SKRIPSI
PENERAPAN KONVERGENSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS) DALAM PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
(PSAK) NO. 16 ATAS ASET TETAP PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I (PERSERO) LANGSA-PROVINSI ACEH
OLEH :
RIEZKA DHARMA
090522023
PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul :“Penerapan Konvergensi
International Financial Reporting Standard (IFRS) dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 16 Atas Aset Tetap Pada PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)
Langsa-Aceh” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah
dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level Program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar
adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi yang diterapkan oleh Universitas.
Medan, 27 Mei 2011
Yang membuat pernyataan,
Riezka Dharma
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena dengan hidayahnya dan
karunianya Tugas Akhir ini dapat selesai. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Oleh karena terbatasnya waktu, biaya dan kemampuan, maka penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam menyusun Tugas Akhir ini,
sehingga masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis dengan tangan terbuka menerima saran
dan kritik dari pembaca demi kebaikan dari Tugas Akhir ini sebagai suatu karya ilmiah.
Selama dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima masukan dan
dorongan baik moral maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Ketua
dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara
3. Bapak Drs. Syahelmi, MSi, Ak selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir saya.
4. Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, MM, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak
selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II saya.
5. Pimpinan dan karyawan PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Provinsi Aceh
6. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Darwis Anatami, SH, MH dan
Ibunda Ermawati, SPd yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun
materil dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Akhirnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dengan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan
baik, Amin.
Medan, 27 Mei 2011
Penulis,
Riezka Dharma
ABSTRAK
Adanya transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar negara mengakibatkan munculnya kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu muncul organisasi yang bernama IASB atau International Accounting Standar Board yang mengeluarkan International Financial Reporting Standar (IFRS). Salah satu Standar Akuntansi Keuangan yang sudah konvergen terhadap IFRS adalah tercantum dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 atas Aset Tetap.
Tujuan dilakukannya penelitian terhadap PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Provinsi Aceh adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan kebijakan akuntansi aset tetap yang diterapkan perusahaan dan membandingkannya dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku, yakni PSAK No. 16 yang telah konvergen dengan IFRS/IAS 16.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara memahami kenyataan yang ada dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari penulis sehingga dapat diambil kesimpulan. Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Dari hasil analisis penelitian, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa perusahaan telah menggolongkan aset tetapnya dengan baik, harga perolehan aset tetap dicatat sesuai dengan faktur dimana telah disepakati bersama pemasok harga tersebut termasuk biaya-biaya yang dibutuhkan sampai aset tetap tersebut dapat digunakan. Perusahaan memakai metode penyusutan garis lurus untuk menyusutkan aset tetapnya. Perusahaan masih menganut model biaya dalam mengukur aset tetapnya setelah pengakuan awal, perusahaan belum menerapkan metode revaluasi sebagaimana yang terdapat dalam PSAK No. 16, dikarenakan masih banyak terdapat nilai buku satu rupiah pada 10.746 unit aset tetapnya.
ABSTRACT
The existence of inter-state transactions and accounting principles which different contries, needs an accounting standard internationally. Therefore appear an organization that called the IASB or International Accounting Standards Board that issued the International Financial Reporting Standards (IFRS). One of the Financial Accounting Standards that have been convergent with IFRS is included in the Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 16 of Fixed Assets.
The purpose of this study on PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Aceh is to determine how the application of accounting policies of fixed assets that applied of company and compare it with applicable financial accounting standards No. 16 of Fixed Assets which have been convergent with IFRS/IAS 16.
The research method used is descriptive analysis method which is understanding of reality and compare it with the theory that authors studied so it can be concluded. To obtain the necessary data the authors uses data colection techniques in the form of interviews and documentation. Types of data used are primary data and secondary data.
From the analysis of research, the author can take a conclusion, that the company has cllasified their fixed assets properly, the cost of fixed assets recorded in according the invoices which have been agreed with the supplier prices include the costs required to keep this assets can be used. Company using the straight-line method of depreciation for fixed assets. The company still uses the cost model for measuring fixed assets after initial recognition, the company has not implemented the revaluation model yet as contained in SFAS 16, because there are still a lot of book value of the rupiah at 10.476 units of their fixed assets.
DAFTAR ISI SKRIPSI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Batasan Penelitian ... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6
1. Konvergensi International Financial Report Standard (IFRS) 6 2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2007) Konvergen IFRS/IAS 16 ... 9
a. Pengertian Aset Tetap ... 9
b. Klasifikasi / Penggolongan Aset Tetap ... 10
d. Pengukuran Aset Tetap ... 15
e. Pengeluaran Aset Tetap ... 18
f. Telaah ulang (review) Nilai Residu, Umur Manfaat dan Metode Penyusutan Aset Tetap ... 18
g. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap ... 20
h. Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan ... 21
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
C. Kerangka Konseptual ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Jenis Data ... 26
C. Teknik Pengumpulan Data ... 26
D. Metode Analisis Data ... 27
E. Jadwal Dan Lokasi Penelitian ... 27
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 29
1. Sejarah Singkat PTP N I (Persero) ... 29
2. Struktur Organisasi PTP N I (Persero) ... 32
3. Klasifikasi/Penggolongan Aset Tetap pada PTPN I (Persero) ... 39
4. Perolehan Aset Tetap pada PTPN I (Persero) ... 40
5. Pengukuran Aset Tetap PTPN I (Persero) ... 42
7. Telaah Ulang (review) Nilai Residu, Umur Manfaat,
dan Metode Penyusutan Aset Tetap PTPN I (Persero) ... 46
8. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap PTPN I (Persero) 49 9. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan PTPN I (Persero) ... 50
B. Analisis Hasil Penelitian ... 50
1. Klasifikasi / Penggolongan Aset Tetap ... 50
2. Perolehan Aset Tetap ... 53
3. Pengukuran Aset Tetap ... 55
4. Pengeluaran Aset Tetap ... 57
5. Telaah Ulang (review) Nilai Residu, Umur Manfaat, dan Metode Penyusutan Aset ... 58
6. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap ... 58
7. Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 64
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
TABEL 1.1 Penelitian Terdahulu ... 20
TABEL 3.1 Jadwal Penelitian ... 26
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Struktur Organisasi Perusahaan 1
2 Neraca PTPN I (Persero) tahun 2009-2010 2
3 Daftar Aset Tetap Rp.1 3
ABSTRAK
Adanya transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar negara mengakibatkan munculnya kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu muncul organisasi yang bernama IASB atau International Accounting Standar Board yang mengeluarkan International Financial Reporting Standar (IFRS). Salah satu Standar Akuntansi Keuangan yang sudah konvergen terhadap IFRS adalah tercantum dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 atas Aset Tetap.
