terjadi terlalu berlebihan dan akan merusak embrio benih dan menyebabkan kehilangan viabilitasnya (Justice dan Bass, 1994).

Pada biji kering angin (air dry seed) dengan kadar air yang sangat rendah masih terjadi proses pernapasan tetapi dengan kecepatan yang sangat rendah. Pada kecepatan pernapasan yang sangat rendah atau sama sekali tidak terjadi

pernapasan, kehidupan suatu biji dapat dipertahankan (diperpanjang) (Kamil, 1982)

(22)

tergantung dari species masing-masing, umtuk benih species dari daerah tropik

kadar air benih yang dianjurkan untuk penyimpanan adalah 20 – 35% dan suhu penyimpanan 12 – 15o C. kebanyakan benih rekalsitran hanya mampu disimpan beberapa hari sampai dengan beberapa bulan. Benih rekalsitran pada waktu masak, kadar air benih sekitar 30 – 70%

(http://hariopolije.blogspot.com/2009/04/hmmm.html, 2009)

Benih rekalsitran pada umumnya berukuran besar, benihnya tidak pernah kering walaupun benih tersebut telah masak, bila rontokpun benihnya selalu dalam keadaan lembab dan akan mati apabila kadar airnya dikurangi sampai dibawah titik kritis (Hasanah, 1988). Benih rekalsitran peka terhadap pengeringan dengan derajat kepekaanya bervariasi diantara spesies dengan kadar air benih yang berkisar 35-12 %. Contohnya benih kakao dengan kadar kritisnya adalah 26 % (Chin dan Black, 1989).

Pada umumnya, apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air, oksigen, suhu, dan cahaya dapat dipenuhi, biji bermutu tinggi (high vigor) akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal seedling). Tetapi karena pengaruh faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama pengujian perkecambahan atau sudah terbawa didalam biji, atau biji bermutu rendah (low vigor), kemungkinan kecambah yang dihasilkan tidak normal (Kamil, 1982).

Penyimpanan Benih

(23)

fisiologisnya sampai ditanam. Adapun tempat dan waktunya bisa terjadi ketika benih masih berada pada tanaman, di gudang penyimpanan atau dalam rangka pengiriman benih itu ke tempat atau daerah yang memerlukan. Selama dalam penyimpanan karena pengaruh beberapa faktor, mutu benih akan mengalami kemunduran (http://hariopolije.blogspot.com/2009/04/hmmm.html, 2009).

Periode penyimpanan terdiri dari penyimpanan jangka panjang, penyimpanan jangka menengah dan penyimpanan jangka pendek. Penyimpanan jangka panjang memiliki kisaran waktu puluhan tahun, sedangkan penyimpanan jangka menengah memilki kisaran waktu beberapa tahun, dan penyimpanan jangka pendek memiliki kisaran waktu kurang dari setahun. Tidak ada kisaran pasti dalam periode penyimpanan, hal ini disebabkan karena periode penyimpanan sangat tergantung dari jenis tanaman dan tipe benih itu sendiri (Siregar, 2000).

Sejauh ini pada garis besarnya terdapat pengelompokan benih atas dua tipe menurut daya simpannya, yakni tipe ortodoks dan tipe rekalsitran. Secara umum, tipe ortodoks memerlukan kadar air yang rendah atau lingkungan kelembaban yang rendah untuk penyimpananya, sedangkan tipe rekalsitran memerlukan kadar air atau kelembaban lingkungan yang sebaliknya dari tipe ortodoks (Mugnisjah dan Asep, 1995).

(24)

viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih (Widodo, 1991).

Tinggi rendahnya viabilitas dan vigor benih sebagai pembawaan dari baik atau tidaknya kondisi sewaktu pematangan fisik benih, akan mudah terpengaruh oleh faktor-faktor pada penyimpanan. Benih akan mengalami kecepatan kemundurannya tergantung dari tingginya faktor kelembaban relatif udara dan suhu. Hal ini dapat dikaitkan dengan hasil penelitian yang selanjutnya memiliki patokan sebagai berikut :

a. Bagi tiap terjadinya penurunan 1% pada kadar air benih, umur benih akan bertahan sampai 2 kali.

b. Bagi tiap terjadinya penurunan 50C suhu dalam penyimpanannya, maka umur benih akan bertahan sampai 2 kali.

