• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Pemangku Kepentingan Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi Pemangku Kepentingan Dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat"

Copied!
251
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Pemangku Kepentingan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

.

Bogor, Mei 2016

(4)
(5)

Dibimbing oleh DJUARA P LUBIS, DJOKO SUSANTO dan NINUK PURNANINGSIH.

Tuntutan dan tantangan di era demokratisasi dan otonomi daerah telah terjadi perubahan paradigma pembangunan dari sentralistik menjadi partisipatif. Pembangunan memberikan kesempatan lebih luas dan terbuka bagi aspirasi masyarakat di tingkat lokal melalui forum komunikasi antar pemangku kepentingan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Pemangku kepentingan adalah pelaku utama yang menentukan proses, pelaksanaan hasil dan evaluasi pembangunan dalam Musrenbang. Tujuan penelitian ini: (1) Mendeskripsikan kegiatan Musrenbang desa/kelurahan. (2) Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik pemangku kepentingan, aspirasi, dan akses media informasi dalam Musrenbang desa/kelurahan. (3) Menganalisis hubungan karakteristik pemangku kepentingan, aspirasi dan akses media informasi dengan intensitas komunikasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan. (4) Menganalisis efektivitas komunikasi dan kepuasan pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan.

Penelitian menggunakan metode campuran sekuensial (

) dengan tahapan penelitian dimulai dari metode kualitatif deskriptif dan studi kasus. Pengumpulan data kualitatif melalui observasi langsung, analisis dokumentasi dan wawancara dengan pemilihan informan secara

. Menggunakan analisis deskriptif, analisis interaktif dan analisis SWOT. Tahap selanjutnya menggunakan metode kuantitatif survei ekplanatif. Data kuantitatif melalui kuesioner dengan pengambilan sampel secara bertahap yaitu sampling klaster, rumus Slovin dan sampel berstrata. Menggunakan analisis uji Mann7Whitney dan uji korelasi Pearson dengan program SPSS 19.0, serta analisis jalur dengan program Lisrel 8.80. Lokasi penelitian di Desa Balokang dan Kelurahan Mekarsari di Kecamatan Banjar, Desa Rejasari dan Kelurahan Muktisari di Kecamatan Langensari di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat.

(6)

komunikasi deliberatif. (3) Faktor7faktor yang menentukan intensitas komunikasi pemangku kepentingan dalam proses dan pelaksanaan hasil Musrenbang adalah karakteristik pemangku kepentingan dari aspek pengalaman mengikuti Musrenbang dan intensitas mengakses media informasi dari surat resmi pemerintah desa/kelurahan dan papan pengumuman. Aspirasi berdasarkan hasil Musrenbang dusun/lingkungan menentukan intensitas komunikasi pemangku kepentingan dalam proses Musrenbang dan aspirasi yang sesuai dengan kepentingan masyarakat menentukan intensitas komunikasi dalam pelaksanaan hasil Musrenbang desa/kelurahan. (4) Karakteristik pemangku kepentingan pada tingkat pendidikan, pengalaman organisasi, pengalaman Musrenbang dan motif mengikuti Musrenbang untuk kepentingan masyarakat berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui dan partisipasi dalam Musrenbang desa/kelurahan. Motif mengikuti Musrenbang untuk kepentingan organisasi berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek mempercayai dan partisipasi dalam Musrenbang desa/kelurahan.

Aspirasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan berdasarkan program yang belum terlaksanakan dan kepentingan organisasi berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek partisipasi. Aspirasi berdasarkan usulan dari masyarakat berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui dan mempercayai. Aspirasi berdasarkan hasil Musrenbang dusun/lingkungan berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui dan partisipasi. Aspirasi berdasarkan besaran anggaran berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi dari aspek mempercayai dan partisipasi dalam Musrenbang desa/kelurahan.

Akses media informasi dari surat resmi dan papan pengumuman di kantor pemerintah desa/kelurahan berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui, mempercayai dan partisipasi dalam Musrenbang desa/kelurahan. Akses media informasi dari radio lokal berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui, akses media informasi dari spanduk dan baliho berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui dan partisipasi dalam Musrenbang desa/kelurahan.

Intensitas komunikasi pemangku kepentingan dengan pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi dalam Musrenbang desa/kelurahan pada aspek mempercayai dan aspek partisipasi. Berkomunikasi dengan perwakilan organisasi, fasilitator dan panitia penyelenggara berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui dalam Musrenbang desa/kelurahan.

Efektivitas komunikasi pada aspek mengetahui dan partisipasi berpengaruh terhadap kepuasan pemangku kepentingan dalam proses Musrenbang desa/kelurahan dan pelaksanaan hasil. Efektivitas komunikasi pada aspek mempercayai berpengaruh terhadap kepuasan dalam pelaksanaan hasil Musrenbang desa/kelurahan.

(7)

Planning Consultation Forum in Banjar City, West Java Province. Supervised by DJUARA P LUBIS, DJOKO SUSANTO and NINUK PURNANINGSIH.

Demands and challenges in the era of democratization and decentralization are the reasons why development paradigm has changed from centralized to participatory. The development have gives more opportunities for people at local level to express their aspirations through a communication forum among stakeholders in Development Planning Consultation Forum ( ). The stakeholders are the main actors of development that determine the process and the implementation of the results and evaluation of . The aims of this research are (1) To describe the activity. (2) To describe and analyze the characteristics of stakeholders, aspirations, and access of information media in at a village/urban community level. (3) To analyze the relation of stakeholders’ characteristics, aspirations, and access of information media with the intensity of stakeholders’ communication in at a village/urban community level. (4) To analyze the effectiveness of communication and the satisfaction of stakeholders in at a village/urban community level.

This study used sequential mixed methods that is the research stages are started from descriptive qualitative methods and case studies. Qualitative data were collected through direct observation, analysis of documents, and interviews, the informants had been chosen through purposive sampling. The study used descriptive analysis, interactive analysis, and SWOT analysis. The next stage used quantitative method of explanative survey. Quantitative data were collected through questionnaires and samples were taken gradually by using cluster sampling, Slovin formula, and stratified sampling. The study quantitative methods used Mann7Whitney analysis, Pearson corelational analysis with 19.0 SPSS program, and path analysis with 8.80 Lisrel program. The research took place in Balokang Village and Mekarsari Urban Community in Banjar Sub7district; and in Rejasari Village and Muktisari Urban Community in Langensari Sub7district, Banjar City, West Java Province.

(8)

are the characteristic of stakeholders from the aspect of experience in attending and the intensity in accessing information media like official letter from the village/urban community government and information board. Aspiration based on the results of at the hamlet level determined the intensity of stakeholders’ communication in the process of and the ones that were in accordance with people interests determined the intensity of communication in the implementation of the results of at the village/urban community level. (4) Stakeholders’ characteristic related to educational level, experience in joining organization, experience in attending at the village/urban community level, and the motive for attending that was for people interests affected the effectiveness of communication in the aspect of understanding and participation in at the village/urban community level. Meanwhile, motive for attending

that was for organization’s interests influenced the effectiveness of communication in the aspect of trust and participation in at the village/urban community level.

Stakeholders’ aspirations in at the village/urban community level based on programs that had not been realized yet and organization’s interest affected the effectiveness of communication in the aspect of participation. Aspirations based on the suggestion from society affected the effectiveness of communication in the aspect of understanding and trusting. Aspirations based on the results of at the hamlet level influenced the effectiveness of communication in the aspect of understanding and participation. Meanwhile the ones related to budget influenced the effectiveness of communication in the aspect of trust and participation in at the village/urban community level

The access of information media through official letters and announcement board in the village/urban community office affected the effectiveness of communication in the aspect of understanding, trusting and participation in at the village/urban community level. The access of information media through local radio affected the effectiveness of communication in the aspect of understanding, while banners and billboards affected the effectiveness of communication in the aspect of understanding and participation in at the village/urban community level

The intensity of stakeholders’ communication with the village/urban community government and public figures affected the effectiveness of communication during at the village/urban community level in the aspect of trust and participation. Their communication with the representatives of organizations, facilitator and organizers influenced the aspect of understanding in

at the village/urban community level

The effectiveness of communication in the aspect of understanding and participation affected stakeholders’ satisfaction in the process and results of the of at the village/urban community level. That in the aspect of trust influenced stakeholders’ satisfaction in the implementation of the results of the

at the village/urban community level.