Tujuan dilakukannya penelitian terhadap PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Provinsi Aceh adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan kebijakan akuntansi aset tetap yang diterapkan perusahaan dan membandingkannya dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku, yakni PSAK No. 16 yang telah konvergen dengan IFRS/IAS 16.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yang dilakukan dengan cara memahami kenyataan yang ada dan membandingkannya dengan teori yang dipelajari penulis sehingga dapat diambil kesimpulan. Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Dari hasil analisis penelitian, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa perusahaan telah menggolongkan aset tetapnya dengan baik, harga perolehan aset tetap dicatat sesuai dengan faktur dimana telah disepakati bersama pemasok harga tersebut termasuk biaya-biaya yang dibutuhkan sampai aset tetap tersebut dapat digunakan. Perusahaan memakai metode penyusutan garis lurus untuk menyusutkan aset tetapnya. Perusahaan masih menganut model biaya dalam mengukur aset tetapnya setelah pengakuan awal, perusahaan belum menerapkan metode revaluasi sebagaimana yang terdapat dalam PSAK No. 16, dikarenakan masih banyak terdapat nilai buku satu rupiah pada 10.746 unit aset tetapnya.
ABSTRACT
The existence of inter-state transactions and accounting principles which different contries, needs an accounting standard internationally. Therefore appear an organization that called the IASB or International Accounting Standards Board that issued the International Financial Reporting Standards (IFRS). One of the Financial Accounting Standards that have been convergent with IFRS is included in the Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 16 of Fixed Assets.
The purpose of this study on PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Aceh is to determine how the application of accounting policies of fixed assets that applied of company and compare it with applicable financial accounting standards No. 16 of Fixed Assets which have been convergent with IFRS/IAS 16.
The research method used is descriptive analysis method which is understanding of reality and compare it with the theory that authors studied so it can be concluded. To obtain the necessary data the authors uses data colection techniques in the form of interviews and documentation. Types of data used are primary data and secondary data.
From the analysis of research, the author can take a conclusion, that the company has cllasified their fixed assets properly, the cost of fixed assets recorded in according the invoices which have been agreed with the supplier prices include the costs required to keep this assets can be used. Company using the straight-line method of depreciation for fixed assets. The company still uses the cost model for measuring fixed assets after initial recognition, the company has not implemented the revaluation model yet as contained in SFAS 16, because there are still a lot of book value of the rupiah at 10.476 units of their fixed assets.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambil keputusan yang bersifat
ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus menerus berubah karena adanya
globalisasi, baik lingkungan bisnis yang bertumbuh bagus, dalam keadaan stagnasi maupun
depresi. Tiap-tiap negara tentu saja mempunyai standar akuntansi yang berbeda dengan
negara lain. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kondisi ekonomi, paham
ekonomi yang dianut, serta perbedaan kondisi politik dan sosial di tiap-tiap negara. Dengan
keadaan yang seperti ini, tentu saja, laporan akuntansi pada perusahaan di masing-masing
negara juga berbeda. (Sadjiarto, 1999).
Adanya transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar negara
mengakibatkan munculnya kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku secara
internasional. Oleh karena itu muncul organisasi yang bernama IASB atau International
Accounting Standar Board yang mengeluarkan International Financial Reporting Standar
(IFRS). IFRS kemudian dijadikan sebagai pedoman penyajian laporan keuangan di berbagai
negara. Penerapan IFRS pada perusahaan merupakan hal yang sangat menarik mengingat
fenomena rencana penerapan full adoption IFRS di Indonesia pada tahun 2012. Indonesia
sendiri masih dalam tahap pembelajaran menuju konvergensi IFRS itu sendiri. Salah satu
Standar Akuntansi Keuangan yang sudah konvergen terhadap IFRS adalah tercantum dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 atas Aset Tetap.
Di dalam laporan keuangan, perkiraan aset tetap nilainya cukup material, sehingga
dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah aset yang tercantum di neraca yang selanjutnya
karena itu, perusahaan perlu menerapkan kebijakan akuntansi aset tetap yang berpedoman
pada prinsip akuntansi yang berlaku, dalam hal ini Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No.16 (2007) yang telah konvergen dengan Internasional Financial Reporting Standard
(IFRS), agar diperoleh laporan keuangan yang wajar, sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemakai laporan keuangan.
Melihat pentingnya peranan aset tetap, peneliti mencoba membandingkan keadaan di
lapangan dengan teori yang dipelajari dengan mengadakan penelitian pada PT. Perkebunan
Nusantara I (Persero) Langsa- Provinsi Aceh. Dalam prariset, peneliti mengamati bahwa
perusahaan belum sepenuhnya menerapkan kebijakan akuntansi aset tetap yang sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 yang telah konvergen IFRS.
Diantaranya, kebijakan perusahaan tentang pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan
untuk pengeluaran-pengeluaran yang terjadi selama pemakaian aset tetap belum memadai.
Perusahaan tidak melakukan telaah ulang (me-review) masa manfaat aset untuk pengeluaran
modal yang sifatnya menambah umur aset, sehingga meengakibatkan keraguan dalam
perhitungan beban penyusutan aset tetap untuk periode berjalan dan berikutnya.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin memahami lebih jauh mengenai kebijakan
akuntansi aset tetap yang diterapkan perusahaan dan membandingkannya dengan teori yang
dipelajari, dalam hal ini Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 yang telah
konvergen IFRS. Maka dari itu, peneliti memilih judul “Penerapan Konvergensi
International Financial Reporting Standard (IFRS) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 Atas Aset Tetap Pada PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Provinsi Aceh”. Dengan demikian, peneliti dapat membandingkan dan menilai sejauh mana perusahaan telah menerapkan kebijakan akuntansi aset tetap yang sesuai
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas
dan untuk memudahkan dalam melakukan penelitian agar lebih terfokus, maka peneliti
merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini yaitu “Apakah
Penerapan Akuntansi Aset Tetap Pada PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Provinsi
Aceh telah sesuai dengan Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 yang telah
konvergen dengan International Financial Reporting Standard (IFRS).”
C. Batasan Penelitian
Penulis membatasi penelitian ini hanya pada penerapan aset tetap non tanaman yang
terdapat pada perusahaan, seperti bangunan wisma serba guna, perumahan staf, dan kendaraan
kantor.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetauhi apakah penerapan akuntansi aset tetap pada PT. Perkebunan
Nusantara I (Persero) Langsa-Provinci Aceh telah sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 yang konvergen International
Financial Reporting Standard (IFRS).
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Penulis, penelitian ini memberikan gambaran yang sesungguhnya
dengan standar akuntansi yang berlaku dalam hal ini PSAK No. 16 yang
konvergen IFRS.
b. Bagi Perusahaan, penelitian ini berguna untuk mengetahui bagaimana
sebuah perusahaan mengaplikasikan standar akuntansi internasional dalam
penyajian aset tetap dalam laporan keuangannya. Selain itu, hasil penelitian
ini nantinya dapat digunakan sebagai studi bagaimana mengaplikasikan
IFRS secara benar dalam penyajian aset tetap di laporan keuangan
perusahaan.
c. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dalam melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS)
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standar Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC). International Accounting Standar Board (IASB) yang dahulu bernama International Accounting Standar Committee (IASC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999).
Natawidnyana (2008) menyatakan bahwa “sebagian besar standar yang
menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting
Standars (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh
IASC. Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan
pengembangan standar yang dilakukan.”
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat
pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:
1. Full Adoption
Suatu negara mengadopsi seluruh produk IFRS dan menerjemahkan IFRS word by word ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan.
2. Adopted
Mengadopsi seluruh IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
3. Piecemeal
Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
4. Referenced
Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.
