• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Persamaan Klein Gordon Untuk Menentukan Tingkat Energi Dari Atom Pion

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Persamaan Klein Gordon Untuk Menentukan Tingkat Energi Dari Atom Pion"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PERSAMAAN KLEIN GORDON UNTUK

MENENTUKAN TINGKAT ENERGI DARI ATOM PION

SKRIPSI

ROLAS D NAINGGOLAN

080801037

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENERAPAN PERSAMAAN KLEIN GORDON UNTUK

MENENTUKAN TINGKAT ENERGI DARI ATOM PION

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ROLAS D NAINGGOLAN

080801037

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENERAPAN PERSAMAAN KLEIN – GORDON (KG) UNTUK MENENTUKAN TINGKAT

ENERGI DARI ATOM PION

Kategori : SKRIPSI

Nama : ROLAS D NAINGGOLAN

Nomor Induk Mahasiswa : 080801037

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 17 Juli 2012

Komisi Pembimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

TUA RAJA SIMBOLON, S.Si, M.Si Drs. TENANG GINTING, M.Si NIP. 197211152000121001 NIP. 1948061101976031003

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Fisika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENERAPAN PERSAMAAN KLEIN GORDON (KG) UNTUK MENENTUKAN TINGKAT ENERGI DARI ATOM PION

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 17 Juli 2012

ROLAS D NAINGGOLAN

(5)

PENGHARGAAN

Terpuji dan termulialah Yesus Kristus yang sampai saat ini, Dia masih tetap memberikan yang terbaik dalam kehidupan saya, terutama dalam penulisan skripsi ini. Saya sangat menyadari dan percaya tanpa campur tanganNya perjalanan perkuliahan saya dan penulisan skripsi ini tidak akan pernah dapat selesai.

Saya menyadari bahwa tidak akan pernah ada keberhasilan tanpa adanya dukungan, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada mereka yang telah mendukung saya bahkan sampai pada penyelesaian skripsi ini. 1. Kepada Bapak Drs. Tenang ginting, M.S dan bapak Tua raja Simbolon, S.Si,

M.Si selaku pembimbing saya pada penyelesaian skripsi ini yang selalu terbuka dalam memberikan bimbingan maupun motivasi dalam penulisan skripsi ini. Saya juga dalam kesempatan ini sangat berharap kepada Mereka supaya hal ini terus ditingkatkan untuk adek – adek yang akan dibimbing kemudian,

2. Kepada Bapak ibu Dosen Departemen Fisika yang telah mengajari saya kurang lebih 4 tahun, terimakasih untuk setiap ilmu yang telah diberikan dan yang telah saya dapat,

3. Kepada admininistratif departemen Fisika USU, mulai dari Bapak Dr. Marhaposan Situmorang sebagai Ketua Departemen Fisika USU beserta staff pegawai di Kantor departemen Fisika USU yang senantiasa membantu Penulis didalam melengkapi administrasi.

4. Kepada orang tua saya, ayah M. Nainggo lan dan Ibu St. M Sibagariang yang selalu memberikan kasih sayang yang tak ternilai dan juga nasehat – nasehat yang telah membagun kepribadian saya sampai saat ini. Thanks Dad and Mom…

5. Kepada abang Sardinius Nainggolan, Tator Nainggolan, kakak Romasi Nainggolan, Romian Nainggolan dan Rosda Nainggolan serta adek saya Gomgom P Nainggolan, terimakasih untuk setiap dukungan dan doanya,

6. Kepada sahabat – sahabat saya FISKOLA yang saya sayangi mulai dari appara Mengara, Perdana, Indra, Asman, Bheg an, Roni, Hiras, Albert, Triandes, Martin, Metar, Eben, Donal, Zulkar, Ervina, Borasida, Elizabeth, Nya Daniaty, Putri, Yosephin, Teresia, Nytha, Melly, Ardo, terimakasih untuk setiap kebersamaan yang kita lalui bersama dan untuk setiap dukungan dan doanya. Kepada kawan – kawan di Fisika FMIPA USU ada Sabam dan kawan – kawan (09), Faisal dan kawan – kawan (10) dan Togar dan kawan (11) terimakasih untuk doanya.

7. Kepada kelompok kecil saya di KMKS Glory In Exelcess(GIE) ada K’Sondang, Hana, B’Eko dan Ervina, terimaksih untuk setiap kebersamaan dan bimbingan Rohani yang telah saya dapat.

(6)

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk penyempurnaan karya – karya penulis selanjutnya.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis dan pembaca, terutama juga kepada mereka yang ingin melanjutkan penelitian ini. Terimakasih. Syalom……..

Medan, September 2011

(7)

ABSTRAK

(8)

APPLYING KLEIN – GORDON (KG) EQUATION TO OBTAIN ENERGY LEVEL OF PIONIC ATOM

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

2.2.1 Persamaan Schrodinger Bergantung waktu 7 2.2.2 Persamaan Schrodinger Tak Bergantung waktu 8 2.2.3 Energi Sistem Mantap Terkuantisasi 9 2.2.4 Harga – Energi dan Fungsi – Eigen 9

2.3 Transformasi Lorentz 10

2.3.1 Transformasi Galilie 10

2.3.2 Transformasi Kecepatan Galilei 11 2.3.3 Kegagalan Transformasi Galilie 11

(10)

BAB III Metodologi Penelitian

3.1 Rancangan Penelitian 20

3.2 Diagram Alir Penelitian 21

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

4.1 Penentuan persamaan KG dengan Pengaruh Medan

Elekromagnetik Luar 22

4.2 Solusi Persamaan KG 22

4.2.1 Solusi Keadaan State Persamaan KG 23

4.2.2 Pemisahan Variabel 24

4.2.3 Solusi Persamaan untuk Arah Radial (R) 27 4.3 Aplikasi dari Persamaan KG 29

4.3.1 Untuk Atom Pion 29

4.3.2 Untuk Photon 29

BAB V Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan 30

5.2 Saran 31

(11)

