GAMBARAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROPINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
AZHAR NIM. 071000255
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROPINSI
SUMATERA UTARA TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Gelar Sarjana kesehatan Masyarakat.
Oleh :
071000255
AZHAR
FAKUKTAS KESEHATAN MASYARALAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul
GAMBARAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA
TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM. 071000255 AZHAR
Telah diuji dan dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi pada tanggal 31 Mei 2010 dan
dinyatkan telah memenuhi syarat untuk diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS dr. Halinda Sari Lubis, MKKK NIP. 19571117 198702 1 002 NIP. 19650615 199601 2 001
Penguji II Penguji III
Dra. Lina Tarigan, Apt, MS Ir. Kalsum, M.Kes
NIP. 19590806 198811 1 001 NIP. 19590813 199103 001
Medan, Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
ABSTRACT
The Stress Description of Nurses in Hospitalization Unit of Regional Mental
Hospital North Sumatera 2010.
x + 54 pages + reference + 18 tables + appendices.
The objective of research would be to know the stress description of nurses in
Regional Mental Hospital of North Sumatera 2010 related to individual factors (age,
sex, marital status and work term) and psychosocial factors (workload, interpersonal
relationship, responsibility and work-safety). This was a descriptive research using
cross–sectional design, the population was all nurses in Regional Mental Hospital of
North Sumatera, 117 individuals. The sample was nurses of Hospitalization Unit of
Regional Mental Hospital, North Sumatera, 54 individuals.
The result indicated, that individuals with stress were 13 (24,07%) people, and
those without stress 41 (75,93%) peoples. The respondents with stress were in age
group 41,7 individuals (12,96%), female 8 individuals (14-81%), and work term 18
years, 7 individuals (12.96%), and married 13 individuals (24,07%). In rerelation to
psychosocial factor the respondents with stress feeling moderate workload were 8
individuals (17,81%), moderate interpersonal relationship, 7 individuals (12,96%),
small work responsibiliry, 7 individuals (12,96%), and less work safety, 8 individuals
(14,81%).
It is then suggested to build a good communication with supervisor, and
colleges to overcome the problems collaboratively, good description of job and better
dicipline, to regulate and control the emotional feeling in accomplishing the tasks,
either in receiving and treating the patients, and to take collaborative measures to
minimize the workload, sufficient rest and to spend the holidays for relaxation.
ABSTRAK
Gambaran stres Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 x + 54 halaman + daftar pustaka + 18 tabel + lampiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stres pada perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 berkaitan antara faktor individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan dan masa kerja) dan faktor lingkungan psikososial (beban kerja, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan keamanan kerja). Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional, populasi adalah berjumlah Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berjumlah 117 orang, sampel adalah Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berjumlah 54 orang.
Hasil yang diperoleh bahwa responden yang mengalami stres yaitu 13 orang (24,07 %) dan tidak mengalami stres kerja 41 orang (75,93 %). Responden yang mengalami stres berada pada kelompok umur ≤ 41/tahun yaitu sebanyak 7 orang (12,96 %), berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8 orang (14,81 %), dan mempunyai masa kerja ≤ 18 tahun yaitu sebanyak 7 orang (12,96 %) dan sudah menikah yaitu sebanyak 13 orang (24,07 %). Berkaitan dengan faktor psikososial responden yang mengalami stres yang merasakan beban kerja sedang yaitu sebanyak 8 orang (17,81 %), mempunyai hubungan interpersonal yang sedang yaitu sebanyak 7 orang (12,96 %), memiliki tanggung jawab kerja yang kecil yaitu sebanyak 7 orang(12,96 %) dan merasakan bahwa tempat kerjanya kurang aman yaitu sebanyak 8 orang ( 14,81 %).
Disarankan menjalin komunikasi yang baik dengan atasan, teman kerja seprofesi yang lain untuk mengatasi permasalahan, membuat pembagian kerja yang jelas agar lebih teratur dan disiplin, mengatur dan mengendalikan perasaan emosi dalam melaksanakan pekerjaan, baik pada saat menerima dan merawat pasien, bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat mengurangi beban kerja, istirahat yang cukup dan menggunakan hari libur kerja untuk bersantai
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : AZHAR
Tempat/Tgl. Lahir : Deli Serdang/16 Oktober 1969
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Jumlah Saudara : 6 orang
Alamat Rumah : Jl. Marelan Raya Gg. Sepakat Medan
Riwayat Pendidikan
1. 1975 – 1983 : SD Tri Bakti Bersubsidi Medan
2. 1983 – 1986 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Medan
3. 1986 – 1989 : Sekolah Menengah Atas 15 Medan
4. 1989 – 1992 : Pendidikan Akademi Penilik Kesehatan Kabanjahe
5. 2007 – 2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan
Riwayat Pekerjaan
BAB V PEMBAHASAN ... 47
5.1 Keadaan Stres Pada Perawat ... 47
5.2 Gambaran Sres Kerja Berdasarkan Umur ... 47
5.3 Gambaran Sres Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48
5.4 Gambaran Sres Kerja Berdasarkan Masa Kerja ... 49
5.5 Gambaran Sres Kerja Berdasarkan Status Perkawinan ... 49
5.6 Gambaran Sres Kerja Berdasarkan Beban Kerja ... 50
5.7 Gambaran Sres Kerja Berdasarkan Hubungan Interpersonal... 51
5.8 Gambaran Sres Kerja Berdasarkan Tanggung Jawab Kerja ... 51
5.9 Gambaran Sres Kerja Berdasarkan Kemanan Kerja... 52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
6.1 Kesimpulan ... 53
6.2 Saran ... 54
DAFTAR TABEL No. Tabel
Tabel 4.1 Distribusi Frekwensi Karyawan Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.2 Distribusi Perawat Berdasarkan Stres di Tempat Kerja di Unit
Rawat Inap RSJDPropinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.3 Distribusi Perawat Berdasarkan Umur di Unit Rawat Inap RSJD
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.4 Distribusi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin di Unit Rawat
Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.5 Distribusi Perawat Berdasarkan Masa Kerja di Unit Rawat Inap
RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.6 Distribusi Perawat Berdasarkan Status Perkawinan di Unit Rawat
Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.7 Distribusi Perawat Berdasarkan Beban Kerja di Unit Rawat Inap
RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.8 Distribusi Perawat Berdasarkan Hubungan Interpersonal di Unit
Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.9 Distribusi Perawat Berdasarkan Tanggung Jawab di Unit Rawat
Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 40 Tabel 5.0 Distribusi Perawat Berdasarkan Keamanan Kerja di Unit Rawat
Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 41 Tabel 5.1 Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Umur di Unit
Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 41 Tabel 5.2 Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Jenis Kelamin di
Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 .... 42 Tabel 5.3 Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Masa Kerja di
Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 .... 42 Tabel 5.4 Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Status Perkawainan di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010.. 43 Tabel 5.5 Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Beban Kerja di
Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 .... 43 Tabel 5.6 Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Hubungan
Interpersonal di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 ... 44 Tabel 5.7 Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Tanggung
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkah dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini
dengan judul “GAMBARAN STRES PERAWAT DI UNIT RAWAT INAP
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2010”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, telah banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang penulis terima demi kelancaran proses penyelesaian pendidikan di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dengan selesainya
skripsi ini, perkenankan saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Dr. Dapot Parulian Gultom, SpKJ selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa
Daerah Propinsi Sumatera Utara yang telah memberi izin belajar dan izin
melakukan penelitian kepada penulis.
3. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku Ketua Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sekaligus sebagai Dosen Penguji II pada ujian skripsi ini.
4. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia menyediakan waktu dan pikiran dalam memberi petunjuk,
5. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia menyediakan waktu dan pikiran dalam memberi petunjuk,
pengarahan, dan bimbingan kepada penulis.
6. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pengui III yang selalu memotivasi
penulis untuk tidak menyerah.
7. Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes, Ibu Ummi Salmah, SKM, M.Kes dan
Ibu Arfah Mardiana Lubis, M.Psi selaku Dosen di Departemen Kelamatan dan
Kesehatan Kerja.
8. Bapak DR. Drs. Surya Utama, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik
9. Seluruh Dosen dan pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Medan.
10.Istri ku tercinta “Fitri” terima kasih atas perhatian dan dukungan yang tak
terhingga dan kepada anak-anak ku tersayang Raihan dan Nadya, terima kasih
karena telah menjadi motivasi ku yang terbesar untuk menyelesaikan
penelitian ini.
11.Ayahanda tercinta terima kasih yang sangat dalam atas perhatian dan doanya.
12.Seluruh Perawat dan Karyawan Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera
Utara, terima kasih atas kerjasama yang baik.
13.Teman-teman peminatan KKK : Fathul Jannah, lora Helena, Manna, Sisca,
Evelina, Eva, gita, ika, minda, terima kasih atas bantuan dan doa nya.
14.Teman-teman stambuk 2007 ekstensi : Irfan, Amy, Dewi, kiki, vina, yang
15.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada
kita semua dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2010
ABSTRACT
The Stress Description of Nurses in Hospitalization Unit of Regional Mental
Hospital North Sumatera 2010.
x + 54 pages + reference + 18 tables + appendices.
The objective of research would be to know the stress description of nurses in
Regional Mental Hospital of North Sumatera 2010 related to individual factors (age,
sex, marital status and work term) and psychosocial factors (workload, interpersonal
relationship, responsibility and work-safety). This was a descriptive research using
cross–sectional design, the population was all nurses in Regional Mental Hospital of
North Sumatera, 117 individuals. The sample was nurses of Hospitalization Unit of
Regional Mental Hospital, North Sumatera, 54 individuals.
The result indicated, that individuals with stress were 13 (24,07%) people, and
those without stress 41 (75,93%) peoples. The respondents with stress were in age
group 41,7 individuals (12,96%), female 8 individuals (14-81%), and work term 18
years, 7 individuals (12.96%), and married 13 individuals (24,07%). In rerelation to
psychosocial factor the respondents with stress feeling moderate workload were 8
individuals (17,81%), moderate interpersonal relationship, 7 individuals (12,96%),
small work responsibiliry, 7 individuals (12,96%), and less work safety, 8 individuals
(14,81%).
It is then suggested to build a good communication with supervisor, and
colleges to overcome the problems collaboratively, good description of job and better
dicipline, to regulate and control the emotional feeling in accomplishing the tasks,
either in receiving and treating the patients, and to take collaborative measures to
minimize the workload, sufficient rest and to spend the holidays for relaxation.
ABSTRAK
Gambaran stres Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 x + 54 halaman + daftar pustaka + 18 tabel + lampiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran stres pada perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 berkaitan antara faktor individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan dan masa kerja) dan faktor lingkungan psikososial (beban kerja, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan keamanan kerja). Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional, populasi adalah berjumlah Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berjumlah 117 orang, sampel adalah Perawat di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara berjumlah 54 orang.
Hasil yang diperoleh bahwa responden yang mengalami stres yaitu 13 orang (24,07 %) dan tidak mengalami stres kerja 41 orang (75,93 %). Responden yang mengalami stres berada pada kelompok umur ≤ 41/tahun yaitu sebanyak 7 orang (12,96 %), berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8 orang (14,81 %), dan mempunyai masa kerja ≤ 18 tahun yaitu sebanyak 7 orang (12,96 %) dan sudah menikah yaitu sebanyak 13 orang (24,07 %). Berkaitan dengan faktor psikososial responden yang mengalami stres yang merasakan beban kerja sedang yaitu sebanyak 8 orang (17,81 %), mempunyai hubungan interpersonal yang sedang yaitu sebanyak 7 orang (12,96 %), memiliki tanggung jawab kerja yang kecil yaitu sebanyak 7 orang(12,96 %) dan merasakan bahwa tempat kerjanya kurang aman yaitu sebanyak 8 orang ( 14,81 %).
Disarankan menjalin komunikasi yang baik dengan atasan, teman kerja seprofesi yang lain untuk mengatasi permasalahan, membuat pembagian kerja yang jelas agar lebih teratur dan disiplin, mengatur dan mengendalikan perasaan emosi dalam melaksanakan pekerjaan, baik pada saat menerima dan merawat pasien, bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga dapat mengurangi beban kerja, istirahat yang cukup dan menggunakan hari libur kerja untuk bersantai
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam Undang- Undang No.23 tahun 1992 disebutkan bahwa kesehatan sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksudkan dalam Pembukaan UUD 1945 melalui
pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Derajat kesehatan besar artinya bagi pembangunan Indonesia seutuhnya dan
pembangunan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan memperhatikan peranan
kesehatan diatas, diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat
kesehatan dan pembinaan penyelenggaraan upaya kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu (Depkes RI,1992).
Undang-Undang No.14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok tenaga kerja dalam
pasal 9 dinyatakan bahwa tenaga kerja berhak mendapat perlindungan kesehatan,
kesehatan pemeliharaan moral, moral kerja, perlakuan yang sesuai dengan martabat
moral agama. Salah satu upaya keselamatan kerja (K3) adalah memelihara
faktor-faktor lingkungan kerja agar senantiasa dalam batas - batas yang aman dan sehat
sehingga tidak terjadi penyakit atau kecelakaan akibat kerja dan tenaga kerja dapat
menikmati derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soepomo, 2001).
Hidup manusia ditandai oleh usaha-usaha pemenuhan kebutuhan, baik fisik
mental emosional, material maupun spiritual. Bila kebutuhan dapat dipenuhi dengan
baik, berarti tercapai keseimbangan dan kepuasan. Tetapi pada kenyataannya sering
hambatan. Tekanan-tekanan dan kesulitan-kesulitan hidup ini sering membawa
manusia berada dalam keadaan stres (Prawono,H,2004).
Pada suatu penelitian sederhana tentang perawat di perawatan intensif
Huekabay dan Jagla (1979) menemukan bahwa beban kerja berlebihan dipandang
sebagai sumber stres yang paling penting sedangkan kematian pasien dan masalah
komunikasi dengan teman sejawat merupakan stres penting berikutnya. Namun dalam
penelitian yang lebih besar terhadap 1974 perawat di perawatan intensif Stefen (1980)
menemukan bahwa konflik interpersonal dipandang sebagai sumber stres yang paling
penting dengan prosedur manajemen unit.
Hingley dan Cooper (1986) menemukan bahwa beban kerja yang berlebihan
merupakan sumber stres yang paling penting pada suatu stempel penelitian, terdiri
dari 521 manajer keperawatan. Hubungan dengan staf senior ketegangan dan peran
mendua (Ambiguitas), hubungan interpersonal juga dikenal (sebagai sumber utama
stres bagi keperawatan) (Charles, 1997).
Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara sebagai salah satu aset vital
propinsi Sumatera Utara yang mempunyai misi utama melaksanakan pelayanan
kesehatan jiwa dan fisik yang terpadu, meningkatkan upaya pencegahaan dan
penanggulangan gangguan jiwa dan masalah psikososial di masyarakat.
Dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, maka Rumah Sakit Jiwa Daerah
Propinsi Sumatera Utara memanfaatkan semua sarana, fasilitas dan unsur-unsur
manajemen yang ada termasuk manusia sebagai karyawan, tempat kerja dan
Salah satu unit pelayanan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara
adalah unit rawat inap. Unit rawat inap ini terdiri dari 14 ruangan yang dijaga oleh
117 orang perawat. Unit ini membutuhkan pengawasan yang maksimal 24 jam oleh
dokter ahli dan tenaga keperawatan yang kompeten, karena begitu kompleksnya
pekerjaan di unit ini, sangatlah diperlukan teknik-teknik dan keterampilan /
kemahiran tersendiri dalam menangani pasien, maka kesiapan fisik, mental,
lingkungan kerja yang baik sangatlah dibutuhkan oleh setiap perawat dalam bekerja,
karena jika tidak, stres akibat kerja dapat terjadi setiap saat.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa
Daerah Propinsi Sumatera Utara. Mereka mengeluh berupa perasaan cemas dan
tegang, takut ancaman yang tiba-tiba dari pasien ketika mengawasi pasien lagi makan
dan ketika memberi obat. Selain memberi makan dan memberi obat pasien,
mengawasi pasien mandi pagi juga merupakan tugas perawat. Tugas rutin lain yang
dikerjakan perawat adalah menuliskan langkah-langkah asuhan keperawatan yang
dilakukan dalam menangani setiap pasien. Sebagaian perawat juga mengeluh ada
perasaan berdebar-debar dan sakit kepala. Ada juga perawat yang marah-marah pada
pasien tanpa alasan yang jelas. Gejala psikologis lain yang dapat terlihat adalah
kurangnya keharmonisan antara perawat dan atasannya yaitu kepala ruangan, dimana
ketidakcocokan dengan atasan ini membuat perawat tersebut sering memendam
perasaan, gejala-gejala yang lain yaitu berupa gangguan saluran pencernaan, rasa
mual, muntah, perih di hulu hati. Bila keadaan seperti ini dibiarkan terus menerus
maka akan terjadi stres. Sebagian besar perawat yang bekerja diunit rawat inap
juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya, dan masalah-masalah yang
terjadi di dalam rumah tangga dan lingkungannya dapat mempengaruhi hubungan
interpersonal baik dengan rekan kerja maupun dengan pasien.
Atas pertimbangan dan pertimbangan tersebut di ataslah yang mendorong
penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai gambaran stres perawat di unit rawat
inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan diteliti adalah “Bagaimana gambaran stres perawat yang bekerja di unit rawat
inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara tahun 2010”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran stres kerja
pada perawat di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara
tahun 2010.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran stres pada perawat berdasarkan karakteristik individu
(umur, masa kerja, jenis kelamin, status perkawinan) di unit rawat inap
2. Mengetahui gambaran stres pada perawat berdasarkan lingkungan psikososial
(beban kerja, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan keamanan kerja) di
ruang unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara
tahun 2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera
Utara mengenai stres perawat di unit rawat inap untuk bahan pertimbangan
dalam membina dan mengembangkan kualitas dan sumber daya manusia bagi
tenaga perawat.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan perawat serta penulis dalam penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit secara tradisional diartikan sebagai tempat menampung dan
mengobati orang sakit. Menurut Guwandi (1991) rumah sakit adalah satu usaha
menyediakan pemondokan yang memberikan jasa pelayanan medik jangka pendek
dan jangka pamjang yang terdiri dari tindakan observasi, diagnostik, teraupatik dan
rehabilitatif untuk orang-orang yang menderita sakit, terluka dan untuk yang mau
melahirkan. Bisa juga disamping itu menyediakan atau tidak menyediakan pelayanan
atas dasar berobat jalan kepada pasien yang langsung pulang.
2.1.1.Tipe-tipe (Klasifikasi Rumah Sakit)
1. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah terdiri dari :
a. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan sub-spesialistik luas
b. Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik luas dan sub-spesialistik terbatas
c. Kelas B I mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik sekurang-kurangnya 11 jenis spesialistik
d. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik
spesialistik sekurang-kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap
e. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya
2. Rumah Sakit Kelas A dan B II dapat berfungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Pemerintah ditentukan berdasarkan tingkat
fasilitas dan kemampuan pelayanan dalam bidang kekhususannya dan ditetapkan
terdiri oleh Menteri Kesehatan.
Klasifakasi Rumah Sakit Umum Swasta berpedoman pada Rumah Sakit
Pemerintah dan ditetapkan tersendiri oleh Menteri Kesehatan. Kelas tiap Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus ditetapkan tersendiri oleh Menteri Kesehatan
(Lumenta 1989).
2.1.2. Kegiatan di Rumah Sakit
Kegiatan suatu Rumah Sakit dapat dikelompokkan menjadi kegiatan kuratif,
preventif, dan rehabilitatif. Secara garis besar kegiatan tersebut dibagi atas :
1. Rawat jalan, seperti poliklinik, kesejahteraan ibu dan anak, keluarga
berencana, pemeriksaan periodik (General Check – up), gigi.
2. Rawat inap, seperti rawat inap interne, anak, mata, bedah, kebidanan,
paru-paru, jantung, kulit, kelamin, telinga hidung dan tenggorokan, neurologi
psichiatri, mulut gigi, rawat intensif, dan lain-lain.
3. Rawat gawat darurat.
4. Pelayanan medik, seperti ruang operasi dan ruang persalinan.
5. Pelayanan penunjang non medik, yakni ruang cuci, dapur, administrasi, rumah
tangga, dan personalia.
6. Pendidikan dan latihan.
2.2. Perawat
2.2.1. Pengertian Perawat
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan suatu pendidikan dasar
keperawatan dan diberi wewenang oleh pemerintah serta memenuhi syarat untuk
memberikan pelayanan perawat yang bermutu dan penuh tanggung jawab.
2.2.2. Konsep dan Tujuan Keperawatan
1. Konsep Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Kegiatan dilakukan sesuai
dengan wewenang, tanggung jawab dan etika keperawatan.
2. Tujuan Keperawatan
a. Untuk membantu individu bebas dari masalah kesehatan yang dimaksudkan
dengan mengajak individu dan masyarakat untuk berpartisipasi meningkatkan
kesehatannya.
b. Supaya individu mengembangkan potensinya dalam memelihara
kesehatannya secara optimal mungkin agar tidak bergantung kepada orang
lain dalam memelihara kesehatannya secara optimal mungkin agar tidak
bergantung kepada orang lain dalam memelihara kesehatannya.
c. Untuk membantu individu memperoleh derajat kesehatannya seoptimal
2.2.3. Peranan Perawat
Yang dimaksud dengan peranan adalah tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang dengan kedudukan dalam suatu sistem. Peranan atau
tingkah laku yang diharapkan dan nilai orang lain terhadap perawat adalah :
a. Sebagai pelaksana perawat. Masyarakat mengharapkan perawat untuk
mengulangi masalah-masalah individu, keluarga dan masyarakat.
b. Sebagai seorang pendidikan. Perawat harus dapat berperan sebagai seorang
pendidik bagi individu, keluarga dan masyarakat karena dalam pelayanan
perawatan berhubungan dengan perubahan tingkah laku.
c. Sebagai administrator atau manager. Setiap tenaga kerja adalah anggota
potensial dalam kelompoknya serta dapat mengatur timnya sebagai perencana
serta penilai pekerjaannya
2.2.4. Fungsi Keperawatan
Tehnical Discussions dalam world health assembly ke 9 tahun 1956 menyusun
daftar mengenai fungsi perawat antara lain :
a. Memberikan pelayanan asuhan yang terampil kepada orang sakit dan tidak
mampu sesuai dengan kebutuhan fisik, emosional dan spiritual pasien baik
dirumah sakit, dirumah, di sekolah maupun dipabrik.
b. Melakukan pekerjaan guru kesehatan atau penyuluh kesehatan terhadap
pasien dan keluarganya di rumah, di rumah sakit, di sonatorium atau pabrik
c. Membuat pengamatan yang penting tentang situasi dan kondisi fisik dan
emosional yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan dan meneruskan
2.2.5. Tugas Perawat
Tugas perawat merupakan perincian dari fungsi yang harus dilakukan
sehubungan dengan hak, wewenang dan tanggung jawab seorang perawat.