(Kartasapoetra, 1992).

(25)

Selama penyimpanan benih akan mengalami kemunduran baik morfologi maupun fisiologi dan dengan berlangsungnya proses respirsi benih menghasilkan panas, air dan karbondioksida maka akan terjadi pengurangan zat makanan di dalam benih yang akhirnya benih akan menurunkan daya kecambah dan laju kecambah benih (Sadjad, 1993).

Dalam penyimpanan benih, kita juga harus memilih bahan kemasan yang akan kita gunakan dan kemampuan bahan kemasan tersebut dalam mempertahankan kadar air benih pada periode simpan yang dikehendaki. Berdasarkan penelitian Robi’in (2007) bahan kemasan yang paling baik adalah aluminium foil pada periode 2 minggu dengan kadar air 8,89%, pada periode simpan 4 minggu dengan kadar air 10,90%. Aluminium foil dapat digunakan sebagai kemasan benih, namun dalam aplikasinya harus dikombinasikan dengan bahan lain dan tetap mengacu pada sifat-sifat bahan kemasan yaitu impermeabilitas, kekuatan, ketebalan, dan keuletan sehingga dapat mempertahankan viabilitas benih.

Penyimpanan kedap udara selain berfungsi menghambat kegiatan biologis benih, juga berfungsi menekan pengaruh kondisi lingkungan seperti suhu dan kelembaban, serta mengurangi tersedianya oksigen, kontaminasi hama, kutu, jamur, bakteri dan kotoran. Kadar air awal dan kemasan sangat berpengaruh dalam mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan (Kartono, 2004).

(26)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m di atas permukaan laut, mulai bulan Maret sampai september bulan 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji asam gelugur sebagai objek pengamatan, top soil dan pasir sebagai media tanam, air untuk menyiram kecambah, fungisida Delsene MX 80 wp sebagai bahan untuk mencegah benih agar tidak berjamur pada saat penyimpanan, botol kaca dengan diameter 5,5 cm dan tinggi 9 cm serta aluminium foil sebagai wadah penyimpanan benih.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag ukuran 15 cm x 10 cm, terpal plastik untuk mengeringkan benih, oven, gembor untuk menyiram tanaman, timbangan analitik untuk mengukur bobot biji asam gelugur, cangkul untuk membersihkan lahan dari gulma dan alat tulis untuk mencatat data penelitian.

Metode Penelitian

(27)

Faktor I : lama pengeringan (K) dengan 3 taraf, yaitu: K0 = Tanpa pengeringan

K1 = 1 hari K2 = 2 hari

Faktor II : lama penyimpanan (S) dengan menggunakan 3 taraf, yaitu : S0 = tanpa penyimpanan

S1 = 1 minggu S2 = 2 minggu

Kombinasi Perlakuan :

K0S0 K1S0 K2S0

K0S1 K1S1 K2S1

K0S2 K1S2 K2S2

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah unit percobaan : 10 unit

Jumlah benih/unit : 20 benih

Jumlah benih dikecambahkan : 10 benih

Jumlah benih seluruhnya : 540 benih

(28)

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

i = 1,2,3 j = 1,2,3 k = 1,2,3

Yijk : hasil pengamatan dari perlakuan lama pengeringan taraf ke-i, dan lama penyimpanan pada taraf ke-j pada ulangan ke-k

µ : nilai tengah

αi : pengaruh perlakuan lama pengeringan pada taraf ke-i

βj : pengaruh perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-j

(αβ)ij : pengaruh interaksi perlakuan lama pengeringan pada taraf ke-i dan perlakuan lama penyimpanan pada taraf ke-j

εijk : respon galat pada ulangan ke-k yang mendapat perlakuan lama pengeringan pada taraf ke-i, lama penyimpanan pada taraf ke-j

Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis dengan

(29)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Sumber Benih

Benih yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah benih yang berasal dari Deli Tua, Kota Medan. Benih yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih yang telah matang yang ditandai dengan buah yang berwarna kuning.

