NILAI RELIGIUS DALAM SURAT LUQMAN AYAT 13-19 DAN
KAITANNYA DENGAN AYAT LAIN
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
04070402
AHMAD SYAHPUTRA TARIGAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN
▸ Baca selengkapnya: carilah hikmah dan manfaat ibadah dan bersyukur dengan menganalisis berbagai ayat dan hadis lain yang terkait
(2)N
ILAI RELIGIUS DALAM SURAT LUQMAN AYAT 13-19 DAN KAITANNYA DENGAN AYAT LAINO
L
E
H
AHMAD SYAHPUTRA TARIGAN
04070402
Pebimbing I Pembimbing II
Dra. Pujiati M,Soc.Sc
2010
Dra. Rahima M.Ag
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan
untuk melengkapi salah satu ujian sarjana sastra dalam bidang ilmu Bahasa Arab.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
Pengesahan Diterima oleh :
Panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat
ujian sarjana sastra dalam ilmu bahasa arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Medan pada.
Hari :
Tanggal :
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Dekan.
Dr.Syahron Lubis, M.A
Panitia Ujian
NO Nama Tanda tangan
1. Dra. Khairawati, MA.,Ph.d ( )
2. Drs. Mahmud Khudri, M.Hum ( )
3. Drs. Suwarto, M hum ( )
4. Dra. Pujiati M,Soc.Sc Ph.d ( )
Disetujui oleh :
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi Bahasa Arab.
Ketua. Sekretaris.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Salawat beriring salam semoga tetap dilimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya
yang telah membawa risalah yang benar kepada manusia untuk pedoman hidup dalam meraih
kebahagian di dunia dan akhirat.
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana. Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis menyusun sebuah skripsi yang
berjudul
“Nilai Religius Dalam Surat Luqman ayat 13-19 Dan Kaitannya
Dengan Ayat Lain”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih dapat kekurangan, hal ini
disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta pengalaman penulis. Penulis
mengucapkan tarima kasih atas bantuan pembimbing, dosen, teman-teman serta maupun
pihak lain yang telah berbaik hati memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga
senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi
ini.
Medan, 2010
Penulis
Ahmad Syahputra Tarigan
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada hambanya, sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan. Begitu pula salawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk ke jalan yang diridhainya.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada ;
1. Kedua orang tua yang tercinta, Adat Tarigan dan Agustina Pinem yang telah
membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan penulis hingga penulis
menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Berkat do’a keduanya, semoga
Allah SWT melimpahkan rahmat, karunia, hidayahnya, serta ampunan bagi keduanya
di dunia dan akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.
2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra, Univesitas Sumatera
Utara beserta pembantu Dekan I, II, dan III.
3. Ibu Dra. Khairawati, MA.,Ph.d selaku Ketua Program Studi Bahasa Arab, Fakultas
Sastra, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Arab,
Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Pujiati M,Soc.Sc Ph.d selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra. Rahima
M.Ag selaku dosen pembimbing II yang dengan ikhlas telah rela meluangkan waktu
dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
6. Serta seluruh staff pengajar Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, khususnya
staf pengajar di Progaram Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera
Utara yang telah menambah wawasan penulis selama masa perkuliahan, serta Sdr
Andika sebagai staf tata usaha di Progaram Studi Sastra Arab.
7. Saya ucapkan juga terima kasih kepada Bapak Bahagia Tarigan serta keluarga besar
Tarigan dan pinem yang banyak membantu berupa moril maupun materil kapada
penulis selama menjalani perkuliahan hingga selesai.
8. Yang tercinta kakak, abang, adik : Anta Vlorita Tarigan, Ansyarifuddin Tarigan,
Ardiansyah Tarigan karena merekalah penulis merasa termotivasi untuk
menyelesaikan karya tulis ini.
9. Special thanks to Sri Damayanti (Aie) yang telah banyak membantu dan memberikan
10.Seluruh keluarga besarku yang mau memahami dan mengerti alasan keterlambatan
studiku, terima kasih atas do’a kalian.
11.Kakanda alumni dan teman-teman yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa
Arab (IMBA) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Atas semua ini, penulis tidak dapat balas jasa baiknya. Oleh karena itu selaku hamba
yang lemah penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga diberikan balasan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..………..i
UCAPAN TERIMA KASIH………..………...………....….ii
DAFTAR ISI………..………...……..…………. iv
PEDOMAN TRANSLITERASI…..…………..………...………...v
ABSTRAK……….………...ix
BAB I PENDAHULUAN………..…...………1
1.1 Latar belakang………..………...1
1.2 Rumusan masalah………2
1.3 Tujuan dan manfaat penelitian 1.4Metode penelitian………..………...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...…………...………5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN………...……..………..………25
3.1 Biografi Luqman Al-Hakim 3.2 Nilai Religius Dalam Surat Luqman Ayat 13-19 3.2.1 Keimanantauhidan Manusia Terhadap Tuhan 3.2.2 Keteringatan Manusia Terhadap sifat Tuhan 3.2.3 Ketaatan Manusia Terhadap firman Tuhan 3.2.4 Kepasrahan Manusia Terhadap kekuasaan Tuhan BAB IV PENUTUP………..…...…………...………...……..41
4.1 Kesimpulan……….………...………...41
4.2 Saran……….…………...…..………...44
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Mentri Agama dan Mentri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 Tahun 1987 dan No. 0543/U/1987.
A. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf latin Nama
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
Ba B be
Ta T te
Sa S Es(dengan titik di atas )
Jim J je
Ha H ha ( dengan titik di bawah )
Kha Kh ka dan ha
Dal D de
Zal Z Zet (dengan titik di atas )
Ra R er
Zai Z zet
Sin S es
Syin Sy es dan ye
Sad S es( dengan titik di bawah )
Dad D de ( dengan titik di bawah )
Za Z zet ( dengan titik di bawah )
‘Ain ‘ koma terbalikm (di atas)
Gain G ge
Fa F ef
Qaf Q ki
Kaf K ka
Lam L el
Mim M em
Nun N en
Waw W we
Ha H ha
Hamzah ‘ apostrof
Ya Y ye
B. Konsonan Rangkap
Konsonan Rangkap ( tasydid ) ditulis rangkap
Contoh: = muqaddimah
= al-madinah al-munawwarah
C. Vokal
1. Vokal Tunggal
2. Vokal Rangkap
Vokal Rangkap _____ ( fathah dan ya ) ditulis “ai”
Contoh = zainab = kaifa
Vokal Rangkap _____ ( fathah dan wa ) ditulis “au”
Contoh = haula =qaula
D. Vokal Panjang ( maddah )
____ dan ____ / fathah / “ā” Contoh = qāma
____ / kasrah / ditulis “Ī” Contoh = rahĪm
____ / dammah / ditulis “ū” Contoh = ‘ūlum
E. Ta Marbutah
Ta Marbutah yang mati atau yang mendapat harkat sukun di tulis “h”
Contoh = makkah al-mukarramah
Ta Marbutah yang hidup atau berharakat ditulis “t”
contoh = al-hukumatu al-islamiyyah
F. Hamzah
Huruf hamzah ( ) di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh tanda
apostrof (
). Contoh = Īman, bukan
ĪmanG. Lafzu jalalah
Lafzu jalalah ( kata ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikantanpa hamza.
Contoh = Abdullah, bukan Abd Allah
H. Kata sandang ‘al-”
2. Kata sandang “al-”, yang diikuti huruf syamsiyah diganti dengan huruf syamsiyah yang mengikutinya. Contoh = asy-syamsu
3. Huruf “a” pada kata sandang “al-” tetap ditulis dengan huruf kecil, meskipun merupakan nama diri. Contoh = al-azhar
-
–-
NILAI RELIGIUS DALAM SURAT LUQMAN AYAT 13-19 DAN KAITANNYA
DENGAN AYAT LAIN
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterikatan manusia dengan Tuhan,
keseriusan hati nurani, kesalehan, ketelitian dalam pertimbangan batin.
