• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Stres Kerja Pada Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Stres Kerja Pada Perawat Di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT STRES KERJA PADA PERAWAT

DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2011

Oleh:

Novita Ulfah

080100030

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT STRES KERJA PADA PERAWAT

DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Novita Ulfah

080100030

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT STRES KERJA PADA PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2011

NAMA : NOVITA ULFAH

NIM : 080100030

Pembimbing Penguji I

( dr. Vita Camelia, Sp.KJ ) ( dr. Hemma Yulfi,DAP&E,M.Med.Ed )

NIP: 197804042005012002 NIP: 197410192001122001

Penguji II

( dr. Dwi Rita Anggraini, M.Kes )

NIP: 197711282003122002

Medan, 7 Januari 2012

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH)

(4)

ABSTRAK

Pendahuluan: Stres kerja adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa

sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Stres kerja ini dapat disebabkan oleh adanya beban pekerjaan yang terlalu banyak, tempat kerja yang tidak aman, gaji yang rendah, hubungan dengan atasan dan patner kerja yang kurang harmonis, pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan bakat dan ketidakleluasaan mengeluarkan ide dan pendapat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres kerja perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 64 orang. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi langsung oleh responden.

Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa didapati perawat dengan tidak ada stres

kerja ada 12 orang (18,8%), perawat dengan stres kerja ringan ada 41 orang (64,1%) dan perawat dengan stres sedang ada 11 orang (17,1%).

Kesimpulan: Berdasarkan hasil yang didapat disarankan kepada pihak rumah

sakit jiwa untuk mengadakan penyuluhan tentang stres kerja dan juga penanggulangannya kepada perawat, dan perawat perlu mengadakan konseling stres kerja secara berkala agar dapat terhindar dari stres kerja.

(5)

ABSTRACT

Introduction: The work stress is one of process that cause any one feel sick, discomfort, or pressured because uncertain works, work place and work situation. The work stress can caused by the work in overload, discomfort work place, the lower of wage, inharmonious relationship between superior and partner, the work that did not suitable to the interest and talent and there is not freedom in express any idea and opinion.This research aims to know the stress level of the nurses at inpatient unit of Mental Hospital of Province of North Sumatera in 2011.

Methods: The research is descripticve design and the sample in this research are 64 respondents.The data was collected through questionnaires filled directly by the respondent

Results: This research indicates that there is nurses without work stress for 12 nurses (18.8%), the nurses with lower work stress for 41 nurses (64.1%) and nurses with medium stress are 11 nurses (17.1%).

Conclusion: Based on the results it is suggested to the mental hospital to do the extension about the work stress and the treatment to the nurses and and they need to hold a regular job stress counseling in order to avoid the work stress.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ” Tingkat Stres Kerja Perawat Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan Karya tulis ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu dr. Vita Camelia, Sp.KJ selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberi petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah dapat diselesaikan. Penulisan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr. Hemma Yulfi,DAP&E,M.Med.Ed dan Ibu dr. Dwi Rita Anggraini, M.Kes selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan nasehat.

3. Ibu dr. Bugis Mardina selaku Dosen Penasehat Akademik.

4. Ayahanda Suyono, Ibunda Nursa’diah Lubis, Kakanda Syafril Armansyah dan Achtur Jahari, Adinda Dwi Untari dan Ali Syah Sukri. Terima kasih yang tidak terhingga atas doa’, perhatian dan semangat yang tiada henti yang telah diberikan demi keberhasilan penulis.

(7)

sebutkan satu-persatu, terima kasih banyak atas dukungan, bantuan dan semangat yang telah diberikan.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna, untuk itu saya mengharapakan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 17 Desember 2011

Penulis

(8)
(9)

3. 1. Kerangka Konsep Penelitian ... 14

3. 2. Defenisi Operasionil ... 14

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 17

4. 1. Rancangan Penelitian ... 17

4. 2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

4. 3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4. 4. Metode Pengumpulan Data ... 18

4. 5. Metode Analisa Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5. 2. Deskripsi Karakteristik Penelitian ... 21

5. 3. Hasil Analisa Data dan Pembahasan ... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

6. 1. Kesimpulan ... 32

6. 2. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... ... 33

(10)
(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Hasil Uji Validasi dan Reabilitas

3. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian 4. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

5. Kuesioner

6. Master Data Responden

7. Health Reseach Ethical Committe

8. Surat Izin Penelitian dan Pengumpulan Data dari FK USU

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

3.1. Sketsa kerangka konsep penelitian 14

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ANA : American Nurses Asociation.

ANAOH : American National Association for Occupational Health ILO : International Labour Organisation

NIOSH : National Institute Occupational Safety and Health RSJD : Rumah Sakit Jiwa Daerah.

(14)

ABSTRAK

Pendahuluan: Stres kerja adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa

sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu. Stres kerja ini dapat disebabkan oleh adanya beban pekerjaan yang terlalu banyak, tempat kerja yang tidak aman, gaji yang rendah, hubungan dengan atasan dan patner kerja yang kurang harmonis, pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan bakat dan ketidakleluasaan mengeluarkan ide dan pendapat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat stres kerja perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 64 orang. Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi langsung oleh responden.

Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa didapati perawat dengan tidak ada stres

kerja ada 12 orang (18,8%), perawat dengan stres kerja ringan ada 41 orang (64,1%) dan perawat dengan stres sedang ada 11 orang (17,1%).

Kesimpulan: Berdasarkan hasil yang didapat disarankan kepada pihak rumah

sakit jiwa untuk mengadakan penyuluhan tentang stres kerja dan juga penanggulangannya kepada perawat, dan perawat perlu mengadakan konseling stres kerja secara berkala agar dapat terhindar dari stres kerja.

(15)

ABSTRACT

Introduction: The work stress is one of process that cause any one feel sick, discomfort, or pressured because uncertain works, work place and work situation. The work stress can caused by the work in overload, discomfort work place, the lower of wage, inharmonious relationship between superior and partner, the work that did not suitable to the interest and talent and there is not freedom in express any idea and opinion.This research aims to know the stress level of the nurses at inpatient unit of Mental Hospital of Province of North Sumatera in 2011.

