• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Komunikasi Bisnis Jepang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Komunikasi Bisnis Jepang."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SISTE

NIHON

PRO

U

EM KOM

N NO BIJI

KE

NA

N

OGRAM ST FAKUL UNIVERSI

MUNIKAS

INESU K

ERTAS K

Dikerjak

O

L

E

H

ANCY ME

NIM : 0822

(2)

Kertas Gelar Fa melengkap Jepang

.

Pembimbi Zulnaidi, S M.A. NIP. 1967

NIHON

s karya ini akultas Ilm

pi salah sa

ing,

SS, M.Hum

7080720040

PRO U

N NO BIJI

K diajukan k mu Budaya

atu syarat u

N N m 011001 OGRAM ST FAKUL UNIVERSI

INESU K

KERTAS K kepada pan a Universit ujian Diplo Dikerjak OLEH NANCY ME NIM : 0822

TUDI BAH LTAS ILM ITAS SUM MEDA 2011

KOMYUN

KARYA nitia ujian tas Sumate oma III da

kan H : EILANI 203012 Pe Dr NI HASA JEPA MU BUDAY MATERA U AN 1

NIKEESH

Program P era Utara alam Bidan

embaca,

rs. Yuddi A

IP. 1960082 ANG DIII YA UTARA

HON

Pendidikan Medan, u ng Studi B
(3)

PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang

Pada :

Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Drs. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( )

2. Zulnaidi, S.S., M.Hum ( )

(4)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan

Program studi D3 Bahasa Jepang Ketua Program Studi

Zulnaidi, SS, M.Hum

NIP. 19670807 2004 01 1 001

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus untuk segala berkat dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan baik, sebagai persyaratan untuk memenuhi ujian akhir Diploma III Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universita Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa apa yang telah tertulis dalam kertas karya ini masih jauh dari sempurna baik dari segi materi maupun penulisan. Demi kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kearah perbaikan.

Adapun Kertas Karya ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang paling dalam kepada Keluarga Besar penulis, Ayahanda Alm. Ir. Elman Tampubolon dan Ibunda tersayang Elly Simorangkir yang selalu memberi cinta dan kasih sayang, didikan dan dukungan baik moral dan material kepada penulis. Segala sesuatu yang penulis raih sampai saat ini adalah karena perjuangan ibunda melalui doa-doanya.

Penulis juga manghaturkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

(6)

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan juga arahan kepada penulis, sampai kertas karya ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. selaku dosen pembaca

4. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, atas didikannya selama masa perkuliahan.

5. Terististimewa buat k’ernie dan b’ricky yang turut serta memberi dukungan. 6. Tidak lupa penulis juga ingin mengungkapkan banyak terima kasih kepada

seluruh teman dan sahabat tersayang.

Special buat Franss n’Roll, Juni, Debby, Ka Sutonk, Ka Emon yang selalu ada dan setia mendengar semua keluh kesah penulis, Thank you buat supportnya (I Love U my Friend). Buat Abudu, Fazhri, Reza sukses buat kalian juga. Terima

kasih juga buat Keluarga Besar Hinode semuanya tanpa terkecuali.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tidak terkira kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan kertas karya ini

Medan, 2011

(7)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Bab I. Pendahuluan ... 1

1.1Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2Tujuan Penulisan ... 2

1.3Pembatasan Masalah ... 2

1.4Metode Penulisan ... 2

Bab II. Gambaran Umum ... 3

2.1 Budaya Bisnis Jepang ... 3

2.2 Pengertian Bisnis di Jepang ... 7

Bab III. Sistem Komunikasi Bisnis Jepang ... 9

3.1 Pengertian di Balik Pernyataan ... 9

3.1.1 Apa yang dimaksud “Ya” bagi orang Jepang ... 11

3.1.2 Bagaimana orang Jepang menyatakan “Tidak” ... 12

3.2 Pernyataan Isyarat ... 13

3.2.1 Peranan Sikap Diam ... 14

3.2.2 Roman Muka ... 15

3.2.3 Gerak Isyarat ... 16

Bab IV. Kesimpulan dan Saran ... 18

4.1 Kesimpulan ... 18

4.2 Saran ... 20

(8)

Abstrak

SISTEM KOMUNIKASI BISNIS JEPANG

Komunikasi Bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam jenis dan bentuk komunikasi untuk mencapai tujuan bisnis. Karena Komunikasi bisnis ini merupakan komunikasi yang terjadi di dunia bisnis, kita tidak boleh melanggar norma-norma yang ditetapkan oleh dunia bisnis ketika melakukan komunikasi.

