PENERAPAN PRODUKSI BERSIH
PADA USAHA PETERNAKAN SAP1 PERAH
(Studi Kasus di CKLembah Hgau Muhifarm Solo-fawa Tengah)
OLEH :
HIDAYATULLAH
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
.~Aun,op
uop 4oyasou onwas yn4un ytsoy ouc!Jal
'DpDJaq u n d ~ u ~ u ! p
D A u D ~ U J ~ SJDSaq ~ 6 d n ~ j a > (
UDp
DUflSDaDpunqI
D$JaS?IJQDS /!J~DAs-H
JDsaq ~ 6 ~ ~ n l a y
uop opunq y ~ A o
$or?q o6nf
UDQ O~UD!J~&"' P D l U U / D ~ f l W RYYDUDUDP
D&UnA ! U a AnyIJ4S!
I ~ U D A D S'
L
16
1-06 1J~Av
:(2)
umtul,
I ~ VJernS ~ e , r n b - i v ] q e r a u !dc a y s !rep
I W P ~qelrreq~jad q e u r lneq6u3
p n S
eqeW 'r!s-r!s upfirrap ju! rrqe+d!x~aui
neqFrr3 ~lt.lqep!l
'!ute';.l creqnl e~
qqjv
PA,, :
(t'Jrqaaq eA~ras)
iulnq u r p ~ 1 6 u e l
u ~ ~ d ! x r a d
6tre~cra~
crkqr!q!ulaur eJaraul u ~ p
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala
pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :
"PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA USAHA PETERAWCAN
SAP1 PERAH ( S t u d i Kasus d i CV. L e m b a h H i j a u M u l t i f a r m , S o l o
-
Jawa Tengah)"Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan
pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas
ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar pada program sejenis di Perguruan Tinggi lainnya.
Semua data dan inforrnasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, 25 November 2002
Yang Menyatakan,
ABSTRAK
Hidayatullah. Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Petemakan Sapi Perah (Stud1 Kusus l ) r ( 'V. Lembulz Hguu Mullrfirrm, Solo-,luwu 'lknguh) (dibawah bimbingan
Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, MSc, sebagai Ketua Komisi dan Dr. Erliza Noor sebagai Anggota Komisi).
Usaha peternakan sapi perah merupakan bagian dari sektor pertanian yang potensial menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan berupa feces dan urine serta sisa pakan dalam jumlah yang cukup besar dan mempunyai peluang untuk dimanfaatkan, tetapi juga berpotensi untuk mencemari lingkungan. Masalah pencemaran ini menjadi serius pada usaha peternakan sapi perah dengan pengelolaan limbah yang kurang baik. Scbaliknya bila limbah ini dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tarnbah.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan ataupun mengurangi limbah suatu usaha peternakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha lainnya, seperti usaha pembuatan kompos, budidaya ikan, dan budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem pertanian terpadu (Integrated Furmmg System). Sistem pertanian terpadu ini diarahkan pada penerapan produksi bersih (Cleaner Productron) yaitu melalui proses daur ulang. Disamping itu dapat juga dilakukan dengan penggunaan mikroba tertentu, guna mengurangi beban pencemaran yang ditimbulkan oleh suatu usaha peternakan.
Sistem pertanian terpadu dengan penerapan produksi bersih untuk mengurangi beban pencemaran yang ditimbulkan usaha peternakan sapi perah telah dilakukan pada CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo. Tujuan umum penelitian ini adalah mengatahui efektifitas dan penerapan produksi bersih yang telah dilakukan CV. LHM, Solo. Sedangkan secara khusus bertujuan untuk menentukan kadar NH3 dan H2S dalam limbah padat (feses) sapi perah guna meminimalisasi beban pencemaran yang ada, untuk mengetahui efisiensi penggunaan limbah cair sebagai air pencuci kandang ternak, dan untuk mengkaji manfaat ekonomis penggunaan pupuk organik dalam sistem usahatani terpadu. Metode yang digunakan adalah inetode observasi dan wawancara terstruktur dengan kuisioner yang tclah disiapkan sebelumnya. Selanjutnya data ditabulasi sesuai dengan tuj uan penelitian dan dianalisis secara komparatif dan deskriptif. Analisis karakteristik limbah cair sapi perah dan limbah padat dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas MlPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pertanian terpadu dengan penerapan produksi bersih melalui proses daur ulang (recycling) cukup efektif dalam mengurangi beban pencemaran. Kandungan amoniak dan sulfida pada feses sapi perah milik CV. LHM dapat diminimalisasi berturut-turut sebesar 90 % dan 28 %
petani. Hal ini berarti bahwa penerapan produksi bersih yang dilakukan oleh perusahaan mampu meminimalisasi beban pencemaran yang ditimbulkan oleh usaha peternakan sapi perah.
Penggunaan air limbah dapat dijadikan alternatif untuk pencucian kandang ternak, sehingga dapat menghemat penggunaan air tanah sebanyak 3.060.000 literltahun dan menghemat biaya sebesar Rp 4.069.800,- per tahun (40,28%). Dengan demikian berarti perusahaan mampu melakukan efisiensi penggunaan sumberdaya air dan menghemat biaya untuk pengelolaan limbah serta meminimalisasi beban pencemaran yang masuk ke lingkungan, sehingga biaya untuk perbaikan lingkungan pun dapat dikurangi. Penggunaan pupuk organik (fine compo.v/) sebagai pupuk alternatif dapat menekan penggunaan pupuk anorganik ureu dan 73' masing-masin
B
sebesar 260 kg (86,6%) dan 40 kg (40,0%) untuk areal sawah seluas 3000 m .Adanya pengurangan penggunaan ptipuk an-organik ini akan mengurangi residu zat- zat kimia yang masuk ke tanah dan tanaman (padi dan palawija), sehingga mutu padi yang dihasilkan lebih baik karena tidak mengandung residu zit-zat kimia yang dapat menganggu kesehatan manusia. Disarnping itu dengan penggunaan pupuk organik
PENERAPAN PRODUKSI BERSIH
PADA USAHA PETERNAKAN SAP1 PERAH
(Studi Kasus di CK Lembah Hijau Muftifarm, Solo
-
Jawa Tengalr)OLEH :
HIDAYATULLAH
Yesis
Sebugur sulult su/u syurcl un / uk memperolelz gelur Mugrs/er Sums pudu
Progrum Sf u d ~ f'engelokuun Sumherd(~yu Alum dun 1,rngkungun
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul
N a m a
N R P
: Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kusus di CV. Lembah Hijau Multifarm - Solo
Jawa Tengah)
Menyetuj
ui,
1. Komisi Pembimbing.
Prof. Dr. Ir. Kooswardh~no Mudikdio, MSc. Dr. Ir, Erliza. Noor
Ketua Anggota
Mengetahui,
2.
Program Studi Pengelolaan 3. Program Pascasarjana SurnberdayaAlam dan Institut Pertanian Bogor, Lingkungan,Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS.
Ketua
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 7 Oktober 1971 sebagai anak ke-9
dari pasangan H. Abdurrauf Syahril Sabrie dan Hj. Azizah. Pendidikan sarjana
ditempuh di Jurusan Perikanan, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro
(UNDIP) - Semarang, Jawa Tengah, lulus pada tahun 1995.
