PENENTUAN KADAR NaCl DAN KADAR H
2O DALAM
MARGARIN DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI
KARYA ILMIAH
AISAH RANI HRP
092401098
PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
PENENTUAN KADAR NaCl DAN KADAR H
2O DALAM
MARGARIN DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat
mencapai gelar Ahli Madya
AISAH RANI HRP
092401098
PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
PERSETUJUAN
JuduL : PENENTUAN KADAR NaCl DAN KADAR H2O
DALAM MARGARIN DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : AISAH RANI HARAHAP
Nomor Induk : 092401098
Program Studi : DIPLOMA III KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juni 2012
Diketahui/Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing Ketua,
Dra. Emma Zaidar Nasution,M.Si Prof.Dr.Harry Agusnar,M.Sc,M.Phil
NIP : 195512181987012001 NIP :195308171983031002
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU, Ketua,
PENENTUAN KADAR NaCl DAN KADAR H2O DALAM MARGARIN DENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya
Medan, Juni 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-NYA kertas kajian ini berhasil diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih sangat sederhana dan masih jauh dari kesempurnaan, hal ini tidak lain karena ilmu yang diterima penulis masih sangat terbatas. Adapun judul yang diambil penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah “Penentuan Kadar NaCl Dan Kadar H2O Dalam Margarin Dengan Metode
Titrasi Argentometri”. Karya ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Diploma III program studi Kimia Analis FMIPA USU Medan.
Tersusun karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu serta memberikan petunjuk maupun bimbingan, antara lain:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, kekuatan serta kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. 2. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak bersusah payah dan tanpa
pamrih berbuat yang terbaik demi kemajuan anak-anaknya.
3. Ibu Dr, Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Jurusan Departemen Kimia Fmipa USU.
4. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc,M.Phil selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
5. Pimpinan dan seluruh staf PT. SMART Tbk belawan Medan yang telah memberi tempat untuk melaksanakan praktek kerja lapangan dan telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama menjalani PKL.
6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa kimia analis stanbuk 2009 serta semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata dengan penuh harapan dan doa semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca sekalian.
Medan, Juni 2012 Penulis
ABSTRAK
Parameter NaCl diukur dengan menggunakan metode Titrasi Argentometri
sedangkan parameter H2O diukur dengan menggunakan metode pemanasan pada Hot
Plate. Hasil pengukuran kadar NaCl dan Kadar H2O dinyatakan dalam persen (%).
Dari hasil Analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa untuk kadar NaCl dalam
Menara eifel Margarin Krim sebesar 1,8823%, 1,8371% dan 1,8848%, untuk kadar
Mitra Margarin Krim sebesar 1,9681%, 1,9562%, dan 1,9322%, dan untuk kadar
Margarin Palvita belawan sebesar 1,9962%, 1,9357%, dan 1,9977%. Sedangkan untuk
kadar H2O pada Menara Eifel Margarin Krim sebesar 21, 6882%, 21,8601%, dan
21,6802%, untuk kadar Mitra Margarin Krim sebesar 20,0259%, 20,0481%, dan
20,0845%, dan untuk kadar Margarin Palvita belawan sebesar 21,6693%, 21, 8518%,
dan 21, 7416%. Dari hasil yang diperoleh kadar NaCl dan Kadar H2O pada margarin
THE DETERMINATION OF NaCl CONTENT AND H2O CONTENT IN MARGARINE WITH TITRATION ARGENTOMETRY METHOD
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB III.METODOLOGI PERCOBAAN ... 21
3.1.Analisa Kadar NaCl ... 21
3.1.1. Alat-alat ... 21
3.1.2. Bahan ... 21
3.1.3. Prosedur ... 21
3.1.3.1. Pembuatan Larutan Pereaksi (Reagent) ... 21
3.1.3.2. Prosedur Analisa ... 22
3.2.Analisa Kadar H2O ... 23
3.2.1. Alat-alat ... 23
3.2.3. Prosedur ... 23
BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
4.1.Data Analisa ... 24
4.2.Perhitungan ... 25
4.2.1. Kadar NaCl ... 25
4.2.2. Kadar H2O ... 26
4.3.Pembahasan ... 27
BAB V.KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1.Kesimpulan ... 28
5.2.Saran ... 28
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Tebal Tempurung 6
Tabel 2.2 : Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti 15
Kelapa Sawit
Tabel 2.3 : Standart Mutu Special Prime Bleach (SPB), Dibandingkan dengan 16
Mutu Ordinary
Tabel 2.4 : Standart PORAM 17
Tabel 4.1 : Data Hasil Analisis Kadar NaCl 24
ABSTRAK
Parameter NaCl diukur dengan menggunakan metode Titrasi Argentometri
sedangkan parameter H2O diukur dengan menggunakan metode pemanasan pada Hot
Plate. Hasil pengukuran kadar NaCl dan Kadar H2O dinyatakan dalam persen (%).