Pada tahun 2009, Indonesia belum mewajibkan perusahaan-perusahaan listed
di BEI menggunakan IFRS, melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi
keuangan nasional atau PSAK. Namun pada tahun 2010 bagi perusahaan yang
memenuhi syarat, adopsi IFRS sangat dianjurkan. Sedangkan pada tahun 2012, Dewan
Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK
merencanakan akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh
kepada IFRS.
Dari data di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta melakukan program
konvergensi tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin tertinggal.
Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh
DSAK tidak dapat terlepas dari perkembangan penyusunan standar akuntansi
internasional yang dilakukan oleh IASB. Standar akuntansi keuangan nasional saat ini
sedang dalam proses secara bertahap menuju konvergensi secara penuh dengan IFRS
yang dikeluarkan oleh IASB.
Menurut Immanuella (2009) tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan
keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksudkan dalam laporan
keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang terdiri dari:
1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode
yang disajikan
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang
berdasarkan pada IFRS
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
Disisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan berdasarkan PSAK
tidak memerlukan rekonsiliasi dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada
diupayakan hanya relatif sedikit sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian
dengan IFRS, dengan demikian diharapkan meningkatnya kegiatan investasi secara global,
memperkecil biaya modal (cost of capital) serta lebih meningkatkan transparansi perusahaan
dalam penyusunan laporan keuangan.
Dengan konvergensi IFRS, PSAK akan bersifat principle-based dan memerlukan
professional judgment, senantiasa peningkatan kompetensi harus pula dibarengi dengan
peningkatan integritas. Peta arah (roadmap) program konvergensi IFRS yang dilakukan
melalui tiga tahapan. Pertama tahap adopsi (2008 - 2011) yang meliputi Adopsi seluruh IFRS
ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, evaluasi dan kelola dampak adopsi
terhadap PSAK yang berlaku. Kedua tahap persiapan akhir (2011) yaitu penyelesaian
infrastruktur yang diperlukan. Ketiga yaitu tahap implementasi (2012) yaitu penerapan
pertama kali PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS dan evaluasi dampak penerapan
PSAK secara komprehensif.
Maka secara umum, manfaat dari Konvergensi IFRS ini adalah :
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Stándar
Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).
2. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi .
3. Menurunkan Biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal.
4. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, antara lain dengan mengurangi kesempatan
2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2007) Konvergen IFRS/IAS No. 16
a. Pengertian Aset Tetap
Aset tetap menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16
(revisi 2007) paragraf 6 adalah ’’sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode.”
Imam Santoso (2009 : 3) mengemukakan “aset tetap merupakan aset yang
diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang
digunakan dalam menunjang kegiatan atau operasi utama perusahaan, dimiliki
tidak dimaksud untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun)”.
Soemarso (2005 : 20) mendefinisikan “Aset tetap adalah aset berwujud
(tangible fixed assets) yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun, digunakan
dalam kegiatan perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan
normal perusahaan serta nilainya cukup besar”.
Dari aset tetap apabila mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Aset berwujud dalam bentuk siap pakai.
2. Digunakan secara aktif dalam operasi perusahaan.
3. Bukan dimaksudkan untuk dijual.
4. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (permanen).
b. Klasifikasi / Penggolongan Aset Tetap
Menurut Harahap (2002:20) Aset tetap dapat dikelompokkan dalam berbagai
sudut, antara lain :
1) sudut substansi aset tetap dibagi menjadi tangible assets (aset berwujud seperti
lahan, mesin, gedung, dan peralatan) dan intangible assets (aset tidak berwujud
seperti HGU, HGB, goodwiil-Patents, Copy right, Hak cipta, Franchise, dan
lain-lain.
2) Sudut disusutkan atau tidak terbagi atas Depreciated Plants Assets (yaitu aset
tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, inventaris, jalan, dan
lain-lain), dan Undepreciated Plants Assets (yaitu aset tetap yang tidak dapat
disusutkan seperti tanah).
3) Berdasarkan jenis aset tetap dibagi menjadi :
a) Lahan adalah sebidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat
bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan
yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari
lahan itu sendiri. Khusus bangunan yang dianggap sebagai bagian dari
lahan tersebut atau yang dapat meningkatkan nilai gunanya seperti jalan
dapat digabungkan dalam nilai lahan.
b) Bangunan Gedung adalah bangunan yang berdiri diatas bumi ini baik
diatas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi
lokasi gedung tersebut.
c) Mesin, termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang
bersangkutan.
d) Kendaraan, semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truck, grader,
e) Perabot, dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboraturium,
perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.
f) Inventaris / Peralatan, merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam
perusahaan, seperti inventaris kantor, inventaris pabrik,
g) inventaris laboraturium, inventaris gudang, dan lain-lain.
c. Perolehan Aset Tetap
Jusuf (2005:155) mengutarakan:
“Agar sejalan dengan prinsip akuntansi yang lazim, aset tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya. Harga peolehan meliputi semua pengeluaran yang diperluakn untuk mendapatkan aset, dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aset siap untuk digunakan. Sebagai contoh, harga beli mesin, biaya pengangkutan mesin yang dibayar pembeli, dan biaya pemasangan mesin juga merupakan bagian dari harga perolehan mesin pabrik yang dibeli perusahaan”.
Didalam PSAK No. 16 (Revisi 2007) paragraf 06 mendefinisikan perolehan
aset tetap sebagai “Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar
dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau kontruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke
aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK
lain”.
Aset tetap dapat diperoleh melalui beberapa cara, diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Pembelian tunai
Harga perolehan aset tetap yang dibeli dengan tunai meliputi semua
pengeluaran atau pembayaran yang terjadi untuk mendapatkan aset tetap
tersebut sampai pada kondisi siap pakai untuk digunakan. Pembelian aset tetap
ditambah biaya-biaya lain sehubungan dengan pembelian aset tersebut
termasuk biaya pengangkutan, biaya pemasangan aset tetap dan biaya-biaya
lain.
2. Pembelian secara Kredit
Pembelian secara kredit mengakibatkan adanya penangguhan pembayaran.
Hutang biasanya dibuktikan dengan wesel, surat berharga, hutang hipotek.
Hutang ini dibayar dengan beberapa kali angsuran ditambah dengan
pembayaran bunganya. Hal ini berarti pembelian secara kredit membutuhkan
pembayaran lebih besar daripada membeli tunai.
3. Pembelian dengan Surat Berharga
Aset tetap yang diperoleh dengan mengeluarkan surat-surat berharga berupa
saham atau obligasi dicatat sebesar harga pasar atau obligasi pada saat
perolehan aset tersebut. Selisih antara harga pasar saham/obligasi tersebut
dengan nominalnya dicatat sebagai agio atau disagio saham/obligasi. Jika surat
berharga dan aset tetap tidak memiliki nilai pasar, maka perolehan dapat
diterapkan oleh pimpinan perusahan atau dewan komisaris.
4. Diterima dari Sumbangan
Perusahaan dapat memperoleh aset tetap dari sumbangan atau bantuan
pemerintah atau badan-badan lain. Transaksi ini disebut dengan
“nonresiprocal transfer” atau transfer yang tidak memerlukan umpan balik.