Methods: The research is descripticve design and the sample in this research are 64 respondents.The data was collected through questionnaires filled directly by the respondent

Results: This research indicates that there is nurses without work stress for 12 nurses (18.8%), the nurses with lower work stress for 41 nurses (64.1%) and nurses with medium stress are 11 nurses (17.1%).

Conclusion: Based on the results it is suggested to the mental hospital to do the extension about the work stress and the treatment to the nurses and and they need to hold a regular job stress counseling in order to avoid the work stress.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Stres dapat diartikan sebagai suatu reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi (Sunaryo, 2004).

Timbulnya stres pada seseorang dapat diakibatkan oleh berbagai faktor pemicu. Menurut Girdano berdasarakan faktor pemicunya stres secara umum dapat dibagi menjadi empat jenis stres yaitu: stres kepribadian (personality

stress), stres psikososial (psychosocial stress), stres bioekologi (bio-ecological

stress) dan stres kerja (job stress) (Hilda, 2008).

Antara keempat jenis stres di atas stres kerja merupakan salah satu jenis stres yang banyak ditemui, terutama di negara-negara maju. Beehr dan Franz mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu (Atok, 2010).

Penelitian yang dilakukan The National Institute Occupational Safety and

Health (NIOSH) menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan

dengan rumah sakit atau kesehatan memiliki kecenderungan tinggi untuk terkena stres kerja atau depresi (Rahman 2010), sedangkan American National

Association for Occupational Health (ANAOH) menempatkan kejadian stres

kerja pada perawat berada diurutan paling atas pada empat puluh pertama kasus stres kerja pada pekerja. Hal ini bisa disebabkan oleh tugas-tugas perawat yang sering monoton dan kondisi ruangan yang sempit, biasa dirasakan oleh perawat yang bertugas di bagian bangsal. Tuntutan untuk bertindak cepat dan tepat dalam menangani pasien biasanya dihadapi oleh perawat diruang gawat darurat atau bagian kecelakaan. Disamping itu, menurut Sari perawat yang bertugas di rumah sakit jiwa menemukan kesulitan untuk berkomunikasi baik dengan pasiennya, disamping itu ia harus tetap waspada akan tingkah pasien yang terkadang bisa saja dapat membahayakan bagi keselamatan jiwa si perawat (Rahman, 2010).

(17)

perawat jiwa, yaitu karakteristik pasien yang negatif, masalah pengorganisasian administrasi, keterbatasan sumber daya, penampilan staf, konflik staf dan masalah penjadwalan (Rahman, 2010). Pada penelitian yang dilakukan Azhar (2010) tentang gambaran stres perawat di rumah sakit jiwa, dari 54 perawat yang diberikan kuesioner tentang pengukuran tingkat stres, didapati 13 perawat mengalami stres. Penelitian yang dilakukan Kusumawati (2008) tentang Stres Perawat di Instalasi Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapati bahwa gejala yang timbul pada stres perawat pada penanganan pasien dengan perilaku kekerasan yang dijumpai di rumah sakit jiwa meliputi sedih, menghindar, emosi, marah, kelelahan, lebih waspada, intonasi suara jadi tinggi, berpikir tidak realistis, dan khawatir.

Atas pertimbangan data-data tersebut di atas yang mendorong penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai tingkat stres kerja pada perawat, dan penelitian tingkat stres ini ditujukan bagi perawat psikiatri yang bekerja di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2011.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimana tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin. 2. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap di Rumah

(18)

3. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berdasarkan masa kerja.

4. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berdasarkan beban kerja. 5. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berdasarkan jumlah pasien yang dirawat per minggu.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak Rumah Sakit Jiwa

Bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara mengenai tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara.

2. Bagi perawat di Rumah Sakit Jiwa

Menambah wawasan dan pengetahuan perawat rumah sakit jiwa seputar tingkat stres yang mungkin dialaminya dan memberikan upaya yang dilakukan mengatasi stres yang mungkin dialami.

3. Bagi peneliti lain

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stres

Stres merupakan suatu keadaan yang menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu agar ia beradaptasi atau menyesuaikan diri. Menurut Handoko stres merupakan kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Umar, 2005). Namun tidak jarang pengertian stres ini sering hanya dilihat dari stimulus yang memicu atau respon yang timbul dari stres, misalnya bencana alam, penyakit berbahaya ataupun diberhentikan kerja dianggap sebagai sesuatu yang sangat menekan bagi seseorang namun tidak memperhatikan perbedaan individual dalam mengevaluasi kejadian. Padahal perbedaan faktor individu dalam mengevaluasi ini sangat penting dalam menentukan terjadinya stres. Oleh karena itu, menurut Lazarus & Folkman pengertian stres merupakan hubungan antara individu dengan lingkungan yang oleh individu dinilai membebani atau melebihi kekuatannya dan mengancam kesehatannya. Besar kecilnya beban tersebut sebenarnya relatif. Tergantung tinggi rendahnya kedewasaan keperibadian serta bagaimana sudut pandang seseorang dalam menghadapinya (Hancock and Desmond, 2001).

Stres ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Benard stres dapat dibedakan kedalam dua jenis stres yaitu:

a. Distress (stres negatif)

Distress ini muncul ketika seseorang tidak dapat lagi mempertahankan

level stres mereka di bawah ambang stres mereka. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau gelisah. Sehingga individu mengalami keadaan psikologis yang negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk menghindarinya. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya.

(20)

Berbeda dengan distress, pada eustress tingkatan stres tidak sampai jauh melampaui ambang batas stres. Dengan demikian stres dapat diolah menjadi semangat positif untuk bisa mengatasi kejadian atau masalah tertentu. Eustress dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi dan performansi individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya menciptakan karya seni ( Djuwita, 2003).

