• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI GANGGUAN UNTUK MENENTUKAN KOREKSI ENERGI ELEKTRON PADA ATOM BERUKURAN INTI TERTENTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI GANGGUAN UNTUK MENENTUKAN KOREKSI ENERGI ELEKTRON PADA ATOM BERUKURAN INTI TERTENTU"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TEORI GANGGUAN UNTUK MENENTUKAN

KOREKSI ENERGI ELEKTRON PADA ATOM

BERUKURAN INTI TERTENTU

Disusun oleh :

LILA SYUKURILLA

M0208010

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

v

TEORI GANGGUAN UNTUK MENENTUKAN KOREKSI ENERGI

ELEKTRON PADA ATOM BERUKURAN INTI TERTENTU

Lila Syukurilla

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Teori gangguan orde tiga telah berhasil dirumuskan berupa koreksi energi,

, dan koreksi fungsi gelombang, . Hasil koreksi energi orde satu, , dan

orde dua, , terhadap tingkat dasar untuk thallium adalah 4,3 dan

. Nilai (

; ) untuk tungsten, indium, molybdenum, tembaga,dan

kromium masing –masing adalah (2,7 ; ), (0,4 ; ),

( ; ), ( ; ) serta ( ;

). Koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar untuk atom

thallium, tungsten, indium, molybdenum, tembaga,dan kromium masing-masing

adalah ; ;

; dan . Permodelan kurva energi potensial telah

berhasil dibuat menggunakan Wolfram Mathematica 7®. Hasil permodelan

menunjukkan adanya selisih kurva energi potensial antara inti berupa titik dan inti

berukuran tertentu. Selisih kurva tersebut diketahui sebagai hamiltonian

penggganggu.

(3)

commit to user

1.6. Sistematika Penulisan... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Persamaan Schrödinger ... 4

2.2. Teori Gangguan Untuk Keadaan Non-degenerasi ... 7

2.2.1. Koreksi Energi Orde Satu ... 9

2.2.2. Koreksi Fungsi Gelombang Orde Satu ... 9

2.2.3. Koreksi Energi Orde Dua ... 10

2.2.4. Koreksi Energi Orde Satu ... 11

2.3. Atom dengan Inti Berukuran Tertentu ... 13

(4)

commit to user

ix

3.3. Metode Penelitian... 17

3.3.1. Studi Literatur ... 18

3.3.2. Koreksi Energi dan Fungsi Gelombang Orde Tiga ... 18

3.3.3. Koreksi Energi Orde Satu Terhadap Tingkat Dasar ... 19

3.3.4. Koreksi Energi Orde Dua Terhadap Tingkat Dasar ... 22

3.3.5. Koreksi Energi Orde Tiga Terhadap Tingkat Dasar ... 25

3.3.6. Permodelan Wolfram Mathematica 7 ... 25

BAB IV PEMBAHASAN ... 27

4.1. Koreksi Energi Orde Tiga ... 27

4.2. Koreksi Fungsi Gelombang Orde Tiga ... 28

4.3. Koreksi Energi Thallium ... 34

4.4. Koreksi Energi Tungsten ... 36

4.5. Koreksi Energi Indium ... 37

4.6. Koreksi Energi Molybdenum ... 38

4.7. Koreksi Energi Tembaga ... 39

4.8. Koreksi Energi Kromium ... 40

4.9. Permodelan Wolfram Mathematica 7 ... 41

BAB V PENUTUP ... 44

5.1. Simpulan ... 44

5.2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... xiii

(5)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asumsi mengenai inti atom sebagai sebuah titik (point particle) bertujuan

untuk menyederhanakan bentuk potensialnya sehingga diperoleh penyelesaian

secara analitik. Namun, asumsi lebih real diperoleh dengan mendeskripsikan inti

atom sebagai partikel berukuran (finite size) serta memiliki distribusi massa dan

muatan yang seragam. Fakta ini menghasilkan bentuk potensial yang lebih

komplek, sehingga harus diselesaikan dengan metode pendekatan yang berbeda.

Atom bernomor massa besar memiliki jumlah elektron yang banyak, sehingga

gaya tarik-menarik antara inti dengan elektron tidak dapat diabaikan. Keadaan

yang demikian ini menyebabkan potensial elektron tersaji dalam bentuk integral

(Angelo, 2010). Secara analitik, potensial elektron pada atom dengan inti

berukuran merupakan sebuah gangguan. Nilai gangguan yang ditimbulkan relatif

kecil, mempertimbangkan ukuran dan muatan elektron. Oleh karenanya, metode

pendekatan yang digunakan adalah teori gangguan.

Teori gangguan merupakan salah satu metode pendekatan dalam kuantum

mekanik. Ruang lingkup teori gangguan tidak hanya sebatas tinjauan terhadap

tingkat energi dasar tetapi juga tingkat energi tereksitasi. Teori gangguan

berfungsi untuk menentukan solusi persamaan Schrödinger yang tidak dapat

diselesaikan secara eksak. Gangguan dalam suatu sistem menyebabkan persamaan

Schrödinger terbagi menjadi dua, yaitu bagian eksak dan bagian yang merupakan

gangguan. Analisis teori gangguan meliputi penentuan koreksi energi serta fungsi

gelombangnya (Winter, 1986).

Penggunaan teori gangguan dalam menentukan solusi suatu sistem komplek

telah banyak digunakan. Namun, teori gangguan yang digunakan baru sampai

koreksi energi orde 2 dan koreksi fungsi gelombang orde 1. Penurunan koreksi

energi dan fungsi gelombang hingga orde tiga bertujuan untuk memperoleh nilai

(6)

commit to user

membuat permodelan perbedaan bentuk kurva energi potensial dari atom dengan

inti berupa titik, dan atom dengan inti yang berukuran tertentu.

Thallium, tungsten, dan indium merupakan atom bernomer berat yang banyak

dimanfaatkan dalam bidang material. Secara lebih spesifik, Tungsten banyak

diaplikasikan dalam bidang instrumentasi listrik. Penelitian secara kuantum

terhadap ketiga atom tersebut telah banyak dilakukan. Namun, penelitian

mengenai keseluruhan koreksi energi elektron di dalam atom-atom tersebut belum

banyak dilakukan. Atom kromium, tembaga, dan molybdenum juga digunakan

dalam penelitian ini karena ketiganya memiliki karakteristik penghasil sinar-x.

Nilai jari-jari inti suatu atom sangat berpengaruh dalam perhitungan koreksi

energi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan kurva energi potensial untuk

inti berupa titik dan inti berukuran tertentu. Wolfram Mathematica 7® dapat

digunakan untuk memodelkan bentuk kurva energi potensial dari inti yang berupa

titik dan inti yang berukuran tertentu. Permodelan tersebut digunakan untuk

menganalisis besar hamiltonian pengganggu yang ada di dalam sistem.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk koreksi energi dan fungsi gelombang orde tiga?

2. Berapakah nilai koreksi energi orde satu, dua, dan tiga untuk atom thallium,

tungsten, indium, molybdenum, tembaga, dan kromium?

3. Bagaimanakah analisis hamiltonian pengganggu dengan kurva untuk atom

thallium, tungsten, indium, molybdenum, tembaga, dan kromium?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini antara lain

adalah:

1. Menentukan persamaan koreksi energi dan fungsi gelombang orde tiga.

2. Menentukan nilai koreksi energi orde satu, dua, dan tiga untuk atom thallium,

(7)

commit to user

3. Membuat permodelan kurva energi potensial yang terganggu untuk atom

thallium, tungsten, indium, molybdenum, tembaga, dan kromium.