Dalam surat Luqman ayat 13-19 dan kaitannya dengan ayat lain terdapat nilai religius
yang mengandung prinsip-prinsip dasar untuk membangun masyarakat Islam
Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai relegius yang terkandung
dalam surat Luqman ayat 13-19. penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan
(Library reseach) diuraikan secara Deskriftif menggunakan teori Suwondo.
Adapun nilai religius menurut Suwondo (1994-65)
1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan
2. Keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan
3. Ketaatan manusia terhadap firman Tuhan
4. Kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan
Adapun hasil penelitian yang peneliti temukan dalam surat Luqman ayat 13 yang
mengandung keimantauhidan manusia terhadap Tuhan terdapat pada kata “ lā tusyrik” ayat
17 pada kata “ ‘ - -
-Nilai religius yang mengandung keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan pada ayat
14 terdapat dalam kata “ ani usykur lī ” sedangkan ayat 15 “ marji ‘ukum”
Nilai religius yang mengandung ketaatan manusia terhadap kekuasaan Tuhan pada
ayat 18-19 terdapat pada kata “ inna allaha lā yuhibbu kulla mukhtālin fakhūrin”
Nilai religius yang mengandung kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan
-
–-
NILAI RELIGIUS DALAM SURAT LUQMAN AYAT 13-19 DAN KAITANNYA
DENGAN AYAT LAIN
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterikatan manusia dengan Tuhan,
keseriusan hati nurani, kesalehan, ketelitian dalam pertimbangan batin.
Dalam surat Luqman ayat 13-19 dan kaitannya dengan ayat lain terdapat nilai religius
yang mengandung prinsip-prinsip dasar untuk membangun masyarakat Islam
Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai relegius yang terkandung
dalam surat Luqman ayat 13-19. penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan
(Library reseach) diuraikan secara Deskriftif menggunakan teori Suwondo.
Adapun nilai religius menurut Suwondo (1994-65)
1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan
2. Keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan
3. Ketaatan manusia terhadap firman Tuhan
4. Kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan
Adapun hasil penelitian yang peneliti temukan dalam surat Luqman ayat 13 yang
mengandung keimantauhidan manusia terhadap Tuhan terdapat pada kata “ lā tusyrik” ayat
17 pada kata “ ‘ - -
-Nilai religius yang mengandung keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan pada ayat
14 terdapat dalam kata “ ani usykur lī ” sedangkan ayat 15 “ marji ‘ukum”
Nilai religius yang mengandung ketaatan manusia terhadap kekuasaan Tuhan pada
ayat 18-19 terdapat pada kata “ inna allaha lā yuhibbu kulla mukhtālin fakhūrin”
Nilai religius yang mengandung kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Karya sastra merupakan sarana para sastrawan dalam mengungkapkan ekspresinya
terhadap dunia imajiner. hal ini senada dengan pernyataan Teeuw bahwa “ kata sastra dalam
bahasa Indonesia berasal dari bahasa sansekerta. akar kata sas- berarti mengarahkan,
memberi petunjuk atau intruksi. sedang –tra berarti alat atau sarana” (Males; 2000:3)
Pengertian sastra yang berdasarkan makna kata diatas tentu tidak dapat menggambarkan definisi sastra secara keseluruhan. hal tersebut misalnya dapat dibandingkan dengan makna sastra yang terdapat dalam bahasa Barat. Kerancuan makna pun masih melingkup i makna kata tersebut. dalam bahasa Inggris misalnya dikenal istilah literature, sedangkan dalam bahasa Perancis adalah Perancis literature, dalam bahasa Jerman adalah Jerman literature, dan bahasa Belanda adalah Belanda letterkunde. Secara etimologis, kata-kata tersebut berasal dari bahasa latin yaitu literature yang merupakan terjemahan dari kata-kata grammatika yang mengandung makna tata bahasa dan puisi. Namun kenyataannya, dalam pengertian yang dikenal saat ini kata literature ternyata mengacu pada makna segala sesuatu yang tertulis. Padahal jika kita simak lebih jauh, manifestasi makna tersebut tentu tidak dapat menggambarkan sastra dalam pengertian karya sastra (Fananie; 2000: 4)
Setiap hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai inovasi, maupun
afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki. karya sastra mempunyai tugas penting. baik
dalam usahanya untuk menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan
terhadap suatu gejala kemasyarakatan (Nyoman; 2004:334)
Bila dikaitkan sastra dengan rangkaian ayat-ayat Al-Qur’an maka menurut Al-Khulli
Al-Qur’an disebut sebagai kitab sastra yang terbesar. ini menunjukkan bahwa mengadakan
pengkajian tentang ayat-ayat dengan pendekatan sastra itu dapat dilakukan secara ilmiah
(Al-Khulli dalam Setiawan; 2005: X )
Oleh karena itu penulis meneliti ayat Al-Qur’an surat Luqman ayat 13-19 dan
kaitannya dengan ayat lain, untuk mendapatkan nilai-nilai religius yang ada didalamnya.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada nabi Muhammad yang mengandung
petunjuk-petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi
mereka, yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. tidak hanya diturunkan untuk
suatu umat atau untuk suatu abad, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang
masa, karena itu luas ajarannya adalah sama dengan banyaknya umat manusia dimuka bumi.
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam, yang diturunkan Allah kepada nabi
Muhammad sebagai mukzizat yang berisikan syariat (hukum-hukum) peringatan, sejarah
(kisah-kisah) dan berbagai ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad SAW diutus Allah dengan
sangat menarik simpati ummat manusia untuk mengikuti dan meneruskannya. Sebagaimana
sabda beliau
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak” (HR. Ahmad)
Karena risalah yang diajarkan nabi itu memberikan informasi tentang dasar dan tujuan
akhlak, serta cara dan latihan untuk mencapainya. dengan komponen-komponen yang
lengkap disertai penjelasan serta keteladanan oleh beliau sendiri, sebagai suri teladan yang
baik dalam suatu sistem kehidupan manusia. Dalam hal ini Allah telah berfirman pada surat
Al-Ahzab.
/
--ākhira wa żakara allaha kaśīran/
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS AL-Ahzab [33]: 21)
Ajaran tentang akhlak tersebar dibeberapa ayat. namun yang menjadi objek kajian
penulis adalah surat Luqman ayat 13-19. surat Luqman terdiri dari 34 ayat, termasuk
golongan surat-surat makiyyah, diturunkan sesudah surat Ash-Shaffaat. dinamai surat
Luqman karena pada ayat 12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi Allah ni’mat dan ilmu
pengetahuan, oleh sebab itu dia bersyukur kepada Allah atas ni’mat yang diberikan itu. dan
pada ayat 13-19 terdapat nasehat-nasehat Luqman kepada anaknya.
Ini adalah isyarat daripada Allah supaya setiap ibu bapak melaksanakan pula terhadap
anak-anak mereka sebagaimana yang telah dilakukan Luqman. dilihat dari Asbabun Nuzulnya
ayat ini diturunkan karena banyaknya masyarakat pada waktu itu, yang merasa dirinya paling
pintar (pengetahuan) serta suka mengolok-olok orang-orang yang mengikuti perintah Allah.