Merupakan tugas seorang perawat antara lain :
a. Memperhatikan kebutuhan pasien
b. Merawat manusia dengan tanggung jawab, mengerti diri dan motivasi
c. Memberi pelayanan asuhan kepada orang yang menderita sakit.
Dalam melaksanakan tugas perawatan seorang perawat harus selalu
mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien serta tidak mengabaikan keamanan
dirinya. Menurut Abraham Maslow, bahwa kebutuhan dasar manusia yang nomor dua
adalah kebutuhan rasa aman tersebut terhadap pasien yang dirawatnya. Lingkungan
tempat perawatan pasien yang tertib dan aman akan membantu mempercepat
penyembuhan pasien. Untuk itu bila melaksanakan tugas jangan lupa memperhatikan
prinsip keamanan keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) (Depkes, 1989).
2.3. Stres
2.3.1. Pengertian Stres
Stres adalah tekanan yang terlalu besar bagi kita. Stres itu sangat bersifat
personal. Setiap orang memiliki tingkatan toleransi tertentu pada tekanan disetiap
waktunya, yaitu kemampuan kita untuk mengatasi atau tidak mengatasinya. Kita
mengalaminya pada tingkatan yang berbeda dalam hidup kita, kita mengalaminya
secara unik gejalanya bisa sangat bervariasi, sama banyaknya seperti pilihan teman
Kita bisa mengalami tekanan dari hal-hal yang terjadi dalam kehidupan pribadi
kita yang toleransi atau dalam hubungannya dengan tekanan ditempat kerja.
Kadang-kadang kita merasa heran sendiri karena melihat bahwa kita mampu
mengatasimasalah yang besar disaat bersamaan dan disaat lain kita merasa jatuh oleh
apa yang secara objektif tampak sebagai suatu permintaan yang remeh dari pasangan
atau bos anda (Towney, 2002).
Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu
dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal
dari situasi dan sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Stres ialah suatu akibat dari tekanan emosional, rangsangan-rangsangan atau
suasana yang merusak, keadaan fisiologis sorang individu. Besar kecilnya saat yang
menegankan tersebut sebenarnya relatif. Tergantung tinggi rendahnya kedewasaan
keperibadian serta bagaimana sudut pandang seseorang dalam menghadapinya
(Susilawati, 2005).
Dalam peristiwa stres, sekurang-kurangnya ada 3 hal yang saling berkaitan,
yaitu : hal, peristiwa, orang, keadaan yang menjadi sumber stres (stresor). Orang yang
mengalami stres (the stresed) dan hubungan orang yang mengalami stres dengan hal
yang menjadi penyebab stres (transaction) beserta segala yang bersangkutan olehnya.
Dari ketiga unsur pokok itu dapatlah secara ringkas dirumuskan bahwa stres
adalah keadaan atau kondisi yang tercipta bila hal yang dianggap mendatangkan stres
membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan, apakah itu nyata atau
tidak nyata, antara keadaan atau kondisi dan sumber daya biologis, psikologis dan
2.3.2. Pandangan Stres
Dalam memahami tentang stres, para ahli berbeda-beda mendefinisikannya
karena memiliki pandangan teori yang tidak sama. Untuk lebih jelas tentang stres
sebenarnya maka dapat diketahui beberapa pandangan diantaranya :
1. Pandangan Stres Sebagai Stimulus
Pandangan ini menyatakan stres sebagai suatu stimulus yang menuntut, dimana
semakin tinggi besar tekanan yang dilami seseorang, maka semakin besar pula
stres yang dialaimi. Pandangan ini didasari hukum elastisitas Hooke yang
menjelaskan semakin berat beban satu logam, maka semakin besar pula stres yang
dialami, melalui pandangan ini maka dianalogikan pada manusia apabila semakin
besar tekanan yang dialami, semakin besar pula stres yang dialaminya.
2. Pandangan Stres Sebagai Respons
Mengidentifikasikan stres sebagai respons individu terhadap stresor yang
diterima, dimana ini sebagai akibat respon fisiologis dan emosianal atau juga
sebagai respon yang non spesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan yang ada.
3. Pandangan Stres Sebagai Transaksional
Pandangan ini merupakan suatu interaksi antara orang dengan lingkungan, dengan
meninjau dari kemampuan individu dalam mengatasi masalah dalam terbentuknya
sebuah koping. Dalam interaksi lingkungan ini dapat diukur situasi yang potensial
mengandung stres dengan mengukur dari presepsi individu terhadap masalah,
mengkaji kemampum seseorang atau sumber-sumber yang tersedia yang
2.3.3. Sumber-sumber Stres
Sumber stres merupakan asal dari penyebab suatu stres yang dapat
mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan, baik secara fisik,psikososial
maupun spiritual.
Selain sumber stresor diatas, stres yang dialami manusia dapat berasal dari
berbagai sumber dari dalam diri seseorang, keluarga dan lingkungan (Hidayat, 2004).
1. Sumber Stres Dalam Diri
Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik yang
terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah sebagai
permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai denagan dirinya dan tidak mampu
diatasi, maka dapat menimbulkan suatu stres, (Hidayat, 2004).
Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjana yang menyatakan bahwa tak seorang
pun bisa terhindar dari stres, bayi bisa terkena stres, balita bisa kedatangan stres,
kaum remaja tidak bisa luput dari padanya, kaum muda tak mungkin terhindar. Orang
dewasa pasti mengalami, kelompok lansia apalagi.
2. Sumber Stres Dalam Keluarga
Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai adanya perselisihan masalah
keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga
permasalahan ini akan selalu menimbulkan suatu keadaan yang dinamakan stres,
(Hidayat, 2004).
3. Sumber Stres Dalam Masyarakat dan Lingkungan
Sumber stres ini dapat terjadi dikingkungan atau masyarakat pada umumnya,
lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya
pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang.
Lingkungan kerja dapat juga menjadi sumber stres karena :
A. Beban Kerja
Beban kerja berlebihan, misalnya, merawat terlalu banyak pasien, mengalami
kesulitan dalam mempertahankan standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi
dukungan yang dibutuhkan teman sekerja dan menghadapi masalah keterbatasan
tenaga, (Charles A, 1997).
Tuntutan pekerjaan yang terlalu banyak dan harapan perusahaan yang berlebih
terhadap pekerja dapat mempengaruhi imunitas tubuh dan kesehatan pekerja tersebut
seccara langsung. Tuntutan tersebut diantaranya :
• Beban kerja yang berat • Waktu istirahat yang jarang
• Jam kerja yang panjang
• Pergantian jam kerja (shift) yang kurang tepat jadwalnya (jarak
antara shift terlalu dekat).
• Beban kerja yang padat dan rutin namun sedikit memberi nilai dan
arti bagi kehidupan.
Beban kerja yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan pekerjaan
B. Tanggung Jawab Kerja
Bila seseorang harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain, perubahan
dalam hidup menyebabkan ia tidak mempunyai kontrol. Misalnya, teman kerja tidak
masuk, ia harus menggantikan tugasnya.