1.4 Batasan Masalah

Beberapa batasan yang perlu diberikan agar permasalahan menjadi terfokus

antara lain adalah sebagai berikut:

1. Koreksi energi dan fungsi gelombang orde tiga ditentukan berdasarkan teori

gangguan untuk keadaan non-degenarasi dan tak gayut waktu.

2. Koreksi energi orde satu, dua, dan tiga untuk atom thallium, tungsten, indium,

molybdenum, tembaga, dan kromium dilakukan terhadap energi tingkat dasar

.

3. Kurva energi potensial dibuat menggunakan Wolfram Mathematica 7®

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh ukuran jari-jari inti atom

terhadap nilai hamiltonian pengganggunya. Koreksi energi yang diperoleh dapat

digunakan sebagai informasi mengenai properti inti atom tersebut.

1.6 Sistematika Penelitian

Bab 1 penelitian ini berisi mengenai latar belakang dilakukannya penelitian,

tujuan, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat serta sistematika penulisan.

Bab 2 berisi tentang teori yang dijadikan dasar penelitian ini. Pada bab 3

disampaikan mengenai metode yang digunakan, alokasi waktu dan tempat

penelitian, serta prosedur kerja. Bab 4 membahas mengenai penurunan koreksi

energi dan fungsi gelombang orde tiga, penentuan nilai koreksi untuk atom

Thallium, Tungsten, dan Indium, serta permodelan kurva energi potensial

menggunakan Wolfram Mathematica 7®. Bab 5 berisi tentang kesimpulan dan

(8)

commit to user

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persamaan Schrödinger

Besaran-besaran yang terkait dengan gerak partikel ditentukan dengan

pendekatan berbeda-beda di dalam mekanika kuantum. Fungsi gelombang

digunakan untuk merepresentasikan dinamika partikel yang bergerak, yang

diperoleh dari penyelesaian Persamaan Schrödinger dari partikel tersebut.

Persamaan Schrödinger memainkan peran yang secara logika analog dengan

pernyataan hukum II Newton.

Dasar penurunan persamaan Schrödinger berasal dari pembelajaran mengenai

gelombang elektromagnet. Gelombang elektromagnet dihasilkan dari adanya

perubahan medan elektromagnet di dalam ruang hampa. Kecepatan

perambatannya sama dengan kecepatan rambat cahaya yaitu 3.0 x 108 m/s. Secara

matematik, persamaan gelombang elektromagnet ditunjukkan oleh persamaan

(2.1).

(2.1)

Persamaan Schrödinger dapat dijabarkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai

berikut (Gasiorowicz, 1974):

1). Prinsip dualisme gelombang–partikel yang menyatakan bahwa perilaku

gelombang dari sebuah partikel disajikan dalam bentuk hubungan antara

momentum linear, ,dengan panjang gelombang .

(2.2)

adalah tetapan Planck, sedangkan adalah angka gelombang atau vektor

gelombang yang nilainya setara dengan .

2). Besarnya energi total dari sebuah partikel yang berperilaku sebagai

gelombang dapat dipandang sebagai energi gelombang gelektromagnetik atau

cahaya. Setiap satu foton, energinya terkuantisasi sebesar , sebagaimana

(9)

commit to user

(2.3)

adalah frekuensi gelombang, sedangkan adalah frekuensi sudut yang

nilainya setara dengan .

3). Besarnya energi total adalah jumlah total energi kinetik dan energi

potensial suatu partikel, sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan (2.4)

hingga (2.7).

(2.4)

(2.5)

(2.6)

(2.7)

4). Persamaan Schrödinger dalam mekanika kuantum adalah persamaan energi

total seperti yang dinyatakan dalam mekanika klasik tetapi variable-variabel

dalam mekanika klasik diubah menjadi operator dalam mekanika kuantum.

Hubungan antara variabel dalam mekanika klasik dengan operator dalam

mekanika kuantum disebut prinsip korespondensi antara klasik dengan

kuantum, dan persamaan Schrödinger adalah Hamiltonian dalam mekanika

klasik.

Partikel berperilaku sebagai gelombang, sehingga persamaan gelombang

elektromagnetik (2.1) dapat didiferensialkan terhadap variabel-variabelnya yaitu

terhadap dan .

(2.8)

( ) (2.9)

(2.10)

(10)

commit to user

(2.12)

(2.13)

Berdasarkan persamaan (2.13) dapat diketahui bahwa variabel momentum

linear, ,dalam mekanika klasik dapat diubah menjadi operator momentum linier

dalam mekanika kuantum. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan (2.16). Sedangkan

operator energi kinetiknya ditunjukkan oleh persamaan (2.17) (Flügge, 1971).

(2.14)

(2.15)

(2.16)

(2.17)

Huruf menunjukkan suatu bilangan imajiner, yaitu √ . Pendiferensialan

persamaan (2.1) terhadap variabel menghasilkan persamaan (2.18). Kemudian

persamaan (2.18) dikalikan dengan sehingga menghasilkan persamaan (2.19).

(2.18)

(2.19)

(2.20)

(2.21)

(11)

commit to user

Persamaan (2.22) menunjukkan operator energi total dalam mekanika kuantum.

Dengan demikian dapat dituliskan persamaan Schrödinger untuk sebuah partikel

bebas dalam sistem satu dimensi, yaitu arah sumbu , dalam mekanika kuantum

sesuai persamaan (2.23).

(2.23)

2.2 Teori Gangguan untuk Keadaan Non-degenerasi

Terdapat beberapa kasus mekanika kuantum yang tidak dapat diselesaikan

secara langsung karena bentuk sistem yang komplek. Metode pendekatan dapat

digunakan untuk menentukan solusi sistem tersebut. Teori gangguan

(perturbation theory) merupakan salah satu metode pendekatan secara matematis

yang berfungsi untuk mendeskripsikan sistem yang komplek menjadi lebih

sederhana.

Teori gangguan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu teori

gangguan untuk keadaan non-degenerasi dan teori gangguan untuk keadaan

terdegenerasi. Keadaan non-degenerasi dideskrispikan sebagai sistem yang

memiliki energi berbeda untuk tiap tingkat energi berbeda. Sedangkan keadaan

terdegenerasi adalah sistem yang memiliki energi sama untuk tingkat energi

berbeda (Winter, 1986).

Persamaan Schrödinger (2.23) dapat dituliskan dalam bentuk persamaan

(2.24) dengan asumsi bahwa Persamaan Schrödinger tak gayut waktu.

Hamiltonian mengandung suku-suku , yaitu Hamiltonian yang tidak

terganggu. Persamaan (2.25) menyatakan persamaan Schrödinger untuk fungsi

gelombang yang eksak. Hamiltonian eksak diketahui sebagai ,

dengan adalah Hamiltonian penganggu. memiliki bentuk yang cukup

kompleks, sehingga digunakan metode pendekatan untuk menentukan

penyelesaiannya (Winter, 1986).

(2.24)

(12)

commit to user

Hamiltonian eksak dituliskan sesuai persamaan (2.26), dengan sebagai

faktor penentu adanya gangguan. Ketika bernilai 1, maka menggambarkan

adanya gangguan pada sistem. Sedangkan ketika bernilai 0 berarti sistem tidak

terganggu. Penggunaan asumsi bahwa berubah secara kontinu dari satu ke nol,

maka fungsi gelombang dan energi, dan , berubah secara halus menuju

fungsi gelombang dan energi yang tidak terganggu, dan .