Persiapan Lahan

Lahan dengan ukuran 8 m x 4 m dibersihkan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Lalu dibuat plot berukuran 100 cm x 50 cm dengan jarak antar plot dan jarak antar plot 20 cm dan jarak antar blok 30 cm.

Persiapan Media Perkecambahan

Untuk media perkecambahan yang digunakan adalah media top soil dicampur dengan pasir dengan perbandingan 1:1 dengan menggunakan polibag ukuran 1 kg. Sebelum digunakan terlebih dahulu pasir disterilkan dengan cara

digongseng selama ±30 menit untuk menghilangkan kontaminasi dari cendawan

dan bakteri.

Persiapan Benih

(30)

abu gosok. Biji yang digunakan sebagai benih adalah biji yang ukurannya seragam, berwarna kuning kecoklatan, tidak terserang cendawan.

Pengeringan Benih

Pengeringan dilakukan didalam ruangan Laboratorium Teknologi Benih. Benih dikeringkan sesuai dengan perlakuan. Benih dikeringanginkan dengan cara mendeder benih pada lantai yang dilapisi dengan karung goni.

Penyimpanan Benih

Pada penyimpanan, benih dibungkus dengan aluminium foil kemudian dimasukkan ke dalam botol kaca kemudian ditutup rapat. Lamanya benih disimpan disesuaikan dengan perlakuan.

Penanaman Benih

Penanaman benih dilakukan setelah benih disimpan sesuai dengan perlakuan pada media top soil dicampur pasir dengan perbandingan 1:1 dengan kedalaman 1 cm kemudian benih disiram.

Pemeliharaan

Penyiraman

(31)

Penyiangan Gulma

Penyiangan gulma dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh pada media tanam dan pada tiap plot perlakuan.

Pengamatan Parameter

Kadar Air Benih (%)

Benih yang belum dikeringkan atau benih yang baru dipanen, benih yang telah dikeringkan, dan benih yang telah disimpan di ambil masing-masing 10 benih sesuai dengan perlakuan lalu ditimbang bobotnya sebagai bobot segar benih. Kemudian benih diovenkan dengan suhu 1050C selama 24 jam sampai konstan, lalu ditimbang bobotnya sebagai bobot kering,dihitung dengan rumus :

% kadar air benih = (Kartasapoetra, 1992).

Persentase Daya Kecambah (%)

Persentase perkecambahan dihitung pada umur 8 MST setelah dikecambahkan, dihitung dengan rumus:

(Kartasapoetra, 1992).

(32)

Persentase Kecambah Normal (%)

Persentase benih yang berkecambah normal dihitung dengan cara membandingkan jumlah benih yang berkecambah normal dengan benih yang berkecambah.

(Kartasapoetra, 1992).

Laju Perkecambahan (hari)

Laju perkecambahan ini dinyatakan dalam rata-rata hari berkecambah, dihitung dengan rumus:

(Kartasapoetra, 1992). Tinggi Kecambah (cm)

Pengukuran tinggi kecambah dilakukan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan pada saat umur kecambah 4 MST dan diukur setiap 1 minggu sekali.

Bobot Segar Kecambah (g)

(33)

Bobot Kering Kecambah (g)

Bobot kering kecambah diukur setelah pengambilan data bobot segar kecambah. Dilakukan dengan menggunakan oven.

Pola Perkecambahan

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil sidik ragam yang diperoleh didapatkan hasil bahwa lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter kadar air benih, laju perkecambahan, persentase daya kecambah, bobot basah kecambah, bobot kering kecambah, dan tinggi tanaman 8 MST. Interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter kadar air benih, laju perkecambahan, dan tinggi tanaman, namun perlakuan lama pengeringan, lama penyimpanan dan interaksi antra lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata pada parameter persentase kecambah normal, Rangkuman data penelitian dapat dilihat pada Lampiran 14.

Kadar Air Benih (%)

Hasil pengamatan persentase kadar air benih setelah disimpan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan sidik ragam pada Lampiran 4 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan, lama penyimpanan , dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter kadar air benih.

