Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang
Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang
Skripsi
0leh
Raziah Suhaimi 101121101
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA
Syukur alhamdulillah peneliti sampaikan kehadirat Allah S.W.T karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul ”Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di
Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini
dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan
di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan, Erniyati, S.Kp, MNS, selaku pembantu Dekan I Fakultas
Keperawatan, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku pembantu dekan II Fakuktas
Keperawatan, dan Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS, selaku pembantu
Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu peneliti juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Bapak Ismayadi S.Kep, Ns., selaku dosen pembimbing yang senantiasa
menyediakan waktu dan kesempatan untuk memberikan bimbingan, pengarahan,
dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini, juga kepada Ibu Rosina br.
M.Kep Sp. Mat. selaku penguji II, serta kepada seluruh staf pengajar dan
administrasi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Ucapan terima kasih yang paling dalam peneliti sampaikan juga
teristimewa kepada Ayahanda Suhaimi Ishak dan Ibunda Catherina Cilcilia
Modesta Gebze, yang menjadi motivator dalam hidupku, dan seluruh keluarga
yang telah memberi dukungan baik moril maupun doa restu, serta rekan-rekan
mahasiswa/i dan teman-teman sejawat yang telah banyak membantu sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu peneliti yang namanya tidak bisa disebutkan satu-persatu,
harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya profesi keperawatan.
Medan, Januari 2012
Peneliti
DAFTAR ISI
2.2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan ... 17
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ... 30
4.1. Desain Penelitian ... 30
4.2. Populasi Dan Sampel ... 30
4.2.1. Populasi ... 30
4.2.2. Sampel ... 30
4.3. Kriteria Inklusi Dan Eksklusi ... 31
4.3.1. kriteria inklusi ... 31
1. Surat izin penelitian dari Fakultas keperawatan
2. Surat izin pengambilan data dari desa Muara Parlampungan 3. Surat selesai melakukan penelitian dari desa Muara Parlampungan
4. Informedconcent
5. Jadwal tentatif penelitian 6. Rincian biaya penelitian 7. Instrumen penelitian
8. Lembar konsultasi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Responden
di Desa Muara Parlampungan Tahun 2011 ... 40 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Observasi Sistematis
Terhadap Kondisi Rumah Keluarga di Desa
Muara Parlampungan Tahun 2011 ... 40 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Kategori Penilaian Tentang
Kondisi Rumah Keluarga di Desa Muara Parlampungan
Tahun 2011... 42 Tabel 5.4. Distribusi Prekuensi dan Persentase Jawaban Responden Tentang
Status Kesehatan Keluarga di Desa Muara Parlampungan
Tahun 2011... 42 Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan Persentase Kategori Penilaian Tentang
Status Kesehatan Keluarga di Desa Muara Parlampungan
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian Kondisi Rumah Keluarga Dan Status
Kesehatan Keluarga di Desa Muara Parlampungan Kecamatan
Judul : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
Nama : Raziah Suhaimi
NIM : 101121101
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2012
Abstrak
Rokok adalah benda beracun yang berbahaya bagi kesehatan, karena terdapat 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama yaitu nikotin, Tar dan karbonmonoksida. Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok. Kemajuan ilmu pengetahuan seharusnya meningkatkan kesadaran remaja untuk tidak merokok. Namun pada kenyataannya banyak remaja yang terbiasa merokok. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentunya juga akan berdampak pada sikap yang positif, begitu pula sebaliknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan sikap remaja tentang bahaya rokok dengan kebiasaan merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia 10-19 tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang sebanyak 265 orang. Tehnik sampel yang digunakan adalah cluster sampling sebanyak 27 orang. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Balai Desa Sei Mencirim. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan remaja yang baik sebanyak 20 orang (74%), cukup 7 orang (26%). Distribusi sikap remaja yang positif sebanyak 18 orang (67%) dan sikap negatif 9 orang (33%). Diharapkan kepada petugas kesehatan puskesmas agar membuat program tentang bahaya rokok, melakukan penyuluhan, pendekatan kepada remaja dan bekerjasama dengan keluarga dalam upaya meminimalkan bahkan menghilangkan kebiasaan merokok.
