• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA SIMBOLIS TARI SINDHUNG LENGGER DINAS

PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

WONOSOBO

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana program studi pendidikan seni tari

oleh Dewi Selfiyani

2502407002 Pend. Seni Tari

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FBS UNNES pada tanggan 29 Juli 2011.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Dra. Malarsih, M.Sn Drs. Eko Raharjo, M.Hum

NIP.196106171988031002 NIP.196510181992031001

Penguji I

Dr. Wahyu Lestari, M.Pd NIP.196008171986012001

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Drs. R. Indriyanto, M.Hum Moh. Hasan Bisri, S.Sn, M.Sn

NIP.196509231990031001 NIP.196601091998021001

(3)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya:

Nama : DEWI SELFIYANI

NIM : 2502407002

Jurusan : Sendratasik

Program Studi : Pendidikan Seni Tari S1 Fakultas : Bahasa dan Seni UNNES

Judul Skripsi : “Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo”

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil penelitian saya sendiri, dan sepengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain, atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di universitas lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Bila pernyataan ini terbukti tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Semarang, 2011 Yang menyatakan,

DEWI SELFIYANI NIM. 2502407002

(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Kita seharusnya tidak menunggu inspirasi dalam melakukan sesuatu, tindakan selalu melahirkan inspirasi, sedangkan inspirasi jarang diikuti dengan tindakan. (Frank Tibolt)

2. “Hai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan carilah jalan kepadanya dan berjuanglah pada jalannya, mudah-mudahan kamu mendapat kemenangan (sukses)” (Q.S Al Maidah Ayat 35)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

1. Untuk Ibu dan Bapak sebagai rasa baktiku 2. Untuk Adikku yang kusayangi

3. Untuk Mas.Ito yang selalu mendukungku 4. Untuk Almamater sebagai rasa terima kasihku

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo”.

Skripsi ini tentu tidak diselesaikan tanpa keterlibatan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah memberikan kemudahan perijinan dan dorongan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

3. Drs. Shahrul Syah Sinaga, M.Hum, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah memberikan kemudahan perijinan dan dorongan kepada penulis untuk menyusun skripsi.

4. Drs. R. Indriyanto, M.Hum, dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Moh. Hassan Bisri, S.Sn, M.Sn, dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

(6)

6. Dr. Wahyu Lestari, M.Pd, dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu Sulistriyaningsih, MBA, pencipta tari Sindhung Lengger.

8. Bapak Dwi Pranyoto, Fernias, Dian, Tatak, pengrawit dan penari Tari Sindhung Lengger sekaligus narasumber dalam objek penelitian.

9. Drs. M. Aziz Wijaya, M.Si, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

10.Segenap Dosen Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

11.Ibu dan Bapak serta seluruh keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam proses pembuatan skripsi.

12.Mas. Ito yang selalu memberi semangat dalam proses pembuatan skripsi hingga skripsi ini selesai.

13.Teman-teman Seni Tari Angkatan 2007 Ora Ono Matine yang telah membantu dan memberi semangat sehingga skripsi ini cepat selesai.

14.Teman-teman Be-Happy Kost semuanya yugi, tias, dephi, liska, tika, pophy, ari, lina, pipit dan dyah yang selalu memberi semangat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca semuanya.

Semarang, 2011

Penulis

(7)

SARI

Dewi Selfiyani. 2011. Makna Simbolis dan Fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Skripsi. Pembimbing I Drs. R. Indriyanto, M.Hum, Pembimbing II Moh. Hassan Bisri, S.Sn,M.Sn. Sendratasik Universitas Negeri Semarang.

Kata kunci: tari, sindhung lengger, simbolis.

Makna simbolis merupakan sebuah kajian yang mengupas tentang makna-makna yang disimbolkan oleh tari Sindhung Lengger serta mengungkap fungsi tari Sindhung Lengger meliputi fungsi hiburan, fungsi tontonan dan fungsi pendidikan. Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis makna simbolis dan fungsi tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian adalah pencipta tari Sindhung Lengger, di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.Pengambilan data dengan cara metode observasi, metode wawancara dan dokumentasi yang datanya terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Tahap-tahap yang ditempuh dalam analisis data penelitian ini menggunakan konsep Adshead meliputi mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan, memahami hubungan antara komponen-komponen pertunjukan dalam perjalanan ruang dan waktu, melakukan intepretasi, dan melakukan evaluasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa makna simbolis gerak tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo adalah: menggambarkan kelincahan, keceriaan, kegembiraan, kehangatan dan keharuman dalam menyambut tamu. Makna simbolis dari tata rias dan busana tari Sindhung Lengger merupakan pembentukan karakter penari agar penari wanita terlihat cantik dan penari pria terlihat gagah. Makna simbolis properti yang berupa bunga tabur dalam cobek menggambarkan keharuman. Tari Sindhung Lengger berfungsi sebagai hiburan, sebagai tontonan, dan tari sebagai media pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa makna simbolis tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo adalah tema, gerak, iringan, serta tata rias dan busana. Fungsi tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo meliputi fungsi hiburan, fungsi pertunjukan atau tontonan dan fungsi pendidikan. Saran-saran yang perlu diberikan adalah (1) Bagi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hendaknya selalu menjaga kelestarian tari Sindhung Lengger dengan cara menampilkan tari Sindhung Lengger pada setiap kesempatan. (2) Bagi masyarakat ikut berperan dalam menjaga kelestarian tari Sindhung Lengger seperti dengan cara bergabung menjadi penari tari Sindhung Lengger, sehingga tidak memudarkan makna simbolis yang terkandung dalam tari Sindhung Lengger.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

SARI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

DAFTAR FOTO ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Sistematika Skripsi ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1Makna Simbolis Kesenian ... 7

2.2Fungsi Kesenian ... 10

2.3Kerangka Berpikir ... 16

(9)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1Metode dan Pendekatan Penelitian ... 18

3.2Lokasi dan Sasaran Penelitian ... 19

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 19

3.2.2 Sasaran Penelitian ... 19

3.3Sumber Data ... 20

3.4Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.4.1 Teknik Observasi ... 20

3.4.2 Teknik Wawancara ... 22

3.4.3 Teknik Dokumentasi ... 24

3.5Teknik Keabsahan Data ... 25

3.6Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian ... 28

4.1.1 Lokasi Kabupaten Wonosobo ... 28

4.1.2 Penduduk ... 28

4.1.3 Potensi Wisata, Budaya dan Seni ... 30

4.2 Asal-Usul Tari Sindhung Lengger ... 33

4.3 Unsur-Unsur Pertunjukan Tari Sindhung Lengger ... 35

4.3.1 Pelaku ... 35

4.3.2 Gerak ... 36

4.3.3 Iringan Tari ... 45

4.3.3.1Instrumentasi ... 45

(10)

4.3.3.2Garap ... 46

4.3.3.3Reportoir Lagu ... 48

4.3.4 Tata Rias dan Busana ... 49

4.3.4.1Tata Rias Wajah ... 49

4.3.4.2Tata Busana ... 56

4.3.4.3Tempat Pementasan atau Panggung ... 63

4.3.4.4Lighting ... 63

4.3.4.5Properti ... 64

4.4 Makna Simbolis Tari Sindhung Lengger ... 64

4.4.1 Tema ... 65

4.4.2 Pemain ... 65

4.4.3 Gerak ... 66

4.4.4 Iringan atau Musik ... 75

4.4.5 Tata Rias dan Busana ... 76

4.5 Fungsi Tari Sindhung Lengger ... 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 88

5.2Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 93

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... 29

Tabel 2: Deskripsi gerakan tari Sindhung Lengger ... 36

Tabel 3: Peralatan Rias Tari Sindhung Lengger ... 50

Tabel 4: Alat dan Bahan Tata Rias Rambut ... 55

Tabel 5: Tata Rias Busana Penari Putri ... 57

Tabel 6: Tata Rias Busana Penari Putra ... 60

Tabel 7: Makna Simbolis Gerak Tari Sindhung Lengger ... 69

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Peta Kabupaten Wonosobo ... 94

Lampiran 2: Pedoman Wawancara ... 95

Lampiran 3: Daftar Biodata Narasumber ... 97

Lampiran 4: Laporan Hasil Wawancara ... 106

(13)

DAFTAR FOTO

Halaman

Foto 1: Bunga Tabur ... 64

Foto 2: Gerak Berpasangan ... 67

Foto 3: Alat-Alat Rias Tari Sindhung Lengger ... 77

Foto 4: Busana Penari Lengger ... 79

Foto 5: Busana Pengibing ... 81

(14)

1

1.1

Latar Belakang

Wonosobo yang dikenal sebagai kota budaya memang memiliki beragam kesenian dan kebudayaan. Kesenian merupakan perwujudan kebudayaan yang mempunyai peranan tertentu bagi masyarakat yang menjadi ajangnya. Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang hidupnya mengenal keindahan, karena itu manusia tidak dapat dipisahkan dari keindahan.