Dari hasil Analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa untuk kadar NaCl dalam
Menara eifel Margarin Krim sebesar 1,8823%, 1,8371% dan 1,8848%, untuk kadar
Mitra Margarin Krim sebesar 1,9681%, 1,9562%, dan 1,9322%, dan untuk kadar
Margarin Palvita belawan sebesar 1,9962%, 1,9357%, dan 1,9977%. Sedangkan untuk
kadar H2O pada Menara Eifel Margarin Krim sebesar 21, 6882%, 21,8601%, dan
21,6802%, untuk kadar Mitra Margarin Krim sebesar 20,0259%, 20,0481%, dan
20,0845%, dan untuk kadar Margarin Palvita belawan sebesar 21,6693%, 21, 8518%,
dan 21, 7416%. Dari hasil yang diperoleh kadar NaCl dan Kadar H2O pada margarin
THE DETERMINATION OF NaCl CONTENT AND H2O CONTENT IN MARGARINE WITH TITRATION ARGENTOMETRY METHOD
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman perkebunan / industri berupa pohon
batang lurus dari famili Palmae. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit
diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan
bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan
bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan
penghubung yang terletak diantara Afrika dan Amerika. Kemudian daratan ini
terpisah oleh lautan menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal
komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang.
Kelapa sawit (Elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia
Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malaysia, justru bukan di Afrika Barat atau di
Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke
Indonesia pada tahun 1984 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon
(Mauritus) dan Amsterdam. Ke-empat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di
Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara.
(Risza,S.1994)
Minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit yang digunakan sebagai
bahan pangan diperoleh melalui proses fraksinasi, refinerisasi dan hidrogenasi. Pada
umumnya CPO sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein (cair) dan
fraksi stearin (padat). Fraksi olein dan stearin digunakan untuk bahan pangan. Pangan
dengan bahan baku tersebut antara lain : minyak goreng (olein), mentega (margarine),
Sebagai minyak atau lemak, minyak kelapa sawit adalah suatu trigliserida,
yaitu ester antara senyawa gliserol dengan asam lemak. Minyak sawit terdiri atas
berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda – beda. Panjang rantai
adalah antara 14 -20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan
oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Karena kandungan asam lemak
yang terbanyak adalah asam lemak tak jenuh yang terdiri dari oleat dan linoleat,
minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat dan linoleat.
Standart mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak
yang berkualitas baik. Ada beberapa faktor yang digunakan sebagai parameter untuk
menentukan standart mutu minyak kelapa sawit, antara lain adalah asam lemak bebas
(FFA), bilangan peroksida (PV), bilangan iodin (IV), kadar NaCl, kadar H2O, padatan
lemak yang terkandung (SFC), ukuran warna, ukuran titik leleh dan uji mikrobiologi.
Faktor lain yang mempengaruhi standard mutu adalah titik cair dan kandungan
gliserida, refining loss, plastisitas dan spreadabillity, kejernihan kandungan logam
berat dan bilangan penyabunan.
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1
persen dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 persen, kandungan asam lemak beabas
serendah mungkin (lebih kurang 2 persen atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2
bebas dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau,
jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.(
Risza, S. 1994 )
Pengolahan CPO menjadi stearin dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu
tahap pemisahan gum (De-Gumming), pemucatan (Bleaching), penyaringan (filtering),
deodorisasi dan fraksinasi. Dalam hal ini RBDP stearin (Refined bleached deodorized
Kadar NaCl adalah penentuan kadar garam dalam margarin dengan cara titrasi
pengendapan yaitu merupaka
garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari
titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali
titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan
titik akhir titrasi yang mudah diamati. Dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Kadar H2O adalah kadar air dimana dalam margarin terdapat garam yang
memerlukan air dalam melarutkannya agar garam tersebut tidak terlalu pekat maka
kadar air tersebut harus sesuai dengan kadar garam yang diperlukan. Kadar air
berkaitan dengan kadar garam dalam hal ini konsentrasi garam yang tinggi akan
mengakibatkan kadar air semakin tinggi pula.
Dalam hal ini air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur
karena memiliki berat jenis yang berbeda. Untuk menjaga agar butiran minyak tetap
tersuspensi di dalam air, pada mentega dan margarin diperlukan suatu zat pengemulsi
(emulsifier). Bahan yang dapat berperan sebagai pengemulsi antara lain kuning telur,
kasein, albumin, atau lesitin. Daya kerja emulsifier didukung oleh bentuk molekulnya
yang dapat terikat pada minyak maupun air.
1.2Permasalahan
Bagaimana penentuan kadar NaCl dan Kadar H2O dalam margarin dan
1.3Tujuan
- Untuk mengetahui penentuan kadar NaCl dan kadar H2O dalam margarin
dengan metode titrasi argentometri.
1.4Manfaat
- Dapat mengetahui kualitas dari margarin tersebut dan memberikan informasi
terhadap pentingnya kadar NaCl dan kadar H2O dalam penentuan mutu suatu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit, didasarkan atas bukti – bukti fosil, sejarah dan linguistik yang
ada, diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit (yang pada
saat yang lalu dibiarkan tumbuh liar dihutan – hutan) sejak awal telah dikenal sebagai
tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah dproses
secara amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit. (tim penulis PS., 1992).