Pada saat Luqman memberikan pelajaran pada anaknya para ulama berbeda pendapat
mengenai siapa Luqman yang dimaksud ayat tersebut. menurut Ibnu Katsir, Luqman
Al-Hakim bernama Luqman Bin ‘Anqa’ bin Sadwan. menurut Al-Khazin, dia bernama Luqman
Bin Ba’aura’ Bin Nahur Bin Tarikh. Ibnu Tarikh ini adalah Azar. namun ada juga yang
adalah anak dari bibi Ayyub. Al-Bagahawi menuturkan, menurut Muhammad Bin Ishaq, ia
bernama Luqman Bin Na’ur Bin Nahur Bin Tarikh, tidak lain ia adalah Azar. menurut Wahab
dia adalah anak saudara perempuan Ayyub. Namun menurut Muqotil, dia adalah anak dari
bibi Ayyub (Abdullah Al-Ghamidi 2008)
Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi menjelaskan, Luqman hidup selama seribu tahun dan
Daud a.s bertemu dengannya, bahkan belajar kepadanya. sebelum Daud a.s diutus menjadi
nabi dan rasul, Luqman yang memberikan fatwa. Ketika Daud a.s menjadi nabi dan rasul,
Luqman berhenti memberikan fatwa. Konon Luqman ditanya mengapa ia tidak lagi
memberikan fatwa ? dia menjawab, “Sudah cukup bagiku jika sudah cukup bagimu”.
Terhadap keterangan ini Al-Alusi menambahkan ada yang mengatakan bahwa
Luqman adalah seorang hakim dimasa bani Israil. keterangan ini dikutip dari Al-Waqidi.
namun menurutnya masa hidup Luqman adalah rentang waktu antara masa hidup nabi Isa a.s
dan nabi Muhammad. Menurut Ikrimah dan Sya’bi, Luqman adalah seorang nabi. namun
menurut kebanyakan ulama dia hidup dimasa kehidupan nabi Daud a.s dan bukan seorang
nabi.
Luqman disebut juga dengan mu’ammar karena Ia berumur panjang, ada yang
menyebutkan Ia hidup di zaman kaum Ad (Ali, Juz 2. hal 1049). Ada banyak riwayat dan
pendapat yang menerangkan tentang sifat, ciri fisik, dan akhlak Luqman. sumber-sumber
yang biasa kita peroleh adalah keterangan yang umumnya terdapat pada kitab-kitab tafsir.
diantara atsar yang terpenting adalah dalam tafsir At-Thabari disebutkan, Nashar Bin
Abdurrahman Al-Audi dan Ibnu Hamid bercerita kepadaku (At-Thabari), bahwa Hikam
mendapat cerita dari Sa’id Az-Zubaida dari mujahid, dia berkata “Luqman Al-Hakim adalah
seorang hamba berkebangsaan Habsyi, bibirnya tebal, langkahnya lebar, dan menjadi hakim
bagi bani Israil.” Thabari juga mendapat cerita dari ‘Isa Bin ‘Utsman Bin ‘Isa Ar-Rahili, dia
berkata bahwa Yahya Bin Isa mendapat cerita dari mujahid, dia berkata, Luqman adalah
seorang budak kulit hitam, bibirnya tebal, dan kakinya bengkok (Abdullah Al-Ghamidi 2008)
mengenai siapa Luqman dan ciri-ciri fisiknya ini penulis uraikan sesuai referensi yang ada.
Luqman juga menempati derajat yang paling tinggi, sebab manusia yang derajatnya
paling tinggi adalah orang yang telah sempurna sekaligus berusaha menyempurnakan orang
lain. adapun upaya nya untuk membuat orang lain menjadi sempurna terlihat pada
/wa iż qāla luqmānu libnihi wahuwa ya‘ izuhu yā bunayya lā tusyrik bi allahi inna asy
-syirka lazulmun ‘azīmun /
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS [31]:l3)
/wa waş
--maşīru/
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kembalimu (QS [31]:l4)
Ketika ayat-ayat dalam nasihat Luqman ini dicermati secara keseluruhan, ada dua
perkara terpenting yang dinasehatkan Luqman kepada anaknya. Pertama menyangkut
persoalan akidah. Luqman menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Allah Iapun
mengingatkan kepada anaknya bahwasannya Allah maha tahu apa yang dilangit dan di bumi
dan Allah akan membalas semua perbuatan manusia. Kedua berkenaan dengan pelaksanaan
amal ibadah yang menjadi konsekuensi tauhid baik menyangkut hubungan partikal manusia
dengan Khalik, dengan dirinya sendiri, maupun hubungan harizontal sesama manusia.
Penulis memilih judul ini karena ayat-ayat yang ada dalam surat Luqman, khususnya
yang membahas nasihat Luqman kepada anaknya, mengandung prinsip-prinsip dasar untuk
membangun masyarakat Islam. Misalnya tentang keikhlasan dalam beribadah kepada Allah.
dan tidak menyekutukannya, menjauhkan diri dari kekufuran, bersyukur kepada Allah. wasiat
agar berbakti kepada orang tua kecuali mereka menyuruh maksiat kepada Allah, mendirikan
shalat, memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, sabar menghadapi kesulitan,
bersikap rendah hati, menjahui kesombongan, bersungguh-sungguh dalam menjalani
kehidupan, dan mengikuti orang-orang yang kembali kepada jalan Allah.
Masalah yang akan diteliti lebih lanjut dalam nasehat ini adalah nilai religius yang
terkandung didalamnya, karena menurut penulis ayat-ayat ini mempunyai pesan religius.
1.2 Perumusan Masalah :
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan, maka perlu adanya
perumusan masalah sehingga tidak keluar dari topik permasalahan. maka penulis
memberikan batasan-batasan sebagai berikut
1. Apakah nilai religius yang terkandung dalam surat Luqman ayat l3-19 dan bagaiman
kaitannya dengan ayat lain ?
1.3 Tujuan Penelitian :
Adapun penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan nilai religius yang terkandung dalam surat Luqman ayat l3-19 dan
kaitannya dengan ayat lain.
Maanfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Untuk menambah dan memperluas wawasan penulis dan pembaca mengenai pesan
religius yang terdapat pada surat Luqman ayat l3-19 dan kaitannya dengan ayat lain
yang dapat digunakan menjadi i’tibar pesan pendidik dalam mendidik semua anak
2. Untuk mempermudah pembaca dalam mengembangkan penelitian tentang nilai-nilai
religius pada surat serta ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an khususnya surat Luqman
ayat 13-19
1.4 Metode Penelitian
Adapun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach) diuraikan
secara deskriftif dengan merujuk kepada pendapat-pendapat terdahulu, dan menggunakan
teori Suwondo.
Adapun tahap-tahap penelitian ini adalah :
1. Mengumpulkan bahan referensi atau buku yang terkait dengan masalah yang diteliti.
2. Mempelajari dan menganalisis data dari referensi yang sudah ada kemudian
mengklasifikasikannya.
3. Menyusun hasil penelitian secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata "religius" berasal dari kata "religi" yang berarti khidmat dalam pemujaan, sikap
dalam hubungan dengan hal yang suci dan supra natural yang dengan sendirinya menuntut
hormat dan khidmad (Shadaly, 1984 : 2878). Berkaitan dengan itu Prikarya (1977 : 31 ) juga
mengatakan bahwa manusia itu bergantung kepada Tuhan, selain itu dikatakan pula bahwa
manusia bergantung pada Tuhan dalam keyakinan dan juga dikatakan bahwa Tuhanlah yang
memberikan keselamatan sejati pada manusia, ditambahkan pula bahwa manusia dengan
kekuatannya sendiri tidak mampu memperoleh keselamatan itu sehingga ia menyerahkan
dirinya kepada Tuhan. Sikap khidmat dalam pemujaan atau penyerahan diri dengan Tuhan
dapat dilakukan melalui sikap kesetiaan batin, hati nurani, dan sikap ketaatan mengikuti
ajaran agama berdasarkan iman dan taqwa kepada Nya.
Pengertian yang lebih singkat dikemukakan oleh Dojosantoso (1986 : 3 ) bahwa
religius adalah keterikatan manusia pada Tuhan sebagai sumber ketentraman dan
kebahagiaan. keterikatan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan sikap manusia
"religius" manusia religius dapat diartikan sebagai manusia yang berhati nurani serius,
shaleh, teliti dalam pertimbangan batin (Mangunwijaya 1982 : 194). Kaitan Al-Qur’an
merupakan kalam Ilahi. Jadi, kebahasaan mengandung nilai-nilai sastra yang tinggi dan
mengandung nilai religius, yang bermanfaat bagi petunjuk kehidupan manusia. Salah satu
pesan-pesan kalam Allah yang merupakan pesan religius adalah tercantum pada surat
Luqman ayat 13-19. Berkenaan dengan karya sastra yang bernilai religius, Mangunwijaya
(1982 : 2) mengatakan bahwa "pada awal mula segala sastra adalah religius"
Uraian diatas menjelaskan bahwa sastra tidak dapat dipisahkan dengan agama, karena
sastra dan agama merupakan realitas pandangan hidup masyarakat.
Adapun nilai religius menurut Suwondo (1994: 65) adalah:
1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan.
2. Keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan
3. Ketaatan manusia terhadap firman Tuhan.
4. Kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan.
Sastra dan masyarakat sangat berkaitan, bentuk dan karya sastra sebenarnya memang
lebih banyak diambil dari fenomena sosial dibandingkan dengan seni yang lain, kecuali film.
kehidupan manusia menjadikan karya sastra yang dekat dengan aspirasi masyarakat. Ciri-ciri
utama karya sastra adalah aspek-aspek estetika tetapi secara intens karya sastra juga
mengandung etika, filsafat, logika, bahkan juga ilmu pengetahuan (Nyoman;2004: 337)
Berkenaan dengan karya sastra yang bernilai religius, Mangunwijaya (1982 : 11)
menyatakan bahwa “pada awal mula, segala sastra adalah religius”. Dengan demikian, dalam
karya Sastra Arab sejak dulu hingga sekarang, terdapat nilai luhur yang disebut dengan “nilai
religius”. Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterikatan manusia dengan tuhan,
keseriusan hati nurani, kesalehan, ketelitian dalam pertimbangan batin.
Penulis mencoba menganalisis masalah religius yang terdapat pada nasehat Luqman
kepada anaknya menggunakan teori Suwondo yang mengatakan, keimantauhidan manusia
terhadap Tuhan, keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan, ketaatan manusia terhadap
firman Tuhan, kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan. Unsur-unsur yang akan
diteliti adalah unsur yang tersirat yang mempengaruhi sebuah sastra, dan hal-hal yang tersirat
yang menggambarkan pola-pola masyarakat serta nilai-nilai sosial yang meliputi pesan
moral, pesan relegius, dan pesan-pesan kritik sosial (Nurgiyantoro 1995; 319)
Akan tetapi penulis hanya membahas hal-hal yang tersirat yang mengambarkan pesan
religius dan kaitannya dengan ayat lain dalam nasihat Luqman kepada anaknya. Pesan
religius yang tersirat dalam surat Luqman tentang nasehatnya kepada anaknya sangat jelas
mengandung pesan-pesan religius antara manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan
manusia. Hal ini tergambar jelas dalam surat Luqman tentang nasehatnya kepada anaknya
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Biografi Luqman Al-Hakim Luqman dan nasehatnya
Lazimnya setiap tokoh mempunyai biografi, demikian juga dengan Luqman. Biografi
Luqman Hakim penulis himpun dari berbagai referensi. Menurut Ibnu Katsir, Luqman
Al-Hakim bernama Luqman Bin ‘Anqa’ bin Sadwan. Menurut Al-Khazin, beliau bernama
Luqman Bin Ba’aura’ Bin Nahur Bin Tarikh. Ibnu Tarikh ini adalah Azar. Namun ada juga
yang mengatakan, Luqman adalah anak dari saudara Ayyub. Yang lainnya mengatakan
Luqman adalah anak dari bibi Ayyub. Al-Bagahawi menuturkan, menurut Muhammad Bin
Ishaq, ia bernama Luqman Bin Na’ur Bin Nahur Bin Tarikh, tidak lain ia adalah Azar.
menurut Wahab dia adalah anak saudara perempuan Ayyub. Menurut Muqotil, dia adalah
anak dari bibi Ayyub.
Dalam tafsir Al-Qurthubi dijelaskan, Luqman hidup selama seribu tahun dan Daud as
bertemu dengannya, bahkan belajar kepadanya. sebelum Daud as diutus menjadi nabi dan
rasul, Luqman yang memberikan fatwa. ketika Daud as menjadi nabi dan rasul, Luqman
berhenti memberikan fatwa. konon Luqman ditanya mengapa ia tidak lagi memberikan fatwa
? dia menjawab, “Sudah cukup bagiku jika sudah cukup bagimu.
Al-Alusi menambahkan ada yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang hakim
dimasa bani Israil. keterangan ini dikutip dari Al-Waqidi. Mamun menurutnya masa hidup
Luqman adalah rentang waktu antara masa hidup nabi Isa dan nabi Muhammad. Sedangkan
menurut Ikrimah dan Sya’bi Luqman adalah seorang nabi, namun menurut kebanyakan ulama
dia hidup dimasa kehidupan nabi Daud as dan bukan seorang nabi.
Ciri fisik Luqman
Ada banyak riwayat dan pendapat yang menerangkan tentang sifat, ciri fisik, dan
akhlak Luqman, sumber-sumber yang biasa di peroleh adalah keterangan yang umumnya
terdapat pada kitab-kitab tafsir. Dalam tafsir At-Thabari disebutkan, Nashar Bin
Abdurrahman Al-Audi dan Ibnu Hamid bercerita kepadaku (At-Thabari), bahwa Hikam
mendapat cerita dari Sa’id Az-Zubaida dari mujahid, dia berkata “Luqman Al-Hakim adalah
seorang hamba berkebangsaan Habsyi, bibirnya tebal, langkahnya lebar, dan menjadi hakim
bagi bani Israil.” Thabari juga mendapat cerita dari ‘Isa Bin ‘Utsman Bin ‘Isa Ar-Rahili, dia
seorang budak kulit hitam, bibirnya tebal, dan kakinya bengkok (Abdullah Al-Ghamidi
2008).
Luqman juga menempati derajat yang paling tinggi. sebab manusia yang derajatnya
paling tinggi adalah orang yang telah sempurna sekaligus berusaha menyempurnakan orang
lain. Adapun upaya nya untuk membuat orang lain menjadi sempurna terlihat pada
nasehat-nasehat yang disampaikan pada putranya dalam surat Luqman ayat 13-19.
Nama dan nasabnya
Luqman Al-Hakim bernama Luqman Bin ‘Anqa’ bin Sadwan. Menurut Al-Khazin,
ada yang mengatakan dia bernama Luqman Bin Ba’aura’ Bin Nahur Bin Tarikh. Ibnu Tarikh
ini adalah Azar, namun ada juga yang mengatakan. Luqman adalah anak dari saudara Ayyub.
ada juga yang mengatakan Luqman adalah anak dari bibi Ayyub
Al-Bagahawi menuturkan, menurut Muhammad Bin Ishaq, ia bernama Luqman Bin
Na’ur Bin Nahur Bin Tarikh, tidak lain ia adalah Azar, menurut Wahab dia adalah anak
saudara perempuan Ayyub. Namun menurut Muqotil, dia adalah anak dari bibi Ayyub.
Sedangkan menurut Asy-Syaukani, dia adalah Luqman bin Ba,ura bin Nahur bin Tarikh,
yakni Azar, ayah Ibrahim, ada juga yang mengatakan ia adalah luqman bin ‘Anga bin
Marwan. Menurut Wahab, dia adalah anak saudara perempuan Ayyub. Menurut Muqottil, dia
adalah anak bibi Ayyub.
Sedangkan menurut Qurthubi, dia adalah Luqman bin ‘Aura bin Nahur bin Tarikh.
sedangkan Tarikh adalah Azar, ayah Ibrahim, demikianlah nasab Luqman menurut
Muhammad bin Ishaq, menurut pendapat yang lain dia adalah Luqman bin ‘Anga bin Saudan.
Menurut Az-Zamakhsyari, dia adalah Luqman bin ‘Aura’ bin Ba’ura anak dari saudara
perempuan Ayyub atau anak bibi Ayyub. Dari sejumlah perbedaan tersebut, penulis
beranggapan bahwa seorang manusia mungkin dipanggil dengan lebih dari satu nama dan
setiap orang boleh memanggilnya sesuai dengan nama yang lebih dikenalnya. Satu hal yang
pasti adalah luqman tersebut dibahas dalam Al-Quran.
Keadaan pada masa hidup Luqman hidup
Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi menjelaskan, Luqman hidup selama seribu tahun dan
Daud bertemu dengannya, bahkan belajar kepadanya. sebelum Daud diutus menjadi nabi dan
rasul, Luqman yang memberikan fatwa. ketika Daud menjadi nabi dan rasul, Luqman
berhenti memberikan fatwa. konon Luqman ditanya mengapa ia tidak lagi memberikan fatwa
? dia menjawab, “Sudah cukup bagiku jika sudah cukup bagimu.”
Terhadap keterangan ini Al-Alusi menambahkan ada yang mengatakan bahwa
namun menurutnya masa hidup Luqman adalah rentang waktu antara masa hidup nabi Isa dan
nabi Muhammad. menurut Ikrimah dan Sya’bi Luqman adalah seorang nabi. namun menurut
kebanyakan ulama dia hidup dimasa kehidupan nabi Daud dan bukan seorang nabi.
Luqman Al-Hakim pada saat itu menghadapi masyarakat materialistis, yaitu seluruh
aspek kehidupan dikuasai oleh materi. Luqman datang memberikan pelajaran ruhiyah,
sehingga mereka menuntun jiwa manusia menjadi liar disebabkan oleh kekuasaan materi.
tidak pula diragukan, bahwa munculnya seorang penyeru ruhani dikalangan masyarakat
materialistis telah menunjukkan adanya tingkat kebutuhan yang tinggi terhadap penyeru
ruhani dan betapa kuatnya perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh luqman untuk
mengembalikan kehidupan manusia agar senantiasa dalam sinaran ruhani, selamat dari
kemaksiatan, dan jauh dari kemungkaran.
Meskipun riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang riwayat hidup luqman tidak
begitu jelas, namun al-quran menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang yang
mampu melakukan upaya perbaikan (mushlih) dimana antara ucapan dan perbuatan dapat
sejalan karena keduanya tidak dapat dipisahkan.
Luqman hidup dengan mengikuti jalan seorang mushlih hal ini dimulai dari
prinsip-prinsip pemikirannya dia bersyukur kepada tuhan, memahami takdirnya, dan memberi wasiat
kepada anaknya seperti yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an
Anak Luqman
Menurut Ibnu Katsir, At-Thabari dan Al-Qurthubi, juga As-Shalihi nama anak
laki-lakinya adalah Tsaran, menurut Khazin nama anaknya adalah An’am dan ada juga yang
mengatakan Asykam. Sedangkan Al-Alusi berpendapat bahwa nama anak Luqman adalah
Tsaran, seperti pendapat At-Thabari dan Al-Qutbi. Ada juga yang mengatakan Matsan,
An’am, Asykam, atau Masykam. Maka sesuai dengan banyaknya riwayat yang menyatakan
nama anak Luqman adalah Tsaran namun panggilan atau nama lain darinya adalah An’am
3.2 Nilai Religius Dalam Surat Luqman Ayat 13-19 Dan Kaitannya Dengan Ayat Lain.
Melihat jalinan yang utuh dan erat, mulai dari awal hingga akhir dalam nasihat
Luqman kepada anaknya. Semua nasihatnya mengandung nilai-nilai religius yang dapat di
amalkan untuk kehidupan sehari-hari. Serta menjadi i’tibar pesan pendidikan untuk
diterapkan oleh setiap orang tua dalam mendidik anak. Wasiat Luqman kepada anaknya yang
diawali tentang larangan syirik, perintah berbuat baik kepada orang tua, kekuasaan Allah,
perintah shalat, larangan berbuat sombong, serta keederhanaan. secara keseluruhan
mengandung nilai-nilai religius.
Kata "religius" berasal dari kata "religi" yang berarti khidmat dalam pemujaan, sikap
dalam hubungan dengan hal yang suci dan supra natural yang dengan sendirinya menuntut
hormat dan khidmad (Shadaly, 1984 : 2878). Berkaitan dengan itu Prikarya (1977 : 31 ) juga
mengatakan bahwa manusia itu tergantung dari Tuhan. Selain itu dikatakan pula bahwa
manusia tergantung pada Tuhan dalam keyakinan dan juga dikatakan bahwa Tuhanlah yang
memberikan keselamatan sejati pada manusia dan ditambahkan pula bahwa manusia dengan
kekuatanya sendiri tidak mampu memperoleh keselamatan itu sehingga ia menyerahkan
dirinya kepada Tuhan. Sikap khidmat dalam pemujaan atau penyerahan diri dengan Tuhan
dapat dilakukan melalui sikap kesetiaan batin, hati nurani, dan sikap ketaatan mengikuti
ajaran agama.
Pengertian yang lebih singkat dikemukakan oleh Djontosa (1986 : 3 ) bahwa religius
adalah keterikatan manusia pada Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan.
keterikatan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan sikap manusia "religius"
manusia religius dapat diartikan sebagai manusia yang berhati nurani serius, shaleh, teliti
dalam pertimbangan batin (Mangunwijaya 1982 : 194). Jelaslah bahwa surat Luqman ayat
13-19 merupakan nasihat yang tersusun dengan sistem kebahasaan yang mengandung
nilai-nilai sastra yang tinggi dan mengandung nilai-nilai religius, amat menyentuh dan bermanfaat bagi
petunjuk kehidupan manusia, salah satu pesan-pesan kalam Allah yang merupakan pesan
religius tercantum pada surat Luqman ayat 13-19. Adapun ayat tersebut berkaitan dengan
ayat lain. Adapun nilai religius dari surat Luqman ayat 13-19 itu dapat di analisa
menggunakan metode penelitian deskriftif dengan menggunakan teori Suwondo
1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan.
2. Keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan
3. Ketaatan manusia terhadap firman Tuhan.
3.2.1 Nilai religius yang mengandung keimantauhidan manusia terhadap Tuhan. Nilai keimantauhidan adalah nilai kepercayaan dan keyakinan manusia terhadap tuhan
dengan penuh kesadaran melalui hati nurani, ucapan, dan perbuatan. Perwujudan
keimanantauhidan itu tercermin dalam sikap, tutur kata, dan tindakan dilandasi keseriusan
hati nurani, kesalehan dan ketelitian dalam pertimbangan batin.
Keimantauhidan mempunyai pengaruh-pengaruh yang baik dan jelas dalam
kehidupan manusia, tauhid adalah pengabdian manusia kepada penciptanya, yaitu Allah Yang
Maha Esa. tauhid merupakan pembebasan akal manusia dari Khurafat. pembebasan hati dan
jiwa manusia dari kehinaan, dan pembebasan kehidupan manusia secara keseluruhan dari
penguasaan syaitan dan hal-hal yang menganggap dirinya Tuhan.
Tauhid (mengakui Tuhan itu ada dan satu, yaitu Allah SWT), adalah hal paling
penting dan yang paling pertama yang harus dipelajari oleh seorang muslim. Nabi
Muhammad SAW selama 13 tahun masa-masa pertama kenabiannya, gigih menyampaikan
ajaran tauhid kepada orang-orang kafir Quraisy.
Penekanan pada ajaran tauhid akan memberikan kemudahan untuk menghayati
masalah fiqih, syariat dan muamalat sehingga dapat terbina masyarakat yang bertaqwa, yang
shaleh dalam menjalani kehidupan yang damai. Dengan mendalami tauhid dan benar-benar
melaksanakan perintah Allah maka umat islam akan terhindar dari kemusyrikan. Dalam surat
luqman ayat 13 nilai keimantauhidan itu berupa keyakinan bahwa Tuhan itu satu dan tiada
Tuhan selain Dia. Seperti dalam firman Allah di bawah ini.
/wa iż qāla luqmānu libnihi wahuwa ya ‘ izuhu yā bunayya lā tusyrik bi allahi inna asy
-syirka lazulmun ‘ āzīmun/
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS [31]: l3 )
Pada surat luqman ayat 13 di atas, merupakan suatu keyakinan bahwa Tuhan itu satu
dan tiada Tuhan selain Dia. Maka jangan pernah menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.
ayat ini berkaitan dengan ayat lain, yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 22.
/alla
fa´ahraja bihi minassamarāti rijqallakum falā taj’alū lillahi andādan wa´antum ta’lamūna/
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (QS [2]: 22)
Allah menyatakan bahwasannya, Dia yang menjadikan bumi terhampar bagi manusia
dan langit sebagai atap, dan Allah juga yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Allah
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untuk manusia. karena itu
janganlah kita mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Berkaitan dengan kemusyrikan Allah
juga telah berfirman pada surat An-Nisaa’ ayat 48
/΄inna allaha lā yagfiru an yu
yusyrik billahi faqadiftarā ismān ΄azīmān/
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (QS [4]: 48)
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa syirik,
karena syirik perbuatan dosa yang sangat besar, akan tetapi Allah mengampuni segala dosa
selain syirik, bagi orang-orang yang dikehendaki Nya. Berkenaan dengan firman Allah pada
surat An-Nisaa’ ayat 4 Allah juga telah menerangkan pada surat An-Nisaa’ ayat 116.
/´inna allaha lā yagfiru an yu
/
Kedua ayat di atas menceritakan hal yang sama bunyi ayatnya juga sama hanya
terdapat perbedaan pada kata
(maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar) dan
(maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya).
Sedangkan dalam surat Al-Maidah ayat 72 Allah berfirman.
/laqad kafarol lajīna qōlû huw
/
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun (QS [5]: 72)
Dalam ayat ini terdapat perintah untuk seluruh manusia agar menyembah Allah, dan
dilarang melakukan perbuatan syirik, sebab kemusyrikan adalah penyebab utama masuknya
seseorang ke dalam neraka, karena Allah mengharamkan surga untuk orang yang melakukan
syirik. Adapun di dalam surat Al-Jin ayat 20 Allah berfirman.
/qul innamā ‘ad’ ū rabbi walā ´ usyriku bihi ´ahadañ/
Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya" (QS [72]: 20)
Ayat di atas menerangkan bahwasannya Allah telah memerintahkan nabi Muhammad
untuk mengatakan sesungguhnya Dia hanya menyembah Allah, dan tidak akan
menyekutukannya. Maka kita juga harus mengikutinya sebab kita adalah ummatnya.
Dari nasihat Luqman pada ayat 13 terdapat larangan untuk mensyarikatkan Allah.
Allah, syirik disebut kezaliman yang besar karena orang meletakkan sesuatu tidak pada
tempatnya, bahkan seolah menyamakan antara sesuatu yang tidak bisa memberi nikmat
kepada manusia, dengat dzat yang menjadi satu-satunya sumber nikmat.
Menurut ajaran islam, zalim merupakan prilaku tercelah yang harus dihindari setiap
muslim karena sesungguhnya perbuatan itu dapat merugikan pelakunya dalam kehidupan
dunia maupun akhirat. Tindakan aniaya (zalim) sebagai perbuatan dosa yang dapat merusak
individu, keluarga serta masyarakat. Tindakan aniaya itu menyesatkan dan menyengsarakan,
oleh sebab itu orang-orang musyrik juga dikatakan didalam Al-Qur’an sebagai orang zalim.
Zalim adalah perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran yang akan membawa mudharat
bagi pelakunya.
Syirik adalah mengingkari bahwa Tuhan adalah maha esa dan maha kuasa, jika tidak
maha esa, maka ada lebih dari satu tuhan. Konsekuensinya, berarti ada tuhan yang lain
berasal dari kalangan makhluk ciptaan tuhan, akibatnya manusia yang musyrik itu
mengangkat dan mengagungkan alam atau sesama manusia. Hal lain yang termasuk pada
syirik adalah ria.
Ria (membanggakan diri) syirik yang samar dan tersembunyi artinya mungkin saja
seorang manusia menunaikan ibadah seumur hidupnya dalam keadaan ria, namun ia tidak
menyadarinya oleh sebab itu di dalam beberapa riwayat ria diumpamakan seperti seekor
semut yang hitam yang berjalan diatas batu yang hitam di malam gelap gulita. Salah satu cara
setan untuk memperdaya manusia adalah ria. Terkadang setan mendatangi manusia melalui
jalan maksiat, seperti mengunjing, memfitnah. Namun terkadang setan mendatangi manusia
melalui ibadah yaitu dengan cara menumbuhkan rasa ujub didalam hati seorang hamba,
sehingga dengan begitu setan menuntunnya kejalan neraka jahannam.
Allah mengampuni segala dosa selain syirik, bagi orang-orang yang dikehendaki Nya.
Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang berbuat syirik (musyrik) sampai dia bertaubat
kepada Allah. jadi, kalau ada orang musyrik yang bertaubat (dengan sungguh-sungguh) dari
kesyirikannya, maka dia akan diampuni oleh Allah. sebagai contoh adalah sahabat Umar bin
Khattab radiyallah anhu’ yang bertaubat dari gelapnya kesyirikan menuju kepada cahaya
Islam, bahkan dengan baiknya keislaman Umar Allah pun meninggikan derajat beliau sebagai
salah satu manusia pilihan yang beruntung menyertai dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan termasuk dari manusia yang mendapat janji surga dari Allah Azza Wa Jalla.
Kemusyrikan adalah penyebab utama seseorang masuk kedalam neraka, tauhid adalah
penyebab utama masuk surga. orang yang musyrik tidak mempunyai masa depan kecuali
paling banyak diperingatkan dalam Al Qur’an. Al Qur’an juga menjelaskan bahwa
orang-orang yang melakukan kemusyrikan akan dilaknat oleh Allah, dan akan dimasukkan kedalam
neraka. Allah memerintahkan manusia untuk menyembah Nya, dan dilarang melakukan
perbuatan syirik, sebab kemusyrikan adalah penyebab utama masuknya seseorang kedalam
neraka, karena Allah mengharamkan surga untuk orang yang melakukan syirik.
Islam adalah agama tauhid, islam menjadikan manusia tunduk kepada Allah. tidak
dibenarkan seseorang mempertuhankan orang lain selain Allah dan tidak dibenarkan pula
seseorang memperhambakan orang lain.