(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang7Undang

! "

(10)
(11)

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

(12)

Penguji Luar Komisi

pada Ujian Tertutup : Prof Dr Engkus Kuswarno, MS (Guru Besar Ilmu Komunikasi Unpad)

Dr Ir Sarwititi Sarwoprasojo, MS (Dosen FEMA IPB)

Angota Luar Komisi

pada Sidang Promosi : Prof (Ris) Tri Ratnawati, PhD (Prof Riset Emeritus LIPI Jakarta) Dr Ir Sarwititi Sarwoprasojo, MS

(13)

Perencanaan Pembangunan di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat Nama : Adhi Iman Sulaiman

NIM : I362110031

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Djuara P Lubis, MS Ketua

Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM Anggota

Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Dr Ir Djuara P Lubis, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(14)
(15)

judul Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat. Disertasi menghasilkan rekomendasi bagi Musrenbang desa/kelurahan untuk dapat menjalankan konsep komunikasi deliberatif yaitu menyatukan program pembangunan yang partisipatif dan teknokratis secara dialogis serta egaliter untuk membangun pemahaman dan keputusan bersama secara mufakat. Maka penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada Yth:

1. Dr Ir Djuara P Lubis, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof (Ris) Dr Djoko Susanto, SKM dan Dr Ir Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang telah memberikan perhatian, motivasi, ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam proses penyusunan disertasi.

2. Ketua Porgram Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Dr Ir Djuara P Lubis, MS dan Wakil Ketua Program Studi KMP Dr Ir Amiruddin Saleh, MS, atas kebijakannya yang sangat membantu dalam proses studi dan penyelesaian disertasi 3. Prof Dr Engkus Kuswarno, MS (Guru Besar Ilmu Komunikasi Unpad, Prof (Ris) Tri

Ratnawati, PhD (Prof Riset Emeritus LIPI Jakarta) dan Dr Ir Sarwititi Sarwoprasojo, MS (Dosen FEMA IPB) atas waktu yang diberikan dan kesediaannya menjadi penguji luar serta saran yang sangat penting dan bermanfaat bagi disertasi ini.

4. Staf pengajar di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan atas ilmu pengetahuan dan pengalaman yang diberikan selama proses studi.

5. Sekretariat Prodi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (Ibu Lia Mulyawati S dan Ibu Hetti Setia) atas pelayanan prima, keramahan dan bantuan yang diberikan dalam proses studi dan penyelesaian disertasi.

6. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikian Tinggi (Ristekdikti) yang telah memberikan beasiswa selama delapan semester dan Yayasan Supersemar yang memberikan bantuan pada semester sembilan, semoga tetap dapat berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

7. Rektor Universitas Jenderal Soedirman dan Dekan FISIP Unsoed yang memberikan dukungan kebijakan dan bantuan untuk tugas belajar.

8. Prof Dr Engkus Kuswarno, MS (Guru Besar Ilmu Komunikasi Unpad), Prof Dr Ir Mas Yedi Sumaryadi, MS (Wakil Rektor I Unsoed) dan Prof Dr Imam Santoso, MSi (Guru Besar Sosiologi Politik Unsoed ) yang telah memberikan rekomendasi S3 di IPB 9. Orang Tua dan keluarga tercinta (istri dan anak) yang telah memberikan motivasi, doa,

dan waktu yang diberikan untuk penyelesaian studi ini.

10. Teman7teman seperjuangan KMP 2011 (Budhi Waskito, Dwi Agus Susilo, Dame Trully Gultom, Firdanianty, Sri Wahyuni, Natalina Nilamsari, Nurhayati dan Rahmawati) dan KMP 2010 dalam berbagi cerita dan pengalaman.

11. Kepada sahabat dan kolega Dr Bambang Kuncoro, MS, Drs Bambang Suswanto, MS, Ahmad Sabiq, SIP., MA, Dr Toto Sugito, MS, Dr Masrukin, MS, Waluyo Handoko, SIP.,MSc dan Dr Sofa Marwah, MSi (Tim Merapi dan Tim Pemberdayaan), Dadi Ahmadi, S.Sos., MIkom (LPPM Unisba), Dr Iwan Setiawan (Unpad), Suyitno, S.IP., MSi (Bappeda Kota Banjar), Chandra Firmanto, S.IP., MSi (Pemkot Banjar), dan Dewi Kania, ST (Pemprov Jawa Barat) atas kebaikan dan dukungannya dalam menyelesaikan studi ini serta disertasi.

12. Bappeda Kota Banjar, kepala desa dan kelurahan serta para pemangku kepentingan sebagai responden/informan di lokasi penelitian atas penerimaan, keramahan dan kerjasamanya ketika proses penelitian disertasi.

Semoga disertasi ini dapat bermanfaat untuk penelitian lanjutan, proses pengajaran kajian dan rekomendasi kebijakan khususnya tentang komunikasi pembangunan dan Musrenbang desa/kelurahan.

(16)
(17)

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Kebaruan Penelitian ($ ) 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Musrenbang dalam Tahapan Perencanaan Pembangunan 6

Musrenbang 7

Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan 8

Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang 9

Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan 10

Model Komunikasi Konvergensi 10

Komunikasi Deliberatif dalam Musrenbang 11

Karakteristik Individu 13

Aspirasi Pemangku Kepentingan 14

Media Informasi 15

Intensitas Komunikasi 15

Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang 16

Kepuasan dalam Musrenbang 18

Analisis Penelitian Terdahulu dan Kerangka Penelitian 19

Hipotesis 22

3 METODE PENELITIAN 23

Rancangan Penelitian 23

Lokasi Penelitian 24

Penentuan Informan 25

Pengumpulan Data Kualitatif 25

Analisis Data Kualitatif 25

Keabsahan Data Kualitatif 26

Populasi dan Sampel Penelitian Kuantitatif 27

Pengumpulan Data Kuantitatif 28

Instrumen Penelitian 29

Konsep dan Definisi Operasional 29

Validitas dan Reliabilitas 32

Analisis Data Kuantitatif 35

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 37

Kota Banjar sebagai Daerah Otonomi Baru 37

Gambaran Umum dan Sejarah Kota Banjar 37

Gambaran Umum Empat Lokasi Penelitian 41

(18)

Abstrak 44

44

Pendahuluan 45

Metode Penelitian 46

Hasil dan Pembahasan 47

Peserta Musrenbang Desa/Kelurahan di Lokasi Penelitian 47

Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan 49

Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan 58

Musrenbang sebagai Model Komunikasi Deliberatif 63

Simpulan 65

Saran 66

6 KARAKTERISTIK, ASPIRASI DAN AKSES MEDIA INFORMASI

DALAM MUSRENBANG DESA/KELURAHAN 67

Abstrak 67

68

Pendahuluan 68

Metode Penelitian 71

Hasil dan Pembahasan 71

Pembukaan Akses Penelitian dan Identitas Pemangku Kepentingan 71

Karakteristik Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang 76

Aspirasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang 85

Akses Media Informasi tentang Musrenbang 93

Strategi dalam Mendukung Kegiatan Musrenbang Desa/Kelurahan 103

Simpulan 107

Saran 108

7 HUBUNGAN KARAKTERISTIK, ASPIRASI DAN AKSES MEDIA INFORMASI DENGAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM

MUSRENBANG DESA/KELURAHAN 109

Abstrak 109

109

Pendahuluan 110

Metode Penelitian 112

Hasil dan Pembahasan 112

Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang 112 Hubungan Karakteristik dengan Intensitas Komunikasi dalam

Musrenbang 116

Hubungan Aspirasi dengan Intensitas Komunikasi dalam Musrenbang 118 Hubungan Media Informasi dengan Intensitas Komunikasi Musrenbang 121

Simpulan

Saran

(19)

Abstrak 126

126

Pendahuluan 127

Metode Penelitian 129

Hasil dan Pembahasan 129

Deskripsi Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan

dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 129

Pengaruh Karakteristik Pemangku Kepentingan terhadap Efektivitas

Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 140

Pengaruh Aspirasi Pemangku Kepentingan terhadap Efektivitas

Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 143

Pengaruh Akses Media Informasi terhadap Efektivitas Komunikasi

dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 147

Pengaruh Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan terhadap

Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 153 Kepuasan Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 158 Pengaruh Efektivitas Komunikasi terhadap Kepuasan dalam

Musrenbang Desa/Kelurahan 165

Pentingnya Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 169

Simpulan 174

Saran 175

9 PEMBAHASAN UMUM 176

Pelaksanaan Musrenbang Desa/Kelurahan 176

Karakterisrik Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang 179

Aspirasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang 180

Akses Media Informasi tentang Musrenbang 181

Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang 183 Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang 184 Kepuasan Pemangku Kepentingan dalam Proses dan Hasil Musrenbang 186