Kelapa sawit (Elaeis) termasuk golongan tumbuhan palma. Sawit menjadi
populer setelah Revolusi Industri pada akhir abad ke-19 yang menyebabkan
permintaan minyak nabati untuk bahan pangan dan industri sabun menjadi tinggi.
Kelapa sawit di Indonesia diintroduksi pertama kali oleh Kebun Raya pada
tahun 1884 dari Mauritius (Afrika). Saat itu Johannes Elyas Teysmann yang menjabat
sebagai Direktur Kebun Raya. Hasil introduksi ini berkembang dan merupakan induk
dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Pohon induk ini telah mati pada 15
Oktober 1989, tapi anakannya bisa dilihat di Kebun Raya Bogor.
Kelapa sawit di Indonesia baru diusahakan sebagai tanaman komersial pada tahun
1912 dan ekspor minyak sawit pertama dilakukan pada tahun 1919. Perkebunan
kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt
2.2 Varietas Kelapa Sawit
Berdasarkan ketebalantempurung dan daging buah, dikenal lima varietas yang
masing – masing dibedakan berdasarkan tebal tempurung.
Tabel 2.1 : Varietas kelapa sawit berdasarkan tebal tempurung
1. Macrocarya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.
2. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut
pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35 – 50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan
kandungan minyak yang rendah.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu
Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan – perkebunan
pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm,
dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah
tinggi, antara 60 – 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari
pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
Tipe Tebal tempurung
Macrocarya tebal sekali : 5
Dura tebal : 3-5
Tenera sedang : 2-3
Pisifera Tipis
4. Pisifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi sedangkan daging
biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan jenis yang
lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur
pada fase ini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan.
Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.
5. Diwikka – wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya 2 lapisan daging buah.
Dwikka – wakka dapat dibedakan menjadi dwikka – wakkadura, dwikka –
wakkapisifera, dan dwikka – wakkatenera. Perbedaan ketebalan daging buah kelapa
sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya.
Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas tenera yaitu sekitar 22 – 24%,
sedangkan pada varietas dura antara 16 – 18%. Jenis kelapa sawit yang diusahakan
tentu saja yang mengandung rendemen minyak tertenggi sebab minyak sawit
merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak diherankan jika lebih banyak
perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.
2.3 Pengolahan Kelapa Sawit
Perlakuan Pendahuluan (pretreatment refining)
A. Pemisahan Gum (De-Gumming)
Pemisahan gum merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir
yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi
Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum atau kotoran lain
agar bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian disusul dengan
proses pemisingan (sentrifugasi). Yaitu dengan melakukan uap air panas kemudian
disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya disentrifugasi sehingga bagian lendir
terpisah dari air. Saat proses sentrifugasi berlangsung, ditambahkan bahan kimia yang
dapat menyerap air misalnya asam mineral pekat atau garam dapur (NaCl). Suhu
minyak pada waktu disentrifugasi sekitar 32-50oC, dan pada suhu tersebut kekentalan
minyak akan berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak. (Ketaren,2005)
B. Pemucatan (Bleaching)
Pemucatan ialah tahap pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang
tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur minyak
dengan sejumlah adsorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung aktif (activated
clay), arang aktif atau pun bahan kimia lainnya.
Pemucatan umumnya dilakukan dalam ketel yang dilengkapi dengan pipa uap.
Minyak yang akan dipucatkan dan dipanaskan pada suhu sekitar 105oC selama 1 jam.
Penambahan adsorben dilakukan saat minyak mencapai suhu 70 – 80oC dan jumlah
adsorben ± sebanyak 1,0 – 1,5 % dari berat minyak. Selanjutnya, minyak dapat
dipisahkan dari adsorben dengan cara penyaringan menggunakan kain tebal atau
dengan cara pengepresan dengan filter press. Minyak yang hilang dari proses tersebut
± 0,2 - 0,5 % dari berat minyak yang dihasilkan setelah proses pemucatan.
(Ketaren,2005)
C. Penyaringan (Filtering)
Minyak yang dialirkan dari tangki penjernihan disaring di dalam alat
penyaring. Setelah selesai penyaringan pada media penyaring, terlebih dahulu
lalu dilakukan blowing selama 10 – 15 menit. Kadar minyak yang diperoleh adalah ±
20% dari berat spent earth. Minyak yang disaring pada alat penyaring yang dialirkan
ke filter bags yang dilengkapi dengan media penyaring berupa lempeng besi, jaring
kawat dan kertas saring yang terbuat dari nilon yang tahan terhadap panas. Minyak
yang keluar dari filter bags berupa DBPO (Degumming Bleaching Palm Oil) yang
ditampung dalam tangki sebelum menuju proses pemurnian, sedangkan air dan
kotoran dikembalikan kedalam tangki pengendapan.
Proses Pemurnian
Deodorization
Deodorisasi adalah tahap suatu proses pemurnian minyak yang bertujuan
untuk menghilangkan bau dan rasa (flavour) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip
proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan
atmosfer atau keadaan vakum.
Pada tahap ini minyak dari bleaching DBPO (Degumming Bleaching Palm
Oil) akan dimurnikan dari kadar asam lemak bebas (FFA), bau (Odor), warna
(colour). Proses pemurnian dilakukan pada life steam dengan peningkatan suhu secara
bertahap.
Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak tersebut dan
dipanaskan pada suhu 200 – 250oC pada tekanan 1 atm dan selanjutnya pada tekanan
rendah (± 10 mmHg) sambil dialiri uap panas selama 4 - 6 jam untuk mengangkut
senyawa yang menguap .
Pada suhu yang tinggi, komponen yang menimbulkan bau pada minyak akan
lebih menguap, sehingga komponen tersebut diangkut sar minyak bersama – sama
dengan uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi
Untuk mempertinggi mutu minyak yang dihasilkan, maka pada waktu proses
deodorasi, ditambahkan anti-oksidan seperti asam fosfat, asam sitrat, asam tartat
sehingga minyak tersebut lebih tahan terhadap oksidasi.
Kontaminasi logam yang dapat menyebabkan kerusakan minyak atau lemak,
harus dihindarkan karena logam dalam lemak akan mempersingkat waktu
penyimpanan. Penggunaan anti-oksidan sangat penting dalam pengolahan minyak
untuk mencegah kehilangan flavor dari minyak. Akan tetapi anti-oksidan jarang
ditambahkan pada minyak nabati, karena secara alamiah minyak nabati mengandung
anti-oksidan (vitamin E dan anti-oksidan lainnya).
Minyak yang telah mengalami deodorasi tidak lagi mengandung senyawa
polimer atau masih terdapat dalam jumlah yang tidak berarti. Selama proses
deodorasi, maka komponen monogliserida dan digliserida yang terdapat pada minyak
akan diubah menjadi trigliserida.
Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambahkan hydrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak.
Proses hidrogenasi terutama bertujuan untuk merubah minyak sehingga
bersifat plastis. Adanya penambahan hydrogen pada ikatan rangkap minyak atau
lemak dengan bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikan titik cair. Juga
dengan hilangnya ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan
terhadap proses oksidasi.
Pemanasan akan mempercepat jalannya reaksi hidrogenasi. Pada temperature
sekitar 400oF (205oC) dicapai kecepatan reaksi yang maksimum. Juga penambahan
reaksi proses hidrogenasi. Dalam proses hidrogenasi tersebut karbon monoksida dan
sulfur merupakan katalisator beracun yang sangat berbahaya.
Pada pembuatan margarine dikehendaki minyak atau lemak yang bersifat
plastis, dan juga berguna dalam memperbaiki mutu minyak. Selama proses
hidrogenasi, zat warna dalam minyak nabati terutama karotenoid dan komponen yang
bukan gliserida, termasuk hidrokarbon akan berkurang jumlahnya. Asam lemak bebas
juga akan berkurang jumlahnya sampai mencapai kadar sekitar 0,1 – 0,3 %.
Proses Pemisahan (Fractination)
Untuk memisahkan fraksi padat dengan fraksi cair dilakukan proses fraksinasi.
Olein adalah fraksi cair pada minyak, sedangkan stearin adalah fraksi padatnya.
Proses fraksinasi terdiri dari beberapa tahap :
A. Pemanasan (Heating)
RBDPO yang telah ditampung dipompakan kedalam crystalyzer, dimana
crystalyzer terlebih dahulu dipanaskan pada suhu sekitar 68oC. Pemanasan digunakan
berupa steam (kapasitas Crystalyzer : 40 ton) dengan jarak pengisian 30 menit.
Crystalyzer dilengkapi dengan agitator. Dalam tangki dihomogenkan selama ± 30
menit agar minyak bercampur secara merata. Sehingga dalam pembuatan crystal tidak
mengalami kesulitan dan suhunya dapat dipertahankan sekitar 68 – 70oC.
B. Pendinginan (cooling)
Setelah minyak dihomogenisasikan dari suhu tetap antara 60 – 70oC, kemudian
dilakukan pendinginan dengan air (cooling water) dengan suhu 30 – 33oC dan pompa
air akan bekerja secara otomatis. Bila suhu minyak pada tangki Crystalizer sudah
mencapai 30 – 40oC maka cooling water akan dihentikan dilanjutkan dengan
pendinginan chilled water dari chiller yang bersuhu 14oC pertukaran ini disebut
pada saat suhu chilling mencapai 28 – 29oC. Dengan temperatur oil 32 – 30oC. Pada
suhu ini stearin sudah mengkristal menjadi fraksi padat, sedangkan olein tetap tinggal
sebagai fraksi cair. Kemudian dilakukan pendinginan sampai suhu minyak mencapai ±
26oC. Apabila sudah tercapai temperatur tersebut, maka RBDPO yang ada pada
crystalyzer tank sudah dapat ditransfer ke filter melalui pompa untuk disaring.
C. Filtrasi (filtration)
Proses ini bertujuan untuk memisahkan fraksi padat dan fraksi cair yang
dilakukan dengan metode penyaringan pada membran filter press (menggunakan filter
cloth).