Seni merupakan ekspresi budaya manusia yang senantiasa hadir sebagai ekspresi pribadi atau ekspresi kelompok sosial masyarakat manusia berdasarkan budaya yang diacunya, sehingga dapat digunakan atau dimanfaatkan oleh perorangan atau kelompok sosial masyarakat manusia sebagai sarana interaksi sosial. Interaksi sosial adalah suatu hubungan sosial manusia, baik individu-individu dan kelompok-kelompok atau individu-individu dengan kelompok dengan ditujukan adanya suatu ciri telah terjadi suatu aksi dan reaksi diantara individu atau kelompok yang berhubungan.

(15)

Tari Sindhung Lengger merupakan peristiwa sosial yang mempunyai fungsi sebagai sarana hiburan dan pertunjukan serta sebagai sarana komunikasi antara seniman dan masyarakat, dimana kesenian tersebut tumbuh dan berkembang. Demikian pula yang terjadi pada bentuk kesenian rakyat khususnya Tari Sindhung Lengger, kemunculannya tidak terlepas dari adat istiadat daerah lebih hidup di alam pedesaan dan akrab dengan masyarakat. Ciri-ciri seni pertunjukan rakyat antara lain tumbuh di lingkungan pedesaan, dimainkan oleh orang daerah setempat dan yang bermain karena senang.

Tari Sindhung Lengger yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Wonosobo merupakan hasil budaya yang memiliki ciri khas masyarakat Kabupaten Wonosobo. Tari Sindhung Lengger merupakan perkembangan dari Tari Topeng Lengger yang menceritakan citra dan jati diri dari wanita pedesaan dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk hanyut dalam kebersamaan untuk menyatu, berandai-andai akan indahnya persahabatan, berbagi rasa serta bermakna untuk mengingatkan manusia kepada pencipta alam, hampa sesaat untuk kemudian menatap dan memohon ke-Agungan Tuhan Yang Maha Esa dalam kesedihan maupun kegembiraan agar tetap memberi keselamatan serta perlindunganNya kepada seluruh umat manusia di bumi.

(16)

November 2004. Tari Sindhung Lengger sering difungsikan sebagai tarian penyambutan.

Bentuk gerakan Tari Sindhung Lengger masih tradisional dan terlihat didominasi oleh gerakan kaki, tangan dan gerakan kepala, semuanya dilakukan dengan penuh semangat, patah-patah dan enerjik. Tari Sindhung Lengger termasuk dalam tarian berpasangan, namun bisa juga ditarikan secara kelompok maupun masal. Pada Tari Sindhung Lengger setiap gerakan-gerakan yang ditarikan memiliki makna simbolis. Tari Sindhung Lengger juga mempunyai bermacam-macam fungsi diantaranya adalah fungsi sebagai sarana hiburan dan pertunjukan.

Keunikan Tari Sindhung Lengger terlihat dari gerakan dan makna simbolis yang ada di dalam gerakan tari Sindhung Lengger. Makna simbolis terkait dengan tema, gerak dan bentuk penyajiannya serta berfungsi sebagai sarana hiburan dan pertunjukan. Oleh sebab itu peneliti tertarik meneliti lebih jauh melalui penelitian di lapangan. Selain itu peneliti juga menunjukkan bahwa Tari Sindhung Lengger Dinas Priwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo tersebut tetap eksis, dapat dikenal masyarakat luas dan generasi selanjutnya, sehingga kesenian ini tidak punah begitu saja.

1.2

Rumusan Masalah

(17)

1.2.1 Bagaimana makna simbolis Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo?

1.2.2Bagaimana fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo?

1.3

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah diungkap dalam permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1.3.1Menemukan makna simbolis Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

1.3.2 Mengungkapkan fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian tentang Tari Sindhung Lengger yaitu:

1.4.1 Manfaat Teoritis

(18)

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger dari berbagai sudut pandang.

1.4.2.2Bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai data untuk memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya generasi muda agar mengenal dan melestarikan kesenian Tari Sindhung Lengger baik dalam makna simbolis maupun fungsinya. 1.4.2.3 Bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk informasi tentang kesenian yang ada di Kabupaten Wonosobo.

1.4.2.4Bagi pelaku tari Sindhung Lengger

Penelitian ini diharapkan dapat menambah rasa kecintaan pelaku tari Sindhung Lengger baik itu penari, pengrawit dan sinden terhadap tari Sindhung Lengger baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.

1.5

Sistematika Skripsi

(19)

pengesahan, halaman pernyataan, sari, moto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel dan daftar lampiran.

Bagian isi skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu:

1.5.1 Bab I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika skripsi.

1.5.2 Bab II Landasan Teori, menguraikan tentang Tari Sindhung Lengger, Makna Simbolis kesenian dan Fungsi kesenian.

1.5.3 Bab III Metode Penelitian, yang berisi tentang pendekatan penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

1.5.4 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menguraikan gambaran umum objek penelitian serta membahas tentang Tari Sindhung Lengger di Kabupaten Wonosobo, meliputi makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat.

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Makna Simbolis Kesenian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:864), makna merupakan maksud pembicara atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Simbol berarti lambang yaitu tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud.

Makna mengandung arti atau maksud, suatu pengertian yang diberikan kepada sesuatu untuk kebahasan. Simbolis berarti perlambang, sedangkan kata “makna” mengandung pengertian tentang arti atau maksud tertentu

(Poerwadarminta, 1976:624). Simbol merupakan bentuk lahiriah yang mengandung maksud, sedangkan makna adalah arti yang terkandung di dalam lambang tertentu. Simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda tetapi saling berkaitan bahkan saling melengkapi. Kesatuan makna dan simbol akan menghasilkan suatu bentuk yang mengandung maksud (Suharto, 1990:9).

Richard Waterman dalam artikelnya tentang peran tari dalam masyarakat insani, menekankan bahwa semua pola-pola tari memiliki makna, apakah tersusun menurut sistem tertentu, dinamakan dan ditetapkan makna denotatifnya. Pola-pola itu mengkomunikasikannya dalam struktur yang lebih lentur dan dengan cara lebih langsung, dalam mengirimkan pesan yang mengharukan dengan perkakas gerak tubuh yang membangkitkan respon empatetik bagi penontonnya. Ini adalah

(21)

pemantapan komunikasi empatik sub-liminal yang dilakukan tari dengan lebih baik dibandingkan dengan setiap kegiatan insani (dalam Widaryanto, 2007:212).

Makna tari merupakan subjek yang diperlakukan hanya secara mengesankan pada masa lalu. Kita mungkin membatasi ekspresi dalam berbagai ragam cara. Paling mudah, ekspresi itu menunjuk pada makna dimana isi diekspresikan. Kita mungkin menganggapnya sebagai medium transmisi (Widaryanto, 2007:214).

Anderson dalam Widaryanto (2007:214) menyatakan bahwa tari bukanlah semata-mata seni visual namun merupakan kinestetika juga, yang menarik pada pemahaman gerak yang melekat. Beragam saluran yang digunakan dalam tari, yang menunjuk pada tari sebagai fenomena multidimensional yang diarahkan pada modalitas inderawi.

Menurut Herusatoto (2003:11) kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada

seorang atau orang lain. Menurut Badudu (1996:132) simbolis adalah pemakaian atau pengemukaan simbol-simbol dalam gerakan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1066), simbolisme adalah perihal pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan ide-ide.

(22)

Simbol dapat pula dibuat dengan gerak suara, bunyi atau lagu tertentu, diantara jenis-jenis kesenian simbol yang paling banyak digunakan dalam seni tari, dimana setiap gerak mengandung arti tertentu. Gerak-gerak isyarat yang dimainkan dengan kepala, lengan, tangan, kaki dan jari dalam wujud gerak yang menarik dan sesuai dengan iringan dapat memukau perhatian penonton, bila dilakukan sungguh-sungguh dan keterampilan yang tinggi (Djelantik, 1994:143-144).