Perkara pertama yang diajarkan oleh Luqman kepada anaknya ialah jangan syirik
kepada Allah SWT. Disebutkan di dalam wasiat ini, bahwa syirik kepada Allah SWT adalah
kezaliman yang amat besar. Mengapa? karena ia mengandung syirik terhadap Rububiyatullah
(Allah yang maha berkuasa memelihara alam semesta ) dan syirik terhadap Uluhiyatullah
(tidak ada tuhan yang disembah melainkan Allah). Allah SWT yang layak disembah dan
diagungkan karena apa yang dilakukan-Nya itu tidak akan mampu dilakukan oleh kuasa lain.
tetapi jika kuasa lain yang diagungkan, maka inilah yang disebut kezaliman.
Menurut Imam Al-Raghib Al-Ishafahani syirik itu adalah menetapkan adanya sekutu
bagi Allah. Sedangkan menurut Imam Al-Minawi syirik adalah menyandarkan perbuatan
yang hanya dzat Yang Maha Esa semata berhak melakukannya kepada makhluk yang bukan
haknya melakukan perbuatan itu.
Imam Al-‘Allamah Ali As-Suwaidi Asy-Syafi’I lebih jauh lagi menjelaskan bahwa
syirik itu ada kalanya terjadi di Rububiyah, dan ada kalanya terjadi terjadi di Uluhiyah. yang
kedua ini dapat terjadi di I’tiqad (keyakinan), dan juga dapat terjadi di dalam Mu’amalat
khusus dengan Tuhan. Syirik dalam Rububiyah (ketuhanan) tidak pernah dilakukan oleh
orang kafir. Tidak ada yang mengatakan bahwa pencipta alam ini ada dua yang wajib adanya
meskipun sebagian orang kafir mengatakan tidak adanya tuhan, seperti yang dilakukan
Fir’aun dan lain-lain.
Adapun syirik dalam Uluhiyah (penyembahan) hal ini bermacam-macam berdasarkan
siapa yang disembah. namun tidak ada yang mengatakan alam raya ini mempunyai dua tuhan
yang wajib disembah, dimana keduannya sebanding, kecuali golongan berhalais (politeis).
golongan berhalais (politeis) yang menyembah selain Allah ini, mereka tidak mengatakan
tuhan itu banyak, meskipun mereka menyebutkan sembahan-sembahan mereka itu dengan
Nilai religius keimantauhidan ini di nyatakan dalam perbuatan berupa ibadah kepada
Allah dan berbuat baik kepada mahkluknya. Sebagaimana firman Allah pada surat
Luqman ayat 17.
/ - - --umūri/
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah (QS [31]: 17)
Ayat di atas berkaitan dengan beberapa ayat lainnya seperti pada surat Al-Baqarah
ayat 43 Allah berfirman.
/wa aqīmu aşşalawaata wa´tū azzakāta warka΄ū ma´arrāki΄īna/
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku (QS [2]:43)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan manusia untuk mendirikan shalat serta
menunaikan zakat, dan tunduk pada perintah Allah bersama orang-orang yang tunduk. Allah
juga telah berfirman pada surat Al-Baqarah ayat 45.
/wasta’īnu bişşabri waşşalawāti wa´innahā laka bīrotun ‘illa ’alal hōsyi’ina/
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (QS [2]: 45)
Secara sistematis Allah juga memerintahkan manusia untuk menjadikan sabar dan
shalat sebagai penolong. Walaupun sabar dan shalat itu sangat berat untuk dilaksanakan
dalam keseharian, terkecuali bagi orang yang khusyuk dalam menjalankan keduannya.
adapun ayat lain yang mengandung pesan yang sama terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat
/yā ayyuha allajīna ´manū asta’īnū bişşabri waşşalawāti inna allaha ma’a assōbirīna/ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS [2]: 153)
Dari ayat di atas Allah juga berfirman agar kita menjadikan sabar dan shalat sebagai
penolong kita. Karena Allah bersama orang-orang yang sabar. Sedangkan firman Allah dalam
surat Thaahaa 132.
/wa´mur ´ahlaka bissalawāti waşţabira ‘alaihā lā nas’luka rizkoñ nahnu narzuquka
wal’āqibatu littaqwā/
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa (QS [20]: 132)
Allah memerintahkan kepada kita agar kita memerintahkan kepada keluarga kita
untuk mendirikan shalat dan bersabar dalam mengerjakannya, serta memohon rezki
kepadanya, sebab Allah yang memberikan rezki kepada kita. Dalam surat Al-Ankabuut ayat
45 Allah berfirman tentang fungsi shalat
-
-- ΄lamu mā taşna΄ūna
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan(QS [29]: 45)
Dari ayat di atas Allah menjelaskan bahwa fungsi shalat selain ibadah dapat
mencegah perbuatan keji dan munkar. Maka Allah mewajibkan kita untuk mengerjakan
/munībīna ilahi wattaqūhu wa´aqīmū ssalawāta walā takūnū minal musyrikīna/
Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah
(QS [30]:31)
Allah memerintahkan kita untuk bertaubat serta bertaqwa kepadaNya. Dan juga
terdapat perintah untuk mendirikan shalat serta melarang kita menjadi bagian orang-orang
yang mempersekutukanNya.
Dari keseluruhan ayat di atas terdapat larangan untuk semua umat manusia melakukan
perbuatan syirik, serta diwajibkan untuk bertaqwa kepada Allah sebab ilmu Allah dan
QudratNya tidak akan dapat ditandingi oleh siapapun. Selain itu, juga terdapat arahan supaya
beramal dengan amalan ibadah sebagai wujud dari keimanan pada Allah yakni shalat
(bersembahyang), shalat adalah tiang agama. shalat adalah jalan menghambakan diri
kepadaNya (Ta’abbud) dan dapat mencegah kemungkaran, dan kekejian.
Allah juga telah memerintahkan manusia agar beriman kepada keesaan Allah.
Diwujudkan dengan mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat. Dengan mengerjakan
keduanya, maka tumbuhlah iman dengan suburnya. Sebab banyak orang yang telah mengaku
beriman kepada Allah akan tetapi tidak mengerjakan shalat, hal itu sangat berbahaya, karena
semakin lama iman akan runtuh. Dan hendaklah bermurah hati dengan mengeluarkan zakat;
karena bakhil adalah musuh terbesar dari iman.
Menurut bahasa shalat berarti berdoa. sedangkan menurut istilah agama, shalat ialah
suatu perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. ibadah
shalat diperintahkan oleh Allah kepada nabi Muhammad ketika beliau melakukan Isra
Mikraj. tepatnya satu setengah tahun sebelum nabi dan para sahabat hijrah dari mekah ke
madinah.
Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah shalat dan
memerintahkan agar pemeluknya sungguh-sungguh mendirikannya. Sebaliknya, islam
memberikan peringatan keras kepada mereka yang meninggalkan shalat. demikian tegasnya
perintah ini karena shalat memiliki urgensi yang sangat tinggi dan mulia karena shalat adalah
rukun islam yang paling mulia setelah syahadat. Shalat adalah tiang agama. Jika seseorang
mendirikannya dengan memenuhi seluruh rukun, wajib dan syarat-syaratnya, maka ia telah
meruntuhkan agama dan shalat pula amal perbuatan yang pertama kali akan dihisab dihari
kiamat.
Shalat adalah ibadah yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, pada
hakikatnya mempunyai makna intrinsik dan ektrinsik pada diri sendiri dan sosial.
sebagaimana Allah berfirman didalam surat Al-Ankabuut ayat 45 “Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar” Aplikasi ayat ini harus bisa
membias pada kehidupan, baik secara secara vertikal maupun harisontal. jika shalat
dilakukan secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan rasul, ada beberapa poin yang
berpengaruh dalam pembentukan akhlak karimah yang disebabkan oleh shalat, diantaranya
adalah : berdisiplin untuk tepat waktu, tawadhu’ (rendah hati), tawakkal (pasrah), sabar, spirit
(semangat), cinta Allah, rasul dan makhluk ciptaanNya, leadership (kepemimpinan),
meningkatkan ESQ Power (kekuatan kecerdasan emosional & spiritual), mensucikan hati,
fikiran, perkataan dan perbuatan.
Salah seorang dari 4 imam mahzab yang ternama yaitu Al Imam Ahmad Bin Hambal
berpendapat, sesungguhnya kualitas keislaman seseorang adalah tergantung pada kualitas
ibadah shalatnya. kecintaan seseorang pada islam juga tergantung pada kecintaan dalam
mengerjakan shalat. Oleh karena itu kenalilah dirimu wahai hamba Allah, takutlah kamu
menghadap Allah Azza Wajalla tanpa membawa kualitas keislaman yang baik. Sebab
kualitas keislaman dalam hal ini ditentukan oleh kualitas ibadah shalatmu.
Shalat adalah sarana paling efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
menenangkan jiwa. Mendirikan shalat adalah suatu perjuangan, keseriusan, kedisiplinan dan
konsentrasi. itulah sebabnya Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat, mendirikan
shalat artinya melaksanakan dengan sempurna. Hal ini dapat dicapai dengan shalat tepat pada
waktunya, bahkan sebelum tiba waktu shalat, kita sudah mempersiapkan diri.
Mempersiapkan diri secara fisik maupun psikologis untuk menghadap kepada Allah. Ini
menunjukkan kesungguhan dalam beribadah kepada Allah.
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak perintah agar manusia selalu memelihara shalat
di segala kondisi, baik saat mukim maupun dalam perjalanan, dalam keadaan aman maupun
takut, dalam masa damai maupun perang. selain itu juga dilarang untuk menyia-nyiakan
shalat pada waktunya. Allah memberikan ancaman neraka jahannam dan kehancuran pada
orang-orang yang menyia-nyiakan shalat hingga waktunya berlalu, sehingga dia tidak
mengerjakannya. Ibnu Abbas berpendapat bahwa makna menyia-nyiakan shalat bukanlah
meninggalkan sama sekali, tetapi mengakhirinya dari waktu yang seharusnya. Sedangkan
tidak shalat zuhur sehingga datang waktu ‘asar, tidak shalat’asar sehingga datang magrib,
tidak shalat magrib sehingga datang shalat isya, tidak shalat isya sampai fajar menjelang dan
tidak shalat subuh sanpai matahari terbit. Siapa saja mati dalam keadaan terus-menerus
melakukan hal ini dan tidak bertobat, Allah menjanjikan baginnya ghayy, yaitu lembah di
neraka jahannam yang sangat dalam dasarnya lagi tidak enak suasananya.
Mendirikan shalat adalah dengan menyempurnakan ruku’, sujud, tilawah, khusyuk
dan kesadaran menghadap Allah selama shalat. menurut Qatadah, mendirikan shalat adalah
melakukannya tepat pada waktunya, menyempurnakan, bersuci, ruku’, sujud, tilawah
Al-Qur’an selama shalat dan membaca tasyahud serta shalawat atas nabi SAW.
Imam Al-Qurthubi, dan Al-Alusi saling mendukung dalam menjelaskan pelaksanaan
shalat yang baik, menurutnya shalat adalah melaksanakannya dengan memenuhi rukun,
sunnah, serta melaksanakannya tepat pada waktunya. Begitu pula Al-Alusi menjelaskan
dalam bukunya Ruh Al-ma’ani, bahwa mendirikan shalat memiliki empat makna. Pertama.
Yuqimuna ash-shalah, berarti menegakkan rukun-rukunnya, melaksanakannya dengan
memenuhi fardhu, adab, dan sunnah-sunnahnya. Kedua. Maknanya adalah melaksanakannya
secara terus menerus. Ketiga. Melaksanakannya dengan bersungguh-sungguh dan tanpa jeda.
Keempat. Melaksanakannya.
Luqman berwasiat untuk mendirikan shalat, kerena shalat dapat mencegah perbuatan
munkar, dan dia juga berwasiat kepada anaknya untuk bersabar terhadap apa-apa yang
menimpa mereka, sabar artinya sikap menahan diri dalam menghadapi cobaan dan ujian
dalam kehidupan. sabar termasuk sikap yang terpuji. bersabar hakikatnya adalah bahwa
semua cobaan, ujian, dan musibah yang dihadapi merupakan ketentuan Allah. namun kita
tetap harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengatasinya
Sabar terbagi atas tiga hal yaitu : sabar dalam berbuat, sabar dalam menghadapi
penderitaan dan sabar dalam menahan amarah. Sabar dalam berbuat artinya sabar dalam
menghadapi rintangan, halangan, hambatan dan kesulitan yang ditemukan oleh setiap orang,
sabar mengandung pengertian gigih, berkemaun keras dan tekun. Sabar dalam menghadapi
penderitaan berarti sabar menerima cobaan, tidak akan mengeluh dan putus asa, tetapi
menyerahkan seluruhnya kepada Allah. Hidup manusia tidak akan luput dari suka dan duka,
adakala suka duka itu mengenai diri sendiri maupun mengenai keluarga. Apa yang dialami
manusia itu datangnya dari Allah dan merupakan ujian hidup dari-Nya. Sedangkan sabar
dalam menahan amarah artinya sabar dalam menghadapi sesuatu yang dapat menimbulkan
kemarahan, orang yang sabar akan menghadapinya dengan tenang dan bijaksana, sifat ini
yang sabar, serta mengasihi orang-orang yang sabar. Mereka akan mendapatkan berkah,
rahmat dan petunjuk dari Allah.
3.2.2 Nilai religius yang mengandung keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan Dalam masyarakat Arab jahiliyah terdapat kepercayaan bahwa Tuhan memiliki sifat
utama yaitu maha pemurah , maha penyayang, maha adil dan maha tahu.
Dalam nasihat Luqman ayat 14-15 terdapat perintah agar berbuat baik kepada kedua
orang tua. Sebagaimana Allah berfirman.
/wa
--maşīru/ /
şāhibhumā fi ad-dunyā ma ‘rū
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS [31]: 14-15)
Dari nasihat Luqman di atas Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada
orang tua dan berlaku lemah lembut kepadanya, serta mentaati keduanya, kecuali orang tua
yang mengajak kemaksiatan kepada Allah, Allah juga memerintahkan untuk menjalin
hubungan dengan keduannya, bahkan sekalipun keduannya kafir. Berbuat baik kepada kedua
yang dituntun syariah. namun tingkat kebaikannya bermacam-macam dan penentunya adalah
Islam. segala hal yang sesuai dengan Islam kita terima dan yang berlawanan kita tolak.
Allah dan rasulnya menempatkan orang tua pada posisi yang istimewa, oleh sebab itu
sebagai anak sudah sewajarnya apabila dituntut berbuat baik dan dilarang mendurhakai
keduannya. berbuat baik kepada orang tua tidak hanya terbatas ketika orang tua masih hidup,
setelah meninggal pun kita tetap harus berbakti kepada keduanya.
Allah juga memerintahkan kita untuk merendahkan diri terhadap keduanya dengan
penuh kasih sayang. Mengucapkan ucapan yang
dengan sikap sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya, tidak
memanggil keduanya langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di hadapan keduanya,
tidak menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot) akan tetapi hendaknya pandangan
kita kepadanya adalah pandangan penuh kelembutan dan ketawadhuan, serta berdoa untuk
keduannya sebab mereka telah mendidik kita dengan penuh kasih sayang. Surat Luqman ayat
15 ini didukung ayat-ayat lain diantaranya surat An-Nisaa’ ayat 36 Allah berfirman.