DAFTAR SIMBOL – SIMBOL

= sudut zenit yang dibentuk oleh sumbu ZY pada koordinat bola

(12)

DAFTAR KONSTANTA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(14)

ABSTRAK

(15)

APPLYING KLEIN – GORDON (KG) EQUATION TO OBTAIN ENERGY LEVEL OF PIONIC ATOM

ABSTRACT

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persamaan Schrödinger yang dikemukakan oleh fisikawan Erwin Schrödinger (1925),

telah terbukti dapat digunakan untuk mencari energi yang ditimbulkan dari suatu

sistem fisika yang ditinjau. Seperti misalnya untuk menyelesaikan kasus – kasus

dalam fisika seperti partikel bebas dalam kotak, osilator harmonik, atom hidrogen dan

lain – lain. Tapi perlu diperhatikan disini bahwa perumusan untuk mencari energi dari

kasus – kasus seperti diatas pada umumnya masih dalam ruang lingkup non –

relativistik.

Ketika efek relativitas diperhitungkan maka persamaan Schrodinger tersebut

akan berubah menjadi persamaan Klein – Gordon, yang dikemukakan oleh fisikawan

Oskar Klein dan Walter Gordon pada tahun 1927. Persamaan ini sangat cocok

diterapkan untuk partikel – partikel elementer karena partikel elementer dapat

bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya (v~c). Dalam tugas akhir ini

penerapan persamaan KG akan diterapkan pada atom pion. Atom pion adalah

penyusun atom yang hampir sama dengan muon dimana menurut Hideki Yukawa

(1935) partikel inilah yang bertanggung jawab terhadap adanya gaya nuklir. Partikel

ini dapat bermuatan positif, negatif dan normal.

Dengan menerapkan persamaan KG pada atom pion maka akan ditemukan

persamaan energi untuk partikel tersebut. Dalam penerapannya untuk atom pion,

prinsipnya akan sama dengan penerapan persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen,

dimana potensial yang bekerja untuk atom ini sama juga untuk potensial pada atom

hidrogen yaitu potensial yang disebabkan oleh adanya medan listrik yang disebabkan

(17)

KG ini adalah akan ditemukanya interpretasi energi yang bernilai positif dan negatif.

Energi negatif dimunculkan ketika persamaan tersebut diberlakukan untuk partikel

tunggal. Partikel tunggal maksudnya disini adalah partikel yang memiliki interaksi

dengan partikel lain, sehingga untuk partikel tunggal terdapat beda potensial yang

konstan yang diakibatkan oleh interaksi tadi. Sedangkan energi positif akan

dimunculkan untuk partikel bebas, yaitu partikel yang berdiri sendiri (tidak ada

interaksi dengan partikel lain).

Atom pion sebagaimana yang telah diketahui hanya ber – spin nol (0) akan

sangat cocok diaplikasikan untuk persamaan KG. Karena sesuai dengan syarat dalam

penerapan persamaan KG bahwa pertikel yang terlibat harus memiliki spin nol (0).

Hal inilah yang menyebabkan penerapan persamaan KG pada atom hidrogen tidak

serta merta bisa diterapkan. Dengan bantuan persamaan KG maka akan diharapkan

penyelesaian pada atom pion akan menghasilkan persamaan energi yang bernilai

negatif sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa interpretasi energi negatif

menggambarkan partikel yang ditinjau adalah partikel tunggal.

1.2Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penulisan skripsi ini adalah

bagaimana bentuk persamaan energi relativistik dari atom pion dengan

mennggunakan persamaan KG.

1.3Batasan Penelitian

Adapun batasan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Permasalahan yang disajikan adalah kajian terhadap atom pion yang berspin

nol

2. Potensial yang dialami oleh atom pion adalah konstan

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah:

1. Mengetahui konstruksi persamaan KG untuk atom pion

(18)

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari tugas akhir ini adalah:

1. Sebagai sumber pustaka mengenai persamaan KG

2. Sebagai penambah wawasan bagi penulis maupun pembaca mengenai

penerapan persamaan KG untuk atom pion

1.6Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan masing-masing bab adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan tugas akhir ini.

BAB II Tinjauan pustaka

Bab ini berisi teori yang mendasari penelitian.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini membahas tentang metode yang digunakan dan

diagram alir penelitian.

BAB IV Hasil dan pembahasan

Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan

menganalisis data yang diperoleh dari penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Menyimpulkan hasil-hasil yang didapat dari penelitian

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Atom Pion

Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron – nya diganti menjadi sebuah

pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi

penyelidikanya dengan serius dilakukan baru – baru ini. Seorang fisikawan Jepang

Hideki Yukawa (1935) menyatakan bahwa terdapat partikel dengan besar massa

antara elektron dan nukleon yang bertanggung jawab atas adanya gaya nuklir. Dan

Dia menamakan partikel tersebut sebagai pion. Pion dapat bermuatan positif ( ),

negative ( ) dan netral ( ), dan merupakan anggota kelas partikel elementer yang

secaca kolektif disebut meson (kata pion merupakan singkatan dari meson).

Menurut Yukawa, setiap nukleon terus menerus memancarkan dan menyerap pion.

Jika terdapat nukleon lain didekatnya, pion yang dipancarkan dapat menyeberang alih

– alih kembali kenukleon induknya; transfer momentum yang menyertainya setara

dengan aksi gaya. Atom pion hanya memiliki spin nol (0).