(2.26)

dan diasumsikan sebagai deret pangkat tinggi dari yang dinyatakan

oleh persamaan (2.27). merupakan koreksi energi orde satu terhadap tingkat

energi ke- dan merupakan koreksi fungsi gelombang orde satu fungsi

gelombang ke- . dan adaah koreksi energi dan fungsi gelombang orde

dua, dan demikian seterusnya.

(2.27)

Persamaan (2.28) merupakan hasil substitusi persamaan (2.27) ke persamaan

(2.24). Koefisien dari pangkat yang sama dikelompokkan agar diperoleh

persamaan (2.29), (2.30), (2.31), dan (2.32). Persamaan (2.29) adalah persamaan

energi sistem untuk keadaan tidak terganggu, yaitu koefisien untuk . Sedangkan

(2.30), (2.31), dan (2.32) secara berturut-turut adalah persamaan untuk

menentukan koreksi orde satu, dua, dan tiga, yaitu koefisien untuk , , dan .

=

( )(

) (2.28)

(2.29)

(2.30)

(2.31)

(13)

commit to user 2.2.1 Koreksi Energi Orde Satu

Koreksi energi orde satu dapat diperoleh dengan mengalikan kedua ruas

persamaan (2.30) dengan . Hasil perkalian tersebut ditunjukkan oleh

persamaan (2.33). Persamaan (2.33) diintegralkan sehingga diperoleh persamaan

(2.34). 〈 〉 pada persamaan (2.34) dapat dituliskan seperti pada

persamaan (2.35) dengan asumsi bahwa merupakan hermitian (Skylaris, 2006).

(2.33)

〈 〉 〈 〉 〈 〉 〈 〉 (2.34)

〈 〉 = 〈 〉

〈 〉 = 〈 〉

〈 〉 = 〈 〉 (2.35)

Hasil substitusi persamaan (2.35) ke (2.34) menghasilkan persamaan (2.36).

Sebagaimana diketahui 〈 〉 bernilai nol, dan 〈 〉 bernilai satu.

Persamaan (2.36) disebut sebagai koreksi energi orde satu.

〈 〉 〈 〉 〈 〉 〈 〉

〈 〉 〈 〉

〈 〉 (2.36)

2.2.2 Koreksi Fungsi Gelombang Orde Satu

Koreksi orde satu terhadap fungsi gelombang dapat diperoleh dengan cara

menuliskan persamaan (2.30) menjadi persamaan (2.37). Kemudian

mensubtitusikan basis fungsi gelombang yang tidak terganggu, persamaan (2.38),

ke dalam persamaan (2.37). Persamaan (2.39) dikalikan dengan , kemudian

diintegralkan sehingga diperoleh persmaan (2.40) (Skylaris, 2006).

(2.37)

(14)

commit to user

∑ (2.39)

∑ 〈 〉 〈 〉 (2.40)

Bila nilai sama dengan , maka ruas kiri akan menjadi nol dan diperoleh

bentuk persamaan seperti (2.36). Bila tidak sama dengan , dan sama

dengan maka persamaan (2.40) berubah menjadi persamaan (2.41). Nilai

pada persamaan (2.42) disubtitusikan ke persamaan (2.38). Hasil akhir yang

ditampilkan pada persamaan (2.43) merupakan koreksi fungsi gelombang orde

satu.

〈 〉 (2.41)

〈 〉 〈 〉

〈 〉 〈 〉

〈 〉

〉 (2.42)

∑ 〈

(2.43)

2.2.3 Koreksi Energi Orde Dua

Koreksi energi orde dua diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah

yang sama seperti penurunan koreksi energi orde satu. Persamaan (2.31) dikalikan

dengan , lalu diintegralkan sehingga diperoleh persamaan (2.44).

merupakan hermitian, sehingga persamaa (2.44) dapat disederhanakan menjadi

persamaan (2.45). 〈 〉 dan 〈 〉 bernilai nol, sedangkan 〈 〉

bernilai satu. Bentuk koreksi energi orde dua, persamaan (2.46), diperoleh dengan

(15)

commit to user

〈 〉 〈 〉

〈 〉 〈 〉 〈 〉

(2.44)

〈 〉 〈 〉

〈 〉 〈 〉 〈 〉

〈 〉 (2.45)

∑ 〈

(2.46)

2.2.4 Koreksi Fungsi Gelombang Orde Dua

Koreksi fungsi gelombang orde dua diperoleh dengan langkah yang sama

seperti penurunan koreksi fungsi gelombang orde satu. Persamaan (2.38) sebagai

basis fungsi gelombang tidak terganggu dituliskan menjadi persamaan (2.47),

dengan nilai yang harus ditentukan terlebih dahulu. Persamaan (2.47)

disubtitusikan ke dalam persamaan (2.48) yang merupakan bentuk lain dari

persamaan (2.31) (Winter, 1986).

∑ (2.47)

(2.48)

Persamaan (2.47) dan hasil koreksi fungsi gelombang orde satu disubtitusikan

ke dalam persamaan (2.48). Hasil subtitusi tersebut dikalikan dengan ,

kemudian diintegralkan sehingga diperoleh persamaan (2.50). Bila nilai sama

dengan , maka ruas kiri akan menjadi nol dan diperoleh bentuk persamaan

seperti (2.46). Bila tidak sama dengan , dan sama dengan , maka persamaan

(2.50) berubah menjadi persamaan (2.51). Nilai pada persamaan (2.52)

disubtitusikan ke persamaan (2.48). Hasil akhir yang ditampilkan pada persamaan

(16)
(17)

commit to user

∑ ∑〈 〉〈 〉

∑ 〈 〉〈 〉

(2.53)

2.3 Atom dengan Inti Berukuran Tertentu

Asumsi inti berupa titik kurang real untuk diterapkan pada atom bernomor

besar, yaitu atom dengan jumlah proton yang besar. Hal ini dikarenakan gaya

elektrostatis yang terjadi di dalam inti berpengaruh terhadap energi elektron di

luar inti, sehingga tidak dapat diabaikan. Perhitungan kuantitatif untuk inti yang

berukuran tertentu memerlukan suatu bentuk distribusi muatan inti (Flügge,

1971). Asumsi yang digunakan adalah bahwa ini merupakan bola bermuatan yang

terdistribusi secara seragam dengan jari-jari dan muatan total . Rapat muatan

listrik dari inti dituliskan sesuai persamaan (2.54) dan (2.55).

⁄ (2.54)

(2.55)

Persamaan (2.56) dan (2.57) menunjukkan besarnya medan listrik yang

ditimbulkan oleh adanya suatu yang bermuatan. Berdasarakan Hukum Gauss,

energi potensial elektron yang berada di sekitar inti tersebut ditunjukkan oleh

persamaan (2.56) dan (2.57). Persamaan (2.56) menyatakan energi potensial

elektron untuk nilai yang kurang dari atau sama dengan . Sedangkan

persamaan (2.57) menyatakan energi potensial elektron untuk nilai yang lebih

besardari (Flügge, 1971). pada persamaan tersebut senilai dengan

.

( ) (2.56)

(18)

commit to user

Hamiltonian eksak, , didefinsikan pada persamaan (2.58), sedangkan

hamiltonian yang tidak terganggu, , didefinisikan pada persamaan (2.59).

Hamiltonian pengganggu, , merupakan selisih dari hamiltonian eksak dengan

hamiltonian yang tidak terganggu. dituliskan sesuai persamaan (2.60) yang

merupakan bentuk lain dari persamaan (2.26). Nilai

tereliminasi sehingga

diperoleh persamaan (2.61).