Aset ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan
penilaian yang dilakukan oleh pihak atau perusahaan penilai independent dan
dikredit sebagai modal donasi.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan aset tetap dengan membangunnya sendiri antara lain :
a. Menekan biaya
b.Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik
c. Memanfaatkan fasilitas yang menganggur
d.Aset tetap yang dibuutuhkan tidak dijual dipasaran.
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan suatu aset tetap
perusahaan yaitu biaya langsung dan tidak langsung. Biaya langsung
termasuk bahan baku, upah langsung dan dibebankan langsung ke aset tetap
perusahaan. Lain halnya dengan biaya tidak langsung, maka biaya ini ada
yang dibayar keluar perusahaan dan ada yang dibayar kedalam perusahaan
yaitu manajer perusahaan. Biaya tidak langsung ini dapat dibebabankan
menjadi biaya (cost) aset tetap apabila dibayar keluar perusahaan sedangkan
yang dibayar kedalam perusahaan tidak dapat dibebankan menjadi biaya
(cost) aset tetap.
6. Pertukaran atau Tukar tambah
Di dalam PSAK 16 tahun 1994 sebelumnya membedakan pelakuan
pencatatan atas pertukaran aset tetap yang sejenis/serupa (Par.21) serta
pertukaran aset tetap tidak sejenis/serupa (Par.20), sedangkan PSAK 16
(Revisi 2007) tidak membedakannya. Menurut PSAK 16 (Revisi 2007)
Par.24 menyatakan bahwa untuk pertukaran aset tetap, biaya perolehan
diukur pada nilai wajar kecuali (a) transaksi pertukaran tidak memiliki
substansi komersial; atau (b) nilai wajar dari aset yang diterima dan
d. Pengukuran Aset Tetap
Adapun mengenai pengukuran aset tetap dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu :
1. Pengukuran Awal Ketika Aset Tetap Tersebut diperoleh
Aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk dikategorikan sebagai aset tetap
pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan Aset Tetap adalah
jumlah biaya yang yang dikeluarkan oleh entitas dan diperlukan untuk menyiapkan
asset tetap tersebut agar dapat digunakan sebagaimana mestinya sebagai asset
tetap. Biaya perolehan aset tetap menurut PSAK 16 Revisi Tahun 2007 adalah :
a) Biaya Perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi dengan diskon pembelian dan potongan lain.
b) Biaya-biaya yang diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi
dan kondisi yang diinginkan dan maksud manajemen. Contoh biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung adalah :
1) biaya persiapan tempat
2) biaya penanganan dan penyerahan awal
3) biaya perakitan dan instalasi
4) biaya pengujian aset apakah dapat beroperasi dengan baik, setelah
dikurangi hasil penjualan dari produk yang dihasilkan atas pengujian
tersebut.
5) Komisi professional seperti arsitek dan insyiur
c) Estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi
aset.
Pada umumnya nilai perolehan suatu aset tetap sama dengan jumlah biaya
(bisa berupa kas maupun non-kas) untuk memperoleh aset tersebut. Selain itu, aset
pengukuran aset tetap yang diperoleh dari pertukaran aset tetap ini adalah dengan
menggunakan nilai wajarnya, dalam hal ini nilai wajar aset tetap yang
dipertukarkan tidak diketahui, nilai buku aset tersebut dapat digunakan.
2 Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Pengukuran aset tetap selain dilakukan pada awal perolehan juga dilakukan pada
periode setelah aset tetap tersebut diperoleh. Di dalam PSAK 16 (Revisi 2007) terdapat
perubahan yang signifikan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap terutama tentang
pengukuran nilai aset tetap setelah perolehan. PSAK 16 (Revisi 2007) mengakui adanya
dua metode dalam perlakuan akuntansi aset tetap tersebut. Kedua metode itu adalah:
a). Metode Biaya Historis ( PSAK Tahun 1994 dan PSAK Revisi 2007 Dengan
metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, aset etap tersebut dicatat
pada harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai asset.
b) Metode Revaluasian (PSAK Revisi 2007)
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset tetap
yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah
revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi atas aset tetap harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup
reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari
e. Pengeluaran atas Aset Tetap
Setelah aset tetap diperoleh, terdapat pengeluaran-pengeluaran untuk aset
tersebut selama masa penggunaanya. Istilah pengeluaran (expenditure) mengacu
kepada suatu pembayaran atau suatu kewajiban untuk melakukan pembayaran
pada masa mendatang atas suatu aset.
Menurut Skousen,et.al (2004 : 455) “Keputusan mengenai apakah suatu
pengeluaran tertentu digolongkan sebagai pengeluaran modal atau pengeluaran
pendapatan (capital or revenue expenditure) memerlukan pertimbangan akuntan.
Jika pengeluaran tersebut diharapkan akan memberi sumbangan terhadap upaya
mendatangkan pendapatan lebih dari satu tahun fiskal, maka pengeluaran tersebut
disebut pengeluaran modal (belanja barang modal), dan harga perolehannya dicatat
sebagai aset. Jika manfaat mendatang yang diharapkan dari pengeluaran itu sangat
tidak pasti, maka pengeluaran tersebut disebut pengeluaran pendapatan dan
langsung dicatat sebagai beban.
f. Telaah ulang (review) Nilai Residu, Umur Manfaat dan Metode Penyusutan Aset Tetap
Di dalam PSAK 16 (revisi 2007) Par.54 mengatur bahwa “nilai residu dan umur
manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila
ternyata review berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut harus
diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No. 25
Tentang Laba Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Koreksi Kesalahan Mendasar, dan
Perubahan Kebijakan Akuntansi.”
Kemudian pada Par.64 menjelaskan bahwa “metode penyusutan yang digunakan
untuk aset tetap haruus di-review minimum setiap akhir tahun buku dan apabila, terjadi
depan dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan
perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagaai
perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK No.25.”
Menurut Imam Santoso (2009 : 52) Ada beberapa metode penyusutan yang
berbeda untuk mengalokasikan harga perolehan aktva yang disusutkan. Dalam
menetapkan metode apa yang akan digunakan, memerlukan pertimbangan-pertimbangan
yang sehat dan secara konseptual harus dipilih sesuai dengan pola pakai aset yang
bersangkutan. Adapun Metode-metode penyusutan yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Metode faktor waktu (time factor methods):
1.1 Metode garis lurus (straight-line method)
1.2 Metode Pembebanan yang menurun (decreasing charge method).
1.2.1 Metode jumlah angka tahun (sum of the year digits method).
1.2.2 Metode saldo menurun (decreasing balance method)
2. Metode faktor aktivitas (activity methods)
2.1 Metode jasa jam (service hours method)
2.2 Metode jumlah unit produksi (productive output method)
3. Metode kelompok atau komposit (group rate and composite rate methods)
3.1 Metode kelompok (group depreciation method)
3.2 Metode komposit (composite depreciation method)
4. Metode khusus (special depreciation methods)
4.1 Metode persediaan (inventory method)
4.2 Metode penilaian (appraisal method)
4.3 Metode penghentian atau penggantian (retirement and replacement
g. Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap
Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 16,21) menyatakan “Jumlah tercatat aset
tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau tidak ada manfaat
ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan dan pelepasannya”.
Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
(1) Pembuangan aset tetap
Dalam hal ini perkiraan aset tetap dan akumulasi penyusutan harus dihapuskan
dengan mengkredit perkiraan aset tetap yang bersangkutan sebesar harga
perolehan dengan mendebit perkiraan akumulasi penyusutan sampai saat
pelepasannya. Apabila terdapat nilai sisa, maka dicatat sebagai rugi atas
pelepasan aset tetap.
(2) Penjualan Aset tetap
Perusahaan kerap kali melepas aset tetapnya dengan menjual aset tetap
tersebut. Dengan membandingkan nilai buku aset tetap (biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan) dengan harga jualnya (nilai realisasi bersih
bilamana terdapat beban penjualan), perusahaan bisa saja mendapat
keuntungan atau menanggung kerugian. Apabila harga jual lebih besar dari
nilai buku aset tetap maka perusahaan memperoleh keuntungan, sebaliknya
apabila harga jual dibawah nilai buku maka perusahaan menderita kerugian.
(3) Pertukaran Aset Tetap
Prosedur untuk pertukaran aset tetap sama seperti perolehan aset tetap dengan
pertukaran yang telah diuraikan sebelumnya.
h. Penyajian Aset Tetap dalam Laporan Keuangan
Dalam laporan keuangan, penyajian aset tetap akan terlihat dalam neraca.
dan modal pada suatu periode tertentu. Aset tetap yang disajikan berdasarkan nilai
perolehan aset tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Setiap jenis
aset tetap seperti tanah, bangunan, inventaris kantor, dan lain sebagainya harus
dinyatakan dalam neraca secara terpisah atau terinci dalam catatan atas laporan
keuangan.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 1.1
PT. Asia Abdi Sumatera Sei
Rampah belum sepenuhnya
menerapkan PSAK No. 16
dan 17, dimana diantaranya
perusahaan belum
menerapkan kebijakan
penggolongan pengeluaran
modal dan pendapatan, tidak
melakukan telaah umur
manfaat aset dan penyajian
aset tetap di neraca belum
memadai.
PT. PLN (persero) Ranting
Tentang Aset
tetapnya secara baik, harga
perolehan aset tetap dicatat
sesuai faktur, perusahaan
memakai metode garis lurus
untuk menyusutkan aset
keuangan lebih tinggi, lebih
credible, dan comparable,
sehingga lebih memudahkan
proses pengaambilan
keputusan . Manajemen
perusahaan menjadi lebih
accountable dan biaya yang
dikeluarkan lebih rendah.
C. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang
mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tempat penulis
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel ataupun
Berdasarkan landasan teori diatas, maka penulis menggambarkan kerangka
konseptual sebagai berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Provinsi Aceh merupakan Badan
Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang perkebunan, dimana komoditi utamanya
ialah kelapa sawit dan karet. Perusahaan memiliki sejumlah aset yang digunakan dalam
rangka mendukung kegiatan operasional perusahaan.
Dalam penggunaan aset tetap PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Provinsi
Aceh berpedoman pada kebijakan akuntansi aset tetap yang berlaku, dalam hal ini Penerapan Akuntansi Aset Tetap
Akuntansi Aset Tetap Menurut PSAK No. 16 yang telah konvergen dengan IFRS/ IAS
No. 16
Akuntansi aset Tetap Pada PT. Perkebunan Nusantara I
(Persero) Langsa Provinsi Aceh
Hasil dan Analisis Penelitian
adalah PSAK No. 16 (2007). Mulai dari penggolongan, perolehan, pengukuran,
penyusutan, penghentian, pelepasan, serta penyajian aset tetap di neraca.
Kemudian penerapan akuntansi aset tetap pada PT. Perkebunan Nusantara I
(Persero) Langsa- Provinsi Aceh ini dibandingkan dengan penerapan PSAK No. 16
yang telah konvergen dengan International Financial Reportinging Standard (IFRS).
Untuk menjawab rumusan masalah yang merupakan tujuan penelitian, yakni apakah
penerapan akuntansi aset tetap pada PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)
Langsa-Provinsi Aceh telah sesuai dengan PSAK No. 16 yang telah konvergen dengan IFRS.
Hasil analisis ini kemudian dirangkum sehingga menghasilkan suatu laporan
keuangan yang baik dan akurat sesuai dengan ketentuan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku. Sehingga dapat diketahui apakah PTPN I (Persero) Langsa-Provinsi Aceh
telah sesuai menjalankan penerapan akuntansi aset tetapnya berdasarkan PSAK No. 16
(2007). Agar diperoleh laporan keuangan yang wajar, sesuai dengan standar akuntansi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menguraikan sifat-sifat dan karakteristik dari
suatu objek penelitian.
B. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan yaitu :
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti, serta
data hasil wawancara langsung dengan staf yang berwenang untuk
memberikan informasi seputar penerapan kebijakan akuntansi atas aset tetap
dalam perusahaan tersebut.
b. Data Sekunder yaitu data yang telah diolah berupa dokumentasi yang tersedia
di perusahaan seperti sejarah singkat organisasi, gambaran umum organisasi
dan struktur organisasi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini adalah :
1.Teknik Penelitian Lapangan (Field Research)Penelitian lapangan dilakukan dengan
mengadakan penelitian langsung pada perusahaan sebagai objek penelitian.
a. Teknik Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung
pada bukti dan dokumen yang digunakan dalam perusahaan yang
berhubungan dengan aset tetap.
b. Wawancara yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak
yang terkait dalam penyediaan informasi atau data yang diperlukan dalam
penelitian.
2. Teknik Dokumentasi (Library Research)
Pengumpulan data melalui kepustakaan adalah metode penelitian dengan
mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian yang berasal dari
buku-buku dan literatur-literatur.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan peneliti adalah Metode analisis deskriptif
menurut Sugiyono (2007 :11) adalah “penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa mmembuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain”.
E. Jadwal Penelitian dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) yang beralamat di
Jalan Kebun Baru Langsa-Provinsi Aceh. Jadwal penelitian ini direncanakan sebagai
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
No. Tahapan Penelitian
Jan 2011
Feb 2011
Maret 2011
April 2011
Mei 2011 1. Pengajuan Judul
2. Penyelesaian Proposal
3. Bimbingan Proposal
4.. Seminar Proposal
5. Penulisan Skripsi
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Provinsi Aceh merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menitikberatkan aktivitas usahanya
(corbusiness) di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Dari data dan fakta yang
ada, kita dapat mengetahui bahwa PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-NAD
telah mengalami berbagai proses dan perubahan, baik yang disebabkan oleh peralihan
dan reorganisasi maupun konsolidasi yang diikuti dengan restrukturisasi. Sejarah
ringkas PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) dapat diketahui dari proses
perkembangannya, yaitu dari satu periode ke periode berikutnya.
1. Periode sebelum perang
Diawali dari periode sebelum perang, dimana pada tahap ini pemerintah Belanda,
swasta Belanda dan Jepang membangun dan memiliki perkebunan di Aceh.