Selain itu, Girdano dalam Hilda (2008) membagi stres dalam empat kelompok berdasarkan sumber stresnya yaitu:

1. Stres bioekologikal (Bioecological Stress )

Stres bioekologikal terdiri atas dua sumber stres yaitu :

a. Ecological stress merupakan stres yang disebabkan oleh kondisi

lingkungan. Belakangan ini mungkin banyak dari kita yang mengalami stres karena cuaca yang berubah – ubah tidak menentu, asap knalpot angkutan umum yang menderu tanpa ragu di jalan – jalan, panas terik akibat global warming yang tanpa kita sadari hal – hal ini juga dapat menyebabkan stres.

b. Biological stress ialah stres yang disebabkan oleh kondisi fisik tubuh kita.

Ini dapat kita temui pada wanita yang mengalami pre menstruation

syndrome. Kondisi mood dan hormon yang naik turun pada periode ini

terkadang membawa stres tersendiri. 2. Stres psikososial (Psychosocial Stress )

Stres psikososial ialah stres yang disebabkan oleh tekanan dari segi hubungan kita dengan kondisi sosial disekitar kita. Hal - hal yang dapat menimbulkan stres secara psikososial ialah perubahan dalam hidup misalnya memasuki jenjang pendidikan baru, pernikahan, pindah rumah, punya pacar, putus dari pacar, perceraian, kantor baru, diskriminasi karena perbedaan etnis atau karena kondisi ekonomi juga dapat menyebabkan stres.

3. Stres kepribadian (Personality Stress)

(21)

– komponen dari persepsi itu sendiri ialah harga diri, penghormatan terhadap diri sendiri, kecintaan akan diri kita sendiri, serta kepercayaan pada diri kita sendiri. Semakin positif kita memandang diri dan segala tekanan yang ada disekitar kita semakin kecil kemungkinan kita mengalami stres jenis ini

4. Stres kerja (Job Stress)

Stres kerja ialah stres yang disebabkan oleh faktor pekerjaan. Stres kerja merupakan suatu keadaan dimana terdapat kekuatan dan tanggapan akibat dihadapkan kepada suatu peluang, kendala, ataupun tuntutan di tempat kerjanya. Beehr dan Franz mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu (Hilmi, 2008). Schult dan Schult mengatakan bahwa stres kerja merupakan gejala psikologis yang dirasakan mengganggu dalam pelaksanaan tugas sehingga dapat mengancam eksistensi diri dan kesejahteraan. Stres kerja pada intinya merujuk pada kondisi dari pekerjaan yang mengancam individu. Stres kerja timbul sebagai bentuk ketidak harmonisan individu dengan lingkungan kerja (Sagita, 2008).

Tumpukan pekerjaan yang menggunung, tempat kerja yang tidak aman, gaji yang rendah, hubungan dengan atasan dan patner kerja yang kurang harmonis, pekerjaan yang tidak sesuai dengan minat dan bakat dan ketidakleluasaan mengeluarkan ide dan pendapat adalah beberapa bentuk pemicu dalam pekerjaan yang dapat menyebabkan stres yang disadari maupun tidak yang pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas kerja.

Berdasarkan laporan ILO (International Labour Organisation) kondisi kerja yang berpotensi menimbulkan stres kerja ada enam yaitu:

a. Desain tugas/pekerjaan yang stressfull, seperti beban kerja yang terlalu berat, kurangnya waktu untuk beristirahat, jam kerja yang terlalu panjang, rutinitas yang membosankan atau target yang sulit dicapai berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pekerja.

(22)

c. Hubungan interpersonal yang tidak kondusif, seperti terlalu banyak konflik antar individu, kurang bersahabat antar sesama, krisis toleransi, dan sebagainya.

d. Peranan kerja yang tidak jelas, seperti konflik peranan, ketidakjelasan hasil kerja yang bisa diharapkan atau terlalu banyaknya tanggung jawab yang dibebankan.

e. Keadaan kerja yang tidak jelas, seperti terjadi ketidakamanan, tidak ada kesempatan untuk berkembang, tidak diberikan peluang untuk lebih maju, cepat melakukan perubahan yang tidak mempertimbangkan kesiapan pekerja.

f. Kondisi lingkungan yang mengancam keselamatan, seperti lingkungan yang tidak nyaman, tidak sehat, dan tidak leluasa (Sagita, 2008).

Hans Hugo Bruno Selye yang dikenal sebagai "the father of stress" membagi tahapan stres menjadi tiga tahap yaitu aktivasi (activation), adapatasi (resistance) dan

kelelahan (exhaustion) yang dikenal dengan General Adapatation Syndrom.

1. Fase aktivasi/alarm: ini adalah fase saat tubuh merangsang sisitem saraf simpatis untuk menghadapi ancaman jiwa langsung. Pelepasan hormon adrenal, ephinephrine dan norephinheprine terjadi saat munculnya emosi kuat. Hormon- hormon ini berdamapak terhadap timbulnya ketegangan otot, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung. Semua sikap pertahanan ini juga dikenal sebagai respon ”fight or flight”.

2. Fase adaptasi/ penolakan: saat tubuh manusia mulai menolak atau mengatasi stresor yang tidak dapat dihindari. Selama fase ini,respon fisiologis yang terjadi selama fase alarm terus berlangsung, namun respon tersebut membuat tubuh kita menjadi lebih rentan terhadap stresor lain. 3. Fase kelelahan: saat stres yang berkelanjutan menguras energi tubuh,

(23)

Sedangkan dari hasil penelitiannya Dr. Robert J. Van Amberg di tahun I979 membagi tahapan-tahapan stres menjadi enam tingkatan:

a. Stres tahapl: tahapan stres paling ringan, disertai perasaan semangat kera besar bahkan berlebihan (overacting), senang dengan pekerjannya dan lebih bersemangat.

b. Stres tahap II: dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan timbullah berbagai keluhan akibat cadangan energi yang menipis; merasa letih dan tidak dapat santai.