Pada akhir tahun 1995, penulis pernah beke j a sebagai supervisor pada usaha
budidaya udang milik PT. Central Pertiwi Bratasena di Propinsi Lampung. Pada
tahun 1997, penulis diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kantor
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Bengkulu yang sebelumnya
merupakan Balai Infonnasi Pertanian Bengkulu di bawah Badan Diklat Pertanian.
Penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada institusi yang sama pada
tahun 1998.
Pada bulan September 2000, penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti
tugas belajar pada lnstitut Pertanian Bogor (iPB), pada Program Pascasarjana (S2),
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL), dengan biaya
dari Proyek PAATP Pusat, Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
Penulis menikah dengan Yeni Yun~ta pada tanggal 4 April 1999 dan telah
dikarunia seorang anak laki-laki berriama Muhammad Fajrianto, lahir di Be~gkulu
pada tanggal 29 Juni 2000. Penulis dan keluarga untuk sementara masih tinggal di
Jalan Enggang Blok 11 No. 89 Perumnas Pagar Dewa Bengkulu. Telpon 0736-5 1774.
pen& salnpai saat ini masih menjadi PNS di BPTP Bengkulu, Badan Litbang
Pertanian Jakarta dengan alamat JI. irian Km 6,5 Kota Bengkulu, Telepon 0736-
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tesis yang
berjudul "Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi
Kasus di CV. Lembah Hijau Multgarm, Solo-Jawa Tengalz)", ini dengan baik.
Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master of
Science (M.Si) pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam
kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudikdjo, M.Sc. selaku Ketua Komisi
Pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan, saran, bimbingan dan
nasehatnya, sehingga penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik.
2. Dr. Ir. Erliza Noor selaku anggota komisi pembimbing, yang dengan sabar
dan tekun membimbing penulis, sehingga penulis termotivasi menyelesaikan
tesis ini dan berusaha untuk belajar lebih banyak lagi.
3. Prof. Dr. Ir. M. Sri Saeni, MS. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Progam Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, atas semua saran dan arahannya.
4. Istri saya tercinta Yeni Yunita, yang dengan sabar, tabah dan tekun
mendampingi saya selama pendidikan ini, baik dalam suka maupun duka,
5. Bapak Syahril Sabrie dan fiu Azizah serta keluarga besar di Bengkulu, yang
telah membesarkan, mendidik dan berkorban (baik moril ataupun materil),
untuk saya serta men-do'a-kan saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
pendidi kan ini dengan baik.
6. Ibu Rasuna dan keluarga besar di Bengkulu yang telah banyak memberikan
pengorbanan (baik moril ataupun materil), motivasi dan do'anya sehingga
saya dapat menyelesaikan pendidi kan ini dengan bai k.
7. I Wayan Alit Artha Wiguna, atas saran, perhatian dan bantuannya dalam
penulisan tesis ini.
8. Santi Ambanvati, atas saran, perhatian dan bantuan zat-zat kimianya.
9. Rita Indrasti, atas saran dan bantuannya dalam penyelesaian tesis ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa Sz dan St Pro&?-am Studi PSL khususnga dan
Progam Pascasarjana IPB umumnya yang tidak mungkin disebutkan satu per
satu disini.
Kami menyadari bahwa penulisan tesis ini mungkin belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini sangat kami harapkan. Semoga
tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, 25 November 2002
DAFTAR
IS1
Halaman ... HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSEMBAHAN ...SURAT PERNY ATAAN
... RINGKASAN ... HALAMAN PENGESAHAN ... PRAKATA ... RIWAYAT HIDUP ... DAFTAR IS1 ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN v1
vii ...
V l l l
1 x
X
xi
I . PENDAHULUAN ... 1 1 . 1 . Latar Belakang ... 1
...
1.2. Permasalahan 3
...
1.3. Kerangka Pemikiran 6
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
...
1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 8
...
1.6. Hipotesis 9
... .
I1 TINJAUAN PUSTAKA 10
. . .
2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah 10
2.2. LimbahUsahaPetemakan ... 1 1
...
2.3. Sistem Usahatani Terpadu (ln/egrulrd l~urn~rng ,Sy.vlem) 14
...
2.4. Konsep Prodaksi Bersih 19
. . .
2.4.1. Definisi Produksi Bersih 19
...
2.4.2. Pengertian Produksi Bersi h 21
2.4.2. Penerapan Produksi Bersi h (Cleaner Production) ... 22 2.4.3. Manfaat dan Keuntungan Penerapan Produksi Bersih ... 26
. . .
I11 . METODE PENELITIAN 28
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian . . . 28 3.2. Jenis Data Yang Dikumpulkan . . . 28
3.3. Metode Pengambilan Contoh Air ... 29
3.4. Metode Pengambilan Contoh Feses ... 29
...
IV . Gambaran Umum Lokasi Penelitian
...
4.1. Letak Perusahaan
...
4.2. Deskripsi Perusahaan
... .
4.3. Sistem Pertanian Terpadu Di CV LHM, Solo Jawa Tengah
...
4.3.1 . Usaha Peternakan Sapi Perah
...
4.3.2. Usaha Budidaya Padi Sawah
...
4.3.3. Usaha Budidaya lkan Dalam Kolam
...
4.3.4. Usaha Pembuatan Kompos
...
4.3.5. Usaha Pembuatan Probiotik Starbio
4.4. Proses Produksi Dalam Usaha Peternakan Sapi Perah ...
4.5. Sistem Pengelolaan Limbah Ternak Di CV . LHM, Solo ...
4.6. Biaya Pengelolaan Limbah Ternak Di CV . LHM, Solo ...
V . HASIL DAN PEMBAI-IASAN ...
5.1. Analisis Karakteristik Limbah Cair Usaha Peternakan
...
Sapi Perah
5.2. Penggunaan Probiotik Starbio Pada Usaha Peternakan
...
Sapi Perah
5.2.1. Kandungan Amoniak (NH3-N) Dalam Limbah Padat ...
5.2.2. Kandungan Sul fida (H2S) Dalam Limbah Padat ...
5.3. Efisiensi Penggunaan Air Di CV . LHM, Solo- Jawa Tengah ...
5.4. Manfaat Daur Ulang Limbah Ternak Sebagai Pupuk Organik Dalam Sistem Pertanian Terpadu ...
5.5. Keragaan Usaha Pada Sistem Pertanian Terpadu Di CV . LHM,
...
Solo-Jawa Tengah
VI . KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
...
6.1. Kesimpulan 67
6.2. S a r a n ... 68
DAFTAR TABEL
Teks Halaman
Jumlah Sapi Perah di Indonesia Tahun 1 997-200 1.
Jumlah Limbah yang Dihasilkan Oleh Beberapa Jenis Ternak. Parameter Kmlitas Air dan Metode Analisis Yang Digunakan. Rataan Produksi Limbah Setiap Hari di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.
Biaya Pengelolaan Limbah Ternak Di CV. LHM, Solo Hasil Analisis Karakteristik Limbah Cair Sapi Perah Di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.
Hasil Analisis Kandungan NH3-N Pada Feses Sapi Perah Milik CV. LHM dan Petani Disekitamya..
I - h i 1 Analisis Kandungan H2S Pada Feses Sapi Perah Milik CV. LHM clan Petani Disekitarnya.
Total Kandungan NH3 dan H2S Dalam Limbah padat Sapi Perah Tahun 200 1
Analisis Efisiensi Penggunaan Air Tanah (Sumur Bor) Untuk Pencucian Kandang Sapi Perah Di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
Analisis Usahatani Sebel um Menggunakan Fine Compost di Sawah Mil~k CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.
