GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI LATEKS PT. SOCFINDO KEBUN KARET
AEK PAMIENKE RANTAU PRAPAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
NIM. 061000052 IRMA YENI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI LATEKS PT. SOCFINDO KEBUN KARET
AEK PAMIENKE RANTAU PRAPAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh:
NIM. 061000052 IRMA YENI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :
GAMBARAN SIKAP KERJA DAN KELUHAN KESEHATAN PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI LATEKS PT. SOCFINDO KEBUN KARET
AEK PAMIENKE RANTAU PRAPAT TAHUN 2010 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 061000052 IRMA YENI
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 22 Desember 2010
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
NIP.196202061992031002 NIP. 197911072005012003 (Eka Lestari Mahyuni SKM, M.Kes)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian kepada pekerja bagian produksi lateks mengenai sikap kerja dan keluhan kesehatan di PT.Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja bagian produksi lateks.
Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja bagian produksi lateks dengan sampel sebanyak 18 pekerja. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara dengan menggunaan kuesioner yang dipilih berdasarkan total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan pada pekerja bagian produksi lateks yang mengalami keluhan kesehatan dengan sikap kerja duduk terdapat pada bagian tubuh dibahu kiri, bahu kanan, siku kiri, siku kanan, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan, pergelangan kaki kiri, dan pergelangan kaki kanan sebanyak 4 orang (100,0 %), sikap kerja membungkuk pada bagian punggung, bokong, pantat, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, tangan kiri, tangan kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan, pergelangan kaki kanan yaitu sebanyak 3 orang (100,0%), sikap kerja berdiri pada bagian siku kiri, siku kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan yaitu sebanyak 16 orang (100,0%).
Sebaiknya pekerja pada proses produksi melakukan relaksasi otot setelah melakukan pekerjaannya pada waktu istirahat. Diusahakan pekerja melakukan kegiatan berjalan-jalan disekitar tempat kerja pada saat istirahat apabila pekerjaan dilakukan dalam posisi berdiri.
ABSTRACT
Has researched at latex production workers about work posture and healthy sigh in PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat at 2010.
The purpose of this research is to be known description of work posture and health of their worker sigh.
This research is a descriptive study. The population in this study were all workers are part of the production of latex with a sample of 18 workers. Data collection methods used in the study were interviews with selected questionnaire uses the total based on sampling.
The results research at latex production workers experiencing healthy sigh with sit posture is find in left shoulder, right shoulder, left elbow, right elbow, left forearm, right forearm, right wrist, left thigh, right thigh, left knee, right knee ,left anat, right anat as much as 4 persons (100,0%), bowed posture is find in the back, buttock, left elbow, right elbow, right forearm, left hand, right hand, left thigh, right thigh, left knee, right knee, right anat as much as 3 persons (100,0%), stand posture is find in left elbow, right elbow, left thigh, right thigh, left knee, right knee as much as 16 persons (100,0%).
We recommend that workers at the production process to relax the muscles after doing work in the breaks. Workers labored conducting a walk around the workplace at rest when the work is done in a standing position.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : IRMA YENI
Tempat/Tanggal Lahir : Pangkalan Berandan/ 10 Maret 1989 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 2 dari 4 bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jln. Tanjung pura Gg.Salmah Pelawi Pangkalan Berandan Sumatera Utara
Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 9 Pelawi
2. Tahun 2000-2003 : SLTP Negeri 2 Babalan 3. Tahun 2003-2006 : SMA Negeri 1 Babalan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penullis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
”Gambaran Sikap Kerja dan Keluhan Kesehatan pada Pekerja Bagian Produksi
Lateks PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010”,
guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat.
Dalam penulisan ini, saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini
tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya sebagai manusia yang tidak luput dari segala kekurangan.
Selama penulisan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bimbingan,
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).
2. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt. MS, selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Ir.Kalsum, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan dr.Halinda Sari Lubis,
MKKK selaku dosen pembimbing II, Bapak Dr. Ir.Gerry Silaban M.Kes selaku dosen penguji III dan Ibu Eka Lestari Mahyuni SKM, M.Kes selaku dosen penguji IV yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang dapat
4. Kepada orang tua saya, Ayahanda (Muhammad Yahya) dan Ibunda (Zarni.Z),
dan saudaraku kak Lia, adikku Vina dan Deri yang banyak memberi dukungan dan senantiasa mendo’akan penulis selama ini.
5. Pihak pimpinan, staff dan karyawan PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Kabupaten Labuhan Batu yang banyak membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Terima kasih kepada keluarga Pak Suhadi dan Bu Manja yang selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
7. Terima kasih buat Kak Saul Frengky Hutagalung yang memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Terima kasih kepada Rozhi Ananda Sitepu yang telah memberikan dukungan
dan bantuan baik moral, materi, serta kasih sayang yang tulus dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi.
9. Buat Sahabat-sahabat yang di FKM USU, di SMA serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuan serta do’a selama ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam
rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2010
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Berdasarkan Kelompok Umur di PT. Socfindo Kebun Aek
Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010 ... 27 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks
Berdasarkan Pendidikan di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke
Rantau Prapat Tahun 2010 ... 28 Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks
Berdasarkan Pekerjaan di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke
Rantau Prapat Tahun 2010 ... 28 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks
Berdasarkan Sikap Kerja di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke
Rantau Prapat Tahun 2010 ... 29 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks
Berdasarkan Lama Kerja di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke
Rantau Prapat Tahun 2010 ... 29 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks
Berdasarkan Masa Kerja di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke
Rantau Prapat Tahun 2010 ... 30 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Menurut
Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Kerja Duduk di PT.
Socfindo Kebun Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Menurut
Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Kerja Membungkuk di
PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010 ... 43 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Menurut
Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Kerja Berdiri di PT.
Socfindo Kebun Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010 ... 45 Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Menurut
Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Angkat/Angkut di PT.
DAFTAR GAMBAR
Gamabar 1. Rotasi pinggul (pelvis) pada posisi duduk ... .. 14
Gambar 2. Pengadukan asam cuka manual yang dilakukan secara manual... 32
Gambar 3. Mesin Mobile Crusher ... 33
Gambar 4. Penarikan lateks kemesin Belt Conveyor... 34
Gambar 5. Lateks yang dibantu masuk kedalam Belt Conveyor ... 34
Gambar 6. Lateks yang ditarik kedalam Belt Conveyor... 34
Gambar 7. Pekerja yang merapikan lateks... 37
Gambar 8. Proses penimbangan………... 38
Gambar 9. Proses pengemasan dalam bentuk plastik…... 40
Gambar 10. Lateks yang sudah siap di kemas dalam plastik... 40
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian kepada pekerja bagian produksi lateks mengenai sikap kerja dan keluhan kesehatan di PT.Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja bagian produksi lateks.
Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja bagian produksi lateks dengan sampel sebanyak 18 pekerja. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara dengan menggunaan kuesioner yang dipilih berdasarkan total sampling.
Hasil penelitian menunjukkan pada pekerja bagian produksi lateks yang mengalami keluhan kesehatan dengan sikap kerja duduk terdapat pada bagian tubuh dibahu kiri, bahu kanan, siku kiri, siku kanan, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan, pergelangan kaki kiri, dan pergelangan kaki kanan sebanyak 4 orang (100,0 %), sikap kerja membungkuk pada bagian punggung, bokong, pantat, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, tangan kiri, tangan kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan, pergelangan kaki kanan yaitu sebanyak 3 orang (100,0%), sikap kerja berdiri pada bagian siku kiri, siku kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan yaitu sebanyak 16 orang (100,0%).
Sebaiknya pekerja pada proses produksi melakukan relaksasi otot setelah melakukan pekerjaannya pada waktu istirahat. Diusahakan pekerja melakukan kegiatan berjalan-jalan disekitar tempat kerja pada saat istirahat apabila pekerjaan dilakukan dalam posisi berdiri.
ABSTRACT
Has researched at latex production workers about work posture and healthy sigh in PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat at 2010.
The purpose of this research is to be known description of work posture and health of their worker sigh.
This research is a descriptive study. The population in this study were all workers are part of the production of latex with a sample of 18 workers. Data collection methods used in the study were interviews with selected questionnaire uses the total based on sampling.
The results research at latex production workers experiencing healthy sigh with sit posture is find in left shoulder, right shoulder, left elbow, right elbow, left forearm, right forearm, right wrist, left thigh, right thigh, left knee, right knee ,left anat, right anat as much as 4 persons (100,0%), bowed posture is find in the back, buttock, left elbow, right elbow, right forearm, left hand, right hand, left thigh, right thigh, left knee, right knee, right anat as much as 3 persons (100,0%), stand posture is find in left elbow, right elbow, left thigh, right thigh, left knee, right knee as much as 16 persons (100,0%).
We recommend that workers at the production process to relax the muscles after doing work in the breaks. Workers labored conducting a walk around the workplace at rest when the work is done in a standing position.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam upaya mencapai
visi tersebut ditetapkan program-program unggulan salah satunya program keselamatan dan kesehatan kerja (Suma’mur, 1996).
Program kesehatan kerja merupakan suatu upaya kesehatan kerja bagi masyarakat pekerja dimana bentuk program tersebut adalah upaya pelayanan kesehatan kerja, yaitu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pekerja
mencakup upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan (Depkes, 2003). Upaya
perlindungan terhadap bahaya yang timbul, pencapaian ketenangan dan ketentraman tenaga kerja dengan cara yang aman merupakan kebutuhan yang mendasar, salah satu upayanya adalah memberikan perlindungan terhadap kesehatan tenaga kerja
(Suma’mur, 1996).
Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum (Suma’mur,
1996). Dengan kesehatan yang baik manusia mampu bekerja dan berprestasi, bagi
salah satu upaya untuk mencapai kesehatan tenaga kerja adalah dengan menerapkan
ergonomi di lingkungan kerja (Wignjosoebroto, 2000).
Ergonomi juga mempelajari interaksi antara manusia dengan obyek yang
digunakannnya dan terhadap lingkungan tempat manusia bekerja. Penerapan ergonomi yang benar ditempat kerja bertujuan agar pekerja selalu dalam keadaan sehat, aman, nyaman, produktif dan sejahtera. Sebaliknya apabila penerapan
ergonomi dilakukan dengan tidak benar dan tidak sesuai dengan aspek didalam ergonomi malah berakibat timbulnya keluhan dan penyakit kerja akibat pekerjaannya
(Santoso, 2004).
Dengan melakukan sikap kerja yang baik maka pekerja telah menerapkan ergonomi. Ada beberapa aspek dalam penerapan ergonomi yang perlu diperhatikan
salah satunya adalah faktor sikap tubuh dalam bekerja, yaitu semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja, misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi
jangkauan tangan harus dihindarkan (Anonim, 2010).
Sikap kerja dibutuhkan dalam beberapa jenis pekerjaan tertentu yang kadang-kadang cenderung untuk tidak mengenakkan, kondisi kerja seperti ini memaksa
pekerja selalu berada pada sikap kerja yang “aneh” dan kadang-kadang juga harus berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan
pekerja cepat lelah, membuat banyak kesalahan atau mengalami keluhan kesehatan (Anonim, 2010). Misalnya bekerja dengan sikap punggung yang selalu membungkuk akan menimbulkan keluhan sakit pada otot punggung (Notoadmojo, 1997).
Medan Plaza Tahun 2004” dimana dikatakan sebanyak 23% kasir mengalami keluhan
pada perut. Pada sikap kerja duduk, hal ini biasa terjadi karena dengan sikap duduk, otot-otot perut menjadi lembek dan jika sikap duduk sedikit membungkuk tidak baik
bagi alat pencernaan (Laurensia, 2004).
Sesuai survei pendahuluan yang peneliti lakukan di desa Aek Pamienke, Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Provinsi Sumatera Utara,
terdapat perkebunan karet yang merupakan unit perusahaan PT. Socfindo, yang bergerak disub sektor perkebunan bidang formal usaha. Dimana pekerja dalam
melakukan pekerjaan pada sikap kerja yang salah dan bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan antara lain nyeri dan kelelahan.
Perkebunan Aek Pamienke ini bergerak dibidang perkebunan karet dan pabrik
pengolahan karet terutama dalam menghasilkan lateks, dan tenaga kerja yang ada bekerja dengan berbagai jenis pekerjaan, salah satunya adalah pekerja yang bekerja
bagian produksi. Dibagian produksi karet lateks ada beberapa kegiatan yang dilakukan, adapun proses kegiatannya yaitu pensortiran, pencampuran (blending) makro, penggilingan dan pencincangan, pembutiran, pengeringan, pengempaan
bandela, dan pengemasan.
Pada proses pensortiran karet diletakkan ke dalam bulking tank dimana
tujuannya untuk mendapatkan mutu penyeragaman yang baik, lateks diaduk minimal selama 5 menit sebelum dialirkan kedalam coagulating pitch dan selanjutnya pengadukan diupayakan terus berlangsung selama lateks sedang dialirkan kedalam
coagulating pitch dan saat pensortiran pekerja berdiri disamping bak pensortiran
Selanjutya proses pencampuran (blending) makro dimana lateks dimasukkan
kedalam coagulating pitch ditambahkan bahan asam cuka larutan 2,5 % dari acid
tank melalui pipa acid yang tersedia. Proses koagulasi dibiarkan minimal selama 8
jam dan selanjutnya coagulum diremah pada instalasi berikutnya. Pada saat proses pencampuran (blending) makro posisi pekerja berdiri diatas bak.