Simbol sarat dengan makna dan persepsi. Sebuah simbol dapat memberikan berbagai dimensi makna yang berbeda. Sebuah makna yang sama dapat diungkapkan melalui berbagai simbol yang berlainan, dengan adanya berbagai simbol, hidup manusia tidak saja dipenuhi oleh berbagai mitos tetapi juga dipenuhi oleh berbagai simbol (Zefferi, 1998:31-32).

Pada kehidupan sehari-hari manusia memerlukan santapan-santapan estetis yang berwujud seni. Namun perhatian antara orang yang satu dengan orang yang lain berbeda. Ada yang lebih senang kepada seni lukis, seni musik, seni drama dan seni tari. Kesenian sebagai salah satu aktivitas budaya masyarakat dalam hidupnya tidak pernah berdiri sendiri, segala makna dan fungsinya berkaitan erat dengan masyarakat tempat kesenian itu tumbuh, hidup dan berkembang (Wadiyo, 2008:25).

(23)

salah satunya disebut dengan istilah teknik, dalam seni tari yaitu ekspresi (Herusatoto, 1983:116). Makna simbolis dalam seni tari tidak hanya pada ekspresi gerak atau bentuknya saja, namun pada keseluruhan bentuk utuh dari sebuah perwujudan tari yang mencakup gerak, iringan, tata rias busana, serta segala aspek pendukungnya.

Teori yang telah dijelaskan di atas akan digunakan untuk mengkaji tentang makna simbolis yang terdapat dalam Tari Sindhung Lengger, yang mencakup gerak, iringan, tata rias dan busana, serta segala aspek yang mendukung dari pertunjukan Tari Sindhung Lengger itu sendiri.

2.2

Fungsi Kesenian

Koentjaraningrat (1984:54) mengatakan bahwa fungsi adalah suatu perbuatan yang bermanfaat dan berguna bagi suatu kehidupan masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian fungsi adalah suatu hal, peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas.

(24)

Kata fungsi menunjukkan pengaruh terhadap sesuatu yang lain, tidak berdiri sendiri, tetapi justru dalam hubungan tertentu. Apa yang dimaksud fungsional bukan merupakan sesuatu yang lepas dari konteksnya, melainkan harus dipandang secara keseluruhan. Fungsi kesenian yaitu bahwa kegiatan kesenian tersebut mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat (Soekanto, 1989:6).

Kesenian dalam kaitannya dengan fungsi, bagaimana suatu kesenian yang diciptakan oleh masyarakat dapat mempunyai makna dan arti penting bagi masyarakatnya, dengan demikian kesenian yang hidup dalam kelompok masyarakat tertentu memiliki fungsi tertentu pula (Sedyawati, 1983:138).

Keberadaan suatu bentuk kesenian selalu berkaitan dengan fungsinya. Kesenian bukan hanya merupakan suatu sarana hiburan saja, tetapi berperan serta dalam segi agama, persembahan atau sebagai wujud ungkapan dari rasa syukur maupun bentuk ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Menurut Peursen (dalam Djazuli, 1994:36) dijelaskan bahwa fungsi selalu menunjukkan terhadap sesuatu yang lain, apa namanya fungsional adalah sesuatu yang tidak dapat berdiri sendiri namun apabila dihubungkan dengan yang lain dalam hal ini seni tari, maka akan memperoleh arti dan maknanya.

(25)

Menurut Jazuli (1994:43) fungsi tari dalam kehidupan manusia diantaranya: 1) Untuk kepentingan upacara, 2) Untuk hiburan, 3) Sebagai media pertunjukkan, 4) Sebagai media pendidikan.

2.2.1 Tari untuk kepentingan upacara

Kepercayaan yang selalu dipelihara dan dilindungi secara turun-temurun demi suatu keselamatan dalam hidupnya dengan cara mengadakan upacara-upacara sebagai upaya menjalin hubungan spiritual kepada dewa atau leluhurnya. Pada pelaksanaan upacara tersebut kesenian mempunyai peranan penting, hal itu terdapat dalam setiap upacara selalu dilengkapi dengan tari-tarian, bunyi-bunyian demi menambah kesakralan dan menghadirkan daya magis. Adapun ciri khas tari upacara menurut Jazuli (2008:57) adalah sebagai berikut:

(26)

2.2.2 Tari sebagai hiburan

Tari sebagai hiburan merupakan tarian yang bermaksud untuk memeriahkan atau mengaitkan keakraban pertemuan atau memberikan kesempatan serta menyalurkan bagi mereka yang mempunyai kegemaran akan menari. Bagi pelakunya (penari) mungkin hanya sekedar untuk menyalurkan hobi (kesenangan), mengembangkan ketrampilan atau tujuan-tujuan yang kurang menekan nilai seni (komersial).

Menurut Ratih (dalam Jazuli, 2001:67) tari sebagai sarana hiburan dimaksudkan untuk memeriahkan atau merayakan suatu pertemuan. Tari yang disajikan dititik beratkan bukan pada keindahan geraknya melainkan pada segi hiburan. Tari hiburan pada umumnya merupakan tari pergaulan.

(27)

tarian ini sangat mudah mengikuti perkembangan jaman, hanya ada daerah-daerah yang mengalami hambatan-hambatan seperti di beberapa daerah di Indonesia. 2.2.3 Tari sebagai seni pertunjukan atau tontonan

Menurut Jazuli (1994:60) tari sebagai seni pertunjukan penyajiannya selalu mempertimbangkan nilai-nilai artistik, sehingga penikmat dapat memperoleh pengamatan estetis dari hasil pengamatan.

Tari sebagai seni pertunjukan juga bisa disebut sebagai tari tontonan, maka faktor penonton di sini tidak dilupakan. Menurut Jazuli (2008:39) menyatakan bahwa tari sebagai seni pertunjukan memerlukan pengamatan yang lebih serius daripada sekedar untuk hiburan. Untuk itu tari yang tergolong sebagai seni pertunjukan/tontonan dinamakan performance atau concert, karena pertunjukan tarinya lebih menggunakan bobot nilai seni daripada tujuan lainnya.

(28)

2.2.4 Tari sebagai media pendidikan

Menurut Jazuli (1994:61) tari sebagai media pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya kreatif.

Menurut Soedarsono (1990,167-169), fungsi kesenian tradisional ada dua, yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder.

2.2.5 Fungsi primer

Fungsi primer dari seni pertunjukkan adalah apabila seni tersebut jelas penikmatnya. Seni pertunjukan bertujuan untuk dinikmati bukan untuk kepentingan lain. Soedarsono membagi fungsi primer menjadi tiga yaitu sarana ritual yang penikmatnya adalah kekuatan-kekuatan yang tidak kasat mata, sebagai hiburan pribadi yang penikmatnya adalah pribadi-pribadi yang melibatkan diri dalam pertunjukan, sebagai presentase estetis yang pertunjukanya harus dipresentasikan ataupun disajikan penonton.

2.2.6 Fungsi sekunder

(29)

Berdasarkan teori-teori yang sudah diuraikan di atas mengenai fungsi tari akan digunakan untuk mengetahui fungsi Tari Sindhung Lengger yang ada di Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo, antara lain fungsi sebagai sarana hiburan dan fungsi pertunjukan.

2.3

Kerangka Berpikir

Sindhung Lengger merupakan suatu tarian yang menceritakan tentang citra diri seorang wanita pedesaan dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk hanyut dalam kebersamaan untuk menyatu, berandai-andai akan indahnya persahabatan berbagi rasa serta bermakna untuk mengingatkan manusia kepada pencipta alam, hampa sesaat kemudian menatap dan memohon ke-Agungan Tuhan Yang Maha Esa dalam kesedihan maupun senang agar tetap memberi keselamatan serta perlindunganNya kepada seluruh umat manusia di bumi.