Analisis Usahatani Sesudah Menggunakan Fine Compost di Sawah Milik CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.
Eiisiensi Penggunaan Pupuk An-organik (Kimia) Untuk Padi Sawah Setelah Penggunaan Pupuk Organik (Fine Compost) Di CV. LHM, Solo-jawa Tengah.
DAFTAR
GAMBAR
Gambar Teks Halaman
Siklus Daur Hidup Sistem Usahatani Terpadu (Integrated Farming System) di CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo-Jawa Tengah.
11 ustrasi Kerangka Pemi ki ran
Model Sistem Pertanian Terpadu Di Vietnam Model Sistem Pertanian Terpadu Di Malawi
Model Integrasi Usahatani dan Usaha Ternak (Crop-unzmul
,Sy.vlem)
Lokasi Pengambilan Contoh Limbah Cair dan Feses
Peta Desa Triyagan Tempat Usaha Peternakan Sapi Perah CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
Struktur Organisasi CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
Ilustrasi Sistem Pertanian Terpadu dan Tata Letak Kandang Sapi Perah di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
Bzgan Alir Proses Produksi Pada Perusahaan Peternakan Sapi Perah CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Teks
Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Piagam Penghargaan Di Bidang Lingkungan Hidup Yang Pernah Diterima Oleh Direktur
CV.
LHM, Solo-Jawa Tengah.Hasil Analisis Limbah Cair dan Padat Usaha Peternakan sapi Perah
Analisis Usahatani Sapi Perah Produksi Sebanyak 36 Ekor di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
Analisis Usahatani Budidaya Padi Sawah di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
Analisis Usahatani Ikan Patin di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
Analisis Usahatani Pembuatan Kompos di CV. LHM, Solo- Jawa Tengah
Analisis Usahatani Pembuatan Probiotik Starbio di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
Anggaran Biaya Per Tahun Untuk Pencucian Kandang Sapi Perah Di CV. LHM, Solo-Jawa Tengah
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka pembangunan yang benvawasan lingkungan, semua kegiatan
dalam pelaksanaan pembangunan harus didasarkan pada daya dukung dan kualitas
lingkungan, demikian pula pembangunan di bidang peternakan. Kegiatan peternakan
akan mengandung resiko pencemaran, sehingga akan mempengaruhi ekosistem yang
menjadi penunjang dan kualitas lingkungan hidup seperti kualitas air, baik secara
fisik maupun kimia (Soerjani dkk., 1987; Suratmo, 1998).
Usaha peternakan sapi perah, dengan populasi lebih dari 20 ekor dan relatif
terlokalisasi akan menimbulkan masalah terhadap lingkungan (SK. Mentan
No. 237IKptslRC4 101 199 1 tentang batasan usaha peternakan yang hams melakukan
evaluasi lingkungan). Data populasi sapi perah di Indonesia sejak tahun 1997-2001
menunjukkan kenaikan seperti terl i hat pada Tabel 1
Tabel 1. Jumlah Sapi Perah di Indonesia Tahun 1997 - 2001
Tahun Populasi Sapi Perah Limbah (Padat dan Cair) (Ekor) . Yang Dihasilkan
Tabel 1 memperlihatkan tingkat pengeluaran limbah ternak sapi perah.
Menurut penelitian Juheini (1999), sebanyak 56,67% peternak sapi perah membuang
limbah ke badan sungai tanpa pengolahan. Hal ini berakibat pada pencemaran
lingkungan, baik pencemaran air, tanah, dan udara. Pencemaran lingkungan yang
ditimbulkan oleh aktivitas peternakan, terutarna berasal dari limbah yang dikeluarkan
oleh ternak yaitu feses, urine, sisa pakan, dan air buangan yang berasal dari
pembersihan ternak dan kandang (Charles, 199 1 ; Prasetyo dkk., 1993).
Pencemaran air disebabkan oleh bahan-bahan organik seperti karbohidrat,
protein, lemak dan selulosa (ligno selulosa) yang terkadung pada kotoran sapi.
Sedangkan pencemaran udara diakibatkan oleh gas-gas yang dihasilkan melalui
proses dekomposisi bahan organik, seperti NH7, H2S. dan CH4. Disamping itu
kotoran sapi juga dapat merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan
berbagai bakteri, baik yang bersifat patogen maupun non-patogen, sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat.
Adanya pencemaran oleh limbah peternakan sapi sering menimbulkan
berbagai protcs dari kalangan masyarakat sekitamya, terutarna karena adanya rasa
gatal yang ditimbulkan apabila menggunakan air sungai yang tercemar limbah
peternakan sapi, disamping bau yang sangat menyengat. Salah satu usaha alternatif
dari sistem pengolahan limbah adalah dengan penerapan produksi bersih pada usaha
peternakan sapi perah, yaitu dengan proses daur ulang limbah dan penggunaan
Melalui proses daur ulang diharapkan dapat mengurangi limbah yang
mencemari lingkungan, baik limbah padat maupun cair, untuk dimanfaatkan kembali.
Bahan yang didaur ulang dapat digunakan bagi usaha peternakan itu sendiri.
Tambahan suplemen pada pakan berupa probiotik starbio akan meningkatkan
penguraian dan penyerapan zat-zat nutrisi, sehingga sisa kotoran sangat minim (hanya
berupa ampas). Melalui penerapan produksi diharapkan pemanfaatan limbah dapat
dilakukan secara optimal.
1.2. Permasalahan
Usaha peternakan sapi perah di Indonesia masih membuka peluang dan
mempunyai prospek yang cukup besar, mengingat perrnintaan akan susu oleh industri
pengolahan susu (IPS) per tahun sebesar 400.000 ton, sedangkan produksi dalam
negeri baru bisa memenuhi 75 persen dari kebutuhan tersebut. Untuk memenuhi
kekurangan itu, bagi pemilik modal terbatas, dapat mengusahakan peternakan sapi
perah yang bersifat tradisional sampai semi intens~f, sedangkan bagi pemilik modal
besar dapat mengupayakan usaha sapi perah secara intensif
Usaha peternakan sapi perah merupakan bagian dari sektor pertanian yang
potensial menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan berupa feces dan urine
serta sisa pakan dalam jurniah yang cukup besar. Satu ekor sapi dengan bobot badan
Masalah pencemaran ini menjadi serius pada usaha peternakan sapi perah
dengan pengelolaan limbah yang kurang baik. Sebaliknya bila limbah ini dikelola
dengan baik dapat memberikan nilai tambah. Pengelolaan limbah yang kurang baik,
umumnya te rjadi pada usaha peternakan yang masih bersifat tradisional sampai semi
intensif. Pada usaha peternakan sapi yang bersifat intensif sudah dilakukan
pengelolaan limbah, sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan. Apabila
diamati secara cermat, ternyata pengelolaan limbah yang dilakukan nampaknya
masih menyebabkan terjadinya pencemaran. Pencemaran tersebut dapat merugikan
masyarakat dan merusak lingkungan disekitar usaha peternakan tersebut.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk pemanfaatan ataupun mengurangi
limbah suatu usaha peternakan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan mengintegrasikan usaha tersebut dengan beberapa usaha lainnya, seperti
penggunaan suplemen pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya ikan, dan
budidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem usahatani terpadu (ln/c.grured
I.hrrnmg Sy.slern urau 11.S";. Sistem usahatani terpadu ini tentunya harus diarahkan
pada penerapan produksi bersih (('leuner l'roduc/roiz uluu ( ' I > ) . Sebagai contoh
adalah usaha peternakan sapi perah pada CV. Lembah Hijau Multifarm, Solo. Jaisa
Tengah yang menerapkan sistem usahatani terpadu dengan pendekatan pada produksi
Gambar 1 . Siklus Daur Hidup Sistem Usahatani Terpadu (Integrufed Farming ,Sy.vtenz utuu 11:S) di CV. LHM, Solo - Jawa Tengah.