(35)

Tabel 1. Kadar air benih asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengeringan, lama penyimpanan, dan interaksi antar lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter kadar air benih dengan rataan tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa pengeringan dan tanpa penyimpanan (K0S0) sebesar 35.000% dan terendah terdapat pada kombinasi perlakuan pengeringan 2 hari dan penyimpanan 2 minggu (K2S2) sebesar 8,793%.

Hubungan antara kadar air benih dengan perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

(36)

Pada Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara kadar air benih dengan lama penyimpanan pada berbagai taraf lama pengeringan membentuk model grafik kuadratik.

Gambar 2. Hubungan antara kadar air benih dengan lama pengeringan pada berbagai taraf lama penyimpanan.

Pada Gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara kadar air benih dengan lama pengeringan pada berbagai taraf lama penyimpanan membentuk model grafik kuadratik.

Laju Perkecambahan (hari)

Hasil pengamatanlaju perkecambahan dapat dilihat pada Lampiran 5 dan sidik ragam pada Lampiran 6 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter laju perkecambahan.

(37)

Tabel 2. Laju perkecambahan asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter laju perkecambahan dimana laju perkecambahan tercepat terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa pengeringan (K0) dengan tanpa penyimpanan (S0) sebesar 19.463 hari dan laju perkecambahan terlama terdapat pada kombinasi perlakuan pengeringan 2 hari (K2) dengan penyimpanan 2 minggu (S0) sebesar 30.333 hari.

Hubungan antara laju perkecambahan dengan perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4

(38)

Pada Gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara laju perkecambahan dengan lama penyimpanan pada berbagai lama pengeringan membentuk model grafik linier.

Gambar 4. Hubungan antara laju perkecambahan dengan lama pengeringan untuk berbagai taraf penyimpanan.

Pada Gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara laju perkecambahan dengan lama pengeringan untuk berbagai taraf lama penyimpanan membentuk model grafik kuadratik.

Persentase Daya Kecambah (%)

(39)

terhadap parameter persentase daya kecambah, namun interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata.

Rataan persentase daya kecambah asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Persentase daya kecambah asam gelugur pada kombinasi perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.

Persentase Daya Kecambah (%)

Lama Pengeringan (K) S0 = tanpa Lama Penyimpanan (S) Rataan penyimpanan

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris rataaan menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase daya kecambah dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa pengeringan (K0) sebesar 60,000% dan rataan terendah terdapat pada pengeringan 3 hari (K3) sebesar 28,889%. Perlakuan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter persentase daya kecambah dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa penyimpanan (S0) sebesar 63.333% dan terendah terdapat pada penyimpanan 2 hari (S2) sebesar 25.556%.

(40)

Gambar 5. Hubungan persentase daya kecambah dengan berbagai taraf lama pengeringan.

Pada Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa hubungan persentase daya kecambah dengan berbagai taraf lama pengeringan membentuk model grafik linier.

(41)

Pada Gambar 6 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara persentase daya kecambah dengan berbagai taraf lama penyimpanan membentuk model grafik linier.

Persentase Kecambah Normal (%)

Hasil pengamatan persentase kecambah normal dapat dilihat pada Lampiran 9 dan sidik ragam pada Lampiran 10 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter persentase kecambah normal.

Rataan persentase kecambah normal asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase kecambah normal asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.

Persentase Kecambah Normal (%)

Lama Pengeringan(K)

K0 = tanpa pengeringan 100.000 100.000 100.000 100.000

K1 = 1 hari 100.000 100.000 100.000 100.000

K2 = 2 hari 88.667 91.667 100.000 93.444

Rataan 96.222 97.222 100.000

(42)

Tinggi Tanaman (cm)

Hasil pengamatantinggi tanaman dapat dilihat pada Lampiran 11 dan sidik ragam pada Lampiran 12 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman.

Rataan tinggi tanaman asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tinggi tanaman asam gelugur pada kombinasi perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.

Tinggi Tanaman 8 MST(cm)

Lama Pengeringan (K)

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan lama pengeringan, perlakuan lama penyimpanan dan interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dimana tingi tanaman tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan pengeringan 1 hari (K1) dengan tanpa penyimpanan (S0) sebesar 5.1 cm dan tinggi tanaman terendah terdapat pada kombinasi perlakuan pengeringan 2 hari (K2) dengan penyimpanan 2 minggu (S2) sebesar 0.933333 cm.

(43)

Gambar 7. Hubungan antara tinggi tanaman 8 MST dengan lama penyimpanan Pada berbagai taraf lama pengeringan.

Pada Gambar 7 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara kadar air benih dengan lama penyimpanan pada berbagai taraf lama pengeringan membentuk model grafik linier.

(44)

Pada Gambar 8 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara kadar air benih dengan lama pengeringan pada berbagai taraf lama penyimpanan membentuk model grafik kuadratik.

Bobot Segar Kecambah (g)

Hasil pengamatan bobot segar kecambah dapat dilihat pada Lampiran 13 dan sidik ragam pada Lampiran 14 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar kecambah, namun interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot segar kecambah.

Rataan bobot segar kecambah asam gelugur pada kombinasi perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot segar kecambah 8 MST asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.

Bobot Segar Kecambah (g) Lama Pengeringan (K) Lama Penyimpanan

Rataan

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris rataan menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.

(45)

0.865 g dan terendah terdapat pada perlakuan pengeringan 2 hari (K2) sebesar 0,439 g.

Hubungan antara bobot segar kecambah dengan perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 9. Hubungan bobot segar kecambah dengan berbagai taraf perlakuan lama pengeringan

Pada Gambar 9 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara bobot segar kecambah dengan berbagai taraf perlakuan lama pengeringan membentuk model grafik linier.

(46)

Pada Gambar 10 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara bobot segar kecambah dengan berbagai taraf lama penyimpanan membentuk model grafik kuadratik dengan titik optimum terdapat pada 1,887 minggu dengan bobot basah kecambah sebesar 0,409 g.

Bobot Kering Kecambah (g)

Hasil pengamatan bobot kering kecambah dapat dilihat pada Lampiran 15 dan sidik ragam pada Lampiran 16 yang menunjukkan bahwa perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar kecambah, namun interaksi antara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot segar kecambah.

Rataan bobot kering kecambah asam gelugur pada kombinasi perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 7. Bobot kering kecambah asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan.

Bobot Kering Kecambah (g)

Lama Pengeringan (K)

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris rataan menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.

(47)

0.230 g dan terendah terdapat pada perlakuan pengeringan 2 hari (K2) sebesar 0,176 g.

Hubungan antara bobot kering kecambah dengan perlakuan lama

pengeringan dan lama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11. Hubungan bobot kering kecambah pada berbagai taraf perlakuan lama pengeringan

Pada Gambar 9 diatas dapat dilihat bahwa hubungan antara bobot segar kecambah dengan berbagai taraf perlakuan lama pengeringan membentuk model grafik linier.

(48)

Pola Perkecambahan

Pola perkecambahan tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Grfft.) dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Pola perkecambahan tanaman asam gelugur (Garcinia atroviridis Grifft)

Keterangan : I. Kulit benih II. Plumula III. Daun pertama IV. Koleoptil V. Daun VI. Radikula

(49)

Pembahasan

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada lama pengeringan dan lama penyimpanan benih berinteraksi menurunkan kadar air benih secara nyata. Hal ini tentu disebabkan karena semakin lama benih dikeringkan maka kadar air yang terkandung dalam benih semakin banyak yang menguap, sehingga kadar airnya semakin rendah. Ini sesuai dengan pernyataan Sutopo (1993) yang menyatakan bahwa Pengeringan benih adalah salah satu cara untuk mengurangi kandungan air di dalam benih dengan tujuan agar benih dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Penyimpanan hingga 2 minggu menurunkan kadar air benih (Tabel 1) mungkin disebabkan karena benih pada saat penyimpanan mengalami proses respirasi dan menghasilkan panas. Panas ini yang mungkin menyebabkan turunya kadar air benih. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadjad (1993) yang menyatakan bahwa selama penyimpanan benih akan mengalami kemunduran baik morfologi maupun fisiologi dan dengan berlangsungnya proses respirasi benih akan menghasilkan panas.

Laju perkecambahan benih asam gelugur adalah lambat, seperti terlihat dari Tabel 2, dan perlakuan pengeringan dan penyimpanan benih berinteraksi secara nyata lebih menurunkan lagi laju perkecambahan benih tersebut. Ini

menunjukkan bahwa asam gelugur termasuk tumbuhan yang tumbuh lambat (slow grower). Hal seperti ini juga ditemui pada berbagai tumbuhan pohon lain

(50)

diduga disebabkan karena semakin rendah kadar air benihnya maka semakin rendah mutu benih tersebut. Dari hasil pengamatan didapat kadar air benih berturut turut menurun pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan. Ini sesuai dengan pernyataan Schmidt (2000) bahwa tingkat toleransi benih rekalsitran tergantung dari species masing-masing, untuk benih species dari daerah tropik kadar air benih yang dianjurkan untuk penyimpanan adalah 20 – 35% dan suhu penyimpanan 12 – 15o C. Demikian Chin dan Black (1989) menyatakan bahwa benih rekalsitran peka terhadap pengeringan dengan derajat kepekaanya bervariasi diantara spesies dengan kadar air benih yang berkisar 35-12 %. Contohnya benih kakao dengan kadar air kritisnya adalah 26 %.

(51)

Sesuai dengan ini, maka dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa penyimpanan 2 minggu saja telah menurunkan viabilitas benih secara nyata dari 63,33 % menjadi 25,56 % (Tabel 3). Ini tentu disebabkan pada saat penyimpanan, benih mengalami kemunduran baik morfologi maupun fisiologi dan akibat proses respirasi benih akan terjadi pengurangan zat makanan di dalam benih yang

akhirnya benih akan menurunkan daya kecambah, sesuai pernyataan Sadjad (1993).

Umumnya kecambah yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki bentuk yang normal, yang ditandai dengan daun yang berwarna hijau segar, terdapat akar primer dan sekunder yang tumbuh baik. Namun pada kombinasi perlakuan pengeringan 2 hari dan tanpa penyimpanan, dan pengeringan 2 hari dan penyimpanan 1 minggu terdapat kecambah yang abnormal yaitu kecambah yang tumbuh dengan plumula yang bercabang. Diduga hal ini disebabkan benih yang terinfeksi jamur pada saat penyimpanan dan adanya benih yang mutunya kurang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Kamil (1982) yang menyatakan bahwa apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air, oksigen, suhu, dan cahaya dapat dipenuhi, biji bermutu tinggi (high vigor) akan menghasilkan kecambah atau bibit yang normal (normal seedling). Tetapi karena pengaruh faktor luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama pengujian

perkecambahan atau sudah terbawa didalam biji, atau biji bermutu rendah (low vigor), kemungkinan kecambah yang dihasilkan tidak normal.

(52)

akan lebih tinggi dibandingkan benih yang berkecambah belakangan. Dimana dari data hasil penelitian dapat dilihat interaksi anatara lama pengeringan dan lama penyimpanan berpengaruh nyata menurunkan parameter laju perkecambahan (Tabel 2).

Menurunya bobot segar dan bobot kering kecambah asam gelugur setelah perlakuan lama pengeringan dan penyimpanan dalam penelitian ini (Tabel 6,7) adalah sejalan dengan menurunya daya kecambah benih (Tabel 3). Hal ini kembali menunjukan bahwa benih asam gelugur mempunyai viabilitas paling baik adalah pada kombinasi tidak dikeringkan dan tidak disimpan (kontrol). Dismping itu menurunya bobot segar dan bobot kering kecambah akibat perlakuan pengeringan dan penyimpanan diduga juga berkaitan dengan semakin turunya laju perkecambahan benih (Tabel 2). Dengan semakin lambatnya benih berkecambah, maka yang berkecambah belakangan tentu mempunyai bobot segar dan bobot kering lebih kecil dibanding dengan yang berkecambah terlebih dahulu pada saat pengukuran 8 MST, sebagaimana dinyatakan Mugnisjah dan Asep (1994) bahwa gejala pertumbuhan ditunjukkan oleh potensi berkecambah, viabilitas benih, dan keserempakan berkecambah.

(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukan pengeringan tidak dapat mempertahankan

viabilitas dan pertumbuhan benih asam gelugur setelah penyimpanan 2 minggu. Viabilitas benih tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa

pengeringan dan tanpa penyimpanan sebesar 83,33 % dan menurun sejalan lamanya benih dikeringkan

2. Hasil penelitian menunjukan penyimpanan menurunkan viabilitas dan pertumbuhan benih asam gelugur, penyimpanan selama 2 minggu nyata menurunkan viabilitas benih asam gelugur dengan daya kecambah turun hingga 13,33% pada lama pengeringan 2 hari.

3. Bobot kecambah terbaik 1,330 g dihasilkan pada kombinasi perlakuan tanpa pengeringan dan dan tanpa penyimpanan dengan persentase daya kecambah 83,33% dengan kecambah normal 100,000%.

Saran

1. Perlu penelitian lanjutan agar diperoleh metode yang tepat dengan hasil yang baik, yaitu biji tahan lama disimpan serta memberikan persentase perkecambahan yang cukup tinggi dan pertumbuhan bibit yang baik.

2. Benih asam gelugur lebih baik tidak dikeringkan dan tidak disimpan tetapi langsung dikecambahkan agar mendapatkan hasil yang baik.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Antony, C., 2009. A review of Asam Gelugor (Garcinia atroviridis) Griff. www. dweck fls frsc frsh.com/P/P032/P3402.pdf[11 Desember 2009]

Chin, H. F., dan Black, M., 1989. Determination of Moisture Content of Recalsitrant Seeds by Microwave Technique. Departement of Agronomy and Horticulture, Malaysia in http://www,ishs.org.

Djam’an, D.F., D. Priadi dan E. Sudarmanowati. 2006. Penyimpanan Benih

Damar (Agathis damara Salisb.) dalam Nitrogen Cair.

www.unsjournals.com/D/D0702/D070215.pdf [4 Desember 2009]

Hasanah, M., 1988, Teori dan Karakteristik Benih Rekalsitran, Makalah, Pada Latihan Metodologi Penelitian Teknologi Benih I. BALITAN Sukamandi, Agustus – September 1988.

http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/21/budidaya-manggis, 2010. Budidaya Manggis. Diakses Tanggal 12 Desember 2009.

http://en.wikipedia.org/wiki/Garcinia_atroviridis, 2009. Garcinia atroviridis. Diakses Tanggal 12 Desember 2009.

http://hariopolije.blogspot.com/2009/04/hmmm.html, 2009. Penyimpanan Benih (Seed Storage). Diakses Tanggal 12 Desember 2009.

http://katalog.pdii.lipi.go.id, 2009. Koleksi Garcinia di Kebun Raya Bogor. Diakses Tanggal 12 Desember 2009.

http://margalubai.blogspot.com/2009/09/asam-gelugur.html, 2009. Asam Gelugur. Diakses Tanggal 12 Desember 2009.

Juctice, O. L. and L. V. Bass. 1994. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Terjemahan: Rennic. Rajawali Press, Jakarta.

Kartasapoetra, A. G., 1992. Teknologi Benih. Produksi Benih dan Penuntun Praktikum. Bina Aksara, Jakarta.

Kamil, J., 1982. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Jakarta.

(55)

Mugnisjah. W. Q. dan Asep, S., 1995. Pengantar Produksi Benih. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. PTRajaGrafindo Persada. Jakarta. Pangsuban, S., Noparat, B., Kamnoon, K., Charassri, N., 2007. An evaluation of

the sexual system of Garcinia atroviridis L. (Clusiaceae), based on reproductive features. Songklanakarin J. Sci. Technol., 2007.

Prihatman, K., 2000. Manggis. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS, Jakarta.