(2.58)

(2.59)

(2.60)

( ) (2.61)

Nilai hamiltonian pengganggu untuk nilai yang kurang dari atau sama

dengan berbeda dengan nilai hamiltonian penganggu untuk yang lebih besar

dari . Hal ini dikarenakan nilai potensial yang berbeda untuk kedua jenis

keadaan tersebut. Persamaan (2.63) menunjukkan bentuk hamiltonian penganggu

untuk nilai yang kurang dari atau sama dengan . Persamaan (2.65)

menunjukkan bentuk hamiltonian untuk nilai yang lebih dari .

( ) ( ) (2.62)

( ) (2.63)

( ) (2.64)

(2.65)

2.3.1 Thallium

Thallium (Tl) merupakan unsur kimia yang memiliki nomer atom 81.

Thallium termasuk golongan IIIA dalam sistem periodik unsur. Terdapat dua

(19)

commit to user

ditemukan dalam biji pyrites yang berfungsi untuk produksi asam sulfat. Selain

itu, Thallium juga ditemukan pada peleburan biji timbal (Pb) dan seng (Zn).

Beberapa penelitian thallium secara kuantum bertujuan untuk menentukan

pengaruh elektronnya dalam bentuk halida. Perhitungan nilai interaksinya

diturunkan berdasarkan teori gangguan yang mampu menganalisis adanya

simpangan ikatan di dalam thallium halida tersebut (Schwerdtfeger dan Ischtwan,

1993). Penelitian lainnya menganalisis mengenai adanya pemisahan spin elektron

pada thallium. Teori gangguan mampu digunakan untuk menginvestigasi jarak

pemisahan elektron tersebut (Wahlgren, et.al; 1997).

2.3.2 Tungsten

Tungsten (W) merupakan unsur kimia bernomer atom 74 yang memiliki lima

isotop yang stabil dengan berat massa antara lain 180, 182, 183, 184, dan 186.

Tungsten yang sering disebut dengan wolfram, termasuk golongan VIB dalam

sistem periodik unsur. Tungsten ditemukan pada mineral tungstenit, scheelit,

huebnertie, dan ferberit. Pemanfaatan tungsten sangat luas, antara lain sebagai

bahan pembuatan filamen pada lampu pijar, tabung elektron, dan televisi. Selain

itu tungsten juga digunakan dalam kegiatan pertambangan dan industri (Christian,

2006).

Penelitian mengenai tungsten banyak dilakukan, antara lain meliputi efek

ionisasi elektronnya, fotoionisasi, dan autoionisasinya. Analisis secara kuantum

dilakukan dengan teori gangguan untuk menentukan nilai koreksi energi

eksitasinya. Penelitian tungsten dan propertinya sangat menarik bagi para peneliti

karena nomer atomnya yang besar sehingga memiliki beberapa tingkatan energi

untuk dianalisis (Abdallah, et.al; 1992).

2.3.3 Indium

Indium (In) adalah unsur kimia golongan IIIA bernomer atom 49 yang

memiliki dua isotop dengan berat atom 113 dan 115. Indium banyak ditemukan

pada bijih besi, tembaga, dan timbal. Secara kimia, indium hampir sama dengan

galium dan thallium, dan menunjukkan properti di antara keduanya. Indium biasa

(20)

commit to user

indium klorida (InCl), dan beberapa senyawa indium lain dapat dimanfaatkan

dalam metode penumbuhan material (Cardelino, et.al; 2000).

Penelitian mengenai indium secara kuantum telah banyak banyak dilakukan

dalam usaha untuk mempelajari properti skala atom. Salah satunya adalah

mengenai efektivitas pita konduksi ketika dipengaruhi medan magnet. Medan

magnet yang kecil berpengaruh terhadapmobilitas elektron di dalam atom.

(21)

commit to user

17

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian

dilakukan mulai bulan Agustus-Desember 2011.

3.2 Peralatan Penelitian

Seperangkat laptop ASUS 1215P dengan softwareWolfram Mathematica 7®.

3.3 Metode Penelitian

Studi Literatur

Penentuan Koreksi Energi dan Fungsi Gelombang Orde Tiga

Penulisan Persamaan Koreksi Energi dan Fungsi Gelombang Orde Dua Penulisan Persamaan Koreksi Energi dan

Fungsi Gelombang Orde Satu

Penentuan Koreksi Energi dan Thalium, Wolfram, dan Indium

Permodelan Wolfram Mathematica 7®

Analisis

(22)

commit to user

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap sebagaimana ditunjukkan

oleh Gambar 3.1. Tahapan pertama adalah studi literatur terkait teori gangguan

yang tidak gayut waktu untuk keadaan non-degenerasi. Selanjutnya adalah

penulisan persamaan koreksi energi dan fungsi gelombang untuk orde satu dan

dua. Tahap keempat adalah penentuan koreksi energi dan fungsi gelombang orde

tiga. Koreksi energi dan fungsi gelombang orde satu, dua, dan tiga diaplikasikan

pada atom Thalium, Wolfram, dan Indium. Hasil perhitungan dibuat

permodelannya menggunakan Wolfram Mathematica 7®, kemudian dianalisis.

3.3.1 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk menurunkan persamaan koreksi energi dan

fungsi gelombang orde satu dan dua. Persamaan tersebut diekspansi dari

persamaan Schrödinger (2.24) dengan menggunakan asumsi adanya hamiltonian

pengganggu sesuai persamaan (2.26). Hasil penjabaran dikelompokkan dalam

koefisien-koefisien dengan pangkat yang sama. Persamaan untuk sistem yang

tidak terganggu dituliskan pada persamaan (2.29).

Koreksi energi dan fungsi gelombang orde satu dijabarkan menggunakan

dasar persamaan (2.30). Koreksi energi diperoleh dari hasil manipulasi matematis.

Koreksi fungsi gelombang dapat ditentukan setelah koreksi energi diperoleh.

Koreksi energi dan fungsi gelombang orde satu menjadi dasar penentuan koreksi

energi dan fungsi gelombang orde dua. Langkah-langkah yang digunakan sama

seperti pada penentuan koreksi energi dan fungsi gelombang orde satu.

3.3.2 Koreksi Energi dan Fungsi Gelombang Orde Tiga

Koreksi energi orde tiga diperoleh dengan menggunakan dasar persamaan

(2.32), yaitu koefisien dari pangkat tiga. Langkah penurunannya sama seperti

penurunan koreksi energi orde satu dan dua, yaitu sebagai berikut:

1. Mengalikan persamaan (2.32) dengan .

2. Mengintegralkan hasil perkalian tersebut dan menuliskan dalam persamaan

(23)

commit to user

3. Mengeliminasi persamaan dengan asumsi 〈 〉 〈 〉 dan

〈 〉 bernilai nol, sedangkan 〈 〉 bernilai satu, sehingga diperoleh

persamaan dengan bentuk sesuai persamaan (2.36) atau (2.45).

4. Mensubtitusikan nilai , yaitu koreksi fungsi gelombang orde dua yang telah

dituliskan pada persamaan (2.53)

Koreksi fungsi gelombang orde tiga diperoleh dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Menuliskan persamaan (2.32) menjadi seperti bentuk persamaan (2.37), yaitu

dikelompokkan sesuai fungsi gelombangnya.

2. Mensubtitusikan variabel-variabel yang telah diketahui ke dalam persamaan

pada langkah satu. Variabel tersebut antara lain koreksi energi orde 1, ;

koreksi fungsi gelombang orde 1, ; koreksi energi orde dua, ; dan

koreksi fungsi gelombang orde dua, .