TERNAK
PERAH
,
+
Berdasarkan pennasalahan tersebut, maka ada beberapa ha1 yang hams
dijawab melalui penelitian ini :
a) Efektifitas penerapan produksi bersih pada usaha peternakan sapi perah di
CV. Lemhah Hijau Multifarm Solo Jawa Tengah.
b) Usaha alternatif yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan efektifitas
produksi bersih pada CV. Lembah llijau Multifann Solo, Jawa Tengah.
c) Keuntungan ekonomis yang diperoleh dari sistem usahatani terpadu
(Inlegrated f i r m i n g System) yang melakukan daur ulang. PAKAN
TERNAK 4
PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN CAIR
4 1
+
JERAMI
PROBIOTIK STARBIO
CAIR PADAT
PAD!
-
4-cSAWAH (PADI)
4
v PUPUK ORGANIK (FINE COMPOST)
KOLAM
1.3. Kerangka Pemikiran
Limbah peternakan sapi perah tergolong sebagai limbah organik karena
mengandung protein, lemak dan karbohidrat yang cukup tinggi, yang berpotensi
sebagai sumber pencemar lingkungan. Disamping pencemaran, ada kemungkinan
zat-zat tertentu yang memiliki nilai positif bagi pengembangan sektor pertanian,
karena limbah peternakan juga mengandung berbagai unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman. Koshino, (1990) mengatakan bahwa sapi dengan bobot badan 400-500 kg
akan menghasilkan limbah sebanyak 27,530 kg per ekor per hari. Selanjutnya juga
dikatakannya bahwa feses maupun air kencing sapi mengandung N, P20s, K20, CaO,
dan M@.
Adanya kandungan unsur tersebut memberi peluang untuk memanfaatkan
limbah padat melalui proses daur ulang, sehingga menjadi produk lain seperti pupuk
organik (fine composf). Pupuk organik ini digunakan sebagai pupuk alternatif bagi
tanaman padi. Penggunaan pupuk organik sebagai pupuk alternatif dalam usaha
budidays padi sawah ataupun palawija, aihsrapkan dapat menekan penggunaan
ljupuk kimia (u3-organik). Penggunaan pupuk an-organik oleh petani cenderung
berlebihan. Demikian pula limbah cairnya bisa didaur ulang, sehingga dapat
digunakan kembali sebagai sumber air untuk pembersihan kandang sapi.
Penggunaan kembali air limbah ini diharapkan dapat menekan penggunaan air tanah
atau sumur bagi pencucian kandang, sedangkan penambahan probiotik starbio pada
limbahnya dapat diminimalisasi. Dengan demikian kotoran menjadi tidak berbau,
sehingga lingkungan kandang menjadi lebih sehat.
Untuk mewujudkan sistem usahatani terpadu yang menerapkan produksi
bersih, maka usaha peternakan tersebut harus diintegrasikan dengan penambahan
starbio pada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya padi dan budidaya ikan
dalam kolam. Sebagai ilustrasi dari kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Ilustrasi Kerangka Pemikiran
USAHA PETERNAKAN
DAUR ULANG LIMBAH
SAP1 PERAH (CAIR & PADAT)
,
A
v v
PROBlOTIK
-
SAWA1-I PUPUKSTARBIO (PAD]) ORGANIK
JERAMI KOLAM
I I
I
I
I
I
+
SISTEM USAHATANI TERPADU ++
-w
I
I - - - )
LIMBAH
1.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus pada usaha peternakan sapi perah skala
besar dengan ruang lingkup sebagai berikut :
1. Limbah padat, yaitu mengukur kandungan NH3 dan H2S dalam feses sapi
perah. Selanjutnya dibandingkan dengan kandungan NH3 dan H2S dalam
feses sapi yang dipelihara oleh petani secara konvensional.
2. Daur ulang limbah cair dari bak akhir, yaitu menghitung efisiensi penggunaan
air limbah untuk digunakan sebagai air pencuci kandang, dibandingkan
dengan penggunaan air tanah.
3. Manfaat ekonomis, yaitu dengan menghitung efisiensi penggunaan pupuk
organik pada usahatani padi (sawah) yang dilakukan oleh perusahaaan,
dibandingkan dengan penggl-maan pupuk kimiawi (buatan).
1.5. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1 . Mengatahui efektifitas dan penerapan produksi bersih yang telah
dilakukan CV. LHM, Solo-Jawa Tengah.
2. Untuk mengetahui kandungan NH3 dan H2S dalarn l~mbah padat (feses)
sapi perah pada sistem usahatani terpadu (Integrated Furin~ng Sys~rern).
3. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan limbah cair sebagai air pencuci
4. Untuk mengkaji manfaat ekonomis penggunaan pupuk organik dalam
sistem usahatani terpadu (Integruted I;urmmg System).
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan penjelasan tentang penerapan
produksi bersih pada usaha peternakan sapi perah skala besar.
2. Sebagai informasi dan masukan bagi dinas atau pemda dan para
pengusaha swasta dalam pengembangan sistem pertanian berbasis sapi
perah yang ramah lingkungan.
1.6. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
1 . Perbaikan terhadap sistem pertanian terpadu akan dapat meningkatkan
efisiensi usaha peternakan sapi perah milik CV. Lembah Hijau Mutifarm,
Solo
2. Produksi bersih terutama proses daur ulang limbah dapzit mengurangi
kandungan NH3 dan H2S dalam limbah usaha peternakan sapi perah.
3. Sistem pertanian terpadu yang menerapkan produksi bersih lebih efisien
11.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Sapi perah
Berdasarkan undang-undang No. 611967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan usaha peternakan dikelompokkan menjadi dua
bentuk, yaitu : (1) Usaha peternakan; dan (2) Perusahaan peternakan. Berdasarkan
jumlah sapi perah yang dipelihara, peternakan sapi perah dapat dibagi atas peternakan
kecil atau peternakan rakyat dan peternakan besar atau perusahaan peternakan.
Peternakan rakyat dicirikan dengan jumlah sapi yang dipelihara tidak lebih dari 10
ekor, pada umurnnya tidak merniliki lahan khusus untuk penanaman hijauan pakan
dan menggantungkan kebutuhan hijauan pada rumput-rumput alam. Sedangkan
peternakan besar dicirikan dengan jumlah sapi yang dipelihara lebih dari 10 ekor,
pada umurnnya sudah memiliki lahan untuk tanaman hijau meskipun kadang-kadang
belum mencukupi dan sedikit banyak masih tergantling pada rumput-rumput alam
(Siregar, 1996).
Menurut Djarsanto, (1992) usaha peternakan rakyat mempunyai ciri antara
lain skala usaha kecil atau rumah tangga dengan tipologi sebagai cabang usaha,
teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum
sepenuhnya berorientasi pasar, dan belum peka terhadap berbagai perubahan.