(30)

(Kajian Struktur dan Fungsi), pada penelitian ini mendapatkan hasil bahwa struktur pertunjukan kesenian Barongan adalah ragam gerak, iringan, tata rias dan busana, serta waktu dan tempat pementasan. Pada penelitian kali ini peneliti akan mengkaji tentang makna simbolis dari tari Sindhung Lengger dilihat dari tema, gerak, iringan serta tata rias dan busana. Fungsi penyajian bermacam-macam diantaranya adalah fungsi sebagai hiburan, fungsi sebagai upacara, fungsi sebagai sarana pertunjukan dan fungsi sebagai pendidikan. Kerangka berpikir tersebut apabila diwujudkan dalam skema sebagai berikut:

Tari Sindhung Lengger

Fungsi Makna Simbolis

Meliputi: fungsi hiburan, fungsi tontonan atau pertunjukan dan fungsi pendidikan

Meliputi: tema, gerak, iringan, serta tata rias dan busana

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1

Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu pendekatan yang mengungkapkan atau menguraikan data-data yang diperoleh di lapangan dengan kalimat-kalimat bukan diungkapkan dengan angka-angka. Endraswara (2003:14-15) mengungkapkan bahwa pendekatan penelitian kualitatif biasanya mengejar data verbal yang lebih mewakili fenomena. Penelitian kualitatif mengutamakan data yang diperoleh dari lapangan, biasanya tidak terstruktur dan relatif banyak sehingga memungkinkan peneliti untuk menata, mengkritisi dan mengklasifikasikan agar lebih menarik.

Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi metodologi penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang terucapkan secara lisan dan tertulis serta perilaku orang-orang yang dapat diamati (Cholid, 2000:1).

Jazuli (2001:19) bahwa maksud dari penelitian kualitatif adalah berupa kata-kata dan gambar yang berasal dari naskah, hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi maupun resmi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, karena permasalahan yang dibahas dalam hal ini bertujuan untuk menggambarkan atau menguraikan tentang makna simbolis

(32)

dan fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan struktural, karena peneliti akan melihat dan mengetahui pertunjukan kesenian dari segi struktur pertunjukannya. Menurut Royce (dalam Suharto, 1987:1) struktur adalah seperangkat tata hubungan antar bagian dalam bentuk satu kesatuan. Berkaitan dengan penelitian yang akan dikaji tentang struktur makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger, maka untuk mengetahui tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger akan dikaji melalui aspek-aspek pertunjukkan yang meliputi aspek gerak, aspek iringan serta aspek tata rias dan busana.

3.2

Lokasi dan Sasaran Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo. Penelitian mengambil lokasi di Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo dengan pertimbangan bahwa Dinas Pariwisata adalah satu-satunya lembaga pemerintah yang masih melestarikan Tari Sindhung Lengger sampai saat ini dan sebagai tempat lahirnya Tari Sindhung Lengger.

3.2.2 Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini adalah:

3.2.2.1Makna simbolis Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

(33)

3.3

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo, pencipta Tari Sindhung Lengger (narasumber), para penari Sindhung Lengger, serta tempat atau lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian. Lokasi ini yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo dengan objek atau sasaran penelitiannya adalah makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo.

3.4

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan keterangan, atau informasi yang benar dan dipercaya. Pengumpulan teknik dan alat pengumpul yang tepat memungkinkan data objektif (Arikunto, 1998:142). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan tiga metode yaitu:

3.4.1 Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan dalam penelitian ini dengan maksud untuk mendapatkan informasi dan data secara langsung dari lokasi penelitian, yaitu untuk melihat secara langsung bagaimana makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo.

(34)

Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi dengan kegiatan pengecekan lokasi dan sasaran penelitian dan tahap kedua sebagai penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang dibutuhkan dalam pembahasan masalah. Objek yang diamati atau diobservasi meliputi:

3.4.1.1Kondisi fisik lokasi penelitian, yang meliputi letak dan kondisi geografis desa beserta pembagian wilayah dan jumlah penduduknya. Kegiatan observasi dimulai dengan melakukan survey awal atau pengecekan lokasi pada tanggal 3 Januari 2011 dengan menggunakan teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh para subjek. Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bulan Februari, dengan menggunakan teknik terbuka yaitu diketahui oleh subjek-subjek. Subjek-subjek disini adalah ketua Dinas Pariwisata dan pencipta Tari Sindhung Lengger.

3.4.1.2Kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten yang meliputi pendidikan, mata pencaharian masyarakat, kehidupan seni dalam masyarakat, dan kehidupan keagamaan. Proses observasi dimulai dengan melakukan survei awal yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap masyarakat Kabupaten Wonosobo dan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan subjek yang berkaitan dengan objek atau sasaran penelitian.

(35)

keberadaannya dalam berbagai acara. Selanjutnya peneliti melakukan pengecekkan ke lokasi penelitian dengan cara menemui dan mewawancarai subjek penelitian sesuai dengan materi yang dikaji dalam penelitian.

3.4.2 Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2002:135).

Wawancara harus dilakukan dengan efektif, artinya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data sebanyak-banyaknya. Bahasa harus jelas, terarah, suasana harus tetap rileks agar data yang diperoleh dan yang objektif dan dapat dipercaya (Arikunto, 1998:129).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin yaitu pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan diteliti. Pertanyaan itu secara khusus ditujukan kepada informan penelitian, yakni para seniman, pencipta tari dan kepala Dinas Pariwisata.

Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan bagaimana makna simbolis Tari Sindhung Lengger, dan bagaimana fungsi Tari Sindhung Lengger bagi masyarakat Kabupaten Wonosobo.

(36)

1. Menentukan lokasi.

2. Menentukan informan yang akan dijadikan sebagai sumber informasi. 3. Menentukan waktu wawancara.

4. Membuat daftar pertanyaan wawancara, yang memuat hal-hal yang perlu ditanyakan kepada sumber/informan.

Dalam memilih informan yang dianggap menguasai dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang jelas, informan yang dipilih adalah pencipta tari Sindhung Lengger, karena secara umum pencipta tari Sindhung Lengger menguasai tentang makna simbolis dan fungsi Tari Sindhung Lengger.

Wawancara dilakukan dengan responden yang meliputi:

1. Petugas Badan Pusat Statistik, materi wawancara seputar kondisi fisik yang meliputi letak dan kondisi geografis, jumlah penduduk, pendidikan penduduk, mata pencaharian penduduk, dan kehidupan keagamaam masyarakat. Proses wawancara dimulai dengan mempersiapkan materi wawancara, kemudian menemui semua informan.

2. Pencipta tari yaitu Ibu Sulistriyaningsih, materi wawancara seputar kehidupan sosial budaya dan kehidupan kesenian masyarakat yang meliputi asal-usul dan latar belakang Tari Sindhung Lengger.

3. Para seniman tari, materi wawancara seputar faktor-faktor yang mendorong dalam kehidupan berkesenian serta berapa lama terjun dalam dunia seni. 4. Kepala Dinas Pariwisata, materi wawancara seputar perkembangan tari

(37)

3.4.3 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengambil peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Rahman, 1993:31).

Dokumen merupakan data yang diperoleh dari penelitian yang berupa dokumen (foto) dan informasi dari masyarakat yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu mengambil gambar (foto) saat pertunjukan dan merekam hasil wawancara menggunakan media visual.

Pada penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah foto, karena foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan pada penelitian-penelitian kualitatif, serta merupakan sumber data yang stabil dan akurat. Proses dokumentasi dilakukan dalam waktu pengumpulan data, yang diantaranya dilakukan dengan cara menanyakan kepada seniman tari tentang kapan diadakan pertunjukan Tari Sindhung Lengger, kemudian mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, baru pada saat pementasan peneliti ikut datang dalam pementasan tersebut untuk mengambil gambar yang diperlukan.

(38)

3.5

Teknik Keabsahan Data

Sebelum menganalisis data lebih lanjut perlu diperiksa keabsahan data yang dikumpulkan. Teknik keabsahan data adalah teknik yang digunakan penulis dalam penelitian untuk memperoleh data yang benar-benar absah. Seperti yang diungkapkan Moleong dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif (2002:178), yang mengungkapkan bahwa pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan melalui beberapa cara satu diantaranya adalah dengan teknik Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data ulang untuk mendapatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data. Teknik triangulasi meliputi tiga unsur yaitu sumber, metode dan teori.