Judul : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
Nama : Raziah Suhaimi
NIM : 101121101
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2012
Abstrak
Rokok adalah benda beracun yang berbahaya bagi kesehatan, karena terdapat 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama yaitu nikotin, Tar dan karbonmonoksida. Kebiasaan remaja yang sulit dihindari ialah merokok. Kemajuan ilmu pengetahuan seharusnya meningkatkan kesadaran remaja untuk tidak merokok. Namun pada kenyataannya banyak remaja yang terbiasa merokok. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentunya juga akan berdampak pada sikap yang positif, begitu pula sebaliknya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan sikap remaja tentang bahaya rokok dengan kebiasaan merokok di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang tahun 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja usia 10-19 tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang sebanyak 265 orang. Tehnik sampel yang digunakan adalah cluster sampling sebanyak 27 orang. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Balai Desa Sei Mencirim. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan remaja yang baik sebanyak 20 orang (74%), cukup 7 orang (26%). Distribusi sikap remaja yang positif sebanyak 18 orang (67%) dan sikap negatif 9 orang (33%). Diharapkan kepada petugas kesehatan puskesmas agar membuat program tentang bahaya rokok, melakukan penyuluhan, pendekatan kepada remaja dan bekerjasama dengan keluarga dalam upaya meminimalkan bahkan menghilangkan kebiasaan merokok.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada perkembangan remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan.
Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor risiko bagi remaja
untuk terjebak dalam perilaku yang tidak sehat, misalnya: merokok,
minum-minuman keras, penggunaan narkoba, sex pranikah, tawuran, tindakan kriminal,
dan kebut-kebutan dijalan. Semua perilaku remaja yang dianggap menyimpang ini
sangat berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan mereka. Masa remaja,
menurut Stanley Hall, seorang bapak pelopor psikologi perkembangan remaja
(dalam Santrock, 1999), dianggap sebagai masa topan badai dan stress (storm and
stress) karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib
diri sendiri. Kalau terarah dengan baik, maka ia akan menjadi seorang individu
yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa
menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan yang baik (Dariyo, 2004).
Kebiasaan remaja yang sulit dihindari adalah merokok, karena dipengaruhi
oleh banyak faktor. Kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain karena masa perkembangan anak yang mencari
identitas diri dan selalu inggin mencoba hal baru yang ada di lingkungannya. Oleh
karena itu,keluarga dan teman sebaya adalah orang-orang yang sangat
mempenggaruhi kebiasaan remaja. jika orang tua dan teman sebaya merokok,
menayangkan tokoh idola remaja yang menghisap rokok akan mendorong remaja
untuk mengikutinya. Kebiasaan merokok antara lain berhubungan dengan media.
(Peterson, 2003).
Rokok yang diisap di dunia mencapai 15 milyar setiap harinnya. Indonesia
menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia. Data terakhir ayng
dipublikasikan WHO tahun 2002 menyebutkan bahwa Indonesia setiap tahunnya
mengkonsumsi 215 milyar batang rokok, nomor 5 di dunia setelah cina (1.643
milyar batang), Amerika (451 milyar batang rokok), Jepang (328 milyar batang),
dan rusia (258 milyar batang rokok. Menurut Bank Dunia, konsumsi Indonesia
sekitar 6,6% dari seluruh konsumsi dunia (WHO, 2002).
Hasil di Australia menunjukkan bahwa 70.000 orang mulai merokok setiap
tahunnya pada usia 12-17 tahun (Zhu dkk, 1999). Sedangkan menurut sani (2005),
dari hasil kajiannya di Lombok dan Jakarta, remaja mulai merokok sejak usia 15
tahun. Penggunaan berbagai jenis Napza tidak akan terlepas dari penggunaan
rokok; karena menurut Thoha (2006), jika mempunyai masalah yang tidak
terselesaikan, maka remaja yang merokok pada akhirnya akan menggunakan
narkoba.
Rokok telah menjadi salah satu penyebab kematian tersebesar di dunia.
Menurut WHO, diduga sehingga menjelang tahun 2003 kematian akibat merokok
mencapai 10 juta orang per tahunnya, dan 70% kematian yang disebabkan oleh
rokok terjadi di Negara-negara berkembang. Kebiasaan merokok di Negara
maju justru turun 1,1% per tahun. WHO memperkirakan 1,1 milyar penduduk
dunia adalah perokok dan 800 juta di antarannya terdapat di negara berkembang
(Depkes 2003).
Hasil penelitian yang dilakukan lembaga Demografi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (FEUI) di empat wilayah yaitu Sumatra Selatan, Jawa
Barat, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur, diketahui bahwa perilaku
beresiko pada remaja khususnya dikota cukup tinggi, prilaku ini adalah hasil
penelitian yang dimaksud adalah : Perilaku merokok pada laki-laki 73,1% dan
perempuan 12,2%. Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat
diberbagai tempat, misalnya diwarung dekat sekolah, perjalanan menuju sekolah,
halte bus, kendaraan pribadi, angkutan umum, bahkan dilingkungan rumah.