Perusahaan peternakan merupakan usaha peternakan yang diselenggarakan oleh suatu
perusahan secarar komersial dan mempunyai izin usaha, serta dalam proses produksi
peternakan sapi perah di Indonesia umurnnya merupakan usaha keluarga di pedesaan
dalam skala kecil, sedangkan skala usaha besar masih sangat terbatas dan umumnya
merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh.
Guswar,W. (1 997) dufum Rohrnani, (2000) merinci usaha peternakan sapi
perah mulai dari skala kecil5- 10 ekor ; menengah 2 1 - 200 ekor ; dan besar lebih dari
200 ekor. Usaha sapi perah skala kecil pada umumnya adalah usaha sarnbilan
disamping pekerjaan utama sebagai petani. Peternak skala usaha menengah sudah
mampu mengembangkan penelitian, tetapi masih tergantung pada instansi lain seperti
perguruan tinggi. Peternak skala besar sudah merupakan industri dengan
menggunakan manajemen, teknologi yang canggih dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan tatalaksana pemeliharaannya. Usaha skala besar ini diharapkan
dapat menjadi mitra yang baik bagi usaha peternakan sapi perah menengah dan kecil.
2.2. Limbah lJsaha Peternakan
Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari
suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa padatan (feses) dan cair (urine), ataupun
sisa makanan yang tidak termakan oleh ternak. Sejalan dengan pendapat Merkel,
( 1 98 1) yang menyebutkan bahwa limbah peternakan adalah bahan yang dieksresikan
oleh ternak dan sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi. Sedangkan menurut
Soehadji (1992) limbah peternakan adalah semua buangan dari usaha peternakan
yang bersifat padat, cair, maupun gas. Limbah padat merupakan semua limbah
isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair adalah semua limbah berbentuk
cairan atau berada dalam fase cair (air seni atau urine, air pencucian alat-alat) dan
limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas.
Limbah cair merupakan limbah dalarn bentuk cair yang dihasilkan dalam proses
produksi sebelum dibuang ke badan air atau ambien (Ginting, 1995).
Algamar (1986) berpendapat bahwa limbah industri pertanian kebanyakan
menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat, yang masih kaya dengan zat
organik yang mudah mengalami penguraian. Demikian juga halnya dengan limbah
ternak, bahan pencemar utamanya adalah bahan organik yang merupakan bahan
pencemar bagi air serta mempunyai kandungan BOD yang tinggi dan sedilut
kandungan oksigen terlarut (Overcash et.al., 1983 & Bewick, 1980). Sedangkan
menurut Acher dan Nicholson, (1992) disebutkan bahwa bahan lainnya yang ada
dalam limbah terriak adalah zat nutrisi seperti nitrogen dan posfat.
Haga ( 1 990) menyatakan bahwa industri peternakan di Jepang telah
berkembang dengan begitu cepatnya. Pada tahun 1987 telah dihasilkan sekitar 90
juta m3 limbah ternak. Limbah ternak tersebut mengandung sekitar 54 juta m3 feses
dan 36 mi urine. Sekitar 90% limbah ternak potong telah digunakan sehagai .
kompos. Lebih jauh juga dinyatakan bahwa limbah ternak tersebut mengandung
beberapa unsur hara seperti nitrogen, phosfor, potasium dan berbagai mineral lainnya.
Jumlah limbah yang dihasilkan, sifat fisik dan kimia tergantung pada umur,
spesies ternak dan sistem pemeliharaan serta banyaknya air yang digunakan (Acher
kualitasnya berhubungan dengan bobot tubuh, produksi susu, komposisi ransum,
komposisi air, sistem pemeliharaan dan lingkungan. Dari hasil analisis laboratoriurn
menunjukkan bahwa feses temak ruminansia seperti sapi dan kambing mengandung
bahan kering antara (40-50)% dan nitrogen antara (1.2-2.1)% yang sangat tergantung
pada bahan penyusun ransum, tingkat kelarutan nitrogen dalam pakan, nilai biologis
pakan (Mathius, 1994).
Tabel 2. Jumlah Limbah yang dihasilkan beberapa Jenis Ternak.
No.
1.
I
Kambing atau Domba7
-.
I
BabiDari tabel 2 terlihat bahwa jumlah limbah yang dihasilkan oleh ternak sapi
paling banyak dibandingkan jenis temak lainnya yaitu 27,5-30 kglekorlhari. Dengan
demikian limbah petemakan mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penyebab
pencemaran terhadap lingkungan. Oleh karena itu limbah tersebut harus dikelola
dengan baik sehingga jumlah limbah yang mencemari lingkungan dapat dikurangi.
1;
i s 7 i p
1 2 7 5 - 3 0 1 6 2 7 - 6 7 5 ' -
A am etelur 0 1 2 - 0 14 0 2 7 - G 3 2 7 1 -
Avam ~edaginn 0 1 2 - 0 13 0 2 7 - 0 2 9 1 -
Jumlah bahan kompos yang dihasilkan (bahan segar) (Kg) 18.2 0.85 - 1.9
87 75 0 55 0 37
Jenis Ternak
Ruminansia kecil seperti
Setara dengan Bahan Segar (Kg) 4.0 Jumlah Limbah (bahan kering) (Kgekorhari) 1.8
1 9 1 - 4 . 0 11411 - Sisa hijauan
/ pakan yang terbuang (Kghari)
14.2
2.3. Sistem Usahatani Terpadu (Integrated Farming System)
Upaya memadukan tanaman, ternak dan ikan di tanah pertanian memiliki
manfaat ekologis dan ekonomis. Sistem-sistem ini menghasilkan pelestarian alam,
karena dapat meningkatkan stabilitas habitat dan keanekaragaman hayati yang hidup
di lahan dan di daerah sekitarnya, sehingga sistem ini lebih mendorong pelestarian
habitat dan sumberdaya hayati yang ada. Sebagai contoh dengan memanfaatkan
sampah sebagai kompos untuk lahan dan pembuatan pakan ikan sebagai makanan
dengan kadar protein yang tinggi. Sistem ini memanfaatkan lingkungan mikro
dalam suatu sistem pertanian yang menambah produktifitas dan mencegah te jadinya
erosi tanah oleh air serta aliran permukaan (Chambers, 1990 dalam Reijntjes, et a1
1 999).
Model-model sistem usahatani terpadu telah banyak dilakukan oleh para
petani di Vietam dan Malawi. Model ini menggambarkan bagaimana usahatani
dipadukan untuk memanfaatkan berbagai sumberdaya lahan dan air serta
menggantikan 112pul luar. Dengan cara ini para petani dapat mentransfonnasikan
sistem pertanian mereka dengan memadukan usaha-usaha yang ada dan
mengembangkan asaha-usaha baru yang lebih baik dan produktif.
Di Vietnam (Gumbur 3), model-model aliran sumberdaya hayati
menunjukkan bagaimana pemanfaatan air dari parit untuk irigasi tanaman sayuran
dan jerami padi sebagai mulsa bagi tanaman palawija. Selanjutnya rabuk ayam dan
berkembang menjadi pakan ikan dan udang. Rabuk hewan dan kotoran ikan juga
digunakan sebagai pupuk untuk padi.