10 IMPLIKASI PENELITIAN 188

Implikasi Teoritis 188

Implikasi Bagi Penelitian Lanjutan 194

Implikasi Praktis 195

11 SIMPULAN DAN SARAN 196

Simpulan 196

Saran 200

(20)

1 Penentuan Populasi dan Sampel 28

2 Definisi Operasional 30

3 Hasil Uji Validitas 33

4 Hasil Uji Reliabilitas 34

5 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kota Banjar 39

6 Jumlah Penduduk Menurut Usia di Kora Banjar 39

7 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Lokasi Penelitian 8 Jumlah Penduduk Menurut Usia di Lokasi Penelitian

9 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Lokasi Penelitian 10 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Lokasi Penelitian

42 42 43 43 11 Status Pemangku Kepentingan sebagai Peserta Musrenbang

dalam Pembukaan 47

12 Sumber Pendanaan Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan 59

13 Program Pembangunan Bidang Pemerintahan 61

14 Program Pembangunan Bidang Sosial dan Budaya 15 Program Pembangunan Bidang Ekonomi

16 Program Pembangunan Bidang Infrastruktur/Fisik

17 Identitas Pemangku Kepentingan sebagai Peserta Musrenbang 18 Jumlah dan Persentase Karakteristik Pemangku Kepentingan 19 Analisis Uji Beda Karakteristik Pemangku Kepentingan

20 Jumlah dan Persentase Aspirasi yang diusulkan Pemangku Kepentingan 21 Jumlah dan Persentase Aspirasi yang dihasilkan Pemangku Kepentingan

62 22 Analisis Uji Beda Aspirasi Pemangku Kepentingan

23 Jumlah dan Persentase Media Informasi yang diakses Pemangku Kepentingan

24 Uji Beda Akses Media Informasi dalam Musrenbang

25 Analisis SWOT dan Strategi dalam Mendukung Desa/Kelurahan 26 Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang 27 Hubungan Karakteristik dengan Intensitas Komunikasi dalam Musrenbang 28 Hubungan Aspirasi dengan Intensitas Komunikasi dalam Proses

Musrenbang Desa/Kelurahan

29 Hubungan Aspirasi dengan Intensitas Komunikasi dalam Pelaksanaaan Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan

91 30 Hubungan Akses Media Informasi dengan Intensitas Komunikasi 122 31 Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dari Aspek Mengetahui 131 32 Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dari Aspek Mempercayai 136 33 Efektivitas Komunikasi Pemangku Kepentingan dari Aspek Partisipasi 138 34 Pengaruh Karakteristik Pemangku Kepentingan terhadap Efektivitas

Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 140

35 Pengaruh Aspirasi Pemangku Kepentingan terhadap Efektivitas

(21)

dalam Musrenbang Desa/Kelurahan

37 Pengaruh Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan terhadap

Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 154 38 Kepuasan Pemangku Kepentingan dalam Proses

Musrenbang Desa/Kelurahan 158

39 Kepuasan Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan Hasil Musrenbang 161 40 Pengaruh Efektivitas Komunikasi terhadap Kepuasan

Pemangku Kepentingan

dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 166

41 Hasil dekomposisi faktor7faktor yang mempengaruhi intensitas komunikasi,

efektivitas komunikasi dan kepuasan dalam Musrenbang desa/kelurahan 236

1 Kerangka Pemikiran 21

2 Komponen7Komponen Analisis Data Model Interaktif 26

3 Diagram Jalur Hubungan Kausal 35

4 Lokasi Penelitian 38

5 Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional 50

6 Arena Musrenbang Desa/Kelurahan pada Sesi Pendahuluan 53 7 Arena Musrenbang Desa/Kelurahan pada Sesi Musyawarah Kelompok 56 8 Strategi dalam Mendukung Musrenbang Desa/Kelurahan 106 9 Kerangka Pemikiran Intensitas Komunikasi Pemangku Kepentingan

dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 111

10 Kerangka Pemikiran Efektivitas Komunikasi dan Kepuasan

Pemangku Kepentingan dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 129 11 Pentingnya Efektivitas Komunikasi dalam Musrenbang Desa/Kelurahan 173

12 Diagram Jalur Hubungan Kausal 235

13 Model faktor7faktor yang mempengaruhi intensitas komunikasi,

(22)
(23)

Semangat demokrasi dan otonomi daerah menjadi tuntutan, kebutuhan dan tantangan dalam proses pembangunan di era pasca reformasi, dengan perubahan paradigma pembangunan dari sentralistik menjadi partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan.

Proses pembangunan melibatkan peran penting dari pemangku kepentingan ( ) baik perorangan maupun kelompok dan organisasi yang secara aktif terlibat dalam kegiatan, terkena dampak positif dan negatif dari hasil pelaksanaan kegiatan (Iqbal 2007, Nurcholis . 2009, Mardikanto 2010). Pemangku kepentingan dalam proses pembangunan memiliki peran sebagai pelaku pembangunan, komunikator pembangunan dan agen pembaharu atau %

dalam pembangunan (Nair & White 2004, Sumarto 2004, Dilla 2007, Leeuwis 2009, Nasution 2009, Mardikanto 2010).

Pemangku kepentingan melakukan komunikasi dalam pembangunan dengan berbagai pihak yaitu masyarakat dan pemerintah dalam proses musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) mulai dari tingkat desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota untuk mengatasi masalah, menentukan tujuan dan kesejahteraan bersama. Berdasarkan Undang7Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa Musrenbang adalah forum antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah.

Komunikasi diperlukan untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat yang memiliki kemampuan memecahkan masalahnya sendiri dan mengkondisikan masyarakat bebas berpendapat, berekspresi serta mengungkapkan diri secara terbuka (Sulistyowati . 2005). Brody dan Portney yang dikutip Hawkins dan Wang (2011) menyatakan secara teoritis dan empiris, kolaborasi partisipasi para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan, khususnya oleh penduduk setempat, sangat penting untuk perencanaan pembangunan dan pelaksanaan proyek yang berhasil.

(24)

Komunikasi pembangunan untuk perubahan sosial yaitu masyarakat menentukan kebutuhan dan perbaikan melalui proses dialog publik untuk mengidentifikasi masalah dan pengambilan keputusan secara bersama, serta implementasi solusi pada masalah pembangunan (Servaes 2008).

Musrenbang sebagai komunikasi pembangunan dari pemangku kepentingan sebagai perwakilan masyarakat diharapkan dapat dilaksanakan secara demokratis dan deliberatif. Gastil dan Black (2008) menyatakan konsep deliberatif, tidak hanya tentang substansi pertukaran pendapat, tetapi mengacu pada proses sosial untuk berkomunikasi secara bersama diantara peserta yang memiliki hak dan kesempatan yang sama. Nabatchi (2010a) menjelaskan dalam proses demokrasi deliberatif mentransformasikan pilihan dan nilai7nilai individu, sehingga keputusan dan kebijakan harus mewakili lebih dari agregasi kepentingan individu, artinya lebih mementingkan kepentingan bersama.

Hasil dari Musrenbang diharapkan menciptakan kepuasan di tingkat akar rumput ( ) yaitu pelayanan publik, pemberdayaan sumber daya dan kelembagaan untuk kesejahteraan bagi masyarakat di desa/kelurahan. Mahdavinejad dan Amini (2011) menyatakan landasan pembangunan berkelanjutan tidak cukup dengan merekonstruksi tetapi pentingnya partisipasi dan kepuasan masyarakat untuk memenuhi tujuan pembangunan. Menurut Alam (2012) pembangunan yang dilaksanakan harus dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat dan ketahanan budaya menjadi agenda pembangunan yang penting dan strategis dengan penetapan kebijakan yang efektif.