c. Stres tahap III: keluhan-keluhan semakin nyata dan mengganggu, gangguan lambung dan usus semakin nyata, rasa tidak tenang dan ketegangan emosional

semakin meningkat, sulit tidur malam (insomnia), namun kelainan fisik pada organ belum ditemukan.

d. Stres tahapIV: suatu pekerjaan yang semula menyenangkan dan menjadi mem bosankan dan sulit dikerjakan, tidak mampu melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, rasa takut dan cemas tanpa seba yang jelas. e. Stres tahap V: kelelahan fisik dan mental semakin mendalam tidak

mampu kerja ringan dan sederhana, gangguan sistem pencemaan semakin berat, rasa ketakutan dan cemas meningkat, mudah bingung dan panik. f. Stres tahap VI:merupakan tahapan klimaks, Pasien mengalami serangan

panik dan perasaan takut mati, sering dibawa ke UGD/ICCU, keluhan jantung berdebar sangat keras, sulit bernafas, tidak mampu kerja ringan (Sunaryo, 2009).

Respon yang timbul pada penderita stres ini pun bermacam-macam, namun secara garis besar Taylor menyatakan bahwa respon stres dapat terlihat dalam berbagai aspek berikut, yaitu:

1. Respon fisiologis dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan sistem pernapasan.

(24)

3. Respon emosi dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan sebagainya. 4. Respon tingkah laku; dapat dibedakan menjadi fight, yaitu melawan situasi

yang menekan, dan flight, yaitu menghindari situasi yang menekan (Wangsadjaja, 2010).

Sedangkan untuk stres kerja sendiri menurut Beehr & Newman dapat menunjukkan tiga gejala yaitu:

1. Gejala psikologis meliputi: kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, memendam perasaan, komunikasi tidak efektif, kebosanan, ketidakpuasan kerja, lelah mental, kehilangan daya konsentrasi.

2. Gejala fisik meliputi: meningkatnya detak jantung, meningkatnya sekresi adrenalin, gangguan pada lambung, mudah terluka, mudah lelah secara fisik, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, kepala pusing dan susah tidur.

3. Gejala perilaku meliputi: menunda atau menghindari pekerjaan, menurunnya prestasi kerja dan produktivitas, meningkatnya penggunaan minuman keras, meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan yang tidak normal, meningkatnya agresifitas, menurunnya hubungan interpersonal(Rini, 2002).

Dari berbagai macam respon stres seperti yang telah terlihat, tampak adanya efek negatif yang timbul dari stres tersebut, jadi diperlukan upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi stres ini. Lazarus dalam Wangsadjaja (2008) coping stres ialah faktor stabilisator yang dapat membantu dalam mengatur kemampuan adaptasi kita saat mengalami stres. Coping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Coping yang dilakukan ini berbeda dengan perilaku adaptif otomatis, karena coping membutuhkan suatu usaha, yang mana hal tersebut akan menjadi perilaku otomatis lewat proses belajar. Kita perlu mengetahui beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk coping stres ini.

(25)

1. Problem focused ialah strategi mengatasi stres dengan langsung

menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Dalam strategi ini biasanya seseorang akan secara aktif berusaha untuk mengatasi atau bahkan mengurangi kejadian – kejadian yang dapat menyebabkan stres, seperti pindah kerja bila kondisi kerja yang sekarang tidak sesuai dengan keinginan. Biasanya problem focused digunakan dalam masalah yang dapat dikontrol seperti masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. 2. Emotion focused di lain sisi lebih mengarahkan pada perasaan atau

apa yang dirasakan saat seseorang mengalami suatu kejadian yang memicu stres. Emotion focused cenderung berusaha untuk mengatasi perasaan – perasaan seperti sedih, kecewa, dsb, yang dialami saat seseorang mengalami stres, contohnya seperti menceritakan masalah yang dihadapi ke teman atau saudara saat mengalami tekanan. Biasanya strategi ini digunakan saat menyangkut permasalahan yang tidak dapat dikendalikan seperti masalah kesehatan.

Kedua strategi ini tidak selamanya berdiri sendiri-sendiri, kombinasi dari keduanya pun dapat digunakan demi menghasilkan strategi yang tepat untuk mengatasi stres dan mengarahkannya menjadi hal yang positif.

2.2. Rumah sakit

Rumah sakit secara umum dapat diartikan sebagai sebuah institusi perawatan

Kegiatan suatu Rumah Sakit dapat dikelompokkan menjadi kegiatan kuratif, preventif, dan rehabilitatif. Secara garis besar kegiatan tersebut dibagi atas :

a. Rawat jalan, seperti poliklinik, kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana, pemeriksaan periodik (General Check – up), gigi dan sebagainya.

(26)

c. Rawat gawat darurat.

d. Pelayanan medik, seperti ruang operasi dan ruang persalinan. e. Penelitian (Azhar, 2010)

2.3. Perawat

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Sedangkan Permenkes nomor HK.02.02/MENKES/148/1/2010 perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Rogers (1979) tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan . Sedangkan menurut Torres (1986) tujuan keperawatan adalah untuk memberikan asuhan dan kenyamanan bagi klien selama proses penyakit (Hermansyah, 2009).

Berdasarkan standar Departemen Kesehatan (1998) peran perawat sebagai berikut:

1. Pendidik Keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam bidang pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan, dan tenaga kesehatan lainnya.

2. Pengelola Keperawatan

Perawat bertanggung jawab dalam hal ini administrasi keperawatan baik dirumah sakit maupun di masyarakat, dalam mengelola keperawatan untuk individu, kelompok dan masyarakat.

3. Peneliti Keperawatan

(27)

4. Pelaksana Pelayanan Keperawatan

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan keperawatan tetap bersatu dengan pelayanan kesehatan. Setiap anggota tim kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompok yang dapat mengatur, merencanakan dan menilai tidakan yang diberikan (Arie, 2011).

2.4. Perawatan Psikiatrik

Perawatan psikiatrik menurut American Nurses Associations (ANA) merupakan area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatakan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (Yosep, 2009).