Preassure dan membran filter bekerja berdasarkan sistem hidrolik. Alat ini
tersusun dari plat yang berjumlah 85 buah, media yang digunakan untuk penyaringan
adalah filter cloth yang tahan terhadap tekanan tinggi dengan ukuran air permeability
500 – 600. RBDPO dari crystalizer dipompakan oleh pompa pada suhu 26oC dengan
kapasitas 20.000 kg / batch memasuki filter, setelah mengalami proses penyaringan,
olein akan lolos dan ditampung dalam tangki (Olein Stronge). Biasanya bila sudah
mencapai tekanan 3 barr, filtrasi sudah dapat dihentikan dan dilakukan squeeze (± 25
menit). Setelah squeeze dilakukan, sisa RBDP Olein d blow dengan menggunakan
angin dengan tekanan 3 – 4 barr selama 5 menit, kemudian filter dibuka, dan cake
RBD stearin jatuh, dan ditampung dengan melting tank, kemudian dipanaskan sampai
dengan suhu 70oC dengan media pemanasan berupa pipa yang dialiri dengan air panas
secara sirkulasi dalam pipa, akibat pemanasan ini stearin dapat mencair dan mudah
2.4 Komposisi Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung ± 80 % perikarp dan 20 % buah yang dilapisi kulit
tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 30 – 40 %. Minyak kelapa sawit adalah
minyak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap.
Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang
berbeda – beda. Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Dengan demikian
sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut.
Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam tak jenuh oleat dan
linoleat, minyak sawit masuk golongan minyak asam oleat – linoleat.
(mangonsoekarjo,S.,2003).
Rata – rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.4
Bahan yang tidak dapat disabunkan jumlahnya sekitar 0,3% .
Adapun komposisinya adalah sebagai berikut :
A. Asam Palmitat
Salah satu asam lemak yang paling mudah diperoleh adalah asam palmitat atau
asam heksadekanoat. Tumbuh – tumbuhan dari family Palmaceae, seperti kelapa
(cocoa nucifera) dan kelapa sawit (Elaesis guenensis) merupakan sumber asam lemak
ini. Minyak kelapa bahkan mengandung hampir semuanya palmitat (92%). Minyak
sawit mengandung sekitar 50% palmitat. Produk hewani juga banyak mengandung
asam lemak ini (dari mentega, keju, susu dan juga daging).
B. Asam stearat
Asam stearat, atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak tidak jenuh yang
mudah diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat pada suhu
ruang, dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Kata stearat berasal dari bahasa
C. Asam miristat
Asam miristat atau asam tetradekanoat merupakan asam lemak jenuh yang
tersusun dari 14 atom C. asam ini pertama – tama diekstraksi dari tanaman pala
(Myristica fragrans). Meskipun demikian, aroma khas pala tidak berasal dari asam ini
melainkan minyak atsiri dan juga dijumpai pada tanaman ini.
D. Asam oleat
Asam oleat atau asam Z-∆9-oktadekanoat merupakan asam lemak tak jenuh
yang banyak terkandung dalam minyak zaitun. Asam ini tersusun dari 18 atom C
dengan satu ikatan rangkap diantara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam minyak
zaitun (55 – 80%), asam lemak ini juga terkandung dalam minyak bunga matahari
kultivar tertentu, minyak raps, serta minyak biji anggur. Rumus kimianya
CH3(CH2)7CHCH(CH2)7COOH.
E. Asam laurat
asam laurat atau asam dodekanoat adalah asam lemak jenuh berantai sedang
(ing Middle – Chained Fatty Acid, MCFA) yang tersusun dari 12 atom C. sumber
utama asam lemak ini adalah minyak kelapa, yang dapat mengandung 50% asam
laurat, serta minyak biji sawit (Palm Kernel Oil).
F. Asam linoleat
Asam linoleat merupakan asam lemak tak jenuh majemuk (Polyunsaturated
Fatty Acid, PUFA) yang tersusun dari rantai 18 atom karbon. Salah satu isomer asam
linoleat, asam alfa linoleat (ALA), adalah asam lemak omega 3 yang dikenal memiliki
khasiat lebih dari asam alfa linoleat nabati dapat diperoleh misalnya dari minyak biji
G. Asam kaprilat dan kaprat
Asam kaprilat dan asam kaprat merupakan dua senyawa yang penting dalam
industry, karena merupakan zat kimia antara (Intermediete) untuk mensintesis
berbagai zat-zat kimia fungsional dan produk pangan sehat yang disebut trigliserida
rantai sedang atau TSR (Medium Chain Trigliserid / fat, MCT). Sumber alami asam
kaprilat dan kaprat adalah minyak kelapa dan minyak inti sawit, keduanya banyak
diproduksi di Indonesia.
Tabel 2.2 : Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa sawit dan Minyak Inti
kelapa Sawit
Asam lemak Minyak Kelapa Sawit
(%)
Komposisi lain yang terkandung dalam minyak kelapa sawit adalah karotenoid
yang dapat mencapai 100 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari jenis tenera ± 400
– 700 ppm, kandungan tokoferol bervariasi dan dipengaruhi penanganan selama
2.5 Standart Mutu
Didalam perdagangan kelapa sawit, istilah mutu sebenarnya dapat dibedakan
menjadi dua arti. Yang pertama adalah mutu minyak kelapa sawit dalam arti benar –
benar murni dan tidak tercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak sawit
dalam arti yang pertama dapat ditentukan dengan menilai sifat fisiknya, antara lain
titik lebur, angka penyabunan dan bilangan yodium. Sedangkan yang kedua, yaitu
mutu minyak sawit dilihat dalam arti penilaian menurut ukuran. Dalam hal ini yang
menjadi syarat mutu internasional, yang meliputi kadar asam lemak bebas (ALB,
FFA), air, kotoran, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.
