• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi dan Sikap Petugas Search And Rescue terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan SAR di Kantor SAR Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi dan Sikap Petugas Search And Rescue terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan SAR di Kantor SAR Medan Tahun 2010"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP PETUGAS SEARCH AND RESCUE

TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KEGIATAN SAR DI KANTOR SAR MEDAN

TESIS

Oleh

DIANTA BANGUN 077010002/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP PETUGAS SEARCH AND RESCUE

TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KEGIATAN SAR DI KANTOR SAR MEDAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

DIANTA BANGUN 077010004

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP PETUGAS SEARCH AND RESCUE

TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA KEGIATAN SAR DI KANTOR SAR MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2010

(4)

Judul Tesis: : PENGARUH PERSEPSI DAN SIKAP PETUGAS

SEARCH AND RESCUE TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA PADA KEGIATAN SAR DI KANTOR SAR MEDAN

Nama Mahasiswa : Dianta Bangun Nomor Induk Mahasiwa : 077010004

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R.Kintoko Rochadi, M.K.M) Ketua

(dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K) Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 30 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs.R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K

(6)

ABSTRAK

Kegiatan Search And Rescue (SAR) adalah kegiatan yang meliputi pencarian dan pertolongan untuk menyelamatkan jiwa manusia dalam musibah atau bencana yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Dalam melaksanakan tugas tersebut, petugas SAR menghadapi risiko kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja bahkan kematian.

Penelitian ini merupakan penelitian survai yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi dan sikap petugas search and rescue terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada kegiatan SAR di kantor SAR Medan tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas SAR yang bertugas pada operasi SAR sebanyak 36 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data primer diperoleh melalui wawancara dan data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumen kantor SAR. Analisis data menggunakan uji regresi logistik pada tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan penerapan K3 pada petugas SAR dalam kegiatan Operasi SAR 58,3% kategori kurang, persepsi petugas SAR 66,7% kategori kurang dan sikap petugas SAR 56,6% kategori kurang. Hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel yang berpengaruh terhadap penerapan K3 adalah variabel sikap dan variabel persepsi. Variabel yang paling dominan adalah variabel sikap.

Manajemen Kantor SAR Medan perlu melakukan sosialisasi dan pelatihan peningkatan pemahaman bagi petugas SAR tentang aplikasi prinsip-prinsip K3 dalam kegiatan operasi SAR dan perlu melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap penerapan K3 pada kegiatan Operasi SAR.

(7)

ABSTRACT

Activity Search And Rescue (SAR) is an activity that cover search and rescue to save the human soul in the disaster that could happen anytime and anywhere. In performing these duties, rescue officer face the risk of occupational accidents, occupational disease and even death.

This research was cross sectional study that aimed to analyze the influence of perceptions and attitudes of Search And Rescue (SAR) officer on the implementation of occupational safety in Search And Rescue (SAR) activities in Search and Rescue office Medan in 2010. The population were all of SAR officer who served rescue operation counted 36 people and became the research samples. The primary data were obtained through interview and secondary data obtained from records and documents of Medan SAR office. Data were analyzed by using logistic regression at 95% confidence level.

Results showed the implementation of Safety and Occupational Health on the rescue officer in the SAR operations as 58.3% were in low category, the perception of rescue officer as 66.7% were in low category and attitude rescue officer as 56.6% were in low category. Logistic regression test results indicated variables that influence the implementation of Safety and Occupational Health were attitude and perception. The dominant variable was perception.

The management of Search and Rescue (SAR) office is recommended to increase the understanding of SAR officer about application of the principles of Safety and Occupational Health on Search And Rescue operations and need to supervise and evaluate the implementation of Safety And Occupational Health on operational activities rescue.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunianya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Persepsi dan Sikap Petugas Search And Rescue terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan SAR di Kantor SAR Medan Tahun 2010”

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, yaitu Prof.Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K).

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan kepada Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

Terima kasih tak terhingga kepada isteri dan putera-putri tercinta yang senantiasa memberi motivasi serta dukungan doa kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.

Selanjutnya terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu penulis dan masih bersedia untuk dapat berkonsultasi dalam penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, September 2010

(10)

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dianta Bangun dilahirkan di Tiga Binanga tanggal tiga Januari tahun seribu sembilan ratus enam puluh dua. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dan sudah menikah dan dikaruniai 2 putera dan satu puteri.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Desa Batukarang, Kabupaten Karo tahun 1976, menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Masehi Kabanjahe Kabupaten Karo tahun 1979, menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Kabanjahe tahun 1982, menamatkan S1 Sosial Politik Ilmu Komunikasi Universitas Dharma Agung tahun 1987.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 8

1.2 Permasalahan ... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Hipotesis ... 9

1.5 Manfaat Penelitian... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 10

2.2 Persepsi... 15

2.3 Sikap ... 20

2.4 Kegiatan Search and Rescue (SAR) ... 22

2.5 Landasan Teori ... 30

2.6 Kerangka Konsep Penelitian ... 32

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 33

3.3 Populasi dan Sampel... 33

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional... 37

3.6 Metode Pengukuran... 38

3.7 Metode Analisis Data ... 39

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

4.2 Karakteristik Petugas SAR ... 41

4.3 Analisis Univariat ... 41

4.4 Analisis Bivariat ... 48

(12)

BAB 5 PEMBAHASAN... 50

5.1 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Petugas SAR ... 50

5.2 Pengaruh Persepsi Petugas SAR terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Operasi SAR ... 53

5.3 Pengaruh Sikap Petugas SAR terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Kegiatan Operasi SAR ... 55

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 58

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 60

6.1 Kesimpulan ... 60

6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Petugas SAR di Kantor SAR Medan . 41 4.2. Distribusi Frekuensi Indikator Persepsi Petugas SAR di Kantor SAR

Medan ... 42 4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Petugas SAR di Kantor SAR

Medan ... 43 4.4. Distribusi Frekuensi Indikator Sikap Petugas SAR di Kantor SAR Medan 44 4.5. Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Petugas SAR di Kantor SAR Medan 45 4.6. Distribusi Frekuensi Indikator Penerapan K3 pada Petugas SAR di Kantor

SAR Medan ... 46 4.7. Distribusi Frekuensi Variabel Penerapan K3 pada Kegiatan Operasi di

Kantor SAR Medan ... 48 4.8. Pengaruh Persepsi petugas SAR terhadap Penerapan K3 pada Kegiatan

Operasi SAR di Kantor SAR Medan ... 48 4.9. Hubungan Persepsi petugas SAR dengan Penerapan K3 pada Kegiatan

Operasi SAR di Kantor SAR Medan ... 49 4.10. Hasil Uji Regresi Logistik Pengaruh Persepsi dan Sikap petugas SAR

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

ABSTRAK

Kegiatan Search And Rescue (SAR) adalah kegiatan yang meliputi pencarian dan pertolongan untuk menyelamatkan jiwa manusia dalam musibah atau bencana yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Dalam melaksanakan tugas tersebut, petugas SAR menghadapi risiko kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja bahkan kematian.

Penelitian ini merupakan penelitian survai yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi dan sikap petugas search and rescue terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada kegiatan SAR di kantor SAR Medan tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas SAR yang bertugas pada operasi SAR sebanyak 36 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Data primer diperoleh melalui wawancara dan data sekunder diperoleh dari catatan dan dokumen kantor SAR. Analisis data menggunakan uji regresi logistik pada tingkat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian menunjukkan penerapan K3 pada petugas SAR dalam kegiatan Operasi SAR 58,3% kategori kurang, persepsi petugas SAR 66,7% kategori kurang dan sikap petugas SAR 56,6% kategori kurang. Hasil uji regresi logistik menunjukkan variabel yang berpengaruh terhadap penerapan K3 adalah variabel sikap dan variabel persepsi. Variabel yang paling dominan adalah variabel sikap.