Dari segi komunikasi biasanya perawat psikiatri di rumah sakit jiwa sering mengalami masalah. Hal ini disebabkan tidak adanya umpan balik yang diperoleh dari pasian ataupun pasien cenderung tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan, padahal dua hal di atas merupakan sasaran pokok dalam proses komunikasi (Nasir, 2009)

Menurut Weiss (1947) dalam Yosep (2009) peran perawat psikiatri adalah sebagai berikut:

• Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien.

• Mendemonstrasikan penerimaan • Respek

• Memahami klien

(28)
(29)

BAB 3

Kerangka Konsep Penelitian dan Definisi Operasional

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Stres kerja yaitu adalah suatu gambaran diri dari seorang perawat terhadap setiap tuntutan yang dirasa membebani yang berasal dari pekerjaan si perawat itu sendiri maupun lingkungan kerjanya.

2. Perawat yaitu paramedis yang bekerja di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara.

Dalam penelitian ini akan dilihat tingkat stres kerja perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berdasarkan parameter berikut:

a. Jenis kelamin yaitu perbedaan organ biologis responden yang terdiri dari laki- laki dan perempuan.

b. Masa kerja yaitu lamanya responden menjalankan pekerjaannya sebagai perawat di ruang unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara dari mulai bekerja sampai penelitian ini dilaksanakan. Perawat yang diikutkan dalam penelitian ini dengan masa kerja minimal 6 bulan.

(30)

Untuk parameter masa kerja ini akan dibagi menjadi beberapa tingkatan masa kerja sebagai berikut untuk dibandingkan tingkat stres kerjanya:

1. Kategori masa kerja 1-5 tahun. 2. Kategori masa kerja 6-10 tahun. 3. Kategori masa kerja 11-15 tahun. 4. Kategori masa kerja 16-20 tahun. 5. Kategori masa kerja 21-25 tahun. 6. Kategori masa kerja 26-30 tahun. 7. Kategori masa kerja 31-35 tahun.

c. Beban kerja yaitu tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara.

d. Umur yaitu lama waktu hidup perawat sampai saat penelitian ini dilaksanakan dihitung dalam tahun.

Untuk parameter umur ini akan dibagi menjadi beberapa tingkatan umur sebagai berikut untuk dibandingkan tingkat stress kerja dari masing-masing kelompok umur:

1. Kategori umur 23- 31 tahun 2. Kategori umur 32- 39 tahun 3. Kategori umur 40 - 47 tahun 4. Kategori umur 48- 55 tahun

e. Jumlah pasien yang dirawat yaitu: banyaknya pasien yang dirawat oleh perawat pada masing-masing ruangan rawat inap yang menjadi tanggung jawab perawat tersebut dalam 1 minggu..

Cara pengukuran pada penelitian dilakukan membagikan angket kepada sampel, dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner The Workplace Stress

Scale yang dikeluarkan oleh Executive Stress Coach New York. Skala pengukuran

yang digunakan adalah skala ordinal.

Sistem Penilaian pada kuesioner

(31)

Tabel 3.1: Sistem penilaian kuesioner

Dari jawaban yang diberikan perawat akan diperoleh hasil total nilai yang nantinya akan menentukan tingkat stres kerja dari perawat ini. Penetuannya adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada stres :jika skor jawaban yang diperoleh <15

2. Stres ringan (Fairly low) :jika skor jawaban yang diperoleh 16-20

3. Stres sedang (Moderate stress) :jika skor jawaban yang diperoleh 21-25

4. Stres berat (Severe) :jika skor jawaban yang doperoleh 26-30

(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang meneliti tentang tingkat stres kerja perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011. Desain penelitian yang akan digunakan adalah cross sectional study (potong lintang) dimana pengamatan terhadap sampel penelitian hanya dilakukan satu kali saja dalam satu saat atau periode tertentu (Budiarto & Angraini, 2002).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2011 sampai Oktober tahun 2011

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanankan di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara yang terletak dijalan Tali Air I No.21 Medan Kecamatan Medan Tuntungan dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian mengenai stres kerja perawat dirumah sakit tersebut dan juga karena Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan rumah sakit jiwa terbesar di Sumatera Utara yang memiliki jumlah perawat psikiatrik dengan jumlah yang cukup banyak.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja dibagian unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi SumateraUtara. Jumlah ruang rawat inap di rumah sakit ini adalah 13 ruangan yaitu terdiri dari: ruangan Cempaka, Mawar, Gunung Sitoli, Singgalang, Sorik Marapi, Kamboja, Anggrek, Sipiso-piso, Dolok Martimbang, Melur, Sibual-buali, Pusuk Buhit dan Napza.

(33)

Untuk menetukan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini akan digunakan metode total sampling dimana sampel yang diambil merupakan semua bagian dari populasi dengan mengeksklusi perawat yang masa kerjanya < 6 bulan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian. Data primer ini diperoleh dangan cara membagikan angket berisi kuesioner tentang stres kerja kepada perawat dibagikan di unit rawat inap.

4. 4. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bagian personalia Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berupa:nama ruangan rawat inap, nama perawat rawat inap, jenis kelamin, masa kerja, dan umur perawat.

4. 4. 3. Uji Validitas dan Reabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur, sedangkan reliabilitas merupakan suatu indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Alat ukur pada penelitian ini yaitu berupa kuesioner The Workplace

Stress Scale yang berisi 8 pernyataan. Setelah dialih bahasakan ke bahasa

(34)

Data hasil uji validitas dan realibilitas dapat dilihat pada tabel 4. 1berikut:

Tabel 4. 1 Data Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Variabel Nomor Total Pearson Status Alpha Status

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa kedalapan pernyataan dalam kuesioner ini dinyatakan valid dan juga reliabel untuk digunakan dalam penelitian tingkat stres kerja.

4. 5. Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan tehnik komputerisasi, menggunakan program komputer SPSS (Stastical Product and

Service Solution) 17,0. SPSS merupakan paket program statistik yang berguna

untuk mengolah dan menganalisa data penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan cara:

1. Editing yang dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

2. Coding yaitu data yang terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan

kelengkapannya diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entri yaitu data yang telah dikode dimasukkan ke dalam program komputer.

