• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai Edukasi dalam Surat Luqman Ayat 13-19 tentang Pembentukan Akhlak pada Anak dan Implementasi di SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Nilai-nilai Edukasi dalam Surat Luqman Ayat 13-19 tentang Pembentukan Akhlak pada Anak dan Implementasi di SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School)."

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

iii Jember (Full Day School).

Penelitian ini berawal dari kegelisahan penulis terhadap peristiwa yang sering terjadi saat ini. Banyak berita beredar bahwa anak zaman sekarang berperilaku yang tidak sesuai dengan usianya, Tidak sedikit dari mereka yang sudah terlibat dengan hal-hal yang negatif seperti halnya narkoba, perkelahian, seks bebas, dan lain sebagainya. Maka dari itu pembentukan karakter pada anak sangatlah penting karena sangat berpengaruh untuk masa depan anak, berawal dari permasalahan tersebut, SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School) berusaha menanamkan nilai-nilai edukasi dalam al-Qur’an khususnya nilai-nilai yang terdapat pada surat Luqman ayat 13-19 untuk mengatasi problema tersebut. Yang menjadi permaslahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pemahaman para pendidik di SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School) tentang nilai-nilai edukasi surat luqman ayat 13-19 dan peranannya dalam pembentukan akhlak pada anak serta bagaimana implementasi SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School) dalam menerapkan pembentukan akhlak pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman para pendidik di SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School) tentang nilai-nilai edukasi surat luqman ayat 13-19 dan peranannya dalam pembentukan akhlak pada anak serta implementasi SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School) dalam menerapkan pembentukan akhlak pada anak.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School). Adapun tekhnik pengumpulan data menggunakan metode Observasi, Wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan mengadakan triangulasi dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwa Pemahaman para pendidik SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School) tentang nilai-nilai Edukasi dalam QS.

Luqman ayat 13-19 dan Peranannya dalam Pembentukan akhlak pada Anak meliputi; a. visi misi, b. pemberian teori di kelas, c. keteladanan, d. tim afeksi, e.

aplikasi, dan f. kerja sama dengan wali murid. Adapun Implementasi SD Al- Baitul Amien Jember (Full Day School) dalam Menerapkan Pembentukan akhlak pada Anak yaitu a. Pemberian teori, b. Tausiyah, c. Budaya Sekolah, d.

Keteladanan, e. Tim afeksi, dan f. Membangun kerja sama dengan para wali murid.

(2)

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur‟an adalah sumber utama umat muslim dalam mengarungi kehidupan, ia juga kendaraan sekaligus petunjuk untuk menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat. Al-Qur‟an juga landasan paling mendasar bagi setiap muslim dalam berakidah, beribadah, bermuamalah.

Selain sebagai mukjizat paling agung sepanjang masa, Al-Qur‟an juga merupakan konsep hidup dan referensi paling otentik dari sejarah umat muslim, sejak Nabi Adam as sampai penutup para rasul, Muhammad SAW.

Tidak saja memuat perintah-perintah dan larangan-larangan Allah, tapi juga memuat rahasia-rahasia penciptaan yang hebat. Tidak hanya memuat aturan halal dan haram, tapi juga memuat kekuatan sastra yang tak pernah dapat tertandingi. Karenanya, adalah keniscayaan bagi setiap muslim untuk mempelajari, merenungi dan mengamalkan ayat demi ayat dari Kitab Suci yang agung ini.

Kandungan dalam Al-Qur`an terdapat banyak hal yang diungkapkan, salah satunya adalah mengenai Pendidikan. Dimana yang terkandung dalam QS Al-„Alaq ayat 1-5, QS Luqman ayat 13-19, QS An-Nisa‟ ayat 9, QS Ar- Rahman ayat 1-4, QS Al-Mujadilah ayat 11, QS Az-Zumar ayat 9 dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya.

(3)

Al-Qur‟an mendidik umat muslim dengan cara yang lembut dan jalan yang halus. Jelasnya, pendidikan melalui kisah. Tujuannya supaya mereka bisa mengambil hikmah dan pelajaran yang berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat.1 Seperti kisah Luqman yang terdapat dalam al-Qur‟an tentang mendidik putranya, banyak nilai-nilai edukasi yang dapat di ambil dalam kandungan surat Luqman tersebut.

Selain sebagai sarana pendidikan, beragam kisah dalam Al-Qur‟an hakikatnya merupakan alat pembelajaran yang bisa meluruskan dan menyeimbangkan umat muslim.2

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, ini berarti bahwa setiap umat muslim berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Pendidikan pertama kali yang manusia dapatkan yaitu di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan pendidikan manusia juga akan menjadi umat muslim yang berakhlak.

Karakter dimaknai sebagai kehidupan berperilaku baik / penuh kebajikan terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, umat muslim, dan alam semesta), serta terhadap diri sendiri.3

1 M. Rajab dan Ibrahim, Kisah-kisah Mengagumkan dalam Al-Qur’an (Jakarta selatan: Senayan Publishing, 2008), 65.

2 Ibid., 31.

(4)

Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas umat muslim dalam bersikap atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri umat muslim sehingga ketika muncul tanpa perlu dipikirkan atau direncanakan sebelumnya.4

Pembentukan akhlak pada anak sangatlah penting karena sangat berpengaruh untuk masa depan anak, melihat fenomena yang terjadi saat ini banyak tingkah laku anak yang tidak senada dengan harapan orang tua yang berharap agar kelak anaknya menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.

Banyak berita beredar bahwa anak zaman sekarang berperilaku yang tidak sesuai dengan usianya, Tidak sedikit dari mereka yang sudah terlibat dengan hal-hal yang negatif seperti halnya narkoba,5 perkelahian,6 seks bebas,7 dan lain sebagainya.

Sahrudin dalam Aunillah mengatakan “upaya pembentukan karakter bagi anak sangatlah penting. Sebab, hal itu bertujuan membentuk pribadi-

3 Muhammad Alwi, Anak Cerdas Bahagia dengan Pendidikan Positif (Jakarta Selatan: Noura Books, 2014), 34.

4Enni K. Hairuddin, Membentuk Karakter Anak dari Rumah (Jakarta: Kompas Gramedia, 2014), 2.

5Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan BNN yang bekerjasama dengan Puslitkes UI menunjukkan angka prevalensi penyalahgunaan narkoba dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2015 diperkirakan jumlah pengguna narkoba mencapai 5,8 juta jiwa. m.news.okezone.com/read/2014/09/12/337/1038341/hasil-riset-pecandu-narkotika-bisa- sampai-5-8-juta diakses pada 23 November 2015

6 Di kota-kota besar seperti jakarta, surabaya, dan medan, perkelahian ini sering terjadi. Data menunjukkan tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korbas tewas.

Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus (Setyawan, 2014). www.kpai.go.id/artikel/tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan/ diakses pada 23 November 2014

7 Berdasarkan Hasil survei yang dilakukan KPAI menunjukkan 4.726 responden siswa SMP/

SMA di 17 kota besar, 62,7 persen mengaku sudah tidak perawan lagi dan 21,2 persen pernah melakukan pengguguran kandungan akibat seks diluar nikah.

https://suaraguru.wordpress.com/2015/01/29/pendidikan-seks-di-sekolah/ diakses pada 23 November 2015

(5)

pribadi yang berakhlak mulia, toleran, senang membantu, gotong-royong, bermental tangguh dan kompetitif, serta senantiasa memiliki ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan. Semua kemampuan ini dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa”.8

Hampir setiap hari ada saja berita yang negatif mengenai anak dan remaja Indonesia. Dari ketahuan curang menyontek saat Ujian Nasional sampai yang menggugurkan kandungan9 di toilet sekolah. Tentang hobi kebut-kebutan dengan geng motornya, sampai yang membawa mobil di bawah umur hingga menewaskan banyak orang. Bahkan, anak-anak belia ini ada yang berani membunuh, hanya karena tidak diizinkan meminjam sepeda. Separah inikah kualitas karakter anak-anak Indonesia? Akan seperti apakah karakter bangsa ini, jika akhlak generasi penerusnya memprihatinkan seperti ini? Maka dari itu pembentukan akhlak pada anak harus diutamakan dan diprioritaskan dalam mendidik anak. Agar kelak anak tersebut menjadi pribadi yang baik dan jauh dari perilaku yang negatif.

Perubahan zaman merupakan faktor yang memberi pengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Kemajuan teknologi yang pesat serta pergeseran norma sosial, membuat orang tua berjuang kuat memperjuangkan anak-anak sebagai generasi yang kompeten. Generasi

8 Nurla Isna Aunillah, Membentuk karakter anak sejak janin (Yogyakarta: Flashbooks, 2015), 21.

9 Sejak tahun 2012 hingga 2014 bulan Juli, kasus aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta orang dengan rincian per tahun kasus aborsi 750 ribu per tahun atau 7 ribu dalam sehari dan 30 persen pelakunya adalah remaja SMP dan SMA. Fenomena tingginya remaja melakukan aborsi karena akibat perkosaan dan hubungan suka sama suka (Ardiantofani, 2014).

Surabayanews.co.id/2014/08/18/3745/30-persen-kasus-aborsi-di-jatim-pelakunya-remaja.html.

diakses pada 23 November 2015

(6)

yang bisa menghadapi tantangan zaman serta mampu mengarahkan kehidupannya pada hal-hal yang positif dan berguna bagi masyarakat.10

Menurut beberapa penelitian, anak-anak zaman sekarang lebih banyak menghabiskan waktu bersama gadget mereka dibanding bersama orang tua.

Kemajuan teknologi digital ini tak dipungkiri memang berpengaruh pada hubungan interaksi sosial kehidupan sehari-hari. Mereka memang duduk bersama di meja makan. Akan tetapi kebersamaan mereka dikalahkan dengan BBM-an, Facebok-an dan mereka disibukkan dengan gedget masing-masing.

Terlepas dari permasalahan pihak mana yang paling bersalah dalam hubungannya dengan kondisi dan hasil pendidikan, yang penting yaitu bagaimana manusia mengusahakan agar pendidikan berguna bagi kebahagiaan umat muslim, sehingga murid-murid di sekolah merasa sesuai dan tidak merasa terpisah dari masyarakat dan lingkungannya.11

Oleh karena itu, orang tua harus lebih memperhatikan tumbuh kembang anak, mereka harus lebih selektif lagi dalam memilih dimana seharusnya anak menjalankan pendidikannya. Sebagai orang tua tentu sangat mengharapkan dan mendambakan anak yang cerdas secara intelektual, emosional dan terutama dalam hal spritual. Jika karakter anak sudah dibentuk sejak dini bahkan ketika dalam kandungan maka anak tersebut akan menjadi pribadi yang kuat dalam menghadapi bahtera kehidupan.

10Hairuddin, Membentuk karakter anak, 23.

11Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Renika Cipta, 1990), 3.

(7)

SD Al-Baitul Amien Jember adalah Lembaga Pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Masjid Jami‟ Al-Baitul Amien, Pembelajaran al-Qur‟an termasuk model Pendidikan akhlak yang ditawarkan, proses Pendidikan dan pengajaran yang dilakukan selalu merujuk pada kitab suci yaitu Al-Qur‟an, setiap pagi, siang dan sore hari peserta didik SD Full Day School Al-Baitul Amien Jember selalu mengumandangkan ayat-ayat Al- Qur‟an dengan merdu. Sholat Dhuha juga salah satu aktifitas yang istiqomah dilakukan oleh peserta didik. Sehingga peneliti sangat tertarik untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang SD Al-Baitul Amien Jember.

Karena tidak banyak Sekolah Dasar yang menanamkan nilai-nilai Al-Qur‟an dalam proses pembelajaran dan pengajaran.

Berangkat dari kekhawatiran peneliti akan kurangnya pengetahuan tentang pembentukan akhlak pada anak maka peneliti ingin menggali lebih dalam lagi bagaimana cara membentuk akhlak anak sejak dini, karena peneliti ingin mempunyai buah hati yang berkualitas seperti halnya harapan- harapan orang tua lainnya. Melihat betapa pentingnya Pendidikan bagi setiap insan maka akan menjadi hal yang sangat penting untuk dipelajari lebih dalam lagi bagaimana menuntut ilmu yang sesuai dengan arahan Al- Qur‟an khususnya yang terkandung dalam surat luqman ayat 13-19 dan menjadi sangat menarik jika peneliti mengetahui bagaimana Implementasinya di SD Al-Baitul Amien Jember. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas tentang : “Nilai-nilai Edukasi dalam surat Luqman

(8)

ayat 13-19 tentang Pembentukan Akhlak pada Anak dan Implementasi di SD Al-Baitul Amien Jember (Full Day School)

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menjadi bagian yang amat penting dalam penelitian.