Sumber : Reijntjes, et a11999
Gambar 3. Model Sistem Usahatani di Vietnam
Selain mendapatkan makanan alarni berupa phytoplankton, udang dan ikan
juga mendapat makananan dari produk sampingan, seperti kecambah padi, tepung
ketela, bekatul, minyak kelapa, kacang tanah, serta kotoran ikan dari salurarl irigasi.
Disamping itu, dahan mangga dan eukclliptus dimanfaatkanm sebagai penghalau
ternak dan hewan pemburu malam hari serta menyediakan habitat yang aman bagi
udang. Perpadauan seperti ini, akan mengurangi kebutuhan input dari luar, karena
udang dan ikan makan gulma padi, sehingga biaya penyiangan dapat dikurang
sampai sepertiga. Penggunaan input luar (pupuk kimia) dapat dikurangi hingga 30%
Di Malawi, model-model aliran sumberdaya hayati menunjukkan bagaimana
kolam ikan dipadukan dengan usahatani lain (Gumbar 4). Dengan adanya perpaduan
ini, maka buah-buahan seperti jambu biji, pepaya dan alpukat yang busuk serta rabuk
dari ternak (sapi, domba, atau kambing) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Daun-
daun leucuenu, labu, bayam dan sayuran lainnya dapat dijadikan sebagai pakan ikan.
Katul dan jagung kasar dapat juga dimanfaatkan sebagai pakan. Kolam, selain
menghasilkan ikan, sedimennya juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk kebun
sayuran dan airnya untuk irigasi bagi tanaman (Reijntjes, et a1 1999).
Sunzher : Heijntjes, el ul 1999
Sistem usahatani terpadu merupakan salah satu upaya untuk memacu
pengembangan sektor peternakan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan surnberdaya
di suatu kawasan. Laju pertumbuhan produktivitas usaha pertanian merupakan
interaksi antara berbagai faktor yang ada di dalam suatu usaha pertanian. Melalui
diversifikasi cabang-cabang usaha, seperti budidaya ternak, ikan, padi dan palawija,
maka usahatani secara optimum lebih mudah dicapai (Harwood, 1979 dalam
Sudaryanto, 2000). Interaksi yang posistif di antara cabang-cabang usahatani
merupakan landasan dasar bagi pengembangan diversifikasi usaha dalam sistem
pertanian terpadu.
Sebagai upaya bagi peningkatan sistem pertanian diperlukan teknologi
altenatif untuk memperbaiki produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan
petani, antara lain melalui penerapan teknologi sistem usahatani terpadu.
Pengembangan sapi perah di kawasan pengembangan tanaman padi merupakan salah
satu contoh yang menarik untuk ditelaah. Menurut Adnyana (2000) dari setiap
hektar lahan sawah dapat dihasilkan 6 - 8 ton jerami padi per musim tanam, dengan
variasi berdasarkan varietas dan lokasi penanaman. Jerami padi ini dapat digunakan
untuk pakan sapi dewasa sebanyak 2 - 3 ekor sepanjang tahun. Sehingga pada 1 ha
sawah dengan waktu panen 2 kali per tahun akan tersedia pakan berserat untuk 4 - 6
ekor sapi .
Selain jerami, pakan sapi dapat diusahakan dengan pemanfaatan pematang
sawah, yang luasnya sekitar 5 % dari luas sawah, sebagai lahan untuk ditanarni
dedak dari hasil penggilingan padi. Sementara itu kotoran sapi merupakan pupuk
organik yang sangat dibutuhkan sawah (Gumbur 5). Hasil penelitian BPTP
Karangploso seperti yang dikutip Kompas (September, 2000) menyebutkan bahwa
sawah di Jawa Timur dan Indonesia umumnya sudah miskin bahan organik.
PEMASARAN PEMAS ARAN
SAPRONAK 4
HASIL PAKAN
SAWAH TERNAK
ORGANIK TERNAK
BIO-GAS
S ~ ~ m h r r : Adtya~~a, 2000
Gambar 5. Model Integrasi Usahatani dan Usaha Ternnk
(~to~-a~i~l'~'stem)
Model integrasi usahatani dan usaha ternak memberi peluang pada
pengembangan peternakan dalam satu kawasan. Dengan cara ini, maka
9'. - . .
-
,pemanfaatan sumberdaya akan optimal dan memberi nilai tambah pada produk yangr:-
-terhadap perubahan harga berbagai komoditi pertanian, baik pada tingkat lokal
ataupun global. Simatupang, 1990 u'ulum Ilham, (1998) menjelaskan bahwa
pendekatan sistem usahatani terpadu melalui pengembangan pola usahatani yang
berwawasan lingkungan ditujukan untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil.
Disamping itu, juga ditujukan bagi peningkatan pendapatan petani dan menjaga
kelestarian sumberdaya alam. Dengan pengalokasian sumberdaya yang efisien,
pemanfaatan keunggulan komparatif, pengaturan tata ruang komoditas dan pola
tanam akan menghasil kan hubungan yang sinergisti k antara cabang usahatani.
Disamping itu, pola sistem usahatani terpadu ini mempunyai beberapa
keuntungan baik dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari aspek lingkungan
yaitu adanya upaya dalam ha1 pemanfaatan limbah, efisiensi lahan dan minimisasi
!imbah. Konsep usahatani terpadu ini sangat sesuai, karena berawal dari suatu
pemikiran bagaimana hasil samping yang selama ini menjadi limbah dapat
ciimanfaatkan menjadi suatu hasil yang bernilai ekonomi dengan tetap menjaga
kelestarian lingkungan.
2.4. Konsep Produksi Bersih
2.4.1. Definisi Produksi Bersih
Beberapa definisi produksi bersih menurut para ahli antara lain, Mostert
(1997) menyebutkan bahwa produksi bersih (Cleuner Production) adalah segala
upaya yang dapat mengurangi jumlah bahan berbahaya, polutan atau kontaminan
(termasuk emisi-emisi yang cepat menguap di udara) sebelum didaur ulang, diolah
atau dibuang. Bapedal (1998) menyatakan bahwa produksi bersih merupakan suatu
strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu
diterapkan secara terus-menerus pada proses produksi dan pra produk, sehingga
mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan.
Dalam kegiatan industri, permintaan akan industri yang berwawasan
lingkungan sudah dimulai sejak Tahun 1970 yaitu melalui gagasan-gagasan upaya
pengurangan limbah dalam proses industri, teknologi berlimbah rendah dan
pencegahan pencemaran industri (Raihan, 1999). Lebih lanjut dijelaskan bahwa
program produksi bersih yang diprakarsai oleh U.N.E.P. pada Tahun 1989 bertujuan
lebih komprehensif yaitu untuk :
I . Pelestarian energi dan bahan mentah
2. Mengurangi jumlah limbah sebagai unsur pencemar dari sejak pemilihan bahan,
proscs dan hasil produk.
3. Menghilangkan upaya pemakaian Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
4. Mengurangi dengan seminimal mungkin jumlah limbah, sehingga limbah
tersebut dianggap sebagai sumberdaya terhamburkan (terboroskan) bila dibiarkan
terbuang ke udara, air dan tanah.
Produksi bersih merupakan suatu tindak lanjut dari Konferensi Dunia tentang
Lingkungan dan Pembangunan yang diselengggarakan di Brazil (liio de june~ro)
tahun 1992 yang dihadiri oleh 179 negara yang antara lain menghasilkan keputusan
satu tindak lanjut dari komitrnen terhadap Pembangunan Berkelanjutan Benvawasan
Lingkungan adalah mengembangkan Produk Lebih Bersih Sedunia (Cleaner
Producrion World Wide).