Gaya nuklir saling tolak – menolak pada jangkauan sangat pendek dan saling

tarik - menarik pada jarak nukleon – nukleon yang agak jauh, karena jika tidak

demikian nukleon dalam inti akan menyatu, dan salah satu kekuatan teori meson

untuk gaya seperti itu ialah kedua aspek itu tercakup. Tidak terdapat cara sederhana

untuk menunjukkan yang pertama secara formal, tetapi analogi yang kasar dapat

mengurangi misteri konsep tersebut. Marilah kita bayangkan dua orang anak saling

tukar bola basket. Jika mereka saling menukar bola basket tersebut, anak itu bergerak

mundur, dan ketika mereka menangkap bola yang dilemparkan kepadanya,

momentum mundurnya bertambah. Jadi metode pertukaran bola basket ini

menghasilkan efek yang sama sebagai gaya tolak antara anak – anak itu. Jika anak –

(20)

tarik timbul diantara mereka. Suatu persoalan pokok timbul disini. Jika nukleon

berkesinambungan memancarkan dan menyerap pion, mengapa proton dan neutron

tidak pernah didapatkan mempunyai massa yang lain dari massa biasanya? Jawabanya

terletak pada prinsip ketidakpastian, hukum fisika hanya mengacu pada kuantitas

terukur, dan prinsip ketidakpastian membatasi ketetapan suatu kombinasi pengukuran

yang dapat dilakukan. Pemancaran pion oleh sebuah nukleon yang tidak berubah

massanya merupakan pelanggaran terhadap hukum kekekalan energi dapat terjadi asal

saja nukleon itu menyerap kembali pion lain yang dipancarkan oleh nukleon tetangga,

sehingga secara prinsip tidak dapat ditentukan apakah sebenarnya terjadi perubahan

massa.

2.1.1 Massa Atom Pion

Dari prinsip ketidakpastian dalam bentuk

(2.1)

Suatu kejadian dimana sejumlah energi tak kekal tidak dilarang, asal saja selang

waktu kejadian itu tidak melebihi . Persyaratan ini dapat dipakai untuk

memperkirakan massa pion. Jika dianggap sebuah pion bergerak diantara nukleon –

nukleon dengan kelajuan v~c; ini berarti pemancaran pion bermassa menyatakan

penyimpangan energi sementara sebesar ~ (energi kinetik pion diabaikan dan

bahwa ). Gaya nuklir memiliki jangkauan maksimum r sekitar 1,5 fm, dan

waktu yang diperlukan jarak sejauh itu adalah:

(2.2)

sehingga diperoleh

(21)

(2.3)

dan menghasilkan

(2.4)

Besaran itu kira – kira 230 kali massa diam elektron . Beberapa tahun setelah

usulan Yukawa, partikel yang sifatnya telah diramalkan betul – betul ditemukan.

Massa pion bermuatan adalah 273 dan pion netral adalah 264 tidak jauh dari

perkiraan diatas.

2.1.2 Keterlambatan Ditemukanya Atom Pion

Terdapat dua faktor yang menyebabkan ditemukannya pion bebas agak terlambat.

Pertama, harus terdapat energi yang cukup untuk diberikan pada nukleon sehingga

pemancaran sebuah pion memenuhi kekekalan energi. Jadi sekurang – kurang energi

sebesar atau sekitar 140 MeV diperlukan. Untuk menyediakan energi sebesar

itu untuk nukleon dalam suatu tumbukan, partikel yang datang harus berenergi lebih

besar dari supaya momentum dan energinya kekal. Partikel dengan energi

kinetik beberapa ratus MeV diperlukan untuk menghasilkan pion bebas dan partikel

seperti itu terdapat dalam alam hanya dalam arus difusi radiasi kosmik yang datang

kebumi. Jadi penemuan pion harus menunggu perkembangan metode yang cukup

peka dan tepat dalam penelitian interaksi sinar kosmik. Baru – baru ini pemercepat

(akselerator) mulai bekerja; alat ini dapat menghasilkan energi partikel yang

diperlukan, dan pion yang terjadi dapat dipelajari langsung. Penyebab kedua

tertundanya penemuan eksperimental dari pion adalah ketakmantapan; umur rata –

rata pion bermuatan adalah 2,6 x 10-8 s dan pion netral adalah 8,4 x 10-17 s. Umur

demikian pendeknya sehingga keberadaanya baru didapatkan secara menyakinkan

(22)

2.2 Persamaan Schrodinger

Dalam mekanika kuantum, fungsi gelombang bersesuaian dengan variabel

gelombang y dalam persamaan gerak gelombang umumnya. Namun, tidak seperti y

bukanlah suatu kuantitas yang dapat diukur, sehingga dapat berupa kuantitas

kompleks. Karena itulah kita akan menganggap dalam arah x dinyatakan oleh

(2.5)

dengan adalah bilangan imajiner (khayal) yang nilainya

Jika pada persamaan diatas diganti dengan ( adalah frekuensi) dan dengan

, maka diperoleh

(2.6)

yang bentuknya menguntungkan, karena telah diketahui hubungan antara dan

dinyatakan dalam energi total E dan momentum p dari partikel yang diberikan oleh

. Karena

dan (2.7)

diperoleh

(partikel bebas) (2.8)

Persamaan (2.8) diatas merupakan pemerian matematis gelombang ekivalen dari

partikel bebas yang berenergi total E dan momentum p yang bergerak dalam arah +x,

yang juga merupakan pemerian dari pergeseran harmonik gelombang yang bergerak

bebas sepanjang tali terpentang.