3. Menentukan basis fungsi gelombang yang tidak terganggu, , sebagaimana

persamaan (2.38) atau (2.47).

4. Mensubtitusikan hasil pada langkah tiga ke dalam hasil pada langkah dua.

5. Mengalikan hasil pada langkah empat dengan suatu variabel , kemudian

mengintegralkan hasil perkalian tersebut.

6. Menentukan nilai , yaitu konstanta yang muncul pada langkah tiga.

7. Mensubtitusikan ke dalam persamaan dalam langkah 2.

3.3.3 Koreksi Energi Orde Satu Terhadap Tingkat Dasar

Koreksi energi orde satu untuk atom thallium, tungsten, indium, kromium,

tembaga, dan molybdenum dilakukan terhadap energi tingkat dasar. Langkah

perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Penentuan bentuk koreksi energi orde satu terhadap tingkat dasar

1). Menuliskan bentuk persamaan koreksi energi orde satu, persamaan (2.36),

(24)

commit to user

gelombang tingkat dasar, , ditunjukkan oleh persamaan (3.3). Nilai

, dengan adalah total massa elektron (Beiser, 1999).

〈 〉 (3.1)

∭ (3.2)

(3.3)

2). Menghitung nilai ∫ dan ∫ sebagaimana ditunjukkan oleh

persamaan (3.5) dan (3.7).

∫ [ ] (3.4)

∫ (3.5)

∫ [ ] (3.6)

∫ (3.7)

3). Mensubtitusikan persamaan (3.5) dan (3.7) ke dalam persamaan (3.2),

sehingga diperoleh persamaan (3.8).

∫ (3.8)

4). Mensubtitusikan nilai hamiltonian pengganggu, persamaan (2.63), dan

persamaan (3.3) ke dalam persamaan (3.8), sehingga diperoleh persamaan

(3.9).

( ) (3.9)

∫ ⁄ ( ) (3.10)

(25)

commit to user

5). Nilai ⁄ dianggap sebagai satu satuan karena fraksi kecil distribusi

terletak di dalam , dengan .

6). Menyelesaikan pengintegralan persamaan (3.11) sehingga diperoleh

persamaan (3.17).

∫ ( ) (3.12)

( ) (3.13)

( ) (3.14)

( ) (3.15)

(3.16)

(3.17)

7). Sebagaimana telah disebutkan pada sub bab 2.3 bahwa nilai adalah sama

dengan

. Subtitusi dan pada persamaan (3.17) menghasilkan

persamaan (3.18) dan (3.19).

(3.18)

(3.19)

(3.20)

8). Bentuk

merupakan persamaan untuk energi atom pada tingkat

dasar, . Energi atom hidrogen adalah , sehingga untuk

energi atom lain dapat dihitung dari hasil perkalian kuadarat nomer atom,

(26)

commit to user

9). Persamaan (3.20) adalah bentuk koreksi energi orde satu terhadap tingkat

dasar, dengan nilai dan tergantung pada jenis atom.

10).Nilai pada atom hidrogen adalah , sehingga nilai untuk atom lain

dapat diperoleh dari hasil pembagian dengan nomer atom tersebut.

11).Nilai diperoleh dari persamaan (3.21), dengan nilai adalah .

Variabel adalah jumlah dari proton dan elektron pada atom.

⁄ (3.21)

b. Perhitungan nilai koreksi energi atom

Langkah perhitungan koreksi energi orde satu untuk atom thallium, tungsten,

indium, kromium, tembaga, dan molybdenum adalah sebagai berikut:

1). Menentukan nilai

2). Menentukan nilai .

3). Menentukan energi tingkat dasar, untuk thallium, tungsten, indium,

kromium, tembaga, dan molybdenum.

4). Mensubtitusikan nilai , , dan ke dalam persamaan (3.20).

Perhitungan koreksi energi atom thallium diperoleh dua nilai karena terdapat

dua nilai , demikian juga pada atom indium. Sedangkan atom tungsten dan

kromium memiliki lima nilai R karena Tungsten memiliki lima isotop, yang

berarti memiliki lima jenis berat atom. Atom tembaga memiliki tiga isotop, dan

molybdenum memiliki tujuh isotop.

3.3.4 Koreksi Energi Orde Dua Terhadap Tingkat Dasar

Koreksi energi orde dua untuk atom thallium, tungsten, indium, kromium,

tembaga, dan molybdenum dilakukan terhadap energi tingkat dasar. Langkah

perhitungannya adalah sebagai berikut:

a. Penentuan bentuk koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar

(27)

commit to user

1). Menuliskan bentuk persamaan koreksi energi orde dua, persamaan (2.46),

menjadi bentuk koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar, persamaan

(3.24).

2). Menghitung terlebih dahulu nilai 〈 〉, dengan nilai

ditunjukkan oleh persamaan (3.25).

3). Persamaan (3.26) merupakan penurunan dari persamaan (3.25) yang telah

dihitung nilai ∫ dan ∫ .

5). Mensubtitusikan nilai hamiltonian pengganggu, persamaan (2.63) ke

dalam persamaan (3.29), sehingga diperoleh persamaan (3.30).

6). Menyelesaikan pengintegralan persamaan (3.30) sehingga diperoleh

(28)

commit to user

8). Persamaan (3.38) dimasukkan kembali ke persamaan (3.24) sehingga

(29)

commit to user

9). Persamaan (3.40) adalah bentuk koreksi energi orde dua terhadap tingkat

dasar, dengan nilai dan tergantung pada jenis atom.

10).Nilai dan ditentukan sebagaimana perhitungan pada koreksi energi

orde satu.

11).Nilai ditentukan oleh persamaan (3.40) dan (3.41).

Sebagaimana diketahui bahwa nilai

adalah , maka

persamaan (3.41) dapat dituliskan menjadi (3.42).

( )

(3.40)

(3.41)

(3.42)

b. Perhitungan nilai koreksi energi atom

Langkah perhitungan koreksi energi orde dua untuk atom thallium, tungsten,

indium, kromium, tembaga, dan molybdenum sama seperti langkah perhitungan

koreksi energi orde satu.

3.3.5 Koreksi Energi Orde Tiga Terhadap Tingkat Dasar

Koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar untuk atom thallium,

tungsten, indium, kromium, tembaga, dan molybdenum diperoleh dengan langkah

yang sama sebagaimana koreksi energi terhadap tingkat dasar orde satu dan dua.

Penurunannya lebih komplek dikarenakan bentuk persamaan koreksi energi orde

tiga juga komplek. Persamaan koreksi energi orde tiga dijabarkan pada Lampiran

1 dan dijelaskan di pembahasan.

3.3.6 Permodelan Wolfram Mathematica 7®

Permodelan kurva energi potensial untuk atom thallium, tungsten, indium,

kromium, tembaga, dan molybdenum dilakukan menggunakan Wolfram

(30)

commit to user

energi potensial untuk inti berupa titik dan inti berukuran tertentu. Langkah

pembuatan kurva adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan dasar persamaan (2.56) dan (2.57), menentukan nilai

untuk masing-masing isotop pada atom.

2. Mendefiniskan nilai , yaitu nomer atom.

3. Mendefiniskan yang senilai dengan

.

4. Membuat plot untuk persamaan (2.56) dengan range dari sampai , serta

membuat plot untuk persamaan (2.57) dengan range dari sampai 20 .

