• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di CV. Lembah Hijau Multifarm - Solo Jawa Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di CV. Lembah Hijau Multifarm - Solo Jawa Tengah)"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH

PADA USAHA PETERNAKAN SAP1 PERAH

(Studi Kasus di CKLembah Hgau Muhifarm Solo-fawa Tengah)

OLEH :

HIDAYATULLAH

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(111)

.~Aun,op

uop 4oyasou onwas yn4un ytsoy ouc!Jal

'DpDJaq u n d ~ u ~ u ! p

D A u D ~ U J ~ S

JDSaq ~ 6 d n ~ j a > (

UDp

DUflSDa

DpunqI

D$JaS

?IJQDS /!J~DAs-H

JDsaq ~ 6 ~ ~ n l a y

uop opunq y ~ A o

$or?q o6nf

UDQ O~UD!J~&"' P D l U U / D ~ f l W RYYDUD

UDP

D&UnA ! U a A

nyIJ4S!

I ~ U D A D S

'

L

16

1-06 1

J~Av

:

(2)

umtul,

I ~ V

JernS ~ e , r n b - i v ] q e r a u !dc a y s !rep

I W P ~

qelrreq~jad q e u r lneq6u3

p n S

eqeW 'r!s-r!s upfirrap ju! rrqe+d!x~aui

neqFrr3 ~lt.lqep!l

'!ute';.l creqnl e~

qqjv

PA,, :

(t'Jrqaaq eA~ras)

iulnq u r p ~ 1 6 u e l

u ~ ~ d ! x r a d

6tre~cra~

cr

kqr!q!ulaur eJaraul u ~ p

(112)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala

pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

"PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA USAHA PETERAWCAN

SAP1 PERAH ( S t u d i Kasus d i CV. L e m b a h H i j a u M u l t i f a r m , S o l o

-

Jawa Tengah)"

Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan

pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas

ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lainnya.

Semua data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan

secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 25 November 2002

Yang Menyatakan,

(113)

ABSTRAK

Hidayatullah. Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Petemakan Sapi Perah (Stud1 Kusus l ) r ( 'V. Lembulz Hguu Mullrfirrm, Solo-,luwu 'lknguh) (dibawah bimbingan

Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, MSc, sebagai Ketua Komisi dan Dr. Erliza Noor sebagai Anggota Komisi).

Usaha peternakan sapi perah merupakan bagian dari sektor pertanian yang potensial menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan berupa feces dan urine serta sisa pakan dalam jumlah yang cukup besar dan mempunyai peluang untuk dimanfaatkan, tetapi juga berpotensi untuk mencemari lingkungan. Masalah pencemaran ini menjadi serius pada usaha peternakan sapi perah dengan pengelolaan limbah yang kurang baik. Scbaliknya bila limbah ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tarnbah.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan ataupun mengurangi limbah suatu usaha peternakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha lainnya, seperti usaha pembuatan kompos, budidaya ikan, dan budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem pertanian terpadu (Integrated Furmmg System). Sistem pertanian terpadu ini diarahkan pada penerapan produksi bersih (Cleaner Productron) yaitu melalui proses daur ulang. Disamping itu dapat juga dilakukan dengan penggunaan mikroba tertentu, guna mengurangi beban pencemaran yang ditimbulkan oleh suatu usaha peternakan.

Sistem pertanian terpadu dengan penerapan produksi bersih untuk mengurangi beban pencemaran yang ditimbulkan usaha peternakan sapi perah telah dilakukan pada CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo. Tujuan umum penelitian ini adalah mengatahui efektifitas dan penerapan produksi bersih yang telah dilakukan CV. LHM, Solo. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk menentukan kadar NH3 dan H2S dalam limbah padat (feses) sapi perah guna meminimalisasi beban pencemaran yang ada, untuk mengetahui efisiensi penggunaan limbah cair sebagai air pencuci kandang ternak, dan untuk mengkaji manfaat ekonomis penggunaan pupuk organik dalam sistem usahatani terpadu. Metode yang digunakan adalah inetode observasi dan wawancara terstruktur dengan kuisioner yang tclah disiapkan sebelumnya. Selanjutnya data ditabulasi sesuai dengan tuj uan penelitian dan dianalisis secara komparatif dan deskriptif. Analisis karakteristik limbah cair sapi perah dan limbah padat dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas MlPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pertanian terpadu dengan penerapan produksi bersih melalui proses daur ulang (recycling) cukup efektif dalam mengurangi beban pencemaran. Kandungan amoniak dan sulfida pada feses sapi perah milik CV. LHM dapat diminimalisasi berturut-turut sebesar 90 % dan 28 %

(114)

petani. Hal ini berarti bahwa penerapan produksi bersih yang dilakukan oleh perusahaan mampu meminimalisasi beban pencemaran yang ditimbulkan oleh usaha peternakan sapi perah.

Penggunaan air limbah dapat dijadikan alternatif untuk pencucian kandang ternak, sehingga dapat menghemat penggunaan air tanah sebanyak 3.060.000 literltahun dan menghemat biaya sebesar Rp 4.069.800,- per tahun (40,28%). Dengan demikian berarti perusahaan mampu melakukan efisiensi penggunaan sumberdaya air dan menghemat biaya untuk pengelolaan limbah serta meminimalisasi beban pencemaran yang masuk ke lingkungan, sehingga biaya untuk perbaikan lingkungan pun dapat dikurangi. Penggunaan pupuk organik (fine compo.v/) sebagai pupuk alternatif dapat menekan penggunaan pupuk anorganik ureu dan 73' masing-masin

B

sebesar 260 kg (86,6%) dan 40 kg (40,0%) untuk areal sawah seluas 3000 m .

Adanya pengurangan penggunaan ptipuk an-organik ini akan mengurangi residu zat- zat kimia yang masuk ke tanah dan tanaman (padi dan palawija), sehingga mutu padi yang dihasilkan lebih baik karena tidak mengandung residu zit-zat kimia yang dapat menganggu kesehatan manusia. Disarnping itu dengan penggunaan pupuk organik

(115)

PENERAPAN PRODUKSI BERSIH

PADA USAHA PETERNAKAN SAP1 PERAH

(Studi Kasus di CK Lembah Hijau Muftifarm, Solo

-

Jawa Tengalr)

OLEH :

HIDAYATULLAH

Yesis

Sebugur sulult su/u syurcl un / uk memperolelz gelur Mugrs/er Sums pudu

Progrum Sf u d ~ f'engelokuun Sumherd(~yu Alum dun 1,rngkungun

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(116)

Judul

N a m a

N R P

: Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kusus di CV. Lembah Hijau Multifarm - Solo

Jawa Tengah)

Menyetuj

ui,

1. Komisi Pembimbing.

Prof. Dr. Ir. Kooswardh~no Mudikdio, MSc. Dr. Ir, Erliza. Noor

Ketua Anggota

Mengetahui,

2.

Program Studi Pengelolaan 3. Program Pascasarjana SurnberdayaAlam dan Institut Pertanian Bogor, Lingkungan,

Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS.

Ketua

(117)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 7 Oktober 1971 sebagai anak ke-9

dari pasangan H. Abdurrauf Syahril Sabrie dan Hj. Azizah. Pendidikan sarjana

ditempuh di Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro

(UNDIP) - Semarang, Jawa Tengah, lulus pada tahun 1995.

Pada akhir tahun 1995, penulis pernah beke j a sebagai supervisor pada usaha

budidaya udang milik PT. Central Pertiwi Bratasena di Propinsi Lampung. Pada

tahun 1997, penulis diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kantor

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Bengkulu yang sebelumnya

merupakan Balai Infonnasi Pertanian Bengkulu di bawah Badan Diklat Pertanian.

Penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada institusi yang sama pada

tahun 1998.

Pada bulan September 2000, penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti

tugas belajar pada lnstitut Pertanian Bogor (iPB), pada Program Pascasarjana (S2),

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), dengan biaya

dari Proyek PAATP Pusat, Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Penulis menikah dengan Yeni Yun~ta pada tanggal 4 April 1999 dan telah

dikarunia seorang anak laki-laki berriama Muhammad Fajrianto, lahir di Be~gkulu

pada tanggal 29 Juni 2000. Penulis dan keluarga untuk sementara masih tinggal di

Jalan Enggang Blok 11 No. 89 Perumnas Pagar Dewa Bengkulu. Telpon 0736-5 1774.

pen& salnpai saat ini masih menjadi PNS di BPTP Bengkulu, Badan Litbang

Pertanian Jakarta dengan alamat JI. irian Km 6,5 Kota Bengkulu, Telepon 0736-

(118)

PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tesis yang

berjudul "Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi

Kasus di CV. Lembah Hijau Multgarm, Solo-Jawa Tengalz)", ini dengan baik.

Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master of

Science (M.Si) pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam

kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc. selaku Ketua Komisi

Pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan, saran, bimbingan dan

nasehatnya, sehingga penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik.

2. Dr. Ir. Erliza Noor selaku anggota komisi pembimbing, yang dengan sabar

dan tekun membimbing penulis, sehingga penulis termotivasi menyelesaikan

tesis ini dan berusaha untuk belajar lebih banyak lagi.

3. Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Progam Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor, atas semua saran dan arahannya.

4. Istri saya tercinta Yeni Yunita, yang dengan sabar, tabah dan tekun

mendampingi saya selama pendidikan ini, baik dalam suka maupun duka,

(119)

5. Bapak Syahril Sabrie dan fiu Azizah serta keluarga besar di Bengkulu, yang

telah membesarkan, mendidik dan berkorban (baik moril ataupun materil),

untuk saya serta men-do'a-kan saya, sehingga saya dapat menyelesaikan

pendidi kan ini dengan baik.

6. Ibu Rasuna dan keluarga besar di Bengkulu yang telah banyak memberikan

pengorbanan (baik moril ataupun materil), motivasi dan do'anya sehingga

saya dapat menyelesaikan pendidi kan ini dengan bai k.

7. I Wayan Alit Artha Wiguna, atas saran, perhatian dan bantuannya dalam

penulisan tesis ini.

8. Santi Ambanvati, atas saran, perhatian dan bantuan zat-zat kimianya.

9. Rita Indrasti, atas saran dan bantuannya dalam penyelesaian tesis ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa Sz dan St Pro&?-am Studi PSL khususnga dan

Progam Pascasarjana IPB umumnya yang tidak mungkin disebutkan satu per

satu disini.

Kami menyadari bahwa penulisan tesis ini mungkin belum sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini sangat kami harapkan. Semoga

tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, 25 November 2002

(120)

DAFTAR

IS1

Halaman ... HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSEMBAHAN ...

SURAT PERNY ATAAN

... RINGKASAN ... HALAMAN PENGESAHAN ... PRAKATA ... RIWAYAT HIDUP ... DAFTAR IS1 ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN v1

vii ...

V l l l

1 x

X

xi

I . PENDAHULUAN ... 1 1 . 1 . Latar Belakang ... 1

...

1.2. Permasalahan 3

...

1.3. Kerangka Pemikiran 6

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

...

1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 8

...

1.6. Hipotesis 9

... .

I1 TINJAUAN PUSTAKA 10

. . .

2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah 10

2.2. LimbahUsahaPetemakan ... 1 1

...

2.3. Sistem Usahatani Terpadu (ln/egrulrd l~urn~rng ,Sy.vlem) 14

...

2.4. Konsep Prodaksi Bersih 19

. . .

2.4.1. Definisi Produksi Bersih 19

...

2.4.2. Pengertian Produksi Bersi h 21

2.4.2. Penerapan Produksi Bersi h (Cleaner Production) ... 22 2.4.3. Manfaat dan Keuntungan Penerapan Produksi Bersih ... 26

. . .

I11 . METODE PENELITIAN 28

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian . . . 28 3.2. Jenis Data Yang Dikumpulkan . . . 28

3.3. Metode Pengambilan Contoh Air ... 29

3.4. Metode Pengambilan Contoh Feses ... 29

(121)

...

IV . Gambaran Umum Lokasi Penelitian

...

4.1. Letak Perusahaan

...

4.2. Deskripsi Perusahaan

... .

4.3. Sistem Pertanian Terpadu Di CV LHM, Solo Jawa Tengah

...

4.3.1 . Usaha Peternakan Sapi Perah

...

4.3.2. Usaha Budidaya Padi Sawah

...

4.3.3. Usaha Budidaya lkan Dalam Kolam

...

4.3.4. Usaha Pembuatan Kompos

...

4.3.5. Usaha Pembuatan Probiotik Starbio

4.4. Proses Produksi Dalam Usaha Peternakan Sapi Perah ...

4.5. Sistem Pengelolaan Limbah Ternak Di CV . LHM, Solo ...

4.6. Biaya Pengelolaan Limbah Ternak Di CV . LHM, Solo ...

V . HASIL DAN PEMBAI-IASAN ...

5.1. Analisis Karakteristik Limbah Cair Usaha Peternakan

...

Sapi Perah

5.2. Penggunaan Probiotik Starbio Pada Usaha Peternakan

...

Sapi Perah

5.2.1. Kandungan Amoniak (NH3-N) Dalam Limbah Padat ...

5.2.2. Kandungan Sul fida (H2S) Dalam Limbah Padat ...

5.3. Efisiensi Penggunaan Air Di CV . LHM, Solo- Jawa Tengah ...

5.4. Manfaat Daur Ulang Limbah Ternak Sebagai Pupuk Organik Dalam Sistem Pertanian Terpadu ...

5.5. Keragaan Usaha Pada Sistem Pertanian Terpadu Di CV . LHM,

...

Solo-Jawa Tengah

VI . KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

...

6.1. Kesimpulan 67

6.2. S a r a n ... 68

(122)

DAFTAR TABEL

Teks Halaman

Jumlah Sapi Perah di Indonesia Tahun 1 997-200 1.

Jumlah Limbah yang Dihasilkan Oleh Beberapa Jenis Ternak. Parameter Kmlitas Air dan Metode Analisis Yang Digunakan. Rataan Produksi Limbah Setiap Hari di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.

Biaya Pengelolaan Limbah Ternak Di CV. LHM, Solo Hasil Analisis Karakteristik Limbah Cair Sapi Perah Di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.

Hasil Analisis Kandungan NH3-N Pada Feses Sapi Perah Milik CV. LHM dan Petani Disekitamya..

I - h i 1 Analisis Kandungan H2S Pada Feses Sapi Perah Milik CV. LHM clan Petani Disekitarnya.

Total Kandungan NH3 dan H2S Dalam Limbah padat Sapi Perah Tahun 200 1

Analisis Efisiensi Penggunaan Air Tanah (Sumur Bor) Untuk Pencucian Kandang Sapi Perah Di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

Analisis Usahatani Sebel um Menggunakan Fine Compost di Sawah Mil~k CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.

Analisis Usahatani Sesudah Menggunakan Fine Compost di Sawah Milik CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.

Eiisiensi Penggunaan Pupuk An-organik (Kimia) Untuk Padi Sawah Setelah Penggunaan Pupuk Organik (Fine Compost) Di CV. LHM, Solo-jawa Tengah.