Terdapat permasalahan dalam proses dan pelaksanaan hasil Musrenbang yaitu Musrenbang masih bersifat formalitas tahunan, dominasi dari beberapa pemangku kepentingan dan belum efektifnya pencapaian program yang dihasilkan (Susanti 2009, Ma’rif . 2010, Satries 2011, Indrajat . 2012). Penurunan partisipasi peserta musyawarah dikarenakan pertimbangan tingkat pendapatan, pendidikan dan status sosial dilakukan secara random (Levine . 2005). Musyawarah telah menjadi fokus penting dari penelitian, teori, dan praktik, tetapi masih dalam konsep sempit dengan membatasi musyawarah dalam bentuk interaksi diskusi kelompok kecil yang terpisah dan tidak bersinergi (Gastil & Black 2008). Musyawarah masih terdapat masalah informasi dan penanganan masalah publik (Carcasson . 2010). Penerapan komunikasi interaksional masih kurang dari aspek kemampuan komunikasi, peranan komunikator, ketepatan realisasi pada program pembangunan dan intesitas pada unsur umpan balik (Salahuddin 2012). Musyawarah memiliki masalah dalam pengambilan suara terbanyak, hubungan yang tidak harmonis antar warga dan antara warga dengan pemerintah, serta ketidakmampuan pemerintah untuk mengatasi masalah kebijakan (Nabatchi 2014). Tahap pelaksanaan dalam Musrenbang desa tidak mendiskusikan kebutuhan yang menjadi perioritas program pembangunan dan pemerintah desa masih mendominasi usulan perioritas program pembangunan (Rafsanzani . 2013, Wirawan . 2015). Model perencanaan tidak mampu memuaskan semua pihak, karena desain Musrenbang masih sentralistis ( &

(25)

Berdasarkan permasalahan dalam musyawarah perencanaan pembangunan, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang komunikasi pemangku kepentingan dan efektivitas komunikasi dalam Musrenbang di tingkat desa dan kelurahan.

Komunikasi efektif memiliki kekuatan untuk memecahkan permasalahan dengan melibatkan individu secara bersama7sama, sehingga dapat meningkatkan kolaborasi suatu program kegiatan (Dainty . 2006). Komunikasi efektif menjadi faktor mendasar untuk membantu keterlibatan semua elemen dan strategi perubahan yang sesuai serta diterima semua pihak (Smith & Mounter 2008). Pengembangan studi tentang efektivitas musyawarah secara deliberatif seperti keterwakilan kelompok, kemampuan peserta untuk memberikan kontribusi dalam diskusi, menilai kualitas hasil musyawarah dan menetapkan kriteria untuk meningkatkan upaya evaluasi adalah unsur penting bagi kajian lanjutan (Carman

2015). Keefektifan komunikasi ditentukan oleh etos komunikator yang terdiri dari unsur (1) Kognisi ( ) sebagai proses memahami ( %

& ) yang menyangkut pikiran; Afeksi ( %% ) sebagai perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus dari luar; dan (3) Konasi ( ) sebagai upaya yang diusahakan atau tindakan (Effendy 2008).

! &'&( $ ( " )

Perumusan masalah penelitian berdasarkan permasalahan dari beberapa hasil penelitian yang telah dibahas dalam latar belakang penelitian dan hasil studi pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk pembukaan akses, perijinan, wawancara kepada informan penelitian, dokumentasi dan pengamatan langsung dalam Musrenbang tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan Kota Banjar pada Januari sampai Maret 2014 dan 2015. Hasil studi pendahuluan menunjukan pelaksanaan Musrenbang desa/kelurahan dalam proses komunikasi terdapat dominasi beberapa pemangku kepentingan yang memiliki keberanian dan kemampuan untuk berkomunikasi, peran fasilitator dan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau dinas pemerintah daerah yang kurang aktif melakukan komunikasi untuk memberikan informasi data penting tentang rencana pembangunan dalam proses Musrenbang desa/kelurahan. Belum efektifnya komunikasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan yaitu format usulan program pembangunan dan alokasi dana yang diusulkan masih berbeda7beda, sehingga masih terjadi ketidaksamaan dan kesalahfahaman. Hasil Musrenbang masih berorientasi pada bidang infrastruktur, pengadaan barang dan peralatan dibandingkan dengan pemberdayaan sumber daya ekonomi dan masyarakat.

(26)

1. Bagaimana kegiatan Musrenbang di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat?

2. Bagaimana karakteristik, aspirasi, dan akses media informasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat?

3. Bagaimana hubungan karakteristik, aspirasi dan akses media informasi dengan intensitas komunikasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat?

4. Bagaimana efektivitas komunikasi dan kepuasan pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan di Provinsi Jawa Barat?

&*& $ !$!"+ + $

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan kegiatan Musrenbang di Kota Banjar Provinsi Jawa Barat. 2. Mendeskripsikan dan menganalisis karakteristik, aspirasi, dan akses media

informasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan.

3. Menganalisis hubungan karakteristik, aspirasi dan akses media informasi dengan intensitas komunikasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan.

4. Menganalisis efektivitas komunikasi dan kepuasan pemangku kepentingan dalam Musrenbang desa/kelurahan.

$, !$!"+ + $

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif berupa temuan7temuan dan rekomendasi dari hasil penelitian yang bermanfaat, yaitu : 1. Manfaat Akademis, sebagai bahan kajian dan referensi bagi pengembangan

ilmu pengetahuan serta penelitian lanjutan khususnya tentang efektivitas komunikasi pemangku kepentingan dalam Musrenbang.

2. Manfaat Praktis, sebagai bahan referensi, kajian dan rekomendasi bagi pemangku kepentingan dalam proses perencanaan, pembuatan dan pengambilan kebijakan serta pelaksanaan pembangunan di daerah, khususnya mengenai komunikasi pembangunan dan Musrenbang.

!- & $ !$!"+ + $ . /

Hasil penelitian menghasilkan kebaruan dalam penelitian ini adalah

(27)

2. Musrenbang desa/kelurahan sebagai forum komunikasi pembangunan dari pemangku kepentingan yang mewakili masyarakat untuk mengaspirasikan dan menghasilkan rencana program pembangunan secara prosedur dapat dilaksanakan dengan baik dan konvergen, namun komunikasi deliberatif belum dapat dilaksanakan dengan masih kuatnya kewenangan teknokratis ( & ) dalam menentukan program pembangunan dan masih adanya dominasi dari beberapa pemangku kepentingan, sehingga jarak kekuasaan

( & ) masih besar.

3. Komunikasi yang terbuka, dialogis dan setara (egaliter) dalam Musrenbang desa/kelurahan untuk mengusulkan program pembangunan adalah bentuk pemberdayaan masyarakat lokal itu sendiri dan sebagai budaya kearifan lokal masyarakat.

(28)

&( !$- $% 0 " ' ) 1 $ ! !$2 $ $ !'- $%&$ $

Tahapan perencanaan pembangunan nasional meliputi penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana, dan evaluasi pelaksanaan rencana (dalam Pasal 8 Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional). Penjelasannya: (1) Tahap penyusunan rencana, dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari empat langkah di antaranya (i) Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan terukur. Masing7masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. (ii) Musyawarah perencanaan pembangunan melibatkan masyarakat yaitu pemangku kepentingan untuk menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing7masing jenjang pemerintahan; (iii) Penyusunan rancangan akhir program pembangunan. (2) Tahap penetapan rencana pembangunan menjadi produk hukum untuk mengikat semua pihak melaksanakannya. (3) Tahap pengendalian pelaksanaan rencana dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan7 kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana. (4) Tahap evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan (Susanti 2009).

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) merupakan bagian dari tahapan pertama mengenai penyusunan rencana setelah kegiatan pelaksanaan penyiapan rancangan awal rencana pembangunan yang teknokratik oleh pemerintah dengan partisipatif dengan melibatkan pemangku kepentingan sebagai perwakilan masyarakat. Musrenbang terdiri dari beberapa level pelaksanaan, yaitu (1) Level penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun. (2) Level penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk periode 5 (lima) tahun. (3) Level penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Nasional atau disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP) untuk tingkat nasional dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

(29)

&( !$- $%

Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan daerah. Pada sistem perencanaan pembangunan nasional terdapat satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana7rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota (Undang7Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional).

Nurcholis . (2009) menjelaskan jenis Musrenbang sebagai berikut: , Musrenbang Desa/Kelurahan yang dilaksanakan pada bulan Januari adalah (1) Forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan ' ( desa/kelurahan (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa/kelurahan dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya; (2) Musrenbang Desa/Kelurahan dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah desa/kelurahan, kinerja implementasi rencana kegiatan tahun berjalan, serta masukan dari narasumber dan peserta yang menggambarkan permasalahan nyata yang sedang dihadapi. , Musrenbang Kecamatan yang dilaksanakan pada bulan Februari adalah forum musyawarah pemangku kepentingan kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa/kelurahan serta menyepakati kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan tersebut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) kabupaten/kota pada tahun berikutnya. , Musrenbang Kabupaten/Kota yang dilaksanakan bulan Maret merupakan usulan yang dibuat satuan kerja pemerintah daerah (Renja SKPD) yang dicocokkan dengan usulan dari tiap kecamatan. SKPD harus mengacu pada visi dan misi kabupaten/kota. Proses ini menghasilkan tiga agenda yaitu: (1) Agenda Masyarakat adalah kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan dan dikelola oleh masyarakat sendiri, pihak pemerintah menjadi fasilitator dan tidak mengintervensi ke komunitas. (2) Agenda Kemitraan, yang mencakup kegiatan pembangunan yang ditangani bersama oleh masyarakat, pemerintah dan atau swasta. Pemerintah kabupaten/kota harus pro aktif mencari mitra yang dapat membantu merealisasikan usulan proyek. (3) Agenda Pemerintah kabupaten/kota, merupakan rangkaian rencana kegiatan yang akan dilaksanakan langsung oleh pemerintah kabupaten/kota.