3.5.1 Sumber

Mengecek kembali data yang diperoleh dengan informasi dokumen serta sumber informasi untuk mendapatkan derajat kepercayaan adanya informasi dan kesamaan pandang serta pemikiran

3.5.2 Metode

Metode digunakan untuk mendapatkan keabsahan dalam penulis hasil penelitian, dalam pemerolehan data peneliti mendapatkan dari beberapa informasi, maka dari itu perlu adanya pengabsahan data yang didapat agar dapat dipertanggung jawaban kebenarannya.

3.5.3 Teori

(39)

ini digunakan beberapa sumber buku sebagai acuan teoritis (referensi), sehingga benar-benar dapat dibandingkan antara teori yang satu dengan teori yang lain sekaligus dapat menambah wawasan pengetahuan sebagai faktor pendukung dalam menyelesaikan skripsi. Membandingkan dari beberapa teori serta didukung data yang ada, sehingga peneliti dapat melaporkan hasil peneliti dapat melaporkan hasil penelitian yang disertai penjelasan-penjelasan sebagaimana ditentukan. Dengan demikian akan menambah derajat kepercayaan data yang ada.

Diantara ketiga sumber di atas, penulis terapkan hanya pada sumber untuk memeriksa keabsahan data. Hal ini dilakukan dengan mencocokkan data dari beberapa sumber, antara lain penulis mencoba menggali tentang fungsi Tari Sindhung Lengger dari beberapa sumber seperti sumber primer dari pemain maupun mencari teori dari beberapa sumber yang lain . Peneliti melihat gerakan tari Sindhung Lengger secara utuh, lalu menanyakan nama-nama tiap gerakan pada tari Sindhung Lengger, peneliti dibantu dengan pencipta tari Sindhung Lengger menguraikan satu-persatu gerakan dari tari Sindhung Lengger, setelah itu baru ditemukan makna simbolis yang terdapat dalam tari Sindhung Lengger, akan tetapi tidak semua gerakan dalam tari Sindhung Lengger memiliki makna simbolis.

3.6

Teknik Analisis Data

(40)

3.6.1 Mengenali dan mendeskripsikan komponen-komponen pertunjukan seperti gerak, penari, aspek visual dan elemen-elemen auditif.

3.6.2 Memahami hubungan antara komponen-komponen pertunjukan dalam perjalanan ruang dan waktu: bentuk dan struktur koreografi.

3.6.3 Melakukan intepretasi berdasarkan konsep dan latar belakang sosial, budaya, konteks pertunjukan, gaya dan genre, tema atau isi tarian dan konsep intepretasi spesifik.

3.6.4 Melakukan evaluasi berdasarkan:

3.6.1.1Nilai-nilai yang berlaku di dalam kebudayaan dan masyarakat pendukung tarian.

3.6.1.2Nilai-nilai yang terkait dengan gaya dan genre, isi dan pesan tari. 3.6.1.3Konsep-konsep spesifik yang mencakup efektivitas koreografi dan

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Lokasi Kabupaten Wonosobo

Kabupaten Wonosobo terletak pada posisi 7º lintang selatan (LS) serta antara 109-110º Bujur Timur (BT). Luas wilayah kabupaten Wonosobo adalah 984,68 km².

Lokasi Kabupaten Wonosobo (seluruh wilayah) terletak pada ketinggian 270-2.250 meter di atas permukaan laut. Sebagai ibu kota Kabupaten, Wonosobo terletak pada 772 meter di atas permukaan laut dan sebagian kontur tanahnya berbukit, luas Kabupaten Wonosobo adalah 984,64 kilometer persegi atau 98.467.965 meter.

Posisi Kabupaten Wonosobo berada di bagian tengah propinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan beberapa Kabupaten tetangga di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Batang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Magelang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Purworejo dan Kebumen, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen.

4.1.2 Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 adalah sejumlah 719.946 jiwa.

(42)
[image:42.595.157.468.139.238.2]

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah penduduk

Perempuan 361.564 jiwa

Laki-laki 359.382 jiwa

(Data Monografi Kabupaten Wonosobo 2010)

Rata-rata kepadatan penduduk adalah 731 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk tahun 2010 adalah 1,49 persen. Sebagian besar penduduk Kabupaten Wonosobo bermata pencaharian sebagai petani. Akan tetapi ada juga penduduk yang bermata pencaharian sebagai peternak, pegawai negeri sipil, pengusaha, pelayan, buruh, pedagang, tukang dan lain sebagainya. Rata-rata para penari Sindhung Lengger merupakan pelajar SMP dan SMA.

Penduduk Kabupaten Wonosobo adalah penduduk yang memiliki keanekaragaman budaya, demikian juga dengan agama/kepercayaan yang dianutnya. Agama/kepercayaan yang dianut oleh penduduk Kabupaten Wonosobo adalah Islam, Katholik, Kristen, Hindhu dan Budha. Namun sebagian besar penduduk Kabupaten Wonosobo menganut agama Islam. Penduduk Kabupaten Wonosobo yaitu penduduk yang berbineka tunggal ika, walaupun agama yang dipeluk berbeda-beda tetapi mereka dapat hidup secara berdampingan dalam satu kedamaian, saling menghormati dan bekerja sama antara agama yang satu dengan agama yang lain.

(43)

sebagai pendidikan dasar, program yang dijalankan oleh pemerintah yaitu program-program belajar seperti kejar paket A, kejar paket B, dan kejar paket C yang diadakan untuk masyarakat yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Kejar paket di Kabupaten Wonosobo sangat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Masyarakat Kabupaten Wonosobo termasuk masyarakat yang mencintai kesenian. Pementasan-pementasan seni menjadi indikasi dari kelompok-kelompok seni yang ada, baik itu wayang kulit, kesenian karawitan, kesenian embleg/kuda kepang, kesenian lengger, barongan, tari sindhung lengger, tari lengger sulasih, campursari, dan masih banyak lagi kesenian yang lainnya. Acara pementasan seni biasanya dilaksanakan oleh perseorangan dalam rangka acara syukuran, maupun oleh sekelompok orang dan pemerintah Kabupaten dalam acara-acara tertentu.

Tari Sindhung Lengger terkenal di Kabupaten Wonosobo. Menurut narasumber Tari Sindhung Lengger ini diciptakan pertama kali pada tahun 2002 dengan perlengkapan yang sangat sederhana dan sampai sekarang sudah direkonstruksi sampai tiga kali.

4.1.3 Potensi Wisata, Budaya dan Seni

(44)

Berkesenian merupakan salah satu bagian kehidupan masyarakat Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, terdapat 582 kelompok kesenian yang tersebar di seluruh pelosok Kabupaten Wonosobo.

Sampai saat ini masyarakat di Kabupaten Wonosobo masih terus melestarikan berbagai jenis kesenian yang ada sangat beragam, mulai dari kuda kepang/embleg, lengger, angguk, daweng, kethoprak, campursari, rebana, gambus, sindhung lengger, lengger sulasih, bambu runcing, barongan dan barongsai.

Biasanya kesenian tradisional dipentaskan pada acara-acara tertentu seperti hari-hari besar nasional seperti Peringatan Kemerdekaan RI yang diadakan di alun-alun kota Wonosobo, festival di TMII pada tanggal 20 November 2004, peringatan hari jadi Wonosobo yang diadakan di alun-alun kota Wonosobo maupun di gedung Adipura, dan hari-hari penting lainnya. Tidak jarang kesenian tradisional juga ditampilkan di hotel-hotel berbintang untuk memenuhi pesanan wisatawan asing seperti embleg/kuda kepang, lengger, campursari, kethoprak, tari sindhung lengger.

(45)

Potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Wonosobo mencakup taman rekreasi kalianget yang berada di Kalianget, waduk wadaslintang yang berada di desa Wadaslintang, telaga menjer yang berada di desa Menjer Kecamatan Garung, telaga warna dan gua semar yang berada di komplek candi Dieng. Kesenian tradisional yang berada di Kabupaten Wonosobo adalah:

1. Lengger, lengger merupakan tari berpasangan yang menceritakan kisah percintaan antara Raden Panji Asmara Bangun dengan Dewi Sekartaji. Pada pementasannya biasanya tari lengger diawali dengan tari-tarian seperti gambyong lengger, sulasih, kinayakan, bribil, samiran dan seterusnya.

2. Campursari merupakan suatu perkumpulan musik yang memadukan instrument elekronik dengan instrument gamelan. Lagu-lagu yang dibawakan biasanya lagu dengan syair Jawa, keroncong, pop maupun lagu-lagu yang masih popular saat ini.