5. Membuat plot untuk persamaan (2.57) dengan range dari 0 sampai R.

6. Menggabungkan kedua plot dari langkah empat dan lima.

Permodelan kurva energi potensial ini menghasilkan beberapa plot untuk

(31)

commit to user

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Koreksi Energi Orde Tiga

Penurunan persamaan koreksi energi orde tiga dimulai dengan mengalikan

persamaan (2.32) dengan . Persamaan (4.1) diintegralkan, sehingga diperoleh

persamaan (4.2). Nilai 〈 〉 dapat dituliskan sebagai 〈 〉

sesuai penurunan pada persamaan (4.3) karena merupakan hermitian.

Konsekuensi dari persamaan (4.3) adalah nilai 〈 〉 di ruas kiri dan kanan

saling meniadakan.

(4.1)

〈 〉 〈 〉

〈 〉 〈 〉 〈 〉

〈 〉 (4.2)

〈 〉 = 〈 〉 〈 〉 = 〈 〉

〈 〉 = 〈 〉 (4.3)

〈 〉 〈 〉

〈 〉 〈 〉 〈 〉

〈 〉 (4.4)

〈 〉 〈 〉 〈 〉 〈 〉

〈 〉 (4.5)

Nilai 〈 〉, 〈 〉, dan 〈 〉 pada persamaan (4.4) adalah nol,

sedangkan nilai 〈 〉 adalah sama dengan satu. Persamaan (4.5) merupakan

(32)

commit to user

4.2 Koreksi Fungsi Gelombang Orde Tiga

Koreksi fungsi gelombang orde tiga dijabarkan dari persamaan (2.32) yang

dituliskan dalam bentuk persamaan (4.7). Koefisien dari fungsi gelombang yang

sama dikelompokkan menjadi satu. dapat dituliskan sebagai yaitu energi

sistem yang tidak terganggu. Selanjutnya mensubtitusi koreksi fungsi gelombang

(33)

commit to user

yang dilakukan dalam menurunkan koreksi fungsi gelombang orde dua.

Langkah selanjutnya adalah menuliskan basis fungsi gelombang tidak

terganggu seperti ditunjukkan pada persamaan (4.11). Bentuk persamaan (4.11)

diperoleh dari analogi persamaan (2.38) dan (2.47). Nilai pada persamaan

(4.11) berbeda dengan nilai pada persamaan (2.38) dan (2.47), oleh

karenanya harus ditentukan terlebih dahulu. Koreksi fungsi gelombang orde

tiga, , dapat diperoleh jika nilai diketahui. Terdapat beberapa langkah

(34)

commit to user

ke dalam persamaan (4.10). Hasil subtitusi, persamaan (4.12), dikalikan

dengan lalu diintegralkan, sehingga diperoleh persamaan (4.14)

(35)
(36)

commit to user

Bila nilai pada persamaan (4.17) sama dengan dan tidak sama dengan ,

maka ruas kiri akan menjadi nol dan diperoleh bentuk persamaan koreksi energi

(37)
(38)

commit to user

Nilai pada persamaan (4.23) disubtitusikan ke adalam persamaan (4.11)

sehingga diperoleh persamaan (4.25). Persamaan (4.25) disebut sebagai koreksi

fungsi gelombang orde tiga.

berpengaruh pada nilai jari-jari inti sebagaimana dirumuskan oleh persamaan

(3.21). Oleh karena itu terdapat dua perhitungan untuk setiap orde koreksi energi.

Dalam penelitian ini, koreksi energi orde satu, dua, dan tiga untuk atom thallium

dilakukan terhadap tingkat energi dasar .

4.3.1. Koreksi Energi Orde Satu Thallium

Koreksi energi orde satu secara umum ditunjukkan pada persamaan (2.36),

(39)

commit to user

persamaan (3.20). Penentuan nilai koreksi energi orde terhadap tingkat dasar

dilakukan dengan menentukan nilai , , dan energi tingkat dasar, . Nilai

ketiga variabel tersebut berbeda-beda untuk setiap atom.

Nilai untuk atom thallium dengan isotop 203 dan 205, masing-masing

adalah dan . Sedangkan nilai dan nya adalah

dan . Hasil subtitusi variabel-variabel tersebut ke

persamaan (3.20) menghasilkan nilai koreksi energi orde satu terhadap tingkat

dasar, , untuk atom thallium sebesar . Hal ini berarti bahwa besarnya

koreksi orde satu yang terdapat pada hasil eksak untuk energi tingkat dasar adalah

sebesar . Hasil koreksi untuk kedua isotop adalah sama, hal ini dikarenakan

nilai untuk kedua isotop hanya selisih nilai cukup kecil pada skala fermi.

4.3.2. Koreksi Energi Orde Dua Thallium

Koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar, , ditunjukkan pada

persamaan (3.39) yang merupakan bentuk penjabaran dari persamaan (2.46).

Variabel yang muncul pada persamaan (3.39) hampir sama dengan variabel pada

penentuan koreksi energi orde satu terhadap tingkat dasar, kecuali adanya nilai

. Nilai merupakan selisih energi tingkat dasar dengan

tingkat energi di atasnya. untuk atom thallium bernilai .

Perhitungan koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar atom thallium

menunjukkan hasil yang sama untuk kedua isotop, yaitu sebesar .

Nilai koreksi energi orde dua jauh lebih kecil dari hasil koreksi energi orde satu.

Halini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi orde koreksi maka

keakuratannya akan semakin tinggi.

4.3.3. Koreksi Energi Orde Tiga Thallium

Koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar diperoleh beradasarkan

penurunan pada Lampiran 1. Koreksi energi orde tiga terhadaptingkat dasar untuk

atom thallium diperoleh dengan menghitung beberapa variabel terlebih dahulu.

〈 〉, 〈 〉, dan 〈 〉 untuk atom thallium

berturut-turut adalah , , dan . Niloai koreksi energi orde tiga terhadap

tingkat dasar untuk atom thallium adalah . Nilai tersebut jauh lebih

(40)

commit to user

Perhitungan untuk koreksi energi orde satu,dua, dan tiga terhadap tingkat

dasar untuk atom thallium disertakan dalam Lampiran 2.

4.4 Koreksi Energi Tungsten

Tungsten bernomor atom 74, merupakan atom golongan VIB, yang memiliki

lima buah isotop dengan berat atom 180,182, 183, 184, dan 186. Meskipun

memiliki lima buah isotop, akan tetapi dari hasil perhitungan hanya diperoleh dua

buah nilai . Hal ini dikarenakan nilai untuk isotop 182, 183, 184, dan 186

adalah sama. Oleh karenanya terdapat dua perhitungan untuk masing-masing

koreksi energinya. Perhitungan nilai koreksi energi orde satu, dua, dan tiga

terhadap tungkat dasar untuk atom tungsten disertakan pada Lampiran 3.

4.4.1. Koreksi Energi Orde Satu Tungsten

Sebagaimana thallium, perhitungan koreksi energi orde satu, , atom

tungsten dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan nilai , , dan energi

tingkat dasar, . Nilai untuk atom thallium dengan isotop 180 dan 182,

masing-masing adalah dan . Sedangkan nilai dan

nya adalah dan . Hasil subtitusi variabel-variabel tersebut

ke persamaan (3.20) menghasilkan nilai koreksi energi orde satu terhadap tingkat

dasar untuk atom tungsten sebesar .

4.4.2. Koreksi Energi Orde Dua Tungsten

Nilai untuk atom tungsten bernilai . Perhitungan koreksi

energi orde dua terhadap tingkat dasar, , atom tungsten menghasilkan nilai

untuk isotop 180. Isotop 182, 183, 184, dan 186 menghasilkan

koreksi orde dua yang sama dengan isotop 180. Sebagaimana thallium, koreksi

energi orde dua terhadap tingkat dasar untuk atom tungsten lebih kecil dari

koreksi energi orde satu nya.