(23)

Salah satu cara untuk memperoleh persamaan Schrodinger bergantung waktu adalah

dengan mendiferensialkan persamaan (2.8) dua kali terhadap x, menghasilkan

sehingga (2.9)

dan sekali terhadap t, menghasilkan

sehingga (2.10)

Untuk kelajuan yang kecil terhadap kelajuan cahaya, energi total partikel E ialah

jumlah dari energi kinetik dan energi potensial V, dengan V pada umunya

merupakan fungsi kedudukan x dan waktu t, dan dengan langsung menjadikan kedua

ruasnya dengan fungsi gelombang menghasilkan

(2.11)

Dengan mensubstitusi persamaan (2.9) dan (2.10) kedalam persamaan (2.11) dipeoleh

(2.12)

Persamaan diatas merupakan persamaan Schrodinger bergantung waktu dalam satu

dimensi.

2.2.2 Persamaan Schrodinger Tak Bergantung waktu

Untuk memperoleh persamaan Schrodinger yang tidak bergantung terhadap waktu

dapat dilakukan dengan kembali menuliskan persamaan (2.8) dalam bentuk

(24)

Hal ini berarti bahwa merupakan hasil kali antara fungsi yang bergantung waktu

dengan fungsi yang bergantung kedudukan. Kenyataanya, perubahan terhadap waktu

dari semua fungsi partikel yang mengalami aksi dari gaya tunak mempunyai bentuk

yang sama seperti pada partikel bebas. Dengan mensubstitusikan dari persamaan

(2.13) ke persamaan schrodinger yang bergantung terhadap waktu, didapat

(2.14)

Persamaan diatas merupakan persamaan Schrodinger tak bergantung waktu (keadaan

tunak). (Scherrer, 2005)

2.2.3 Energi Sistem Mantap Terkuantisasi

Pada umumnya, persamaan keadaan tunak Schrodinger dapat dipecahkan hanya untuk

harga Ε tertentu saja. Memecahkan persamaan Schrodinger untuk suatu sistem berarti

memperoleh suatu fungsi gelombang yang tidak saja memenuhi persamaan dan

syarat batas yang ada, tetapi juga harus memenuhi syarat bisa diterimanya fungsi

gelombang yaitu turunanya harus kontinu, berhingga dan berharga tunggal. Jadi

kuantisasi energi muncul dalam mekanika gelombang sebagai unsur wajar dari teori

tadi, dan kuantisasi energi dalam dunia fisis dinyatakan sebagai gejala universal yang

merupakan ciri dari semua sistem yang mantap.

2.2.4 Harga – Energi dan Fungsi – Eigen

Harga energi didapat dari persamaan keadaan – tunak Schrodinger yang dapat

dipecahkan disebut harga – eigen dan fungsi gelombang yang bersesuaian disebut

fungsi eigen. (Istilah ini berasal dari bahasa Jerman Eigenwert, yang berarti “harga

(25)

sesungguhnya”. Misalnya untuk tingkat energi diskrit atom hidrogen yang merupakan

sekelompok harga – eigen dirumuskan:

(2.15)

Begitu juga tingkat energi (harga eigen) yang diperoleh untuk partikel dalam kotak

dirumuskan:

(2.16)

2.3 Transformasi Lorentz

2.3.1 Transformasi Galilie

Andaikata kita berada dalam kerangka acuan S yang memiliki koordinat kejadian S

(x,y,z,t). Pengamatan berada pada kerangka acuan lain S’ (x’,y’,z’,t’) yang bergerak

dengan kecepatan v. Ditinjau arah kecepatan v yang searah dengan sumbu x.

Selanjutnya akan ditentukan hubungan antara hasil pengukuran x, y, z, t dengan x’, y’,

z’, t’.

y y’

S x S x’

z z

Gambar 2.1. Kerangka S’ bergerak dengan kecepatan v terhadap kerangka S

Jika waktu kedua sistem diukur dari saat ketika titik awal S dan S’ berimpit,

pengukuran dalam arah x yang dilakukan di S akan melebihi yang di S’ dengan vt

(26)

x' = x – vt (2.17)

Pada arah y dan z tidak terdapat gerak relatif sehingga :

y' = y (2.18)

z' = z (2.19)

Dalam hal ini tidak terdapat indikasi yang bertentangan dengan pengalaman

sehari-hari sehingga :

t' = t (2.20)

Persamaan (2.17) sampai dengan (2.18) dikenal sebagai transformasi Galilei.

2.3.2 Transformasi Kecepatan Galilei

Transformasi kecepatan Galilei dapat diperoleh dengan diferensiasi x’, y’, dan z’

terhadap waktu.

Selama transformasi Galilei dan transfromasi kecepatan menghasilkan sesuatu yang

cocok dengan ekspektasi intuisi kita maka transformasi tersebut melanggar kedua

postulat relativitas khusus. Postulat pertama mensyaratkan persamaan yang sama

kedua persamaan fisis tersebut baik dalam kerangka S maupun S’, ternyata persamaan

pokok dalam kelistrikan dan kemagnetan memiliki bentuk yang berbeda jika

digunakan transformasi Galilei untuk mengubah kuantitas yang terukur pada suatu

kerangka acuan ke kuantitas yang setara dalam kerangka acuan lain. Postulat kedua

mensyaratkan harga yang sama untuk kelajuan cahaya c baik dalam kerangka S

maupun S’. Jika dilakukan pengukuran kelajuan cahaya dalam arah x maka dalam

(27)

kenyataan tersebut maka transformasi Galilei gagal sebagai cara penggambaran gejala

relativistik secara taat asas.