Peran komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting. Tidak ada seorangpun dalam keseharian tugasnya tanpa berkomunikasi. Baik itu bertema masalah pekerjaan maupun masalah di luar pekerjaan, seperti masalah keluarga, politik, sosial dan ekonomi nasional. Semua ini pasti dilakukan lewat komunikasi. Juga baik itu dilakukan melalui jalur vertikal (atasan-bawahan) maupun jalur horisontal (kolega setingkat).

Dalam komunikasi orang Jepang dalam dunia bisnis. Orang jepang sering menggunakan kata “ hai ( ya )“, dan tidak pernah mengatakan tidak ( iie ). Cara orang Jepang berkomunikasi di bidang bisnis sedikit berbeda dengan cara orang Barat. Kata “ya” yang diucapkan pengusaha Jepang tidak selalu bermakna setuju. “ya” memiliki banyak makna. Kata tersebut dapat bermakna paham terhadap masalah yang diperbincangkan, tetapi hal itu belum tentu ia setuju atau mau menerima bisnis yang ditawarkan.

(9)

dengan sengaja, mereka tidak memberikan jawaban secara terus terang terhadap tawaran pengusaha yang berurusan dengannya. Akan tetapi, mereka tidak bermaksud membingungkan pengusaha asing. Sikap tersebut menunjukkan kesulitan orang Jepang untuk menolak suatu tawaran dengan kata “tidak”. Orang Jepang mempunyai cara halus untuk menolak suatu tawaran dalam bisnis. Sedapat mungkin mereka berusaha tidak melukai hati orang yang berbisnis dengan mereka. Sebaliknya, jika seseorang melukai hati orang Jepang, kesempatan untuk berbisnis lagi dengannya akan tertutup.

Cara halus untuk menolak suatu tawaran dalam bisnis merupakan sebagian dari cara orang Jepang menunjukkan reaksinya terhadap pandangan dan pendapat yang tidak disetujuinya demi menjaga keharmonisan dan menghindari perselisihan. Orang Jepang tidak mencampur-adukkan urusan bisnis dengan pribadi. Jadi, menurut orang Jepang, jika urusan bisnis tidak berhasil, bukan berarti tidak boleh menjalin hubungan persahabatan.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Alasan Pemilihan Judul

Jepang merupakan sebuah Negara yang mengalami kemajuan Ekonomi yang sangat mengagumkan di dunia. Betapa tidak, Jepang merupakan satu-satunya Negara di Asia yang masuk dalam 7 besar keanggotaan Negara-negara Ekonomi terdepan dan sekaligus Negara terbesar ke-2 nilai perdagangannya di dunia setelah Amerika.

Kemajuan Jepang ini tidak terlepas dari masyarakatnya sendiri. Masyarakat Jepang, khususnya masyarakat bisnis mempunyai etos kerja yang sangat baik dan memiliki disiplin serta pola fikir bisnis yang baik. Dari semua aspek yang berhubungan dengan Jepang, orang-orang yang mungkin menyebabkan kesulitan atau kekhawatiran dalam berbisnis adalah dibagian komunikasi.

(11)

kemudian menuangkan ke dalam kertas karya yang berjudul ”Sistem Komunikasi Bisnis Jepang”.

1.2.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis mengangkat “Sistem Komunikasi Bisnis Jepang” sebagai judul kertas karya adalah sebagai berikut:

 Mempercepat Penyelesaian Masalah.

 Memperkuat Pengambilan Keputusan.  Meningkatkan Profesionalisme.

 Meningkatkan Produktivitas.

 Memperkuat hubungan Bisnis

1.3.

Pembatasan masalah

Dalam kertas karya ini penulis membahas mengenai pola kehidupan bisnis masyarakat Jepang, kebiasaan-kebiasaan sosial-tradisional dan sistem negosiasi yang selalu diaplikasikan masyarakat Jepang dalam bisnis.

1.4.

Metode Penulisan

(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Budaya Bisnis Jepang

Orang Jepang memulai hubungan perundingan dengan hal yang tidak berkaitan dengan topik utama yang akan diperbincangkan.

Cara orang Jepang berbisnis sedikit berbeda dengan cara orang Barat. Kata “ya” yang diucapkan pengusaha Jepang tidak selalu bermakna setuju. “ya” memiliki banyak makna. Kata tersebut dapat bermakna pengusaha tersebut paham terhadap masalah yang diperbincangkan, tetapi hal itu belum tentu ia setuju atau mau menerima bisnis yang ditawarkan.

Berurusan bisnis dengan orang Jepang tidak semudah berurusan bisnis dengan orang Cina. Setiap perkataan yang diucapkan orang Jepang memiliki banyak pengertian. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak orang yang pertama kali berbisnis dengan orang Jepang merasa kecewa dengan perundingan yang dilakukan.

(13)

mungkin mereka berusaha tidak melukai hati orang yang berbisnis dengan mereka. Sebaliknya, jika seseorang melukai hati orang Jepang, kesempatan untuk berbisnis lagi dengannya akan tertutup.

Cara tersebut merupakan sebagian dari cara orang Jepang menunjukkan reaksinya terhadap pandangan dan pendapat yang tidak disetujuinya demi menjaga keharmonisan dan menghindari perselisihan. Orang Jepang tidak mencampur-adukkan urusan bisnis dengan pribadi. Jadi, menurut orang Jepang, jika urusan bisnis tidak berhasil, bukan berarti tidak boleh menjalin hubungan persahabatan.

Orang Jepang suka bersenang-senang dan dibuat senang. Oleh karena itu, banyak urusan bisnis dengan orang Jepang diadakan di pusat-pusat hiburan. Namun, bukan berarti orang Jepang dapat disogok dengan hiburan. Mereka dapat membedakan antara pemberian pribadi dan tanggung jawab terhadap organisasi. Jadi, saat berbisnis dengan orang Jepang, seseorang harus berhati-hati agar urusan bisnis tersebut berhasil.

(14)

Orang yang ingin berbisnis di Jepang perlu menyesuaikan diri dengan sistem

ringi. Ketika mengadakan bisnis tersebut, seseorang memerlukan kesabaran dan

ketenangan. Urusan bisnis dengan orang Jepang tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat.

Kadang-kadang perundingan tersebut memakan waktu berbulan-bulan. Begitu juga untuk membuat suatu keputusan penting. Orang Jepang sangat berhati-hati dalam membuat keputusan karena keberhasilan ataupun kegagalan suatu bisnis tergantung pada tindakan yang diambil. Orang Jepang bersifat teliti dan tidak suka terburu-buru.

Oleh karena itu, saat berbisnis dengan mereka, jangan mendesak atau menekan. Sistem pengambilan keputusan yang mereka terapkan bertujuan mengurangi risiko dan menghindari masalah yang dapat mengganggu pelaksanaan suatu urusan bisnis. Keputusan kecil atau besar dianggap sama penting. Orang Jepang bersikap serius karena sikap tersebut akan memberikan manfaat pada diri mereka dan organisasi.

Hal lain yang perlu diperhatikan orang yang ingin berbisnis di Jepang adalah berusaha menjalin hubungan aisatsu dengan rekan kerja dalam perusahaan dan firma. “Aisatsu” bermakna memberikan ucapan selamat, tetapi, sebenarnya ucapan tersebut bermakna dalam. Meskipun ucapan tersebut singkat, hal itu dapat mempererat hubungan bisnis dengan perusahaan Jepang.

(15)

sombong dan tinggi hati karena hal itu tidak disukai bangsa Jepang dan juga bangsa mana pun di dunia.

Hal yang juga perlu diketahui adalah hubungan dengan orang ketiga atau perantara biasanya lebih mudah dan mudah dilaksanakan. Tidak mungkin seseorang bisa masuk dalam suatu organisasi tanpa sokongan atau pertolongan seorang perantara.

(16)

2.2

Pengertian Bisnis di jepang

Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata "bisnis" sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya "bisnis pertelevisian." Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi "bisnis" yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.

Bisnis terdiri dari berbagai macam tipe, dan, sebagai akibatnya, bisnis dapat dikelompokkan dengan cara yang berbeda-beda. Satu dari banyak cara yang dapat digunakan adalah dengan mengelompokkan bisnis berdasarkan aktivitas yang dilakukannya dalam menghasilkan keuntungan.

 Manufaktur adalah bisnis yang memproduksi produk yang berasal

dari barang mentah atau komponen-komponen, kemudian dijual untuk mendapatkan keuntungan. Contoh manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang fisik seperti mobil atau pipa.

 Bisnis jasa adalah bisnis yang menghasilkan barang intangible, dan

(17)

 Pengecer dan distributor adalah pihak yang berperan sebagai perantara

barang antara produsen dengan konsumen. Kebanyakan toko dan perusahaan yang berorientasi-konsumen adalah distributor atau pengecer.  Bisnis pertanian dan pertambangan adalah bisnis yang memproduksi

barang-barang mentah, seperti tanaman atau mineral tambang.

 Bisnis finansial adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dari investasi

dan pengelolaan modal.

 Bisnis informasi adalah bisnis menghasilkan keuntungan terutama dari

pejualan-kembali properti intelektual (intelellectual property).

 Utilitas adalah bisnis yang mengoperasikan jasa untuk publik, seperti

listrik dan air, dan biasanya didanai oleh pemerintah.

 Bisnis real-estate adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan dengan

cara menjual, menyewakan, dan mengembangkan properti, rumah, dan bangunan.

 Bisnis transportasi adalah bisnis yang mendapatkan keuntungan dengan

(18)

BAB III

SISTEM KOMUNIKASI BISNIS JEPANG

 

 

3.1 Pengertian di Balik Pernyataan

Komunikasi adalah sesuatu hal dasar yang selalu dibutuhkan dan dilakukan oleh setiap insan manusia, karena berkomunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia untuk memperoleh kesepakatan dan kesepahaman yang dibangun untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal diantara kedua nya. Untuk mencapai usaha dalam berkomunikasi secara efektif, maka sebaiknya kita harus mengetahui sejumlah pemahaman dan persoalan yang terjadi dalam proses berkomunikasi itu sendiri.

Selain komunikasi ada juga faktor penting yang harus di lakukan, yaitu bisnis, karena dengan bisnis bisa menghasilkan simbiosis mutualisme untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat hidup sebagai manusia. Jika komunikasi adalah elemen yang membedakan kita sebagai makhluk hidup dengan benda, bisnis juga merupakan elemen penting yang tidak hanya membedakan kita dengan benda, tetapi juga membedakan kita sebagai manusia dengan hewan.

Komunikasi Bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis

yang mencakup berbagai macam jenis dan bentuk komunikasi untuk mencapai

tujuan bisnis.Karena Komunikasi bisnis ini merupakan komunikasi yang terjadi di

dunia bisnis, kita tidak boleh melanggar norma-norma yang ditetapkan oleh

(19)

Komunikasi bisnis berbeda dengan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi lintas budaya. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communications) merupakan bentuk komunikasi yang lazim dijumpai dalam kehidupan sehari-hariantara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan komunikasi lintas budaya (intercultural / communication) merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih, yang masing – masing memiliki budaya yang berbeda.

Hal yang pertama dilakukan adalah memahami bentuk dasar komunikasi. Karena seorang komunikator yang baik harus memiliki beberapa alat komunikasi yang menunjang dalam menyampaikan suatu pesan. Seperti bagaimana cara menempatkan kata dalam suatu komunikasi sehingga memiliki arti dan bisa menarik minat dan simpati dari para pendengarnya dan mengajak peserta untuk ikut aktif dalam berkomunikasi seperti dalam kegiatan diskusi.

Teori yang menyatakan bahwa bahasa adalah cermin dari kebudayaan yang berlaku di Jepang. Bahasa Jepang sangatlah kompleks dan rumitnya. Pemikiran, gagasan, dan perasaan diungkapkan secara berputar-putar, di mana pembicara senantiasa mengingat siapa pendengarnya. Kesopanan merembes ke dalam bahasa.

(20)

3.1.1 Apa yang dimaksud “ Ya “ bagi Orang Jepang

Dalam komunikasi orang Jepang khususnya dalam dunia bisnis. Orang jepang sering menggunakan kata “ hai ( ya )“, dan tidak pernah mengatakan tidak ( iie ). Istilah “ hai “ sebagai pengganti kata “ Ya” juga dapat menjadi jebakan lain yang sangat berbahaya. Kata hai umumnya digunakan untuk membiarkan pembicara mengetahui bahwa seseorang sedang mendengarkan dan memahami pembicaraannya, dan ini tidak harus merupakan ungkapan persetujuan. Etika mengharuskan bahwa pendengar perlu membiarkan pembicara secara terus-menerus mengetahui bahwa pendengarnya masih tetap bersedia mendengarkan ceritanya melaluin ungkapan “hai” atau suara afirmatif.

(21)

3.1.2 Bagaimana Orang Jepang menyatakan “ Tidak “

Sejalan dengan keinginan orang Jepang untuk tidak kehilangan muka dan mempertahankan harmoni, maka mereka cenderung untuk tidak pernah menyatakan tidak. Biasanya, orang Jepang akan mangatakan pada lawan bicaranya tentang apa yang menurut si lawan bicara sukai. Ini terjadi karena kerena etika Jepang menyatakan bahwa hal ini adalah lebih penting ketimbang kebenaran pernyataan yang mungkin bisa diucapkannya. Untuk menghindari sikap yang kurang sopan, mereka lebih menyukai untuk tidak memberi tanggapan atau tanggapan yang bersifat menghindar.

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, orang Jepang hampir tidak pernah mengatakan tidak ( iie ). Mereka pada umumnya akan menghindar dengan cara meminta maaf, bersikap diam, menanyakan mengapa anda ingin mengetahuinya, bersikap samar-samar, atau menjawab dengan sebuah gaya bahasa halus yang artinya tidak.

Berikut ini adalah beberapa dari contoh penolakan yang halus yang biasanya digunakan dalam dunia bisnis :

 “Saya akan memeriksanya dan melakukan apa saja yang saya dapat

lakukan”

 “Saya akan melakukan yang terbaik setelah saya membahasnya dengan

atasan saya”  “Itu sangat sulit”

(22)

Bagi orang Jepang, penolakan langsung akan dianggap sangat menusuk bila mengatakan “ tidak “ terhadap pribadinya sendiri, bukan terhadap gagasan, pendapat, atau permohonanya.

3.2

Pernyataan Isyarat

Metode Komunikasi yang bersifat tidak langsung atau yang disebut dengan Komunikasi Nonverbal ini berlangsung dengan baik di Jepang.

Komunikasi Nonverbal merupakan bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis. Walaupun pada umumnya komunikasi nonverbal memiliki sifat kurang terstruktur sehingga sulit untuk dipelajari, seperti memahami dalam penggunaan bahasa isyarat, ekspresi wajah, gerakan tubuh, sandi, simbol-simbol, warna dan intonasi suara. Dalam penyampaiannya, komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal memilki arti yang berbeda-beda, seperti dalam komunikasi nonverbal. pesan yang disampaikan biasanya dilakukan secara spontan tanpa memiliki rencana dan dilakukan secara tidak sadar dan bersifat alami

Adapun Komunikasi Nonverbal memilki beberapa tujuan , yaitu:  Menyediakan dan memberikan informasi

 Mangatur alur suatu percakapan

 Mengekspresikan emosi

 Memberi sifat dan melengkapi, menentang atau mengembangkan pesan-

pesan verbal

(23)

 Mempermudah tugas-tugas khusus, misalnya dalam memberikan

pengajaran pada saat kuliah

Kadang dalam prakteknya, di dalam suatu komunikasi bisnis terjadi penggabungan antar komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal dalam suatu situasi. Karena biasanya kata-kata yang disampaikan dalam suatu komunikasi atau percakapan kadang hanya membawa sebagian dari pesan.

Dan relevansinya dalam komunikasi bisnis, tipe komunikasi nonverbal dapat menentukan kredibilitas dan kepemimpinan seseorang, yang dapat dilihat dari karateristik suara, penampilan, sentuhan, gerakan dan posisi tubuh juga melalui ekspresi wajah dan mata.

3.2.1 Peranan Sikap Diam

Di Jepang, sikap diam adalah sesuatu sikap yang baik. Justru dalam selang waktu keadaan diam yang penuh arti itulah proses merasakan pikiran dan perasaan orang lain berlangsung. Banyak pepatah Jepang yang menyatakan kebaikan dari sikap diam : “ Mereka yang tahu tidak bicara – Mereka yang bicara, tidak banyak tahu “.

(24)

cobalah memperhatikan apakah orang-orang telah mengerti benar apa yang dikatakan.

Salah memahami keenganan orang-orang Jepang untuk mengatakan tidak juga dapat menjadi perangkap yang lain. Ini nyaris tidak pernah diungkapkan dengan kata-kata, jadi penting untuk memahami gerak isyarat tersebut. Suara “sahhh”, panjang atau menghirup udara dengan menonjolkan gigi biasanya berarti kesulitan. Orang Jepang yang berada pada situasi yang demikian bahkan mungkin akan mengatakan, “ini sangat sulit”. Kalau ini terjadi maka bisa ditafsirkan bahwa peluang untuk mencapai kata sepakat nyaris tidak mungkin lagi. Tanpa memperhatikan isyarat-isyarat ini mungkin akan menghasilkan Kesalahpahaman karena diam menyiratkan pesan ambigu.

3.2.2 Roman Muka

Wajah yang tak bergeming. Di jepang, mimik wajah yang tenang adalah sebuah peninggalan dari leluhur, orang Jepang tidak akan menunjukkan perasaannya pada raut muka walaupun dalam keadaan kacau.

Dewasa ini, hal tersebut berfungsi sebagai pelindung, seperti sebuah perisai yang tak kelihatan, dalam tanah yang padat, yang sulit ditembus oleh alat apapun. Hal ini seringkali digunakan untuk menutupi perasaan negatif, karena kemampuan menutupi perasaan tertekan masih dianggap sebagai sebuah kebajikan.

(25)

karena sesuatu hal yang sangat tragis dan itu berfungsi untuk menyembunyikan kesedihan yang mendalam.

Tatap Mata. Di dunia Barat, dianjurkan untuk selalu menatap mata lawan bicara. Di Barat, memalingkan muka cenderung dianggap sebagai kurang sopan dan kurang tertarik pada permasalahan yang sedang dibicarakan. Sebaliknya, di Jepang menatap mata lawan bicara terutama bila si lawan bicara lebih tua atau berstatus lebih tinggi, cenderung dianggap tidak sopan.

3.2.3 Gerak Isyarat

Setiap kebudayaan mempunyai serangkaian isyarat dan gerakan tangan sendiri. Beberapa gerak isyarat mungkin tidak asing, tetapi mempunyi berbagai arti baru, sehingga perlu berhati-hati dalam mengahadapinya.

Sesuatu yang tidak baik atau negative seringkali ditunjukan dengan mengipas tangan kanan di depan wajah, seperti mengusir nyamuk yang dating menghampiri. Persetujuan ditunjukkan dengan mengangguk. Orang-orang akan mengangguk terus-menerus selama pembicaraan, agar pembicara mengetahui bahwa pembicaraannya sedang didengarkan dan dimengerti.

(26)

Malu (atau tepatnya malu-malu atau kerendahan hati) dilakukan oleh kaum wanita dengan menutupi mulutnya. Kaum lelaki di Jepang tidak menghendaki perasaan malu-malu.