Dari coagulating pitch karet ditarik kedalam mesin mobile crusher. Pada
proses ini posisi pekerja membungkuk dimana penggilingan dan pencincangan karet diambil dengan alat pengait yang disebut ”gancu” oleh salah seorang operator.
Selanjutnya bahan dimasukkan kedalam mesin belt conveyor dan digiling untuk persiapan peremahan pada instalasi selanjutnya.
Pada proses pembutiran terjadi beberapa proses produksi diantaranya
:prebeaker yaitu dilakukan pembutiran produk dengan working diaplate diameter (hole) 30 mm untuk persiapan penyeragaman pada instalasi berikutnya yaitu pada bak
blending (blending tank) dimana produk yang telah melalui pembutiran ada
prebeaker diseragamkan dengan bantuan sirkulasi dari jetting pump yang tersedia.
Lalu memasuki proses fine extruder dilakukan pembutiran produk dengan working
plate diameter (hole) 2,5 mm untuk persiapan pengeringan produk pada dryer.
Dilanjutkan dengan proses pengeringan dimana setelah produk mengalami
proses pembutiran pada fine extruder, produk tersebut diisi kedalam box dryer dan dikirim melalui trolly dyer kedalam dryer untuk dikeringkan. Pada proses pengeringan ini seorang pekerja berdiri untuk mengawasi proses sambil berjalan
Proses selanjutnya adalah pengempaan bandela pada karet, dimana karet telah
dikeringkan lalu dilakukan proses bongkar box lalu melewati proses washing dryer
box dimana karet tersebut dicuci. Setelah itu dilakukan penimbangan kemudian
diambil untuk dimasukkan kedalam mesin press sehingga karet tersebut menjadi lebih padat dan menyatu dan siap untuk ketahap pengemasan. Pada tahap terakhir yaitu proses pengemasan dengan menggunakan plastik kantongan transparan yang
dilakukan oleh pekerja yang berdiri didepan meja pengemasan, setelah selesai karet siap untuk diangkut dan dikemas dalam peti dan siap untuk dikirim ke Belawan.
Kegiatan-kegiatan pada proses produksi ini memungkinkan tenaga kerja mengalami gangguan ataupun keluhan kesehatan karena sikap kerja yang salah dikarenakan posisi yang paling dominan dilakukan oleh pekerja tersebut adalah posisi
membungkuk dan berdiri. Dari survei pendahuluan ini pekerja mengalami gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang salah.
Keluhan yang dialami sangat beragam antara lain sakit pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri bahu dan punggung. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin melakukan
penelitian mengenai ”Gambaran Sikap Kerja dan Keluhan Kesehatan Pada Pekerja Bagian Produksi Lateks PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Tahun 2010”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja
bagian produksi lateks PT.Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran sikap kerja pada pekerja bagian produksi lateks di kebun Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010.
2. Untuk mengetahui gambaran keluhan kesehatan pada pekerja bagian produksi lateks di kebun Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada pihak perusahaan dan pekerja mengenai
sikap kerja dan keluhan kesehatan yang terdapat dalam bekerja.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penelitian.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakuka n penelitian lebih lanjut mengenai sikap kerja dan dampaknya pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Karet
Hasil tanaman karet tidak hanya berupa getah, namun juga kayu dan bijinya.
Lateks merupakan hasil utama tanaman karet mempunyai hasil akhir seperti SIR, RSS. Dalam pengolahan karet remah digunakan dua macam bahan baku yaitu lateks
dan lower ditambah gumpalan mutu rendah.
Pada Industri karet pengolahan menjadi penting karena getahnya tidak dapat dikonsumsi langsung oleh konsumen tetapi harus diolah terlebih dahulu oleh unit
pengolahan menjadi berbagai macam barang kebutuhan konsumen.
Pada setiap tahap pengolahan lateks untuk produksi crumb rubber mulai dari
penerimaan lateks dari lapangan, pengolahan (breding), pensortiran, pencampuran, penggilingan, pengeringan, sampai pengempaan bandela dan membungkus (packing) harus dipastikan bahwa produksi yang diolah tidak tercemar dengan benda asing
(foreign matter) dan karet kering masak dengan sempurna dan mutu seragam sesuai dengan standar yang berlaku (standart Indonesia rubber) atau permintaan pembeli
2.2. Ergonomi
2.2.1. Definisi Ergonomi
Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja
dan nomos yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa negara Eropa Barat, dan di Amerika istilah ini lebih
dikenal sebagai Human Faktors Engineerings atau Human Engineering (Wignjosoebroto, 2000). Istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang
aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
engineering, manajemen dan desain peralatan (Nurmianto dalam Santoso, 2004).
Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis. Keluhan yang dialami antara lain: sakit pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki,
keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri bahu dan punggung (Notoadmojo, 1997). Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera antara lain:
1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau
dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.
2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsip-prinsip ergonomi.
3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus istirahat
4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maksimum
yang diperbolehkan (Wignjosoebroto, 2000).
Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan poduksi
yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan yang mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain :
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus
melayani mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).
2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar punggung
tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.
3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.
4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah
penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).
5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah.
6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan
sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan
lengan.
7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan
dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh ILO sebesar 50kg.Cara mengangkat dan menolak hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu.
Beban hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukungnya.
8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien
dan kualitas kerja sangat menurun (Suma’mur, 1996).
Dalam ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan
keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas kerja. Di
dalam ergonomi terbagi dalam 3 aspek, yaitu antropometri, sikap kerja dan lingkungan kerja. Dan disini akan dibahas mengenai sikap kerja (Adeyani, 2010).
2.2.3. Sikap Kerja
Sikap kerja merupakan penilaian kesesuaian antara alat kerja yang digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja dengan
ukuran-ukuran yang telah ditentukan (Budiono dalam Rahayu, 2005). Sikap kerja adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan (Sada dalam
Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas
atau tidak puas terhadap pekerjaannya (Aniek dalam Purwanto, 2008). Kemudian pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat
bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja.
Sikap tubuh merupakan faktor resiko ditempat kerja. Manusia di muka bumi ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, mari kita mempelajari bagaimana sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produk yang maksimal (Anonim, 2010).
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya
diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku.
Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan
atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah antara 90-95 cm dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm.
a. Posisi duduk atau bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan :
1. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya. 2. Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
3. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan. b. Posisi bekerja dengan berdiri :
Berdiri dengan posisi yang benar dengan tulang punggung yang lurus dan
bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai.
Selain itu sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam gerak, arah dan kekuatan) (Suma’mur, 1996).
Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu:
1. Kerja posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas,
panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka (musculoskletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat
ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso, 2004).
Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140%
perlu sikap duduk yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Nurmianto dalam
Santoso, 2004).
Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk
terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot-otot punggung menjadi terasa enak dan tidak menghalangi pernafasan. Pekerjaan
sejauh mungkin dilakukan sambil duduk.
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut: kurangnya
kelelahan pada kaki, terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi, dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah (Suma’mur, 1989).
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator
bekerja yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif dan operator juga lebih kuat bekerja sehingga lebih cekatan dan mahir. Namun sikap duduk yang keliru akan merupakan
penyebab adanya masalah-masalah punggung.
Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian
punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau pun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%, maka cara duduk yang tegang
140% dan cara yang dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan
tekanan tersebut sampai 190%.
Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau
urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam suatu lekukan tulang belakang pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 90o
tidak akan dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha. Urat-urat lutut dan otot gluteal pada bagian belakang paha
dihubungkan sampai bagian belakang pinggul dan menghasilkan suatu rotasi parsial dari pinggul (pelvis), termasuk tulang ekor atau (sacrum). Hal tersebut hanya menghasilkan 60o-90o kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada
persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu perolehan 30o dari rotasi pinggul searah dengan lekukan tulang belakang (lordosis) dan bahkan
memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah depan (kyphosis). Lihat gambar berikut:
Dua bagian ruas tulang belakang (lumbar) yaitu gambar a dan b adalah
yang paling sering dipengaruhi dan termasuk dalam ”slipped disc syndrome”. Kliphosis dapat sering terjadi akibat sikap duduk pada saat membaca dimeja
yang terlalu kedepan.
Tekanan antar ruas tulang belakang akan meningkat pada saat duduk jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian-bagian tulang yang
saling bertekanan. Seperti cara duduk di kendaraan dimana ada getaran (vibrasi), dan dimana seseorang tidak siap untuk mengubah sikap duduknya.
Bangkit dan bergerak-gerak adalah sangat berpengaruh bagi ruas tulang-tulang karena meningkatkan difusi nutrisi bagi tulang-tulang tersebut. Oleh karena itu sikap duduk yang benar sangat diharapkan. Hal ini dapat dicapai dalam
situasi kantor jika kursi-kursinya disandari oleh seseorang, dan selanjutnya terjadi perubahan dari kyphosis (lekukan ruas tulang belakang kearah
belakang). Dan yang pasti seseorang tidak dapat melakukan hal ini pada saat mengendarai kendaraan.
KDC Troup (Applied Ergonomics, 1978, V 9, P.207). memberi suatu
catatan yang sangat baik “nyeri atau sakit di punggung dan pencegahannya (“Driver’s back pain its prevention”). Beliau menyelesaikan studi yang
2. Kerja posisi berdiri
Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini akan membuat bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang
tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja (Santoso, 2004).
Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak direpotkan
untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi penahanan yang kuat pada tali
sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan (Santoso, 2004).
Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada
tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang diungkapkan Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan bahwa untuk jenis
pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku (Santoso,
3. Membungkuk
Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk
tanpa sandaran dan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok (Santoso dalam Romanenko, 2004). Yang mana posisi kerja yang baik adalah
bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk (Romanenko dalam
Suma’mur, 1989).
Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk juga konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan
tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang
yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman.
1. Sikap Kerja Alamiah Atau Postur Normal
Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau
penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan Musculoskeletal
a. Pada tangan dan pergelangan tangan
Sikap normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring ataupun mengalami fleksi
atau ekstensi. Ketika penggunaan keyboard tidak ada tekanan pada pergelangan tangan.
b. Pada leher
Sikap atau posisi normal leher lurus dan tidak miring atau memutar ke samping kiri atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20° sehingga tidak
terjadi penekanan pada discus tulang cervical. c. Pada bahu
Sikap atau posisi normal pada bahu adalah tidak dalam keadaan mengangkat
dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan proporsional.
d. Pada punggung
Sikap atau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri atau ke
kanan. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°.
2. Sikap Kerja Tidak Alamiah Atau Postur Janggal
Sikap kerja tidak alamiah atau postur janggal adalah pergeseran dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dari postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama.
Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang
otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan juga dapat mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat penopang
otot-otot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai dengan gerakan bahu yang mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun yang kanan (Merulalia, 2010).
2.3. Kelelahan Otot 2.3.1. Pengertian Kelelahan
Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan
fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas. Kekuatan ditentukan jumlah yang besar dari serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi. Sebelum kontraksi (mengerut), darah diantara serat-serat otot atau diluar
pembuluh-pembuluhnya terjepit, sehingga peredaran darah dan pertukaran zat terganggu dan disebut dengan kelelahan otot. Kerutan yang selalu diselingi pelemasan, disebut
kontraksi dinamis sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot. Kerja terus menerus dari suatu otot sekalipun bersifat dinamik selalu diikuti dengan kelelahan, sehingga istirahat dalam bekerja atau sesudah kerja sangat penting.
Kelelahan akan menurunkan kinerja dan meningkatnya kesalahan kerja yang memberi peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Kelelahan adalah suatu
keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang dapat disebabkan oleh kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik umum, kelelahan syaraf, kelelahan oleh lingkungan yang monoton,
Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan
umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot (perasaan nyeri pada otot), sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan karena monotoni, intensitas, lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Suma’mur, 1996).
2.3.2. Berdasar Waktu Terjadi Kelelahan 1) Kelelahan akut
Yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
2) Kelelahan kronis
Kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan “kebencian”
yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan,
detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain.
2.3.3. Berdasar Penyebab Kelelahan Otot 1) Kelelahan fisiologis
2) Kelelahan psikologis
Terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana
kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan. 2.3.4. Kerja Otot
Kerja fisik sering disebut kerja otot, dan otot-ototlah yang menjadi sebab
gerakan tubuh, menduduki sekitar 45% dari berat tubuh dan bekerja dengan mengerut atau kontraksi. Pengerutan otot kadang-kadang dapat membuat panjang otot menjadi
setengahnya dari keadaan semula, sehingga kemampuan kerja suatu otot tergantung antara lain pada panjangnya, otot dan tulang merupakan dua alat penting dalam bekerja.