(30)

!' $%#& !1!$ +$% $ 0 " ' !'- $%&$ $

Pemangku kepentingan berawal dari kajian bidang menejemen suatu perusahaan atau organisasi bisnis dan pada program

(CSR), sebagaimana beberapa definisi tentang pemangku kepentingan dalam Mitchell . (2010) dan menurut Dempsey ( Littlejohn & Foss 2009), pemangku kepentingan memiliki latar belakang atau konsep dasar di dalam studi bisnis dan organisasi serta merupakan istilah umum yang menggambarkan upaya untuk mengidentifikasi, menjelaskan, dan mengkaji hubungan serta tanggung jawab organisasi, termasuk bagi aktor atau pelaku lainnya.

Pemangku kepentingan dapat didefiniskan sebagai organisasi, kelompok dan individu yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi dalam pencapaian tujuan organisasi. Rhenman yang dikutip Freeman . (2010) mendefiniskan pemangku kepentingan sebagai kelompok atau individu dalam organisasi yang memiliki ketergantungan untuk melanjutkan keberlangsungan jalannya suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan kepentingan dan eksistensinya. Slemp

. (2012) menyatakan komunitas pemangku kepentingan di daerah antara perkotaan dan pedesaan adalah pengambil keputusan di tingkat lokal, para profesional, pendidik, perwakilan dari pembisnis dan produsen (seperti pada bidang pertanian) yang menentukan pertumbuhan dan kualitas hidup di daerahnya.

Pemangku kepentingan dalam pembangunan dapat berperan sebagai aktor atau pelaku dan agen pembaharu dalam pembangunan. Sumarto (2004) menjelaskan pembangunan sebagai proses interaksi (komunikasi) dan aksi (tindakan) yang terencana untuk lebih menyejahterakan kehidupan, tidak lepas dari peran aktor pembangunan itu sendiri. Aktor pembangunan yang dimaksud adalah para pemangku kepentingan atau pemangku kepentingan yang beraspirasi, mengakomodasi, bernegosiasi, melakukan loby dan sosialisasi, membuat perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi pembangunan. Karena dalam komunikasi pembangunan melibatkan pemangku kepentingan pembangunan, yaitu semua individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan, terlibat atau dipengaruhi (secara positif maupun negatif) oleh suatu kegiatan atau program pembangunan. Menurut Mardikanto (2010) terdapat pelaku7pelaku pembangunan yang disebut pemangku kepentingan atau

Komunikasi untuk pembangunan mensyaratkan ada pelaku pembangunan ( ) harus terlibat dalam struktur yang berasal dari masyarakat dalam setiap tingkat proses dari perencanaan dan pelaksanaan proyek7proyek pembangunan (Buddenhagen & Baldwin 2011).

(31)

!' $%#& !1!$ +$% $ 0 " ' &( !$- $%

Konsep pemangku kepentingan juga dapat diadopsi dan digunakan untuk kebutuhan penelitian ini yaitu dalam konteks komunikasi pembangunan yang banyak disebut dengan istilah pemangku kepentingan atau pihak7pihak yang berkepentingan. Menurut Iqbal (2007) pemangku kepentingan adalah perorangan dan kelompok yang secara aktif terlibat dalam kegiatan, atau yang terkena dampak, baik positif maupun negatif, dari hasil pelaksanaan kegiatan. Nurcholis

. (2009) menjelaskan pemangku kepentingan sebagai pihak7pihak yang berkepentingan dan mempunyai keterkaitan terhadap hasil dan dampak perencanaan pembangunan. Mardikanto (2010) menyatakan pelaku7pelaku pembangunan disebut pemangku kepentingan atau .

Konsep pemangku kepentingan yang di sebut pemangku kepentingan, terdapat di dalam beberapa peraturan, seperti pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, bahwa pemangku kepentingan ' ( adalah pihak7pihak yang terkait dalam kegiatan Musrenbang yaitu berasal dari semua aparat penyelenggara Negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), masyarakat, kaum rohaniwan, pemilik usaha, kelompok profesional, organisasi non7pemerintah, dan lain7lain.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor. 0507187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musrenbang, bahwa pemangku kepentingan atau pemangku kepentingan adalah pihak7pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari pelaksanaan pembangunan. Pemangku kepentingan dapat berupa kelompok, organisasi, dan individu yang memiliki kepentingan/pengaruh dalam proses pengambilan keputusan/ pelaksanaan pembangunan.

Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor 0008/M.PPN/01/20077050/264A/SJ tentang Petunjuk Teknik Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tahun 2007 bahwa para pemangku kepentingan atau dalam konteks Musrenbang desa dan kelurahan adalah pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa atau kelurahan dan pihak yang akan terkena dampak hasil Musrenbang desa dan kelurahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan PP tersebut, bahwa pemangku kepentingan adalah pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.

(32)

3'&$+# (+ !' $%#& !1!$ +$% $ 0 " ' !'- $%&$ $

Komunikasi pembangunan harus dilakukan bukan sebagai pesan komunikasi saja, melainkan sebagai dialog emansipasi yang egaliter dari pelaku pembangunan (Melkote 2001). Pembangunan sebagai proses komunikasi dan aksi (tindakan) yang terencana untuk lebih mensejahterakan kehidupan, yang tidak lepas dari peran aktor pembangunan itu sendiri (Sumarto 2004).

Menurut Nair dan White (2004) para komunikator pembangunan akan berusaha mengolah pengetahuan untuk memberikan masukan dan sosialisasi kepada publik. Flor (2004) menyatakan pemahaman bersama antara stakeholder merupakan antisipasi terbaik untuk meredakan konflik lingkungan yang kritis dan penting. Dilla (2007) menjelaskan strategi komunikasi dalam perubahan sosial dan pembangunan, dibutuhkan langkah7langkah operasional dalam penerapannya dengan melibatkan berbagai pihak yang berkompeten dan berkepentingan yaitu stakeholder, sehingga seluruh program pembangunan bisa berjalan sesuai dengan tujuannya. Nasution (2009) menyatakan usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakan dan menyebarluaskan proses perubahan tersebutyaitu agen perubahan (

).

Komunikasi merupakan sebuah proses penting dimana pelaku ( ) bertukar pengalaman, ide dan konstruksi makna, maka komunikasi menjadi pendukung untuk pengembangan pengetahuan (Leeuwis 2009). Komunikasi dalam pembangunan menjadi penting bagi semua untuk menggerakkan masyarakat dan kepedulian pada masyarakat. Pembangunan memerlukan sosialisasi pada masyarakat melalui proses komunikasi sehingga pertukaran informasi terjadi dan proses edukasi (Pambudi 2009).

Pendekatan yang lebih efektif dalam kerangka komunikasi yaitu proses interaktif yang melibatkan memahami konteks sosial politik, proses pembangunan (Dasgupta 2009). Komunikasi pembangunan dapat diartikan sebagai proses interaksi seluruh pemangku kepentingan untuk tumbuhnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan menggerakan serta mengambangkan partisipasi mereka dalam proses perubahan terencana demi perbaikan mutu hidup segenap warga masyarakat secara berkesinambungan, melalui optimalisasi sumber daya yang dapat dimanfaatkan, dengan menggunakan teknologi atau menerapkan inovasi yang sudah terpilih (Mardikanto 2010). Pelaku pembangunan ( ) yang terlibat harus berasal dari masyarakat dalam setiap tingkat proses pembangunan dari perencanaan sampai pelaksanaan pembangunan (Buddenhagen 2011).

30!" 3'&$+# (+ 3$4! %!$(+

(33)

Model dibuat untuk lebih memahami fenomena komunikasi atau model dapat dikatakan sebagai representasi suatu fenomena baik yang nyata maupun abstrak dengan menonjolkan unsur7unsur terpenting suatu fenomena (Mulyana 2005). Pendapat Seiler yang dikutip Muhammad (2009) menyatakan prinsip dasar dari komunikasi yakni sebagai proses, sistemik, interaksi dan transaksional dengan mengistilahkan sebagai model komunikasi.