3. Kethoprak merupakan sejenis sandiwara tradisional Jawa yang biasanya memainkan cerita-cerita lama dengan iringan musik gamelan disertai dengan tari-tarian dan tembang. Namun saat ini kethoprak di wilayah Wonosobo sudah tidak eksis lagi atau sudah jarang sekali dipentaskan. Kethoprak lebih banyak dijumpai di desa Kalimendong Kecamatan Leksono Kabupaten Wonosobo. Masyarakat di desa Kalimendong ini melestarikan kethoprak sampai saat ini.

(46)

keagamaan, sedangkan kostum yang dikenakan merupakan kostum wayang orang. Alat-alat yang digunakan yaitu: rebana, bedug kecil (jidor) dan kendang, sedangkan lagu yang dibawakan bernafaskan Islam. Dinamakan angguk karena gerakan yang mereka bawakan mengutamakan leher yang selalu mengangguk-angguk.

5. Rebana merupakan suatu perkumpulan kesenian yang berciri Islam dengan menyanyikan shalawat dan puji-pujian yang diambil dari Al-Barzanzi dengan iringan musik rebana seperti organ, ketipung serta drum. Kesenian rebana banyak kita jumpai di desa Drewel Kecamatan Watumalang dan di desa Kalibeber Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo, di kedua desa tersebut melestarikan kesenian rebana karena masyarakatnya berlatar belakang pesantren.

Dari beberapa kesenian yang ada di Kabupaten Wonosobo, ada salah satu tarian yang sangat menarik perhatian penulis yaitu Tari Sindhung Lengger. Tari Sindhung Lengger hidup dan berkembang di DIPARBUD Kabupaten Wonosobo yang bertempat di pusat kota Kabupaten Wonosobo. Tari sindhung lengger merupakan tari berpasangan yang mengadopsi dari kesenian tradisional lengger.

4.2

Asal-Usul Tari Sindhung Lengger

(47)

Sindhung Lengger berasal dari kata Sindhung dan Lengger. Sindhung atau ndhung yang berarti gadis atau seorang anak perempuan. Sindhung berasal dari kata ndhung/gendhung yaitu sebutan atau panggilan untuk seorang anak perempuan di desa di daerah Wonosobo (DIPARBUD, 2003).

Lengger merupakan akronim dari bahasa Jawa yaitu Leng dan Ngger. Leng dalam bahasa Jawa yang berarti lubang yang sering diidentikkan dengan alat

kelamin seorang wanita, sedangkan Jengger merupakan tanda kelamin pada ayam jantan yang melambangkan sifat jantan bagi seorang laki-laki. Jadi yang dimaksud dengan kata Lengger merupakan seorang yang dikira wanita akan tetapi ternyata adalah seorang laki-laki. Memang pada awalnya tari lengger ditarikan oleh penari laki-laki yang berbusana wanita. Menurut ibu Sulistriyaningsih,

“Sindhung Lengger berasal dari kata gendhung atau ndung yang merupakan panggilan mbak atau anak perempuan yang ada di daerah Kabupaten Wonosobo, sedangkan lengger dari penyebaran para wali yang meyebutkan “elingo ngger”. Kata tersebut mempunyai maksud agar kita selalu mengingat akan kuasa Tuhan.”

Tari Sindhung Lengger menceritakan tentang citra diri dari seorang gadis desa yang dengan kepolosannya mengajak laki-laki untuk ikut hanyut dan menyatu dalam kebebasan, berandai-andai akan indahnya persahabatan, berbagi rasa serta mengingatkan manusia akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, menatap dan memohon keagungan Tuhan dalam setiap kesedihan maupun senang/gembira agar selalu diberi keselamatan serta perlindungan-Nya kepada seluruh umat manusia di bumi.

(48)

seperti seniman tradisional, guru, mahasiswa sampai pada tingkat birokrasi Pembina kebudayaan daerah. Ibu Sulistriyaningsih sebagai pencetus ide garapan tari Sindhung Lengger dibantu dengan para seniman Kabupaten Wonosobo mengembangkan gerakan tari Topeng Lengger diganti dengan gerakan yang lebih mudah untuk dipelajari oleh anak dipadu padankan sehingga menjadi sebuah tarian yang layak untuk dinikmati oleh penonton. Untuk menyatukan persepsi dari tiap seniman, dengan menguraikan makna gerak dan irama kehidupan yang berakar dari tradisi dan kesenian asli rakyat pedesaan yang bisa dipentaskan dalam setiap kesempatan.

4.3

Unsur-Unsur Pertunjukan Tari Sindhung Lengger

4.3.1 Pelaku

Pelaku pada Tari Sindhung Lengger terdiri atas penari lengger yang terdiri atas penari lengger dan pengibing, pengrawit, sindhen (penyanyi).

a. Penari

(49)

Lengger karena kecintaannya terhadap kesenian yang ada di daerah Wonosobo khususnya tari sindhung lengger dan ingin mengembangkannya sehingga tari sindhung lengger ini tidak punah begitu saja.

b. Pengrawit

Pengrawit pada Tari Sindhung Lengger ada sekitar 6 orang. Bapak Hartoyo sebagai pengendang, Bapak Iswanto yang menabuh bonang barung, Bapak Minwari yang menabuh boning penerus, Bapak Dwi yang menabuh bendhe, Bapak Edi yang bertugas menabuh gong, serta Bapak Haris sebagai penabuh peking.

c. Sindhen (Penyanyi)

Sindhen pada pertunjukkan Tari Sindhung Lengger biasanya berjumlah 2 orang yaitu Ibu Lis dan Ibu Tarmi sebagai pesindhen. Sindhen bertugas untuk menyanyikan syair-syair lagu yang dibutuhkan pada saat pertunjukkan Tari Sindhung Lengger berlangsung.

4.3.2 Gerak

[image:49.595.110.517.300.756.2]

Danceskrip Tari Sindhung Lengger

Tabel 2. Danceskrip Gerakan Tari Sindhung Lengger

NO. RAGAM

GERAK DESKRIPSI KETERANGAN

1. Lumaksono

Lembehan sampur.

Kaki melangkah sesuai irama diawali dengan kaki kanan. Tangan kiri menthang dengan sampur dililitkan, tangan kanan lembehan.

(50)

2. 3. 4. 5. 6. Singgetan-sindir Tranjalan putar Singgetan-sindir

Sembahan ogek lambung.

Singgetan.

Sampur kanan dilempar ke atas, kaki kiri silang di depan kaki kanan, sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno kiri seblak kanan.

Maju kaki kiri lalu tangan kanan ukel di depan wajah secara bergantian kanan dulu lalu kiri. Bila yang maju kaki kiri maka yang ukel tangan kanan.

Sampur kanan dilempar ke atas, kaki kiri silang di depan kaki kanan, sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno kiri seblak kanan.

Kedua tangan menangkup di depan dada, lalu duduk setelah itu berdiri dengan kedua tangan masih menangkup di depan dada.

Tangan ukel mlumah njijil seblak sampur, kaki kanan maju

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

(51)

7. 8. 9. 10. 11. Atur-atur maju. Singgetan-sindir. Entrakan. Singgetan-srisig indroyo. Permohonan/ Sembahan

Kedua tangan menangkup (sembahan) di depan dada, kaki kanan maju di depan kaki kiri sambil ogek lambung.

Sampur kanan diuncal ke atas, kaki kiri silang di depan kaki kanan, sampur uncal di tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno seblak kanan.

Kaki kanan maju sedangkan kaki kiri tetap berada di belakang ketika tangan kanan ukel. Tangan kiri di pinggang, tangan kanan ukel di depan pusar lalu seblak sampur.

Sampur kanan dilempar ke atas lalau tangan kanan digeser ke kiri tangan kiri menthang, kaki kiri silang di depan kaki kanan lalu berputar jalan jinjit kecil-kecil.

Kedua tangan menangkup (sembahan) duduk, berdiri lalu maju kaki kiri mancat kaki kanan, lalu tangan trap bokor

Geraknya mengalun

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

Geraknya mengalun

(52)

12. 13. 14. 15. Kebaran Trap sumping. Trap jamang. Singgetan-sindir. Trap boro.

kanan, jejer-kaki kanan/kiri ngleyek, tangan kanan menthang gejuk kaki kanan, trap bokor kiri srisig hadap kiri menthang tangan kanan, kaki kiri gejug kenser putar seblak sampur.