Sayangnya, ini telah menjadi pemandangan yang biasa dan jarang mendapat
perhatian masyarakat, padahal perilaku tersebut berbahaya bagi remaja dan orang
sekitarnya (Depkes RI, 2004).
Jumlah remaja perokok setiap tahunnya cenderung mengalami
peningkatan. Mutu Depkes RI (2006), sebesar 35% penduduk umur 15 tahun ke
atas merokok (tiap hari dan kadang-kadang). Dibandingkan Susenas 2001 dan
2003 terjadi peningkatan sebesar 3%. Persentase prilaku merokok pada laki-laki
konstan tinggi, yaitu 63% pada tahun 2001, 2003, dan 2004. Pada perempuan
jauh lebih rendah, namun ada peningkatan dari 1.4% pada tahun 2001 menjadi
Sebanyak 89% perokok remaja terdorong oleh iklan rokok untuk merokok,
ungkap Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait kepada
wartawan usai menjadi pembicara dalam acara “Deklarasi Perlindungan Anak
Terhadap Bahaya Rokok” beberapa waktu lalu. Arist menyebutkan, dari survey
Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004, usia mulai merokok di Tanah air yang
tertinggi ada di kelompok usia remaja yaitu : 10 – 18 tahun. Jumlahnya mencapai
63,7% (tahun 2004). Ironisnya, bahkan ada anak yang mulai merokok di
kelompok usia 5-9 tahun yang jumlahnya mencapai 1,8% (Jaya , 2009).
Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah terhadap fisiknya,
seperti yang dijelaskan oleh Depkes RI (2004) yaitu “Rokok pada dasarnya
merupakan pabrik bahan kimia yang berbahaya. Saat batang rokok terbakar, maka
asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan tiga komponen utama,
yaitu : nikotin yang menyebabkan ketergantungan atau adiksi yang bersifat
karsinoganik ; karbon monoksida yang aktifitasnya sangat kuat terhadap
hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang dan bahan-bahan
kimia lain yang beracun (Ariani, 2010).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti, di Desa Sei
Mencirim didapatkan jumlah remaja usia 10-18 tahun usia sekolah adalah
sebanyak 265 jumlah remaja di Dusun I Desa Sei Mencirim. Bisa dibayangkan
jika semua remaja tersebut adalah pengguna rokok, maka kemungkinan tidaklah
kebiasaan merokok yang dilakukan oleh remaja dengan kurangnya pengetahuan
sikap remaja dengan bahaya merokok tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melaksanakan penelitian
tentang ”gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok di
Desa sei Mencirim Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Tahun 2011”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang
bahaya merokok di Desa Sei Mencirim Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Tahun
2011”.
1.3. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya
merokok di Desa Sei Mencirim Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang Tahun 2011.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam melakukan penelitian
tentang bahaya merokok .
2. Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menyikapi masalah-masalah
yang dihadapi remaja terutama tentang bahaya merokok.
3. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan untuk melaksanakan
4. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada Mahasiswa/i dan dapat
dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk perbandingan peneliti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan
1.1 Defenisi
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2007).
1.2 Pengetahuan atau kognitif
Merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam hal ini
orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
b. Intereste (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus
d. Trial, di mana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
e. Adoption,di mana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut.
1.3 Tingkatan Pengetahuan kognitif
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,
yakni :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain,
menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada
anak balita.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara “benar”
secara “benar”. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan
mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi rill (se”benar”nya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,
dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analsis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu lain. Kemampuan analisis ini dapat di
lihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas (Notoatmodjo,2003).
1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan :
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses penyampaian suatu bahan atau materi
pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai
perubahan tingkah laku. Pada umumnya pendidikan mempertinggi
intelegensi seseorang.
Usia sangat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam
memahami sesuatu. Menurut beberapa peneliti pengetahuan seseorang
bertambah sesuai dengan pertambahan usia.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar
seseorang yang menjadi acuan. Semakin banyak pengalaman
seseorang, maka semakin banyak usaha seseoarang untuk mengatasi
suatu masalah. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
d) Sumber informasi
Sumber informasi adalah data yang diperoses kedalam suatu bentuk
dan mempunyai nilai nyata.
e) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta
pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia.
Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk pribadi
seseorang. Lingkungan yang memyediakan banyak sumber informasi
akan menambah pengetahuan seseorang.
1.5 Pengetahuan Remaja Tentang Rokok
Perilaku merokok pada remaja tidak terlepas dari pengetahuan, persepsi
atau nilai atau norma yang diyakini oleh suatu individu atau suatu kelompok yang
merokok remaja lebih karena faktor ingin mencoba-coba atau mengikuti tren pada
kelompoknya, juga karena persepsi atau kepercayaan, seperti pada laki-laki
merokok dapat meningkatkan keperkasaan laki-laki, dengan merokok akan
kelihatan lebih gaul, atau merokok dapat menambah semangat belajar/bekerja,
merokok dapat menghilangkan stres, ada juga sudah sampai ketergantungan
seperti, lebih baik tidak makan daripada tidak merokok. Kalau hal ini dibiarkan
tanpa membekali pengetahuan pada remaja tentang bahayanya rokok bagi
kesehatan, maka abad ke -21 akan ada satu miliar orang yang meninggal akibat
rokok. Untuk itu remaja sedini mungkin perlu diberi pengetahuan tentang bahaya
(Ekawati, 2009).
Dari hasil analisis pre test dan post test oleh Ekawati (2009), diperoleh
data bahwa dari 74 responden sebanyak 6,7% responden memperoleh peningkatan
pengetahuan tentang bahaya rokok setelah dilakukan penyuluhan. Kegiatan
penyuluhan ini dilakukan untuk mencegah bertambahnya jumlah perokok
dikalangan remaja, karena diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini responden
sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang bahaya merokok sejak usia dini.
2. Sikap
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus social. Newcomb salah seorang ahli
psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi
bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Dalam bagian lain Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan berpikir,
keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Salah satu contoh misalnya,
seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio (penyebabnya, akibatnya,
pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk
berfikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini
komponen emosi dan keyakinan ikut sehingga si ibu tersebut berniat akan
mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio.
Sehingga si ibu mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit
polio itu.
2.1 Tingkatan Sikap
1. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas
pekerjaan itu “benar” atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya,
seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudarnya, dan
sebagainya), untuk pergi menimbang anaknya ke posyandu, atau
mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah
mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang
2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap
terhadap obyek sikap antara lain :
1. Pengalaman pribadi, untuk dapat terjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya cenderung untuk
memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan, tanda didasari kebudayaan telah menanamkan garis
yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
mewanai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi
corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4. Media massa, dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari
kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
6. Faktor emosional, terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.3 Sikap Remaja Terhadap Rokok
Sikap remaja terhadap rokok tidak begitu saja muncul pada para remaja,
mungkin sikap yang dimiliki oleh para remaja itu disebabkan oleh hasil
evaluasinya terhadap orang yang merokok yang akhirnya membentuk sebuah
pengalaman baru yang mewarnai perasaanya yang akhirnya ikut menentukan
kecenderungan berprilaku bahwa remaja itu ikut merokok atau menghindari dari
aktivitas merokok (Soamole, 2004).
Merokok diawali dari adanya suatu sikap, yaitu kecenderungan seseorang
untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang
datang dari luar dalam hal ini adalah rokok. Orang melihat rokok atau melihat
orang lain merokok, lalu respon apa yang muncul di dalam pikiran atau
perasaanya. Bisa saja orang tertarik atau tidak (setuju atau tidak setuju)
3. Remaja
Remaja adalah harapan bangsa sehingga tidak berlebihan jika dikatakan
saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang
tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah
remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. Oleh
karena itu, pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja menjadi sangat penting
untuk menilai keadaan remaja (Poltekkes Depkes, 2010).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.
Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian, menurut
beberapa ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah adolesens (dalam
bahasa Inggris : adolescense). Para ahli merumuskan bahwa istilah pubertas
digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis
yang terjadi dengan cepat dari anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan
alat reproduksi. Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan
psikosisal atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Daariyo, 2004).
Menurut WHO, dikatakan usia remaja adalah antara 10-18 tahun. Tetapi
berdasarkan penggolongan umur, masa remaja terbagi atas :
1. Masa remaja awal (10-13 tahun)
2. Masa remaja tengah (11-16tahun)
3. Masa remaja akhir (17-19 tahun)
(Depkes, 2010)
3.1 Perubahan Fisik Remaja
Perubahan fisik dan psikologis remaja di sebabkan oleh adanya perubahan
susunan saraf pusat khususnya di hipotalamus. Beberapa jenis hormon yang
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah hormon pertumbuhan
(groth hormone), hormon gonadotropik (gonadotropic hormone), estroen,
progesteron, serta testosteron.
a. Percepatan berat badan dan tinggi badan
Selama 1 tahun pertumbuhan, tinggi badan laki-laki dan perempuan
rata-rata meningkat 3,5-4,1 inci (Steinberg, 2007). Berat badan juga meningkat
karena ada perubahan otot pada laki-laki dan penambahan lemak pada
perempuan.
b. Perkembangan karakteristik seks sekunder
Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar hormonal yang
mempengaruhi karakteristik seks sekunder, seperti hormon androgen, pada
laki-laki dan estrogen pada perempuan. Karakteristik sekunder pada
perempuan meliputi pertumbuhan bulu pubis, pertumbuhan rambut di
ketiak, serta menarche atau menstruasi pertama. Sedangkan pada laki-laki
terjadi pertumbuhan penis, pembesaran skrotum, perubahan suara,
pertumbuhan kumis dan jenggot, meningkatnya produksi minyak,
meningkatnya timbunan lemak, dan meningkatnya aktivitas belajar
sehingga menimbulkan jerawat.
c. Perubahan bentuk tubuh
Pada laki-laki terjadi perubahan bentuk tubuh seperti bentuk dada yang
perubahan bentuk tubuh pada perempuan seperti pinggul dan payudara
yang membesar, serta keadaan putting susu yang menjadi lebih menonjol.
3.2 Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif berdasarkan tahapan perkembangannya sebagai
berikut :
1. Remaja awal
Pada tahap ini, remaja mulai berfokus pada pengambilan keputusan, baik
di dalam rumah maupun di sekolah. Remaja mulai menunjukkan cara
berfikir logis, sehingga sering menanyakan kewenangan dan standar di
masyarakat maupun di sekolah. Remaja juga mulai menggunakan
istilah-istilah sendiri dan mempunyai pandangan, seperti : olahraga yang baik
untuk bermain, memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang
diinginkan, dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik.
2. Remaja Menengah
Pada tahapan ini terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok, sehingga
tidak selalu tergantung pada keluarga dan terjadi eksplorasi seksual.
Dengan menggunakan pengalaman dan pemikiran yang lebih kompleks,
pada tahap ini remaja sering mengajukan pertanyaan, menganalisis secara
lebih menyeluruh, dan berfikir tentang bagaimana cara mengembangkan
identitas “siapa saya?”.
Pada masa ini remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa
3. Remaja akhir
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan datang
dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir, proses berfikir
secara kompleks digunakan untuk memfokuskan diri masalah-masalah
idealisme, toleransi, keputusan untuk karier dan pekerjaan, serta peran
orang dewasa dan masyarakat.
4. Perkembangan psikososial
Masa remaja juga merupakan masa transisi emosional, yang ditandai
dengan perubahan dalam cara melihat dirinya sendiri. Sebagai remaja
dewasa, intelektual dan kognitif juga mengalami perubahan, yaitu dengan
merasa lebih dari yang lain, cenderung bekerja secara lebih kompleks dan
abstrak, serta lebih tertarik untuk memahami kepribadian mereka sendiri
dan berprilaku menurut cara mereka. Transisi sosial yang dialami oleh
remaja ditunjukan dengan adanya perubahan hubungan sosial. Salah satu
hal yang penting dalam perubahan sosial pada remaja adalah
meningkatnya waktu untuk berhubungan dengan rekan-rekan mereka,
serta lebih intens dan akrab dengan lawan jenis.
3.3 Tahap-tahap perkembangan psikososial
Menurut Erikson (1956), perkembangan psikososial terdiri atas delapan
tahapan yang dilalui remaja tersebut adalah sebagai berikut :
Tahapa ini terjadi dalam 1 – 2 tahun awal kehidupan. Anak belajar
untuk percaya pada dirinya sendiri ataupun lingkungannya. Anak
merasa bingung dan tidak percaya, sehingga dibutuhkan kualitas
interaksi antara orang tua dan anaknya.
2. Otonomi (autonomoy) versus rasa malu dan ragu (shame and doubt)
Bagi kebanyakan remaja, membangun rasa otonomi atau kemerdekaan
merupakan bagian dari transisi emosional. Selama masa remaja terjadi
perubahan ketergantungan, dari ketergantungan khas anak-anak ke
arah otonomi khas dewasa. Misalnya : remaja umumnya tidak
teruru-buru bercerita kepada orang tua ketika merasa kecewa, khawatir, atau
memerlukan bantuan.
3. Inisiatif (initiative) versus rasa bersalah (guilt)
Tahapan perkembangan psikososial ini terjadi pada usia pra sekolah
dan awal usia sekolah. Anak cenderung aktif bertanya untuk
memperluas kemampuannya melalui bermain aktif, bekerja sama
dengan orang lain, dan belajar bertanggung jawab terhadap tindakan
yang di lakukannya.
1. Rajin (industry) versus rendah diri (inferiority)
Pada tahapan perkembangan ini terjadi persaingan di kelompoknya. Anak
grupnya. Di sini anak belajar untuk menguasai keterampilan yang lebih
formal. Anak mulai terasa rasa percaya dirinya, mandiri dan penuh
inisaitif, serta termotivasi untuk belajar lebih tekun.
2. Identitas (identity) versus kebingungan identitas (identity confusion)
Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk menjawab
pertanyaan, “Siapa saya”? mereka melakukan tindakan yang baik sesuai
dengan sistem nilai yang ada. Namun demikian, sering juga terjadi
penyimpangan identitas, misalnya : melakukan percobaan tindakan
kejahatan, melakukan pemberontakan, dan tindakan tercela lainnya. Pada
waktu remaja, identitas seksual baik laki-laki maupun wanita dibangun,
dan secara bertahap mengembangan cita-cita yagn diinginkan.
Untuk tahap selanjutnya yaitu : tahap keintiman (intimacy) versus isolasi
(isolation) generativitas (generativity) versus stagnasi (stagnation), dan
integritas (integrity) versus keputusasaan (despair), akan dilalui pada
tahap-tahap perkembangan selanjutnya
3.4 Jenis-Jenis Tugas Perkembangan Remaja
Tugas-tugas perkembangan remaja, menurut Havighurst (dalam
Helm dan Tuner, 1995 ; Suardiman, 1987 ; Thornburg, 1982), ada
beberapa, yaitu sebagai berikut :
a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-fisiologis. Diketahui
bahwa perubahan fisiologis yang dialami oleh individu, mempengaruhi
dorongan biologis (seksual), namun bila dipenuhi hal itu pasti melanggar
norma-norma sosial, padahal dari sisi penampilan fisik, remaja sudah
seperti orang dewasa. Oleh karena itu remaja menghadapi delima. Dengan
demikian, dirinya dituntut untuk dapat menyesuaikan diri (adjustment)
dengan baik.
b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita. Dalam hal
ini, seorang remaja diharapkan dapat bergaul dengan menjalin dengan
individu lain yang berbeda jenis kelamin, yang didasarkan atas saling
menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya, tanpa
menimbulkan efek samping yang negatif. Pergaulan dengan lawan jenis ini
sebagai sesuatu hal yang amat penting, karena dianggap sebagai upaya
untuk mempersiapkan diri guna memasuki kehidupan pernikahan nanti.
c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa
lain. Ketika sudah menginjak remaja, individu memiliki hubungan
pergaulan yang lebih luas, dibandingkan dengan anak-anak sebelumnya
yaitu selain dari teman-teman tetangga, teman sekolah, tetapi juga dari
orang dewasa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa individu remaja tidak
lagi bergantung pada orang tua. Bahkan mereka menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk bergaul bersama dengan teman-temannya (
peer-group), dibandingkan kehidupan remaja dengan keluarganya.
d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal maupun
non-formal agar memiliki taraf ilmu pengetahuan, keterampilan/keahlian yang
profesional. Oleh Schaie (dalam Santrock, 1999), masa tersebut
diistilahkan sebagai masa aquisitif yakni masa di mana remaja berusaha
untuk menari bekal pengetahuan dan keterampilan/keahlian guna
mewujudkan cita-citanya, agar menjadi seorang ahli yang profesional di
bidangnya. Warga negara yang bertanggung jawab ditandai dengan
kepemilikan taraf keahlian dan profesi yang dapat disumbangkan oleh
seorang individu untuk mengembangkan dan memajukan seluruh warga
masyarakat. Karena itu, adalah hal yang wajar, agar remaja dipersiapkan
dan mempersiapkan diri secara matang dengan sebaik-baiknya.
e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomi. Tujuan utama
individu melakukan persiapan diri dengan menguasai ilmu dan keahlian
dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat menghidupi diri
sendiri maupun keluarganya nanti. Sebab keinginan terbesar seorang
individu (remaja) adalah menjadi orang yang mandiri dan tak bergantung
dari orang tua secara psikis maupun secara ekonomis (keuangan). Karena
itu, seringkali remaja mengambil keputusan dengan cara bekerja paruh
waktu, disela-sela jam belajarnya (part timer), misalnya, menunggu
menjaga) toko, memberi les privat untuk pelajaran SD/SMP, dan
sebagainya (Dariyo, 2004).
Rokok adalah cacahan tembakau yang dibungkus dengan kertas yang
panjangnya berukuran 7-20 cm. Rokok biasanya di jual dalam bungkusan
berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke
dalam kantong. Bungkusan-bungkusan juga umumnya disertai pesan kesehatan
yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan
dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung. Walaupun
kenyataanya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi (Jaya muhamad,
2009).