Fokus penelitian mengarahkan sekaligus menjadikan peneliti dapat melaksanakan dan merealisasikan penelitiannya.12

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat uraian masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana pemahaman para pendidik di SD Al-Baitul Amien Jember tentang nilai-nilai edukasi dalam surat luqman ayat 13-19 dan peranannya dalam pembentukan akhlak pada Anak?

2. Bagaimana implementasi SD Al-Baitul Amien Jember dalam menerapkan pembentukan akhlak pada anak?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian13 untuk menemukan, mengungkapkan maupun koreksi terhadap kebenaran ilmu pengetahuan yang telah ada.14 Tujuan penelitian harus konsisten dengan perumusan masalah dan proses penelitiannya.15

12Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2011), 49.

13Riduwan, Metode & Tehnik Menyusun Proposal Penelitian (Bandung: ALFABETA, 2014), 11.

14Kasiram, Metodologi Penelitian (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 8.

15Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 304.

(9)

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan pemahaman para pendidik di SD Al-Baitul Amien Jember tentang nilai-nilai edukasi dalam surat luqman ayat 13-19 dan peranannya dalam pembentukan akhlak pada anak.

2. Untuk mendeskripsikan Implementasi SD Al-Baitul Amien Jember dalam menerapkan pembentukan akhlak pada anak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berisi tentang kontribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian.16 Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan baik pihak peneliti maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara akademik) serta dapat memberikan sumbangan baik secara toritis maupun praktis. Secara lebih rinci manfaat penelitian yaitu sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Dengan tercapainya tujuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang berdaya secara teoritis, metodologis, dan empiris bagi kepentingan akademis (IAIN Jember) serta dapat menambah wawasan dan juga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khusunya dalam pembentukan karater pada anak.

16Tim penyusun STAIN, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Jember Press, 2014), 45.

(10)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat dijadikan sebagai panduan dalam membentuk karakter pada anak.

b. Bagi masyarakat atau pihak terkait terutama para pembaca diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi para pembaca dan bisa menjadi pedoman dalam mendidik anak serta menambah informasi tentang nilai-nilai edukasi dalam surat luqman ayat 13-19 tentang pembentukan akhlak pada anak dan implementasinya di SD Al-Baitul Amien Jember.

c. Bagi lembaga IAIN Jember, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai upaya inovasi ilmiah sekaligus memperkaya khazanah keilmuan yang cukup aktual, serta dapat memperkaya kepustakaan terutama dalam bidang tafsir hadits serta dapat dijadikan pertimbangan bagi kajian lebih lanjut.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah berisi tentang pengertian-pengertian penting yang menjadi titik perhatian peneliti didalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap makna istilah sebagaimana dimaksud oleh peneliti.17 Adapun defini istilah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

17 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45

(11)

1. Nilai

Nilai dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat-sifat (hal- hal) yang penting atau berguna bagi keumat musliman.18

2. Edukasi

Edukasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sama dengan pendidikan yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan umat muslim melalui upaya pengajaran dan pelatihan.19

3. Pembentukan

Pembentukan berasal dari kata dasar bentuk yang mempunyai tambahan Pem dan an, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti prosses, cara, perbuatan membentuk.20

4. Akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.21 Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.22

18 Meity Taqdir Qadratilah dkk, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2011), 356.

19 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), 263.

20 Ibid., 136

21 Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia ( Jakarta: Reality Publisher, 2006), 45.

22 Mubarak, Zakky, dkk, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi, Buku Ajar II, Manusia, Akhlak, dan Budi Pekerti, (Depok: Lembaga Penerbit FE UI, 2008), 20

(12)

5. Anak

Anak dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah generasi kedua atau keturunan pertama,23 bisa juga diartikan sebagai manusia yang masih kecil.24 Agar penelitian ini lebih fokus maka peneliti membatasi kata anak disini yaitu anak yang berumur sekitar 6 sampai dengan 12 tahun (anak SD).

6. Implementasi

Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai Pelaksanaan atau penerapan.25

Dari beberapa istilah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dari judul “Nilai-Nilai Edukasi dalam surat Luqman Ayat 13-19 tentang Pembentukan Akhlak pada Anak dan Implementasi di SD Al-Baitul Amien Jember adalah mendeskripsikan beberapa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Luqman Ayat 13-19 yang dapat berperan dalam pembentukan akhlak pada anak yang diimplementasikan di SD Al-Baitul Amien Jember.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memberikan gambaran pembahasan yang sistematis maka peneliti akan menjelaskan mengenai kerangka penulisan yang digunakan dalam penelitian ini. Tujuannya agar mempermudah dalam melakukan penelitian.

Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

23 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 20.

24 Ibid., 20

25 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 427.

(13)

Bab I: Pendahuluan, yang berisi latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II: Kajian Pustaka, yang berisi penelitian terdahulu dan kajian teori yang meliputi: pengertian nilai-nilai edukasi, nilai-nilai edukasi dalam surat Luqman ayat 13-19, pengertian akhlak dan proses pembentukan akhlak.

Bab III: Metode Penelitian, yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data.

Bab IV: Penyajian Data dan Analisis yang berisi tentang gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis serta pembahasan temuan.

Bab V: Penutup, berisi kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah, serta saran-saran untuk hasil penelitian. pada bagian terakhir tercantum pula daftar pustaka serta lampiran-lampiran.

(14)

Penelitian tentang pembentukan akhlak sudah sering dilakukan, akan tetapi setiap peneliti mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah melakukan penelusuran penelitian mengenai pembentukan akhlak diantaranya yaitu:

a. Skripsi Muhammad Muharror, meneliti tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA 1 Kediri Lombok Barat. Muharror memfokuskan penelitiannya pada: pelaksanaan Pendidikan Agama Islam; upaya sekolah dalam membina moral dan akhlak siswa; problem pembinaan moral dan akhlak siswa dan solusi penyelesaian masalah. Dari penelitian yang dilaksanakan di kelas X SMA 1 Kediri Lombok Barat tersebut, Muharror menyimpulkan, bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam melalui dua jalur, yakni intra kurikuler yang terstruktur dengan kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), diantara muatan materi Pendidikan Agama Islam yaitu keimanan, ibadah, membaca al-Qur‟an serta maknanya, akhlak, mu‟amalah, dan syari‟ah. Kegiatan ekstra kurikuler, Pendidikan Agama Islam diselenggarakan dalam beberapa bentuk kegiatan, seperti praktik keagamaan, program imtaq, tadabbur dan tafakur alam, seminar atau kampanye bahaya narkoba, olahraga dan perlombaan.

Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan upaya sekolah dalam

(15)

menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam guna membina moral dan akhlak siswa di sekolah tersebut.26

b. Siti Masitah, meneliti tentang penerapan pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap pembinaan kepribadian siswa. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas VIII di MTs An-Najah Sesela Gunungsari Lombok Barat, Masitah menyimpulkan bahwa pembelajaran Aqidah Akhlak di sekolah tersebut terlaksana dengan baik. Hal ini disebabkan karena materi- materi pelajaran sesuai dengan ketentuan kurikulum, dan metode dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi yang diberikan. Respon siswa terhadap pembelajaran aqidah akhlak sebagai media pembinaan akhlak siswa memiliki pengaruh bagi para siswa-siswi madrasah tersebut dalam menentukan sikap dan perilaku mereka sesuai dengan ajaran agama.27 c. Penelitian terkait dengan akhlak dilakukan juga oleh Ni‟mah Khalid,

dengan fokus penelitian, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa, upaya-upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa, dan deskripsi akhlak siswa-siswi di SMPN 15 Mataram. Ni‟mah menyimpulkan bahwa: pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam mengikuti kurikulum KTSP, dengan kurikulum tersebut, siswa lebih berperan aktif dalam Pendidikan Agama Islam; suasana pembelajaran dan pembinaan akhlak berjalan

26Muhammad Muharror, “Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Moral dan Akhlak Siswa Kelas X SMAN 1 Kediri Lombok Barat Tahun Pelajaran 2007/2008” (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2008).

27 Siti Masitah, “Penerapan Pendidikan Aqidah Akhlak dalam Membina Kepribadian Siswa Kelas VIII MTs An-Najah Sesela Gunungsari Lombok Barat Tahun Pelajaran 2008/2009” (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2009).

(16)

dengan baik dan tertib yang dilaksanakan di dalam dan luar kelas. Upaya Pendidikan Agama Islam di SMPN 15 Mataram dilaksanakan di dalam dan di liar kelas (intra dan ekstra kurikuler). Di dalam kelas Pendidikan Agama Islam di laksanakan dengan pemberian materi, pemberian tugas, praktik dan evaluasi. Di luar kelas Pendidikan Agama Islam melalui program IMTAQ, Pesantren Kilat, dan Perayaan Hari Besar Islam. Kegiatan tersebut dilakukan mengingat peran penting Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa terutama usia remaja. Mengenai akhlak siswa SMPN 15 Mataram, Ni‟mah mengemukakan, secara umum akhlak siswa terhadap teman, maupun guru baik.28

B. Kajian Teori

1. Pengertian Nilai-nilai Edukasi

Nilai dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat-sifat (hal- hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan29 bisa juga diartikan sebagai harga.

Secara umum, cakupan pengertian nilai itu tak terbatas. Maksudnya, segala sesuatu yang ada dalam raya ini bernilai, yang dalam filsafat pendidikan dikenal dengan istilah aksiologi. Dalam Ensiklopedi Britanica disebutkan, bahwa nilai itu merupakan suatu penerapan atau suatu kualitas suatu objek yang menyangkut suatu jenis apresiasi.30

28 Ni‟mah Khalid, “Urgensi Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan Akhlak Siswa di SMPN 15 Mataram” (Skripsi, IAIN Mataram, Mataram, 2009)

29 Qadratillah, Kamus Bahasa Indonesia,356

30 Jalaluddin & Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 136.

(17)

Sedangkan secara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan.31

Dalam hal ini nilai harus menjadi core (intisari) dari pendidikan itu sendiri.

Edukasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sama dengan pendidikan yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.32

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.33

Dalam Dictionary of Psychology yang dikutp oleh Muhibbin Syah pendidikan diartikan sebagai tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti sekolah,

31 Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2008), 7.

32 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta:

Balai Pustaka, 2007), 263.

33 Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasioanal, 2003), 2.

(18)

madrasah, dan institusi-institusi lainnya. Bahkan, menurut definisi diatas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri sendiri (self- intsruction). Selanjutnya menurut Poerbakawatja dan harahap (1981) pendidikan adalah:34

“....usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tatanggung jawab moril dari segala perbuatannya...

Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.

Sementara menurut Noeng Muhadjir yang dikutip oleh A. Fatah Yasin kata “pendidikan” dalam bahasa Yunani dikenal dengan nama paedagogos yang berarti penuntun anak. Dalam bahasa Romawi, dikenal dengan educare, artinya membawa keluar (sesuatu yang ada di dalam). Bahasa Belanda menyebut istilah pendidikan dengan nama opveden, yang berarti membesarkan atau mendewasakan, atau voden artinya memberi makan.

Dalam bahasa Inggris disebutkan dengan istilah educate/education, yang berarti to give moral and intellectual training artinya menanamkan moral dan melatih intelektual.35

Istilah pendidikan dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tarbiyah yang berakar kata rabba, berarti mendidik. Dengan demikian, tarbiyah Islamiyah diterjemahkan dengan Pendidikan Islam.36

Secara terminologis menurut al-Nahlawi bahwa pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah

34Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 1997), 11.

35 A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN Malang Press, 2008), 16.

36 Moh. Nor Afandi, Pendidikan Profetik (Jember, STAIN Jember Press, 2013) 48.

(19)

memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif. Sementara Yusuf al-Qardhawi memberi pengertian pendidikan Islam sebagai Pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.37

Sedangkan menurut H.M. Arifin dalam bukunnya yang berjudul

“Ilmu Pendidikan Islam” pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang bisa menghasilkan manusia berbudaya tinggi maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.38

Berbeda dengan H.M. Arifin, Imam Ghazali memaknai pendidikan yaitu sebagai proses memanusiakan manusia sejak mana kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia sempurna.39

Melihat dari pengertian antara nilai dan pendidikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai-nilai edukasi adalah sesuatu yang istimewa (berharga) dan sangat berperan dalam proses mengembangkan potensi diri dan kepribadian seseorang untuk menjadi individu yang lebih baik dalam berbagai hal.

37 Ibid., 50.

38 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), 7.

39 Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 56.

(20)

2. Nilai-nilai Edukasi dalam QS. Luqman ayat 13-19

Kisah dalam Al-Qur‟an sejatinya merupakan sarana pendidikan dan media pengajaran. Manusia dituntut untuk mengambil hikmah yang diberi oleh Allah SWT., nama lengkapnya Luqman bin Ba‟ura bin Nahur bin Tarah, beliau adalah sepupu Nabi Ayub. Usianya mencapai 1000 tahun.

Sebelum Nabi Dawud diangkat menjadi Rasul, ia menjabat sebagai ahli fatwa atau qadli pada Bani Israil. Menurut pendapat kebanyakan ulama, ia bukan seorang Nabi melainkan seorang wali yang terkenal sangat bijaksana berkat pancaran hikmah dari Allah.40 adapun nilai-nilai edukasi yang terdapat dalam QS. Luqman yaitu:

1) Larangan Menyekutukan Allah































Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (13)

Luqman memulai nasihatnya dengan menekankan perlunya menghindari syirik/ mempersekutukan Allah.41 Supaya anaknya sadar

40 Nanang gojali, Manusia, Pendidikan dan Sains, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 181.

41 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Volume 11 (Jakarta: Lentera Hati, 2005), 127.

(21)

bahwa tauhid merupakan pondasi untuk membangun kehidupan, serta dasar semua perkataan dan perbuatan. Jiwa yang dipenuhi oleh Tauhid adalah jiwa yang merdeka.42 Jika seseorang menyekutukan Allah SWT.

dengan sesuatu dalam beribadah, berarti orang itu tidak hanya membuang waktu percuma, lebih dari itu, ia juga membuktikan sendiri kebodohannya dihadapan orang lain. Allah tidak menerima ibadah yang bertedensi menyekutukan diri-Nya, sebab Dia adalah Tuhan Mahakaya yang tidak membutuhkan apa-apa.43

Menurut M. Hasbi Ash-Shiddieqy Ilmu tauhid ialah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil-dalil itu merupakan dalil naqli, dalil ‘aqli ataupun dalil wijani (perasaan halus)44. Sedangkan Syaikh Muhammad Abduh berpendapat bahwa ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada- Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali yang wajib ditiadakan (mustahil) daripada-Nya. Juga membahas tentang rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib pada dirinya, hal-hal yang jaiz dihubungkan (dinisbatkan) pada diri mereka dan hal-hal yang terlarang (mustahil) menghubungkannnya kepada diri mereka.45

42Hamka, Tafsir Al-Azhar, 128.

43Ibrahim, Kisah-kisah Mengagumkan, 245.

44 M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid atau Kalam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), 1

45Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), 1.

(22)

Melihat definisi tauhid diatas betapa pentingnya ilmu tauhid untuk ditanamkan kepada anak sedini mungkin, agar anak lebih mengenal Sang Pencipta sehingga terbentuk keimanan dan ketaqwaan yang kuat terhadap anak tersebut.

Mempersekutukan Allah dikatakan kezaliman, karena perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Mas‟ud, ia berkata: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Maka timbullah keresahan diantara para sahabat Rasulullah SAW.

Karena mereka berpendapat bahwa amat beratlah rasanya tidak mencampur adukkan keimanan dan kezaliman, lalu mereka berkata kepada Rasulullah SAW. : “siapakah diantara kami yang tidak mencampur adukkan keimanan dan kezaliman ? maka Rasulullah SAW.

menjawab : “maksudnya bukan demikian, apakah kamu tidak mendengar perkataan Luqman: “Hai anakku, jangan kamu memperserikatkan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar.”46

Dari ayat ini dipahami diantara kewajiban ayah kepada anak- anaknya ialah memberi nasihat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya

46 UII, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), 636

(23)

itu dapat menempuh jalan yang benar, dan menjauhkan mereka dari kesesatan.

Quraish Shihab berpendapat dalam tafsirnya bahwa kata bunnayya adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Asalnya adalah ibny, dari kata ibn yakni anak lelaki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini kita dapat berkata bahwa ayat diatas memberi isyarat bahwa mendidik hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik.47 Ketika mendidik hendaknya dilakukan dengan penuh lemah lembut. Memulai nasihat dan bimbingan secara halus, bukan dengan intonasi keras (kasar). Agar si anak mudah menangkap dan memahami dari isi nasihat tersebut sehingga anak mampu dan mudah dalam mengaplikasikannya.

Pendidikan yang seharusnya diberikan kepada anak didik adalah penanaman keimanan dan aqidah yang benar. Ini menunjukkan bahwa pendidikan qalbu anak didik dengan dasar-dasar kepercayaan dan keyakinan kepada Allah harus lebih didahulukan dari pendidikan intelektual dan keterampilan. Kenyataan membuktikan bahwa perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan (sains) yang kering dari spritualitas keimanan hanya menghasilkan kemajuan yang semu dan profan yang bahkan telah banyakmelahirkan bentuk-bentuk peganisme baru berupa pemujaan terhadap kekuatan akal dan ilmu pengetahuan.48

47 Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 127.

48 Nanang Gojali, Manusia, Pendidikan dan Sains, 184.

(24)

2) Birrul Walidain





































Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.49 bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (14)

Ayat di atas dan ayat berikut dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia disisipkan al- Qur‟an untuk menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan Allah SWT. Memang, al-Qur‟an sering kali menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada kedua orang tua. (Lihat QS. al-An‟am [6]:151 dan al-Isra‟ [17]:12). Tetapi kendati ini bukan nasihat Luqman, namun itu tidak berarti bahwa beliau tidak menasihati anaknya dengan nasihat serupa. Al-Biqa‟i menilainya sebagai lanjutan dari nasihat Luqman. Ayat ini menurutnya bagaikan menyatakan:

Luqman menyatakan hal itu kepada anaknya sebagai nasihat kepadanya, padahal kami telah mewasiatkan anaknyan dengan wasiat

49 Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.

(25)

itu seperti apa yang dinasihatkannya menyangkut hak kami. Tetapi lanjut al-Biqa‟i redaksinya diubah agar mencakup semua manusia.50

Al-Qur‟an dan sunnah berulang kali memerintahkan anak berbakti kepada orang tuanya. Tujuannya agar mereka memperhatikan dan menghargai perjuangan generasi yang telah berkorban dan melindungi mereka. Seorang anak tak akan mampu membalas jasa orang tua sekalipun ia habiskan seluruh usianya untuk berbakti kepada keduanya.