Model komunikasi yang relevan dengan penelitian komunikasi pemangku kepentingan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang terdapat proses pertukaran aspirasi kepentingan secara dialogis dan menghasilkan kesepakatan bersama adalah model konvergensi. Rogers dan Kincaid (1981) menjelaskan informasi dan pemahaman bersama (timbal balik) merupakan komponen utama dalam model komunikasi konvergensi. Proses informasi pada level individu yang menyangkut penerimaan, penafsiran, pemahaman, keyakinan atau kepercayaan dan tindakan yang membuat secara potensial, paling tidak suatu informasi baru untuk diproses lebih lanjut. Ketika informasi dibagikan oleh dua atau lebih partisipan, proses informasi membawa pada pemahaman bersama (timbal balik), kesepakatan bersama, dan tindakan kolektif. Komunikasi adalah proses di mana partisipan dapat membuat dan berbagi informasi dengan satu sama lain untuk mencapai saling pengertian. Ini merupakan siklus proses memberikan makna terhadap informasi yang dipertukarkan antara dua atau lebih individu bergerak ke arah konvergensi. Konvergensi adalah kecenderungan untuk dua atau lebih individu untuk lebih ke arah satu titik, atau satu individu untuk bergerak ke arah lain, dan mempersatukan kepentingan atau fokus bersama.

Terdapat empat kemungkinan kombinasi dari pemahaman bersama (timbal balik) dan kesekapatan bersama yaitu (1) pemahaman timbal balik dengan kesepakatan, (2) pemahaman timbal balik dengan ketidaksepakatan, (3) kesalahpahaman timbal balik dengan kesepakatan dan (4) kesalahpahaman timbal balik dengan ketidaksepakatan (Rogers & Kincaid 1981).

3'&$+# (+ !"+-! +, 0 " ' &( !$- $%

(34)

Hardiman (2009); Sumartini (2010); Haryanto (2012) mengutip Habermas bahwa tindakan yang mengarah pada konsensus adalah tindakan komunikatif

( ) yang memiliki persyaratan yaitu (1) atau

ruang publik yaitu adanya aturan7aturan yang dipatuhi secara umum yang menjamin proses diskursus dari tekanan dan diskriminasi. (2) , setiap orang memiliki kesamaan atau sejajar (egaliter) dalam memperoleh kesempatan untuk berbicara (beraspirasi), menolak dan bertanya tentang diskursus atau hal yang diwacanakan dan dibahas. (3) , yaitu keikutsertaan seseorang dalam diskursus akan terjadi jika menggunakan bahasa asli yang sama dan secara konsisten mematuhi aturan7aturan yang tidak didekati oleh kepentingan politik yang manipulatif dan eksploitatif.

Terdapat hubungan antara konsensus (kesepakatan bersama) yang terwujud melalui tindakan komunikasi dengan model deliberatif. Menurut Habermas yang dikutip Hardiman (2009) model deliberatif menekankan prosedur komunikasi untuk meraih legitiminasi (pengesahan secara hukum) sebagai medium integrasi sosial dalam proses pertukaran yang dinamis antara sistem politik, ruang publik dan demokrasi. Habermas (1991) menyatakan dalam deliberasi dan perdebatan ditentukan oleh revitalisasi ruang publik yang terdapat rasionalisasi kekuatan sosial dan politik untuk saling mengontrol dan bersaing antara organisasi7 organisasi tetapi memiliki komitmen untuk urusan publik. Opini atau pendapat tidak menimbulkan perhatian publik dan opini publik tanpa ada proses komunikasi dalam masyarakat yang melakukan debat secara rasional.

Istilah deliberasi berasal dari bahasa Latin , dalam bahasa inggris menjadi yang memiliki arti konsultasi, menimbang7nimbang, di tempatkan dalam konteks publik atau kebersamaan secara politis, atau istilah kosa kata politis adalah musyawarah. Penggabungan istilah demokrasi deliberatif memiliki makna formasi opini, aspirasi politis, dan kedaulatan rakyat sebagai prosedur, cara keputusan politis diambil dalam kondisi manakah aturan/prosedur tersebut dihasilkan untuk dijalankan warga negara. Intinya demokrasi deliberatif bukan kehendak individu atau kehendak umum, tetapi proses formasi deliberatif sebagai suatu keputusan politis yang ditimbang bersama, bersifat sementara dan terbuka untuk revisi (Hardiman 2009). Burkhalter . (2002) mendefinisikan demokrasi deliberatif sebagai bentuk komunikasi kelompok sebagai peserta yang menganalisis masalah, menetapkan kriteria untuk mencari alternatif dan mengevaluasi solusi dengan menghormati norma kesetaraan serta menggunakan aturan keputusan yang demokratis. Menurut Carcasson . (2010) pentingnya kajian komunikasi tentang demokrasi deliberatif untuk memberikan dampak bagi kualitas demokrasi lokal dan lebih luas pada demokrasi deliberatif.

Proses demokrasi deliberatif dapat dipraktekkan secara efektif untuk mengatasi masalah kemasyarakatan dan kelemahan demokrasi, serta dapat menghasilkan manfaat bagi pemerintah. Proses deliberatif mentransformasikan pilihan dan nilai7nilai individu, sehingga keputusan dan kebijakan harus mewakili lebih dari agregasi kepentingan individu, artinya lebih mementingkan kepentingan bersama (Nabatchi 2010a).

(35)

Penelitian deliberatif memfokuskan perhatian yang lebih besar pada pemahaman kondisi yang memfasilitasi efektifnya penggunaan bukti untuk mendukung kesimpulan, serta bagaimana model dari argumen yang memberi pengaruh terhadap kualitas musyawarah (Adams 2014).

Deliberasi ( ) adalah proses politik untuk merumuskan kepentingan bersama dalam menemukan cara7cara baru dan sah ( ) untuk menyelesaikan konflik dengan peran aktor yang memulai dialog dan mengatur pertemuan musyawarah yang memiliki dampak sangat penting memberikan kesediaan dari para pihak7pihak untuk proses berkomunikasi. Deliberasi memiliki tujuan untuk mentranformasikan (mengubah) perilaku di tingkat masyarakat, adanya toleransi, saling pengertian dan kebersamaan (Dembinska & Montambeault 2015).

# ! +( +# $0+4+0&

Karakteristik individu dalam penelitian ini adalah pemangku kepentingan sebagai pelaku dalam proses Musrenbang desa dan kelurahan, menjadi peubah bebas. Lionberger dan Gwin (1982) menjelaskan faktor7faktor atau peubah7 peubah penting dalam mengkaji masyarakat adalah peubah personal seperti umur, pendidikan, dan karakter psikologis. Peubah7peubah tersebut merupakan karakteristik yang melekat pada diri individu masyarakat. Peubah demografi seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan untuk menerangkan perilaku komunikasi.

Karakteristik individu yang berhubungan dengan kinerja, sebagaimana menurut Ruky (2003) yaitu: (1) Kompetensi teknis; (2) Pelatihan yang pernah diikuti; (3) Pengalaman kerja; (4) Dorongan atau motif; (5) Sistem nilai dan sikap sebagai refleksi pengalaman organisasi; (6) Kepribadian; (7) Pengetahuan dan Pendidikan formal; (8) Keterampilan analistis, verbal dan mekanik; (9) Jenis kelamin dan (10) Usia. Oktarina . (2008) mendefinisikan karakteristik individu adalah sifat atau ciri7ciri yang melekat pada diri seseorang, yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan lingkungannya.

Karakteristik individu yaitu pemangku kepentingan, dalam penelitian ini terdiri dari usia, pendidikan formal, motif mengikuti Musrenbang, pengalaman berorganisasi dan pengalaman mengikuti Musrenbang. Indikator jenis kelamin, pekerjaan dan pendapatan dalam penelitian ini sebagai identitas pemangku kepentingan sebagai responden. Penjelasan unsur7unsur karakteristik pemangku kepentingan dalam penelitian adalah:

Umur: Jumlah tahun dihitung sejak tahun kelahirannya sampai waktu penelitian dibulatkan dalam jumlah tahun terdekat bila terdapat selisih bulan Pengalaman organisasi: Lamanya responden dalam kurun waktu tertentu yang dibulatkan dalam jumlah tahun terdekat bila terdapat selisih bulan dalam melakukan aktivitas lembaga/organisasi baik sebagai pengurus atau anggota. Pengalaman Musrenbang: Responden adalah intensitas keaktifan responden dalam mengikuti kegiatan Musrenbang desa dan kelurahan.