2. Periode revolusi physik (1945-1950)
Dilanjutkan pada periode revolusi physik dimana seluruh kebun milik pemerintah
Belanda dan Jepang diambil alih oleh negara dan diberi nama Perkebunan
Pemerintah Republik Indonesia (PPRI), dan kebun milik swasta Belanda yang
dikuasai oleh Perusahaan Perkebunan Negara Republik Indonesia (PPN-RI).
3. Periode Pengembalian Perkebunan (1950-1953)
Berdasarkan perjanjian KMB, perkebunan yang dikuasai PPN-RI dikembalikan
4. Periode Peristiwa Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Aceh
(1953-1957)
Terjadinya Peristiwa DI/TII di Aceh menyebabkan tidak kondusifnya tingkat
keamanan. Hal ini sedikit banyaknya mempengaruhi perkembangan perkebunan
di Aceh.
5. Periode Nasionalisasi (1957-1961)
Dalam periode ini Pemerintah Republik Indonesia mengambil alih seluruh
perkebunan milik Swasta Belanda dan diberi nama PPN-Baru.
6. Periode PPN Kesatuan Aceh (1961-1963)
Dengan adanya Peraturan Pemerintah RI No.: 142/1961, Kebun-kebun eks
Pemerintah Belanda (PPN-RI) dan eks Swasta Belanda (PPN-Baru) digabumg
menjadi satu organisasi yang bernama PPN Kesatuan Aceh.
7. Periode PPN Karet I dan PPN Aneka Tanaman (Antan) I (1963-1968)
Berdasarkan peraturan pemerintah RI. No.: 25/1963 PPN Kesatuan Aceh dibagi
menurut jenis tanamannya, sehingga terbentuk PPN Karet I dengan tanaman karet
dan PPN Antan I dengan tanaman Pinus dan Kopi.
8. Periode Perusahaan Negara Perkebunan I (1968-1981)
Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah No.:14/1968 dilakukan
reorganisasi dengan menggabungkan PPN Karet I dengan PPN Antan I menjadi
PNP-I.
9. Periode PT. Perkebunan I (1981-1996)
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No.:7/1981, maka bentuk Perusahaan
Negara Perkebunan I (PNP-I) diubah menjadi PT. Perkebunan I (Persero). PT.
Perkebunan I (Persero) didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 1 tanggal 2 Mei
Tambahan Berita Negara RI tanggal 12 Juni 1992 No. 47 diadakan perubahan
tentang struktur permodalan PT. Perkebunan I (Persero), serta didalam
pengelolaannya tetap mempedomani Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1995
tanggal 7 Maret 1995 tentang Perseroan Terbatas.
10. Periode PTP. Nusantara I (Persero) (1996- sekarang)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 1996 tanggal 14 Februari
1996 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia
kedalam modal saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan I. Maka
PTP. Nusantara I (Persero) merupakan penggabungan dari :
o PT. Perkebunan I (Persero)
o PT. Perkebunan Cot Girek Baru
o PT. Perkebunan IX (PKS Cot Girek)
o PT. Perkebunan V (Kebun Krueng Pase) dan Kebun Batee Puteh.
Sebagai tindak lanjut dari PP Nomor : 6 tahun 1996 tersebut, baik mengenai
pengelolaan perseroan maupun terhadap pengalihan kedudukan di lingkungan
BUMN Sub Sektor Perkebunan, didasarkan kepada :
Peraturan Pemerintah RI nomor 12 tahun 1998 tanggal 17 Januari 1998
tentang Perusahaan Perseroan (Persero),
Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 tahun 1998 tanggal 13 April 1998 tentang
Pengalihan Kedudukan Tugas dan Wewenang Menteri Keuangan selaku Pemegang
Saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Perusahaaan Perseroan
2. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)
Penyusunan Struktur Organisasi PT. Perkebunan I (Persero) Langsa-Provinsi Aceh,
disesuaikan menurut kepentingan dan kebutuhan untuk mencapai sasaran yang lebih efektif
dan efisien. Untuk mencapai sasaran tersebut setiap kegiatan yang dilakukan didasarkan
kepada struktur organisasi dan uraian tugas, penetapan wewenang dan tanggung jawab serta
penetapan personil. Didalam struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)
terdapat tingkat kegiatan yang berbeda-beda, untuk itu telah ditetapkan pembagian tugas dan
tanggung jawab agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaaan.
Berikut ini peneliti sajikan Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara I (Persero)
Langsa-Provinsi Aceh pada lampiran yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi
Nomor : 01.6/SKEP/97/2007 Tanggal 28 Mei 2007.
1. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris mempunyai tugas sebagai berikut :
• komisaris melakukan tugas dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor : 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
• melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk
jangka waktu tertentu, sesuai ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (AD/ART) Persero,
• menyampaikan hasil penilaian serta pendapatnya dalam RUPS.
2. Direksi
Direksi mempunyai tugas sebagai berikut :
• memimpin dan mengelola perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan dan
• menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan secara
berdayaguna dan berhasil guna,
• mewakili perusahaan didalam dan diluar pengadilan.
Direksi terdiri dari :
1. Direksi Utama mempunyai tugas :
• merencanakan dan mengkoordinasikan tugas para direktur agar tercapai
pelaksanaan operasional perusahaan secara teratur, terarah, terkendali
dan terpadu.
2. Direksi Produksi mempunyai tugas :
• mengkoordinasikan bidang tanaman, teknik dan pengolahan serta
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan unit pelaksana perusahaaan.
3. Direksi Pemasaran mempunyai tugas :
• mengkoordinir bidang pemasaran produksi dan pengadaan barang/bahan.
4. Direksi Keuangan mempunyai tugas :
• merencanakan dan mengkoordinasikan bidang keuangan dan
perencanaan/pengawasan anggaran, rencana jangka panjang dan
electronic data processing.
5. Direksi Sumber Daya Manusia dan Umum mempunyai tugas :
• mengkoordinasikan bidang sekretariat, sumber daya manusia dan umum.
3. Biro Direksi
Adapun yang menjadi tugas Biro Direksi adalah :
• melaksanakan kebijaksanaan direksi dibidang kesekretariatan yang mencakup
kegiatan sekretariat, rumah tangga, humas dan protokoler serta pengelolaan
• membantu direksi dalam mengamankan pelaksanaan Good Corporate
Governance yang berkaitan dengan bidang tugasnya.
4. Biro Satuan Pengawasan Intern (SPI)
Adapun yang menjadi tugas Biro Satuan Pengawasan Intern (SPI) adalah :
• menyusun rencana dan srategi perusahaan dibidang Satuan Pengawasan Intern
untuk jangka waktu 5 (lima) tahun (RJP lima tahun) serta menyusun lebih rinci
kedalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) untuk setiap
tahunnya,
• menyusun prosedur kerja dan kebijakan di lingkungan Biro Satuan
Pengawasan Intern (SPI) serta sasaran audit program untuk audit yang akan
dilakukan.
5. Bagian Tanaman
Adapun yang menjadi tugas Bagian Tanaman adalah :
• menyelenggarakan dan menggerakkan seluruh kegiatan yang menunjang
terciptanya standarisasi luas areal, tegakkan tanaman, produksi dan
pemeliharaan tanaman secara serasi dan efisien yang mengarahkan kepada
pengembangan dan kelangsungan serta eksistensi perusahaan.
6. Bagian Teknik & Pengolahan
Adapun yang menjadi tugas Bagian Teknik & Pengolahan adalah :
• membantu direksi dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang menunjang
tercapainya Standarisasi Mesin & Instalasi, Traksi/Alat Berat, Teknik Sipil,
Pengolahan/Amdal, Mutu dan Pembelian TBS yang serasi dan efisien bagi
perkembangan kontinuitas perusahaaan..
7. Bagian Akuntansi
• melaksanakan kebijakan Direksi dalam pembinaan akuntansi perusahaan, dan
menyelenggarakan penyusunan informasi keuangan perusahaan berupa laporan
keuangan, laporan kinerja perusahaan, lapouran kinerja kebun/unit kerja,
laporan keuangan yang akan diaudit, laporan Direksi untuk RUPS dan laporan
lainnya baik untuk keperluan intern maupun ekstern,
8. Bagian Pembiayaan
Bagian Pembiayaan mempunyai tugas sebagai berikut :
• melaksanakan kebijaksanaan direksi dalam bidang keuangan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan terhadap operasional
kas, pergudangan, asuransi, perpajakan dan tata usaha keuangan serta
mengkoordinasi dalam kompilasi dan penyusunan Rencana Jangka Panjang
(RJP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
9. Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)
Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki tugas sebagai berikut :
• mengkoordinir penyusunan pola jenjang jabatan, perencanaan karier dan
penilaian karyawan, pelaksanaan seleksi terhadap karyawan/calon karyawan
sesuai kebutuhan perusahaan dan penempatan karyawan sesuai formasi yang
tersedia dengan memperhatikan faktor biaya dan produktivitas karyawan
10. Bagian Umum
Adapun yang menjadi tugas Bagian Umum adalah :
• membantu Direksi dalam melaksanakan kebijaksanaan dibidang umum yang
mencakup kegiatan hukum dan agraria, hubungan antar
kerja/kesejahteraan/kesehatan, pembinaaan usaha kecil dan koperasi,
• mengkoordinir penyiapan dan penyusunan data untuk pembahasan Corporate
Planning (CP), Rencana Jangka Panjang (RJP), Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan (RKAP) dan Rencana Kerja Operasional (RKO) terutama
menyangkut Bagian Umum sejalan dengan sasaran dan perkembangan
perusahaan.
11. Bagian Pembelian
Adapun yang menjadi tugas Bagian Pembelian adalah :
• melaksanakan kebijakan Direksi di bidang pembelian yang mencakup kegiatan
pembelian/pengadaan barang/jasa baik lokal maupun import,
• merumuskan dan menyusun sistem/prosedur pembelian/pengadaan barang/jasa
yang dibutuhkan oleh perusahaan yang pengadaannya melalui kantor direksi
dan unit produksi disesuaikan dengan ketentuan dan perundang-undangan yang
berlaku.
12. Bagian Penjualan
Adapun yang menjadi tugas Bagian Penjualan adalah :
• melaksanakan kebijaksanaan Direksi dibidang Penjualan hasil produksi baik
lokal maupun ekspor,
• melaksanakan Pengawasan Mutu (Quality Control) terhadap sample/contoh
hasil produksi baik yang akan ditawarkan maupun yang akan dikirimkan ke
calon pembeli.
13. Bagian Perencanaan dan Pengembangan
Adapun yang menjadi tugas Bagian Perencanaan & Pengembangan adalah :
• merangkum dan menjabarkan kebijakan direksi di bidang perencanaan dan
Kinerja Perusahaan serta kebijakan tentang pengelolaan lingkungan (AMDAL)
dan Bio Energi,
• mengelola Electronic Data Processing dan pemanfaatan hasil terapan Teknologi
Informasi (TI) untuk komunikasi perusahaan kepada Stakeholder.
14. Manager Grup Usaha Pabrik Kelapa Sawit (GUP)
Adapun yang menjadi tugas Manager Grup Usaha Kelapa Sawit adalah :
• memimpin manager unit usaha dalam mencapai kesatuan tujuan dan kinerja
usaha secara efektif dan efisien,
• membangun kerjasama yang solid dan efektif bersama manager unit usaha dan
jajarannya dalam pengelolaan grup dan pencapaian sasaran.
15. Manager SBU Rumah Sakit Cut Meutia (RSCM)
Adapun yang menjadi tugas Manager SBU RSCM adalah :
• memimpin SBU RSCM termasuk poliklinik Pulau Tiga dan poliklinik cot girek
dalam mencapai kesatuan tujuan dan kinerja usaha secara efektif dan efisien,
• melakukan penilaian kinerja terhadap personil jajaran dibawahnya baik di
RSCM maupun poliklinik pulau tiga dan cot girek.
16. Manager Kebun/Unit Kerja
Adapun yang menjadi tugas Manager Kebun/Unit adalah :
• memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan di bidang tanaman atau
pabrik, teknik, administrasi dan keuangan serta bidang umum di kebun/unit
kerja, serta mengelola dan mengamankan asset perusahaan secara efektif dan
efisien.
Secara garis besar Aset tetap PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) dibedakan
menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Aset Tetap Tanaman, yang terdiri dari Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit,
Tanaman Menghasilkan Karet, dan Tanaman Belum Menghasilkan Kelapa Sawit.
2. Aset Tetap Non Tanaman, yang terdiri atas Bangunan Rumah, Bangunan
Perusahaan, Mesin & Instalasi, Jalan, Jembatan & Saluran Air, Alat
Pengangkutan, Alat Pertanian/Inventaris kecil, Aset Lain-lain, Instalasi
Pembibitan, dan Aset Dalam Penyelesaian.
4. Perolehan Aset Tetap
Perolehan Aset Tetap PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) dicatat
berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut. PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)
Langsa-Aceh memperoleh aset tetapnya melalui cara-cara berikut ini:
4.1 Pembelian Tunai
Pembelian Tunai merupakan cara perolehan aset tetap yang lazim
digunakan oleh perusahaan pada umumnya, apabila perusahaan mempunyai
kecukupan dana untuk memperolehnya, dimana harga perolehan aset tetap itu
dicatat berdasarkan harga yang tertera difaktur pembelian aset tetap tersebut.
Pada umumnya PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa
memperoleh aset tetap nya dengan cara pembelian tunai. Aset Tetap yang
dibeli tunai tersebut dicatat perusahaan sebesar harga pembelian yang
disepakati bersama pemasok sampai aset tetap tersebut dapat dipergunakan.
4.2 Membuat/Membangun Sendiri
Perolehan Aset Tetap dengan cara ini biasanya dilakukan untuk
areal baru sampai tanaman itu menghasilkan. Harga perolehan tanaman baru
meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan mulai dari mendapatkan
bibit, biaya pengecambahan, pembibitan, persiapan areal penanaman,
pemindahan bibit ke lapangan, dan seterusnya.
Harga perolehan tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah biaya
yang dikeluarkan dalam masa pemeliharaan tanaman, yaitu kontrol lalang,
pemupukan dan lain sebagainya sampai tanamn tersebut menghasilkan.