Stres dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab
yang besar yang harus ditanggungnya, (Prawono, 2004).
Kerja yang penuh tanggung jawab atas keselamatan orang sangat cendrung
mengakibatkan stres. Kerja sama ini dialami para petugas medis, paramedis, dokter
dan perawat, dinas kebakaran dan polisi. (Hardjana, 1994).
Tarigan L (2004) yang melakukan penelitian terhadap 20 orang perawat kerja
Rumah Sakit Umum Elisabeth Medan menyatakan bahwa tanggung jawab kerja
menunjukkan hasil yang tidak bermakna terhadap terjadinya stres kerja. Ia juga
menyatakan sehubungan dengan rasa tanggung jawab sangat erat kaitannya dengan
disiplin kerja. Dalam hal ini tenaga kerja akan termotifasi dalam melakukan tugasnya
yang memberikan dampak positif bagi tenaga kerja dalam hal penyelesaian tugas
yang tepat waktu dan ketelitian dalam melakukanpekerjaan.
C. Hubungan Antar Manusia (Interpersonal)
Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya, mengalami konflik
dengan teman sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang
dilakukan, dan gagal membentuk tim kerja dengan staf. (Charles, 1997).
Dalam Tarigan L (2004) hubungan antar manusia ditempat kerja jelas
merupakan sumber stres karena hubungan dengan atasan, rekan kerja dan bawahan
yang disengaja mau menjatuhkan. Juga dapat karena kelemahan manusiawi para
pelakunya, seperti kurang kepekaan prilaku yang menggangu, dan cita rasa yang
berbeda yang bersumber pada kepribadian masing-masing.
D. Keamanan Kerja
Orang akan mengalami stres jika dalam kerja itu dia dapat diberhentikan dari
pekerjaan setiap saat, terutama bila mencari pengganti kerja sangatlah sulit. Rasa
aman juga berhubungan dengan keamanan fisik, misalnya bila dalam bekerja atau
oleh pekerjaan yang ditanganinya, mudah mengalami kecelakaan dan keselamatannya
terus-menerus dipertarukan. Yang termasuk keamanan kerja adalah jaminan pensiun
sesudah lepas kerja. Namun dengan tersedia uang pensiun pun tidak sedikit orang
mengalami stres. Kemungkinan terkena stres itu semakin tinggi bila selepas kerja
tidak tersedia jaminan pensiun dan tidak ada tempat lain yang menggantikannya.
Stres kerja pada hakekatnya merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor,
yaitu pekerjaann itu sendiri sebagai faktor eksternal, dan karakter maupun persepsi
pakerjaan sebagai faktor internal. Beberapa sumber stres kerja, menurut Cooper
(1983) antara lain sebagai berikut. (Anies, 2005)
• Lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja yang buruk berpotensi
menyebabkan pekerja mudah sakit, mengalami steres psikologis dan
menurunkan produktivitas kerja. Lingkungan yang kurang nyaman,
misalnya panas, berisik, sirkulasi udara kurang, membuat pekerja mudah
• Overload. Overload dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif.
Dikatakan overload secara kuantitatif, bila target kerja melebihi
kemampuan pekerja yang bersangkutan, akibatnya mudah lelah dan
berada dalamketegangan tinggi. Overload kualitatif, bila pekerjaan
memiliki tingkatan kesulitan atau kerumitan yang tinggi.
• Deprivational stres. Istilah deprivational stres diperkenalkan oleh George
Every dan Daniel Girdano (1980), pekerjaan yang tidak lagi menantang
atau menarik bagi pekerja. Akibatnya, timbul berbagai keluhan seperti
kebosanan, ketidakpuasan dan sebagainya.
• Pekerjaan Beresiko Tinggi. Ada pekerjaan yang beresiko tinggi dan
berbahaya bagi keselamatan, misalnya pekerjaan dipertambangan, di lepas
pantai, pekerja cleaning service pada gedung-gedung pencakar langit dan
sebagainya, pekerjaan-pekerjaan tersebut berpotensi menimbulkan stres.
2.3.4. Gejala Stres
Menurut Beehr dan Newman (1978), gejala stres kerja dibagi dalam tiga aspek,
yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan gejala prilaku. Beberapa gejala yang banyak
dijumpai di lingkungan kerja dikemukakan sebagai berikut.
Gejala psikologis berupa kecemasan dan ketegangan, sering berupa suatu
ancaman terhadap keselamatan maupun kesehatan, meskipun kadang-kadang juga
terkait engan jaminan sosial. Gejala fisik yang terjadi berupa peningkatan detak
jantung dan tekanan darah. Biasanya dirasakan oleh pekerja yang bersangkutan
Gejala psikologis lain berupa bingung, marah dan mudah tersinggung. Hal ini
akan diikuti dengan meningkatnya produksi hormon adrenalin dan noradrenalin.
Pekerja yang bersangkutan prestasi dan produktifitasnya menurun. Pada taraf awal
sulit dikenali, tetapi dalam jangka panjang akan mudah diketahui bahwa produktivitas
kerjanya semakin menurun. Sering disangka menderita suatu penyakit fisik yang
menahun, tetapi ternyata berakar dari faktor psikologis.
Pekerja yang memendam perasaan, misalnya tidak cocok dengan bidang
pekerjaan tetapi tidak berani mengungkapkan. Adakalnya karena ketidakcocokan
dengan atasan juga menimbulkan gejala psikologis berupa memendam perasaan.
Gejala ini akan diikuti dengan gejala fisik berupa gangguan saluran pencernaan,
berupa rasa mual, muntah perih dihulu hati karena tukak lambung. Pekerja ini juga
berpotensi untuk lari menggunakan minuman keras atau yang memabukkan.
Pada pekerjaan yang merasa tidak puas dengan pekerjaannya, cendrung lebih
sering berkeringat. Gejala prilaku yang muncul antara lain terjadi kecendrungan
peningkatan agresivitas dan tindakan kriminal.
Stres yang berkepanjangan atau menahun mengakibatkan ketegangan yang
terus-menerus. Stres yang demikian umumnya berlatar belakang kemiskinan, konflik
dalam keluarga dan termasuk perkawinan yang kurang bahagia, serta ketidak puasan
kerja. Menurut Miler (1997), akar dari stres menahun ini berasal dari pengalaman
traumatis dimasa lalu dan tersimpan terus di alam bawah sadar. Hal ini berbahaya,
Manusia merupakan kesatuan antara jiwa dan badan, roh dan tubuh, spiritual
dan material. Karena itu bila terkena stres, segala segi kehidupan akan terkena stres
tidak hanya segi lahir, tetapi juga dari segi batin. Maka tidak mengherankan bila
gejala (Symptom) stres ditemukan dalam segala segi diri manusia, yang penting :
fisik, emosi, intelek dan interpersonal. (Harjana, 1994).
2.3.5. Stres dan Daya Tahan Tubuh
Stres dapat diartikan sebagai suatu persepsi akan adanya ancaman atau
tantangan yang menggerakkan, menyiagakan atau membuat aktif dirinya. Tenaga
kerja dapat merasakan lingkungan kerjannya sebagai suatu ancaman atau suatu
tantangan, diamana ia merasa belum pasti dapat menghadainya dengan berhasil.
Menurut penelitian Baker dan kawan-kawan (1987), stres yang dialami oleh
seseorang mengubah sistem kekebalan tubuh dengan cara fighting diesease cells.
Akibatnya, orng cendrung sering menderita penyakit. Sebenarnya telah lama
diketahui hubungan antara stres dan kesehatan, sebagai mana dikemukakan oleh dua
peneliti, Plaut dan Friedman (1981). Kedua peneliti tersebut berhasilmembuktikan,
bahwa stres sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk menderita
penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Ditemukan bukti,
bahwa pada saat suasana hati seorang negatif terjadi penurunan respon antibodi,
sedangkan pada saat suasana hati positif respon anti bodi meningkat pula.
Peneliti lain, Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stres dengan
hubungannya dengan daya tahan tubuh ditentukan oleh jenis, lama dan frekuensi stres
yang dialami oleh seseorang. Makin kuat stresor, makin lama dan sering terjadi,
Secara sederhana, imunitas berarti kondisi tubuh yang memiliki daya tahan
yang masuk kedalamnya, sebuah teori pertumbuhan kanker mengatakan bahwa setiap
orang sedang mengembangkan pada suatu waktu hidupnya. Respon kekebalan yang
menurun menjadi bekti yang membedakan antara orang yang menjadi korban dan
orang yang terluput. Orang yang mudah terserang kanker adalah mereka yang mudah
stres. (Goliszek, 2005).
2.3.6. Usaha-usaha mengatasi stres
Dalam menghadapi stres (to fight), mencakup tiga macam strategi yang
semestinya dilakukan. (Anies, 2005).
a. Mengubah lingkungan kerja , jika perlu dengan memanipulasi sedemikian
rupa, sehingga nyaman bagi tenaga kerja.
b. Mengubah lingkungan kerja melalui persepsi tenaga kerja, misalnya dengan
meyakinkan diri bahwa ancaman itu tidak ada.
c. Meningkatkan daya tahan mental tenaga kerja terhadap stres. Misalnya
dengan latihan-latihan yang di bimbing oleh psikolog, meditasi, relaksi
progresif, hypnosis dan otosugesti.
Untuk mendapatkan tenaga kerja yang sehat, baik fisik, mental maupun sosial,
diperlukan kerja sama dari pimpinan perusahaan dari berbagai bidang dan keahlian,
termasuk psikolog. Dalam hal ini psikolog menangani psikolog industri.
Upaya pemeliharaan dan peningkatankesehatan maupun keselamatan kerja,
perlu dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan jenis pekerjaan dan
lingkungan kerja yang merupakan sumber timbulnya kebosanan, kelelahan,
Menurut Charles dan Aemon (1997). Setiap orng mungkin mempunyai
pendekatan yang berbeda dalam menanggulangi dan mengurangi stres. Dewe (1989)
meneliti respon perawat terhadap stres dan mengidentifikasi 6 kategori
penanggulangan yaitu :
a. Strategi pemecahan masalah.
b. Mencoba untuk melepaskan dan meletakkan sesuatu dalam persfektif
(sebenarnya).
c. Menjaga masalah pada diri sendiri.
d. Melibatkan diri sendiri dalam pekerjaan dan bekerja lebih keras dalam waktu
yang lebih lama.
e. Menerima pekerjaan apa adanya dan mencoba agar pekerjaan tersebut tidak
menyedihkan anda.
f. Strategi pasif.
Cara negatif untuk menangani stres sedapat mungkin harus dihindari.
Walaupun sama sekali tidak dapat menyelesaikan perkara secara tunta, tetapi sedapat
mungkin mengatasi stres dengan hal-hal yang positif. Karena paling sedikit tidak
mendatangkan stres baru. Metode mengatasi stres yang diungkapkan oleh Hardjana
(1994) dapat berupa tindakan langsung (direct action), mencari informasi
(seekinginformation), berpaling pada orang lain (turning to others), penerimaan
dengan pasrah (resigned acceptance) dan proses intra psikis (intrapsychis proceses).
2.3.7. Penilaian Stres
Bagai mana proses penilaian terhadap hal, peristiwa, orang atau keadaan terjadi
sehingga akhirnya pada akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa hal, peristiwa,
orang atau keadaan itu sungguh menekan, menegangkan, penuh stres. Dikalangan
ahli, proses itu disebut penilaian kognitif (cognitive appraisal). Lewat proses itu,
orang yang menghadapi hal, peristiwa, orang atau keadaan menilai : apakah
semuanya itu mengandung tuntutan yang mengancam kesejahteraan (well-being)-nya,
dan apakah tersedia padanya sumber daya untuk menghadapi tuntutan itu.
Pada waktu dihadapkan pada hal, peristiwa, orang atau keadaan yang dapat
mengakibatkan stres, kita memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat
menimpa kita. Dari pemikiran itu, ada tiga kesimpulan yang dapat dihasilkan yaitu :
1. Kita menyimpulkan bahwa hal yang dapat mendatangkan stres itu tidak
berarti apa-apa (irrelevant) bagi kesejahteraan kita.
2. Kita sampai pada kesimpulan bahwa peristiwa yang dapat mendatangkan stres
itu ternyata bagi (good) dan mendatangkan keuntungan bagi kita.
3. Kita semua tak mau harus menerima bahwa keadaan yang kita hadapi
memang mendatangkan stres (stresfull).
Penilayan peristiwa sebagai mendatangkan stres itu dapat berpangkalan pada
tiga pemikiran, yaitu :
1. Penilayan tentang kerugian dan kehilangan (harm-loss)
2. Pemikiran tentang ancaman (threat)
Bersama dengan, atau sesudah, proses penilayan itu, kita juga menilai dan
mempertimbangkan sumber daya yang tersedia pada kita untuk mengatasi stres.
Dengan melihat apakah hal yang kita hadapi akan mendatangkan stres, kita lalu
mengukur apakah sumber daya kita cukup atau tidak untuk mengatasi kerugian,
ancaman dan tantangan yang ada pada hal yang mendatangkan stres itu. Seperti sudah
kita lihat, sumber daya itu dapat bersifat fisiologis, psikologis atau sosialis (Hardjana,
1994).
2.4. Kerangka Konsep
Perawat Rawat Inap
STRES Faktor Individu :
- Umur
- Jenis kelamin
- Masa Kerja
- Status Perkawinan
Lingkungan psikososial
- Beban kerja
- Hubungan interpersonal
- Tanggung jawab kerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif tentang kerja pada perawat di Unit Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 dengan desain cross
sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat diruang unit rawat inap rumah sakit jiwa yang
terletak dijalan Tali Air I No.21 Medan Kecamatan Medan Tuntungan dengan
pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian mengenai stres perawat dirumah
sakit tersebut dan juga adanya kemudahan serta dukungan yang diberikan untuk
melaksanakan penelitian.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga November tahun 2010
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi adalah semua perawat yang bekerja dibagian unit rawat inap Rumah
Sakit Jiwa Medan yaitu 14 ruangan yang berjumlah 117 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel ditentuan dengan cara simple random sampling yaitu pengambilan
Jumlah sample dihitung dengan menggunakan rumus Taro Yamane ( Ridwan 2007 ),
Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah sampel adalah sebanyak 54 orang,
maka penarikan sampel setiap ruangan adalah sebagai berikut :
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data skunder :
1. Data primer diperoleh dengan wawancara dengan membagikan kuesioner
pada perawat dibagikan di unit rawat inap.
2. Data sekunder yang diperoleh dari bagian personalia Rumah Sakit Jiwa
Daerah Propinsi Sumatera Utara.
3.5. Definisi Operasional
1. Perawat yaitu paramedis yang bekerja di unit rawat inap Rumah Sakit
Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara.
2. Umur yaitu ulang tahun yang terakhir dari perawat sampai saat penelitian
ini dihitung dalam tahun.
3. Jenis kelamin adalah perbedaan organ biologis responden yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan.
4. Masa kerja yaitu lamanya responden menjalankan pekerjaannya sebagai
perawat di ruang unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi
Sumatera Utara.
5. Status perkawinan yaitu keterangan perawat yang bekerja di ruang unit
rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara dalam
keluarga apakah sudah kawin apa belum.
6. Stres kerja yaitu tanggapan yang menyeluruh dari seorang perawat
terhadap setiap tuntutan yang berasal dari pekerjaan, individu itu sendiri
7. Beban kerja yaitu beban yang dirasakan perawat dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
8. Hubungan interpersonal yaitu interaksi dan komunikasi perawat dengan
rekan kerja.
9. Tanggung jawab kerja semua pekerjaan yang harus diselesaikan / dipenuhi
sesuai dengan tugasnya.
10. Keamanan kerja yaitu suasana nyaman, tenang dan tenteram yang
dirasakan oleh perawat selama bekerja di ruang unit rawat inap.
3.6. Aspek Pengukuran
3.6.1.Penentuan Tingkat Stres Kerja
Menurut Grant Brecht (2000), penilaian stres dapat dilakukan berdasarkan
gejala- gejala yang timbul akibat stres. Aspek pengukuran stres menurutnya adalah
sebagai berikut :
- Skor > 60 : Stres
- Skor < 60 : Tidak Stres
3.6.2.Penentuan Beban Kerja
Untuk pengukuran beban, hubungan interpersonal, tanggung jawab dan
keamanan kerja diukur berdasarkan jawaban responden dalam bentuk jawaban “Ya”
dan “Tidak” dari semua pertanyaan yang diajukan melalui kuisioner.
Penilaian untuk beban kerja di ruang Inap diajukan masing- masing 6
pertanyaan.
Untuk kriteria penilaian beban kerja :
0 = Tidak
1 = Ya
Nilai untuk beban kerja adalah :
a. Ringan, jika total skor < 3
b. Sedang, jika total skor 3 - 4
c. Berat, jika total skor > 4
3.6.3.Penentuan Hubungan Interpersonal
Penilaian untuk hubungan interpersonal di ruang Inap diajukan masing- masing
6 pertanyaan.
Untuk kriteria penilaian hubungan interpersonal adalah :
0 = Tidak
1 = Ya
Nilai untuk hubungan interpersonal adalah :
a. Baik, jika total skor < 3
b. Sedang, jika total skor 3 - 4
c. Kurang, jika total skor > 4
3.6.4.Penentuan Tanggung Jawab
Penilaian untuk tanggung jawab di ruang Inap diajukan masing- masing 6
pertanyaan.
Untuk kriteria penilaian tanggung jawab adalah :
0 = Tidak
Nilai untuk tanggung jawab adalah :
a. Kecil, jika total skor < 3
b. Sedang, jika total skor 3 – 4
c. Besar, jika total skor > 4
3.6.5.Penentuan Keamanan Kerja
Penilaian untuk keamanan kerja di ruang Inap diajukan masing- masing 6
pertanyaan.
Untuk kriteria penilaian keamanan kerja adalah :
0 = Tidak
1 = Ya
Nilai untuk keamanan kerja adalah :
a. Aman, jika total skor < 3
b. Kurang aman, jika total skor 3 – 4
c. Tidak aman, jika total skor > 4
3.7. Analisa Data
Setelah data dikumpulkan, data diolah secara manual dan dibuat dalam bentuk
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara
Rumah Sakit Jiwa Medan telah berdiri sejak tahun 1935 yang berlokasi di Jl.
Timur Medan, dan pada tahun 1981 RS. Jiwa Medan ini dipindahkan lokasinya ke Jl.
Let.Jend. Djamin Ginting Km.10/Tali Air No.21 Padang Bulan Medan. RS. Jiwa ini
pada era tahun-tahun berikutnya adalah berkembang sesuai dengan perkembangan
Fakultas Kedokteran USU yang pada saat itu Direktur RS. Jiwa Medan juga
merangkap sebagai Kepala Bagian Psikiatri (Bagian Ilmu Penyakit Jiwa ) yaitu Prof.
Dr. M. Ildrem.
Tahun 1935 didirikan “Doorgangshuizen Voor Krankzinnigen” (RS. Jiwa) di
Glugur, sebagai RS. Jiwa yang ke-5, kapasitas 26 tempat tidur sampai pendudukan
Jepang pada tahun 1943. Tahun 1947 sampai dengan 1950 (selama 3 tahun) di Dolok
Merangir. Tahun 1950 sampai dengan 1958 dibuka Poliklinik Psikiatri yang
merupakan Annex RS. Jiwa Pematang Siantar. Tahun 1958 sampai dengan tahun
1979 Rumah sakit milik Belanda (Zieken Verpleging) letaknya di Jl. Timor 10
Medan dimanfaatkan sebagai RS. Jiwa Medan dan menampung pasien Rawat Inap
dari Pematang Siantar dengan kapasitas 200 tempat tidur.
Pada tahun 1979 RS. Jiwa Medan di Jl. Timor 10/19 Medan dengan kapasitas
200 tempat tidur, karena ada perubahan tata kota diadakan ruilslaag. Rumah sakit
yang baru terletak diterusan Padang Bulan Km. 10, J1. Bekala Lama, Kampung
dengan luas bangunan 5.709 m2. Dengan pengembangan kota alamat RS. Jiwa
diganti dengan JI. Let.Jend Djamin Ginting Km. 10/ Jl.Tali Air No.21 Medan. Pada
tanggal 5 Februarl 1981 mulai ditempati pada tanggal 15 Oktober 1981 diresmikan
oleh Bapak Menteri Kesehatan R.I (Bapak Dr.Suwardjono Suryaningrat) dengan
kapasitas 200 tempat tidur.
Mendapat Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Nomor : YM.00.03.3.5.5829
yang meliputi Administrasi, Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis pada tanggal 28 Desember 1999.
Setelah Otonomisasi dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003, Rumah Sakit Jiwa
Medan merupakan UPT Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Kemudian sesuai
dengan Perda Nomor 8 Tahun 2004 dan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara
Nomor: 188.34/2641/K/2004, tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Provinsi Sumatera Utara, maka RS. Jiwa Pusat Medan menjadi Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara. Mendapat Piagam Penghargaan Citra Pelayanan
Prima oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada tanggal 3l Oktober
2008. Penetapan Rumah Sakit jiwa Daerah selaku Penyelenggara Pola Pengelola
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah ( PPK-BLUD) Propinsi Sumatera Utara
4.1.2. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan yang diberikan rumah sakit ini meliputi :
1. Unit Gawat Darurat
2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
4. Rehabilitasi Medik
5. Gangguan Mental Organik
6. Anak dan Remaja
7. Pemeriksaan Kesehatan Jiwa
8. Psikologi
9. Fisio Therapi
10.Brain Mapping/ Rekam Otak
11.Geriatri/ Lanjut Usia
12.Poli Gigi
13.Lab Klinik
14.Narkoba
15.Apotek
4. 1. 3. Sumber Daya Manusia
Dalam mengelola sebuah rumah sakit diperlukan sumber daya manusia yang
cukup besar dan berkualitas pada rumah sakit tersebut. Menurut data personalia
jumlah dan penyebaran karyawan Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara
Tabel. 4. 1. Distribusi Frekwensi Karyawan Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010 .