2.4.2. Pengertian Produksi Bersih
Pengertian produksi bersih, tidak saja menyangkut proses produksi, tetapi
juga menyangkut pengelolaan seluruh daur produksi, yang dimulai dari pengadaan
bahan baku dan pembantu, proses dan operasi, hasil produksi dan limbahnya, sampai
ke distribusi dan konsumsi. Disamping itu, didalamnya juga menyangkut masalah
pola pikir, sikap dan tingkah laku semua stakeholder yang terlibat dalam daur hidup
suatu produk, baik pemerintah, masyarakat maupun dunla usaha (Noor, 2001 ).
Raihan ( 1999), mengatakan produksi lebih bersih me1 upakan istilah yang
pertama kali digunakan oleh U.N.E.P. untuk menjelaskan pendekatan secara
konseptual, integral dan operasional terhadap proses dan produk, yang memberikan
sekecil mungkin dampak atau resiko dari keseluruhan daur hidup produk terhadap
lingkungan dan manusia. Untuk proses, produksi lebih bersih mencakup upaya
konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan beracutl berbahaya
(B3), mengurangi jumlah bahan dan toksisitas semua limbah serta emisi yang
dikeluarkan. Sedangkan untuk Produk, produksi lebih bersih memfokuskan pada
upaya pengurangan dampak pada keseluruhan daur hidup produk (product lrfe cycle).
Dengan demikian, produksi hersih pada proses berarti meningkatkan efisiensi
mengganti atau mengurangi jumlah dan toksisitas seluruh emisi dan iimbah sebelum
keluar dari proses. Sedangkan produksi hersill pudu produk berarti mengurangi
dampak pada keseluruhan daur hidup, mulai dari pengambilan bahan baku sampai
pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan lagi. Aplikasi secara
kontinyu suatu tindak pencegahan terhadap lingkungan dan strategi bisnis yang
terpadu agar diperoleh sumber daya, proses dan produk serta servis dengan tingkat
efisiensi yang tinggi, sehingga keuntungan yang diperoleh meningkat dan resiko
terhadap lingkungan menunm.
2.4.3. Penerapan Produksi Bersih (Cleaner Production)
Penerapan produksi bersih yang didasarkan pada definisi dan pengertiannya,
hams menyangkut bzberapa pokok penting (Noor, 200 1 ) vaitu :
I . Untuk Proses Produksi.
Menyangkut efisiensi dan efektivitas penggunaan bahan baku (serat), bahan
kimia, air, energi dan sumber iainnya ; Mengurangi penggunaan bahan kimia
toksik dan berbahaya ; Mengurangi kuantitas dan tingkat toksik semua emisi dan
limbah yang keluar dari proses. Dengan tujuan akhir, untuk mengurangi volume
dan kadar limbah berbahaya sehingga menaikkan keuntungan.
2. Untuk Produk.
Mengurangi dampak lingkungan dari setiap daur hidup produk, dimulai dari
kondisi lingkungan dengan menekan biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan
limbah.
Untuk Servis.
Mengkaitkan aspek lingkungan pada saat perencanaan dan penghantaran servis,
seperti desain kemasan (pengungkutan) dan daur ulang produk.
Esensi dasar dari penerapan produksi bersih (Noor, 200 1 ) adalah :
-
Pencegahan, pengurangan dan penghilangan limbah dari sumbernya.-
Perubahan mendasar pada sikap manajemen dan perlunya komitmen.-
Pencegahan polusi hams dilaksanakan sedini mungkin, pada setiap tahapankegiatan yaitu pada pembuatan peraturan, kebijakan, implementasi proyek,
proses produksi dan desain produk.
- Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan
perkembangan sains dan teknologi.
- Penerapan strategi yang komprehensif dan ierpadu, agar produk tetap bersaing
dipasar lokal maupun internasional.
-
Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatuproduk.
- Program multi media dan multi disiplin.
-
Diterapkan diseluruh sektor : industri, pemerintah, pertanian (urti luuLs),Kegiatan-kegiatan dalam produksi bersih (Noor, 2001) meliputi :
Penggunaan sumber daya alam secara efisien dan melakukan upaya konservasi.
Penggantian bahan baku dan bahan penolong.
Modi ti kasi proses.
Fonnulasi kembali produk-produk.
Pemeliharaan dan peningkatan usaha kebersihan.
Minimisasi penggunaan air dan energi.
Penggunaan kembali dan daur ulang di lokasi
Penerapan tata apik kerumahtanggaar! (House Keeping).
Pelatihan.
Penerapan produksi bersi h pada sektor peternakan di Indonesia relati f belum
banyak dilakukan, ha1 ini kemungkinan disebabkan oleh karena limbah peternakan
berupa limbah organik yang relatif mudah terurai. Walaupun demikian limbah
peternakan mempunyai potensi yang besar untuk mencemari lingkungan terlebih lagi
jika usaha tersebut terlokalisasi pada suatu kawasan tertentu.
Salah satu penerapan produksi bersih di Indonesia telah dilakukan oleh. PT.
Ekudura Indonesia (Bapedal, 1998) yaitu sebuah perusahaan perkebunan swasta
nasional yang mengelola perkebunan kelapa sawit. Perusahan ini terletak di Pekan
Baru Propinsi Riau-Sumatra. Perusahan berusaha mendaur ulang cangkang dan
serabut kelapa sawit sebagai bahan bakar boiler dan menghasilkan uap* yang
hasil pembakaran janjang kosong digunakan sebagai pupuk di kebun sawit
(Erningpraja, 200 1 ).
Penerapan produksi bersih lainnya pada perkebunan kelapa sawit difokuskan
pada pengawasan mutu dari bahan baku tandan buah segar. Melalui seieksi
kecukupan matang buah untuk di ekstraksi akan meningkatkan rendemen minyak.
Keuntungan peningkatan ekstraksi CPO adalah sekitar Rp 87.750.032,- per tahun
(Erningpraja, 2001). Hasil penelitian pada usaha peternakan babi di Australia,
menyebutkan bahwa dengan penerapan produksi bersih yaitu melalui perbaikan
sistem pengelolaan limbah, dapat menghemat pemakaian air sebesar 70% dari total
air yang digunakan, memperbaiki kondisi ternak dan sanitasi serta dapat mengurangi
bau (Charles, 1995). Di Swedia, penerapan produksi bersih dilakukan pada
perusahaan susu melalui perbaikan daur hidup produk, mampu meminimalisasi 10%
emisi N 2 0 dan 15% emisi C 0 2 (Christel, 1999). Keduanya merupakan gas rumah
kaca yang cukup berperan dalam pemanasan global ((;/oho/ Wurmrng).
Upaya lain dalam rangka penerapan produksi bersih cialam sektor peternakan
yang sudah dilakukan adalah penambahan probiotik starbio dalam pakan ternak (sapi,
babi, ayam, dll). Starbio adalah koloni bakteri yang terdiri dari bakteri lignolitik,
selulolitik, proteolitik, lipolitik dan bakteri nitrogen fiksasi non-simbiotik. Bakteri-
bakteri tersebut sebelumnya sudah "dilatih " untuk menghadapi kondisi-kondisi yang
ekstrem, sehingga starbio merupakan bakteri-bakteri terpilih.