(123)

DAFTAR

GAMBAR

Gambar Teks Halaman

Siklus Daur Hidup Sistem Usahatani Terpadu (Integrated Farming System) di CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo-Jawa Tengah.

11 ustrasi Kerangka Pemi ki ran

Model Sistem Pertanian Terpadu Di Vietnam Model Sistem Pertanian Terpadu Di Malawi

Model Integrasi Usahatani dan Usaha Ternak (Crop-unzmul

,Sy.vlem)

Lokasi Pengambilan Contoh Limbah Cair dan Feses

Peta Desa Triyagan Tempat Usaha Peternakan Sapi Perah CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

Struktur Organisasi CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

Ilustrasi Sistem Pertanian Terpadu dan Tata Letak Kandang Sapi Perah di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

Bzgan Alir Proses Produksi Pada Perusahaan Peternakan Sapi Perah CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

(124)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Teks

Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Piagam Penghargaan Di Bidang Lingkungan Hidup Yang Pernah Diterima Oleh Direktur

CV.

LHM, Solo-Jawa Tengah.

Hasil Analisis Limbah Cair dan Padat Usaha Peternakan sapi Perah

Analisis Usahatani Sapi Perah Produksi Sebanyak 36 Ekor di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

Analisis Usahatani Budidaya Padi Sawah di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

Analisis Usahatani Ikan Patin di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

Analisis Usahatani Pembuatan Kompos di CV. LHM, Solo- Jawa Tengah

Analisis Usahatani Pembuatan Probiotik Starbio di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

Anggaran Biaya Per Tahun Untuk Pencucian Kandang Sapi Perah Di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah

(125)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka pembangunan yang benvawasan lingkungan, semua kegiatan

dalam pelaksanaan pembangunan harus didasarkan pada daya dukung dan kualitas

lingkungan, demikian pula pembangunan di bidang peternakan. Kegiatan peternakan

akan mengandung resiko pencemaran, sehingga akan mempengaruhi ekosistem yang

menjadi penunjang dan kualitas lingkungan hidup seperti kualitas air, baik secara

fisik maupun kimia (Soerjani dkk., 1987; Suratmo, 1998).

Usaha peternakan sapi perah, dengan populasi lebih dari 20 ekor dan relatif

terlokalisasi akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan (SK. Mentan

No. 237IKptslRC4 101 199 1 tentang batasan usaha peternakan yang hams melakukan

evaluasi lingkungan). Data populasi sapi perah di Indonesia sejak tahun 1997-2001

menunjukkan kenaikan seperti terl i hat pada Tabel 1

Tabel 1. Jumlah Sapi Perah di Indonesia Tahun 1997 - 2001

Tahun Populasi Sapi Perah Limbah (Padat dan Cair) (Ekor) . Yang Dihasilkan

(126)

Tabel 1 memperlihatkan tingkat pengeluaran limbah ternak sapi perah.

Menurut penelitian Juheini (1999), sebanyak 56,67% peternak sapi perah membuang

limbah ke badan sungai tanpa pengolahan. Hal ini berakibat pada pencemaran

lingkungan, baik pencemaran air, tanah, dan udara. Pencemaran lingkungan yang

ditimbulkan oleh aktivitas peternakan, terutarna berasal dari limbah yang dikeluarkan

oleh ternak yaitu feses, urine, sisa pakan, dan air buangan yang berasal dari

pembersihan ternak dan kandang (Charles, 199 1 ; Prasetyo dkk., 1993).

Pencemaran air disebabkan oleh bahan-bahan organik seperti karbohidrat,

protein, lemak dan selulosa (ligno selulosa) yang terkadung pada kotoran sapi.

Sedangkan pencemaran udara diakibatkan oleh gas-gas yang dihasilkan melalui

proses dekomposisi bahan organik, seperti NH7, H2S. dan CH4. Disamping itu

kotoran sapi juga dapat merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan

berbagai bakteri, baik yang bersifat patogen maupun non-patogen, sehingga

menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat.

Adanya pencemaran oleh limbah peternakan sapi sering menimbulkan

berbagai protcs dari kalangan masyarakat sekitamya, terutarna karena adanya rasa

gatal yang ditimbulkan apabila menggunakan air sungai yang tercemar limbah

peternakan sapi, disamping bau yang sangat menyengat. Salah satu usaha alternatif

dari sistem pengolahan limbah adalah dengan penerapan produksi bersih pada usaha

peternakan sapi perah, yaitu dengan proses daur ulang limbah dan penggunaan

(127)

Melalui proses daur ulang diharapkan dapat mengurangi limbah yang

mencemari lingkungan, baik limbah padat maupun cair, untuk dimanfaatkan kembali.

Bahan yang didaur ulang dapat digunakan bagi usaha peternakan itu sendiri.

Tambahan suplemen pada pakan berupa probiotik starbio akan meningkatkan

penguraian dan penyerapan zat-zat nutrisi, sehingga sisa kotoran sangat minim (hanya

berupa ampas). Melalui penerapan produksi diharapkan pemanfaatan limbah dapat

dilakukan secara optimal.

1.2. Permasalahan

Usaha peternakan sapi perah di Indonesia masih membuka peluang dan

mempunyai prospek yang cukup besar, mengingat perrnintaan akan susu oleh industri

pengolahan susu (IPS) per tahun sebesar 400.000 ton, sedangkan produksi dalam

negeri baru bisa memenuhi 75 persen dari kebutuhan tersebut. Untuk memenuhi

kekurangan itu, bagi pemilik modal terbatas, dapat mengusahakan peternakan sapi

perah yang bersifat tradisional sampai semi intens~f, sedangkan bagi pemilik modal

besar dapat mengupayakan usaha sapi perah secara intensif

Usaha peternakan sapi perah merupakan bagian dari sektor pertanian yang

potensial menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan berupa feces dan urine

serta sisa pakan dalam jurniah yang cukup besar. Satu ekor sapi dengan bobot badan

(128)

Masalah pencemaran ini menjadi serius pada usaha peternakan sapi perah

dengan pengelolaan limbah yang kurang baik. Sebaliknya bila limbah ini dikelola

dengan baik dapat memberikan nilai tambah. Pengelolaan limbah yang kurang baik,

umumnya te rjadi pada usaha peternakan yang masih bersifat tradisional sampai semi

intensif. Pada usaha peternakan sapi yang bersifat intensif sudah dilakukan

pengelolaan limbah, sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan. Apabila

diamati secara cermat, ternyata pengelolaan limbah yang dilakukan nampaknya

masih menyebabkan terjadinya pencemaran. Pencemaran tersebut dapat merugikan

masyarakat dan merusak lingkungan disekitar usaha peternakan tersebut.

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan ataupun mengurangi

limbah suatu usaha peternakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha lainnya, seperti

penggunaan suplemen pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya ikan, dan

budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem usahatani terpadu (ln/c.grured

I.hrrnmg Sy.slern urau 11.S";. Sistem usahatani terpadu ini tentunya harus diarahkan

pada penerapan produksi bersih (('leuner l'roduc/roiz uluu ( ' I > ) . Sebagai contoh

adalah usaha peternakan sapi perah pada CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo. Jaisa

Tengah yang menerapkan sistem usahatani terpadu dengan pendekatan pada produksi

(129)

Gambar 1 . Siklus Daur Hidup Sistem Usahatani Terpadu (Integrufed Farming ,Sy.vtenz utuu 11:S) di CV. LHM, Solo - Jawa Tengah.