4.4.3. Koreksi Energi Orde Tiga Tungsten

Koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar untuk atom tungsten diperoleh

dengan langkah yang sama seperti pada perolehan untuk atom thallium. Namun,

(41)

commit to user

yang berbeda pula. Hasil koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar untuk

atom tungsten adalah .

4.5 Koreksi Energi Indium

Indium berada satu golongan dengan thallium, yaitu IIIA, dengan nomer atom

49. Indium memiliki dua buah isotop dengan berat atom 113 dan 115. Dua buah

isotop ini mengindikasikan adanya dua nilai yang berbeda, sehingga terdapat

dua perhitungan untuk masing-masing orde koreksi. Perhitungan koreksi energi

terhadap tingkat dasar untuk atom indium, secara lengkapi ditampilkan pada

Lampiran 4.

4.5.1. Koreksi Energi Orde Satu Indium

Penentuan nilai , , dan dilakukan dengan langkah yang sama dengan

kedua atom sebelumnya. untuk berat atom 133 adalah , sedangkan

untuk berat atom 114 adalah . Nilai dan untuk indium secara

berturut-turut yaitu dan . Hasil perhitungan

menunjukkan nilai koreksi energi orde satu terhadap tingkat dasar untuk atom

indium adalah . Kedua buah isotopnya memiliki nilai koreksi yang sama.

Dibandingkan dengan koreksi orde satu terhadap tingkat dasar untuk atom

thallium dan tungsten, koreksi energi orde satu atom indium lebih kecil. Fakta ini

mengindikasikan bahwa semakin kecil ukuran suatu atom, yang ditunjukkan

dengan semakin kecil nomer atomnya, maka semakin kecil koreksi yang

diperoleh. Atom dengan nomer yang lebih kecil, memiliki jumlah elektron yang

lebih sedikit, dengan demikian gangguan dari gaya tarik antar elektron lebih kecil.

4.5.2. Koreksi Energi Orde Dua Indium

Selisih nilai energi tingkat dasar dengan tingkat energi di atasnya, ,

untuk atom indium adalah . Perhitungan koreksi energi orde dua

terhadap tingkat dasar untuk kedua isotop indium juga menampilkan hasil yang

sama, yaitu . Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan

koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar untuk atom thallium dan tungsten.

Analisisnya sama seperti pada koreksi energi orde satu, yaitu pengaruh dari

(42)

commit to user 4.5.3. Koreksi Energi Orde Tiga Indium

Koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar untuk atom indium

ditampilkan pada Lampiran 4. Hasil yang diperoleh adalah Hasil

ini jauh kebih kecil dibandingkan dengan koreksi energi orde satu dan dua

terhadap tingkat dasar untuk atom indium, dan juga lebih kecil koreksi energi orde

tiga terhadap tingkat dasar untuk atom thallium dan tungsten. Sebagaimana

analisis sebelumnya, hal ini dipengaruhi oleh ukuran atomnya.

4.6 Koreksi Energi Molybdenum

Koreksi energi molybdenum orde satu, dua, dan tiga terhadap tingkat dasar

ditampilkan pada Lamipran 5. Molybdenum memiliki tujuh buah isotop dengan

nomer atom 42. Ketujuh buah isotop yang dimiliki molybdenum menghasilkan

tiga jenis nilai .

4.6.1 Koreksi Energi Orde Satu Molybdenum

Nilai untuk berat atom 92 adalah . Sedangkan untuk berat

atom 94, 95, 96, 97, dan 98 memiliki nilai yang sama yaitu . Berat

atom 100 menghasilkan nilai jari-jari inti sebesar . Nilai dan

untuk atom molybdenum masing-masing adalah dan .

Koreksi energi orde satu terhadap tingkat dasar untuk berat atom 92 yaitu ,

sedangkan untuk berat atom yang lain memiliki nilai sama yaitu .

4.6.2 Koreksi Energi Orde Dua Molybdenum

Penentuan koreksi energi orde dua atom molybdenum dilakukan dengan

langkah yang sama seperti atom sebelumnya. Selisih energi tingkat satu dan dua

untuk atom molybdenum adalah . Koreksi energi orde dua untuk atom

molybdenum menghasilkan nilai . Nilai koreksi semakin mengecil

seiring bertambahnya orde koreksi serta berkurangnya ukuran atom.

4.6.3 Koreksi Energi Orde Tiga Molybdenum

Koreksi energi orde tiga diperoleh dengan menentukan 〈 〉,

〈 〉, dan 〈 〉 terlebih dahulu. Selain itu ditentukan pula nilai

selisih energi tingkat pertama dan ketiga, . Nilai untuk

(43)

commit to user

dalam persamaan koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar. Koreksi energi

orde tiga terhadap tingkat dasar untuk atom molybdenum, , adalah

.

4.7 Koreksi Energi Tembaga

Tembaga (Cu) merupakan atom golongan IB yang bernomer atom 29 dan

memiliki isotop tiga buah dengan berat atom 63, 64, dan 65. Koreksi energi orde

satu, dua, dan tiga untuk atom tembaga dilakukan terhadap tingkat dasar.

Perhitungan selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 6.

4.7.1 Koreksi Energi Orde Satu Tembaga

Penentuan nilai , , dan dilakukan dengan langkah yang sama dengan

atom-atom sebelumnya. Nilai untuk ketiga isotop yang dimiliki tembaga adalah

sama yaitu . Nilai dan nya adalah dan

. Koreksi energi orde satu terhadap tingkat dasar untuk atom tembaga

diperoleh dengan mensubtitusikan nilai , , dan ke dalam persamaan koreksi

energi orde satu terhadap tingkat dasar. Hasil perhitungan koreksi energi orde satu

terhadap tingkat dasar atom tembaga menunjukkan nilai .

4.7.2 Koreksi Energi Orde Dua Tembaga

Koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar untuk atom tembaga adalah

4.7.3 Koreksi Energi Orde Tiga Tembaga

Nilai 〈 〉, 〈 〉, dan 〈 〉 untuk atom tembaga

secara berurutan adalah , , dan . Ketiga nilai

tersebut dimasukkan ke dalam persamaan koreksi energi orde tiga terhaap tingka

dasar. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa koreksi energi orde tiga terhadap

(44)

commit to user

dihitung nilai selisih energi tingkat pertama dan ketiga untuk atom tembaga yaitu

.

4.8 Koreksi Energi Kromium

Kromium merupakan atom golongan VIB, satu golongan dengan tungsten dan

molybdenum. Kromium memiliki lima buah isotop dengan berat atom 48, 50, 52,

53, dan 54. Nomer atom kromium yaitu 24, yang merupakan atom terkecil yang

digunakan dalam penelitian ini. Hasil perhitungan untuk koreksi energi orde satu,

dua, dan tiga terhadap tingkat dasar untuk atom kromium ditunjukkan pada

Lampiran 7.

4.8.1 Koreksi Energi Orde Satu Kromium

Kelima isotop yang dimiliki kromium menghasilkan dua jenis nilai , yaitu

4.8.2 Koreksi Energi Orde Dua Kromium

Hasil perhitungan koreksi energi orde dua terhadap tingkat dasar untuk atom

kromium menunjukkan hasil . Nilai ini diperoleh dengan terlebih

dahulu menentukan hasil perhitungan untuk . Nilai untuk

atom kromium adalah . Koreksi energi orde dua kromium nilainya lebih

kecil dibanding dengan koreksi energi orde satu atom kromium dan lebih kecil

dibanding dengan koreksi energi orde dua untuk atom-atom sebelumnya.