4. Cleaning Data yaitu pemeriksaan semua data yang dimasukkan ke dalam

komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. 5. Saving yaitu penyimpanan data untuk siap dianalisis

(35)
(36)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara yang terletak dijalan Tali Air I No.21 Medan, Kecamatan Medan Tuntungan. Bangunan rumah sakit ini berdiri di atas tanah seluas 37,880 M2 dengan luas gedung sekitar 26,688 M2. Ruangan rawat inap yang terdapat di rumah sakit ini dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu ruangan kelas I ( 1 bangsal ) dengan 20 tempat tidur, kelas II ( 2 bangsal ) dengan 40 tempat tidur dan kelas III ( 7 bangsal ) dengan 350 tempat tidur. Rata-rata tiap ruangan dijaga oleh 6-7 orang perawat untuk setiap harinya.

Berdasarkan luas geografisnya, rumah sakit ini terletak di kecamatan Medan Tuntungan yang memiliki luas wilayah sebesar 20,68 km2. Kecamatan Medan Tuntungan ini memiliki batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang Sebelah timur berbatsan dengan kecamatan Medan Johor Sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang Sebelah utara berbatsan dengan kecamatan Medan Selayang

5.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Terdapat 64 perawat yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik yang yang diamati meliputi jenis kelamin perawat, umur, masa kerja, beban kerja dan jumlah pasien yang dirawat oleh perawat selama seminggu.

(37)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis

Kelamin

Jumlah % Laki-laki 14 21,9

Perempuan 50 78,1 Total 64 100

Dari tabel 5.1 diatas dapat dilihat bahwa karakteristik jenis kelamin responden yang paling banyak adalah perempuan yang berjumlah 50 orang (78,1%).

Umur

Data lengkap mengenai distribusi frekuensi responden berdasarakan umur dapat dilihat pada table 5.2 berikut:

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Umur

Kelompok usia Jumlah % 23-31 24 37,5 32-39 22 34,4 40-47 13 20.3 48-55 5 7,8 Total 64 100

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa karakteristik responden yang paling banyak adalah umur 23-31 tahun yaitu berjumlah 24 orang (37,5%) .

Masa kerja

(38)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Masa

Kerja

Masa kerja (tahun) Jumlah % 1-5 29 45,3 6-10 10 15,6 11-15 13 20,3 16-20 3 4,7 21-25 3 4,7 26-30 6 9,4 Total 64 100

Dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa karakteristik masa kerja responden yang paling banyak adalah perawat dengan masa kerja 1-5 tahun yaitu sebanyak 32 orang (50%).

Beban kerja

Data lengkap mengenai distribusi frekuensi responden berdasarkan beban kerja responden dapat dilihat pada table 5.4 berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Beban

Kerja

Beban kerja Jumlah % Kepala ruangan 10 15,6 Perawat jaga 54 84,4 Total 64 100

(39)

Jumlah pasien yang dirawat

Data lengkap mengenai distribusi frekuensi responden berdasarakan jumlah pasien yang dirawat responden perminggu dapat dilihat pada table 5.5 berikut:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan

Jumlah Pasien per Minggu

Jumlah pasien/minggu Jumlah % 17-24 14 21,8 25-32 0 0 33-40 21 32,8 41-28 17 26,6 49-56 12 18,8 Total 64 100

Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa karakteristik responden paling banyak adalah responden yang merawat pasien yang dengan jumlah 33-40 sebanyak 21 orang (32,8%).

5.3. Hasil Analisis Data dan Pembahasan

5.3.1. Hasil Analisis Data

5.3.1.1. Distribusi Tingkat Stres Kerja

Hasil uji tingkat stres kerja perawat yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner

(40)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Kerja Perawat

Tingkat stres N % Tidak ada stres 12 18,8 Stres ringan 41 64,1 Stres sedang 11 17,1 Stres berat 0 0 Stres berbahaya 0 0 Total 64 100 Dari table 5.6 di atas terlihat bahwa stres perawat paling banyak berada pada tingkat stres ringan yaitu berjumlah 41 orang (64,1%), dan dari uji statistik didapati bahwa mean skor hasil uji tingkat stres kerja yang diperoleh adalah 17,4 dengan standar deviasi sebesar +/- 2,8.

Untuk lebih jelasnya, data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden mengenai penentuan tingkat stres kerja berdasarkan The Workplace

(41)

Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Jawaban Kuesioner

(42)

Hasil uji tingkat stres kerja perawat yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel 5.8 berikut:

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Kerja Perawat

berdasarkan Jenis Kelamin Dari tabel 5.8 diatas terlihat bahwa stres ringan paling banyak ditemui pada perawat perempuan yaitu sebanyak 34 orang (82,9%).

Hasil uji tingkat stres kerja perawat yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berdasarkan kelompok usia dapat dilihat dalam tabel 5.9 berikut:

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Kerja Perawat

berdasarkan Kelompok Usia

Dari table 5.9 di atas terlihat bahwa kelompok usia 32-39 tahun paling tinggi tingkat stres ringannya yaitu sebanyak 18 orang (43,9%).

(43)

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Kerja Perawat

Dari table 5.10 di atas terlihat bahwa kelompok masa kerja 1-5 tahun paling tinggi tingkat stres ringannya yaitu sebanyak 19 orang (46.3%).

Hasil uji tingkat stres kerja perawat yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berdasarkan beban kerja dapat dilihat dalam tabel 5.11 berikut:

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Kerja Perawat

berdasarkan Beban Kerja

Dari tabel 5.11 diatas terlihat bahwa stres ringan paling banyak ditemui pada perawat jaga yaitu sebanyak 34 orang (82,9%).

(44)

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Stres Kerja Perawat Dari table 5.12 di atas terlihat bahwa stres ringan paling banyak dijumpai pada perawat dengan jumlah pasien 33-40 pasien per minggu yaitu sebanyak 16 orang (39%).

5.3.2. Pembahasan

Dari tabel 5.1 diketahui bahwa kebanyakan perawat berjenis kelamin perempuan yaitu 50 orang (78,1%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriyani (2009) yang melakukan penelitian tentang stres kerja perawat di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang bahwa perawat rumah sakit di dominasi

sebagian besar oleh tenaga kerja wanita. Berdasarkan tabel 5.2 didapati bahwa

(45)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 64 orang perawat yang bekerja di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara yang menjadi responden penelitian diperoleh hasil 12 orang (18,8%) tidak menderita stres, perawat dengan stres ringan ada 41 orang (64,1%) dan perawat dengan stres sedang ada 11 orang (17,2%). Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Linch & Guido (2011) dari 63 perawat didapati jumlah tingkat stres kerja tertinggi adalah stres sedang sebanyak 33 orang (52,4 %).

Dari hasil penelitian juga didapati stres kerja lebih banyak didapati pada perawat berjenis kelamin perempuan dibanding laki-laki. Hal ini mendukung dengan penelitian yang dilakukan Azhar (2010) didapati dari 13 perawat yang mengalami stres kerja sebanyak 8 orang (62,7) merupakan perawat dengan jenis kelamin perempuan. Sementara penelitian lain dilakukan oleh Hasniati (2009) pada perawat di rumah sakit jiwa Prof.Dr. Soeroso Magelang dan didapati hasil tidak ada perbedaan stres kerja antara perawat laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan kelompok usianya didapati bahwa umur tidak menentukan seseorang mengalami stres atau tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat Olivia (2010) yang menyatakan bahwa tak seorangpun bisa terhindar dari stres. Semua golongan umur bisa terkena stres termasuk balita sekalipun.

Berdasarkan kelompok masa kerja didapati bahwa stres kerja lebih banyak ditemui pada perawat dengan masa kerja 1-5 tahun. Pada penelitian stres kerja perawat jiwa lain yang dilakukan oleh Adityaningtyas (2010) di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya menunjukan bahwa dari 41 perawat, 25 orang (60,98%) mengalami stres kerja dengan masa kerja yang lebih singkat dibanding responden lain. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan yang disebutkan Losyk (2005) bahwa stres kerja banyak ditemui pada masa-masa awal kerja.

Berdasarkan beban kerja yang ditanggung dari hasil penelitian didapati bahwa perawat jaga lebih memiliki stres kerja yang lebih tinggi dibanding kepala ruangan. Losyk (2005) dalam bukunya juga menyebutkan bahwa deadline tugas, laporan dan teguran dari atasan menyebabkan seseorang dalam hal ini perawat jaga

(46)
(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis, didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Didapati perawat dengan tidak ada stres kerja ada 12 orang (18,8%), perawat dengan stres ringan ada 41 orang (64,1%) dan perawat dengan stres sedang ada 11 orang (17,1%).

2. Tingkat stres kerja ringan paling banyak ditemui pada perawat perempuan yaitu sebanyak 34 orang (82,9%).

3. Tingkat stres kerja ringan paling banyak ditemui pada perawat kelompok umur 32-39 tahun yaitu sebanyak 18 orang (43,9%).

4. Tingkat stres kerja ringan paling banyak ditemui pada perawat dengan masa kerja 1-5 tahun yaitu sebanyak 19 orang (46.3%).

5. Tingkat stres kerja ringan paling banyak ditemui pada perawat dengan beban kerja sebagai perawat jaga yaitu sebanyak 34 orang (82,9%).

6. Tingkat stres kerja ringan paling banyak ditemui pada perawat yang menjaga pasien berjumlah 33-40 pasien/ minggu yaitu sebanyak 16 orang (39%).

6.2. Saran

Meskipun kebanyakan perawat masih berada di tingkat stres ringan, namun peneliti menyarankan agar:

1. Kepada pihak Rumah Sakit Jiwa disarankan agar pentingnya diberikan penyuluhan tentang stres kerja dan juga penanggulangannya kepada perawat.

2. Perlunya diadakan deteksi berkala tentang tingkat stres kerja perawat. 3. Kepada para perawat, disarankan untuk melakukan konseling tentang stres

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Adityaningtiyas, A., 2010. Stres Kerja Pada Perawat dan Faktor yang

Mempengaruhi (Studi Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya).

Didapat dari:

Arie., 2011. Peran dan Fungsi Perawat di Rumah Sakit dan Keluarga. Didapat

dari:

Atok., H., 2010. Stres Kerja. Didapat dari: miklotof.wordpress.com (Diakses:12 April 2011).

Azhar., 2010. Gambaran Stres Pada Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi

Sumatera Utara, Universitas Sumatera Utara. Didapat dari: Repository

usu.ac.id (Diakses :20 Maret 2011).

Budiarto,E., & Angraeni,D., 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC,118.

Djali, H., & Muljono, P., 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Gramedia, 34.

Djuwita, E., 2003. Pengetahuan Psikologi Populer Memilih dan Mencari Kerja

Sesuai Dengan Bakat dan Kepribadian. Tangerang: Kawan Pustaka, 12-13.

Handcock, P. A. and Desmond, P.A. 2001. Stress, Workload, and Fatigue. USA. Lawrence Erlbaum Associate, 84.

Hermansyah, H., 2009. Teori-Teori Keperawatan. Didapat dari:

Hilda, T.M., 2008. Guide to a Better Stress. Didapat dari:

(49)

Husein, U., 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 34-35.

Indriyani, A., 2009. Pengaruh Konflik Peran Ganda dan Stres Kerja Terhadap

Kinerja Perawat Wanita Rumah Sakit. (diakses: 2 Januari 2012).

Juliandi, Fujiati, I.I, Amelia,R, dan Wahyuni, A.S., Panduan Penulisan Proposal

Penelitian dan Laporan Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah.