(tim Penulis PS., 1992)
Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1%
ddan kadar kotoran ≤ 0,001%, kandungan asam lemak bebas serendah mungkin (lebih
kurang 2% atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan
kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam
berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.
Tabel 2.3 Standart mutu Special Prime Bleach (SPB), dibandingkan dengan
mutu ordinary :
kandungan SPB Ordinary
Tabel 2.4 Daftar spesifikasi produk Refined Bleached Deodorized Palm Stearin
(RBDP Stearin) berdasarkan standart PORAM ( THE PALM OIL REFINERS
ASSOSIATION OF MALAYSIA ) :
Produk Parameter NaCl Parameter H2O
Menara Eifel Margarin Krim 2,1 max 22 max
Mitra Margarin Krim 2,1 max 22 max
Margarin Palvita Belawan 2,0 max 21 max
Sumber : PT.SMART Tbk.
2.6 Margarin
Margarin pertama kali ditemukan oleh Mege Mouries di Perancis pada tahun
1870 dalam suatu sayembara yang diadakan oleh Kaisar Napoleon III. Mege Mouries
membuat dan mengembangkan margarin dengan menggunakan lemak sapi. Pada
tahun 1872 margarin mulai dikenal luas di Benua Eropa dan sebagian Benua Amerika.
Margarin biasanya dikemas salam berbagai bentuk dan ukuran wadah. Wadah
tersebut harus mempunyai mutu yang baik dan tidak berlubang, untuk menghindari
timbulnya karat. Bahan kemasan yang baik adalah kertas perkamen bermutu tinggi,
perkamen imitasi dengan kelembaban yang sesuai dan harus bebas dari jamur dan
spora. Penanganan dari penyimpanan margarin secara hati-hati dan sanitasi yang baik
akan mengurangi kemungkinan kontaminasi jamur. Asam serbuk sorbat dan zat
adhesif dapat dibubuhkan pada bahan pembungkus atau di oleskan untuk menghindari
kontaminasi jamur. Margarin yang dihasilkan untuk penggunaan khusus misalnya
margarin meja tidak sama dengan margarin untuk campuran roti dan kue.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3541-1994), margarin adalah
produk makanan berbentuk emulsi padat atau semipadat yang dibuat dari lemak nabati
dan air, dengan atau tanpa penambahan bahan lain yang diizinkan.
Margarin dibedakan atas margarin dapur dan margarin meja. Pada margarin
dapur tidak dipersyaratkan adanya penambahan vitamin A dan D. Margarin
merupakan produk makanan berbentuk emulsi campuran air di dalam minyak, yaitu
sekitar 16 persen air di dalam minimal 80 persen minyak atau lemak nabati. Fase
lemak umumnya terdiri dari minyak nabati, yang sebagian telah dipadatkan agar
diperoleh sifat plastis yang diinginkan pada produk akhir.
Margarin dimaksudkan sebagai pengganti mentega dengan rupa, bau,
konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Minyak nabati
yang umum digunakan dalam pembuatan margarin adalah minyak kelapa, minyak inti
sawit, minyak biji kapas, minyak kedelai, minyak wijen, minyak kapuk, minyak
jagung, dan minyak gandum.
Agar dapat diolah menjadi margarin, minyak nabati berbentuk cair tersebut
dikristalisasi terlebih dahulu menjadi lemak padat melalui proses hidrogenasi
(penjenuhan asam lemak). Komponen lain yang sering ditambahkan adalah air, garam
flavor mentega, zat pengemulsi (berbentuk lesitin, gliserin, atau kuning telur), zat
pewarna (minyak sawit merah atau betakaroten sintetik), bahan pengawet (sodium
benzoat, asam benzoat atau potassium sorbat), serta vitamin A dan D.
Ciri-ciri margarin yang menonjol adalah bersifat plastis, padat pada suhu
ruang, agak keras pada suhu rendah, teksturnya mudah dioleskan, serta segera dapat
mencair di dalam mulut. Komposisi gizi margarin hampir sama dengan mentega,
hanya sedikit berbeda dalam jumlah. Seperti halnya pada mentega, komposisi gizi
Supaya dapat menyamai kadar vitamin A dan D yang ada pada mentega, ke
dalam margarin dipersyaratkan adanya penambahan kedua jenis vitamin tersebut .
Standar Nasional Indonesia tentang margarin telah dengan tegas mensyaratkan
penambahan vitamin A dan D ke dalam margarin, khususnya untuk margarin meja.
Kadar vitamin A yang diharuskan pada mentega dan margarin 1.400-3.500 IU per 100
gram, sedangkan kadar vitamin D 250-350 IU per 100 gram.