4.8.3 Koreksi Energi Orde Tiga Kromium

Nilai 〈 〉, 〈 〉, dan 〈 〉 untuk atom kromium

yaitu , , dan . Selisish energi tingkat pertama

dan ketiga untuk atom kromium adalah . Nilai-nilai tersbut disubtitusikan

ke dalam persamaan koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar. Hasil yang

diperoleh untuk koreksi energi orde tiga terhadap tingkat dasar atom kromium

(45)

commit to user 4.9 Permodelan Wolfram Mathematica 7®

Wolfram Mathematica 7® merupakan sebuah software untuk alat bantu matematika yang dapat digunakan untuk memodelkan grafik dengan fasilitas yang

lebih lengkap. Grafik yang dihasilkan dapat diperoleh dari hasil tabulasi data

maupun dari hasil sketsa suatu fungsi. Permodelan yang dibuat dalam penelitian

ini adalah berupa kurva energi potensial untuk atom yang intinya dianggap

sebagai titik dan atom yang intinya berukuran tertentu. Hasil analisis kedua kurva

ini akan menampilkan permodelan hamiltonian pengganggu.

Script pembuatan kurva energi potensial dari Wolfram Mathematica 7®

ditampilkan pada Lampiran 8. Sedangkan grafik hasil permodelannya ditampilkan

pada Lampiran 9. Permodelan dibuat dengan menggunakan rumus energi

potensial pada persamaan (2.56) dan (2.57). Persamaan (2.56) digunakan untuk

nilai yang kurang dari atau sama dengan , berarti pada keadaan di dalam inti

yang diasumsikan berupa bola. Sedangkan persmaan (2.57) digunakan untuk nilai

yang lebih dari , yang berrati pada keadaan di luar inti. Dasar pembuatan kurva

energi potensial untuk inti atom yang berupa titik juga menggunakan persamaan

(2.57).

Kurva energi potensial dibuat untuk semua isotop yang dimiliki atom

thallium, tungsten, indium, kromium, tembaga, dan molybdenum. Namun,

beberapa isotop memiliki nilai yang sama, sehingga kurva yang terbentuk pun

identik. Pembuatan model kurva energi potensial ini tidak hanya dipengaruhi oleh

nilai dan berat atomnya, tetapi juga nomer dari atom. Semakin besar nomer

atomnya, maka nilai energi potensialnya semakin besar.

Pembuatan model kurva dengan Wolfram Mathematica 7® dilakukan dengan

membuat kurva energi potensial secara terpisah. Kurva energi potensial untuk inti

yang berukuran tertentu dibuat terlebih dahulu, kemudian membuat kurva untuk

inti yang berupa titik. Kurva untuk inti yang berukuran sendiri terbagi menjadi

dua yaitu untuk nilai yang kurang dari atau sama dengan dan nilai yang

lebih dari . Ketiga kurva tersebut digabungkan dan menjadi satu kesatuan.

Hasil penggabungan kurva energi potensial untuk inti yang berukuran tertentu

(46)

commit to user

tersebut terjadi untuk nilai yang kurang dari . Semakin mendekati nol, nilai

simpangan semakin besar, yang diindikasikan dengan jarak yang lebih lebar.

Simpangan ini lah yang diketahui sebagai hamiltonian pengganggu, yaitu selisih

antara energi potensial untuk inti yang berukuran tertentu dengan inti yang berupa

titik.

Gambar 4.1 menunjukkan model kurva energi potensial untuk atom secara

umum. Garis putus-putus merupakan kurva energi potensial untuk inti yang

berupa titik. Sedangkan garis penuh merepresentasikan kurva energi potensial

untuk inti yang berukuran tertentu. Sumbu-x menunjukkan variabel , sedangkan

sumbu-y menunjukkan nilai enrgi potensial yang merupakan fungsi dari . Kurva

tersebut merupakan hasil analogi dari keenam kurva yang telah dimodelkan untuk

atom thallium, tungsten, indium, kromium, tembaga, dan molybdenum.

Kurva energi potensial untuk atom thallium, tungsten, indium, kromium,

tembaga, dan molybdenum memiliki bentuk yang sama, namun nilai pada

sumbu-x dan sumbu-y yang berbeda. Nilai merupakan jari-jari inti yang dituliskan

sesuai persamaan (3.21). Nilai untuk masing-masing atom dan isotop berbeda.

Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui bahwa kurva energi potensial untuk inti yang

berukuran tertentu dengan inti yang berupa titik memiliki nilai yang sama untuk

yang lebih dari .

(47)

commit to user

Kurva energi potensial untuk inti yang berukuran tertentu memiliki nilai pada

saat sama dengan nol, yaitu

. Nilai sama dengan nol adalah posisi ketika

elektron menempel pada kulit bola, yaitu permukaan luar dari ini. Kurva energi

potensial untuk inti yang berupa titik nilainya mengecil tak berhingga untuk

menuju nol. Hal ini sesuai teori, karena untuk inti yang berupa titik ketika nilai

(48)
(49)

commit to user

e. Koreksi energi orde satu, dua, dan tiga terhadap tingkat dasar untuk

atom tembaga adalah ; ; dan .

f. Koreksi energi orde satu, dua, dan tiga terhadap tingkat dasar untuk

atom kromium adalah ; ; dan .

3. Permodelan kurva energi potensial untuk atom thallium, tungsten, indium,

molybdenum, tembaga, dan kromium telah berhasil dibuat dan hasilnya

ditampilkan pada lampiran 6.

5.2 Saran

Penyempurnaan penelitian ini dapat dilakukan dengan menghitung nilai

koreksi energi orde satu untuk semua tingkat energi eksitasi pertama dan kedua

pada atom thallium, tungsten, indium, molybdenum, tembaga, dan kromium.

Kasus pada tingkat energi tereksitasi diselesaikan dengan teori gangguan untuk

Gambar

Gambar 3.1commit to user . Bagan Prosedur Penelitian
Gambar 4.1. Kurva energi potensial untuk inti yang berukuran

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal besarnya tarif Retribusi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah perlu disesuaikan karena biaya penyedian layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif tidak

Seperti tampak pada data, dalam kalimat (1), celung cekeng, ciri puisitas yang mengandung nilai kenikmatan bentuk dan mengundang kenikamatan inderawi ditandai dengan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEACHING GAMES FOR UNDERSTANDING TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL DAN KETERAMPILAN BERMAIN BOLA BASKET. Universitas Pendidikan Indonesia |

&ejala ADHD lebih jelas terlihat pada akti'itas-akti'itas yang membutuhkan usaha mental yang ter1okus. Agar dapat didiagnosa dengan ADHD tanda dan gejalanya harus

Petugas sirkulasi mencap kembali pada kartu peminjam, slip tanggaal dan kartu buku.Anggota diminta memberi paraf pada kartu buku disamping nomor buku dan kartu anggota

Selalu tepat waktu dan saya merasa waktunya pas karena saya dengarnya selama perjalanan ke kampus. Apakah pemilihan waktu penyajian segmen What’s New sudah tepat dengan

Setelah mendapatkan hasil dari analisis pada tahap sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai ketahanan metode line-shift coding terhadap proses

Hal ini dilakukan karena peneliti (sebagai alat) dapat mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu, hanya “manusia