Kusumawati, A., 2008. Stres dan Koping Perawat pada Penanganan Pasien

Perilaku Kekerasan di Instalasi Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang. Semarang. Universitas Diponegoro. Didapat dari : Eprints.undip.ac.id (Diakses :20 Maret 2011).

Grande do Sul, Brazil. Didapat dari: Universidade Federal de Santa Maria,

Brasil.

Losyk, B., 2005. Kendalikan Stres Anda. Jakarta. Gramedia, 2-9.

Nasir, A, Muhith, A, Sajidin, dan Mubarak, W.I., 2009. Komunikasi dalam

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika,12-13.

Olivia, F., 2010. Mendampingi Anak Belajar, Bebaskan Anak dari Stres dan

Depresi Belajar. Jakarta : Gramedia, 22.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2010. Izin dan Penyelengaraan Praktik Perawat.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Didapat dari :

(50)

Rahman, F., 2010. Starategi Coping Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Didapat dari :

etd.prints.ums.ac.id (Diakses : 20 Maret 2011).

Rini, J.C., 2002. Stress Kerja. Didapat dari :

(Diakses:10 April 2010).

Sagita, A.,2008. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kondisi Lingkungan Kerja

dengan Tingkat Stres Kerja Pada Karyawan Bagian Tebang Angkut Di

Pabrik Gula Rejo Agung Madiun. Didapat dari: etd.eprints.ums.ac.id

(Diakses:7 mei 2011).

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarata : EGC, 214-219.

Undang Undang Republik Indonesia. 2009. Rumah Sakit. Didapat dari : http://www.scribd.com (Diakses :10 April 2010).

Wangsadjaja, R., 2010. Stres. Didapat dari :

(Diakses:7 mei 2011).

Wade, C dan Tavris, C., 2007. Psikologi. Edisi ke sembilan. Jakarta :Erlangga, 27-29.

(51)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Novita Ulfah

Tempat/Tanggal lahir : Kotanopan / 6 November 1989

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Wisata No. 33 C, Medan Johor

Riwayat Pendidikan : 1 Tahun 2002 lulus Sekolah Dasar Negeri IV Kotanopan 2.Tahun 2005 lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri I

Kotanopan

3.Tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Plus Sipirok

(52)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBYEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Saya yang bernama Novita Ulfah/NIM 080100030 adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatrea Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Stres Kerja pada Perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2011”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar pada blok Community Research Program.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan saudara/saudari untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya.

Partisipasi saudara/saudari dalam penelitian ini bersifat sukarela. Pada penelitian ini identitas saudara/saudari akan disamarkan. Kerahasiaan data saudara/saudari akan dijamin sepenuhnya.

Saya berharap saudara/saudari bersedia mengikuti penelitian ini dan bila terdapat hal yang kurang dipahami, saudara/saudari dapat bertanya langsung pada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari menjadi partisipan dalam penelitian ini,saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti

(53)

LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Medan, 2011

Peneliti Peserta

(54)

KUESIONER

Kuesioner Penentuan Stres Kerja berdasarkan The Workplace Stress Scale

Berilah tanda checklist pada jawaban yang anda pilih !

Nama : Beban kerja :

Jenis kelamin : Laki/Wanita Masa kerja : Tahun

Umur : Tahun Jumlah pasien : Orang/minggu

1. Kondisi kerja yang tidak menyenangkan atau bahkan terkadang tidak aman. a. Tidak pernah c. Kadang-kadang e. Sangat sering

b. Jarang d. Sering

2. Saya merasa bahwa pekerjaan saya berpengaruh buruk terhadap fisik atau perkembangan emosi saya.

a. Tidak pernah c. Kadang-kadang e. Sangat sering

b. Jarang d. Sering

3. Saya memiliki terlalu banyak pekerjaan atau terlalu banyak batas waktu pekerjaan yang tidak pantas.

a. Tidak pernah c. Kadang-kadang e. Sangat sering

b. Jarang d. Sering

4. Saya kesulitan untuk mengekspresikan pendapat saya atau perasaan saya mengenai kondisi pekerjaan saya kepada atasan saya.

a. Tidak pernah c. Kadang-kadang e. Sangat sering

b. Jarang d. Sering

5. Saya merasa bahwa pekerjaan saya mempengaruhi kehidupan keluarga atau pribadi saya.

a. Tidak pernah c. Kadang-kadang e. Sangat sering

b. Jarang d. Sering

6. Saya memiliki kontrol penuh terhadap pekerjaan saya.

a. Tidak pernah c. Kadang-kadang e. Sangat sering

(55)

7. Saya memperoleh penghargaan yang sesuai terhadap kinerja baik yang saya lakukan.

a. Tidak pernah c. Kadang-kadang e. Sangat sering

b. Jarang d. Sering

8. Saya mampu menggunakan kemampuan dan bakat saya untuk bekerja secara maksimal.

a. Tidak pernah c. Kadang-kadang e. Sangat sering

(56)

Uji Validitas

(57)
(58)
(59)

36 P36 Perempuan 39 29 Kepala

No. KodeJenis KelaminUmur Beban Kerja P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Pt Keterangan

Gambar

Gambar 3.1.: Sketsa kerangka konsep penelitian
Tabel 4. 1 Data Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Tabel  5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis
Tabel  5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Beban
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengidentifikasi Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Umum Magetan dan Rumah Sakit Griya Husada Madiun, diperoleh hubungan

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Kecerdasan Emosi dengan Stres Kerja pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan interpersonal dengan stres

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan perawat mengalami stres kerja dalam kategori sedang 66.9% dan kepuasan kerja dalam kategori cukup 76.3% dan terdapat pengaruh

Analisa Stres Kerja pada Kondisi dan Beban Kerja Perawat dalam Klasifikasi Pasien di Unit rawat inap Rumkit TK II Putri Hijau KESDAM I/BB Medan. Tesis Program Pascasarjana

Variabel yang menunjukkan adanya hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Palu adalah lingkungan kerja fisik (p=0,029),

Analisis Bivariat Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Hajjah Andi Depu Polewali Mandar Tabel 9 Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja