• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Siklamat Pada Kue Kering Dengan Reaksi Pengendapan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Siklamat Pada Kue Kering Dengan Reaksi Pengendapan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI SIKLAMAT PADA KUE KERING DENGAN

REAKSI PENGENDAPAN

TUGAS AKHIR OLEH:

SITI ELSA TRI HARDISA NIM 082410063

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI SIKLAMAT PADA KUE KERING DENGAN REAKSI PENGENDAPAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh:

SITI ELSA TRI HARDISA NIM 082410063

Medan, Mei 2011 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt. NIP 195006071979031001

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan apa yang penulis lakukan pada praktek kerja lapangan di Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

Selama menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ayahanda H. Endy Rochendy dan Hj. Nurlela,SH dan seluruh keluarga

yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini dan selaku

ketua Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi USU.

(4)

5. Ibu Dra. Flora Sari, Apt., selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha di Balai

Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

6. Ibu Zakiah Kurniati, S.Farm, Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Balai Besar POM di Medan.

7. Seluruh staf dan karyawan Balai Besar POM di Medan yang telah membantu kami selama melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan). 8. Sahabatku Ayu, Uci, Ema, Ajeng, Maya dan Icha yang senantiasa

memberiku semangat dan terus memacuku. dan yang selalu memberi motivasi dan menghibur.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi arti keberadaan mereka.

Dalam menulis Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya

penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2010 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ……….... i

Pengesahan ……….. ii

Kata Pengantar ……… iii

Daftar Isi ………..v

BAB I PENDAHULUAN ……….…….……1

1.1Latar Belakang ……….1

1.2Tujuan ……….………...2

1.3Manfaat ………....2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..………..3

2.1 Kue Kering………...3

2.1.1 Cara Pembuatan Kue Kering………...4

2.2 Pemanis dalam Makanan………..5

2.2.1 Siklamat………...7

2.2.2 Pengaruh Siklamat Terhadap Kesehatan………...10

2.2.3 Identifikasi Siklamat………..………11

BAB III METODOLOGI………..13

3.1 Tempat Pengujian………13

3.2 Identifikasi Siklamat dalam Kue Kering dengan Reaksi Pengendapan 3.2.1 Alat dan Bahan………...13

(6)

3.2.3 Cara Pembuatan Pereaksi………...14

3.2.4 Prosedur……….14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………...15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...17

5.1 Kesimpulan...17

5.2 Saran...17

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Diterimanya suatu pangan oleh masyarakat yang dipengaruhi dari sifat estetika seperti rasa, warna, bau, dan tekstur. Rasa juga bergantung pada selera dan bau. Tanpa ada rasa, rasa pangan terasa hambar karena membedakan

kemanisan, rasa asin, keasaman, rasa pahit, atau kombinasi keempat rasa, hanya bisa dengan penasaran. Lidah adalah organ tubuh yang dapat membedakan rasa.

Rasa manis dapat dirasakan pada ujung sebelah luar lidah. Rasa manis dihasilkan oleh berbagai senyawa organik, termasuk alkohol, glikol, gula, dan turunan gula. Sukrosa adalah bahan pemanis pertama yang digunakan secara komersial karena

pengusahaannya paling ekonomis. Sekarang telah banyak diketahui bahwa bahan alami maupun sintetis mempunyai rasa manis. Bahan pemanis tersebut termasuk karbohidrat, protein, maupun senyawa sintetis yang bermolekul sederhana dan

tidak mengandung kalori seperti bahan pemanis alami (Winarno, 1994).

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma,

(8)

dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan

substitusi pemanis utama (Cahyadi, 2006).

Pemanis dibagi menjadi 2 kelompok yaitu pemanis alami dan pemanis sintetis. Pada pemanis alami yaitu sukrosa, laktosa yang dapat dipergunakan

dalam produk makanan dan minuman tanpa mengalami efek samping, sedangkan pada pemanis sintetis yaitu siklamat, sakarin dan aspartam yang dapat dipergunakan dalam produk makanan dan minuman yang mengalami efek

samping. Oleh sebab itu, maka pada penggunaan pemanis sintetis mempunyai ketentuan pemakaian memiliki batas maksimum 2000 mg/kg (SNI, 2004).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari “ Identifikasi siklamat dalam kue kering dengan reaksi pengendapan “ adalah untuk mengetahui apakah sample kue kering mengandung

bahan pemanis yang tidak memenuhi syarat.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari identifikasi siklamat dalam kue kering dengan

reaksi pengendapan adalah agar dapat mengetahui bahwa pada kue kering tersebut

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kue Kering

Kue busa schuimpjemeringue) adalah

hingga berbusa denga

kantong segitiga, dan dipanggang perlahan di dalam tidak memakai

Beberapa resep kue busa memakai bahan pengikat seperti (bahan pencampur

dengan sendok karena belum ada kantong segitiga untuk mendorong adonan (Anonim, 2010).

Kue ini diklaim sebagai ciptaan seorang pembuat kue bernama Gasparini dari di

kering bernama meringue pertama kali muncul dalam buku resep masakan oleh diterjemahkan pada tahumeringue untuk pertama kalinya masuk ke

(10)

Abad sebelumnya, dua manuskrip Inggris dari abad ke-17 memuat resep kue

kering yang bisa dikenali sebagai kue busa. Pada waktu itu, kue ini disebut "white biskit bread" (roti biskuit putih). Resepnya ditulis pada tahun 1604 oleh Lady Elinor

Resep serupa menyebut kue ini sebagai "pets" dalam koleksi resep yang ditulis oleh Lady Rachel Fane dari

2.1.1 Cara Pembuatan Kue Kering

Untuk pembuatan kue kering bahan-bahan yang dipergunakan adalah tepung terigu, lemak atau mentega, telur, gula atau pemanis lain seperti siklamat

yang terdapat didalam kue kering, bahan pengembang, dan bahan-bahan lainnya seperti kacang, buah, dan bumbu rempah (Mlandhing, 2008).

Tahapan-tahapan proses pembuatan kue kering adalah mengocok adonan,

mencetak adonan, memberi hiasan, dan memanggang. Cara pembuatan kue kering salah satunya dengan melakukan mengocok adonan, yang menggunakan mixer

dengan kecepatan sedang untuk mengocok mentega dan gula sampai tercampur merata, kemudian masukkan telur satu persatu dengan kecepatan mixer yang rendah, agar bahan-bahan adonan kue kering yang sudah dicampurkan dari awal

(11)

Selanjutnya adonan memasuki tahap pencetakan dengan membuat

berbagai bentuk kue kering. Pencetakan kue kering yang mudah dengan dioleskannya mentega diatas loyang, letakkan adonan yang sudah dicetak diatas loyang dengan susunan yang rapi dan beraturan, kemudian pencetakannya

dilakukan dengan berkali-kali sampai adonan habis. Selain itu bisa juga mencetak dengan menggunakan alat cetakan kue kering yang sudah tersedia dipasaran tanpa harus mencetak dengan cara sendiri, agar lebih mudah dan cepat pada waktu

melakukan pencetakan kue kering (Mlandhing, 2008).

Setelah dilakukan proses pencetakan adonan dan dilakukan tahap

berikutnya adalah pemanggangan kue. Untuk memanggang gunakan loyang dengan pinggiran yang pendek, agar panas oven merata ke semua daerah loyang. Gunakan loyang berwarna terang atau mengkilat, karena loyang gelap lebih

menyerap panas shingga kue kering lebih mudah gosong. Memanggang kue kering mudah saja. Nyalakan oven minimal 15 menit sebelum digunakan. Suhu untuk memanggang kue kering antara 160-170° C. Lama waktu memanggang

antara 20-25 menit, sehingga ada juga kue kering yang butuh panas lebih rendah, dan menggunakan waktu yang cukup lama. Setelah selesai pemanggangan, maka kue kering siap di simpan didalam tempat yang bebas dari matahari, agar kue

kering lebih tahan lama untuk dikonsumsi (Mlandhing, 2008).

2.2 Pemanis dalam Makanan

(12)

disebut tanaman penghasil pemanis yang utama adalah tebu. Bahan pemanis yang

dihasilkan dari tanaman tersebut dikenal sebagai gula alam atau sukrosa. Beberapa bahan pemanis alami yang sering digunakan adalah sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, d-glukosa, d-fruktosa, sorbitol, manitol, gliserol, dan glisina. Bahan

pemanis buatan (sintetis) yang telah dikenal dan banyak digunakan adalah sakarin, siklamat, aspartam, dulsin, dan sorbitol sintetis (Cahyadi, 2006).

Pemanis sintetis adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa

manis pada pangan tetapi tidak memiliki nilai gizi. Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa

menurunkan risik

Ada beberapa tujuan pemanis yang ditambahkan kedalam makanan adalah

sebagai pangan bagi penderita diabetes mellitus karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah. Pada penderita diabetes mellitus disarankan menggunakan

pemanis sintetis untuk menghindari bahaya gula. Dari tahun 1955 sampai 1966 digunakan campuran siklamat dan sakarin pada pangan dan minuman bagi penderita diabetes. Selain itu, pemanis juga ditambahkan kedalam makanan untuk

memenuhi kebutuhan kalori rendah bagi penderita kegemukan. Kegemukan merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang merupakan penyebab utama kematian. Untuk orang yang kurang aktif secara fisik disarankan untuk

(13)

sebagai penyalut obat. Beberapa obat yang mempunyai rasa yang tidak

menyenangkan, oleh karena itu untuk menutupi rasa tidak enak dari obat tersebut biasanya dibuat tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering digunakan untuk menyalut obat karena umumnya bersifat higroskopis dan tidak menggumpal.

Adapun tujuan lain dari penambahan pemanis pada makanan adalah untuk menghindari kerusakan gigi. Pada pangan seperti permen lebih sering ditambahkan pemanis sintetis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis

yang lebih tinggi dari gula, pemakaian dalam jumlah sedikit saja sudah menimbulkan rasa manis yang diperlukan sehingga tidak merusak gigi. Pada

industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintetis dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi karena pemanis sintetis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya

relatif murah dibandingkan dengan gula yang diproduksi di alam (Cahyadi, 2006).

2.2.1 Siklamat

Siklamat pertama kali ditemukan dengan tidak sengaja oleh Michael Sveda pada tahun 1937. Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan ke dalam pangan dan minuman. Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium dari asam

(14)

Adapun struktur kimia siklamat dapat dilihat pada Gambar 1. berikut.

Gambar 1. Pada Natrium Siklamat (Anonim, 2011)

Dari segi strukturnya, siklamat merupakan garam kalsium atau natrium dari asam sikloheksansulfamat. Siklamat dapat disintesis dengan reaksi sulfonasi terhadap

sikloheksilamin, baik oleh asam sulfamat maupun sulfurtrioksida. Siklamat tidak rusak jika mengalami pemanasan (Anonim, 2009). Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi hubungan struktur kimia bahan pemanis dengan rasa manis adalah mutu rasa manis, intensitas rasa manis, dan kenikmatan rasa manis (Cahyadi,

2006).

Siklamat adalah pemanis buatan dan memiliki rasa manis 30-50 kali gula pasir, dan jarang meninggalkan rasa pahit seperti sakarin dan K-acesulfame.

Siklamat bersifat mudah larut dalam air dan mempunyai sifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses dalam suhu tinggi

(15)

dengan pemanis buatan lainnya, terutama sakarin (dalam campuran siklamat –

sakarin dengan perbandingan 10:1) (Anonim, 2009).

Penggunaan pemanis buatan dalam makanan memiliki batas maksimum 2000 mg/kg sesuai dengan SNI 01-6993-2004 Tentang Bahan Tambahan Pangan

Pemanis Buatan Persyaratan Penggunannya dalam Produk Pangan. Tujuan pemberian batas maksimum penggunaan pemanis buatan siklamat pada makanan adalah karena penggunannya tidak selalu aman terutama apabila tidak sesuai

dengan peruntukannya ataupun melebihi ambang batas (SNI, 2004)

Pada natrium siklamat kadar maksimum yang diperbolehkan dalam

pangan dan minuman berkalori rendah dan untuk penderita diabetes mellitus adalah 3 g/kg bahan pangan dan minuman. Dan menurut WHO, batas konsumsi harian siklamat yang aman (ADI) adalah 11 mg/kg berat badan. Adanya peraturan

bahwa penggunaan siklamat dan sakarin masih diperbolehkan, serta kemudahan mendapatkannya dengan harga yang relative murah dibandingkan dengan gula alam. Hal tersebut menyebabkan produsen pangan dan minuman terdorong untuk

menggunakan kedua jenis pemanis buatan tersebut di dalam produk (Departemen Kesehatan, 1997).

Dari hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menunjukkan bahwa beberapa makanan jajanan yang dijual di sekolah – sekolah dasar, seperti limun merah, limun kuning, manisan kedondong, dan es cokelat

(16)

jumlah siklamat yang terdeteksi 0,05 – 0,07 ppm. Walaupun pemanis sintetis

tersebut terdapat dalam jumlah yang masih di bawah batas maksimum tetapi berdasarkan Peraturan Menkes tahun 1988 jumlah tersebut hanya ditujukan untuk produk rendah kalori atau bagi penderita diabetes mellitus dan bukan untuk

produk konsumsi umum apalagi untuk anak – anak sekolah dasar, sedangkan berdasarkan penelitian Streetfood Project (Proyek Makanan Jajanan) di Bogor tahun 1989, diketahui bahwa hampir seluruh jenis es puter dan minuman ringan

yang diperiksa (251 sampel), ternyata mengandung siklamat (Winarno, 1994).

2.2.2 Pengaruh Siklamat Terhadap Kesehatan

Pada pemakaian pemanis sintetis masih diragukan keamanannya untuk kesehatan konsumen. Beberapa negara mengeluarkan peraturan untuk tidak memakai pemanis yang berbahaya secara berlebihan, jika konsumen ingin

menggunakannya, maka gunakan seperti yang ditentukan pada permenkes nomor 722 (Cahyadi, 2006).

Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa pahit), tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian bahwa tikus yang diberikan siklamat dan sakarin dapat menimbulkan

kanker kantong kemih. Hasil metabolisme siklamat, yaitu sikloheksiamin bersifat karsinogenik. Oleh karena itu ekskresinya melalui urin dapat merangsang pertumbuhan tumor. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa siklamat

dapat menimbulkan atropi, yaitu terjadinya pengecilan testicular dan kerusakan

(17)

tahun 1985 melaporkan bahwa siklamat maupun turunannya (sikloheksiamin)

juga diduga sebagai tumor promoter (Cahyadi, 2006).

Selain itu, pemanis siklamat juga memunculkan banyak gangguan bagi kesehatan, di antaranya tremor, migran atau sakit kepala, kehilangan daya ingat,

bingung, insomnia, iritasi, asma, hipertensi, diare, sakit perut, alergi, impotensi dan gangguan seksual, kebotakan, dan kanker otak (Indriasari, 2009). Adapun prinsip identifikasi siklamat adalah berdasarkan reaksi pengendapan yang terjadi

terhadap siklamat (Badan POM, 2007).

2.2.3 Identifikasi Siklamat

Pada pengujian suatu identifikasi siklamat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan dengan cara reaksi pengendapan melalui pereaksi tertentu atau dapat dilakukan

dengan kromatografi lapis tipis. Sedangkan analisa kuantitatif (penentuan kadar) dapat dilakukan dengan cara spektrofotodensitometri atau spektrofotometri

UV/tampak, volumetri, kalorimetri, dan kromatografi gas-cair (GLC) (Cahyadi, 2006).

Salah satu pengujian identifikasi siklamat dilakukan dengan cara reaksi

pengendapan. Reaksi pengendapan ini menghasilkan endapan putih dari barium sulfat melalui penambahan barium klorida. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa kristal

(18)

pemusingan. Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat

yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi, seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan lain dalam

larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya (Vogel, 1985).

Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu produknya berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak atau sukar larut

didalam air atau pelarutnya. Tidak semua zat mengendap, sehingga reaksi pengendapan juga dipergunakan untuk identifikasi sebuah kation atau anion

(19)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian identifikasi siklamat dalam kue kering dengan cara pengendapan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2

Medan.

3.2 Identifikasi Siklamat dalam Kue Kering Dengan Reaksi Pengendapan

3.2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada identifikasi siklamat dalam kue kering

dengan cara pengendapan adalah corong pisah, tangas air, dan tabung reaksi. Bahan yang digunakan pada identifikasi siklamat dalam kue kering dengan cara pengendapan adalah etil asetat, HCl(p), BaCl2 10 %, NaNO2

10%.

3.2.2 Sampel

Nama contoh : Kue Kering “Rotiku” No. Kode contoh : 403/IL/MM/10

Wadah/Kemasan : Kotak Plastik

(20)

3.2.3 Cara Pembuatan Pereaksi 1. BaCl2 10 %

Larutkan 10 g BaCl2 dalam aquadest sampai 100 ml. 2. NaNO2 10%

Larutkan 10 g NaNO2 dalam aquadest sampai 100 ml

3.2.4 Prosedur

1. Sejumlah 100 ml cuplikan bentuk cair atau larutan cuplikan padat setara dengan 3 mg Natrium Siklamat.

2. Masukkan dalam corong pisah 250 ml. 3. Tambah 5 ml HCl (P).

4. Ekstraksi 3 kali, setiap kali dengan 250 ml etil asetat.

5. Lapisan etil asetat dikumpulkan dan diekstraksi kembali dengan air 3 kali setiap kali dengan 30 ml air.

6. Lapisan air dikumpulkan, ditambah 5 ml HCl (P).

7. Tambah 10 ml BaCl2 10 %.

8. Biarkan selama 5 menit.

9. Bila terbentuk endapan disaring, dan ditambah 10 ml NaNO2 10 %.

10.Campuran dipanaskan selama labih kurang 2 jam diatas tangas air

11.Siklamat positif jika terbentuk endapan putih Barium Sulfat.

(21)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil identifikasi siklamat dalam kue kering dengan cara reaksi pengendapan, mempunyai pemerian dalam sampel dengan bentuk padat, rasa

manis, warna merah-kuning-hijau, dan mempunyai bau yang normal. Hasil Identifikasi siklamat dalam sampel kue kering dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil identifikasi siklamat dalam sample kue kering. Nama Zat Pereaksi *) Pengamatan Hasil

Baku Pembanding

Na. Siklamat BaCl2 10 %

NaNO2

 Putih Siklamat (+)

Zat Uji

Rotiku SDA  Putih Siklamat (+)

*) Preaksi yang digunakan adalah menurut BPOM

Pada percobaan identifikasi siklamat dalam sampel kue kering dengan cara pengendapan, diketahui bahwa sampel dalam kue kering diperoleh hasil positif

bahan pemanis siklamat. Dari hasil percobaan identifikasi siklamat dalam kue kering dengan cara pengendapan, diketahui bahwa sampel kue kering tersebut

(22)

Pada percobaan ini dilakukan uji sederhana keberadaan siklamat pada

bahan makanan. Sampel yang digunakan adalah kue kering. Uji ini merupakan uji secara kualitatif karena hanya menggunakan uji reaksi pengendapan. Metode reaksi pengendapan ini dipakai karena dapat menganalisis senyawa siklamat

dalam makanan dengan mudah dan cepat. Sampel pada kue kering menghasilkan endapan,endapan yang terbentuk adalah endapan putih yang disebabkan oleh pembentukan barium sulfat dari penambahan barium klorida.

Penggunaan pemanis buatan dalam makanan memiliki batas maksimum 2000 mg/kg sesuai dengan SNI 01-6993-2004 Tentang Bahan Tambahan Pangan

Pemanis Buatan Persyaratan Penggunannya dalam Produk Pangan. Tujuan pemberian batas maksimum penggunaan pemanis buatan siklamat pada makanan adalah karena penggunannya tidak selalu aman terutama apabila tidak sesuai

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan identifikasi siklamat dalam sampel kue kering dengan reaksi pengendapan, diketahui bahwa sampel kue kering yang diuji mengandung bahan pemanis yang tidak memenuhi syarat, yaitu siklamat.

5.2 Saran

Sebaiknya pengujian untuk identifikasi siklamat dalam kue kering dengan

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Badan POM. (2007). Instruksi Kerja Pengujian Bidang II Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Badan Standarisasi Nasional-BSN. SNI 01-6993-2004 Tentang Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan-Persyaratan Penggunaannya dalam Produk

Pangan. Jakarta

Cahyadi, W. (2006). Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara. Hal. 85-89

Departemen Kesehatan RI dan Dirjen POM. (1997). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Pangan.

Jakarta.

Indriasari, L. (2009). Si Manis yang Perlu diwaspadai. www. Depkes.go.id, diakses. Tgl: 25 Januari 2009.

Mlandhing. (2008). Teknik Dasar Pembuatan Kue Kering. http://dapur mlandhing

dagdigdug.com/2008/05/16/teknik-dasar-pembuatan-kue-kering.

Tgl: 16 Mei 2008. Anonim. (2011). Kue Busa

Tgl: 12 November 2010.

Winarno, F.G. (1994). Bahan Tambahan untu Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal. 95-99

Anonim. (2009). Siklamat

(25)

Vogel. (1985). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Jakarta: PT.

Kalman Media Pustaka. Hal. 72-73

Yuliarti, N. (2007). Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogjakarta: Andi. Hal. 27-28

Gambar

Gambar 1. Pada Natrium Siklamat (Anonim, 2011)
Tabel 1. Hasil identifikasi siklamat dalam sample kue kering.

Referensi

Dokumen terkait