Di Jepang, gerakan isyarat tidak dilakukan seterbuka atau sejelas yang dilakukan di dunia Barat. Sumbu gerakan adalah pergelangan tangan, bukannya siku atau pundak. Orang Jepang diajarkan untuk memberikan gerak isyarat dengan cara santun dan lembut.

Walau jabatan tangan sudah menjadi kebiasaan umum, terutama ketika mengucapkan selamat pada orang Barat, membungkuk secara tradisi masih merupakan kebiasaan yang lebih santun. Membungkuk adalah suatu sikap yang maha penting untuk berkomunikasi. Sikap membungkuk dapat juga dilakukan untuk mendapatkan perhatian seseorang, terutama pada saat tidak dipedulikan orang.

(27)

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

4.1 KESIMPULAN

Komunikasi Bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis yang mencakup berbagai macam jenis dan bentuk komunikasi untuk mencapai tujuan bisnis.Karena Komunikasi bisnis ini merupakan komunikasi yang terjadi di dunia bisnis, kita tidak boleh melanggar norma-norma yang ditetapkan oleh dunia bisnis ketika melakukan komunikasi.

Peran komunikasi dalam suatu organisasi sangat penting. Tidak ada seorangpun dalam keseharian tugasnya tanpa berkomunikasi. Baik itu bertema masalah pekerjaan maupun masalah di luar pekerjaan, seperti masalah keluarga, politik, sosial dan ekonomi nasional. Semua ini pasti dilakukan lewat komunikasi. Juga baik itu dilakukan melalui jalur vertikal (atasan-bawahan) maupun jalur horisontal (kolega setingkat).

(28)

Keberhasilan komunikasi bisnis juga sangat ditentukan oleh adanya efektivitas dalam komunikasi bisnis.

(29)

4.2 SARAN

1. Penulis mengharapkan kertas karya ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

2. Sebagai Negara berkembang, Negara Indonesia seharusnya bisa mencontoh Negara Jepang Karena Orang Jepang itu pekerja keras. Terutama pada saat berkomunikasi, orang Jepang sangatlah sopan dan santun. Itulah yang harus dicontoh.Kalau kita mencontoh pekerjaan orang Jepang dan cara berkomunikasi pasti Negara Indonesia akan makmur. 3. Binalah hubungan dengan banyak kenalan di Jepang dan gunakanlah

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Lafayette de Mente, Boye. 2009. Japanese Business Dictionary. Jakarta : Diva Press.

G.Veelasquelz, Manuel. 2006. Etika Bisnis. Jakarta : Andi Publisher.

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama. http://indosdm.com/masalah-pokok-dalam-etika-bisnis

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan secara tersendiri, dan bukan untuk laporan konsolidasi. Auditing berhubungan paralel dengan jenis sistem hukum dan peranan serta tujuan

bahwa judul tentang “Aspek Hukum Deposito Sebagai Jaminan Kredit Pada Bank (Studi Kasus.. Pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk) belum pernah ada di perpustakaan Universitas

Berdasarkan fenomena dalam latar belakang diatas yang disertai fakta-fakta di klinik, maka peneliti tertarik untuk mendalami fenomena tersebut dengan melakukan

(c) Dalam Catatan lapangan dua paragraf satu (CL 02/ analisa jabatan,P1. Tanggal: Jumat, 19 JUNI 201): Ada yang miss dalam pengisiian daftar tamu. Ada fungsi acquiring:

Dilihat secara teperinci bagi tiap-tiap pernyataan penerimaan Produk Bayt Al-Sadaqah/ Charity menunjukkan tiga item berada pada tahap tinggi iaitu Saya perlu tahu

Artinya, Provinsi Kalimantan Timur dianggap mampu menyelenggarakan pemerintahan cukup dengan pendanaan dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (SDA) sehingga

dengan penggunaan tipe Cooperative Script dan kelas III B sebagai kelas kontrol yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan pada

Koreksi tulisan oleh teman atau balikan sesama teman ( peer feedback ) tergolong wujud pembelajaran dengan pendekatan proses ( process approach ).Tidak itu saja,