Kedua tangan ukel atas bawah di depan telinga kanan, posisi kaki kanan berada di depan dan kaki kiri di belakang kaki kanan, begitu sebaliknya.

Kedua tangan ukel di depan jamang, lalu tangan kanan ngrayung di depan dada, begitu sebaliknya. Kaki kanan maju di depan kaki kiri.

Sampur kanan uncal ke atas dibarengi kaki kiri silang di depan kaki kanan, lalu sampur uncal ke tangan kiri dan kaki kanan silang di depan kaki kiri, ukel karno seblak kanan.

Tangan kanan ukel ke samping kiri, tangan kiri di pinggang, kaki kanan maju mengikuti tangan ke arah kiri lalu kedua

Geraknya mengalun

Geraknya patah-patah

Geraknya patah-patah

(53)

16.

17.

18.

19.

Ngilo asto-sengok di sambung nacah-ngecek.

Srisig.

Berpasangan.

Srisig-berpasangan.

Tawing kanan-kiri seblak sampur.

tangan di pinggang dan hadap kanan.

Kedua telapak tangan silang di depan wajah lalu tangan kiri menthang ke depan dan tangan kanan ditekuk di atas kepala, setelah itu tangan kanan ukel di atas kepala sambil berputar dan pinggul digoyang.

Berjalan kecil-kecil sambil berputar, dengan kedua tangan memegang sampur di samping kanan.

Penari putra masuk panggung dengan gerak kaki berjalan lumaksono lembean untuk mencari pasangan, penari putra-putri srisig bersama berjalan kecil-kecil sambil berputar.

Gerakan berlawanan antara penari putra dan putri. Penari putri tawing kanan (telapak tangan kiri berada di depan dada kanan) lalu seblak sampur kiri, penari putra tawing kiri (telapak tangan kiri berada di depan dada kiri) lalu seblak

Geraknya geraknya patah-patah

Geraknya lembut

Geraknya mengalun

(54)

20.

21.

22.

23.

Srisig.

Tumpang tali ogek lambung.

Srisig.

Tranjal pundak (putri)

Tranjal bopongan (putra).

sampur kanan.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Kedua penari menyebar, penari putri tumpang tali(kedua telapak tangan dikibas-kibaskan ke samping kanan dan kiri) lalu ogek lambung diikuti kepala lenggut posisi kaki kanan berada di depan kaki kiri, penari putra tangan kanan menthang dan tangan kiri ditekuk lalu ogek lambung, posisi kaki tanjak kiri.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Kaki kanan berada di depan kaki kiri melangkah berputar sambil kedua tangan berada di pundak kemudian kaki kiri maju diikuti kedua tangan di pinggang. Penari putra bergerak di belakang penari putri, dengan kedua kaki ditekuk merendah dan kedua tangan berada di

Geraknya lembut

Geraknya patah-patah

Geraknya lembut

(55)

24. 25. 26. 27. 28. Srisig.

Tawing penthang egol, kaki loncat.

Srisig.

Tranjal ukel cethik kanan-kiri.

Srisig.

depan ditekuk seperti mau bopong.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Penari putri tangan kiri di depan dada kanan dan tangan kanan ngelit sampur lalu seblak sampur kanan diikuti kaki kiri loncat di belakang kaki kanan. Penari putra loncat ke kiri lalu tangan bapang dan kaki loncat lagi ke kanan dan kedua tangan di pinggang.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Kaki kanan maju di depan kaki kiri sambil tangan ukel dicethik secara bergantian. Penari putra bergerak di belakang penari putrid mengikuti gerak yang sama.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Geraknya lembut

Geraknya patah-patah

Geraknya lembut

Geraknya mengalun

(56)

29. 30. 31. 32. 33. Ngecek (egol) tangan trap jamang. Srisig.

Tawing entrag kanan-kiri.

Srisig.

Egol panthat.

Kedua tangan ukel di depan jamang (di depan dahi), kaki melangkah kecil-kecil namun memberi efek geolan pada pantat.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Penari putri tawing kanan (tangan kiri di depan dada kanan) dan tangan kanan di pinggang sambil kepala bergerak ke kanan-kiri. Penari putra kaki tanjak dengan kaki kanan berada di depan kaki kiri, tangan tawing kiri(tangan kanan berada di dada kiri) dan tangan kiri di pinggang.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Pantat diegol sambil kedua tangan miwir sampur setelah itu kedua tangan di atas pundak. Kaki melangkah ke kanan-kiri, kedua tangan menthang sambil miwir sampur lalu kebyok

(57)

Gerak tari dalam Tari Sindhung Lengger memanfaatkan hampir seluruh anggota badan untuk bergerak menampakkan keindahan gerak Tari Sindhung Lengger mulai dari kepala, leher, badan, lambung, pantat, tangan dan kaki. Sebelum pementasan berlangsung biasanya para penari Sindhung Lengger melakukan proses latihan terlebih dahulu, dan menyesuaikan waktu pada saat pertunjukkannya.

Gerakan pada Tari Sindhung Lengger cenderung lembut, mengalun akan tetapi tetap enerjik dan ada kalanya tegas dan patah-patah. Tari Sindhung Lengger lebih menonjolkan pada gerakan kaki, tangan serta permainan properti yaitu sampur, sedangkan gerak kepala serta pantat merupakan efek dari gerakan yang dibawakan oleh penari.

34.

35.

Srisig.

Sembahan.

kanan-kiri.

Berjalan kecil-kecil berputar sambil kedua tangan memegang sampur.

Penari putri sembahan kedua tangan ditangkupkan di depan dada sambil jongkok, penari putra berdiri di belakang penari putri sambil tangan kanan menthang ke atas dan tangan kiri di pinggang.

Kemudian jalan maju, hormat kepada penonton.

Geraknya lembut

(58)

Penari Sindhung Lengger menggunakan ragam gerak yang sudah pasti atau sudah dibakukan seperti gerak sembahan, kebyok sampur, lembehan, seblak sampur, trap jamang, srisig, serta tumpang tali, gerakan antara penari putra dan penari putri biasanya penari putri keluar dahulu sambil menari memberikan ucapan selamat datang kepada para pengunjung baru kemudian penari putra keluar dan berpasang-pasangan.

Gerak berpindah tempat merupakan sebuah gerak penghubung yang terdapat dalam sebuah tarian. Pada Tari Sindhung Lengger gerakan penghubung atau berpindah tempat terdapat pada gerakan srisig dan singgetan-sindir.

4.3.3 Iringan Tari 4.3.3.1Instrumentasi

Instrumen yang digunakan untuk mengiringi Tari Sindhung Lengger yaitu gendhing pembuka dan gendhing iringan tari. Perangkat gamelan yang digunakan pada penyajian Tari Sindhung Lengger yaitu: dua buah kendhang ciblon, satu rankak atau satu rancak bonang barung, satu rankak bonang penerus, lima buah kempul, dua buah gong suwukan, satu gong ageng, bendhe, serta dua orang penyanyi dan atau sindhen.

(59)

4.3.3.2 Garap I. INTRO KD . (7)

· 7 6 5 3 5 6 7 · · · · 7 3 · 7 5 6 7 · · · · · 7 6 6 5 5 5 3 · · · · 2 3 5 6 7 7 5 6 7 2 2 2 · 2 2 2 · 2 3 5 6 7 5 6 7 6 5 3 (2)

II. KETAWANG DEDONGA Lrs Pl Br

· 6 · 7 · 3 · 2 · 3 · 5 · 6 · (7) · 3 · 2 · 7 · 6 · 7 · 5 · 3 · (2) · 5 · 6 · 7 · 6 · 7 · 5 · 6 · (7) · 3 · 5 · 6 · 3 · 6 · 5 · 3 · (2)

III. 3 3 · · KETAWANG DEDONGA

Monggo adedonga marang gusti ingkang kuasa Wonosobo lestari widodo mugi kalis sambekolo

Brug gletak trasi kawak sedonak ora enak

Setan ora doyan dedemit ora ndulit

(Mari berdoa kepada Tuhan Yang Kuasa Supaya Wonosobo sejahtera

(60)

IV. LADRANG CANGKLAK Lrs Pl Br 5 6 5 3 5 6 5 2

5 6 5 3 2 7 5 6 2 3 2 7 5 2 3 5 6 5 7 6 7 5 3 (2)