Keluhan pada otot merupakan salah satu indikator untuk mengevaluasi penerapan ergonomi. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi kekuatan otot dan
menimbulkan keluhan otot antara lain posisi kerja yang tidak alamiah (awkward
Posture), pengulangan pekerjaan pada satu jenis otot, tenaga yang berlebihan, posisi
kerja yang statis, terjadi kontak bagian tubuh dengan lingkungan atau pun peralatan
2.4. Kerangka Konsep
Keluhan Kesehatan Pekerja
Bagian Produksi Lateks
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja bagian produksi lateks PT. Socfindo
Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat Tahun 2010.
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kebun Aek Pamienke Rantau Prapat Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena belum pernah dilakukan penelitian
mengenai keluhan kesehatan pada pekerja pabrik bagian produksi lateks dikebun karet Aek Pamienke Rantau Prapat.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Desember 2010.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian adalah semua pekerja pabrik yang bekerja dibagian
produksi lateks pada bagian pensortiran, penggilingan dan pencincangan, pencampuran (blending) makro, pembutiran, pengeringan, pengempaan bandela, dan pengemasan lateks di kebun Aek Pamienke Rantau Prapat yang berjumlah 18 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah semua pekerja pabrik bagian produksi karet di Kebun Aek Pamienke Rantau Prapat yang berjumlah 18 orang. Pengambilan sampel dengan
menggunakan Total Sampling karena jumlah populasi yang sedikit, sehingga semua populasi dijadikan sampel penelitian.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara:
1. Sikap kerja pada pekerja pabrik bagian produksi karet di Kebun Aek Pamienke Rantau Prapat melalui observasi.
2. Data diperoleh dengan wawancara mengenai keluhan kesehatan ditinjau dari
sikap kerja yang dialami dengan menggunakan kuesioner yang bersumber dari
Nordic Body Map (Santoso, 2004).
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Kantor PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat yaitu tentang gambaran umum, data pekerja, dan data
kesehatan pekerja di PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat
3.5. Defenisi Operasional
1. Pekerja adalah orang yang melakukan kegiatan bagian produksi lateks.
2. Bagian produksi karet adalah proses poduksi berupa pensortiran, penggilingan dan pencincangan, pencampuran (blending) makro, pembutiran, pengeringan,
3. Sikap kerja adalah gerakan dan posisi tubuh pada saat pekerja sedang melakukan
pekerjaannya dibagian produksi lateks pada bagian pensortiran, penggilingan dan pencincangan, pencampuran (blending) makro, pembutiran, pengeringan,
pengempaan bandela, dan pengemasan lateks.
4. Keluhan kesehatan adalah keluhan yang dirasakan pada pekerja bagian produksi karet pada saat bekerja sehubungan dengan sikap kerja saat melakukan
pekerjaannya.
3.6. Teknik Analisa Data
Hasil yang diperoleh dari wawancara dengan menggunakan kuesioner akan diolah dan disajikan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa secara deskriptif untuk menjelaskan gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Perkebunan Aek Pamingke terletak di kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara ± 235 Km dari Medan. Kegiatan kebun adalah perkebunan karet dan pabrik pengolahan karet di Kebun Aek Pamienke yang merupakan salah satu unit
perusahaan PT. Socfindo.
PT. Socfindo ini mempunyai kantor besar dikota Medan yang memiliki
perkebunan kelapa sawit dan karet di dua propinsi, yaitu propinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam. Dimana luas areal kebun kelapa sawit untuk propinsi Nangroe Aceh Darussalam sekitar 17.597 Ha dan luas areal kebun karet untuk
propinsi Sumatera Utara sekitar 30.178 Ha.
Perkebunan dan pabrik karet Aek Pamienke merupakan milik PT. Socfindo
yang tersebar di beberapa lokasi perkebunan di Kecamatan Aek Natas, Kabupaten Labuhan Batu Utara. Jenis tanaman yang dikelola adalah karet. Bentuk kepemilikan adalah perkebunan swasta asing dengan sistem dan pola perkebunan besar murni dan
dikelola sejak tahun 1925.
Pembangunan PT. Socfindo bertujuan untuk memanfaatkan potensi sumber
daya alam, mendukung pembangunan perekonomian nasional melalui peningkatan ekspor disektor non migas, membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya dan mendorong pembangunan wilayah serta memberikan keuntungan bagi
Pemanfaatan potensi sumber daya alam secara bijaksana harus diintegrasi
dengan upaya melestarikan kemampuan lingkungan hidup yang sesuai dan seimbang guna menunjang pembangunan berlanjut dan berkesinambungan, dilaksanakan
dengan kebijaksanaan terpadu dan menyeluruh serta mempertimbangkan kebutuhan generasi sekarang dan mendatang.
4.2. Karakteristik Pekerja Bagian Produksi Lateks 4.2.1. Umur
Keadaan umur pekerja bagian produksi lateks PT. Socfindo kebun karet Aek
Pamienke Rantau Prapat tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.1.:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Berdasarkan Kelompok Umur di PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010
Pembagian kelompok umur didasarkan atas nilai median umur responden
yaitu 34 tahun. Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa frekuensi umur <34 tahun sama dengan umur ≥ 34 tahun.
No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persen (%)
1 < 34 9 50,0
2 ≥ 34 9 50,0
4.2.2. Pendidikan
Keadaan pendidikan pekerja bagian produksi lateks PT. Socfindo kebun karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.3.:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Berdasarkan Tingkat Pendidikan di PT. Socfindo kebun karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010
No Pendidikan Jumlah (orang) Persen (%)
1 SD 7 38,9
2 SMP 3 16,7
3 SMA 8 44,4
Jumlah 18 100,0
Berdasarkan tabel 4.2. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar berada pada
tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 8 orang (44,4%).
4.2.3. Pekerjaan
Keadaan pekerjaan pekerja bagian produksi lateks PT. Socfindo kebun karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.4.:
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Berdasarkan Pekerjaan di PT. Socfindo kebun karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010
2 Pencampuran (Blending) Makro (Coagulation Pitch) 2 11,1
3 Penggilingan (Mobile Crusher) 1 5,6
4 Pengeringan (Feeding Dryer) 2 11,1
5 Pengeringan (Operator Trolley Dryer) 1 5,6
6 Pengeringan (Bongkar Box) 2 11,1
7 Pengeringan (Washing Dryer Box) 1 5,6
8 Pengempaan Bandela (Weighing Bale) 1 5,6
9 Pengempaan Bandela (Balling Press Bale) 1 5,6
10 Pengemasan (Packing Crate) 3 16,7
11 Pengemasan (Crumb Rubber Store) 1 5,6
Berdasarkan tabel 4.3. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar yang
mendapat keluhan kesehatan berada pada dua pekerjaan yaitu Pensortiran (Bulking
Tank) dan Pengemasan (Packing Crate) sebanyak 3 orang (16,7 %).