(36)

Beard (2007) menjelaskan secara umum, daerah pedesaan lebih memiliki karakteristik yang mendukung hubungan berdasarkan kepercayaan yang timbal balik, hubungan yang mendasar bagi modal sosial dan pada akhirnya dapat memfasilitasi tindakan kolektif pada masyarakat. Menurut Ma’rif . (2010) kualitas usulan Musrenbang yang berasal dari aspirasi masyarakat dipengaruhi oleh fisik lingkungan dan karakteristik masyarakat di wilayah itu sendiri. Reinwald dan Kraemmergaard (2012) menyatakan keterlibatan pemangku kepentingan sangat penting dalam proses mencapai pemerintahan yang transformasional.

(1+ (+ !' $%#& !1!$ +$% $

Aspirasi adalah usulan, keinginan atau kehendak disertai harapan agar bisa tercapai (Kaelola 2009). Purwatiningsih (2012) menjelaskan pentingnya pesan atau aspirasi yang disampaikan indikasinya yaitu: (1) Semakin mudah memahami pesan komunikasi akan semakin cepat pula pesan tersebut mendapat umpan balik. (2) Pesan yang disampaikan komunikator yang tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih banyak memberi pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerima pesan. (3) Pesan informasi yang menarik adalah pesan yang memiliki keterkaitan dengan kebutuhan masyarakat sekaligus dengan cara bagaimana memperoleh kebutuhan tersebut. (4) Komunikasi akan berhasil dengan baik apabila pesan yang disampaikan sesuai dengan pengetahuan dan lingkup pengalaman. Menurut Robertson dan Choi (2012) aspirasi dalam musyawarah adalah berbagi pengetahuan dan informasi secara terbuka, semua pendapat dianggap sama pentingnya serta peserta mempertimbangkan semua informasi yang tersedia sebelum menghasilkan kesimpulan kolektif.

Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 0507 187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman Penilaian dan Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan Musrenbang, bahwa kualitas hasil Musrenbang ditentukan aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang terakomodasi dalam rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah.

Hak masyarakat desa adalah menyampaikan aspirasi, saran, dan pendapat lisan atau tertulis secara bertanggung jawab tentang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa (UU No 6 tahun 2014 tentang Desa).

Musyawarah Desa/Kelurahan adalah suatu forum pertemuan masyarakat desa/kelurahan yang bertujuan untuk menampung, mendapatkan, membahas aspirasi/usulan kegiatan serta memutuskan usulan prioritas kegiatan di tingkat desa/kelurahan. Para pelaku Musrenbang tersebut memberikan aspirasi, berpartisipasi secara aktif dan positif di bidang perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan dalam pengambilan keputusan guna mewujudkan masyarakat desa yang sejahtera mandiri, dinamis dan maju (Perda Kota Banjar No. 28 tahun 2006 tentang Musrenbang desa/kelurahan).

(37)

!0+ $,3 ' (+

Pesan yang disampaikan kepada khalayak melalui media massa bersifat informatif dan umum yang dapat dimengerti oleh semua orang serta yang menyangkut kepentingan semua orang. Media komunikasi banyak jenisnya di antaranya media tulisan atau cetak, visual dan audio visual. Mencapai sasaran komunikasi dapat memilih salah satu atau gabungan dari berbagai media tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan (Effendy 2005).

Pemerintah daerah dapat memberikan informasi dan melakukan sosialisasi seluas7luasnya mengenai segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Musrenbang kepada masyarakat secara umum. Informasi dan sosialisasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan media yang dimiliki Pemda seperti & , buletin, atau sosialisasi langsung ke masyarakat umum. Pihak pemerintah daerah juga dapat bekerjasama dengan pihak swasta dalam hal sosialisasi seperti melalui surat kabar ataupun radio lokal (Satries 2011).

Informasi melalui media komunikasi adalah alat yang membantu menggabungkan saluran komunikasi yang berbeda yaitu: (1) Media massa konvensional seperti jurnal, brosur, buku, manual. (2) Media interpersonal seperti diskusi, pertemuan kelompok, dan (3) Media teknologi informasi seperti internet (Leeuwis 2009).

Purwatiningsih (2012) menyatakan terdapat hubungan antara informasi, saluran komunikasi dan karakteristik individu dengan efektivitas komunikasi. Batta 2014) menjelaskan informasi melalui media komunikasi massa termasuk pada dunia maya ( ) dan saluran komunikasi tradisional lainnya, memainkan peran penting dalam menciptakan kesadaran ilmu pengetahuan dan teknologi (melalui penyebaran fakta, data, gambar) dalam bentuk apapun yang media informasikan kepada khalayak masyarakat, hal ini penuh dengan masalah dan tantangan. Menurut Gandasari (2014) terdapat hubungan antara macam media komunikasi dengan dengan efektivitas komunikasi. Macam media komunikasi memiliki memiliki hubungan nyata positif dengan kuantitas informasi dan berhubungan nyata positif dengan kepuasan dalam proses. Berarti semakin banyak macam media komunikasi akan meningkatkan kuantitas informasi dan kepuasan dalam proses.

Media komunikasi yang diakses dalam penelitian ini adalah surat resmi dari pemerintah desa/kelurahan, papan pengumuman, spanduk, baliho, koran dan radio lokal dan & Bappeda.

$ !$(+ ( 3'&$+# (+

(38)

Menurut Schramm yang dikutip Effendy (2005) komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh partisipan komunikasi cocok dengan kerangka acuan (% % % ) sebagai paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh partisipan komunikasi lainnya. Bidang pengalaman (%

% ) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi, jika ada kesamaan/kecocokan bidang pengalaman para partisipan komunikasi, maka komunikasi akan lancar, namun jika sebaliknya akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Pambudi (2009) menyatakan keberhasilan proses komunikasi yang dilakukan akan menentukan keberhasilan pembangunan. Hawkins dan Wang (2011) menjelaskan hubungan kerjasama (kolaborasi) antara stakeholder yaitu masyarakat, pemerintah, dan wakil rakyat yang melakukan intensitas komunikasi, dan partisipasi sebagai unsur penting dari pemerintahan lokal.

Intensitas komunikasi dalam penelitian ini adalah pemangku kepentingan melakukan komunikasi dengan pemangku kepentingan lainnya dalam proses Musrenbang desa/kelurahan dan pelaksanaan hasil yaitu pemerintah desa/kelurahan, perwakilan organisasi, tokoh masyarakat, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), fasilitator dan panitia penyelenggara Musrenbang.

,!# +4+ ( 3'&$+# (+ 0 " ' &( !$- $%

Efektivitas komunikasi dapat memelihara kerjasama tim dan keberhasilan hasil kerja tim dalam mencapai proses dan tujuan kerja seperti produktivitas, keuntungan dan kesempatan bersama, bahkan secara nyata dapat menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan sehat. Membangun komunikasi yang efektif selain informasi dikirimkan dari satu orang ke orang lain, juga tentang cara menafsirkan, memahami dan menindaklanjuti (Dainty . 2006). Effendy (2008) menyatakan komunikasi efektif ditentukan oleh etos komunikator yang menyangkut tiga unsur yaitu kognisi, afeksi dan konasi.

Komunikasi efektif menjadi faktor mendasar untuk membantu dalam keterlibatan semua elemen dan strategi perubahan dapat sesuai serta diterima semua pihak (Smith & Mounter 2008). Efektivitas komunikasi menyangkut tiga aspek yaitu: (1) Aspek mengetahui adalah pesan yang diterima, dipahami dan disampaikan kembali sehingga terjadi pertukaran pesan (Goldhaber 2003). Pace

(dalam Effendy 2005) menyebutnya yaitu

memastikan komunikasi mengerti pesan yang diterimanya. Tubbs dan Moss (2005) menjelaskan keefektivan komunikasi dapat diperolah dengan mengetahui maksud yang diinginkan, memiliki pemahaman yaitu dapat menerima pesan dengan cermat, ada tambahan informasi dan dapat mengatur, menyajikan serta menafsirkan informasi yang didapatkan. Effendy (2008) menyebut sebagai aspek kognisi ( ) yaitu proses mengerti atau mengetahui dan memahami ( % & ) yang menyangkut pikiran.