Jenis Karyawan Jumlah (Orang ) Persentase (%)
Ahli Jiwa
Jumlah seluruhnya 270 100
4. 1. 4. Struktur Organisasi Bidang keperawatan RSJD Propinsi Sumatera Utara
DIREKTUR
Kabid Perawat
Kasi Rawat Inap/Rehabilitasi Kasi Rawat Jalan/UGD
Poli Jiwa
Poli Narkoba
Anggrek
Singgalang Gunung Sitoli Mawar Sinabung
Sipiso-piso
Rehabilitasi Bukit Barisan Pusuk Buhit
Napza Kamboja S. Merapi
Sibual-buali Poli Umum
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari RSJD Propinsi Sumatera Utara mempunyai
Motto : HORAS (Harmonis Objektif Rapi Aman Sigap ) melalui Visi : Menjadikan
Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Fisik yang terbaik secara profesisonal untuk
keputusan masyarakat, melalui misi :
1. Malaksanakan Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Fisik yang terpadu.
2. Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan gangguan jiwa dan
masalah psikososial di masyarakat.
3. Menyediakan dan mengembangkan fasilitas pendidikan, pelatihan dan
penelitian dalam bidang pelayanan Kesehatam Jiwa.
4. Meningkatkan upaya profesionalisme dan sumber daya manusia melalui
pengembangan ilmu filosofi, keterampilan dan etika profesi.
4.2. Hasil Penelitian
Data umum responden yang terdiri dari gambaran stres, faktor individu dan
4.2. 1. Distribusi Responden Berdasarkan Stres diTempat kerja
Tabel 4.2. Distribusi Perawat Berdasarkan Stres di Tempat Kerja di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Kejadian Stres Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Stres 13 24,07
2 Tidak Stres 41 75,93
Jumlah 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mengalami tidak
stres di tempat kerja yaitu sebanyak 41 orang ( 75,93% ).
4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.3. Distribusi Perawat Berdasarkan Umur di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 < 41 28 51,85
2 > 41 26 48,15
Jumlah 54 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden berada
4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.4. Distribusi Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 12 22,22
2 Perempuan 42 77,78
Jumlah 54 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar reponden perempuan
yaitu sebanyak 42 Orang (77,78%).
4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Tabel 4.5. Distribusi Perawat Berdasarkan Masa Kerja di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Masa Kerja (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 < 18 28 51,85
2 > 18 26 48,15
Jumlah 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
4.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Tabel 4.6. Distribusi Perawat Berdasarkan Status Perkawinan di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Satus Perkawinan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Menikah 46 85,2
2 Belum Menikah 8 14,8
Jumlah 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar reponden sudah
menikah yaitu sebanyak 46 Orang (85,2%).
4.2.6. Distribusi Responden Berdasarkan Beban Kerja
Tabel 4.7. Distribusi Perawat Berdasarkan Beban Kerja di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Beban Kerja Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Ringan 19 35,18
2 Sedang 22 40,74
3 Berat 13 24,08
Jumlah 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
4.2.7. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal
Tabel 4.8. Distribusi Perawat Berdasarkan Hubungan Interpersonal di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Hubungan Interpersonal Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Baik 15 27,78
2 Sedang 31 57,40
3 Kurang 8 14,82
Jumlah 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar reponden
menyatakan Hubungan Interpersonal yang sedang yaitu sebanyak 31 Orang (57,41%).
4.2.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tanggung Jawab Kerja
Tabel 4.9. Distribusi Perawat Berdasarkan Tanggung Jawab di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Tanggung Jawab Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Kecil 16 29,63
2 Sedang 29 53,70
3 Besar 9 16,67
Jumlah 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
4.2.9. Distribusi Responden Berdasarkan Keamanan Kerja
Tabel 5.0. Distribusi Perawat Berdasarkan Keamanan Kerja di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
No Keamanan Kerja Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 Aman 18 33,33
2 Kurang Aman 34 62,97
3 Tidak Aman 2 3,70
Jumlah 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebagian besar reponden
menyatakan kurang aman di tempat kerja yaitu sebanyak 34 Orang (62,97%).
4.3. Gambaran Stres
Tabel 5.1. Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Umur di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
Umur (tahun)
Kejadian Stres Total
Persentase (%) Stres % Tdk Stres %
≤ 41 7 12,96 21 38,89 28 51,85
> 41 6 11,11 20 37,04 26 48,15
Jumlah 13 24,07 41 75,93 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mengalami stress
sebagian besar berada pada kelompok umur < 41 tahun yaitu sebanyak 7 orang
Tabel 5.2. Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Jenis Kelamin di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
Jenis Kelamin
Kejadian Stres
Total Persentase ( %) Stres % Tdk Stres %
Laki-laki 5 9,26 7 12,96 12 22,22
Perempuan 8 14,81 34 62,77 42 77,78
Jumlah 13 24,07 41 75,93 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa reponden yang mengalami stres
sebagian besar yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8 Orang (14,81%).
Tabel 5.3. Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Masa Kerja di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
Masa Kerja (tahun)
Kejadian Stres Total
Persentase ( %) Stres % Tdk Stres %
< 18 7 12,96 21 38,89 28 51,85
> 18 6 11,11 20 37,04 26 48,15
Jumlah 13 24,07 41 75,93 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mengalami stres
sebagian besar terdapat pada perawat yang memiliki masa kerja < 18 tahun yaitu
Tabel 5.4. Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Status Perkawinan di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
Status Perkawinan
Kejadian Stres Total
Persentase ( %) Stres % Tdk Stres %
Menikah 13 24,07 33 61,13 46 85,20
Belum Menikah 0 0 8 14,80 8 14,80
Jumlah 13 24,07 41 75,93 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa reponden yang mengalami stres
sebagian besar terdapat pada perawat yang sudah menikah yaitu sebanyak 13 Orang
(24,07%).
Tabel 5.5. Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Beban Kerja di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
Beban Kerja
Kejadian Stres Total
Persentase ( %) Stres % Tdk Stres %
Ringan 5 9,26 14 25,93 19 35,19
Sedang 8 14,81 14 25,93 22 40,74
Berat 0 0 13 24,07 13 24,07
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mengalami stres
sebagian besar terdapat pada perawat yang merasakan beban kerja yang sedang yaitu
sebanyak 8 orang ( 41,81 %).
Tabel 5.6. Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Hubungan Interpersonal di Unit Rawat Inap di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
Hubungan Interpersonal
Kejadian Stres
Total Persentase ( %) Stres % Tdk Stres %
Baik 1 1,85 14 25,93 15 27,78
Sedang 7 12,29 24 44,44 31 57,40
Kurang 5 9,26 3 5,56 8 14,82
Jumlah 13 24,07 41 75,93 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa reponden yang mengalami stres
sebagian besar terdapat pada perawat yang merasakan hubungan interpersonal sedang
Tabel 5.7. Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Tanggung Jawab Kerja di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
Tanggung Jawab
Kejadian Stres
Total Persentase ( %) Stres % Tdk stres %
Kecil 7 12,96 9 16,67 16 29,63
Sedang 6 11,11 23 42,59 29 53,70
Besar 0 0 9 16,67 9 16,67
Jumlah 13 24,07 41 75,93 54 100
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden yang mengalami
stressebagian besar terdapat pada perawat yang merasakan beban kerja yang kecil
yaitu sebanyak 7 orang ( 12,96 %).
Tabel 5.8. Distribusi Perawat Terhadap Stres Berdasarkan Keamanan Kerja di Unit Rawat Inap RSJD Propinsi Sumatera Utara Tahun 2010
Keamanan Kerja
Kejadian Stres
Total Persentase ( %) Stres % Tdk stres %
Aman 5 9,26 13 24,07 18 33,33
Kurang Aman 8 14,81 26 48,15 34 62,96
Tidak Aman 0 0 2 3,71 2 3,71
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa reponden yang mengalami stres
sebagian besar terdapat pada perawat yang merasakan tempat kerjanya kurang aman