4.2.4. Sikap Kerja
Keadaan sikap kerja pekerja bagian produksi lateks PT. Socfindo kebun karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.5.:
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Berdasarkan Sikap Kerja di PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.4. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar berada pada
sikap kerja berdiri yaitu sebanyak 16 orang (88,9 %). 4.2.5. Lama Kerja
Keadaan lama kerja pekerja bagian produksi lateks PT. Socfindo kebun karet
Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.6.:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Berdasarkan Lama Kerja di PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010
No Lama Kerja (jam/hari) Jumlah (orang) Persen (%)
1 7 18 100,0
Jumlah 18 100,0
Berdasarkan tabel 4.5. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar responden
4.2.6. Masa Kerja
Keadaan masa kerja pekerja bagian produksi lateks PT. Socfindo kebun karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.7.:
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Berdasarkan Masa Kerja di PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke Rantau Prapat tahun 2010
No Masa Kerja (tahun) Jumlah (orang) Persen (%)
1 < 12 11 61,1
2 ≥ 12 7 38,9
Jumlah 18 100,0
Masa kerja dibedakan atas nilai tengah (median) yaitu 12 tahun. Berdasarkan
tabel 4.6. dapat diketahui bahwa frekuensi terbesar responden bekerja dengan masa kerja <12 tahun yaitu sebanyak 11 orang (61,1 %).
4.3. Sikap Kerja
4.3.1. Sikap Kerja pada Proses Pensortiran
Lateks yang diambil dari kebun kemudian ditaruh dimobil dan dibawa
kepabrik. Setelah sampai dipabrik pekerja mengambil pipa dan mengalirkan lateks dari mobil dengan posisi membungkuk kemudian diletakkan ke dalam bulking tank untuk tujuan penyeragaman.
Selama proses penyaluran lateks dari pipa kedalam bulking tank, pekerja berdiri disamping bulking tank untuk mengawasi masuknya karet kedalam bulking
tank dengan posisi berdiri sambil melihat proses tersebut sehingga menimbulkan
keluhan kesehatan dibagian kaki.
Karet dikumpulkan semaksimal mungkin sebelum diaduk dengan pH minimal
dilakukan pengenceran yang disesuaikan dengan mutu analisa sebelumnya, lalu lateks
diaduk minimal selama 5 menit dengan mesin sebelum dialirkan kedalam coagulating
pitch. Selanjutnya pengadukan diupayakan terus berlangsung selama lateks sedang
dialirkan kedalam coagulating pitch dengan menggunakan selang.
Pada proses ini terdapat pekerja sebanyak 3 orang yang bekerja dengan posisi berdiri yang mempunyai keluhan kesehatan yang paling dominan diantaranya berupa
keluhan pada bagian punggung dan kaki. Kemudian 2 orang diantara pekerja tersebut ada yang mempunyai keluhan tambahan pada bagian lengan bawah kiri dan
pinggang, dan 1 orang pekerja ada yang mengalami keluhan tambahan pada bagian leher, pergelangan tangan kiri, dan pergelangan kaki kiri.
4.3.2. Sikap Kerja pada Proses Pencampuran (Blending) Makro
Proses pencampuran (blending) makro dimana lateks dialirkan dari bulking
tank ke dalam coagulating pitch dan ditambahkan bahan asam cuka larutan 2,5 %
dari acid tank melalui pipa acid yang tersedia. Apabila diperlukan terkadang lateks didalam coagulating pitch dibantu dengan diaduk manual oleh pekerja agar larutan cuka lebih merata dengan menggunakan tongkat panjang yang terbuat dari bahan
aluminium, sehingga dengan sikap seperti ini pekerja merasakan sakit pada tangannya karena proses pengadukan secara manual tersebut.
Pekerja mengaduk dengan kedua tangannya dan memegang tongkat tersebut sambil membungkuk. Ini dilakukan selama beberapa menit, lalu istirahat sebentar dan melanjutkannya kembali. Akibatnya, pekerja sering merasakan keluhan pada
meratakan getah karet yang dimasukkan melalui selang dari bulking tank dan yang
dicampur dengan asam cuka tersebut.
Pengadukan dilakukan dengan menggunakan tongkat dan setelah selesai satu
bak, maka pekerja pindah ke bak berikut untuk melakukan pengadukan ke bak yang lain. Kemudian disiram dengan Sodium Methabisulfat larutan 2,5% dengan dosis 0,2 kg/ton karet kering pada saat permukaan lateks mulai menjadi koagulum. Proses
koagulasi dibiarkan minimal selama 8 jam dan coagulum diremah pada instalasi berikutnya.
Disini terdapat pekerja sebanyak 2 orang yang bekerja dengan posisi berdiri yang mempunyai keluhan kesehatan yang dominan diantaranya berupa keluhan pada bagian punggung dan pinggang. 1 orang diantara pekerja tersebut ada yang
mempunyai keluhan pada bagian leher, bahu kanan dan kiri, kaki kiri dan kanan, dan 1 orang pekerja lagi mengalami keluhan pada bagian tangan kiri.
4.3.3. Sikap Kerja pada Proses Penggilingan
Penggilingan Lateks dilakukan dengan menggunakan Mobile Cruisher yang bertujuan untuk memipihkan dan mengurangi kadar kotoran dalam Lateks. Lateks
digiling dan dialirkan kedalam bak dimana pekerja masuk kedalam bak untuk menarik lateks ke Belt Conveyor yang mengalami proses pemukulan dan pencincangan dan dilakukan penekanan sehingga menghasilkan bentuk remah. Lateks
ditarik ke Belt Conveyor dengan menggunakan gancu. Dengan sikap pekerja berdiri sedikit membungkuk dan tangan memegang gancu untuk menarik lateks sambil
berjalan mundur kebelakang selama beberapa menit. Disini pekerja mengalami keluhan pada bahu, siku, pinggang, punggung dan terutama pada tangan. Pekerja masuk ke dalam bak yang berisi air dan menariknya dengan berjalan mundur
kebelakang sehingga menimbulkan keluhan kesehatan pada kaki.
Gambar 4. Penarikan lateks kemesin Belt Conveyor
Pada bagian penggilingan terdapat pekerja sebanyak 1 orang yang bekerja
dengan posisi membungkuk yang mempunyai keluhan kesehatan pada bahu kanan dan bahu kiri, lengan atas kiri dan lengan atas kanan, punggung, siku kiri dan siku
kanan, lengan bawah kiri, pinggang, pergelangan tangan kiri, tangan kiri, betis kiri dan betis kanan, kaki kiri dan kaki kanan.