(39)

pembangunan hasil Musrenbang desa/kelurahan sudah sesuai dengan hasil Musrenbang RW dan dusun. (f) Musrenbang sebagai forum pemangku kepentingan untuk membuat rencana pembangunan. (g) Musrenbang sebagai forum pemangku kepentingan untuk mengaspirasikan kepentingan masyarakat. (h) Hasil Musrenbang desa/kelurahan sesuai dengan anggaran yang diusulkan. (i) Hasil keputusan Musrenbang desa/kelurahan melalui musyawarah dan mufakat. (j) Banyak aspirasi yang diterima dalam Musrenbang desa/kelurahan. (k) Menerima alasan penolakan aspirasi dalam Musrenbang desa/kelurahan dapat diterima. (l) Tugas fasilitator memandu proses penyusunan rencana pembangunan dalam Musrenbang desa/kelurahan. (m) Tugas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) memberikan informasi program pembangunan pemerintah kota dalam Musrenbang desa/kelurahan

(2) Aspek mempercayai adalah salah satu aspek komunikasi efektif yaitu pemberi dan penerima pesan harus saling mempercayai (Cutlip . 2006, Purwanto 2006). Menurut Goldhaber (2003) komunikasi efektif memiliki sumber7 sumber pesan dan terdapat aktivitas komunikasi yang dapat diperacaya. Pace

(dalam Effendy 2005) menyebutnya yaitu penerima pesan

harus dibina untuk menumbuhkan kepercayaan. Tubbs dan Moss (2005) menjelaskan keefektivan komunikasi memerlukan suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan. Jika hubungan manusia ada ketidakpercayaan maka pesan yang disampaikan sekalipun oleh komunikator yang kompeten bisa saja berubah makna dan dideskriditkan. Kepercayaan dalam komunikasi efektif berfungsi untuk memperbaiki hubungan (interaksi). Effendy (2008) menyebutnya sebagai aspek afeksi ( %% ) tentang perasaan yang ditimbulkan oleh stimulus dari luar.

Aspek mempercayai dalam penelitian ini adalah (a) Musrenbang desa/kelurahan sebagai forum yang sangat menentukan program pembangunan. (b) Musrenbang desa/kelurahan sebagai forum yang dapat mengaspirasikan kepentingan masyarakat. (c) Musrenbang desa/kelurahan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (d) Pengambilan keputusan dalam Musrenbang desa/kelurahan sangat demokratis. (e) Musrenbang desa/kelurahan sebagai forum yang dapat mengaspirasikan kepentingan organisasi. (f) Fasilitator dapat membantu proses Musrenbang desa/kelurahan. (g) Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dapat membantu proses Musrenbang desa/kelurahan. (h) Hasil Musrenbang desa/kelurahan adalah kelanjutan hasil Musrenbang RW dan dusun. (i) Hasil Musrenbang desa/kelurahan selalu terbuka dan dapat diminta dokumennya. (j) Hasil Musrenbang desa/kelurahan selalu transparan pada anggaran yang disetujui. (k) Hasil Musrenbang desa/kelurahan dapat direalisasikan. (l) Selalu ada pengawasan terhadap pelaksanaan hasil Musrenbang desa/kelurahan. (m) Selalu ada evaluasi pelaksanaan hasil Musrenbang desa/kelurahan.

(3) Aspek partisipasi ditandai adanya peningkatkan aliran pesan, akan dapat meningkatkan harapan individu berpartisipasi dalam proses komunikasi (Goldhaber 2003). Pace (dalam Effendy 2005) menyebutnya

(40)

sebagai proses akhir dari tahapan memudahkan pemahaman (kognisi) apa yang diharapkan, meyakinkan (afeksi) dan mempertahankan hubungan harmonis. Effendy (2008) menyebutnya sebagai aspek konasi ( ) aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya atau perjuangan. Dalam keterangan lain konasi merupakan sikap berupa keinginan atau kemauan.

Aspek partisipasi dalam penelitian ini adalah (a) aktif melakukan usulan di Musrenbang desa/kelurahan. (b) aktif melakukan usulan sesuai dengan hasil Musrenbang RW dan dusun/lingkungan. (c) aktif melakukan usulan untuk kepentingan organisasi di Musrenbang desa/kelurahan. (d) aktif melakukan usulan untuk kepentingan masyarakat di Musrenbang desa/kelurahan. (e) aktif melakukan usulan program pembangunan dalam Musrenbang desa/kelurahan. (f) aktif melakukan kritik terhadap program pembangunan yang belum terlaksanakan di Musrenbang desa/kelurahan. (g) aktif melakukan usulan yang jadi prioritas penting pada Musrenbang desa/kelurahan. (h) aktif menanyakan penjelasan atas penolakan usulan di Musrenbang desa/kelurahan. (i) aktif melakukan pengawalan hasil Musrenbang desa/kelurahan. (j) aktif melaksanakan program hasil Musrenbang dengan masyarakat. (k) aktif melaksanakan program hasil Musrenbang degan anggota/pengurus organisasi. (l) aktif melakukan pengawasan pada pelaksanaan program pembangunan hasil Musrenbang desa/kelurahan. (m) aktif melakukan evaluasi pelaksanaan program pembangunan hasil Musrenbang desa/kelurahan.

!1& ( $ 0 " ' &( !$- $%

Kepuasan adalah tingkat perasaan individu yang terpenuhinya harapan atau kebutuhannya, Kotler dan Susanto (1999) mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja dan hasil yang dirasakan dengan harapannya.

Reksohadiprodjo dan Handoko (2000) menyatakan terwujudanya kepuasan kerja dapat dihubungkan dengan tingkat kebutuhan yang sudah terpenuhi. Umar (2002) menyatakan kepuasan kerja merupakan penilaian seseorang atas kondisi kerjanya yang mampu memenuhi harapan, kebutuhan dan keinginannya. Menurut Coleman yang dikutip Muhammad (2009) semua peubah komunikasi berhubungan secara berarti dengan bermacam7macam aspek kepuasan kerja. Pendapat Pincus yang di kutip Pace dan Faules (2010) kepuasan adalah suatu konsep yang berkenaan dengan kenyamanan, sehingga kepuasan dalam komunikasi berarti ada kenyamanan dengan pesan7pesan, media, dan hubungan (interaksi) dalam organisasi.

Komunikasi efektif akan menghasilkan kepuasan dan produktivitas, perbaikan pencapaian hasil karya, dan tujuan organisasi. Kepuasan kerja pada dasarnya tergantung kepada apa yang diinginkan seseorang dari pekerjaannya dan apa yang diperoleh serta antara kebutuhan dan penghargaan (Rangkuti 2011). Menurut Child dan Shumate (2007) semakin banyak individu berinteraksi, maka akan semakin meningkatkan kepuasan dan proses suatu kegiatan.

Kepuasan dalam komunikasi sebagai evaluasi atas kondisi perasaan (afeksi) internal individu dan reaksi atas meningkatnya jumlah hasil yang diinginkan individu sebagai hasil dari pekerjaan dan komunikasinya. Indikasi kepuasan komunikasi adalah (1) Informasi yang berkaitan dengan tugas atau pekerjaan; (2)

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran ��
Gambar 2 Komponen7komponen analisis data model interaktif � Sumber: Model Interaktif  dari Miles dan Huberman
Tabel 2 Definisi operasional
Tabel 4  Hasil uji reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 10 Tahun 2014 tentang Penetapan tariff Bus Trans Metro Pekanbaru merupakan aturan yang harus di taati oleh semua penumpang angkutan umum

Turbin gas adalah topik yang dianalisa pada tugas akhir ini dan analisa dilakukan pada performa turbin gas sebelum dan setelah dilakukannya Overhaul combustion inspection.

Deskripsi singkat Admin dan user membuka aplikasi, melakukan login, apabila tidak diterima username dan password tidak akan bisa masuk, apabila diterima masuk kehalaman

Untuk membangkitkan papan permainan yang memiliki ular dan tangga yang tidak saling bertabrakan, maka perlu dibuat perangkat lunak yang berbeda dari perangkat lunak yang telah

Klasifikasi kation berdasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia, reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak boleh dikatakan bahwa klasifikasi

Dosis maksimal maksimal Dosis Dosis yang yang paling paling banyak banyak dari dari suatu suatu obat obat yang yang boleh diberikan pada pasien dewasa dalam waktu

Koreografi yang digunakan pada tari Zahefah tingkat kesulitan geraknya agak rumit dibandingkan dengan tari Zafin dan tari Sarah, karena gerak langkah kaki dan pola

Maka hal ini bermakna bahwa pemberian perlakuan yaitu buah kurma kering lebih berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi di