• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang

Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan

Sunggal Kabupaten Deli Serdang

Skripsi

0leh

Raziah Suhaimi 101121101

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

PRAKATA

Syukur alhamdulillah peneliti sampaikan kehadirat Allah S.W.T karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul ”Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di

Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini

dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan

di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.

Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara Medan, Erniyati, S.Kp, MNS, selaku pembantu Dekan I Fakultas

Keperawatan, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan II Fakuktas

Keperawatan, dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS, selaku pembantu

Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan

dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.

Untuk itu peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Bapak Ismayadi S.Kep, Ns., selaku dosen pembimbing yang senantiasa

menyediakan waktu dan kesempatan untuk memberikan bimbingan, pengarahan,

dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, juga kepada Ibu Rosina br.

(4)

M.Kep Sp. Mat. selaku penguji II, serta kepada seluruh staf pengajar dan

administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terima kasih yang paling dalam peneliti sampaikan juga

teristimewa kepada Ayahanda Suhaimi Ishak dan Ibunda Catherina Cilcilia

Modesta Gebze, yang menjadi motivator dalam hidupku, dan seluruh keluarga

yang telah memberi dukungan baik moril maupun doa restu, serta rekan-rekan

mahasiswa/i dan teman-teman sejawat yang telah banyak membantu sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu peneliti yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu,

harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan

khususnya profesi keperawatan.

Medan, Januari 2012

Peneliti

(5)

DAFTAR ISI

2.2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan ... 17

(6)

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

4.1. Desain Penelitian ... 30

4.2. Populasi Dan Sampel ... 30

4.2.1. Populasi ... 30

4.2.2. Sampel ... 30

4.3. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ... 31

4.3.1. kriteria inklusi ... 31

1. Surat izin penelitian dari Fakultas keperawatan

2. Surat izin pengambilan data dari desa Muara Parlampungan 3. Surat selesai melakukan penelitian dari desa Muara Parlampungan

4. Informedconcent

5. Jadwal tentatif penelitian 6. Rincian biaya penelitian 7. Instrumen penelitian

8. Lembar konsultasi

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden

di Desa Muara Parlampungan Tahun 2011 ... 40 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Observasi Sistematis

Terhadap Kondisi Rumah Keluarga di Desa

Muara Parlampungan Tahun 2011 ... 40 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kategori Penilaian Tentang

Kondisi Rumah Keluarga di Desa Muara Parlampungan

Tahun 2011... 42 Tabel 5.4. Distribusi Prekuensi dan Persentase Jawaban Responden Tentang

Status Kesehatan Keluarga di Desa Muara Parlampungan

Tahun 2011... 42 Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan Persentase Kategori Penilaian Tentang

Status Kesehatan Keluarga di Desa Muara Parlampungan

(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Kondisi Rumah Keluarga Dan Status

Kesehatan Keluarga di Desa Muara Parlampungan Kecamatan

(9)

Judul : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

Nama : Raziah Suhaimi

NIM : 101121101

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012

Abstrak

Rokok adalah benda beracun yang berbahaya bagi kesehatan, karena terdapat 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama yaitu nikotin, Tar dan karbonmonoksida. Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok. Kemajuan ilmu pengetahuan seharusnya meningkatkan kesadaran remaja untuk tidak merokok. Namun pada kenyataannya banyak remaja yang terbiasa merokok. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentunya juga akan berdampak pada sikap yang positif, begitu pula sebaliknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan sikap remaja tentang bahaya rokok dengan kebiasaan merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia 10-19 tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang sebanyak 265 orang. Tehnik sampel yang digunakan adalah cluster sampling sebanyak 27 orang. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Balai Desa Sei Mencirim. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan remaja yang baik sebanyak 20 orang (74%), cukup 7 orang (26%). Distribusi sikap remaja yang positif sebanyak 18 orang (67%) dan sikap negatif 9 orang (33%). Diharapkan kepada petugas kesehatan puskesmas agar membuat program tentang bahaya rokok, melakukan penyuluhan, pendekatan kepada remaja dan bekerjasama dengan keluarga dalam upaya meminimalkan bahkan menghilangkan kebiasaan merokok.

(10)

Judul : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.

Nama : Raziah Suhaimi

NIM : 101121101

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2012

Abstrak

Rokok adalah benda beracun yang berbahaya bagi kesehatan, karena terdapat 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama yaitu nikotin, Tar dan karbonmonoksida. Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok. Kemajuan ilmu pengetahuan seharusnya meningkatkan kesadaran remaja untuk tidak merokok. Namun pada kenyataannya banyak remaja yang terbiasa merokok. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentunya juga akan berdampak pada sikap yang positif, begitu pula sebaliknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan sikap remaja tentang bahaya rokok dengan kebiasaan merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia 10-19 tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang sebanyak 265 orang. Tehnik sampel yang digunakan adalah cluster sampling sebanyak 27 orang. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Balai Desa Sei Mencirim. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan remaja yang baik sebanyak 20 orang (74%), cukup 7 orang (26%). Distribusi sikap remaja yang positif sebanyak 18 orang (67%) dan sikap negatif 9 orang (33%). Diharapkan kepada petugas kesehatan puskesmas agar membuat program tentang bahaya rokok, melakukan penyuluhan, pendekatan kepada remaja dan bekerjasama dengan keluarga dalam upaya meminimalkan bahkan menghilangkan kebiasaan merokok.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan.

Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor risiko bagi remaja

untuk terjebak dalam perilaku yang tidak sehat, misalnya: merokok,

minum-minuman keras, penggunaan narkoba, sex pranikah, tawuran, tindakan kriminal,

dan kebut-kebutan dijalan. Semua perilaku remaja yang dianggap menyimpang ini

sangat berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan mereka. Masa remaja,

menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja

(dalam Santrock, 1999), dianggap sebagai masa topan badai dan stress (storm and

stress) karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib

diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu

yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa

menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan yang baik (Dariyo, 2004).

Kebiasaan remaja yang sulit dihindari adalah merokok, karena dipengaruhi

oleh banyak faktor. Kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, antara lain karena masa perkembangan anak yang mencari

identitas diri dan selalu inggin mencoba hal baru yang ada di lingkungannya. Oleh

karena itu,keluarga dan teman sebaya adalah orang-orang yang sangat

mempenggaruhi kebiasaan remaja. jika orang tua dan teman sebaya merokok,

(12)

menayangkan tokoh idola remaja yang menghisap rokok akan mendorong remaja

untuk mengikutinya. Kebiasaan merokok antara lain berhubungan dengan media.

(Peterson, 2003).

Rokok yang diisap di dunia mencapai 15 milyar setiap harinnya. Indonesia

menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia. Data terakhir ayng

dipublikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa Indonesia setiap tahunnya

mengkonsumsi 215 milyar batang rokok, nomor 5 di dunia setelah cina (1.643

milyar batang), Amerika (451 milyar batang rokok), Jepang (328 milyar batang),

dan rusia (258 milyar batang rokok. Menurut Bank Dunia, konsumsi Indonesia

sekitar 6,6% dari seluruh konsumsi dunia (WHO, 2002).

Hasil di Australia menunjukkan bahwa 70.000 orang mulai merokok setiap

tahunnya pada usia 12-17 tahun (Zhu dkk, 1999). Sedangkan menurut sani (2005),

dari hasil kajiannya di Lombok dan Jakarta, remaja mulai merokok sejak usia 15

tahun. Penggunaan berbagai jenis Napza tidak akan terlepas dari penggunaan

rokok; karena menurut Thoha (2006), jika mempunyai masalah yang tidak

terselesaikan, maka remaja yang merokok pada akhirnya akan menggunakan

narkoba.

Rokok telah menjadi salah satu penyebab kematian tersebesar di dunia.

Menurut WHO, diduga sehingga menjelang tahun 2003 kematian akibat merokok

mencapai 10 juta orang per tahunnya, dan 70% kematian yang disebabkan oleh

rokok terjadi di Negara-negara berkembang. Kebiasaan merokok di Negara

(13)

maju justru turun 1,1% per tahun. WHO memperkirakan 1,1 milyar penduduk

dunia adalah perokok dan 800 juta di antarannya terdapat di negara berkembang

(Depkes 2003).

Hasil penelitian yang dilakukan lembaga Demografi Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia (FEUI) di empat wilayah yaitu Sumatra Selatan, Jawa

Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur, diketahui bahwa perilaku

beresiko pada remaja khususnya dikota cukup tinggi, prilaku ini adalah hasil

penelitian yang dimaksud adalah : Perilaku merokok pada laki-laki 73,1% dan

perempuan 12,2%. Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat

diberbagai tempat, misalnya diwarung dekat sekolah, perjalanan menuju sekolah,

halte bus, kendaraan pribadi, angkutan umum, bahkan dilingkungan rumah.

Sayangnya, ini telah menjadi pemandangan yang biasa dan jarang mendapat

perhatian masyarakat, padahal perilaku tersebut berbahaya bagi remaja dan orang

sekitarnya (Depkes RI, 2004).

Jumlah remaja perokok setiap tahunnya cenderung mengalami

peningkatan. Mutu Depkes RI (2006), sebesar 35% penduduk umur 15 tahun ke

atas merokok (tiap hari dan kadang-kadang). Dibandingkan Susenas 2001 dan

2003 terjadi peningkatan sebesar 3%. Persentase prilaku merokok pada laki-laki

konstan tinggi, yaitu 63% pada tahun 2001, 2003, dan 2004. Pada perempuan

jauh lebih rendah, namun ada peningkatan dari 1.4% pada tahun 2001 menjadi

(14)

Sebanyak 89% perokok remaja terdorong oleh iklan rokok untuk merokok,

ungkap Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait kepada

wartawan usai menjadi pembicara dalam acara “Deklarasi Perlindungan Anak

Terhadap Bahaya Rokok” beberapa waktu lalu. Arist menyebutkan, dari survey

Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004, usia mulai merokok di Tanah air yang

tertinggi ada di kelompok usia remaja yaitu : 10 – 18 tahun. Jumlahnya mencapai

63,7% (tahun 2004). Ironisnya, bahkan ada anak yang mulai merokok di

kelompok usia 5-9 tahun yang jumlahnya mencapai 1,8% (Jaya , 2009).

Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah terhadap fisiknya,

seperti yang dijelaskan oleh Depkes RI (2004) yaitu “Rokok pada dasarnya

merupakan pabrik bahan kimia yang berbahaya. Saat batang rokok terbakar, maka

asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan tiga komponen utama,

yaitu : nikotin yang menyebabkan ketergantungan atau adiksi yang bersifat

karsinoganik ; karbon monoksida yang aktifitasnya sangat kuat terhadap

hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang dan bahan-bahan

kimia lain yang beracun (Ariani, 2010).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti, di Desa Sei

Mencirim didapatkan jumlah remaja usia 10-18 tahun usia sekolah adalah

sebanyak 265 jumlah remaja di Dusun I Desa Sei Mencirim. Bisa dibayangkan

jika semua remaja tersebut adalah pengguna rokok, maka kemungkinan tidaklah

(15)

kebiasaan merokok yang dilakukan oleh remaja dengan kurangnya pengetahuan

sikap remaja dengan bahaya merokok tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melaksanakan penelitian

tentang ”gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok di

Desa sei Mencirim Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Tahun 2011”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang

bahaya merokok di Desa Sei Mencirim Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Tahun

2011”.

1.3. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya

merokok di Desa Sei Mencirim Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam melakukan penelitian

tentang bahaya merokok .

2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menyikapi masalah-masalah

yang dihadapi remaja terutama tentang bahaya merokok.

3. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan

(16)

4. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada Mahasiswa/i dan dapat

dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk perbandingan peneliti

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengetahuan

1.1 Defenisi

Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007).

1.2 Pengetahuan atau kognitif

Merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam hal ini

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

b. Intereste (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini

sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus

(18)

d. Trial, di mana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption,di mana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut.

1.3 Tingkatan Pengetahuan kognitif

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,

yakni :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain,

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada

anak balita.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara “benar”

(19)

secara “benar”. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan

mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi rill (se”benar”nya). Aplikasi di sini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem

solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analsis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu lain. Kemampuan analisis ini dapat di

lihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(20)

formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas (Notoatmodjo,2003).

1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan :

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses penyampaian suatu bahan atau materi

pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai

perubahan tingkah laku. Pada umumnya pendidikan mempertinggi

intelegensi seseorang.

(21)

Usia sangat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam

memahami sesuatu. Menurut beberapa peneliti pengetahuan seseorang

bertambah sesuai dengan pertambahan usia.

c) Pengalaman

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar

seseorang yang menjadi acuan. Semakin banyak pengalaman

seseorang, maka semakin banyak usaha seseoarang untuk mengatasi

suatu masalah. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri

atau pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

d) Sumber informasi

Sumber informasi adalah data yang diperoses kedalam suatu bentuk

dan mempunyai nilai nyata.

e) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta

pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia.

Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk pribadi

seseorang. Lingkungan yang memyediakan banyak sumber informasi

akan menambah pengetahuan seseorang.

1.5 Pengetahuan Remaja Tentang Rokok

Perilaku merokok pada remaja tidak terlepas dari pengetahuan, persepsi

atau nilai atau norma yang diyakini oleh suatu individu atau suatu kelompok yang

(22)

merokok remaja lebih karena faktor ingin mencoba-coba atau mengikuti tren pada

kelompoknya, juga karena persepsi atau kepercayaan, seperti pada laki-laki

merokok dapat meningkatkan keperkasaan laki-laki, dengan merokok akan

kelihatan lebih gaul, atau merokok dapat menambah semangat belajar/bekerja,

merokok dapat menghilangkan stres, ada juga sudah sampai ketergantungan

seperti, lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Kalau hal ini dibiarkan

tanpa membekali pengetahuan pada remaja tentang bahayanya rokok bagi

kesehatan, maka abad ke -21 akan ada satu miliar orang yang meninggal akibat

rokok. Untuk itu remaja sedini mungkin perlu diberi pengetahuan tentang bahaya

(Ekawati, 2009).

Dari hasil analisis pre test dan post test oleh Ekawati (2009), diperoleh

data bahwa dari 74 responden sebanyak 6,7% responden memperoleh peningkatan

pengetahuan tentang bahaya rokok setelah dilakukan penyuluhan. Kegiatan

penyuluhan ini dilakukan untuk mencegah bertambahnya jumlah perokok

dikalangan remaja, karena diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini responden

sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang bahaya merokok sejak usia dini.

2. Sikap

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus social. Newcomb salah seorang ahli

psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan

(23)

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi

bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Dalam bagian lain Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Salah satu contoh misalnya,

seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio (penyebabnya, akibatnya,

pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk

berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini

komponen emosi dan keyakinan ikut sehingga si ibu tersebut berniat akan

mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio.

Sehingga si ibu mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit

polio itu.

2.1 Tingkatan Sikap

(24)

1. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas

pekerjaan itu “benar” atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya,

seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudarnya, dan

sebagainya), untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau

mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah

mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau

menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang

(25)

2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap

terhadap obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman pribadi, untuk dapat terjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya cenderung untuk

memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan, tanda didasari kebudayaan telah menanamkan garis

yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah

mewanai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi

corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara

obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari

(26)

kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

6. Faktor emosional, terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.3 Sikap Remaja Terhadap Rokok

Sikap remaja terhadap rokok tidak begitu saja muncul pada para remaja,

mungkin sikap yang dimiliki oleh para remaja itu disebabkan oleh hasil

evaluasinya terhadap orang yang merokok yang akhirnya membentuk sebuah

pengalaman baru yang mewarnai perasaanya yang akhirnya ikut menentukan

kecenderungan berprilaku bahwa remaja itu ikut merokok atau menghindari dari

aktivitas merokok (Soamole, 2004).

Merokok diawali dari adanya suatu sikap, yaitu kecenderungan seseorang

untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang

datang dari luar dalam hal ini adalah rokok. Orang melihat rokok atau melihat

orang lain merokok, lalu respon apa yang muncul di dalam pikiran atau

perasaanya. Bisa saja orang tertarik atau tidak (setuju atau tidak setuju)

3. Remaja

Remaja adalah harapan bangsa sehingga tidak berlebihan jika dikatakan

(27)

saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang

tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah

remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. Oleh

karena itu, pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja menjadi sangat penting

untuk menilai keadaan remaja (Poltekkes Depkes, 2010).

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut

beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens (dalam

bahasa Inggris : adolescense). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas

digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis

yang terjadi dengan cepat dari anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan

alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan

psikosisal atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Daariyo, 2004).

Menurut WHO, dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi

berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas :

1. Masa remaja awal (10-13 tahun)

2. Masa remaja tengah (11-16tahun)

3. Masa remaja akhir (17-19 tahun)

(Depkes, 2010)

3.1 Perubahan Fisik Remaja

Perubahan fisik dan psikologis remaja di sebabkan oleh adanya perubahan

(28)

susunan saraf pusat khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon yang

berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah hormon pertumbuhan

(groth hormone), hormon gonadotropik (gonadotropic hormone), estroen,

progesteron, serta testosteron.

a. Percepatan berat badan dan tinggi badan

Selama 1 tahun pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan perempuan

rata-rata meningkat 3,5-4,1 inci (Steinberg, 2007). Berat badan juga meningkat

karena ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada

perempuan.

b. Perkembangan karakteristik seks sekunder

Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang

mempengaruhi karakteristik seks sekunder, seperti hormon androgen, pada

laki-laki dan estrogen pada perempuan. Karakteristik sekunder pada

perempuan meliputi pertumbuhan bulu pubis, pertumbuhan rambut di

ketiak, serta menarche atau menstruasi pertama. Sedangkan pada laki-laki

terjadi pertumbuhan penis, pembesaran skrotum, perubahan suara,

pertumbuhan kumis dan jenggot, meningkatnya produksi minyak,

meningkatnya timbunan lemak, dan meningkatnya aktivitas belajar

sehingga menimbulkan jerawat.

c. Perubahan bentuk tubuh

Pada laki-laki terjadi perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada yang

(29)

perubahan bentuk tubuh pada perempuan seperti pinggul dan payudara

yang membesar, serta keadaan putting susu yang menjadi lebih menonjol.

3.2 Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif berdasarkan tahapan perkembangannya sebagai

berikut :

1. Remaja awal

Pada tahap ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik

di dalam rumah maupun di sekolah. Remaja mulai menunjukkan cara

berfikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di

masyarakat maupun di sekolah. Remaja juga mulai menggunakan

istilah-istilah sendiri dan mempunyai pandangan, seperti : olahraga yang baik

untuk bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang

diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.

2. Remaja Menengah

Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga

tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual.

Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks,

pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara

lebih menyeluruh, dan berfikir tentang bagaimana cara mengembangkan

identitas “siapa saya?”.

Pada masa ini remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa

(30)

3. Remaja akhir

Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang

dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berfikir

secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah-masalah

idealisme, toleransi, keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta peran

orang dewasa dan masyarakat.

4. Perkembangan psikososial

Masa remaja juga merupakan masa transisi emosional, yang ditandai

dengan perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja

dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan

merasa lebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan

abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri

dan berprilaku menurut cara mereka. Transisi sosial yang dialami oleh

remaja ditunjukan dengan adanya perubahan hubungan sosial. Salah satu

hal yang penting dalam perubahan sosial pada remaja adalah

meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka,

serta lebih intens dan akrab dengan lawan jenis.

3.3 Tahap-tahap perkembangan psikososial

Menurut Erikson (1956), perkembangan psikososial terdiri atas delapan

tahapan yang dilalui remaja tersebut adalah sebagai berikut :

(31)

Tahapa ini terjadi dalam 1 – 2 tahun awal kehidupan. Anak belajar

untuk percaya pada dirinya sendiri ataupun lingkungannya. Anak

merasa bingung dan tidak percaya, sehingga dibutuhkan kualitas

interaksi antara orang tua dan anaknya.

2. Otonomi (autonomoy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt)

Bagi kebanyakan remaja, membangun rasa otonomi atau kemerdekaan

merupakan bagian dari transisi emosional. Selama masa remaja terjadi

perubahan ketergantungan, dari ketergantungan khas anak-anak ke

arah otonomi khas dewasa. Misalnya : remaja umumnya tidak

teruru-buru bercerita kepada orang tua ketika merasa kecewa, khawatir, atau

memerlukan bantuan.

3. Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt)

Tahapan perkembangan psikososial ini terjadi pada usia pra sekolah

dan awal usia sekolah. Anak cenderung aktif bertanya untuk

memperluas kemampuannya melalui bermain aktif, bekerja sama

dengan orang lain, dan belajar bertanggung jawab terhadap tindakan

yang di lakukannya.

1. Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority)

Pada tahapan perkembangan ini terjadi persaingan di kelompoknya. Anak

(32)

grupnya. Di sini anak belajar untuk menguasai keterampilan yang lebih

formal. Anak mulai terasa rasa percaya dirinya, mandiri dan penuh

inisaitif, serta termotivasi untuk belajar lebih tekun.

2. Identitas (identity) versus kebingungan identitas (identity confusion)

Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk menjawab

pertanyaan, “Siapa saya”? mereka melakukan tindakan yang baik sesuai

dengan sistem nilai yang ada. Namun demikian, sering juga terjadi

penyimpangan identitas, misalnya : melakukan percobaan tindakan

kejahatan, melakukan pemberontakan, dan tindakan tercela lainnya. Pada

waktu remaja, identitas seksual baik laki-laki maupun wanita dibangun,

dan secara bertahap mengembangan cita-cita yagn diinginkan.

Untuk tahap selanjutnya yaitu : tahap keintiman (intimacy) versus isolasi

(isolation) generativitas (generativity) versus stagnasi (stagnation), dan

integritas (integrity) versus keputusasaan (despair), akan dilalui pada

tahap-tahap perkembangan selanjutnya

3.4 Jenis-Jenis Tugas Perkembangan Remaja

Tugas-tugas perkembangan remaja, menurut Havighurst (dalam

Helm dan Tuner, 1995 ; Suardiman, 1987 ; Thornburg, 1982), ada

beberapa, yaitu sebagai berikut :

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-fisiologis. Diketahui

bahwa perubahan fisiologis yang dialami oleh individu, mempengaruhi

(33)

dorongan biologis (seksual), namun bila dipenuhi hal itu pasti melanggar

norma-norma sosial, padahal dari sisi penampilan fisik, remaja sudah

seperti orang dewasa. Oleh karena itu remaja menghadapi delima. Dengan

demikian, dirinya dituntut untuk dapat menyesuaikan diri (adjustment)

dengan baik.

b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita. Dalam hal

ini, seorang remaja diharapkan dapat bergaul dengan menjalin dengan

individu lain yang berbeda jenis kelamin, yang didasarkan atas saling

menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya, tanpa

menimbulkan efek samping yang negatif. Pergaulan dengan lawan jenis ini

sebagai sesuatu hal yang amat penting, karena dianggap sebagai upaya

untuk mempersiapkan diri guna memasuki kehidupan pernikahan nanti.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa

lain. Ketika sudah menginjak remaja, individu memiliki hubungan

pergaulan yang lebih luas, dibandingkan dengan anak-anak sebelumnya

yaitu selain dari teman-teman tetangga, teman sekolah, tetapi juga dari

orang dewasa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa individu remaja tidak

lagi bergantung pada orang tua. Bahkan mereka menghabiskan sebagian

besar waktunya untuk bergaul bersama dengan teman-temannya (

peer-group), dibandingkan kehidupan remaja dengan keluarganya.

d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

(34)

mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal maupun

non-formal agar memiliki taraf ilmu pengetahuan, keterampilan/keahlian yang

profesional. Oleh Schaie (dalam Santrock, 1999), masa tersebut

diistilahkan sebagai masa aquisitif yakni masa di mana remaja berusaha

untuk menari bekal pengetahuan dan keterampilan/keahlian guna

mewujudkan cita-citanya, agar menjadi seorang ahli yang profesional di

bidangnya. Warga negara yang bertanggung jawab ditandai dengan

kepemilikan taraf keahlian dan profesi yang dapat disumbangkan oleh

seorang individu untuk mengembangkan dan memajukan seluruh warga

masyarakat. Karena itu, adalah hal yang wajar, agar remaja dipersiapkan

dan mempersiapkan diri secara matang dengan sebaik-baiknya.

e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomi. Tujuan utama

individu melakukan persiapan diri dengan menguasai ilmu dan keahlian

dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat menghidupi diri

sendiri maupun keluarganya nanti. Sebab keinginan terbesar seorang

individu (remaja) adalah menjadi orang yang mandiri dan tak bergantung

dari orang tua secara psikis maupun secara ekonomis (keuangan). Karena

itu, seringkali remaja mengambil keputusan dengan cara bekerja paruh

waktu, disela-sela jam belajarnya (part timer), misalnya, menunggu

menjaga) toko, memberi les privat untuk pelajaran SD/SMP, dan

sebagainya (Dariyo, 2004).

(35)

Rokok adalah cacahan tembakau yang dibungkus dengan kertas yang

panjangnya berukuran 7-20 cm. Rokok biasanya di jual dalam bungkusan

berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke

dalam kantong. Bungkusan-bungkusan juga umumnya disertai pesan kesehatan

yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan

dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung. Walaupun

kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Jaya muhamad,

2009).

Conrad and Miller dalam Sitepoe (2000 : 17) menyatakan bahwa seorang

akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis.

Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk kejantanan (bangga

diri), mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan. Dorongan fisiologis

adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus

merokok (Soamole, 2004).

4.1Jenis Rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas

bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan

rokok, dan penggunana filter pada rokok.

(36)

Terdiri dari klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

jagung, kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

aren, sigaret yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas,

cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

b) Rokok berdasarkan bahan baku

Terdiri dari rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya

tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa atau aroma

tertentu, rokok kretek yaitu bahan baku atau isinya berupa daun tembakau

dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma

tertentu, rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa

daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c) Rokok berdasakan proses pembuatannya

Terdiri dari sigaret kretek tangan (SKT) yaitu rokok yang proses

pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan

tangan atau alat bantu sederhana, sigaret kretek mesin (SKM) yaitu rokok

yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material

rokok dimasukkan kedalam mesin rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin

pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah

mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu

batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya dihubungkan

(37)

bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada

pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran

berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum

ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat

perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM,

lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.

d) Rokok berdasarkan penggunana filter

Terdiri dari rokok filter (RF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya

terdapat gabus, rokok non filter (RNF) yaitu rokok yang pada bagian

panggalnya tidak terdapat gabus.

4.2Kandungan Rokok

Menurut Gondodiputro tahun 2007, Rokok mengandung kurang lebih

4000 elemen, 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok

adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO), selain itu dalam sebatang rokok

juga mengandung zat-zat kimia lain yang sangat beracun. Zat-zat tersebut antara

lain :

1. Tar adalah substansi hidrokarbon, yang bersifat lengket dan menempel

pada paru-paru

2. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.

Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang

(38)

3. Karbon monoksida (CO) adalah zat yang memikat hemoglobin dalam

darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen

4. Formaldehid yaitu jenis gas yang sangat beracun terhadap semua

organisme hidup

5. Naftalene yaitu bahan kapur barus

6. Metanol yaitu cairan yang mudah menguap, di gunakan sebagai pelarut

dan pembunuh hama

7. Aceton yaitu bahan pembuat cat

8. Fenol Butance yaitu bahan bakar korek api, zat ini beracun dan

membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi

aktivitas enzim.

9. Potassium nitrat yaitu bahan baku pembuatan bom dan pupuk.

10.H2S (Asam Sulfida) yaitu sejenis gas beracun yang mudah terbakar

dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.

11.HCN (Asam Sianida) yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau,

tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat paling ringan, mudah terbakar

dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran

pernafasan.

12.Amonia yaitu bahan untuk pencuci lantai.

13.Cadmium yaitu asap dari knalpot kendaraan yang dapat meracuni jaringan

(39)

14.Nitrous Oxide yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila di hisap

dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini pada mulanya

digunakan dokter sebagai pembius saat melakukan operasi.

15.Volatik nitrosamine yaitu jenis asap tembakau yang diklasifiksikan

sebagai karsinogen yang potensial (Christinawaty, 2009. Jaya, 2009).

4.3Dampak Merokok

Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2003) adalah dapat

menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat

dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok

bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Adapun

dampak rokok terhadap kesehatan sebagai berikut :

1. Dampak pada paru-paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas

dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar

(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran

napas kecil, terjadi radangan ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel

dan penumpukan lender. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel

radang dan kerusakan alveoli.

Akibat perubahan anatomi saluran napas, akan timbul perubahan pada

fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar

(40)

merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema

paru-paru, bronchitis kronis, dan asma.

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5

dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan yang erat antara kebiasaan merokok

dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan

bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Menurut

Yusuf (2004), asap rokok merupakan penyebab utama timbulnya kanker

paru-paru. Berhenti merokok dan tidak mulai merokok merupakan cara utama untuk

pencegahan penyakit ini.

Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal

sebagai bahan karsinogen. Zat Tar berhubugnan dengan risiko terjadinya kanker,

dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada

perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.

2. Dampak terhadap jantung

Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah dan

jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner tetapi juga

berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan ferifer. Nikotin yang terkandung

pada rokok, selain menyebabkan ketagihan, juga merangsang pelepasan

adrenalain, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan

oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga

menganggu kerja system saraf, otak dan banyak bagian tubuh lainnya, nikotin

(41)

(pengumpalan) ke dinding pembuluh darah (Tandra, 2003). Menurut Slamet

(1996), mereka yang suka merokok ternyata melahirkan bayi-bayi dengan berat

badan rendah, karena nikotin mempersempit pembuluh darah, dan mengurangi

status nutisi ibu.

Merokok terbukti menjadi faktor resiko terbesar untuk mati mendadak.

Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya

usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko

bekerja secar sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi dan kadar lemak

atau gula darah yang tinggi terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa

resiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang hingga 50% pada

tahun pertama sesudah rokok dihentikan.

Akibat pengumpalan (trombosis) dan pengapuran dinding pembuluh darah

(aterosklerosis), perokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Penyakit

pembuluh darah perifer (PPDP) yang mengakibatkan pembuluh darah arteri dan

vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok

berat, biasanya berakhir dengan amputasi.

3. Tukak lambung dan tukak usus dua belas jari

Di dalam perut usus dua belas jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran

asam yang dapat menganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau

meningkatkan asam lambung dan usua dua belas jari. Perokok menderita dua kali

(42)

4. Efek terhadap bayi

Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan

prematur. Jika kedua orang tuanya merokok mengakibatkan daya tahan bayi

menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru

bronchitis dua kali lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap

infeksi lain meningkat 30 persen. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya

merokok menunjukkan perkembangan mentalnya terbelakang.

5. Impot ensi

Pada laki-laki berusia 30-40 tahun merokok daat meningkatkan disfungsi

eraksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak dapat mengalir ke

penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat

merusak pembuluh darah, nikotin penyempitan arteri yang menuju penis,

mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat

bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa

tembakau telah merusak area lain dari tubuh.

6. Penyakit pada perokok pasif

Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung

koroner. Menghisap asap tembakau orang lain dapat memperburuk kondisi

pengidap penyakit angina, asma, alergi, gangguan pada wanita hamil.

(43)

Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah fisiknya, seperti

yang dijelaskan oleh Depkes RI (2004) yaitu :”Rokok pada dasarnya merupakan

pabrik bahan kimia berbahaya. Saat batang rokok terbakar, maka asapnya

menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama, yaitu nikotin

yang menyebabkan ketergantungan/adiksi. Tar yang bersifat karsinogen, karbon

monoksida yang aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar

oksigen dalam darah berkurang, dan bahan-bahan kimia lain yang beracun.”

Efek merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi

juga mempengaruhi kesehatan orang sekitarnya yang tidak merokok, karena

terpapar asap rokok tersebut yang disebut perokok pasif (Depkes, 2010).

Adapun bahaya merokok adalah sebagai berikut :

1. Bagi perokok aktif

a. Meningkatkan resiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung.

b. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke.

c. Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar

pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol

tinggi.

d. Meningkatkan resiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung bagi wanita pengguna pil KB.

e. Meningkatkan resiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan

(44)

2. Bagi perokok pasif

a. Bahaya kerusakan paru-paru. Kadar nikotin, karbon monoksida, serta

zat-zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit

yang sedang diderita, dan kemungkinan mendapat serangan jantung yang

lebih tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung. Anak-anak yang orang

tuanya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan

serta penyakit paru-paru lebih tinggi. Wanita hamil yang merokok

beresiko mendapatkan bayi mereka lahir, kurus, cacat, dan kematian.

b. Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan

mempengaruhi bayi dalam kandungan.

4.5 Faktor yang Mempengaruhi Merokok

Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk

menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu

mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan

tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut di dukung oleh Smet (1994) yang

menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosial kultural seperti

kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan (Kemala, 2007).

Menurut Juniarti (1991) dalam Mu’tadin (2000), faktor yang

mempengaruhi kebiasaan merokok adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda

(45)

begitu memperhatikan anak-anaknya dalam memberikan hukuman fisik yang

keras, lebih mudah untuk menjadi perokok di banding anak-anak muda yang

berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari

keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan

baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan

rokok/tembakau/obat-obatan, dibandingkan dengan keluarga yang permisif

dengan penekanan yang falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”. Yang

paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh,

yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya sangat mungkin sekali untuk

mencontohnya. Prilaku merokok lebih banyak ditemui pada mereka yagn

tinggal dengan satu orang tua (single parent). Daripada ayah yang perokok,

remaja akan lebih cepat berprilaku sebagai perokok justru bila ibu mereka

yang merokok. Hal ini terlihat pada remaja putri.

2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang

merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok

dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang

terjadi. Pertama, remaja tadi terpengaurh oleh teman-temannya atau bahkan

teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja tersebut, hingga

akhirnya mereka semua perokok. Di antara remaja perokok, 87% mempunyai

sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan

(46)

3. Faktor Kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin

melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari

kebosanan.

4. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran

bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor, membuat remaja

sering kali terpicu untuk mengikuti prilaku seperti yang ada di dalam iklan

tersebut. (Depkes, 2010).

4.6 Tipe Merokok

Menurut Silvan Tomkins Al Bachri (1991), berdasarkan management Of

Affect Theory, ada empat tipe perilaku merokok

1. Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.

Mereka berpendapat bahwa dengan merokok seseorang dapat merasakan

penambahan rasa yang positif. Green dalam psychologikal Factor in Smoking

(1978) menambahkan 3 subtipe berikut ini.

a. Pleasure relaxation, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah atau

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapati, misalnya merokok setelah

(47)

b. Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan

sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c. Pleasure of handling the cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh

dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok

pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau

sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit

saja. Ada juga perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan

rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif,

misalnya bila ia marah, cemas, atau gelisah. Rokok dianggap sebagai

penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,

sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

3. Perilaku merokok yang adiktif

Green menyebutnya sebagai kerancuan secara psikologis (psychological

addiction). Mereka yang sudah kecanduan cendrung akan menambah dosis

rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya

berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau

tengah malam sekalipun, karena khawatir rokok tidak tersedia saat ia

menginginkannya.

(48)

Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan

perasaan mereka, tetapi sudah “benar”-”benar” menjadi kebiasaan rutin. Dapat

dikatakan pada orang-orang tipe ini, merokok sudah menjadi prilaku yang

bersifat otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia

menghidupkan lagi api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah

“benar”-”benar” habis.

4.7. Cara Menghindari Kebiasaan Merokok

Menurut Monique (2000) ada beberapa cara mengindari kebiasaan

merokok yaitu :

1. Tumbuhkan kemauan yang tinggi untuk berhenti merokok, dalam hal ini

kita harus mengingat penyakit yang dapat diakibatkan oleh rokok dan

merupakan penderitaan.

2. Mintalah bantuan orang terdekat untuk membantu mengingatkan agar

tidak lagi menghisap rokok. Yang pertama dilakukan adalah dengan

memberitahukan niat untuk tidak merokok pada orang terdekat sehingga

mereka akan membantu dan mengingatkan agar tidak merokok, sehingga

berlahan-lahan anda akan merasa risih dan sungkan karena terus menerus

diingatkan.

3. Tanaman pada diri sendiri bahwa pasti mampu untuk berhenti sama sekali

dari kebiasana merokok, hal ini dapat dilakukan dengan memulai

menurunkan jumlah batang rokok yang diisap perhari, sehingga semakin

(49)

4. Jauhi semua kemungkinan yang dapat membuat kembali menjadi perokok.

Cara ini dilakukan dengan menghindari berkumpul dengan teman-teman

atau orang lain yang merokok sehingga anda tidak ingin kembali merokok.

5. Mencari pengganti yang lebih positif daripada rokok. Untuk mengganti

waktu yang digunakan untuk merokok dapat melakukan olah raga, makan

(50)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran

Pengetahuan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim kec.

Sunggal Kab. Deli Serdang. Berdasarkan tinjauan teoritis maka kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.1. Skema diatas menunujukan pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya

merokok di Desa Sei Mencirim kec. Sunggal Kab. Deli Serdang. Pengetahuan Remaja tentang bahaya merokok

Sikap Remaja tentang bahaya merokok

(51)

2.Defenisi operasional

Tabel 1. Kerangka Konsep

No

Kuesioner Ordinal 1. 9-28= Pengetahuan

Baik

Kuesioner Ordinal 1. 29-56= Sikap

Positif

2. 1-28= Sikap

(52)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif

yang bertujuan mengidentifikasi Gambaran Pengetahuan Sikap Remaja Tentang

Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim kecamatan Sunggal Kabupaten Deli

Serdang.

2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja pria usia 10-18 tahun

di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

berjumlah 265 orang pada tahun 2010, pada penelitian ini peneliti mengambil

populasi remaja Usia sekolah

2.2Sampel Penelitian

Sampel Penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh anggota kelompok populasi

(Notoatmodjo,1993) dalam Setiadi,2007). Dengan kata lain sampel adalah

elemen-elemen populasi yang di pilih berdasarkan kemampuan mewakilinya

(Setiadi,2007). Menurut Arikunto (2006), apabila subjeknya kurang dari 100,

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15%

(53)

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya data

Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian

yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Adapun kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini :

a. Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti)

Adalah karakteristik umum subjek peneliti dari suatu populasi target dan

terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah

remaja perokok yang berusia 10-18 tahun serta bisa menulis dan

membaca, dan juga bersedia menjadi responden.

b. Kriteria ekslusi (kriteria yang tidak layak diteliti)

Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dan studi karena berbagai sebab. Teori ekslusi dalam penelitian ini

Remaja perokok yang tidak bersekolah, tidak bisa membaca dan menulis,

serta yang tidak bersedia menjadi responden.

Adapun sampel penelitian ini adalah sebagian remaja usia 10-18

tahun di Desa Sei Mencirim kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang

(54)

2.3Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan cara cluster

sampling. Cluster sampling berarti pengelompokan berdasarkan wilayah atau

lokasi populasi. Teknik sampling yang digunakan jika objek yang akan

diteliti sangat luas. Sampling ini bisa dipakai dalam 2 situasi yaitu alasan

jarak dan biaya serta peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara

pasti (Setiadi, 2007).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal

Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih tempat ini karena belum pernah

ada penelitian yang dilakukan sebelumnya di Desa Sei Mencirim tersebut

mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja dengan bahaya Rokok.

Waktu Penelitian di mulai dari bulan Juni sampai Juli tahun 2011.

4. Pertimbangan Etik

Setiap peneliti yang menggunakan subjek manusia harus mengikuti aturan

etik dalam hal ini adalah adanya persetujuan. Etika yang perlu dituliskan pada

penelitian ini antara lain adalah: Informed Consent (lembar persetujuan),

anonimity (tanpa nama), confidentiality (kerahasiaan) (Setiadi, 2007).

Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak

subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan

(55)

diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian, selanjutnya

responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian responden

membaca surat memahamiisi surat persetujuan terlebih dahulu sebagai kesediaan

menjadi responden. Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia

bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa adanya sanksi apapun dan tidak

menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden dilindungi dari semua

kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini merahasiakan

identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi.

5. Instrumen Penelitian

5.1Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan

alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti

dengan berpedoman pada konsep tinjauan pustaka. Instrumen terdiri dari dua

bagian yaitu pertama Pengetahuan Remaja mengenai bahaya rokok,

pertanyaan untuk bagian ke dua ini sebanyak 14 pertanyaan, dengan total skor

sebanyak 28. Apabila responden menjawab “benar” di beri skor 2, responden

menjawab “salah” diberi skor 1, Skala pengukuran yang digunakan adalah

ordinal.

Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (2005):

P =

Banyak Kelas Rentang

(56)

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai

tertinggi dan nilai terendah) sebesar 28 dan banyak kelas adalah 3 kelas

(Baik, cukup, kurang). Maka di dapat panjang kelas yaitu 9,3. dengan

menggunakan P = 9, maka batas interval sikap remaja sebagai berikut:

19 – 28 = Pengetahuan Baik

10 – 18 = Pengetahuan Cukup

1 – 9 = Pengetahuan Kurang

Bagian kedua Sikap Remaja tentang bahaya merokok terhadap responden

di gunakan skala ukur likert. Kuisioner Sikap terdiri dari 14 pertanyaan. Bila

responden menjawab “Sangat Setuju” akan mendapat skor 4, bila menjawab

“Setuju” akan mendapat skor 3, bila menjawab “Kurang Setuju” akan

mendapat skor 2, bila responden menjawab “Tidak Setuju” akan mendapat

skor 1. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal. Berdasarkan rumus

statistika menurut Sudjana (2005):

P =

Banyak Kelas Rentang

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai

tertinggi dan nilai terendah) sebesar 56 dan banyak kelas adalah 2 kelas

(positif dan negatif). Maka di dapat panjang kelas yaitu 28. dengan

menggunakan P = 28, maka batas interval sikap remaja sebagai berikut:

29 – 56 = Sikap Positif

(57)

5.2Validitas Pengukuran validitas-realibilitas

5.2.1 Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu intrumen. Suatu intrumen yang valid atau

sahid mempunyai validitas tinggi, dan juga sebaliknya (Arikunto, 2006).

Instrumen dikatakan valid jika konten isi instrumen itu mampu mengukur

yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa instrumen dianggap valid jika instrumen itu

dapat dijadikan alat ukur. Validitas intrumen pada penelitian ini dilakukan

oleh yang ahli di Departemen keperawatan komunitas USU.

Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi dua hal

penting yang harus yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas

pengukuran. Menurut Nursalam (2008), instrumen penelitian harus (1)

relevansi isi, yaitu isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian

(tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Pada

penelitian ini, peneliti telah berusaha menyesuaikan instrumen penelitian

dengan tujuan khusus penelitian. 2) Relevan sasaran subjek dan cara

pengukuran, yaitu Instrumen yang disusun harus dapat dipertimbangkan

kepada siapa pertanyaan-pertanyaan itu diberikan. Pada penelitian ini, peneliti

mengajukan instrumen penelitian kepada remaja-remaja yang berusia 10-18

tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

(58)

Kuesioner penelitian disusun sendiri oleh peneliti sehingga penting

dilakukan uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan alat ukur dapat mengukur secara konsisten sasaran yang akan

diukur. Realibilitas yang digunakan adalah reabilitas konsistensi internal

karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya

sekali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi dan apabila

digunakan berulang kali memberikan hasil yang sama. Dengan uji formula

Cronbach Alpha harus > 0,7 agar dianggap reliabel maka kuesioner ini layak

digunakan (Polit & Hungler, 2005).

Pengujian reliabilitas kuisioner gambaran pangetahuan dan sikap remaja

tentang bahaya rokok didesa Payagelih kecamatan sunggal Kabupaten Deli

Serdang dilakukan pada 10 orang remaja dengan kriteria responden yang

sama dan diambil dari luar sampel penelitian., hasil uji reliabilitas untuk

kuesioner gambaran pangetahuan dan sikap remaja tentang bahaya adalah

0,73 dengan demikian instrumen ini layak di gunakan.

6. Pengumpulan Data

Prosedur awal penelitian adalah dengan mengajukan permohonan izin

pelaksanaan penelitian pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

kemudian izin diperoleh dikirimkan kepada Kepala Desa Sei Mencirim

Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli serdang.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti langsung mendatangi

Gambar

Tabel 1. Kerangka Konsep
Tabel 2 Distribusi frekuensi dan persentase data demografi responden tentang gambaran pengetahuan dan sikap remaja tenatng bahaya merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang (N=27)
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya rokok berdasarkan pernyataan pengetahuan
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase gambaran pengetahuan remaja tentang bahaya rokok berdasarkan kuesioner pernyataan pengetahuan (N=27)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan suatu penelitian dengan judul “ Pengaruh Model Rotating Trio Exchange (RTE) Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIII

Selain demokrasi, mereka mengapresiasi satu aspek fundamental lain yang menjadi bagian dari tata nilai Barat, sekulerisme yang dalam implementasinya di berbagai dunia

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving berbantuan media

Pada laporan Tugas Akhir ini akan menjelaskan tentang pembuatan aplikasi permaian kartu Seven Spade dengan menggunakan Macromedia / Adobe.. Agar lebih memahami materi, laporan

Sistem ini menetapkan kode surat berdasarkan nomor yang ditetapkan untuk surat yang bersangkutan.Yang diperlukan dalam sistem ini adalaha. Perlengkapan yang

Untuk mengetahui pengaruh tidak langsung yang signifikan gaya kepemimpinan transformasional terhadap komitmen karyawan PT Telkomsel dengan menggunakan kebersamaan

TENTANG : BAKU MUTU EMISI PABRIK PUPUK FOSFAT (SP-36,TSP) TANGGAL : 12 AGUSTUS 2004. BAKU MUTU EMISI UNTUK PABRIK PUPUK FOSFAT

Analisa teknikal memfokuskan dalam melihat arah pergerakan dengan mempertimbangkan indikator-indikator pasar yang berbeda dengan analisa fundamental, sehingga rekomendasi yang