4.3.4. Sikap Kerja pada Proses Pembutiran
Pada proses pembutiran terjadi beberapa proses produksi diantaranya:
prebeaker yaitu dilakukan pembutiran produk dengan working diaplate diameter
(hole) 30 mm untuk persiapan penyeragaman pada instalasi berikutnya yaitu pada bak
blending (blending tank) dimana produk yang telah melalui pembutiran ada
prebeaker diseragamkan dengan bantuan sorkulasi dari jetting pump yang tersedia.
Setelah itu memasuki proses fine extruder dilakukan pembutiran produk dengan working plate diameter atau 2,5 mm untuk persiapan pengeringan produk
pada dryer. Pada saat lateks masuk kedalam prebeaker, pekerja berdiri disamping mesin melihat proses lateks dengan tubuh membungkuk sehingga pekerja merasakan keluhan pada leher, bahu, dan pinggang.
Pada bagian ini terdapat 1 orang pekerja yang bekerja dengan posisi berdiri yang mempunyai keluhan kesehatan berupa keluhan pada bagian leher, bahu kanan,
4.3.5. Sikap Kerja pada Proses Pengeringan
Setelah proses pembutiran pada fine extruder, lateks diisi kedalam box dryer dimana box dryer tersebut akan dikirim melalui trolly dyer kedalam dryer untuk
dikeringkan selama 9-10 menit dengan suhu 100oC-130oC. Pada proses ini pekerja sebagai operator mesin (Operator Dryer Lateks) untuk mengendalikan mesin.
Pada saat melakukan pekerjaannya pekerja duduk dengan posisi punggung
yang tidak rata. Sehingga pekerja mengalami keluhan pada leher, bahu, tangan dan pinggang. Pada proses isi box terkadang pekerja berjalan, berdiri dan membungkuk
disamping mesin sambil mengaduk karet dengan tangan agar rata terisi tiap box. Beberapa dari pekerja mengalami keluhan kesehatan pada bahu, punggung dan pinggang akibat sikap kerja yang membungkuk. Setelah itu lateks masuk kedalam
washing dryer, dan selanjutnya masuk kedalam bongkar box yang dilanjutkan dengan
proses pengempaan bandela.
Disini terdapat 4 orang pekerja dengan posisi berdiri yang mempunyai keluhan kesehatan. Pertama pada proses isi box terdapat keluhan pada bagian leher, bahu kanan, punggung, pinggang, betis kiri dan kanan, pergelangan kaki kiri dan
kanan. Pada operator mesin (Operator Dryer Lateks) pekerja berada pada posisi duduk dan terdapat keluhan pada bagian bahu kanan dan kiri, punggung, pergelangan
tangan kiri, dan betis kiri. Pada proses washing dryer pekerja berada pada posisi berdiri keluhan dirasakan pada bagian leher, bahu kanan dan kiri, lengan atas kanan dan kiri, punggung, lengan bawah kanan dan kiri, pinggang, betis kiri dan kanan,
Gambar 7. Pekerja yang sedang merapikan lateks yang masuk kedalam box
4.3.6. Sikap Kerja pada Proses Pengempaan Bandela
Setelah dikeringkan dengan alat pendinginan Cooling Fan (Blower) hingga
suhu 40oC untuk selanjutnya lateks ditimbang (Weiging Bale) oleh pekerja dengan berat lateks 35kg/bal dengan sikap tubuh membungkuk saat memindahkan lateks dari alat pendinginan dan diletakkan diatas bahu, punggung membungkuk dan kedua
tangan mengangkat lateks dari bongkar box dan ditaruh di alat penimbangan dan berjalan ke alat press. Selesai ditimbang lateks kemudian diangkat ke tempat Balling
Press untuk ditekan sehingga berbentuk segi empat yang disebut bentuk bal. Lateks
yang di press bertujuan agar lateks menjadi lebih padat dan menyatu. Pada saat melakukan pengepressan, pekerja berdiri dan membungkuk saat melakukan
pengepressan. Sehingga beberapa pekerja mengalami keluhan pada leher, bahu, dan punggung. Keluhan yang dirasakan pada lengan dikarenakan proses mengangkat
Pada proses pengempaan bandela terdapat pekerja sebanyak 2 orang yang
bekerja, 1 orang pada bagian penimbangan, 1 orang pada bagian balling press. Pada proses penimbangan sikap kerjanya dengan posisi berdiri dan mempunyai keluhan
kesehatan leher, bahu kanan dan kiri, lengan atas kiri dan kanan, punggung, lengan bawah kiri dan kanan, pinggang, pergelangan tangan kiri, tangan kiri dan kanan, betis kiri dan kanan, kaki kiri dan kaki kanan. Sedangkan pada proses balling press sikap
kerja pekerjanya dengan posisi berdiri yang mempunyai keluhan kesehatan leher, bahu kanan, bahu kiri, punggung, pinggang, lengan bawah kiri dan kanan, tangan kiri
dan kanan, kaki kiri dan kaki kanan.
Gambar 8. Proses penimbangan
4.3.7. Sikap Kerja pada Proses Pengemasan
Setelah lateks selesai di press maka dilakukan pengepakan (Packing Crate). Lateks diangkat dengan cara dengan kedua tangan dan diletakkan diatas bahu lalu
Sedangkan keluhan yang dirasakan pada tangan dikarenakan pekerja
membungkus secara manual dengan menggunakan kedua tangan. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan plastik transparan. Setelah selesai di packing maka
diangkat dengan cara meletakkan lateks diatas bahu dengan sikap membungkuk lalu berdiri tegak dan menaruhnya di dalam peti dan disusun secara teratur sehingga memudahkan proses selanjutnya. Sikap seperti ini membuat pekerja merasakan
keluhan pada bagian leher dan bahu karena sikap membungkuk, keluhan pada tangan karena proses pengepakan, dan keluhan pada punggung dan kaki karena sikap tubuh
membungkuk untuk memaku peti tersebut.
Kemudian dilakukan pengemasan lateks ke dalam bentuk peti (Crum Rubber
Store). Pekerja berdiri memaku peti tersebut dengan sikap tubuh berdiri tegak dengan
satu tangan memegang palu dan tangan yang satu memegang paku yang ditancapkan dipeti. Pekerja juga melakukan dengan sikap tubuh membungkuk dengan lutut sedikit
ditekuk. Setelah selesai, maka lateks siap dikirim ke Belawan.