Manajemen Kantor SAR Medan perlu melakukan sosialisasi dan pelatihan peningkatan pemahaman bagi petugas SAR tentang aplikasi prinsip-prinsip K3 dalam kegiatan operasi SAR dan perlu melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap penerapan K3 pada kegiatan Operasi SAR.

(17)

ABSTRACT

Activity Search And Rescue (SAR) is an activity that cover search and rescue to save the human soul in the disaster that could happen anytime and anywhere. In performing these duties, rescue officer face the risk of occupational accidents, occupational disease and even death.

This research was cross sectional study that aimed to analyze the influence of perceptions and attitudes of Search And Rescue (SAR) officer on the implementation of occupational safety in Search And Rescue (SAR) activities in Search and Rescue office Medan in 2010. The population were all of SAR officer who served rescue operation counted 36 people and became the research samples. The primary data were obtained through interview and secondary data obtained from records and documents of Medan SAR office. Data were analyzed by using logistic regression at 95% confidence level.

Results showed the implementation of Safety and Occupational Health on the rescue officer in the SAR operations as 58.3% were in low category, the perception of rescue officer as 66.7% were in low category and attitude rescue officer as 56.6% were in low category. Logistic regression test results indicated variables that influence the implementation of Safety and Occupational Health were attitude and perception. The dominant variable was perception.

The management of Search and Rescue (SAR) office is recommended to increase the understanding of SAR officer about application of the principles of Safety and Occupational Health on Search And Rescue operations and need to supervise and evaluate the implementation of Safety And Occupational Health on operational activities rescue.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu persoalan dalam upaya pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Kesehatan dan keselamatan kerja tersebut terjadi pada pekerja informal maupun pekerja formal. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Berdasarkan laporan International Labour Organization (ILO) bahwa diseluruh dunia setiap tahunnya 2,2 juta orang meninggal karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, dan di Indonesia setiap tujuh detik terjadi kasus kecelakaan kerja. Oleh karena itu sangat penting diaplikasikan secara komprehensif program kesehatan dan keselamatan kerja di seluruh sektor pekerjaan (ILO,2004).

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Depnaker, 2004)

(19)

landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. “Keselamatan kerja merupakan sarana untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja”.

Menurut Topobroto (2002) bahwa keselamatan dan kesehatan kerja baik sekarang maupun masa yang akan datang merupakan sarana menciptakan situasi kerja yang aman, nyaman dan sehat, ramah lingkungan, sehingga dapat mendorong efisiensi dan produktifitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan semua pihak, baik bagi pengusaha maupun pekerja. Dengan demikian pemantauan dan pelaksanaan norma-norma kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja merupakan usaha meningkatkan kesejahteraan pekerja, keamanan aset produksi dan menjaga kelangsungan bekerja dan berusaha dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Salah satu pekerja yang rentan terhadap kasus kecelakaan kerja adalah petugas Search And Rescue (SAR) atau petugas pencarian dan pertolongan pada setiap musibah penerbangan, bencana atau musibah lainnya yang mencakup daratan, udara dan perairan. Petugas SAR beresiko terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan akibat pekerjaanya yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang sangat beresiko (BASARNAS, 2006).

(20)

jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapai bahaya dalam musibah pelayaran, dan / atau penerbangan, atau bencana dan musibah lainnya. Dasar pembentukan petugas SAR ini didasarkan pada kebutuhan akan penyelamatan dan pertolongan terhadap korban bencana alam atau musibah lainnya mengingat daerah Indonesia merupakan salah satu daerah yang rawan bencana alam dan secara faktual kehidupan manusia juga tidak terlepas dari bencana alam dan musibah sehari-hari, sehingga keberadaan tim SAR sangat strategis dan dinilai penting.

Konsekuensi lain yang terjadi akibat dari pelaksanaan pekerjaanya adalah terjadi kecelakaan kerja baik kecelakaan kerja bersifat ringan seperti tergores, tertusuk, dan lainnya maupun kecelakaan kerja yang mengakibatkan gangguan kesehatan seperti penyakit akibat kerja serta terjadi kematian dalam pelaksanaan pekerjaannya.

Secara umum pekerjaan petugas SAR membutuhkan kecekatan dan kecepatan dalam bekerja guna menyelamatkan korban secara cepat dan menghindari konsekuensi yang lebih fatal seperti kematian yang mengancam korban musibah atau bencana alam. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan individu terhadap pemahaman keselamatan dan kesehatan kerjanya, dan tindakan yang aman ketika bekerja menyelamatkan korban.

(21)

baik dan benar memakai peralatanyang tidak layak pakai, kesalahan dalam memberi perintah, bekerja sambil makan atau merokok, kurang menjaga kondisi fisik, dan lain sebagainya, dan faktor lingkungan kerja seperti seperti tidak ada prosedur kerja, kondisi lingkungan kerja tidak kondusif seperti panas terik, terjal, berlumpur dan lain sebagainya.

Heinrich (1980) dalam Haryono dan Woro (2007) menyatakan bahwa 80% kecelakaan kerja disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe action) yaitu faktor yang bersumber dari individu seperti usia, jenis jenis kelamin dan pendidikan dan hanya 20% disebabkan kondisi yang tidak aman (unsafe condition) seperti kondisi lingkungan yang berisiko, peralatan kerja tidak lengkap dan tidak safety, sehingga pengendaliannya harus bertitik tolak dari perbuatan yang tidak aman yang dalam hal ini adalah perilaku pekerja terhadap penggunaan APD (Alat Pelindung Diri).

(22)

dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari perilaku persepsi individu itu, (2) objek atau target, yaitu karakteristik-karakteristik dari objek atau target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang akan dipersepsikan oleh individu tersebut, dan (3) kontek situasi itu dilakukan, yaitu penting bagi seorang individu melihat konteks objek atau peristiwa, karena unsur-unsur lingkungan disekitarnya sangat mempengaruhi persepsi individu tersebut.

Menurut Ahmadi (2004), sikap adalah respon individu terhadap objek dan situasi atau individu lainnya baik bersifat positif maupun negatif, dan dalam hal ini adalah respon atau tanggap petugas SAR terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan uraian tugasnya sebagai petugas SAR. Hal ini mengingat pekerjaan sebagai petugas SAR cenderung memiliki resiko bahaya yang tinggi, karena harus siap digerakkan sesegera mungkin, kapan saja dan dimana saja, baik di laut, di sungai, di gunung, di hutan, di rawa, dan sebagainya. Faktor ‘sesegera mungkin’ secara psikologios dapat membuat petugas terburu-buru, sehingga petugas tidak hati-hati dan kurang cermat dalam melaksanakan tugasnya, dan akhirnya beresiko terhadap keselamatan diri dan kecelakaan bagi petugas SAR.

(23)

kemampuan petugas memahami seluruh prosedur tetap pelaksanaan kegiatan pertolongan dan penyelamatan yang akan dilakukan meskipun dilaksanakan secara spontan atau pada waktu yang mendesak seperti penggunaan APD, dan penting mengikuti prosedur kerja lainnya.

Penelitian Yusri, dan Jhonny (2000) bahwa sikap petugas radiasi Rumah Sakit (RS) berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan kerja di RS, dan diketahui keselamatan kerja 16,2% masih termasuk kurang, serta proporsi petugas radiasi yang mengalami kecelakaan kerja 73,1% terdapat pada pekerja dengan sikap yang kurang. Menyikapi risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja petugas SAR, maka pemerintah melalui Keputusan Kepala Badan SAR Nasional No: Kep.0041/Um.401/1/BSN – 2008, telah mengeluarkan tunjangan risiko tinggi bagi personil tim SAR, namun hal ini adalah hanya sebagai salah satu bentuk dukungan secara psikologis dan materil saja terhadap pekerjaan sebagai petugas SAR. Meskipun demikian kecelakaan kerja dan keselamatan petugas SAR masih menjadi ancaman, jika tidak dimulai dari individu petugas SAR dengan pemahaman secara komprehensif terhadap seluruh uraian tugasnya dan mematuhi kaedah-kaedah keselamatan dan kesehatan kerja.

(24)

Pekerjaan sebagai SAR secara organisatoris terdapat di seluruh wilayah Indonesia khususnya pada areal rawan bencana. Salah satunya adalah unit Kantor SAR Kota Medan. Secara faktual dapat diketahui bahwa petugas SAR cenderung kurang memahami dan mematuhi prosedur kerja petugas SAR seperti tidak menggunakan ADP ketika bertugas, sehingga berpotensi terhadap keselamatan diri petugas SAR. Hal ini dapat dilihat dari laporan keselamatan dan kesehatan kerja kantor SAR Medan (2007), terdapat 2 (dua) petugas SAR meninggal ketika sedang bertugas, dan tiga petugas lainnya mengalami cidera dan membutuhkan perawatan yang intensif. Hal ini mengindikasikan bahwa petugas SAR masih sangat berpotensi terhadap terjadi kecelakaan kerja dan kematian akibat kerja.

(25)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian tentang pengaruh persepsi dan sikap terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada petugas SAR sangat penting dilakukan mengingat persepsi dan sikap adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja pada petugas SAR guna merumuskan kebijakan yang strategis dalam peningkatan upaya keselamatan dan kesehatan kerja pada petugas Kantor SAR Medan, sehingga kecelakaan kerja dan kematian akibat kerja dapat direduksi secara permanen.

1.2. Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh persepsi dan sikap petugas Search And Rescue terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatan Search And Rescue Kantor SAR Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh persepsi dan sikap petugas Search And Rescue terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatan Search And Rescue Kantor Search And Rescue .

1.4. Hipotesis

(26)

 

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi BASARNAS dalam merumuskan kebijakan peningkatan upaya keselamatan dan kesehatan kerja berbasis sumber daya manusia dan mengeliminasi angka kecelakaan kerja pada petugas SAR.

2. Menjadi masukan bagi petugas SAR terhadap pemahaman secara komprehensif upaya keselamatan dan kesehatan kerja dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan Search And Rescue di wilayah kerja Kantor SAR kota Medan.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya , serta cara-cara melakukan pekerjaan. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dalam Budiono, (2003) menerangkan bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas.

Menurut Suma’mur (1996), kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.

Maksud pendapat Felton diatas adalah kesehatan kerja ialah pengembanga prinsip-prinsip dan praktek dari mesin kerja, untuk memadukan kegiatan-kegiatan

(28)

atau membangun dari seluruh anggota tim kesehatan kerja.

Melihat beberapa uraian di atas mengenai pengertian keselamatan dan pengertian kesehatan kerja, maka dapat disimpulkan mengenai pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jaminan atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya.

Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja.

Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak manajemen suatu instansi. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja/petugas secara material, karena pekerja/petugas akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan pekerja akan mampu bekerja lebih lama.

(29)

melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik (Mangkunegara, 2000).

Program kesehatan fisik yang dibuat oleh instansi sebaiknya terdiri dari salah satu atau keseluruhan elemen-elemen (Ranupandojo dan Husnan, 2002) berikut ini :

1) Pemeriksaan kesehatan pada waktu pekerja pertama kali diterima bekerja. 2) Pemeriksaan keseluruhan para pekerja kunci (key personal ) secara periodik. 3) Pemeriksaan kesehatan secara sukarela untuk semua pekerja secara periodik. 4) Tersedianya peralatan dan staff media yang cukup.

5) Pemberian perhatian yang sistematis yang preventif masalah ketegangan yang dialami pekerja

6) Pemeriksaan sistematis dan periodik terhadap persyaratan-persyaratan kesehatan lingkungan kerja

(30)

perlu usaha untuk menjaga kesehatan mental perlu juga dilakukan (Ranupandojo dan Husnan, 2002) yaitu dengan cara:

a. Tersedianya psyichiatrist untuk konsultasi.

b. Kerjasama dengan psyichiatrist diluar perusahaan atau yang ada di lembaga-lembaga konsultan.

c. Mendidik para pekerja perusahaan tentang pentingnya kesehatan mental. d. Mengembangkan dan memelihara program human relation yang baik .

2.1.2. Indikator-indikator dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Budiono dkk (2003) mengemukakan indikator Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), meliputi (a) faktor manusia/pribadi (personal factor), meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya pengetahuan dan ketrampilan/ keahlian, dan stres serta motivasi yang tidak cukup, dan (b) faktor kerja/ lingkungan, mencakup lingkungan fisik, kepemimpinan, pengawasan, dan standar-standar kerja.

(31)

akan dijadikan barang, (c) cara melakukan pekerjaan, yaitu prosedur atau cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh pekerja. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh pekerja dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara menggunakan alat pendukung pekerjaan.

Menurut Budiono, (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi K3, antara lain

a. Beban kerja, yaitu berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan, b. Kapasitas kerja, yaitu jumlah seluruh uraian tugas yang harus diselesaikan

menurut kompetensi pekerja dan keadaan individu pekerja.

c. Lingkungan kerja, yaitu keadaan lingkungan pekerjaan yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomi maupun psikososial.

Menurut Soeprihanto (1996) pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada pekerja dilakukan 2 cara, yaitu :

a. Usaha preventif atau mencegah

(32)

secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya, (d) pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas respirator, dust respirator, dan lain-lain), (e) petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan (f) latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Usaha represif atau kuratif

Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan baik fisik maupun mental para pekerja sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya. Selain itu terutama persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan organisasi tempat kerja.

2.2. Persepsi

2.2.1. Pengertian Persepsi

Menurut Rahmat (2004) bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

(33)

Menurut Scheerer (1954) dalam Sarwono (2004) menyatakan bahwa persepsi adalah representasi fenomenal tentang obyek-obyek distal sebagai hasil pengorganisasian obyek distal itu sendiri, medium dan rangsang proksimal.

Suprihanto dkk (2003) mengemukakan mengenai persepsi adalah suatu bentuk penilaian satu orang dalam menghadapi rangsangan yang sama, tetapi dalam kondisi lain akan menimbulkan persepsi yang berbeda.

Indrawijaya (2000) menyatakan bahwa persepsi merupakan dimana manusia dalam mengorganisasikan, menafsirkan, dan memberi arti kepada suatu rangsangan selalu menggunakan inderanya, yaitu melalui mendengar, melihat, merasa, meraba, dan mencium, yang dapat terjadi terpisah-pisah atau serentak.

Menurut Winardi (2004) berpendapat mengenai persepsi berhubungan dengan pencapaian pengetahuan khusus tentang objek-objek atau kejadian- kejadian, pada saat tertentu, maka ia timbul apabila stimuli mengaktivasi indera.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Walgito (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain : a. Objek yang dipersepsi

(34)

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Selain itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang diajukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Dalam persepsi sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu bersifat individual sehingga dapat menimbulkan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam persepsi.

Menurut Robbins (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu: a. Pelaku persepsi, yaitu bila seseorang individu memandang suatu objek dan

mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari persepsi individu itu.

(35)

c. Kontek situasi itu dilakukan, yaitu penting bagi seorang individu melihat konteks objek atau peristiwa, karena unsur-unsur lingkungan disekitarnya sangat mempengaruhi persepsi individu tersebut.

2.2.3. Proses Terjadinya Persepsi

Walgito (2002) menjelaskan proses terjadinya persepsi, yaitu (a) proses kealaman atau proses fisik, yaitu proses stimulus mengenai alat indera, (b) proses fisiologis, stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, (c) proses psikologis, terjadi di otak atau pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang dirasa. Menurut Indrawijaya (2000), proses terjadi persepsi melalui tahap, yaitu:

a. Proses masukan (input proces), yaitu proses persepsi dimulai dari tahap penerimaan rangsangan, yang ditentukan baik oleh faktor luar maupun didalam manusia itu sendiri.

b. Selektifitas, yaitu perolehan berbagai rangsangan dari lingkungannya, baik yang bersifat sempit maupun bersifat luas . Kemampuan manusia terbatas sehingga cenderung memberi perhatian pada rangsangan tertentu saja yang mempunyai relevansi, nilai dan arti baginya,

(36)

merupakan suatu hal yang penting dalam proses perseptual, karena hal tersebut dapat dipergunakan untuk memperkirakan hasil akhir proses persepsual.

[image:36.612.200.480.354.659.2]

Menurut Mar’at (1981) dalam Indrawijaya (2002), bahwa proses terjadinya persepsi adalah pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognitif. Proses terjadinya persepsi dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuan. Berbeda dengan sikap dimana proses terjadinya melibatkan aspek kognitif, afektif, dan konatif, proses terjadinya persepsi hanya melibatkan aspek kognitif saja. Secara skematis seperti pada gambar 2.1.

(37)

Berdasarkan Gambar 2.1. dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya persepsi dipengaruhi oleh proses belajar, cakrawala, keyakinan, dan pengetahuan. Proses terjadinya persepsi hanya melibatkan aspek kognitif saja, sedangkan proses terjadinya sikap melibatkan aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif.

2.3. Sikap

Menurut Gibson (1995) dalam Natoatmodjo (2003), sikap merupakan faktor penentu perilaku. Sikap menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap obyek. Sikap diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

Notoatmodjo (2003) menyatakan sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus sesuai dengan bagan dibawah ini :

2.

Stimulus Rangsangan

Proses Stimulus

Reaksi Tingka Laku (terbuka)

[image:37.612.112.527.475.613.2]

Sikap (tertutup)

(38)

Menurut Newcomb dalam Sarwono (2004), bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Adapun tingkatan sikap adalah:

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespons (Responding)

(39)

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

2.4. Kegiatan Search And Rescue (SAR)

Menurut PP No 36 tahun 2006, bahwa pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) atau disingkat SAR, meliputi usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadap bahaya dalam musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau bencana dan musibah lainnya. Kegiatan SAR ini dikoordinasikan oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden.

(40)

Sekretariat Utama, (3) Deputi Bidang Operasi SAR, (4) Deputi Bidang Potensi SAR, (4) Inspektorat, (5) Pusat Data dan Informasi (6) Unit Pelaksana Teknis.

Unit pelaksana tehnis di daerah adalah Kantor SAR yang mempunyai uraian tugas mendukung mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Unit yang didukung dengan sarana dan prasarana SAR sesuai dengan standar yang ditetapkan serta mengerahkan potensi SAR di wilayah kerja Pos SAR yang bersangkutan.

Pada pelaksanaannya, BASARNAS mengkoordinasikan potensi dan unsur SAR yang tersedia baik instansi sipil, militer, swasta maupun masyarakat. Potensi SAR adalah sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan operasi SAR. Unsur SAR adalah potensi SAR yang sudah terbina dan/atau siap untuk digunakan dalam kegiatan operasi SAR. Semua unsur di lingkungan BASARNAS dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan BASARNAS sendiri maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah baik pusat maupun daerah

Dalam hal terjadi musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau bencana atau musibah lainnya, BASARNAS atau melalui Unit Pelaksana Teknis BASARNAS dan/atau Pos SAR terdekat segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan serta melaksanakan tindak awal dan operasi SAR sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan.

(41)

diadakan penanganan berikutnya, dan rangkaian kegiatan SAR terdiri atas 5 (lima) tahap yaitu tahap menyadari, tahap tindak awal, tahap perencanaan, tahap operasi dan tahap pengakhiran.

(42)

Kegiatan SAR adalah seluruh rangkaian pelaksanaan yang berkaitan dengan pencarian dan pertolongan terhadap korban musibah atau bencana, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan SAR tersebut antara lain operasi SAR dan latihan SAR. Operasi SAR meliputi segala upaya dan kegiatan SAR sampai dengan evakuasi korban, sebelum diadakan penanganan berikutnya.

Pengertian evakuasi dalam kegiatan SAR adalah : memindahkan korban musibah dari lokasi musibah/bencana ke tempat penampungan pertama untuk tindakan penanganan berikutnya. Musibah atau bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana saja seperti di gunung, hutan, sungai, laut, rawa, jurang atau kedalaman, gedung tinggi, pertambangan, pabrik/industri, atau diperkotaan. Waktu terjadinya musibah bisa siang hari atau malam hari dan cuaca yang yang mungkin berubah-ubah. Berdasarkan gambaran situasi dan kondisi tersebut di atas, tim SAR harus secepat mungkin melakukan tugasnya untuk pencarian dan pertolongan. Korban yang ditemukan selanjutnya dievakuasi ke penanganan/perawatan berikutnya. Kondisi korban yang ditemukan di lokasi musibah/ bencana bisa dalam keadaan luka ringan atau parah, meninggal, bahkan jenazah yang sudah membusuk.

(43)

ayat (1) terdiri dari 2 (dua) shift yaitu: shift I (Pertama) pukul 08.00 – 20.00 waktu setempat; dan shift II (kedua) pukul 20.00 – 08.00 waktu setempat.

Selanjutnya menurut PP No 22 Tahun 2009, menjelaskan bahwa klasifikasi penyelenggaraan operasi SAR dibagi menjadi: 1) Penyelenggaraan operasi SAR skala kecil;dan 2)Penyelenggaraan operasi SAR skala besar.

Penyelenggaraan operasi SAR skala kecil merupakan kegiatan operasi SAR yang dilaksanakan oleh Kantor SAR dengan ketentuan memerlukan tingkat koordinasi dan pengerahan Unsur SAR di dalam wilayah tanggung jawab Kantor SAR setempat; dan menggunakan organisasi operasi SAR minimal. Sedangkan penyelenggaraan operasi SAR skala besar merupakan kegiatan operasi SAR yang dilaksanakan oleh Kantor SAR dengan ketentuan memerlukan tingkat koordinasi dan pengerahan Unsur SAR di dalam dan di luar wilayah tanggung jawab Kantor SAR setempat; dan menggunakan organisasi operasi SAR maksimal.

Tingkatan keadaan darurat pada musibah penerbangan dan musibah pelayaran terdiri dari:

(1) Incerfa yaitu situasi dimana terdapat keragu-raguan terhadap keselamatan orang yang berada dalam kapal dan pesawat udara.

(2) Alerfa yaitu situasi dimana terdapat kekhawatiran terhadap keselamatan orang yang berada dalam kapal dan pesawat udara.

(44)

Adapun Tahap Penyelenggaraan Operasi SAR (SAR Stages) terdiri dari:

A. Tahap menyadari (awareness stage); yaitu (1) tahap menyadari yaitu tahap dimana sistem SAR mengetahui terjadinya atau keadaan yang berpotensi menimbulkan musibah atau bencana, yang mencakup

B. Tahap tindak awal (initial action stage); yaitu tindakan dalam tahap menyadari adalah mengumpulkan dan mencatat informasi yang meliputi:

a. Identitas pemberi laporan; b. Jenis musibah atau bencana; c. Lokasi musibah atau bencana; d. Jumlah korban;

e. Upaya yang telah dilaksanakan;

f. Jenis kapal atau pesawat yang mengalami musibah.

Tahap tindak awal adalah tahap dimana dilaksanakan tindakan pendahuluan untuk menyiapkan unsur-unsur SAR dan mengumpulkan informasi yang lengkap tentang terjadinya musibah atau bencana. Tindakan yang dilaksanakan dalam tahap tindak awal meliputi:

a. Melaporkan terjadinya musibah atau bencana kepada Kepala Badan;

b. Menghubungi pemilik, operator, dan pengguna kapal atau pesawat yang mengalami musibah;

(45)

d. Menghubungi instansi/organisasi potensi SAR untuk menyiapkan unsur SAR yang mereka miliki;

e. Melaksanakan proses penunjukan SAR Mission Coordinator (SMC). f. Melaksanakan pencarian dengan Extended Communication (Excom) g. Melakukan koordinasi intensif dengan SRU (Search Rescue Unit) terkait; h. Menyiapkan dan memberangkatkan unsur-unsur SAR yang dimiliki oleh

Basarnas.

C. Tahap perencanaan (planing stage);

Tahap perencanaan merupakan tahap dilaksanakannya penyusunan rencana operasi SAR yang efektif dan efisien. Adapun tindakan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan meliputi:

a) evaluasi situasi lokasi musibah dan hasil pencarian sebelumnya, b) pelaksanaan perhitungan SAR (plotting) yang meliputi:

a. memperkirakan lokasi musibah dan bencana;

b. memperkirakan pergerakan korban setelah musibah; c. menentukan search area;

d. menentukan SRU yang akan dikerahkan; e. menentukan search pattern.

(46)

d) Mengulangi tindakan-tindakan tersebut hingga diketahui lokasi korban atau diyakini bahwa lokasi korban tidak diketemukan.

D. Tahap operasi (operation stage);

Tahap operasi merupakan tahap dimana fasilitas SAR bergerak menuju lokasi musibah atau bencana, melaksanakan pencarian, pertolongan, melakukan pertolongan pertama terhadap korban dan memindahkan korban ke lokasi yang lebih aman. Tindakan yang dilaksanakan dalam tahap operasi meliputi:

a. melaksanakan briefing kepada SRU; b. memberangkatkan SRU ke search area;

c. melaksanakan pencarian elektronik maupun visual sesuai dengan track spacing dan search pattern yang telah ditentukan;

d. melaksanakan pertolongan kepada korban yang mengalami musibah atau bencana;

e. melaksanakan evakuasi ;

f. mengkoordinasikan dan mengendalikan SRU di search area; g. melaksanakan penarikan SRU dari search area;

h. melaporkan temuan-temuan di search area;

i. melaporkan perkembangan kegiatan SAR di search area;

(47)

Tahap pengakhiran merupakan tahap dimana SRU telah dikembalikan ke instansi/organisasi masing-masing.Tindakan yang dilaksanakan dalam tahap pengakhiran meliputi: a) pengembalian SRU ke instansi/organisasi masing-masing; b). Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan operasi SAR, c) penyusunan laporan penyelenggaraan operasi SAR, dan d) penyelesaian penggantian biaya penyelenggaraan operasi SAR.

2.5. Landasan Teori

Secara regulasi sesuai PP No 36 tahun 2006 menyebutkan bahwa pencarian dan pertolongan (Search and Rescue) atau disingkat SAR mencakup usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau bencana dan musibah lainnya. Kegiatan SAR ini dikoordinasikan oleh Badan SAR Nasional (Basarnas) yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden.

Menurut Budiono, (2003), bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberikan perlindungan sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas.

(48)

kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar para pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi- tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum.

Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan atau pencemaran lingkungan kerja.

Menurut Mangkunegara (2000) program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik (Mangkunegara, 2000).

(49)

 

melakukan kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan- bahan utama yang akan dijadikan barang, (c) cara melakukan pekerjaan, yaitu prosedur atau cara-cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh pekerja. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh pekerja dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan tersebut dan memahami cara menggunakan alat pendukung pekerjaan.

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep dalam penelitian dapat dirumuskan berikut ini:

Persepsi

[image:49.612.125.519.428.535.2]

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sikap

(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif-analitik dengan pencekatan cross sectional study yang ditujukan untuk menganalisis pengaruh persepsi dan sikap petugas Search And Rescue terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada kegiatan SAR Kantor Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kantor SAR Medan dengan pertimbangan bahwa masih ditemukan kasus kecelakaan kerja pada petugas SAR yang mengakibatkan kematian dan kecelakaan kerja dalam kegiatan SAR. Penelitian ini diawali dari persetujuan judul penelitian, telaah pustaka, kolokium, penelitian lapangan, seminar hasil dan komprehensif membutuhkan waktu selama delapan bulan terhitung bulan November 2009 sampai dengan Juni 2010.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

(51)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi: 3.4.1. Data Primer

Data primer dihimpun melalui metode wawancara langsung pada responden berpedoman pada kuesioner penelitian tentang persepsi, sikap dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan yang ada dari Kantor SAR Medan tentang ketenagaan petugas SAR, program kerja dan evaluasi K3 pada petugas SAR.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner penelitian, agar dapat menjadi instrumen penelitian yang valid dan reliabel sebagai alat pengumpul data maka dilakukan uji coba pada 10 petugas SAR guna mendapatkan validitas dan reliabilitas.

(52)

Adapun nilai t-Tabel untuk 10 responden adalah sebesar 0,576, dan nilai r-Tabel sebesar 0,601, artinya dikatakan pertanyaan valid jika nilai t-Hitung lebih besar dari nilai t-Tabel (tH>tT), dan dikatakan relialibel jika nilai r-Hitung lebih besar dari nilai r-Tabel (rH>rT). Adapun hasil perhitungan validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

No Variabel Hasil

Hitung

Keputusan (t-Tabel=0,576) Variabel Persepsi Petugas SAR

1 Pertanyaan 1 0,812 Valid

2 Pertanyaan 2 0,591 Valid

3 Pertanyaan 3 0,949 Valid

4 Pertanyaan 4 0,812 Valid

5 Pertanyaan 5 0,890 Valid

6 Pertanyaan 6 0,949 Valid

7 Pertanyaan 7 0,812 Valid

8 Pertanyaan 8 0,938 Valid

9 Pertanyaan 9 0,812 Valid

10 Pertanyaan 10 0,958 Valid

11 Pertanyaan 11 0,812 Valid

12 Pertanyaan 12 0,884 Valid

13 Pertanyaan 13 0,958 Valid

14 Pertanyaan 14 0,861 Valid

15 Pertanyaan 15 0,949 Valid

16 Pertanyaan 16 0,812 Valid

17 Pertanyaan 17 0,949 Valid

18 Pertanyaan 18 0,837 Valid

19 Pertanyaan 19 0,861 Valid

20 Pertanyaan 20 0,581 Valid

Reliabilitas (Nilai Alpha Cronbach’s) 0,981 Realibel Variabel Sikap Petugas SAR

1 Pertanyaan 1 0,694 Valid

2 Pertanyaan 2 0,899 Valid

3 Pertanyaan 3 0,780 Valid

4 Pertanyaan 4 0,581 Valid

5 Pertanyaan 5 0,775 Valid

6 Pertanyaan 6 0,944 Valid

[image:52.612.110.528.266.686.2]
(53)

Tabel 3.1. (Lanjutan)

No Variabel Hasil

Hitung

Keputusan (t-T=0,576)

8 Pertanyaan 8 0,581 Valid

9 Pertanyaan 9 0,922 Valid

10 Pertanyaan 10 0,926 Valid

11 Pertanyaan 11 0,861 Valid

12 Pertanyaan 12 0,815 Valid

13 Pertanyaan 13 0,828 Valid

14 Pertanyaan 14 0,888 Valid

15 Pertanyaan 15 0,935 Valid

16 Pertanyaan 16 0,909 Valid

17 Pertanyaan 17 0,889 Valid

18 Pertanyaan 18 0,783 Valid

19 Pertanyaan 19 0,581 Valid

20 Pertanyaan 20 0,938 Valid

21 Pertanyaan 21 0,839 Valid

22 Pertanyaan 22 0,642 Valid

23 Pertanyaan 23 0,797 Valid

24 Pertanyaan 24 0,783 Valid

25 Pertanyaan 25 0,581 Valid

Reliabilitas (Nilai Alpha Cronbach’s) 0,981 Realibel Variabel Penerapan K3 Petugas SAR

1 Pertanyaan 1 0,934 Valid

2 Pertanyaan 2 0,796 Valid

3 Pertanyaan 3 0,729 Valid

4 Pertanyaan 4 0,717 Valid

5 Pertanyaan 5 0,717 Valid

6 Pertanyaan 6 0,695 Valid

7 Pertanyaan 7 0,796 Valid

8 Pertanyaan 8 0,677 Valid

9 Pertanyaan 9 0,652 Valid

10 Pertanyaan 10 0,742 Valid

11 Pertanyaan 11 0,677 Valid

12 Pertanyaan 12 0,796 Valid

13 Pertanyaan 13 0,677 Valid

14 Pertanyaan 14 0,859 Valid

15 Pertanyaan 15 0,709 Valid

16 Pertanyaan 16 0,623 Valid

17 Pertanyaan 17 0,868 Valid

18 Pertanyaan 18 0,886 Valid

[image:53.612.110.527.138.657.2]
(54)

3.5. Variabel dan Definisi Opersional 3.5.1.Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen dan dependen. Variabel independen antara lain persepsi dan sikap. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

3.5.2.Definisi Operasional

1. Persepsi adalah penilaian atau pandangan petugas SAR terhadap pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja baik dari aspek penyediaan alat pelindung diri, kejelasan prosedur kerja dan media promosi keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Sikap adalah respon atau tanggapan petugas SAR terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada kegiatan-kegiatan SAR

3. Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh petugas SAR untuk menjaga keselamatan diri dan kesehatan saat melakukan kegiatan-kegiatan SAR yang mencakup:

a.Lingkungan kerja, yaitu keadaan tempat petugas SAR melakukan aktivitas kerja mencakup keadaan geografis, suhu dan lingkungan fisik lainnya.

b.Alat kerja dan bahan adalah ketersediaan fasilitas kerja yang mendukung pelaksanaan kegiatan SAR berbasis kesehatan dan keselamatan kerja.

(55)

3.6. Metode Pengukuran

1. Pengukuran variabel persepsi didasarkan pada skala ordinal dari 26 pertanyaan dengan alternatif jawaban setuju diberi skor 3, kurang setuju diberi skor 2 dan tidak setuju diberi skor 1, kemudian dihitung nilai median dari total skor dan dikategorikan menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median (jika data tidak terdistribusi normal, atau ≥ mean (jika data terdistribusi normal)

b. Kurang, jika responden memperoleh nilai <median (jika data tidak terdistribusi normal, atau <mean (jika data terdistribusi normal)

2. Pengukuran variabel sikap juga didasarkan pada skala ordinal dari 25 pertanyaan dengan alternatif jawaban setuju diberi skor 3, kurang setuju diberi skor 2 dan tidak setuju diberi skor 1, kemudian dihitung nilai median dari total skor dan dikategorikan menjadi:

a. Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median (jika data tidak terdistribusi normal, atau ≥ mean (jika data terdistribusi normal)

b. Kurang, jika responden memperoleh nilai <median (jika data tidak terdistribusi normal, atau <mean (jika data terdistribusi normal)

(56)

 

a. Baik, jika responden memperoleh nilai ≥ median (jika data tidak terdistribusi normal, atau ≥ mean (jika data terdistribusi normal)

b. Kurang, jika responden memperoleh nilai <median (jika data tidak terdistribusi normal, atau <mean (jika data terdistribusi normal)

3.6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup:

a. Analisis univariat, yaitu analisis dari variabel penelitian dengan mendistribusi frekuensi berdasarkan persentase dari masing-masing variabel

b. Analisis bivariat, yaitu analisis untuk melihat perbedaan proporsi variabel independen dengan dependen, kemudian dilihat hubungan antar kedua variabel dengan uji statistik menggunakan uji chi square pada taraf kepercayaan 95%. c. Analisis multivariat, yaitu analisis untuk melihat faktor paling berpengaruh

terhadap penerapan K3 dengan menggunakan uji regresi logistik dengan pertimbangan skala data merupakan skala ordinal, dengan persamaan regresi linear berganda, sebagai berikut:

Y=a+ß11+ ß22

Keterangan:

a = Nilai Konstanta ß1,2 = Nilai Beta

1 = Variabel Persepsi 2 = Variabel Sikap

(57)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kantor Search and Rescue yang selanjutnya disebut Kantor SAR adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang pencarian dan pertolongan (search and rescue) yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan SAR Nasional.

Kantor SAR Medan beralamat di Jalan Bunga Sedap Malam No 9 Medan. Kantor SAR Medan mengadakan tugas siaga komunikasi dan siaga tim SAR, baik di Kantor Medan di Kapal dan di Pos SAR Tanjung Balai, Sibolga dan Nias. Jumlah petugas siaga Komunikasi 2 orang setiap shift dan petugas siaga tim SAR 5 orang setiap shift. Wilayah Tanggungjawab Kantor SAR Medan adalah sesuai dengan wilayah administrasi Propinsi Sumatera Utara.

Jumlah pegawai Kantor SAR Medan saat ini adalah : 85 orang. 36 orang diantaranya memiliki kualifikasi Tim SAR dan 49 orang merupakan petugas siaga dan pegawai administrasi. Kantor SAR Medan memiliki 3 Pos SAR yaitu Pos SAR TanjungBalai, Pos SAR Sibolga dan Pos SAR Nias Gunung Sitoli.

(58)

4.2 Karakteristik Petugas SAR

[image:58.612.106.529.240.461.2]

Karakteristik petugas SAR dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Petugas SAR di Kantor SAR Medan

No Karakteristik Petugas SAR Jumlah (n) Persentase (%) 1 Jenis Kelamin

Laki-laki 30 83,3

Perempuan 6 16,7

Total 36 100,0

2 Pendidikan

Tamatan SMU Sederajat 24 66,7

Tamatan Diploma 4 11,1

Tamatan Sarjana 8 22,2

Total 36 100,0

3 Masa Kerja

1 - 10 Tahun 25 69,4

11 - 20 Tahun 7 19,4

21 - 30 Tahun 4 11,1

Total 36 100,0

Tabel 4.1. di atas menunjukkan bahwa mayoritas petugas SAR adalah laki-laki yaitu sebanyak 30 orang (83,3%), dengan pendidikan mayoritas tamatan SMU sederajat yaitu sebanyak 24 orang (66,7%) dengan masa kerja mayoritas 1-10 tahun yaitu sebanyak 25 orang (69,4%).

4.3 Analisis Univariat

(59)

4.3.1 Persepsi Petugas SAR

[image:59.612.117.532.259.562.2]

Persepsi petugas SAR didasarkan pada skala ordinal dari 20 pertanyaan dengan alternatif jawaban Setuju, Kurang Setuju dan Tidak Setuju. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Indikator Persepsi Petugas SAR di Kantor SAR Medan

Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju Pernyataan Persepsi

n % n % n %

Musibah merupakan takdir 3 8,3 16 44,4 17 47,2

APD penting bagi petugas SAR 14 38,9 16 44,4 6 16,7

APD digunakan ketika sedang bertugas 17 47,2 6 16,7 13 36,1

Manajemen Kantor SAR perlu Sosialisasi APD 2 5,6 6 16,7 28 77,8

Manajemen Kantor SAR wajibkan petugas memakai APD 12 33,3 12 33,3 12 33,3

Istilah K3 sudah umum di Lingkungan Kantor SAR 11 30,6 5 13,9 20 55,6

Perlu kurikulum K3 dalam Diklat SAR 3 8,3 20 55,6 13 36,1

Lingkungan kerja petugas SAR tidak selalu berisiko 6 16,7 10 27,8 20 55,6

SOP sering efektif dengan praktek dilapangan 2 5,6 4 11,1 30 83,3

Petugas SAR tidak harus ikuti Prosedur kerja 12 33,3 4 11,1 20 55,6

Setiap anggota SAR perlu pelajari K3 1 2,8 18 50,0 17 47,2

APD yang lengkap dalam operasi SAR tidak nyaman 10 27,8 6 16,7 20 55,6

Ketersediaan SOP akan kurangi Kecelakaan 13 36,1 3 8,3 20 55,6

Ilmu P3K bagian dari petugas SAR 11 30,6 14 38,9 11 30,6

Beban kerja petugas SAR berisiko terhadap Kecelakaan 8 22,2 11 30,6 17 47,2

Faktor utama kecelakaan kerja kerena tidak ada SOP 5 13,9 21 58,3 10 27,8

TRT adalah hal utama dalam upaya K3 13 36,1 4 11,1 19 52,8

Penilaian risiko penting memastikan tindakan yang dilakukan 9 25,0 8 22,2 19 52,8

Perlu penetapan Pengawas K3 10 27,8 17 47,2 9 25,0

Kantor SAR Mendukung K3 pada operasi SAR 8 22,2 17 47,2 11 30,6

(60)

Mayoritas petugas juga tidak setuju istilah K3 sudah umum di Kantor SAR, dan tidak setuju jika SOP efektif di lapangan serta masih ada petugas SAR yang kurang setuju jika perlu pengawas APD dalam kegiatan SAR.

[image:60.612.115.526.406.476.2]

Berdasarkan keseluruhan skoring, diketahui data indikator variabel persepsi melalui uji kolmogoroof smirnov menunjukkan varibael persepsi tidak terdistribusi normal karena nilai probabilitas kurang dari 0,05 (p<0,05), sehingga batas nilai kategorisasi variabel persepsi yang digunakan adalah median yaitu skor 39, maka variabel persepsi dapat dikategorikan menjadi baik jika memperoleh nilai skor ≥39 dan kurang jika memperoleh skor <39. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Petugas SAR di Kantor SAR

Medan

No Persepsi Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 12 33,3

2 Kurang 24 66,7

Total 36 100,0

Tabel 4.3. di atas menunjukkan mayoritas responden mempunyai persepsi yang kurang yaitu sebanyak 24 orang (66,7%) dibandingkan responden dengan persepsi yang baik yaitu sebanyak 12 orang (33,3%).

4.3.2 Sikap Petugas SAR

(61)
[image:61.612.82.555.147.516.2]

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Indikator Sikap Petugas SAR di Kantor SAR Medan

Setuju Kurang

Setuju

Tidak Setuju Pernyataan Sikap

n % n % n %

Kantor SAR wajib menyediakan APD yang lengkap&cukup 17 47,2 5 13,9 14 38,9

Petugas SAR wajib menggunakan APD ketika bertugas 17 47,2 11 30,6 8 22,2

APD Tim SAR mencakup seluruh anggota tubuh 16 44,4 12 33,3 8 22,2

APD bagi tim SAR sudah menjadi kebutuhan utama 0 0,0 17 47,2 19 52,8

Cepat&nyaman bertugas lebih penting daripada menggunakan APD 16 44,4 8 22,2 12 33,3

APD perlu diuji coba kelayakannya 17 47,2 6 16,7 13 36,1

Kantor SAR penting menerapkan SOP K3 12 33,3 7 19,4 17 47,2

Lokasi musibah selalu berisiko 9 25,0 12 33,3 15 41,7

Petugas SAR perlu persiapkan sendiri perlengkapan kerja 17 47,2 8 22,2 11 30,6

Penggunaan setiap peralatan SAR dilengkapi dengan prosedur kerja 15 41,7 7 19,4 14 38,9 Petugas SAR Wajib mempelajari standar K3 dalam kegiatan SAR 16 44,4 10 27,8 10 27,8

Sebelum tim SAR bertugas, perlu pengarahan terlebih dahulu 12 33,3 15 41,7 9 25,0

Prinsip kehati-hati lebih penting daripada pelaksanaan SOP/Juknis 15 41,7 9 25,0 12 33,3 Memenuhi perlengkapan K3 berdampak terhadap keberhasilan SAR 14 38,9 10 27,8 12 33,3

Perlu penunjukkan pengawas K3 15 41,7 8 22,2 13 36,1

Kantor SAR penting menyiapkan P3K pada setiap kegiatan SAR 13 36,1 14 38,9 9 25,0

Kantor SAR perlu menjamin K3 petugas SAR dengan regulasi 17 47,2 10 27,8 9 25,0

Kesiapan secara tehnis sangat penting diperhatikan 8 22,2 13 36,1 15 41,7

Kecerobohan petugas SAR harus diberi sanksi 12 33,3 7 19,4 17 47,2

Petugas SAR perlu melakukan penilaian situasi yang berisiko 14 38,9 8 22,2 14 38,9

Petugas SAR harus mengutamakan APD dibandingkan peralatan lain 15 41,7 11 30,6 10 27,8 Juknis Pengoperasian setiap peralatan harus ada dan dipahami 12 33,3 14 38,9 10 27,8

Faktor manusia merupakan faktor utama Kecelakaan Kerja 12 33,3 11 30,6 13 36,1

Petugas SAR wajib melaporkan setiap kegiatan yang berkaitan dengan K3 16 44,4 10 27,8 10 27,8 Latihan Fisik perlu untuk tingkatkan stamina untuk mengurangi resiko K3 10 27,8 15 41,7 11 30,6

(62)
[image:62.612.110.528.316.379.2]

Berdasarkan keseluruhan skoring, diketahui data indikator variabel sikap melalui uji kolmogorof smirnov menunjukkan tidak terdistribusi normal karena nilai probabilitas kurang dari 0,05 (p<0,05), sehingga batas nilai kategorisasi variabel sikap yang digunakan adalah median yaitu 50, maka variabel sikap dapat dikategorikan menjadi baik jika memperoleh nilai ≥50 dan kurang jika memperoleh skor <50. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Variabel Sikap Petugas SAR di Kantor SAR Medan

No Sikap Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 16 44,4

2 Kurang 20 56,6

Total 36 100,0

Tabel 4.5. di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai sikap kategori kurang yaitu sebanyak 44,6 % dibandingkan sikap yang baik yaitu sebanyak 20 orang (44,4%).

4.3.3 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Operasi SAR

(63)
[image:63.612.112.525.144.535.2]

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Indikator Penerapan K3 pada Petugas SAR di Kantor SAR Medan

Ya

Kadang-kadang Tidak

Penerapan K3

n % n % n % Kantor SAR senantiasa menyediakan APD yang cukup 12 33,3 15 41,7 9 25,0 Ada arahan untuk menggunakan APD setiap kali

operasi SAR

12 33,3 14 38,9 10 27,8

Petugas SAR selalu disiplin menggunakan APD lengkap sesuai kondisi

9 25,0 21 58,3 6 16,7

Petugas SAR sering mengalami gangguan Kesehatan saat bertugas

5 13,9 12 33,3 19 52,8

Petugas SAR sering mengalami cidera saat bertugas 5 13,9 18 50,0 13 36,1

Petugas SAR sering mengalami kecelakaan saat bertugas 1 2,8 18 50,0 17 47,2

APD mengganggu kenyamanan dan hambatan kerja 19 57,6 11 33,3 3 9,1

Ada upaya pencegahan penyakit sebelum & atau sesudah kontak dengan korban meninggal

7 19,4 10 27,8 19 52,8

Diklat SAR selalu ada materi khusus tentang K3 13 36,1 21 58,3 2 5,6

Operasi SAR akan dihentikan/ditunda jika APD personil belum lengkap

5 13,9 16 44,4 15 41,7

Skenario latihan SAR meliputi masalah K3 personil dalam tugas

11 30,6 13 36,1 12 33,3

Pemeriksaan kesehatan sudah menjadi program kesehatan petugas SAR selesai bertugas

2 5,6 10 27,8 24 66,7

Ada pemeriksaan Khusus keayakan peralatan yang digunakan

13 36,1 11 30,6 12 33,3

Ada riwayat pemakaian setiap peralatan 10 27,8 11 30,6 15 41,7

Selalu ada tanda/peringatan/himbauan kehati-hatian dilokasi tugas

11 30,6 14 38,9 11 30,6

Manajemen kantor SAR mensosialisasi pemberian sanksi Bagi petugas yang tidak ikuti prosedur kerja

10 27,8 6 16,7 20 55,6

Ada upaya melengkapi diri jika kantor belum mendukung K3

9 25,7 19 54,3 7 20,0

Ada evaluasi jika personil cidera, kecelakaan/sakit ketika bertugas

12 33,3 18 50,0 6 16,7

(64)

Selain itu mayoritas responden menilai tidak ada riwayat perawatan peralatan SAR dan APD, dan menyatakan manajemen kantor SAR tidak mensosialisasikan pemberian sanksi bagi petugas SAR yang tidak mengikuti prosedur kerja.

[image:64.612.114.527.408.482.2]

Berdasarkan keseluruhan skoring, diketahui data indikator variabel penerapan K3 pada kegiatan operasi SAR melalui uji kolmogorof smirnov juga variabel sikap tidak terdistribusi normal karena nilai probabilitas kurang dari 0,05 (p<0,05), sehingga batas nilai kategorisasi variabel sikap yang digunakan adalah median yaitu skor 34, maka variabel persepsi dapat dikategorikan menjadi baik jika memperoleh skor ≥34 dan kurang jika memperoleh skor <34, seperti pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Variabel Penerapan K3 pada Kegiatan Operasi di Kantor SAR Medan

No Penerapan K3 Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 15 41,7

2 Kurang 21 58,3

Total 36 100,0

Tabel 4.7 di atas menunjukkan penerapan K3 pada kegiatan operasi SAR mayoritas termasuk kurang yaitu sebanyak 21 orang (58,3%) dibandingkan penerapan K3 yang baik yaitu sebanyak 15 orang (41,7%).

4.4 Analisis Bivariat

(65)
[image:65.612.110.533.196.271.2]

4.4.1 Pengaruh Persepsi Petugas SAR dengan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Operasi SAR

Tabel 4.8. Pengaruh Persepsi petugas SAR terhadap Penerapan K3 pada Kegiatan Operasi SAR di Kantor SAR Medan

Penerapan K3

Baik Kurang No Persepsi

n % n %

Nilai X2 Nilai p

1 Baik 9 75,0 3 25,0

2 Kurang 6 25,0 18 75,0 8,229 0,004*

*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%

Tabel 4.8. di atas menunjukkan proporsi responden dengan persepsi yang baik 75,0% mempunyai penerapan K3 yang baik, dan responden dengan persepsi yang kurang 75,0% mempunyai penerapan K3 yang kurang. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat pengaruh signifikan sikap petugas SAR terhadap Penerapan K3 pada operasi SAR dengan nilai p=0,004 (p<0,05).

[image:65.612.116.533.539.613.2]

4.4.2 Pengaruh Sikap Petugas SAR terhadap Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Operasi SAR

Tabel 4.9. Hubungan sikap petugas SAR dengan Penerapan K3 pada Kegiatan Operasi SAR di Kantor SAR Medan

Penerapan K3

Baik Kurang No Sikap

n % n %

Nilai X2 Nilai p

1 Baik 13 81,3 3 25,0

2 Kurang 2 10,0 18 90,0 18, 566 0,001*

*) signifikan pada tingkat kepercayaan 95%

(66)

  49

sikap petugas SAR mempunyai pengaruh signifikan terhadap Penerapan K3 pada operasi SAR dengan nilai p=0,001 (p<

Gambar

Gambar 2.1. Proses Terjadi Persepsi
Gambar 2.2. Diagram Terjadinya Sikap
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel=0,576)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan dari pemerintah dalam bidang perbankan yang mendorong di tingkatkannya upaya pelestarian kemampuan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan yang

productive relationships with many other students and with many teachers and adults in the community; great learners are celebrated and modeled; people work together on

Keluaran Jumlah Peralatan Kerja Yang Diperbaiki/Service 12 Bulan Hasil Tersedianya Jasa Perbaikan Peralatan Kerja 7,14%. Kelompok Sasaran Kegiatan

We obtained the 3D point cloud model of the caisson of Fulong temple using 3D laser scanning technology, and established the 3D digital model of each component of the

Keluaran Jumlah PNS yang Mendapatkan Makan dan Minum 29 Orang Hasil Tersedianya Makan dan Minum PNS 7,14%. Kelompok Sasaran Kegiatan

Dalam etika pemerintahan, terdapat asumsi yang berlaku bahwa melalui penghayatan yang etis yang baik, seorang aparatur akan dapat membangun

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa dimensi kompetensi SDM yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan dan sikap berpengaruh positif dan signifikan

Menurut Tambunan (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi iklim investasi adalah: (1) Stabilitas politik, sosial dan ekonomi; (2) Kondisi infrastruktur