Pendapat ini dismpulkan dari hadits yang diriwayatkan al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzar. Dari Buraidah diriwayatkan bahwa ayahnya melihat seorang ayahnya melihat seorang pria bertawaf sambil menggandeng ibunya. Pria itu bertanya kepada Rasulullah SAW., “Apakah aku telah melunasi haknya?” Beliau menjawab, “Tidak.” Pria itu bertnya lagi,

“kendati senilai satu tarikan nafas?” “Kendati senilai satu tarikan nafas.

Dia mengandung dan menyapih. Dia mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah.”51

Maksud dari hadits di atas serupa dengan pendapat al-Maraghi dalam tafsirnya, yang menyebutkan jasa ibu secara khusus terhadap anaknya, yaitu bahwa ibu telah mengandungnya, sedang ia dalam keadaan lemah kian bertambah disebabkan makin membesarnya kandungan sehingga ia melahirkan, kemudian sampai dengan selesai dari masa nifasnya. Kemudian Allah menyebutkan lagi jasa ibu yang lain, yaitu bahwa ibu telah memperlakukannya dengan penuh kasih

50 Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 128.

51 Ibrahim, Kisah-kisah mengagumkan, 246

(26)

sayang dan telah merawatnya dengan sebaik-baiknya sewaktu ia tidak mampu berbuat sesuatu apapun bagi dirinya.52 Dalam ayat ini hanya yang disebutkan apa sebabnya seorang anak harus mentatai dan berbuat baik kepada ibunya, tidak disebutkan apa sebabnya seorang anak harus mentatai dan berbuat baik kepada bapaknya. Hal ini menunjukkan bahwa kesukaran dan penderitaandalam mengandung, memelihara dan mendidik anaknya jauh lebih berat bila dibandingkan dengan penderitaan yang dialami bapak dalam memelihara anaknya tidak hanya berupa pengorbanan sebagian dari waktu hidupnya untuk memelihara anaknya, tetapi juga penderitaan jasmani, rohani dan penyerahan zat-zat penting dalam tubuhnya untuk makanan anaknya yang dihisap oleh anak itu dan darahnya sendiri selama anaknya itu dalam kandungannya.

Kemudian sesudah si anak lahir ke dunia lalu disusukannya dalam masa dua tahun lamanya.53

Maka dari itu jika kita ingin mendapatkat Ridha dari Allah SWT.

kita harus mentaati dan berbuat baik kepada orang tua, lebih-lebih kepada ibu yang sudah mengandung dan merawat kita sedari kecil.

Pengorbanan seorang ibu sangatlah berat sehingga kita harus senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah Allah berikan kepada kita terutama kepada orang tua kita yang telah diberi kemampuan untuk dapat mendidik kita dengan baik.

52 Ahmad Mushthafa al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi (Semarang: Toha Putra, 1989), 153.

53 UII, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 638.

(27)

3) Larangan Mematuhi Orang yang Bermaksiat





























































Artinya: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (15)

Setelah ayat yang lalu menekankan pentingnya berbakti kepada ibu bapak, maka kini diuraikan kasus yang merupakan pengecualian mentaati perintah kedua orang tua, sekaligus menggarisbawahi wasiat Luqman kepada anaknya tentang keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan dimana pun. Ayat di atas menyatakan:

Dan jika keduanya apalagi kalau hanya salah satunya, lebih-lebih kalau orang lain bersungsuh-sungguh memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, apalagi setelah Aku dan rasul-rasul menjelaskan kebatilan mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila menggunakan nalarmu,

(28)

maka janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun demikian jangan memutuskan hubungan dengannya atau tidak menghormatinya.54

Menurut sebuah riwayat disebutkan, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Sa‟ad ibnu Abu Waqash. Sehubungan dengan hal ini sahabat Sa‟‟ad ibnu Abu Waqash telah menceritakan, ketika aku masuk Islam, ibuku bersumpah, bahwa ia tidak mau makan dan tidak akan minum.

Lalu pada hari pertama aku membujuknya supaya mau makan dan minum, akan tetapi ia menolak dan tetap pada pendiriannya. Dan pada hari yang kedua aku membujuknya pula supaya mau makan dan minum, tetapi ia masih tetap menolak. Sehinggan hari yang ketiga ketika aku membujuknya lagi, dan ia masih menolak, maka aku berkata: Demi Allah, seandainya engkau mempunyai seratus nyawa niscaya semua itu akan keluar dan aku tidak akan meninggalkan agamaku ini. Dan ketika ibuku melihat bahwasanya diriku benar-benar tidak mengikuti kehendaknya, akhirnya dia mau makan.55

Selanjutnya Allah SWT. memerintahkan agar seorang anak tetap memperlakukan kedua ibu bapaknya dengan baik yang memaksanya mempersekutukan Tuhan itu dalam urusan keduniawian, seperti menghormati, menyenangkan hati, memberi pakaian, tempat tinggal yang layak baginya, biarpun kedua orang tuanya itu memaksanya mempersekutukan Tuhan atau melakukan dosa yang lain.56

54 Shihab, Tafsir Al-Mishbah, 129

55 Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, 155

56 UII, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 407

(29)

Disinilah letak keagungan aqidah diatas segalanya. Seorang anak tidak boleh bahkan haram mematuhi orang tua, jika mereka berusaha membuatnya murtad dan menyekutukan Allah SWT., sekalipun keduanya memperlihatkan usaha keras dan argumentasi yang logis.

Dalam konteks ini, melaksanakan perintah Allah SWT. dan menjauhi larangan-Nya jauh lebih penting dibanding mematuhi mereka.57

Tapi kita tidak boleh lupa, perbedaan aqidah bukan alasan untuk menggugurkan kewajiban berbakti dan berbuat baik kepada orang tua.

Memperlakukan keduanya dengan baik, membantu meringankan beban hidup, serta membahagiakan keduanya merupakan kewajiban yang dikukuhkan Al-Qur‟an.58

4) Perintah Mendirikan Sholat dan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar























































































Artinya: “(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya

57 Ibrahim, Kisah-kisah Mengagumkan, 248

58 Ibid., 248.

(30)

(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus59 lagi Maha mengetahui (16). Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah (17).

Pendidikan keimanan ini betul-betul telah menjadi perhatian serius dari Luqman. Setelah ayat 13 dilukiskan bagaimana Luqman menanamkan kepada putranya jiwa tauhid dan jangan menyekutukan Allah SWT. dengan sesuatupun, maka pada ayat ini lagi-lagi sebagai konsekuensi keimanan Luqman mengajarkan kepada putranya akan makna tanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukannya.

Perbuatan sangat kecil sebesar biji sawi pun tidak bisa terlepas dari konsekuensin ataupun balsannya.60

Pendidikan tarbawi yang bisa ditangkap dari ayat ini antara lain bahwa pendidikan intinya bertujuan untuk mencetak atau mewujudkan manusia yang bertanggung jawab atas segala perbuatannya, baik secara individual maupun kolektif. Tanggung jawab disini tidak berarti siap menghadapi resiko perbuatan, sebab pencuri pun sebetulnya siap menghadapi akibat perbuatannya apabila ia tertangkap tangan. Tetapi

59 Yang dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya.

60 Gojali, Manusi, Pendidikan dan Sains, 186.

(31)

orang yang bertanggung jawab ialah orang yang tidak melakukan perbuatan jahat karena ia mengetahui akibat yang akan diterimanya.61

Nasihat yang diungkapkan Luqman setelah ia menanamkan sikap bertanggung jawab kepada putranya, mengisyaratkan bahwa bentuk pertanggungan jawab utama dan pertama yang harus diperhatikan manusia adalah pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT. Dan sholat merupakan wujud pertama dari tanggung jawab yang dimaksud.

Untuk memperkuat pribadi dan meneguhkan hubungan dengan Allah, untuk memperdalam rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat dan perlindungan-Nya yang selalu kita terima, dirikanlah sholat. Dengan sholat kita melatih lidah, hati dan seluruh anggota badan selalu ingat kepada Tuhan.62

Selain dapat menghilangkan kepenatan dan keletihan hati, shalat adalah ritual yang bisa menyegarkan jiwa dari kegalauan. Disinilah letak rahasia sabda Rasulullah SAW. yang diucapkan saat beliau galau.

“Tenangkan kami, Bilal.” Shalat bisa membuat orang agung dan mulia.

Orang yang menundukkan dahinya kepada Allah Yang Maha Esa pasti dirasuki kekuatan yang berasal dari zat Yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa, zat yang merupakan Raja semua penguasa. Kalau sudah dirasuki kekuatan ini orang itu takkan tunduk dan takut kepada siapa pun. Hati yang sungguh-sungguh bersimpuh kepada Allah SWT. pasti merasakan nikmatnya membina hubungan dengan Tuhan Yang Maha

61 Ibid., 186

62 Hamka, Tafsir Al-Azhar, 132

(32)

Esa lagi Maha Memaksa. Ia akan menemukan sesuatu yang istimewa yang lebih berharga dari dunia berikut isinya. Merasa ada kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya, sehingga ia dapati dirinya sebagai makhluk yang paling perkasa di muka bumi, sebab ia menjalin hubungan dengan Zat yang menciptakan langit, bumi berikut seluruh isinya.63

Setelah Luqman memerintahkan kepada anaknya untuk menyempurnakan dirinya demi memenuhi hak Allah (sholat) yang dibebankan kepada dirinya, lalu dia memerintahkan kepada anaknya supaya menyempurnakan orang lain yakni yang disebut dengan istilah amar makruf nahi munkar dan kesabaran. Amar makruf (menyuruh orang lain berbuat kebajikan) dan nahi munkar (mencegah perbuatan buruk) sangat terkait dengan bentuk tanggung jawab manusia secara sosial dan susila.64

Tidak diragukan lagi, amar makruf nahi munkar adalah lambang penegakan kalimat Allah SWT. dimuka bumi serta perwujudan dari pelaksanaan hukum syariah. Kewajiban ini harus ditunaikan oleh semua orang beriman, supaya mereka menjadi umat terbaik sebagaimana dilukiskan Allah SWT. dalam Al-Qur‟an yang artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang makruf, dan mencegah dari yang munkar...” (Ali „Imran [13]: 110).65

63 Ibrahim, Kisah-kisah Mengagumkan, 252.

64 Gojali, Manusia, Pendidikan dan Sains, 187

65 Ibrahim, Kisah-kisah Mengagumkan, 253

(33)

Nasihat Luqman dalam amar makruf nahi munkar ini diakhiri dengan penjelasan dengan bekal yang harus dimiliki seorang dai yang menegakkan amar makruf nahi munkar. Sebab seorang pendakwah harus memiliki bekal dalam menghadapi beban berat selama mengemban risalah Tuhan dan mengejawantahkan nilai-nilai Islam.66

Selalu bersabar terhadap segala macam cobaan yang menimpa, akibat dari mengajak manusia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang munkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan, maupun dalam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.67

Sabar dan tabah menghadapi rintangan dan tantangan yang datang silih berganti merupakan pondasi dasar untuk membangun istana dakwah kepada Allah SWT., selain terjal dan berliku, jalan dakwah juga dipenuhi onak dan duri. Makanya, seorang dai harus menjadikan sabar dan tabah sebagai senjata. Kesabaran seorang mukmin tidak boleh habis, dan ketabahannya tidak boleh sirna. Kala kesabarannya mulai memuncak, berarti mujahadah dalam jiwa harus lebih ditingkatkan. Jadi tidak berlebihan jika dalam Al-qur‟an Allah SWT. memuji sikap sabar dalam sejumlah ayat. Dia bahkan mengiming-imingi orang sabar untuk ditashihkan sebagai kekasih-Nya.68

66 Ibid., 255

67 UII, Al-Qur’an dan tafsirnya, 644.

68 Ibrahim, Kisah-kisah Mengagumkan, 255.

(34)

5) Larangan Bersikap Sombong dan Angkuh



























































Artinya: “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (18)

“ Dan sederhanalah kamu dalam berjalan69 dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (19)

Al-Qur‟an mengawali keterangan seputar masalah ini dengan mengetengahkan sifat tercela yang harus dijauhi oleh setiap mukmin.

Sifat itu ialah penyakit suka berpaling seperti unta yang lehernya panjang sehingga acapkali mengarah ke belakang. Orang sombong dan angkuh yang suka memalingkan muka dihadapan orang lain, sama seperti unta. Larangan dalam nasihat ini sejatinya bertautan dengan aqidah tauhid, hanya Allah Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa di atas seluruh hamba-Nya, orang pasti dihinggapi rasa sombong karena kekuasaan, kekuatan serta ketampanan yang dimiliki. Jika sadar bahwa

69 Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat.

(35)

anugerah yang dimiliki berasal dari Allah SWT., dan juga dirinya lemah tak berdaya dihadapan Tuhan, orang pasti tidak akan bersikap congkak dan sombong, dan akan berjalan dengan tenang dan sederhana.70

Yang dimaksud dengan sederhana dalam berjalan dan berbicara bukanlah berarti bahwa berjalan itu harus menundukkan kepala dan berbicara hendaklah dengan lunak dan dibawah-bawah, tetapi yang dimaksud ialah berjalan dan berbicara dengan sopan dan lemah lembut, sehingga orang merasa senang melihatnya.71

Hamka mengatakan dalam tafsirnya bahwa congkak, sombong, takabbur, membanggakan diri, semuanya itu menurut penyelidikan ilmu jiwa, tabiatnya ialah dari sebab ada perasaan bahwa diri itu sebenarnya tidak begitu tinggi harganya. Diangkat-angkat ke atas, ditonjol- tonjolkan, karena di dalam lubuk jiwa terasa bahwa diri itu memang rendah atau tidak kelihatan. Dia meminta perhatian orang. Sebab merasa tidak diperhatikan. Dikaji dari segi Iman, nyatalah bahwa Iman orang itu masih cacat.72

Sikap tawadhu’ yang dianjurkan Al-Qur‟an ini hakikatnya adalah tata krama dengan Tuhan dan manusia, dan tata krama individual dan sosial. Hanya orang yang hatinya kosong dari iman saja yang melupakan tata krama ini. Orang ini dimurkai Allah SWT. karena lupa

70 Ibrahim, Kisah-kisah Mengagumkan, 257.

71 UII, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 646.

72 Hamka, Tafsir Al-Azhar, 134

(36)

bahwa nikmat yang ia miliki berasal dari-Nya, sekaligus dibenci orang banyak karena meninggikan diri di atas mereka.73

Nasihat Luqman kepada anaknya sarat dengan nilai-nilai yang luhur, menyentuh perasaan serta menunjukkan keharmonisan.

Pendidikan yang ditanamkan kepada anaknya melalui beberapa nasihat sudah mencakup masalah aqidah, ibadah serta akhlak mulia. Sebagai orang tua khususnya ayah, hendaklah meneladani kisah-kisah dari Luqman dalam mendidik anaknya, agar anaknya kelak menjadi hamba Allah yang sejati, yang senantiasa mengabdikan dirinya hanya kepada Allah SWT.

3. Pengertian Akhlak

Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.74

Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau tabiat.75 Cara membedakan akhlak, moral dan etika yaitu Dalam etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk menggunakan tolok ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam moral dan susila menggunakan tolok ukur norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung dalam masyarakat (adat istiadat), dan dalam akhlak menggunakan ukuran al- Qur‟an dan al-Hadis untuk menentukan baik-buruknya.

73 Ibrahim, Kisah-kisah Mengagumkan, 257

74 Ahmad A.K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 45.

75 Mubarak, Zakky, dkk, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, 20

(37)

Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.76

4. Proses pembentukan Akhlak

Pendidkan tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia. Pembentukan akhlak sudah tentu sangat penting untuk semua tingkat pendidikan, yakni dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembentukan akhlak sesungguhnya dibutuhkan semenjak anak berusia dini. Apabila akhlak seseorang sudah terbentuk sejak usia dini, ketika dewasa tidak akan mudah berubah meski godaan atau rayuan datang begitu menggiurkan.

Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali pendapat para ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Muhammad Athiyah al- Abrasyi misalnya mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan islam. Menurut sebagian ahli, akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir.77 Selanjutnya pendapat lain mengatakan, akhlak adalah hasil dari

76 Ibid., 2

77 Muhammad Athiyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 15.

dalam Islam, terj. Jamaludin Miri, Jilid II, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), h.178

(38)

pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh.78 Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan lain-lain termasuk kelompok yang mengatakan akhlak adalah hasil usaha.79

Pada kenyataannya dilapangan, usaha pembentukan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dengan berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama makhluk Tuhan dan seterusnya. Bayangkan saja jika anak-anak tidak dibina dalam hal akhlak. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dibidang iptek.

Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk pribadi, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram baik serta dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten. Pembentuksn akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada pada diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

6 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), 146

78 Mansur Ali Rajab, Ta’ammulat fi Falsafah al-Akhlaq, (Mesir: Maktabah al-Anjali al-Mishriyah, 1961), 91.

79Ibid., 90.

(39)

Pembentukan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam.

Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Perhatian islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat dari perhatian islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.80

Untuk ini Al-Ghazali menganjurkan agar akhlak dianjurkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah, hingga murah hati dan murah tangan itu menjadi tabiatnya yang mendarah daging.81

Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, sebab tabiat jiwa untuk menerima keutamaan itu tidak cukup hanya seorang guru mengatakan kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pendidikan itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.82

Dengan metode lain, seseorang dapat menanamkan pengaruh yang baik ke dalam jiwa seseorang. Cara yang dimaksud ialah: Pertama, nasehat hendaknya

80 Muhammad Al-Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (terj.) Moh. Rifa‟I dari judul asli Khuluq Al- Muslim, (Semarang: Wicaksana 1993), 13

81 Ibid., 12

82 Asmaran, As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), 45

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan temuan dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Berdasarkan meta-analisis terhadap 8 artikel

Bantuan diberikan oleh keluarga batih (nuclear family) dalam bentuk perlindungan bagi calon pengantin laki-laki untuk melakukan “tindakan tersembunyi” dalam tradisi bajapuik, agar

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui metode peramalan yang lebih baik, berdasarkan perhitungan total ramalan produksi produk Bateeq per bulan dengan

Gerakan lambat (biasa disingkat slowmo) adalah efek dalam pembuatan film dimana waktu tampak akan melambat. Hal ini ditemukan oleh the Austrian priest August

Korelasi langsung diantara sifat-sifat geofisika (misal kecepatan Resistivitas) dan sifat-sifat geokimia (misal modulus deformasi) dapat dihubungkan dengan problem yang sama

Karakter utama cakupan dasar situs permukiman di Banyuwangi Selatan adalah tingkat kemiringan lokasi hunian yang landai sampai sedang, panjang lereng yang pendek

Organisasi yang terbentuk dalam kelembagaan keamanan yaitu lembaga yang mengawasi/ memperhatikan keamanan di Kecamatan ataupun Kelurahan/ nagori yang ada di Kecamatan

Adapun teknik channel coding yang digunakan yaitu Polar Code dan Repetition Code sebagai error correction dan error detection dengan coding rate R=1/2, serta dilakuan