Pada ini terdapat 4 orang pekerja, 3 orang pada bagian packing, dan 1 orang pada bagian Crumb rubber store. Pada proses pengepakan sikap kerjanya dengan posisi
berdiri dan duduk, keluhan kesehatan yang paling dominan pada bagian leher, bahu kanan dan kiri, punggung, pinggang, kaki kiri dan kanan. 2 orang pekerja memiliki
tambahan keluhan kesehatan pada bagian bokong, tangan kiri kanan, betis kiri dan kanan. Sedangkan proses Crumb rubber store sikap kerja dengan posisi berdiri dan membungkuk mempunyai keluhan kesehatan pada bagian leher, bahu kanan dan kiri,
Gambar 9. Proses pengemasan dalam bentuk plastik (Packing Crate)
Gambar 10. Lateks yang sudah siap dibungkus
4.4. Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Kerja
4.4.1. Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Kerja Duduk
Untuk mengetahui keluhan kesehatan menggunakan nordic body map. Hasil
dari keluhan kesehatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.7. sebagai berikut : Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Menurut
Berdasarkan tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa pekerja bagian produksi
lateks yang mengalami keluhan kesehatan pada sikap kerja duduk berjumlah 4 orang dan keluhan kesehatan paling banyak terdapat pada bagian tubuh dibahu kiri, bahu
4.4.2. Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Kerja Membungkuk
Untuk mengetahui keluhan kesehatan menggunakan nordic body map yang ditanyakan kepada pekerja sesaat setelah bekerja. Hasil dari keluhan kesehatan yang
telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.8. sebagai berikut :
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Menurut
Berdasarkan tabel 4.8. diatas dapat diketahui bahwa pekerja bagian produksi
lateks yang mengalami keluhan kesehatan yaitu pada sikap kerja membungkuk berjumlah 3 orang pekerja. 1 orang pekerja pada bagian Coagulating Pitch, 1 orang
pekerja pada bagian Mobile Crusher, dan 1 orang pada bagian Crum Rubber Store. Dan keluhan kesehatan yang dominan terdapat pada bagian punggung, bokong, pantat, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, tangan
4.4.3. Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Kerja Berdiri
Untuk mengetahui keluhan kesehatan menggunakan nordic body map yang ditanyakan kepada pekerja sesaat setelah bekerja. Hasil dari keluhan kesehatan yang
telah dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.9. sebagai berikut :
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Menurut
Berdasarkan tabel 4.9. diatas dapat diketahui bahwa pekerja bagian produksi
lateks mengalami keluhan kesehatan yaitu pada sikap kerja berdiri berjumlah 16 orang pekerja. Dan yang banyak mengalami keluhan kesehatan pada bagian siku kiri,
4.4.4. Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Angkat/Angkut
Untuk mengetahui keluhan kesehatan menggunakan nordic body map. Hasil dari keluhan kesehatan yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.10. sebagai berikut :
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Pekerja Bagian Produksi Lateks Menurut
Keluhan Kesehatan Ditinjau Dari Sikap Kerja Angkat/Angkut yang dialami oleh pekerja di PT. Socfindo Kebun Karet Aek Pamienke
Berdasarkan tabel 4.10. diatas dapat diketahui bahwa pekerja bagian produksi
lateks yang mengalami keluhan kesehatan pada sikap kerja angkat/angkut berjumlah 5 orang yang bekerja pada bagian 1 orang pada penimbangan megalami keluhan pada
bagian leher, bahu kanan dan kiri, lengan atas kiri dan kanan, punggung, lengan bawah kiri dan kanan, pinggang, pergelangan tangan kiri, tangan kiri dan kanan, betis kiri dan kanan, kaki kiri dan kanan. 3 orang pada proses pengemasan dan keluhan
kesehatan paling banyak terdapat pada bagian tubuh leher, dibahu kiri, bahu kanan, punggung, pinggang, kaki kiri dan kanan. Dan yang terakhir pada proses Crumb
Rubber Store leher, bahu kiri dan kanan, punggung, pinggang, lengan bawah kanan,
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Sikap Kerja
5.1.1. Sikap Kerja pada Pekerja Bagian Produksi Lateks
Pada proses pensortiran ini lateks diolah melalui bulking tank dimana para pekerja berdiri dan membungkuk untuk melihat proses pengolahan karet.
Berdasarkan pengamatan pada proses pensortiran, terdapat sikap kerja yang dapat menimbulkan keluhan kesehatan. Sikap kerja tersebut yaitu posisi kerja yang berdiri
sambil membungkuk dalam waktu 7 jam kerja yang diselang istirahat sehingga menyebabkan sakit terbesar pada punggung, bokong, pantat, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, tangan kiri, tangan kanan, paha kiri,
paha kanan, lutut kiri, lutut kanan, dan pergelangan kaki kanan.
Dalam proses ini pekerja harus berdiri sambil membungkuk pada saat bekerja
dapat menghindari hal tersebut dengan cara berdiri tegak. Begitu juga pada proses pencampuran (blending) makro, pembutiran dan penggilingan di mesin Mobile
Crusher pada lateks. Disini para pekerja berjalan diatas bak koagulasi yang berisi
karet untuk meratakan lateks yang dicampur dengan asam cuka. Posisi pekerja berjalan kedepan dengan sedikit membugkuk dengan menggunakan gancu untuk
mengaduk secara manual. Kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan dimana para pekerja melakukan proses ini dengan sikap tubuh duduk dalam waktu yang lama, berdiri dan membungkuk disamping alat yang mengolah karet sambil mengaduk
Menurut Suma’mur (1989), pekerjaan sejauh mungkin dilakukan sambil
duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah (1) kurangnya kelelahan pada kaki, (2) terhindarnya sikap yang tidak alamiah, (3) berkurangnya pemakaian energi, (4)
dan berkurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
Dalam proses ini, pekerja duduk dengan tubuh membungkuk sehingga menyebabkan keluhan kesehatan pada tubuh. Bagian tubuh yang mengalami keluhan
kesehatan karena duduk yang lama terdapat pada bagian bahu kiri dan bahu kanan, siku kiri, siku kanan, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan
kanan, paha kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan, pergelangan kaki kiri dan pergelangan kaki kanan.
Dilanjutkan dengan proses pengempaan bandela yang mana posisi kerja
berdiri dan membungkuk. Lalu pada saat lateks ditimbang, para pekerja berdiri dengan mengangkat lateks tersebut kealat penimbangan. Pada proses pengangkatan
tubuh pekerja membungkuk untuk mengangkat karet. Sikap seperti ini dapat menimbulkan kesehatan pada punggung, bokong, pantat, lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, tangan kiri, tangan kanan, paha kiri, paha
kanan, lutut kiri, lutut kanan, dan pergelangan kaki kanan. Keluhan yang sama juga dirasakan pada proses pengemasan yang mana sikap kerjanya berdiri dan