Purwanti. S., 2004. Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas

Benih Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning.

http://agrisci.ugm.ac.id/vol11_1/no4_kdlaihtm&knng.pdf [12 Desember 2009]

Robi’in. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan Pengaruhnya Terhadap Kadar Air Benih Jagung dalam Ruang Simpan Terbuka. www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt121073.pdf [12 Desember 2009] Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia, Jakarta.

Schmidt. L., 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub Tropis. Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Siregar, S. T., 2000. Penyimpanan Benih (Pengemasan dan Penyimpanan Benih). Balai Perbenihan Tanaman Hutan Palembang. Palembang.

Sukarman dan M. Hasanah., 2003. Perbaikan Mutu Benih Aneka Tanaman Perkebunan Melalui Cara Panen dan Penanganan Benih. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3213022.pdf [12 Desember 2009]

Sutopo, L., 1993. Teknologi Benih. Raja Grafindo, Jakarta.

(56)

Lampiran 3. Data pengamatan kadar air benih (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 4. Daftar sidik ragam kadar air benih

(57)

Lampiran 5. Data pengamatan laju perkecambahan benih (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 6. Daftar sidik ragam laju perkecambahan benih

(58)

Lampiran 7. Data pengamatan persentase daya perkecambahan benih (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Total 400.000 390.000 420.000 1210.000

Rataan 44.444 43.333 46.667 44.815

Lampiran 8. Daftar sidik ragam persentase daya perkecambahan benih

Sumber Db JK KT F.hit Ket F.05

Total 26.000 12674.074

(59)

Lampiran 9. Data pengamatan persentase kecambahan normal (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Total 900.000 900.000 841.000 2641.000

Rataan 100.000 100.000 93.444 97.815

Lampiran 10. Daftar sidik ragam persentase kecambahan normal

(60)

Lampiran 11. Data pengamatan tinggi tanaman 8 MST (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Rataan 3.248889 3.373333 3.107778 3.243333

Lampiran 12. Daftar sidik ragam tinggi tanaman 8 MST

Sumber Db JK KT F.hit Ket F.05

Galat 18 3.762733333 0.209041

(61)

Lampiran 13. Data pengamatan bobot segar kecambah (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 14. Daftar sidik ragam bobot segar kecambah

(62)

Lampiran 15. Data pengamatan bobot kering kecambah (g)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 16. Data sidik ragam bobot kering kecambah

(63)

Foto Penelitian

Gambar 14. Pengecambahan Benih

Gambar 15. Penyimpanan Benih

(64)

Kecambah Normal

Gambar

Gambar 1.  Hubungan antara  kadar air benih  dengan lama penyimpanan pada berbagai  taraf  lama pengeringan
Gambar 2.  Hubungan antara  kadar air benih  dengan lama pengeringan pada berbagai  taraf  lama penyimpanan
Tabel 2. Laju perkecambahan asam gelugur pada perlakuan lama pengeringan dan lama penyimpanan
Gambar 4.  Hubungan antara laju perkecambahan dengan lama pengeringan untuk berbagai taraf  penyimpanan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Interaksi antara konsentrasi kitosan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh berbeda tidak nyata terhadap semua parameter kecuali nilai uji organoleptik tekstur, warna dan aroma

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media simpan tidak berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan pertumbuhan semai mahoni, sementara lama penyimpanan yaitu laju

Pada Gambar 9, dapat dilihat bahwa perlakuan suhu dan lama pengeringan berpengaruh nyata terhadap penentuan kadar air bahan dimana semakin besar suhu dan lama pengeringan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan setek dan konsentrasi Growtone serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar

Dari analisis sidik ragam dapat dilihat suhu penyimpanan berbeda sangat nyata, sedangkan waktu penyimpanan dan interaksi antara suhu dengan lama waktu penyimpanan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan stum berpengaruh nyata pada parameter persentase tumbuh stum di lapangan, diameter tunas, jumlah daun,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media simpan tidak berpengaruh nyata terhadap viabilitas dan pertumbuhan semai mahoni, sementara lama penyimpanan yaitu laju

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan lama perendaman dan konsentrasi giberelin serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap daya berkecambah,