2.3.4Transformasi Lorentz

Kaitan antara x dan x’ yang rasional adalah memenuhi:

x' = k (x – vt) (2.24)

dengan k menyatakan faktor pembanding yang tak tergantung dari besaran x atau t

tetapi dapat merupakan fungsi v. Pemilihan persamaan (2.24) sebagai alternatif

transformasi adalah didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

a. Persamaan tersebut linear terhadap x dan x’, sehingga suatu kejadian dalam

kerangka S bersesuaian dengan kejadian tunggal dalam kerangka S’, seperti

seharusnya.

b. Bentuk persamaan tersebut cukup sederhana, sehingga pemecahannya mudah

dipahami.

c. Persamaan tersebut dapat direduksi menjadi bentuk persamaan (2.17) yang dapat

dibuktikan kebenarannya dalam persamaan-persamaan mekanika klasik.

2.3.5Transformasi Balik untuk x

Berpijak pada postulat pertama relativitas khusus maka persamaan fisika harus

berbentuk sama dalam kerangka S dan S’, sehingga kaitan x sebagai fungsi x’ dan t’

dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

x = k (x’ + vt’) (2.25)

Sedangkan pada arah koordinat y’ dan z’ memenuhi persamaan :

y' = y (2.26)

z' = z (2.27)

2.3.6Transformasi t

Koodinat t dan t’ tidak sama, hal ini dapat dilihat dengan mensubstitusikan x’ yang

(28)

x = k2(x – vt) + kvt’ (2.28)

Dari persamaan ini tersebut dapat diperoleh :

x

Persamaan (2.24), (2,25) hingga persamaan (2.29) merupakan transformasi

koordinat yang memenuhi postulat relativitas khusus.

Penentuan Faktor k :

Pada saat t =0, titik asal kedua kerangka S dan S’ berada pada tempat yang sama.

Menurut persamaan awal t’ = 0 juga, dan pengamat pada masing-masing koordinat

melakukan pengukuran kelajuan cahaya yang menuju ke titik itu. Kedua pengamat

harus mendapatkan kelajuan yang sama yaitu c.

Dalam kerangka S :

x = ct (2.30)

Sedangkan dalam kerangka S’ :

x‘ = ct’ (2.31)

Substitusi x’ dan t’ pada persamaan (2.24) dan (2.29) ke persamaan (2.31),

dihasilkan :

Rumusan x di atas sama dengan yang diberikan oleh persamaan (2.30) yaitu x

(29)

1

Dengan memasukkan nilai k ke dalam persamaan (2.24) diperoleh persamaan

transformasi lengkap dari pengukuran suatu kejadian dalam kerangka S terhadap

pengukuran yang sesuai yang dilakukan dalam kerangka S’ :

2.4 Persamaan Klein Gordon (KG)

Persamaan KG pertama kali diperkenalkan oleh fisikawan Oskar Klein dan Walter

Gordon pada tahun 1927. Persamaan Klein Gordon seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya dapat diturunkan dari hubungan energi – momentum relativistik dengan

mensubstitusikan operator – operator diferensial untuk energi E dan momentum

yang diberikan dalam mekanika kuantum. Kita akan mengawali dengan menurunkan

(30)

Operator-operator diferensial dalam mekanika kuantum untuk energi E dan

momentum diberikan oleh

(operator energi) (2.34a)

(operator momentum) (2.34b)

Dalam limit non-relativistik, energi kinetik dari sebuah partikel bebas dengan massa m

dan momentum diberikan oleh

(2.35)

Disini E adalah energi kinetik partikel. Jika operator-operator diferensial untuk energi

dan momentum disubstitusikan ke persamaan (2.35) maka diperoleh

(2.36)

Analog dengan penurunan persamaan Schrodinger, sebuah persamaan kovarian (sama

dalam setiap kerangka acuan) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan energi

dan momentum 4-vektor relativistik dari sebuah partikel,

(2.37)

Operator-operator diferensial persamaan (2.34a) dan (2.34b) kemudian dapat

dinyatakan dalam notasi 4-vektor

(2.38)

Dalam ungkapan ini, operator energi adalah komponen ke nol persamaan (2.38).

Substitusi persamaan (2.38) ke persamaan (2.37), dengan mengingat bahwa operator

selalu bekerja pada suatu keadaan (state), , persamaan (2.37) menghasilkan

persamaan diferensial orde-2,

(31)

Persamaan (2.39) selanjutnya dinamakan persamaan Klein-Gordon (KG). Dengan

memperkenalkan operator d’Alembert

(2.40)

dengan

(2.41)

Operator adalah invarian Lorentz, jadi persamaan KG adalah persamaan kovarian

relativistik jika adalah fungsi skalar. Yaitu terhadap transformasi Lorentz

bertransformasi sebagai berikut

, (2.41)

sehingga adalah invarian. Persamaan (2.39) adalah persamaan orde-2 dalam

derivative waktu, sehingga mudah dilihat bahwa solusi persamaan KG adalah solusi

gelombang bidang,

(2.42)

dimana adalah konstanta normalisasi. Jika disubstitusikan solusi gelombang bidang

di atas ke persamaan KG maka solusi untuk energi dari persamaan ini memberikan

dua buah nilai energi, yaitu energi positif dan energi negatif,

(2.43)

diperoleh

(32)

Solusi energi negatif adalah sebuah permasalahan ketika ditafsirkan

sebagai sebuah fungsi gelombang untuk partikel tunggal. Untuk sebuah partikel bebas,

energi total E sepenuhnya dinyatakan oleh energi kinetiknya sehingga energinya

konstan, karenanya dapat dipilih partikel dengan keadaan energi positif dan

mengabaikan keadaan energi negatif. Namun ketika partikel berinteraksi, ada

pertukaran energi dengan lingkungan yang berarti ada sejumlah energi yang

diemisikan dalam proses. Kemudian energi dari sebuah partikel akan menuju ke

keadaan energi negatif tak berhingga dan ini tidak mungkin terjadi untuk sebuah

partikel tunggal jika ditafsirkan sebagai sebuah fungsi gelombang. Namun

demikian kita tidak dapat mengabaikan begitu saja solusi energi negatif sebagai solusi

tidak fisis. Karena solusi ini diperlukan untuk mendefinisikan kelengkapan suatu

keadaan. Berbeda halnya jika ditafsirkan sebagai sebuah medan kuantum, kedua

solusi energi bukan masalah. Solusi energi positif dan negatif terkait dengan

operator-operator untuk partikel tercipta atau teranihilasi. Permasalahan kedua dengan tafsiran

fungsi gelombang yang muncul adalah ketika kita mencoba untuk merealisasikan

rapat probabilitas. Dalam persamaan Schrodinger, jika adalah fungsi gelombang

maka rapat probabilitas, , diberikan oleh

(2.45)

Karena probabilitas adalah kekal maka haruslah memenuhi persamaan kontinuitas

= 0 (2.46)

dimana adalah arus probabilitas. Arus probabilitas yang memenuhi persamaan

kontinuitas ini adalah

) (2.47)

Akan tetapi, rapat probabilitas yang didefinisikan oleh persamaan (2.44) tidak kekal

dalam persamaan KG. Ini karena persamaan KG adalah persamaan orde-2 dalam

derivative waktu, serupa dengan persamaan gerak Newton dalam mekanika. Syarat

(33)

turunannya pada persamaan KG. Untuk kasus partikel bebas relativistik

maka persamaan rapat probabilitas dan arus probabilitas haruslah melibatkan

komponen waktu sehingga kedua besaran ini akan bertransformasi sebagai sebuah

vektor (4-vektor). Dalam kasus ini persamaan kontinuitas dapat dinyatakan secara

kovarian,

(2.48)

dimana (ρ , ). Karena itu secara relativistik, rapat probabilitas bukan sebuah

kuantitas skalar tetapi komponen ke nol dari sebuah 4-vektor. Agar persamaan

kontinuitas dipenuhi maka ρ dan dapat dipilih sebagai berikut

(2.48a)

(2.48b)

Tampak perbedaan yang jelas antara persamaan (2.48a) dan (2.45). Pada kasus tak

relativistik rapat arus probabilitas memiliki nilai definitif positif

sedangkan dalam kasus relativistik tidak definitif positif , karena

kita masih bisa memilih E bernilai negatif. Akibatnya arus tidak memberikan

tafsiran ρ sebagai rapat probabilitas (karena tidak definitif positif) seperti dalam

persamaan Schrodinger.

(Sokolov, 1966)

2.4.1 Interaksi dengan Medan Elektromagnetik Luar

Untuk menghitung efek dari suatu medan elektromagnetik luar dengan potensial

A, kita harus membuat pergantian

(2.49a)

(2.49b)

(34)

(2.50)

Dengan mengambil partikel yang digambarkan oleh fungsi gelombang yang

memiliki muatan .

Dengan substitusi

(r,t)

(2.51)

Persamaan (2.50) menjadi

+

= [

(2.52)

Andaikan

(2.53)

Dan dengan meniadakan dengan membagi dengan persamaan (2.52) menjadi

(2.54)

Yang merupakan persamaan elektromegnetik schrodinger nonrelativistik.

(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi penelitian

Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan

Schrodinger tak bergantung waktu dikonstruksi menjadi persamaan KG dengan

memasukkan efek relativitas dan mengganti energi dengan operator energi dan

momentum dengan operator momentum kemudian dengan mengganti koordinat

koordinat dalam koordinat bola dan memasukkan potensial listrik diperoleh

persamaan KG dalam koordinat bola, karena yang dihitung adalah energi maka

diambil persamaan dalam arah radial saja. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

(36)

3.2 Diagram Alir Penelitian

Persamaan Gelombang Schrödinger

E2 = p2c2 + m2c4

Persamaan Klein Gordon (KG)

dalam koordinat Bola

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan persamaan KG dengan Pengaruh Medan Elekromagnetik Luar

Dengan mensubstitusikan hubungan antara energi relativistik dengan momentum

relativistik yang pengaruh medan magnetik luar kedalam persamaan Schrödinger,

maka akan didapatkan persamaan KG seperti tertulis dalam persamaan (2.50), yaitu :

(4.1)

Persamaan ini berlaku untuk partikel dengan pengaruh medan elektromagnetik luar.

4.2 Solusi Persamaan KG

Dengan mengalikan fungsi gelombang dalam bentuk pada persamaan KG pada

persamaan (4.1) diatas dapat dituliskan dalam bentuk :

(4.2)

dimana kembali dijelaskan bahwa adalah potensial skalar dan adalah vektor

(38)

4.2.1 Solusi Keadaan State Persamaan KG

Andaikan bahwa dan tidak bergantung terhadap waktu, maka solusi keadaan state

dari persamaan (4.2) diatas memiliki bentuk

(4.3)

Dengan mensubstitusikan persamaan (4.3) ini kedalam persamaan (4.2) diperoleh

(4.4)

Dalam keadaan ini, (didasarkan pada prinsip bahwa potensial hanya

dipengaruhi oleh adanya jarak , sehingga potensial vektornya dianggap tidak

berpengaruh) sedangkan adalah dalam simetris bola. Maka persamaan diatas

menjadi

(4.5)

Persamaan ini akan tereduksi menjadi persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen

jika efek relativistik ditiadakan dalam bentuk

(4.6)

dengan

(39)

4.2.2 Pemisahan Variabel

Dengan memilih (laplace) dalam koordinat bola dan dalam bentuk .

Gambar 4.1 Koordinat bola

(laplace) dalam koordinat bola

(4.8)

dengan memasukkan nilai dan pada persamaan (4.5) diperoleh

(4.9)

(4.10)

(40)

Dengan mengalikan persamaan (4.10) diatas dengan diperoleh

(4.10)

dengan melakukan pemisahan variabel pada persamaan diatas dalam bentuk

(4.11)

dengan

adalah fungsi untuk r saja

adalah fungsi untuk saja

adalah fungsi untuk saja

Fungsi akan menunjukkan bagaimana variasi dari fungsi gelombang

sepanjang vektor jari – jari dari nukleon saat dan kosntan. Fungsi akan

menunjukkan bagaimana variasi dari fungsi gelombang dengan sudut zenith

sepanjang putaran terhadap nukleon saat dan kosntan sedangkan akan

menunjukkan bagaimana variasi dari fungsi gelombang dengan sudut azemuth

sepanjang putaran terhadap sumbu OZ saat dan kosntan.

dari persamaan (4.11) diperoleh

(4.12)

(4.13)

(4.14)

Perubahan dari turunan parsial menjadi turunan biasa dapat dilakukan karena masing

(41)

Dengan mensubstitusikan untuk dan persamaan (4.12), (4.13) dan (4.14)

kedalam persamaan (4.10) diperoleh

(4.15)

persamaan diatas dibagi dengan diperoleh

(4.16)

(4.17)

Persamaan ruas kanan dari persamaan (4.17) hanya bergantung pada saja, sehingga

persamaan diatas benar jika ruas kanan dan ruas kiri memiliki konstanta yang sama.

Dan andaikan konstanta tersebut adalah . Maka diperoleh

(4.18)

sehingga dapat dituliskan bahwa

(4.19)

(42)

(4.20)

(4.21)

Dapat dilihat persamaan (4.21) diatas ruas kiri hanya bergantung pada saja dan ruas

kanan terhadap saja, sehingga kedua ruas harus memiliki konstanta yang sama dan

misalkan konstanta tersebut adalah maka diperoleh

(4.22)

sehingga dapat dituliskan

(4.23)

sehingga diperoleh 3 persamaan yang berbentuk

Persamaan untuk (4.24)

Persamaan untuk Q (4.25)

Persamaan untuk R

(4.26)

Pemecahan persamaan (4.24) dan (4.25) dapat dilihat pada lampiran.

4.2.3 Solusi Persamaan untuk Arah Radial (R)

Jika persamaan (4.25) diselesaikan (lampiran) maka akan dihasilkan nilai

(43)

(4.26)

(4.27)

(4.28)

andaikan

(4.29)

(4.30)

(4.31)

maka persamaan diatas akan tereduksi menjadi persamaan Schrodinger untuk atom

hidrogen dalam bentuk:

(4.32)

dimana solusi dari persamaan ini memiliki bentuk (dapat dilihat dilampiran)

(4.33)

dimana n disini adalah bersesuaian dengan bilangan kuantum yang dapat diambil

dengan nilai 1,2,3,…., sehingga dengan menyamakan energinya diperoleh

(4.34)

(44)

dimana , dengan melakukan ekspansi pada persamaan (4.31) dalam deret pangkat dalam bentuk

(4.36)

Maka diperoleh

(4.37)

Suku kedua pada persamaan diatas adalah solusi energi persamaan schrodinger untuk

atom hidrogen, dan suku yang lain menjadi koreksi relativistik

4.3 Aplikasi dari Persamaan KG

4.3.1 Untuk atom Pion

Atom pion sebagaimana yang telah diketahui memiliki 273 untuk atom pion

bermuatan dan 264 untuk atom pion netral. Maka dengan memasukkan nilai ini

pada persamaan (4.33) dan mengambil nilai pada suku kedua saja maka diperoleh:

(untuk pion bermuatan) (4.38)

(untuk pion netral) (4.39)

4.3.2 Untuk Photon

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa photon tidak memiliki massa dan

tidak bermuatan maka persamaan (4.5) menjadi

(4.40)

dengan mensubstitusi kembali operator energi diperoleh

(45)

(4.42)

Persamaan (4.43) diatas merupakan medan elektromagnetik dalam ruang vakum, baik

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dalam Bab IV adalah

1. Konstruksi persamaan Klein Gordon (KG) untuk atom pion prinsipnya sama

dengan konstruksi persamaan Schrodinger tak bergantung waktu untuk atom

hindrogen, hanya saja dalam konstruksi persamaan Klein Gordon (KG)

terhadap atom pion efek relativitik telah dilibatkan. Dan dengan

memperkenalkan operator Energi dan Operator Momentum maka telah

diperoleh persamaan Klein Gordon (KG) untuk atom pion (persamaan 4.1).

2. Pemecahan persamaan Klein Gordon (KG) untuk atom pion yang telah

diberikan dapat dilakukan dengan membandingkan solusi energi persamaan

Schrodinger tak bergantung waktu untuk atom hindrogen dengan energi yang

diperoleh untuk atom pion (persamaan 4.37) dan dapat dilihat bahwa

persamaan energi tersebut merupakan tingkatan energi yang bersesuaian

dengan bilangan kuantum utama (n) yang dapat bernilai 1,2,3…, sehingga

dengan mengambil suku kedua dari persamaan tersebut telah diperoleh

tingkatan energi untuk atom pion bermuatan dan untuk atom pion tak

(47)

5.2 SARAN

Berbicara mengenai atom – atom, maka tidak bisa dilepaskan dengan yang namanya

bilangan – bilangan kuantum. Oleh karena itu diharapkan untuk peneliti – peneliti

selanjutnya dapat mengkaji bagaimana pengaruh dari bilangan – bilangan kuantum ini

dalam terhadap keadaan (“state”) dari atom – atom ketika adanya pengaruh dari luar,

serta karena dalam pengkajian ini banyak menggunakan matematika diharapkan untuk

peneliti yang ingin mengambangkan penelitian ini menguasai matematika terutama

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anugraha, R., 2005, Pengantar Teori Relativitas dan kosmologi, UGM PRESS,

Yogyakarta.

Beiser Arthur, 1999, Konsep Fisika Modern, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta.

Bethe, Hans Albrecht. 1986. Intermediate Quantum Mechanics.Third Edition.

Benjamin Cummings Publishing, New York.

Pauling, Wilson. 1935. Introduction to Quantum Mechanics With Application to

Chemistry. McGRAW-HILL BOOK COMPANY: New York.

Schiff, Leonard, 1939, Quantum Mechanics, Second edition. McGRAW-HILL BOOK

COMPANY: New York.

Soedojo Peter, 2000, Azas-azas Mekanika Analitik, Universitas Gajah Mada Press,

Yogyakarta

Sokolov, Loskutov. 1966. Quantum Mechanics. Publishing House of the Ministry of

Education of RSFSR, Moscow.

(49)

LAMPIRAN

1. Solui untuk persamaan yang bergantung terhadap

Dengan menuliskan kembali persamaan yang bergantung terhadap

1

Solusi dari persamaan ini adalah

2

dimana A adalah konstanta dan (bilangan imajiner). Fungsi gelombang

harus memiliki sebuah nilai tunggal untuk nilai yang diberikan dan harus tidak

berubah jika diubah dengan radians (karena hal ini akan menyebabkan

kembali keposisi semula). Sehingga kondisi untuk syarat ini adalah

Parameter selanjutnya disebut sebagai Bilangan Kuantum Magnetik

(50)

Persamaan untuk adalah

persamaan 11 dapat juga ditulis dalam bentuk

14

dengan mensubstitusikan persamaan – persamaan ini (10, 11, 12, 13, 14)

kepersamaan (9) diperoleh

persamaan diatas akan berubah menjadi persamaan Legendre jika bernilai

(51)

19

dimana persamaan ini dipenuhi jika nilai

20

dengan

21

selanjutnya disebut Bilangan Kuantum Orbital .

3. Solusi untuk persamaan Radial atom hidrogen

22

dengan sedikit modifikasi

23

dimana bisa tidak bilangan bulat.

Untuk menyelesaikan persamaan diatas pertama harus diketahui sifat persamaan

tersebut untuk nilai yang kecil. Potensial Coulomb dapat diabaikan

dibandingkan dengan “sentrifugal barrier” atau turunan kedua sehingga yang

diambil hanya yang ada dalam tanda kurung. Untuk untuk .

24

sehingga diperoleh Diperoleh nilai

Nilai yang terakhir tersebut singular untuk Karenanya, untuk

Dengan menuliskan dimana Persamaan menjadi

25

Untuk solusi “bound state” dituliskan untuk Untuk nilai

pergeseran yang besar didominasi oleh turunan kedua karena untuk pergeseran

(52)

26

Sifat dari pergeseran yang besar kemudian menjadi

Dapat juga ditulis Dengan mensubstitusikan bentuk ini kedalam

persamaan (22) diperoleh

Dengan mengambil dalam bentuk polinom dalam ,

29

persamaan diferensial (28) menjadi

30

dengan mengumpulkan koefisien dari , memberikan hubungan rekursi dalam

bentuk

Dengan mengingat kembali persamaan yang mengandung dapat ditemukaan

(53)

34

35

dimana dan yang bersesuaian dengan

bersesuaian dengan bilangan kuantum bilangan utama.

3. Pembuktian (4.27) menjadi persamaan (4.280

36

37

38

39

40

Untuk lebih menyederhanakan persamaan ini, diandaikan

41

perlu diperhatikan bahwa meskipun dalam persamaan ini hadir kuantitas c, bukan

berarti persamaan ini adalah kasus relativistik. Sekali lagi hal ini dimaksudkan agar

persamaan lebih sederhana. Dengan mensubstitusikan persamaan (41) kepersamaan

(40) diperoleh

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka S’ bergerak dengan kecepatan v terhadap kerangka S

Referensi

Dokumen terkait

Pada karya ilmiah ini akan dipelajari penggunaan metode Carathéodory untuk mencari solusi periodik dari persamaan diferensial takotonom orde dua yang memiliki syarat batas

Penelitian yang telah dilakukan untuk menyelesaikan persamaan Schrödinger untuk model potensial Lennard-Jones(L-J) dengan menggunakan analisa data Goal Seek (pada Ms.

Goal seek dapat digunakan untuk menentukan nilai energi  sesuai dengan persamaan yang dimasukkan, dimana hasil fungsi jika sesuai syarat batas harus bernilai nol

Metode yang dikembangkan untuk menyelesaikan persamaan diferensial biasa secara numerik, terbagi atas dua yaitu metode satu langkah ( one-step ) dan metode banyak langkah (

Bagi para pembaca disarankan dapat melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan metode lain untuk menentukan persamaan regresi berganda lainnya dengan menambahkan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa implementasi dari metode DFT yang diimplementasikan pada bahasa pemrograman C untuk menghitung energy keadaan dasar pada

Telah dilakukan penelitian untuk menentukan energi pribadi persamaan Schrodinger untuk kasus potensial sumur sembarang melalui metode matriks transfer.. Sebelum kode program

Pada karya ilmiah ini akan dipelajari penggunaan metode Carathéodory untuk mencari solusi periodik dari persamaan diferensial takotonom orde dua yang memiliki syarat batas