Komposisi gizi mentega asin dan mentega manis sama saja. Satu-satunya pembeda
yang paling mencolok adalah kadar natrium yang pada mentega asin jauh lebih
banyak (843 mg per 100 g) dibandingkan dengan mentega manis (8 mg/100 g). Hal
tersebut sangat terkait dengan adanya penambahan garam dapur (NaCl) pada
pembuatan mentega asin.
Selain natrium, mineral yang banyak terkandung pada mentega adalah besi,
kalium, dan fosfor. Seperti halnya pada mentega, margarin juga kaya mineral tersebut,
bahkan nilainya relatif lebih banyak daripada yang terdapat pada mentega.
Natrium berguna untuk menjaga keseimbangan asam dan basa di dalam tubuh
serta terlibat dalam permeabilitas sel. Kalium berguna untuk pengaturan
keseimbangan cairan sel, kontraksi sel otot, dan terlibat dalam permeabilitas sel.
Fungsi besi adalah untuk pembentukan sel darah merah, transpor oksigen, serta
mencegah anemia. Fosfor berperan untuk pembentukan tulang dan gigi, terlibat dalam
absorpsi glukosa dan gliserol, serta dalam transpor asam lemak.
2.6 Kadar NaCl
Yaitu berdasarkan titrasi Argentometri dimana Ion klorida netral dititrasi dengan larutan AgNO3 ,akan terbentuk endapan AgCl, K2CrO4 adalah sebagai indicator titik
akhir akan membenntuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah coklat . Seluruh AgCl
Reaksinya adalah sebagai berikut :
AgNO3 + NaCl → AgCl + NaNO3
2 AgNO3 + K2CrO4 → Ag2CrO4 + 2 KNO3
(Harjadi,W. 1993)
2.7. Kadar H2O
Kadar H2O didalam margarin adalah sebagai pelarut, yaitu dalam melarutkan
garam maka dibutuhkan air sebagai pelarutnya. Ini bertujuan agar kadar garam NaCl
dalam margarin tidak terlalu pekat. Disamping itu air juga merupakan wadah yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme maka dalam margarin ditambahkan garam
sebagai penghambat pertumbuhan mikroorganisme. Air yang kaya akan mineral
seperti besi, kalium dan fosfor sangat berguna untuk metabolisme tubuh. Kalium
berguna untuk pengaturan keseimbangan cairan sel, kontraksi sel otot, dan terlibat
dalam permeabilitas sel. Fungsi besi adalah untuk pembentukan sel darah merah,
transpor oksigen, serta mencegah anemia. Fosfor berperan untuk pembentukan tulang
dan gigi, terlibat dalam absorpsi glukosa dan gliserol, serta dalam transpor asam
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Analisa Kadar NaCl
3.1.1 Alat – alat
- Hot Plate
- Timbangan Analitik
- Erlenmeyer 250 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Buret 25 ml
- Statif dan Klem
3.1.2 Bahan
- Larutan AgNO3 0,1 N
- Indikator K2CrO4
- Aquadest
- Menara Eifel Margarin Krim
- Mitra Margarin Krim
- Margarin Palvita Belawan
3.1.3 Prosedur
3.1.3.1Pembuatan Larutan Pereaksi ( Reagent )
a. Pembuatan Indikator Kalium Kromat 5% (K2CrO4)
- Ditimbang 5 gram Kalium Kromat dan masukkan ke dalam labu takar 100 ml
- Dilarutkan, dengan aquadest hingga 50 ml.
- Ditambahkan sedikit (beberapa tetes) larutan Argentum Nitrat hingga
terbentuk endapan merah bata.
- Dibiarkan selama 12 jam dan encerkan hingga garis tanda.
- Disaring dan tempatkan dalam botol serta beri label.
b. Standarisasi Larutan AgNO3 0,1 N
- Ditimbang dengan teliti 0,0570 gram NaCl Kristal ke dalam Erlenmeyer dan
larutkan dengan 100 ml aquadest bebas CO2.
- Ditambahkan 1 ml indikator kalium kromat 5%.
- Dititrasi dengan larutan argentum nitrat sampai terbentuk warna kuning merah
kecoklatan
- Dilakukan duplo dan catat volume rata – rata larutan argentum nitrat yang
terpakai.
- Dilakukan percobaan yang sama untuk larutan blanko secara dua kali
- Dan perlakuan sama seperti yang diatas
3.1.3.2Prosedur Analisa
- Ditimbang ± 1 gram sampel dalam Erlenmeyer 250 ml.
- Ditambahkan aquadest 30 ml.
- Dipanaskan hingga sampel mencair, homogenkan.
- Ditambahkan indikator K2CrO4 3 tetes.
- Dititrasi dengan larutan AgNO3 0,1 N hingga warna merah bata.
- Dicatat volume larutan AgNO3 0,1 N yang terpakai.
- Dilakukan percobaan yang sama untuklarutan blanko.
3.2 Analisa Kadar H2O
3.2.1 Alat – alat
- Hot Plate
- Beaker Glass 100 ml
- Desikator
- Timbangan Analitik
3.2.2 Bahan
- Menara Eifel Margarin Krim
- Mitra Margarin Krim
- Margarin Palvita Belawan
3.2.3 Prosedur
- Dtimbang beaker glass kosong (A).
- Ditambahkan ± 10 gram sample (B).