TERNAK

PERAH

,

+

Berdasarkan pennasalahan tersebut, maka ada beberapa ha1 yang hams

dijawab melalui penelitian ini :

a) Efektifitas penerapan produksi bersih pada usaha peternakan sapi perah di

CV. Lemhah Hijau Multifarm Solo Jawa Tengah.

b) Usaha alternatif yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan efektifitas

produksi bersih pada CV. Lembah llijau Multifann Solo, Jawa Tengah.

c) Keuntungan ekonomis yang diperoleh dari sistem usahatani terpadu

(Inlegrated f i r m i n g System) yang melakukan daur ulang. PAKAN

TERNAK 4

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN CAIR

4 1

+

JERAMI

PROBIOTIK STARBIO

CAIR PADAT

PAD!

-

4-c

SAWAH (PADI)

4

v PUPUK ORGANIK (FINE COMPOST)

KOLAM

(130)

1.3. Kerangka Pemikiran

Limbah peternakan sapi perah tergolong sebagai limbah organik karena

mengandung protein, lemak dan karbohidrat yang cukup tinggi, yang berpotensi

sebagai sumber pencemar lingkungan. Disamping pencemaran, ada kemungkinan

zat-zat tertentu yang memiliki nilai positif bagi pengembangan sektor pertanian,

karena limbah peternakan juga mengandung berbagai unsur yang dibutuhkan oleh

tanaman. Koshino, (1990) mengatakan bahwa sapi dengan bobot badan 400-500 kg

akan menghasilkan limbah sebanyak 27,530 kg per ekor per hari. Selanjutnya juga

dikatakannya bahwa feses maupun air kencing sapi mengandung N, P20s, K20, CaO,

dan M@.

Adanya kandungan unsur tersebut memberi peluang untuk memanfaatkan

limbah padat melalui proses daur ulang, sehingga menjadi produk lain seperti pupuk

organik (fine composf). Pupuk organik ini digunakan sebagai pupuk alternatif bagi

tanaman padi. Penggunaan pupuk organik sebagai pupuk alternatif dalam usaha

budidays padi sawah ataupun palawija, aihsrapkan dapat menekan penggunaan

ljupuk kimia (u3-organik). Penggunaan pupuk an-organik oleh petani cenderung

berlebihan. Demikian pula limbah cairnya bisa didaur ulang, sehingga dapat

digunakan kembali sebagai sumber air untuk pembersihan kandang sapi.

Penggunaan kembali air limbah ini diharapkan dapat menekan penggunaan air tanah

atau sumur bagi pencucian kandang, sedangkan penambahan probiotik starbio pada

(131)

limbahnya dapat diminimalisasi. Dengan demikian kotoran menjadi tidak berbau,

sehingga lingkungan kandang menjadi lebih sehat.

Untuk mewujudkan sistem usahatani terpadu yang menerapkan produksi

bersih, maka usaha peternakan tersebut harus diintegrasikan dengan penambahan

starbio pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya padi dan budidaya ikan

dalam kolam. Sebagai ilustrasi dari kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada

gambar 2.

Gambar 2. Ilustrasi Kerangka Pemikiran

USAHA PETERNAKAN

DAUR ULANG LIMBAH

SAP1 PERAH (CAIR & PADAT)

,

A

v v

PROBlOTIK

-

SAWA1-I PUPUK

STARBIO (PAD]) ORGANIK

JERAMI KOLAM

I I

I

I

I

I

+

SISTEM USAHATANI TERPADU +

+

-w

I

I - - - )

LIMBAH

(132)

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus pada usaha peternakan sapi perah skala

besar dengan ruang lingkup sebagai berikut :

1. Limbah padat, yaitu mengukur kandungan NH3 dan H2S dalam feses sapi

perah. Selanjutnya dibandingkan dengan kandungan NH3 dan H2S dalam

feses sapi yang dipelihara oleh petani secara konvensional.

2. Daur ulang limbah cair dari bak akhir, yaitu menghitung efisiensi penggunaan

air limbah untuk digunakan sebagai air pencuci kandang, dibandingkan

dengan penggunaan air tanah.

3. Manfaat ekonomis, yaitu dengan menghitung efisiensi penggunaan pupuk

organik pada usahatani padi (sawah) yang dilakukan oleh perusahaaan,

dibandingkan dengan penggl-maan pupuk kimiawi (buatan).

1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1 . Mengatahui efektifitas dan penerapan produksi bersih yang telah

dilakukan CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.

2. Untuk mengetahui kandungan NH3 dan H2S dalarn l~mbah padat (feses)

sapi perah pada sistem usahatani terpadu (Integrated Furin~ng Sys~rern).

3. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan limbah cair sebagai air pencuci

(133)

4. Untuk mengkaji manfaat ekonomis penggunaan pupuk organik dalam

sistem usahatani terpadu (Integruted I;urmmg System).

Kegunaan penelitian ini adalah :

1. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang penerapan

produksi bersih pada usaha peternakan sapi perah skala besar.

2. Sebagai informasi dan masukan bagi dinas atau pemda dan para

pengusaha swasta dalam pengembangan sistem pertanian berbasis sapi

perah yang ramah lingkungan.

1.6. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

1 . Perbaikan terhadap sistem pertanian terpadu akan dapat meningkatkan

efisiensi usaha peternakan sapi perah milik CV. Lembah Hijau Mutifarm,

Solo

2. Produksi bersih terutama proses daur ulang limbah dapzit mengurangi

kandungan NH3 dan H2S dalam limbah usaha peternakan sapi perah.

3. Sistem pertanian terpadu yang menerapkan produksi bersih lebih efisien

(134)

11.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Peternakan Sapi perah

Berdasarkan undang-undang No. 611967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Peternakan dan Kesehatan Hewan usaha peternakan dikelompokkan menjadi dua

bentuk, yaitu : (1) Usaha peternakan; dan (2) Perusahaan peternakan. Berdasarkan

jumlah sapi perah yang dipelihara, peternakan sapi perah dapat dibagi atas peternakan

kecil atau peternakan rakyat dan peternakan besar atau perusahaan peternakan.

Peternakan rakyat dicirikan dengan jumlah sapi yang dipelihara tidak lebih dari 10

ekor, pada umurnnya tidak merniliki lahan khusus untuk penanaman hijauan pakan

dan menggantungkan kebutuhan hijauan pada rumput-rumput alam. Sedangkan

peternakan besar dicirikan dengan jumlah sapi yang dipelihara lebih dari 10 ekor,

pada umurnnya sudah memiliki lahan untuk tanaman hijau meskipun kadang-kadang

belum mencukupi dan sedikit banyak masih tergantling pada rumput-rumput alam

(Siregar, 1996).

Menurut Djarsanto, (1992) usaha peternakan rakyat mempunyai ciri antara

lain skala usaha kecil atau rumah tangga dengan tipologi sebagai cabang usaha,

teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum

sepenuhnya berorientasi pasar, dan belum peka terhadap berbagai perubahan.

Perusahaan peternakan merupakan usaha peternakan yang diselenggarakan oleh suatu

perusahan secarar komersial dan mempunyai izin usaha, serta dalam proses produksi

(135)

peternakan sapi perah di Indonesia umurnnya merupakan usaha keluarga di pedesaan

dalam skala kecil, sedangkan skala usaha besar masih sangat terbatas dan umumnya

merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh.

Guswar,W. (1 997) dufum Rohrnani, (2000) merinci usaha peternakan sapi

perah mulai dari skala kecil5- 10 ekor ; menengah 2 1 - 200 ekor ; dan besar lebih dari

200 ekor. Usaha sapi perah skala kecil pada umumnya adalah usaha sarnbilan

disamping pekerjaan utama sebagai petani. Peternak skala usaha menengah sudah

mampu mengembangkan penelitian, tetapi masih tergantung pada instansi lain seperti

perguruan tinggi. Peternak skala besar sudah merupakan industri dengan

menggunakan manajemen, teknologi yang canggih dalam upaya meningkatkan

produktivitas dan tatalaksana pemeliharaannya. Usaha skala besar ini diharapkan

dapat menjadi mitra yang baik bagi usaha peternakan sapi perah menengah dan kecil.

2.2. Limbah lJsaha Peternakan

Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari

suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa padatan (feses) dan cair (urine), ataupun

sisa makanan yang tidak termakan oleh ternak. Sejalan dengan pendapat Merkel,

( 1 98 1) yang menyebutkan bahwa limbah peternakan adalah bahan yang dieksresikan

oleh ternak dan sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi. Sedangkan menurut

Soehadji (1992) limbah peternakan adalah semua buangan dari usaha peternakan

yang bersifat padat, cair, maupun gas. Limbah padat merupakan semua limbah

(136)

isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah berbentuk

cairan atau berada dalam fase cair (air seni atau urine, air pencucian alat-alat) dan

limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas.

Limbah cair merupakan limbah dalarn bentuk cair yang dihasilkan dalam proses

produksi sebelum dibuang ke badan air atau ambien (Ginting, 1995).

Algamar (1986) berpendapat bahwa limbah industri pertanian kebanyakan

menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat, yang masih kaya dengan zat

organik yang mudah mengalami penguraian. Demikian juga halnya dengan limbah

ternak, bahan pencemar utamanya adalah bahan organik yang merupakan bahan

pencemar bagi air serta mempunyai kandungan BOD yang tinggi dan sedilut

kandungan oksigen terlarut (Overcash et.al., 1983 & Bewick, 1980). Sedangkan

menurut Acher dan Nicholson, (1992) disebutkan bahwa bahan lainnya yang ada

dalam limbah terriak adalah zat nutrisi seperti nitrogen dan posfat.

Haga ( 1 990) menyatakan bahwa industri peternakan di Jepang telah

berkembang dengan begitu cepatnya. Pada tahun 1987 telah dihasilkan sekitar 90

juta m3 limbah ternak. Limbah ternak tersebut mengandung sekitar 54 juta m3 feses

dan 36 mi urine. Sekitar 90% limbah ternak potong telah digunakan sehagai .

kompos. Lebih jauh juga dinyatakan bahwa limbah ternak tersebut mengandung

beberapa unsur hara seperti nitrogen, phosfor, potasium dan berbagai mineral lainnya.

Jumlah limbah yang dihasilkan, sifat fisik dan kimia tergantung pada umur,

spesies ternak dan sistem pemeliharaan serta banyaknya air yang digunakan (Acher

(137)

kualitasnya berhubungan dengan bobot tubuh, produksi susu, komposisi ransum,

komposisi air, sistem pemeliharaan dan lingkungan. Dari hasil analisis laboratoriurn

menunjukkan bahwa feses temak ruminansia seperti sapi dan kambing mengandung

bahan kering antara (40-50)% dan nitrogen antara (1.2-2.1)% yang sangat tergantung

pada bahan penyusun ransum, tingkat kelarutan nitrogen dalam pakan, nilai biologis

pakan (Mathius, 1994).

Tabel 2. Jumlah Limbah yang dihasilkan beberapa Jenis Ternak.

No.

1.

I

Kambing atau Domba

7

-.

I

Babi

Dari tabel 2 terlihat bahwa jumlah limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi

paling banyak dibandingkan jenis temak lainnya yaitu 27,5-30 kglekorlhari. Dengan

demikian limbah petemakan mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penyebab

pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu limbah tersebut harus dikelola

dengan baik sehingga jumlah limbah yang mencemari lingkungan dapat dikurangi.

1;

i s 7 i p

1 2 7 5 - 3 0 1 6 2 7 - 6 7 5 ' -

A am etelur 0 1 2 - 0 14 0 2 7 - G 3 2 7 1 -

Avam ~edaginn 0 1 2 - 0 13 0 2 7 - 0 2 9 1 -

Jumlah bahan kompos yang dihasilkan (bahan segar) (Kg) 18.2 0.85 - 1.9

87 75 0 55 0 37

Jenis Ternak

Ruminansia kecil seperti

Setara dengan Bahan Segar (Kg) 4.0 Jumlah Limbah (bahan kering) (Kgekorhari) 1.8

1 9 1 - 4 . 0 11411 - Sisa hijauan

/ pakan yang terbuang (Kghari)

14.2

(138)

2.3. Sistem Usahatani Terpadu (Integrated Farming System)

Upaya memadukan tanaman, ternak dan ikan di tanah pertanian memiliki

manfaat ekologis dan ekonomis. Sistem-sistem ini menghasilkan pelestarian alam,

karena dapat meningkatkan stabilitas habitat dan keanekaragaman hayati yang hidup

di lahan dan di daerah sekitarnya, sehingga sistem ini lebih mendorong pelestarian

habitat dan sumberdaya hayati yang ada. Sebagai contoh dengan memanfaatkan

sampah sebagai kompos untuk lahan dan pembuatan pakan ikan sebagai makanan

dengan kadar protein yang tinggi. Sistem ini memanfaatkan lingkungan mikro

dalam suatu sistem pertanian yang menambah produktifitas dan mencegah te jadinya

erosi tanah oleh air serta aliran permukaan (Chambers, 1990 dalam Reijntjes, et a1

1 999).

Model-model sistem usahatani terpadu telah banyak dilakukan oleh para

petani di Vietam dan Malawi. Model ini menggambarkan bagaimana usahatani

dipadukan untuk memanfaatkan berbagai sumberdaya lahan dan air serta

menggantikan 112pul luar. Dengan cara ini para petani dapat mentransfonnasikan

sistem pertanian mereka dengan memadukan usaha-usaha yang ada dan

mengembangkan asaha-usaha baru yang lebih baik dan produktif.

Di Vietnam (Gumbur 3), model-model aliran sumberdaya hayati

menunjukkan bagaimana pemanfaatan air dari parit untuk irigasi tanaman sayuran

dan jerami padi sebagai mulsa bagi tanaman palawija. Selanjutnya rabuk ayam dan

(139)

berkembang menjadi pakan ikan dan udang. Rabuk hewan dan kotoran ikan juga

digunakan sebagai pupuk untuk padi.

Sumber : Reijntjes, et a11999

Gambar 3. Model Sistem Usahatani di Vietnam

Selain mendapatkan makanan alarni berupa phytoplankton, udang dan ikan

juga mendapat makananan dari produk sampingan, seperti kecambah padi, tepung

ketela, bekatul, minyak kelapa, kacang tanah, serta kotoran ikan dari salurarl irigasi.

Disamping itu, dahan mangga dan eukclliptus dimanfaatkanm sebagai penghalau

ternak dan hewan pemburu malam hari serta menyediakan habitat yang aman bagi

udang. Perpadauan seperti ini, akan mengurangi kebutuhan input dari luar, karena

udang dan ikan makan gulma padi, sehingga biaya penyiangan dapat dikurang

sampai sepertiga. Penggunaan input luar (pupuk kimia) dapat dikurangi hingga 30%

(140)

Di Malawi, model-model aliran sumberdaya hayati menunjukkan bagaimana

kolam ikan dipadukan dengan usahatani lain (Gumbar 4). Dengan adanya perpaduan

ini, maka buah-buahan seperti jambu biji, pepaya dan alpukat yang busuk serta rabuk

dari ternak (sapi, domba, atau kambing) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Daun-

daun leucuenu, labu, bayam dan sayuran lainnya dapat dijadikan sebagai pakan ikan.

Katul dan jagung kasar dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan. Kolam, selain

menghasilkan ikan, sedimennya juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk kebun

sayuran dan airnya untuk irigasi bagi tanaman (Reijntjes, et a1 1999).

Sunzher : Heijntjes, el ul 1999

(141)

Sistem usahatani terpadu merupakan salah satu upaya untuk memacu

pengembangan sektor peternakan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan surnberdaya

di suatu kawasan. Laju pertumbuhan produktivitas usaha pertanian merupakan

interaksi antara berbagai faktor yang ada di dalam suatu usaha pertanian. Melalui

diversifikasi cabang-cabang usaha, seperti budidaya ternak, ikan, padi dan palawija,

maka usahatani secara optimum lebih mudah dicapai (Harwood, 1979 dalam

Sudaryanto, 2000). Interaksi yang posistif di antara cabang-cabang usahatani

merupakan landasan dasar bagi pengembangan diversifikasi usaha dalam sistem

pertanian terpadu.

Sebagai upaya bagi peningkatan sistem pertanian diperlukan teknologi

altenatif untuk memperbaiki produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan

petani, antara lain melalui penerapan teknologi sistem usahatani terpadu.

Pengembangan sapi perah di kawasan pengembangan tanaman padi merupakan salah

satu contoh yang menarik untuk ditelaah. Menurut Adnyana (2000) dari setiap

hektar lahan sawah dapat dihasilkan 6 - 8 ton jerami padi per musim tanam, dengan

variasi berdasarkan varietas dan lokasi penanaman. Jerami padi ini dapat digunakan

untuk pakan sapi dewasa sebanyak 2 - 3 ekor sepanjang tahun. Sehingga pada 1 ha

sawah dengan waktu panen 2 kali per tahun akan tersedia pakan berserat untuk 4 - 6

ekor sapi .

Selain jerami, pakan sapi dapat diusahakan dengan pemanfaatan pematang

sawah, yang luasnya sekitar 5 % dari luas sawah, sebagai lahan untuk ditanarni

(142)

dedak dari hasil penggilingan padi. Sementara itu kotoran sapi merupakan pupuk

organik yang sangat dibutuhkan sawah (Gumbur 5). Hasil penelitian BPTP

Karangploso seperti yang dikutip Kompas (September, 2000) menyebutkan bahwa

sawah di Jawa Timur dan Indonesia umumnya sudah miskin bahan organik.

PEMASARAN PEMAS ARAN

SAPRONAK 4

HASIL PAKAN

SAWAH TERNAK

ORGANIK TERNAK

BIO-GAS

S ~ ~ m h r r : Adtya~~a, 2000

Gambar 5. Model Integrasi Usahatani dan Usaha Ternnk

(~to~-a~i~l'~'stem)

Model integrasi usahatani dan usaha ternak memberi peluang pada

pengembangan peternakan dalam satu kawasan. Dengan cara ini, maka

9'. - . .

-

,pemanfaatan sumberdaya akan optimal dan memberi nilai tambah pada produk yangr:

-

-
(143)

terhadap perubahan harga berbagai komoditi pertanian, baik pada tingkat lokal

ataupun global. Simatupang, 1990 u'ulum Ilham, (1998) menjelaskan bahwa

pendekatan sistem usahatani terpadu melalui pengembangan pola usahatani yang

berwawasan lingkungan ditujukan untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil.

Disamping itu, juga ditujukan bagi peningkatan pendapatan petani dan menjaga

kelestarian sumberdaya alam. Dengan pengalokasian sumberdaya yang efisien,

pemanfaatan keunggulan komparatif, pengaturan tata ruang komoditas dan pola

tanam akan menghasil kan hubungan yang sinergisti k antara cabang usahatani.

Disamping itu, pola sistem usahatani terpadu ini mempunyai beberapa

keuntungan baik dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari aspek lingkungan

yaitu adanya upaya dalam ha1 pemanfaatan limbah, efisiensi lahan dan minimisasi

!imbah. Konsep usahatani terpadu ini sangat sesuai, karena berawal dari suatu

pemikiran bagaimana hasil samping yang selama ini menjadi limbah dapat

ciimanfaatkan menjadi suatu hasil yang bernilai ekonomi dengan tetap menjaga

kelestarian lingkungan.

2.4. Konsep Produksi Bersih

2.4.1. Definisi Produksi Bersih

Beberapa definisi produksi bersih menurut para ahli antara lain, Mostert

(1997) menyebutkan bahwa produksi bersih (Cleuner Production) adalah segala

upaya yang dapat mengurangi jumlah bahan berbahaya, polutan atau kontaminan

(144)

(termasuk emisi-emisi yang cepat menguap di udara) sebelum didaur ulang, diolah

atau dibuang. Bapedal (1998) menyatakan bahwa produksi bersih merupakan suatu

strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu

diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan pra produk, sehingga

mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan.

Dalam kegiatan industri, permintaan akan industri yang berwawasan

lingkungan sudah dimulai sejak Tahun 1970 yaitu melalui gagasan-gagasan upaya

pengurangan limbah dalam proses industri, teknologi berlimbah rendah dan

pencegahan pencemaran industri (Raihan, 1999). Lebih lanjut dijelaskan bahwa

program produksi bersih yang diprakarsai oleh U.N.E.P. pada Tahun 1989 bertujuan

lebih komprehensif yaitu untuk :

I . Pelestarian energi dan bahan mentah

2. Mengurangi jumlah limbah sebagai unsur pencemar dari sejak pemilihan bahan,

proscs dan hasil produk.

3. Menghilangkan upaya pemakaian Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).

4. Mengurangi dengan seminimal mungkin jumlah limbah, sehingga limbah

tersebut dianggap sebagai sumberdaya terhamburkan (terboroskan) bila dibiarkan

terbuang ke udara, air dan tanah.

Produksi bersih merupakan suatu tindak lanjut dari Konferensi Dunia tentang

Lingkungan dan Pembangunan yang diselengggarakan di Brazil (liio de june~ro)

tahun 1992 yang dihadiri oleh 179 negara yang antara lain menghasilkan keputusan

(145)

satu tindak lanjut dari komitrnen terhadap Pembangunan Berkelanjutan Benvawasan

Lingkungan adalah mengembangkan Produk Lebih Bersih Sedunia (Cleaner

Producrion World Wide).

2.4.2. Pengertian Produksi Bersih

Pengertian produksi bersih, tidak saja menyangkut proses produksi, tetapi

juga menyangkut pengelolaan seluruh daur produksi, yang dimulai dari pengadaan

bahan baku dan pembantu, proses dan operasi, hasil produksi dan limbahnya, sampai

ke distribusi dan konsumsi. Disamping itu, didalamnya juga menyangkut masalah

pola pikir, sikap dan tingkah laku semua stakeholder yang terlibat dalam daur hidup

suatu produk, baik pemerintah, masyarakat maupun dunla usaha (Noor, 2001 ).

Raihan ( 1999), mengatakan produksi lebih bersih me1 upakan istilah yang

pertama kali digunakan oleh U.N.E.P. untuk menjelaskan pendekatan secara

konseptual, integral dan operasional terhadap proses dan produk, yang memberikan

sekecil mungkin dampak atau resiko dari keseluruhan daur hidup produk terhadap

lingkungan dan manusia. Untuk proses, produksi lebih bersih mencakup upaya

konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan beracutl berbahaya

(B3), mengurangi jumlah bahan dan toksisitas semua limbah serta emisi yang

dikeluarkan. Sedangkan untuk Produk, produksi lebih bersih memfokuskan pada

upaya pengurangan dampak pada keseluruhan daur hidup produk (product lrfe cycle).

Dengan demikian, produksi hersih pada proses berarti meningkatkan efisiensi

(146)

mengganti atau mengurangi jumlah dan toksisitas seluruh emisi dan iimbah sebelum

keluar dari proses. Sedangkan produksi hersill pudu produk berarti mengurangi

dampak pada keseluruhan daur hidup, mulai dari pengambilan bahan baku sampai

pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan lagi. Aplikasi secara

kontinyu suatu tindak pencegahan terhadap lingkungan dan strategi bisnis yang

terpadu agar diperoleh sumber daya, proses dan produk serta servis dengan tingkat

efisiensi yang tinggi, sehingga keuntungan yang diperoleh meningkat dan resiko

terhadap lingkungan menunm.

2.4.3. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production)

Penerapan produksi bersih yang didasarkan pada definisi dan pengertiannya,

hams menyangkut bzberapa pokok penting (Noor, 200 1 ) vaitu :

I . Untuk Proses Produksi.

Menyangkut efisiensi dan efektivitas penggunaan bahan baku (serat), bahan

kimia, air, energi dan sumber iainnya ; Mengurangi penggunaan bahan kimia

toksik dan berbahaya ; Mengurangi kuantitas dan tingkat toksik semua emisi dan

limbah yang keluar dari proses. Dengan tujuan akhir, untuk mengurangi volume

dan kadar limbah berbahaya sehingga menaikkan keuntungan.

2. Untuk Produk.

Mengurangi dampak lingkungan dari setiap daur hidup produk, dimulai dari

(147)

kondisi lingkungan dengan menekan biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan

limbah.

Untuk Servis.

Mengkaitkan aspek lingkungan pada saat perencanaan dan penghantaran servis,

seperti desain kemasan (pengungkutan) dan daur ulang produk.

Esensi dasar dari penerapan produksi bersih (Noor, 200 1 ) adalah :

-

Pencegahan, pengurangan dan penghilangan limbah dari sumbernya.

-

Perubahan mendasar pada sikap manajemen dan perlunya komitmen.

-

Pencegahan polusi hams dilaksanakan sedini mungkin, pada setiap tahapan

kegiatan yaitu pada pembuatan peraturan, kebijakan, implementasi proyek,

proses produksi dan desain produk.

- Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan

perkembangan sains dan teknologi.

- Penerapan strategi yang komprehensif dan ierpadu, agar produk tetap bersaing

dipasar lokal maupun internasional.

-

Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu

produk.

- Program multi media dan multi disiplin.

-

Diterapkan diseluruh sektor : industri, pemerintah, pertanian (urti luuLs),
(148)

Kegiatan-kegiatan dalam produksi bersih (Noor, 2001) meliputi :

Penggunaan sumber daya alam secara efisien dan melakukan upaya konservasi.

Penggantian bahan baku dan bahan penolong.

Modi ti kasi proses.

Fonnulasi kembali produk-produk.

Pemeliharaan dan peningkatan usaha kebersihan.

Minimisasi penggunaan air dan energi.

Penggunaan kembali dan daur ulang di lokasi

Penerapan tata apik kerumahtanggaar! (House Keeping).

Pelatihan.

Penerapan produksi bersi h pada sektor peternakan di Indonesia relati f belum

banyak dilakukan, ha1 ini kemungkinan disebabkan oleh karena limbah peternakan

berupa limbah organik yang relatif mudah terurai. Walaupun demikian limbah

peternakan mempunyai potensi yang besar untuk mencemari lingkungan terlebih lagi

jika usaha tersebut terlokalisasi pada suatu kawasan tertentu.

Salah satu penerapan produksi bersih di Indonesia telah dilakukan oleh. PT.

Ekudura Indonesia (Bapedal, 1998) yaitu sebuah perusahaan perkebunan swasta

nasional yang mengelola perkebunan kelapa sawit. Perusahan ini terletak di Pekan

Baru Propinsi Riau-Sumatra. Perusahan berusaha mendaur ulang cangkang dan

serabut kelapa sawit sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan uap* yang

(149)

hasil pembakaran janjang kosong digunakan sebagai pupuk di kebun sawit

(Erningpraja, 200 1 ).

Penerapan produksi bersih lainnya pada perkebunan kelapa sawit difokuskan

pada pengawasan mutu dari bahan baku tandan buah segar. Melalui seieksi

kecukupan matang buah untuk di ekstraksi akan meningkatkan rendemen minyak.

Keuntungan peningkatan ekstraksi CPO adalah sekitar Rp 87.750.032,- per tahun

(Erningpraja, 2001). Hasil penelitian pada usaha peternakan babi di Australia,

menyebutkan bahwa dengan penerapan produksi bersih yaitu melalui perbaikan

sistem pengelolaan limbah, dapat menghemat pemakaian air sebesar 70% dari total

air yang digunakan, memperbaiki kondisi ternak dan sanitasi serta dapat mengurangi

bau (Charles, 1995). Di Swedia, penerapan produksi bersih dilakukan pada

perusahaan susu melalui perbaikan daur hidup produk, mampu meminimalisasi 10%

emisi N 2 0 dan 15% emisi C 0 2 (Christel, 1999). Keduanya merupakan gas rumah

kaca yang cukup berperan dalam pemanasan global ((;/oho/ Wurmrng).

Upaya lain dalam rangka penerapan produksi bersih cialam sektor peternakan

yang sudah dilakukan adalah penambahan probiotik starbio dalam pakan ternak (sapi,

babi, ayam, dll). Starbio adalah koloni bakteri yang terdiri dari bakteri lignolitik,

selulolitik, proteolitik, lipolitik dan bakteri nitrogen fiksasi non-simbiotik. Bakteri-

bakteri tersebut sebelumnya sudah "dilatih " untuk menghadapi kondisi-kondisi yang

ekstrem, sehingga starbio merupakan bakteri-bakteri terpilih.

Bahan pakan ternak di Indonesia sebagian besar berupa limbah pertanian, baik

(150)

rendah, tekstumya juga kasar, sehingga kurang disukai oleh ternak. Dengan

penggunaan starbio pada pakan, bakteri yang ada pada starbio akan membantu

memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai (kusur), sehingga lebih mudah

diserap (Modul Pelatihan CV. LHM, 1999). Penggunaan starbio pada pakan dapat

meningkatkan penguraian dan penyerapan zat-zat nutrisi secara sempurna. Dengan

demikian kotoran yang dihasilkan benar-benar berupa ampas. Keuntungan lain

adalah bau berkurang, kandang lebih sehat dan produktivitas ternak akan meningkat.

Bau ini disebabkan oleh adanya gas NH3 dan H2S yang ada dalam limbah ternak.

Disamping itu, amoniak merupakan gas yang tidak benvarna dengan kadar 50 ppm

akan menimbulkan bau yang sangat menyengat. Gas ini dibentuk dari proses

dekomposisi asam amino oleh bakteri. Gas ini akan mengalami fotooksidasi diudara

membentuk asam yang selanjutnya turun ke bumi dan dikenal sebagai hujan asam.

2.4.3. Manfaat dan Keuntungan Penera pan Produ ksi Bersih

Untuk mendapatkan pemahaman yang baik rnengenai manfaat dan

keuntungan produksi bersih masih perlu waktu yang cukup. Namun demikian,

semua industri diseluruh dunia semakin menyadari keuntungan yang dapat diperoleh

dari produksi bersih dan mereka telah mulai mengembangkan program tersebut

diperusahaannya. Di Indonesia penerapan produksi bersih ini telah banyak dilakukan

oleh berbagai industri seperti industri otomotif, manufaktur dan perakitan. Mereka

telah berhasil mengembangkan pendekatan manajemen lingkungan yang baik dan

(151)

maupun peningkatan kinerja lingkungan. Noor, 200 1 memberikan beberapa

manfaat ekonomi dari penerapan produksi bersih adalah :

= Pemakaian bahan yang lebih efisien.

Menekan biaya operasi produk dan penanganan limbah.

Kualitas produk dapat diperbai ki.

Ci tra perusahaan menjadi lebi h baik

Pengurangan dampak lingkungan, sehingga perusahaan terhindar dari beban biaya

pemerintah yang berhubungan dengan perpajakan serta pungutan lain yang harus

dibayar oleh industri.

Disamping itu, strategi produksi bersih yang telah diterapkan di berbagai

negara menunjukkan hasil yang efektif dalam mengatas1 dampak lingkungan dan juga

memberikan beberapa keuntungan antala lain (Bapedal., 1998) :

r Pcnggunaan sumberdaya alam menjadi lebih efektif dan efisien.

r Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar.

i Mencegah berpindahnya vncemaran dari satu media ke medla lain.

r Mengurangi terjadinya resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

r Mendorong dikembangkarlnya teknologi berslh dan produk akrab lingkungan.

r Mengurangi biaya pentaatan hukurn.

i Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan (clean up).

i Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional.

(152)

111. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yang dimulai bulan Mei dan

berakhir bulan Juli 2002. Penelitian ini berlokasi di Desa Triyagan Kecamatan

Mojolaban Kabupaten Sukoha rjo-Solo, Jawa Tengah.

3.2. Jenis Data Yang Dikumpulkan

Data &lam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung ke perusahaan dan usaha

peternakan milik perusahaan tersebut. Data ini meiiputi manajemen usaha ternak,

usaha budidaya padi sawah, budidaya ikan di kolam dan proses penanganan

limbahnya. Data diperoleh dengan observasi dan wawancara langsung dengan

manajer perusahaan, kepala-kepala divisi, staf dan karyawan atau karyawati.

Sedangkan data sekunder bempa keadaan umum perusahaan, sejarah perusahaan, dan

perkembangannya diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu juga

dikumpulkan data sekunder mengenai input dan output dari penggunaan pupuk

organik dan pupuk kimia pada budidaya padi sawah yang telah dilakukan oleh

perusahaan. Sedangkan data mengenai keadaan umurn lokasi penelitian diperoleh

dari instansi terkait seperti Kantor Lurah, Kantor Kecamatan, Sub-Dinas Peternakan

(153)

3.3. Metode Pengambilan Contoh Air

Pengambilan contoh air pada outlet bak sedimentasi I, I1 dan I11 ( bak

pembuangan limbah akhir) (Gumbur 6). Pengambilan contoh air ini dilakukan

sebanyak dua kali selama satu bulan atau dua minggu sekali. Parameter kualitas air

dan metode yang digunakan tersaji dalam Tabel 3. Sedangkan analisis kualitas air

akan dilakukan di Lab. Kimia Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surakarta, Solo.

Tabel 3. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis yang Digunakan*)

I

No.

I

Parameter

I

Satuan

I

Metoda Analisis

I

Peralatan

I

I

I

I

OC

I

Pemuaian

I

Termometer

Zat padat terlarut

Zat padat tersuspensi Gravimetri

Timbangan Analitik, kertas saring 0.45 pm Timbangan Analitik. kertas saring 0.45 pm

I I

1

I Kimia I

1

3.

1

Sulfida(H2S)

1

mg/L

I

Nesslerization

I

lodometri

I

H

1 . I p ( Potensiometrik

I

pH-meter

2. ] Amoniak (NH3-N)

/

mg/L

I

Nesslerization

I

Spektrofotometer

4.

5 .

Nitrat (NO3-N)

6.

*) Sesuai prosedur Standar Nasional Indonesia (Direktorat Pengembangan Laboratorium Rujukan dan Pengolahan Data, RAPEDAL. 1994).

Nitrit (NO,-IVj

7.

3.4. Metode Pengambilan Contoh Feses

m a

Pengambilan contoh feses (segar) dilakukan secara acak terhadap sapi perah

I

mg/L I Kolorimetrik

I

Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)

Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)

yang ada di Stasiun Riset Lembah Hijau I1 milik CV. LHM, Solo. Jumlah sapi yang

diambil contoh feces sebanyak 10 ekor, yaitu 5 ekor dari kandang B dan 5 ekor dari

Brusin

Spektrofotometer

1

DO-Meter mg/L

Spekt rofotometer

Buret

PUT

(154)

kandang C yang merupakan kandang sapi produksi (Gumhar 6). Disamping itu,

contoh feses sapi perah milik petani juga diambil sebagai pembanding. Analisis

terhadap contoh feses dilakukan di Lab. Kimia Fakultas MIPA, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kandungan amonia (NH3)

dan sulfida (H2S) dalam feses sapi tersebut.

Gambar 6. Lokasi Pengambilan Contoh Limbah Cair dan Feses. KANDANG

'

B dan C**)

c:=

c:='

1

v

f 4 3

r

BAK 1

2

GF'

PELATARAN

c:=

2 5

c v

8

'=,a

?=I 7 1

BAK I1 PELATARAN

c:=>

6 -

Keterangan :

Aliran alr - 5

limbah

6

c:3

*) Lokasi pengb contoh air.

**) Lokasi pengb. feses segar

BAK PENAMPUNGAN AKHIR*) (BAK 111)

(155)

3.5. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis komparatif. ~nalisis

komparatif ini dilakukan terhadap konsentrasi NH3 dan H2S

Gambar

Tabel  1.  Jumlah Sapi Perah di Indonesia Tahun  1997  -  2001
Gambar  1 .   Siklus  Daur  Hidup  Sistem  Usahatani  Terpadu  (Integrufed  Farming  ,Sy.vtenz utuu  11:S)  di CV
Gambar 2.  Ilustrasi Kerangka Pemikiran
Tabel  2.  Jumlah Limbah yang dihasilkan beberapa Jenis Ternak.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang ada maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana membangun sebuah Sistem Informasi Inventaris Berbasis Web Mobile

Prilaku santun ini tidak sekedar hanya dipelajari, namun sekolah perlu merancang mekanisme penerapan budaya sopan santun dalam kehidupan di sekolah. Disamping itu sekolah

Data penderita yang menderita asfiksia neonatorum dikumpulkan dari rekam medis pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan dari tahun 2010 hingga

Sehingga, hasil wawancara dapat digunakan untuk menguatkan hasil dari observasi yang dilakukan untuk menjawab permasalahan penelitian yang pertama, yaitu untuk

Pengetahuan baik pembuat kebijakan maupun pelaksana kebijakan itu sendiri masih sangat lemah; dan (3) Upaya yang dilakukan SDN Cilempuyang 01 dan SDN Cilempuyang 02 untuk

Pembentukan Perlembagaan juga berlaku Pembentukan Perlembagaan juga berlaku kerana terjadinya perjanjian antara satu kerana terjadinya perjanjian antara satu bangsa dengan bangsa

Keunggulan kompetitif yang berkelanjutan usaha makanan khas berbahan baku tape singkong di kabupaten Jember tentu tidak dapat terlepas dari peran sumber daya dan kapabilitas

Alhamdullilahhirobbilalamin, kami panjatkan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmatnya serta nabi Muhammad SAW sebagai panutan umat, sehingga kami dapat