Bahan pakan ternak di Indonesia sebagian besar berupa limbah pertanian, baik
rendah, tekstumya juga kasar, sehingga kurang disukai oleh ternak. Dengan
penggunaan starbio pada pakan, bakteri yang ada pada starbio akan membantu
memecahkan struktur jaringan yang sulit terurai (kusur), sehingga lebih mudah
diserap (Modul Pelatihan CV. LHM, 1999). Penggunaan starbio pada pakan dapat
meningkatkan penguraian dan penyerapan zat-zat nutrisi secara sempurna. Dengan
demikian kotoran yang dihasilkan benar-benar berupa ampas. Keuntungan lain
adalah bau berkurang, kandang lebih sehat dan produktivitas ternak akan meningkat.
Bau ini disebabkan oleh adanya gas NH3 dan H2S yang ada dalam limbah ternak.
Disamping itu, amoniak merupakan gas yang tidak benvarna dengan kadar 50 ppm
akan menimbulkan bau yang sangat menyengat. Gas ini dibentuk dari proses
dekomposisi asam amino oleh bakteri. Gas ini akan mengalami fotooksidasi diudara
membentuk asam yang selanjutnya turun ke bumi dan dikenal sebagai hujan asam.
2.4.3. Manfaat dan Keuntungan Penera pan Produ ksi Bersih
Untuk mendapatkan pemahaman yang baik rnengenai manfaat dan
keuntungan produksi bersih masih perlu waktu yang cukup. Namun demikian,
semua industri diseluruh dunia semakin menyadari keuntungan yang dapat diperoleh
dari produksi bersih dan mereka telah mulai mengembangkan program tersebut
diperusahaannya. Di Indonesia penerapan produksi bersih ini telah banyak dilakukan
oleh berbagai industri seperti industri otomotif, manufaktur dan perakitan. Mereka
telah berhasil mengembangkan pendekatan manajemen lingkungan yang baik dan
maupun peningkatan kinerja lingkungan. Noor, 200 1 memberikan beberapa
manfaat ekonomi dari penerapan produksi bersih adalah :
= Pemakaian bahan yang lebih efisien.
Menekan biaya operasi produk dan penanganan limbah.
Kualitas produk dapat diperbai ki.
Ci tra perusahaan menjadi lebi h baik
Pengurangan dampak lingkungan, sehingga perusahaan terhindar dari beban biaya
pemerintah yang berhubungan dengan perpajakan serta pungutan lain yang harus
dibayar oleh industri.
Disamping itu, strategi produksi bersih yang telah diterapkan di berbagai
negara menunjukkan hasil yang efektif dalam mengatas1 dampak lingkungan dan juga
memberikan beberapa keuntungan antala lain (Bapedal., 1998) :
r Pcnggunaan sumberdaya alam menjadi lebih efektif dan efisien.
r Mengurangi atau mencegah terbentuknya bahan pencemar.
i Mencegah berpindahnya vncemaran dari satu media ke medla lain.
r Mengurangi terjadinya resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
r Mendorong dikembangkarlnya teknologi berslh dan produk akrab lingkungan.
r Mengurangi biaya pentaatan hukurn.
i Terhindar dari biaya pembersihan lingkungan (clean up).
i Produk yang dihasilkan dapat bersaing di pasar internasional.
111. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yang dimulai bulan Mei dan
berakhir bulan Juli 2002. Penelitian ini berlokasi di Desa Triyagan Kecamatan
Mojolaban Kabupaten Sukoha rjo-Solo, Jawa Tengah.
3.2. Jenis Data Yang Dikumpulkan
Data &lam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung ke perusahaan dan usaha
peternakan milik perusahaan tersebut. Data ini meiiputi manajemen usaha ternak,
usaha budidaya padi sawah, budidaya ikan di kolam dan proses penanganan
limbahnya. Data diperoleh dengan observasi dan wawancara langsung dengan
manajer perusahaan, kepala-kepala divisi, staf dan karyawan atau karyawati.
Sedangkan data sekunder bempa keadaan umum perusahaan, sejarah perusahaan, dan
perkembangannya diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan. Disamping itu juga
dikumpulkan data sekunder mengenai input dan output dari penggunaan pupuk
organik dan pupuk kimia pada budidaya padi sawah yang telah dilakukan oleh
perusahaan. Sedangkan data mengenai keadaan umurn lokasi penelitian diperoleh
dari instansi terkait seperti Kantor Lurah, Kantor Kecamatan, Sub-Dinas Peternakan
3.3. Metode Pengambilan Contoh Air
Pengambilan contoh air pada outlet bak sedimentasi I, I1 dan I11 ( bak
pembuangan limbah akhir) (Gumbur 6). Pengambilan contoh air ini dilakukan
sebanyak dua kali selama satu bulan atau dua minggu sekali. Parameter kualitas air
dan metode yang digunakan tersaji dalam Tabel 3. Sedangkan analisis kualitas air
akan dilakukan di Lab. Kimia Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surakarta, Solo.
Tabel 3. Parameter Kualitas Air dan Metode Analisis yang Digunakan*)
I
No.I
ParameterI
SatuanI
Metoda AnalisisI
PeralatanI
I
I
I
OCI
PemuaianI
TermometerZat padat terlarut
Zat padat tersuspensi Gravimetri
Timbangan Analitik, kertas saring 0.45 pm Timbangan Analitik. kertas saring 0.45 pm
I I
1
I Kimia I1
3.1
Sulfida(H2S)1
mg/LI
NesslerizationI
lodometriI
H
1 . I p ( Potensiometrik
I
pH-meter2. ] Amoniak (NH3-N)
/
mg/LI
NesslerizationI
Spektrofotometer4.
5 .
Nitrat (NO3-N)
6.
*) Sesuai prosedur Standar Nasional Indonesia (Direktorat Pengembangan Laboratorium Rujukan dan Pengolahan Data, RAPEDAL. 1994).
Nitrit (NO,-IVj
7.
3.4. Metode Pengambilan Contoh Feses
m a
Pengambilan contoh feses (segar) dilakukan secara acak terhadap sapi perah
I
mg/L I Kolorimetrik
I
Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)
yang ada di Stasiun Riset Lembah Hijau I1 milik CV. LHM, Solo. Jumlah sapi yang
diambil contoh feces sebanyak 10 ekor, yaitu 5 ekor dari kandang B dan 5 ekor dari
Brusin
Spektrofotometer
1
DO-Meter mg/L
Spekt rofotometer
Buret
PUT
kandang C yang merupakan kandang sapi produksi (Gumhar 6). Disamping itu,
contoh feses sapi perah milik petani juga diambil sebagai pembanding. Analisis
terhadap contoh feses dilakukan di Lab. Kimia Fakultas MIPA, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kandungan amonia (NH3)
dan sulfida (H2S) dalam feses sapi tersebut.
Gambar 6. Lokasi Pengambilan Contoh Limbah Cair dan Feses. KANDANG
'
B dan C**)
c:=
c:='
1
v
f 4 3
r
BAK 1
2
GF'
PELATARANc:=
2 5c v
8'=,a
?=I 7 1BAK I1 PELATARAN
c:=>
6 -
Keterangan :
Aliran alr - 5
limbah
6
c:3
*) Lokasi pengb contoh air.
**) Lokasi pengb. feses segar
BAK PENAMPUNGAN AKHIR*) (BAK 111)
3.5. Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis komparatif. ~nalisis
komparatif ini dilakukan terhadap konsentrasi NH3 dan H2S