- Dipanaskan sambil digoyang diatas hot plate hingga timbul asap.
- Dibiarkan dingin dalam desikator.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data analisa
Tabel 4.1 Data Hasil Analisis Kadar NaCl
No. Sampel
Tabel 4.2 Data Hasil Analisis Kadar H2O
No. Sampel
50,9384 62,7351 60,1766 21,6882
50,9472 62,7568 60,1752 21,8601
50,9583 62,7271 60,1756 21,6802
2. Mitra Margarin Krim
50,9362 62,4867 60,1736 20,0259
50,9365 62,4862 60,1731 20,0481
50,9824 62,4853 60,1750 20,0845
3. Margarin Palvita Belawan
50,9273 62,7352 60,1765 21,6693
50,9445 62,7563 60,1752 21,8518
4.2 Perhitungan
4.2.1 Kadar NaCl
% ����=
(�� − ��) �� . ������ . (����)
�����������
Keterangan : Vs = Volume titrasi sampel
Vb = Volume titrasi blanko
A. Untuk Sample Menara Eifel Margarin Krim
I. % ����=(4,8−0,1) �� . 0,1005� . (
B. Untuk Sample Mitra Margarin Krim
I. % ����=(4,7−0,1) �� . 0,1005� . (
C. Untuk Sample Margarin Palvita Belawan
III. % ����=(4,8−0,1) �� . 0,1005� . (
Keterangan : A = Berat beaker glass kosong
B = Berat beaker glass dan sampel
C = Berat konstan
A. Untuk Sample Menara Eifel Margarin Krim
I. % �2�= (62,7351−60,1766) �
B. Untuk Sample Mitra Margarin Krim
I. % �2�= (62,4867−60,1736) �
C. Untuk Sample Margarin Palvita belawan
I. % �2�= (62,7352−60,1765) �
(62,7352−50,9273)� . 100 % = 21,6693 %
II. % �2�= (62,7563−60,1752) �
III. % �2�= (62,7364−60,1755) �
(62,7364−50,9576)� . 100 % = 21,7416 %
4.3 Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan uraian diatas, dapat dilihat bahwa kadar NaCl dan
Kadar H2O pada beberapa Sample Margarin yang dihasilkan PT.SMART Tbk. telah
memenuhi standart mutu Internasional yaitu 1,8 – 2,1 % dan 20 -22 %.
Penambahan garam NaCl kedalam margarin dapat berfungsi untuk
meningkatkan cita rasa dari produk itu sendiri. Kebutuhan garam sebagai pemantap
cita rasa adalah sebanyak 2 – 5% dari total bahan bakunya. Garam juga berperan
sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Seperti halnya
pada mentega yang banyak mengandung mineral seperti besi, kalium dan fosfor,
margarin juga kaya mineral tersebut, bahkan nilainya relatif lebih banyak daripada
yang terdapat pada mentega. Garam NaCl juga berguna untuk menjaga keseimbangan
asam dan basa di dalam tubuh serta terlibat dalam permeabilitas sel. Kalium berguna
untuk pengaturan keseimbangan cairan sel, kontraksi sel otot, dan terlibat dalam
permeabilitas sel. Fungsi besi adalah untuk pembentukan sel darah merah, transpor
oksigen, serta mencegah anemia. Fosfor berperan untuk pembentukan tulang dan gigi,
terlibat dalam absorpsi glukosa dan gliserol, serta dalam transpor asam lemak.
Kadar H2O dalam margarin berfungsi sebagai pelarut garam NaCl agar tidak
terlalu pekat. Maka H2O ditambahkan agar menyeimbangkan kadar NaCl dalam
margarin. Kadar H2O ditandai dengan berat konstan dari sample yang telah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
- Dari data hasil analisis kadar Nacl diperoleh kadar yang paling kecil yaitu pada
Menara Eifel Margarin Krim sebesar 1,8823% dan kadar yang paling besar
yaitu pada Margarin Palvita Belawan Sebesar 1,9977%, dan untuk kadar H2O
yang paling kecil yaitu pada Mitra Margarin Krim sebesar 20,0259% dan yang
paling besar yaitu pada Menara eifel Margarin Krim sebesar 21,8601%. Jika
kadar H2O berlebih maka akan mempengaruhi standart mutu dalam margarin
tersebut begitu pula sebaliknya pada kadar Nacl.
5.2 Saran
- Untuk penelitian selanjutnya agar menggunakan metode yang lain untuk
menentukan kadar NaCl dan Kadar H2O terhadap RBDP stearin yang
diperoleh dari hasil fraksinasi RBDPSt dalam sample margarin.
- Dianjurkan untuk mengonsumsi produk Mitra Margarin Krim karena
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000. Work Introduction of Production Department. Medan :
PT.SMART.Tbk,Belawan.
Anonim. 2000. Work Introduction of Quality Control Department. Medan :
PT.SMART.Tbk,Belawan.
Anonim
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan.Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Mangoensukarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa sawit. Yogyakarta :
Gadjah Mada University press.
Mulyono. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium.Jakarta : Bumi Aksara
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas.Yogyakarta : Penerbit
Kainisius.
Tim Penulis PS. 1992. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaat Hasil dan Aspek