Sedangkan Harga Perolehan Tanaman sudah Menghasilkan adalah nilai
tanaman belum menghasilkan ditambah biaya-biaya tidak langsung sampai
tanaman sudah menghasilkan.
4.3 Dikontrakkan
Aset tetap yang diperoleh dengan cara dikontrakkan adalah aset tetap
yang proses pengakuisisiannya dilakukan melalui pemberian tender kepada
pihak luar (kontraktor), dimana perusahaan membayarkan sejumlah uang
sebagai imbalan terhadap jasa yang diberikan kontraktor sesuai dengan
perjanjian yang tertera dikontrak kerja.
Aset tetap yang diperoleh dengan cara ini adalah jalan, jembatan,
saluran air dan bangunan-bangunan baik yang berada di kantor pusat/direksi,
kebun maupun pabrik. Harga perolehan akan dicatat perusahaan sebesar nilai
kontrak dan setelah masa pemeliharaan selesai dilaksanakan.
5. Pengukuran Aset Tetap PT. Perkebunan Nusantara I (Persero) Langsa-Provinsi Aceh
a. Pengukuran Awal Ketika Aset Tetap diperoleh
Aset tetap yang digunakan dalam melaksanakan usahanya adalah aset yang
Indonesia No.6 tahun 1996 tentang Penambahan Modal Negara Republik Indonesia
kedalam Modal Saham PTPN I (Persero) yang berasal dari PTPN II (Persero), PTPN
III (Persero), PTPN VII (Persero) dan PTPN IX (Persero) pada Cot Girek Baru yang
terlebih dahulu telah diselesaikan statusnya.
Aset Tetap PTPN I (Persero) yang memenuhi klasifikasi untuk dikategorikan
sebagai aset tetap pada awalnya diukur berdasarkan biaya perolehan. Dimana biaya
perolehan aset tetap ini meliputi seluruh jumlah biaya yang dikeluarkan oleh PTPN I
(Persero) dan diperlukan untuk menyiapkan aset tetap tersebut agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya sebagai aset tetap.
b. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Menurut PSAK No.16 yang telah konvergen dengan IFRS, kebijakan
akuntansi untuk perusahaan menganut dua model, yaitu yang pertama model biaya
(cost model) dan yang kedua model revaluasi (revaluation model). Yang dimaksud
dengan cost model disini adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
aset tersebut termasuk biaya pembongkaran dan biaya perbaikan serta kriterianya
nilai buku sama dengan nol, karena penyusutan sebagai pembagi dari harga
perolehan.
Sedangkan revaluation model adalah nilai wajar atau nilai ganti sesuai dengan
harga pasar yang berlaku. Dimana pada model ini setiap akhir tahun dilaksanakan
revaluasi aset dengan formulasi perhitungan penyusutan sama dengan harga
perolehan dikurangi niali sisa dari aset tersebut, dan tidak dibaenarkan nilai buku
sama dengan nol, karena adanya taksasi sisa.
Sistem pencatatan aset tetap yang terdiri dari Aset Tanaman dan Aset Non
Tanaman dalam kebijakan akuntansi PTPN I (Persero) disajikan secara Historical
yang dilakukan berdasarkan metode garis lurus (straight line method), sehingga pada
saat tertentu akan muncul nilai buku suatu aset bernilai satu rupiah.
Nilai satu rupiah dalam pandangan PSAK No. 16 (Revisi 2007) dianggap
usang dan tidak wajar, karena itu konsekuensinya mengharuskan PTPN I (Persero)
menganut dan mengaplikasikan PSAK No.16 (revisi 2007) dengan ketentuan aset
yang lama di neraca jika memakai cost model harus dilakukan revaluasi setiap akhir
tahun, dan untuk aset perolehan baru mengharuskan perhitungan taksasi nilai buku
yang pasti setelah berakhirnya umur ekonomis.
Dalam operasional pembukuan PTPN I (Persero) aset tetap yang bernilai satu
rupiah terdapat diseluruh kebun dan unit kerja sebanyak 10.746 unit dengan niali
Rp. 10.746 yang mana sesuai dengan ketentuan PSAK No. 16 hharus dilakukan
revaluasi aset tetap. Pemberlakuan ini menuntut pertimbangan yang sangat matang
karena kondisi cash flow perusahaan belum mampu membayar pajak pertambahan
nilai dari Revaluasi aset ini. Sepanjang persepsi IAI dengan perpajakan dalam
pandangan yang berbeda, maka perusahaaan akan keberatan dengan pengenaan
pajak pertambahan nilai tersebut dan sulit untuk diberlakukan.
6. Pengeluaran atas Aset Tetap PT. Perkebunan Nusantara I (Persero)
Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan selama masa penggunaan aset tetap
terbagi atas dua jenis, yakni Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran Tidak Rutin. Dimana
Pengeluaran Rutin dikeluarkan untuk mempertahankan produktivitas tanaman,
memperbaiki (repair) dan merawat (maintenance) aset tetap non tanaman, dan
diperlakukan sebagai beban tahun berjalan Dengan mengacu pada pembagian
pengeluaran menurut akuntan, maka pengeluaran-pengeluaran rutin ini disebut pula
Karena aset PTPN I (Persero) terdiri atas aset tetap tanaman dan non tanaman,
maka pengeluaran rutin dilakukan atas kedua jenis aset tetap tersebut juga berbeda.
Biaya untuk merawat dan mempertahankan produktivitas tanaman dikeluarkan untuk
tanaman menghasilkan, dan terdiri dari biaya-biaya menyiangi dan merumput,
pemberantasan hama dan penyakit, pemangkasan serta pemupukan.
Sedangkan Pengeluaran Tidak Rutin nilainya relatif material dan dilakukan
untuk menambah masa manfaat aset tetap tersebut, oleh karena itu pengeluaran tidak
rutin ini disebut pula dengan Pengeluaran Modal (capital expenditure). Pengeluaran
Tidak Rutin yang dilakukan untuk perbaikan aset non tanaman yang menambah masa
ekonomisnya, akan dikapitalisasikan pada nilai perolehan aset tersebut.
Didalam prakteknya seluruh pengeluaran beban untuk tanaman belum
menghasilkan (TBM) akan dikapitalisasi dan akan disusutkan selama masa manfaat
tau umur ekonomis dari aset tersebut, yang akan diperhitungkan pada tahun setelah
tanaman tersebut menghasilkan. Beban penyusutan aaset non tanaman, kecuali
mesin-mesin dan instalasi pabrik dialokasikan dalam perhitungan laba rugi tahun berjalan.
Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada perhitungan laba rugi pada saat
terjadi, sedangkan biaya persiapan panen dibebannkan pada beban produksi sejak
tanaman yang bersangkutan ditetapkan sebagai Tanaman Menghasilkan (TM).
Tanaman mulai disusutkan pada saat tanaman tersebut dinyatakan telah menghasilkan.
Tanaman karet dinyatakan menghasilkan apabila umurnya telah mencapai 6
tahun dan 60 % dari jumlah pohon per blok telah mencapai ukuran lilit batang 50 cm
atau lebih. Sedangkan Tanaman Kelapa Sawit dinyatakan menghasilkan apabbila
umur Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) telah mencapai 3,5 tahun dan produksi