V. GANGSARAN (2)

VI. LANCARAN ANGGER DENOK Lrs Pl Br · 6 · 5 · 3 · 2 · 3 · 5 · 6 · (5) · 6 · 5 · 3 · 3 · 3 · 5 · 6 · (5) · 7 · 6 · 7 · 6 · 7 · 6 · 5 · (3) · 3 · 2 · 3 · 2 · 3 · 5 · 6 · (5)

VII. LANCARAN INTRO Lrs Pl

5 5 · · 6 3 6 5 6 6 5 4 2 1 6 (5) 5 5 · · 6 3 6 5 6 6 5 4 2 1 6 (5) · 2 3 5 · 2 3 5 · 3 6 5 3 2 1 (2) 1 1 · · 1 2 3 1 · 5 6 7 5 3 2 (1)

(61)

4.3.3.3Reportoir Lagu

I. Sugeng rawuh sadaya para pamirso Amriksani beksan kebudayaan jawi

Kita marsudi murih lestari

Endah edipeni Wonosobo ASRI

(Selamat datang para pemirsa Melihat kebudayaan Jawa Kita pertahankan supaya abadi Indahnnya Wonosobo ASRI)

II. Kutha Wonosobo papane wisata

Endahing Dieng kaloka manca Negara

Wayang ubrul embleg tari lengger

Ja lali mi ongklok jamur lan teh Tambi

(Kota Wonosobo tempat wisata

Indahnya Dieng terkenal sampai manca negara Wayang umbrul, embleg, tari lengger

Jangan lupa mi ongklok, jamur dan teh Tambi)

Taman rekreasi Kalianget Tlaga Menjer

Wadhuk Wadaslintang tlaga werno gua semar

Tuk bima lukar suran suradilaga

(62)

(Taman rekreasi Kalianget, tlaga menjer Waduk Wadaslintang telaga warna gua semar Tuk bima lukar suran suradilaga

Bentuk nyata Wonosobo kota wisata)

4.3.4 Tata Rias dan Busana 4.3.4.1Tata Rias Wajah

Tata rias yang digunakan pada pementasan Tari Sindhung Lengger menggunakan rias korektif. Pada pementasan Tari Sindhung Lengger unsur rias sangat mendukung penampilan penari karena fungsi rias untuk menonjolkan karakteristik dari tarian yang dibawakan dalam hal ini adalah Tari Sindhung Lengger. Alat rias yang digunakan untuk menunjang penampilan dalam Tari Sindhung Lengger adalah: pembersih, penyegar, pelembab, bedak dasar, bedak tabur, eye shadow, blush-on, lipstik, pensil alis. Rias yang digunakan dalam penari Sindhung Lengger bertujuan untuk menambah penampilan penari dalam pentas agar kelihatan lebih cantik, sehingga rias yang digunakan penari dapat digolongkan sebagai rias pertunjukan. Fungsi rias yaitu untuk menambah daya tarik penonton dan untuk menegaskan karakter penari.

(63)
[image:63.595.113.512.140.743.2]

Tabel 3. Peralatan Rias Tari Sindhung Lengger

NO ALAT BAHAN CARA PEMAKAIAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Spons basah Saput bedak Pensil alis Saput eye-shadow Kuas blush-on

Lem bulu mata

Kuas lipstik Kuas eye-liner Alas bedak Bedak Pensil alis Eye-shadow Blush-on

Bulu mata palsu

Lipstik

Eye-liner

Alas bedak diratakan di wajah dengan menggunakan spons basah.

Bedak diratakan di wajah menggunakan saput bedak.

Pensil alis digariskan sesuai dengan alis asli.

Eye-shadow disapukan ke kelopak mata menggunakan saput eye-shadow.

Blush-on disapukan ke tulang pipi menggunakan kuas blush-on.

Bulu mata palsu ditempelkan segaris dengan bulu mata asli setelah diberi lem bulu mata.

Lipstik disapukan ke bibir menggunakan kuas lipstik.

(64)

9.

10.

Kapas kecantikan

Kapas kecantikan

Pembersih

Penyegar

Pembersih digunakan dengan cara diusapkan ke wajah sebelum dan setelah memakai riasan untuk membersihkan wajah dengan menggunakan kapas kecantikan.

Penyegar digunakan setelah memakai pembersih dengan cara dituang dalam kapas lalu diusapkan ke wajah agar wajah bersih sempurna.

(Sumber: Sulistriyaningsih, 5 Februari 2011)

Warna coklat sebagai bayangan pada kanan dan kiri batangan hidung dimaksudkan untuk memperoleh kesan agar hidungnya menjadi mancung, terlebih lagi bila ujung batang hidung diberi warna kuning muda.

(65)

1. Mempertegas raut wajah

2. Menambah percaya diri dalam penampilan 3. Menambah kecantikan dan kegagahan

Tata rias wajah penari sangat mempengaruhi penampilan para penari di atas panggung, oleh sebab itu ada proses rias wajah yang dilakukan oleh para penari Sindhung Lengger, adapun deskripsi rias wajah penari Sindhung Lengger putri yaitu:

1. Wajah dibersihkan terlebih dahulu menggunakan susu pembersih dan penyegar berfungsi untuk membersihkan kotoran yang menempel di wajah, dengan cara mengusapkan susu pembersih ke wajah menggunakan kapas kecantikan setelah itu dilanjutkan dengan memakai penyegar agar wajah lebih bersih.

2. Setelah wajah dibersihkan lalu dilanjutkan dengan memakai pelembab wajah berfungsi untuk melembabkan wajah agar tidak terlalu kering, dengan cara diusapkan ke wajah secara merata.

3. Selanjutnya memakai alas bedak/foundation agar wajah terlihat halus dengan cara diusapkan ke wajah secara merata menggunakan spons basah khusus alas bedak.

4. Langkah selanjutnya adalah memakai bedak tabur dan bedak padat agar riasan terlihat lebih halus, yaitu dengan cara mengusapkan bedak dengan menggunakan spon bedak secara merata ke wajah.

(66)

6. Selanjutnya adalah membuat bayangan hidung dengan menggunakan eye-shadow warna coklat, berfungsi agar hidung terlihat lebih mancung, dengan cara menyapukan eye-shadow warna coklat di samping kanan-kiri batangan hidung lalu dibaurkan dengan saput agar tidak terlihat garisnya.

7. Setelah itu menggunakan eye-shadow, dengan cara menyapukan eye-shadow pada kelopak mata menggunakan saput eye-shadow, warna yang digunakan disesuaikan dengan warna baju penari.

8. Selanjutnya adala

Gambar

Tabel 3: Peralatan Rias Tari Sindhung Lengger  ...............................................
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2. Danceskrip Gerakan Tari Sindhung Lengger
Tabel 3. Peralatan Rias Tari Sindhung Lengger
+5

Referensi

Dokumen terkait

Makna simbolis terdapat dalam penyajian gerak antara lain: gerak sadar yang menyimbolkan kehidupan manusia yang selalu berpandangan ke depan tanpa mengulangi

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa unsur-unsur seni tari yang terdapat di dalam Kesenian Angklung Lengger Badut mengandung makna pesan yang

Bentuk pertunjukan kesenian Babalu berupa deskripsi pertunjukan tari babalu dari awal pementasan sampai akhir pementasan, aspek-aspek pertunjukan meliputi gerak tari, deskripsi

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan makna simbolis tari Jaran Pejanggik dalam upacara Khitanan adat suku Sasak, desa Pejanggik, Kecamatan Praya

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolis pola lantai tari Bedhaya Luluh yang dibawakan oleh delapanbelas penari putri dengan menggunakan rias dan

Judul penelitian ini adalah “Fungsi dan Makna Simbolis Bangunan Vihara Sanatha Maitreya di Desa Lincun Kota Binjai: Kajian Tipologi”. Rumusan masalah penelitian ini adalah 1 )

Adapun makna dari Tari Ngoser adalah tarian yang menggambarkan kesesuaian dengan bentuk keseharian masyarakat kabupaten Purbalingga, yaitu masyarakat yang memiliki

Pertama, terdapat sembilan bentuk gerak pada tari pilin salapan yang ada di daerah Air Bangis yang terdiri dari: 1 gerak sambah awal, 2 gerak lenggang barayun, 3 gerak ambiak tali, 4