Conrad and Miller dalam Sitepoe (2000 : 17) menyatakan bahwa seorang
akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis.
Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk kejantanan (bangga
diri), mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan. Dorongan fisiologis
adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus
merokok (Soamole, 2004).
4.1Jenis Rokok
Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas
bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan
rokok, dan penggunana filter pada rokok.
Terdiri dari klobot yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
jagung, kawung yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
aren, sigaret yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas,
cerutu yaitu rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
b) Rokok berdasarkan bahan baku
Terdiri dari rokok putih yaitu rokok yang bahan baku atau isinya hanya
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa atau aroma
tertentu, rokok kretek yaitu bahan baku atau isinya berupa daun tembakau
dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu, rokok klembak yaitu rokok yang bahan baku atau isinya berupa
daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c) Rokok berdasakan proses pembuatannya
Terdiri dari sigaret kretek tangan (SKT) yaitu rokok yang proses
pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan
tangan atau alat bantu sederhana, sigaret kretek mesin (SKM) yaitu rokok
yang proses pembuatannya menggunakan mesin. Sederhananya, material
rokok dimasukkan kedalam mesin rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin
pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat rokok telah
mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu
batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok, biasanya dihubungkan
bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada
pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran
berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum
ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat
perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM,
lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.
d) Rokok berdasarkan penggunana filter
Terdiri dari rokok filter (RF) yaitu rokok yang pada bagian pangkalnya
terdapat gabus, rokok non filter (RNF) yaitu rokok yang pada bagian
panggalnya tidak terdapat gabus.
4.2Kandungan Rokok
Menurut Gondodiputro tahun 2007, Rokok mengandung kurang lebih
4000 elemen, 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO), selain itu dalam sebatang rokok
juga mengandung zat-zat kimia lain yang sangat beracun. Zat-zat tersebut antara
lain :
1. Tar adalah substansi hidrokarbon, yang bersifat lengket dan menempel
pada paru-paru
2. Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu kanker paru-paru yang
3. Karbon monoksida (CO) adalah zat yang memikat hemoglobin dalam
darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen
4. Formaldehid yaitu jenis gas yang sangat beracun terhadap semua
organisme hidup
5. Naftalene yaitu bahan kapur barus
6. Metanol yaitu cairan yang mudah menguap, di gunakan sebagai pelarut
dan pembunuh hama
7. Aceton yaitu bahan pembuat cat
8. Fenol Butance yaitu bahan bakar korek api, zat ini beracun dan
membahayakan karena fenol ini terikat ke protein sehingga menghalangi
aktivitas enzim.
9. Potassium nitrat yaitu bahan baku pembuatan bom dan pupuk.
10.H2S (Asam Sulfida) yaitu sejenis gas beracun yang mudah terbakar
dengan bau yang keras, zat ini menghalangi oksidasi enzim.
11.HCN (Asam Sianida) yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat paling ringan, mudah terbakar
dan sangat efisien untuk menghalangi pernafasan dan merusak saluran
pernafasan.
12.Amonia yaitu bahan untuk pencuci lantai.
13.Cadmium yaitu asap dari knalpot kendaraan yang dapat meracuni jaringan
14.Nitrous Oxide yaitu sejenis gas yang tidak berwarna, dan bila di hisap
dapat menghilangkan rasa sakit. Nitrous Oxide ini pada mulanya
digunakan dokter sebagai pembius saat melakukan operasi.
15.Volatik nitrosamine yaitu jenis asap tembakau yang diklasifiksikan
sebagai karsinogen yang potensial (Christinawaty, 2009. Jaya, 2009).
4.3Dampak Merokok
Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2003) adalah dapat
menimbulkan berbagai penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat
dari merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok
bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Adapun
dampak rokok terhadap kesehatan sebagai berikut :
1. Dampak pada paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas
dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar
(hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran
napas kecil, terjadi radangan ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel
dan penumpukan lender. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel
radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, akan timbul perubahan pada
fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar
merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema
paru-paru, bronchitis kronis, dan asma.
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5
dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan yang erat antara kebiasaan merokok
dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan
bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Menurut
Yusuf (2004), asap rokok merupakan penyebab utama timbulnya kanker
paru-paru. Berhenti merokok dan tidak mulai merokok merupakan cara utama untuk
pencegahan penyakit ini.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal
sebagai bahan karsinogen. Zat Tar berhubugnan dengan risiko terjadinya kanker,
dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada
perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.
2. Dampak terhadap jantung
Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah dan
jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner tetapi juga
berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan ferifer. Nikotin yang terkandung
pada rokok, selain menyebabkan ketagihan, juga merangsang pelepasan
adrenalain, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan
oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga
menganggu kerja system saraf, otak dan banyak bagian tubuh lainnya, nikotin
(pengumpalan) ke dinding pembuluh darah (Tandra, 2003). Menurut Slamet
(1996), mereka yang suka merokok ternyata melahirkan bayi-bayi dengan berat
badan rendah, karena nikotin mempersempit pembuluh darah, dan mengurangi
status nutisi ibu.
Merokok terbukti menjadi faktor resiko terbesar untuk mati mendadak.
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya
usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko
bekerja secar sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi dan kadar lemak
atau gula darah yang tinggi terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa
resiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang hingga 50% pada
tahun pertama sesudah rokok dihentikan.
Akibat pengumpalan (trombosis) dan pengapuran dinding pembuluh darah
(aterosklerosis), perokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Penyakit
pembuluh darah perifer (PPDP) yang mengakibatkan pembuluh darah arteri dan
vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok
berat, biasanya berakhir dengan amputasi.
3. Tukak lambung dan tukak usus dua belas jari
Di dalam perut usus dua belas jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran
asam yang dapat menganggu lambung dengan daya perlindungan. Tembakau
meningkatkan asam lambung dan usua dua belas jari. Perokok menderita dua kali
4. Efek terhadap bayi
Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan
prematur. Jika kedua orang tuanya merokok mengakibatkan daya tahan bayi
menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru
bronchitis dua kali lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap
infeksi lain meningkat 30 persen. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya
merokok menunjukkan perkembangan mentalnya terbelakang.
5. Impot ensi
Pada laki-laki berusia 30-40 tahun merokok daat meningkatkan disfungsi
eraksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak dapat mengalir ke
penis. Oleh karena itu pembuluh darah harus dalam keadaan baik. Merokok dapat
merusak pembuluh darah, nikotin penyempitan arteri yang menuju penis,
mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat
bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa
tembakau telah merusak area lain dari tubuh.
6. Penyakit pada perokok pasif
Perokok pasif dapat terkena penyakit kanker paru-paru dan jantung
koroner. Menghisap asap tembakau orang lain dapat memperburuk kondisi
pengidap penyakit angina, asma, alergi, gangguan pada wanita hamil.
Bahaya merokok terhadap remaja yang terutama adalah fisiknya, seperti
yang dijelaskan oleh Depkes RI (2004) yaitu :”Rokok pada dasarnya merupakan
pabrik bahan kimia berbahaya. Saat batang rokok terbakar, maka asapnya
menguraikan sekitar 4000 bahan kimia dengan 3 komponen utama, yaitu nikotin
yang menyebabkan ketergantungan/adiksi. Tar yang bersifat karsinogen, karbon
monoksida yang aktivitasnya sangat kuat terhadap hemoglobin sehingga kadar
oksigen dalam darah berkurang, dan bahan-bahan kimia lain yang beracun.”
Efek merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja, tetapi
juga mempengaruhi kesehatan orang sekitarnya yang tidak merokok, karena
terpapar asap rokok tersebut yang disebut perokok pasif (Depkes, 2010).
Adapun bahaya merokok adalah sebagai berikut :
1. Bagi perokok aktif
a. Meningkatkan resiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan
jantung.
b. Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke.
c. Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih besar
pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol
tinggi.
d. Meningkatkan resiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan
jantung bagi wanita pengguna pil KB.
e. Meningkatkan resiko lima kali lebih besar menderita kerusakan jaringan
2. Bagi perokok pasif
a. Bahaya kerusakan paru-paru. Kadar nikotin, karbon monoksida, serta
zat-zat lain yang lebih tinggi dalam darah mereka akan memperparah penyakit
yang sedang diderita, dan kemungkinan mendapat serangan jantung yang
lebih tinggi bagi mereka yang berpenyakit jantung. Anak-anak yang orang
tuanya merokok akan mengalami batuk, pilek, dan radang tenggorokan
serta penyakit paru-paru lebih tinggi. Wanita hamil yang merokok
beresiko mendapatkan bayi mereka lahir, kurus, cacat, dan kematian.
b. Jika suami perokok, maka asap rokok yang dihirup oleh istrinya akan
mempengaruhi bayi dalam kandungan.
4.5 Faktor yang Mempengaruhi Merokok
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk
menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu
mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan
tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut di dukung oleh Smet (1994) yang
menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosial kultural seperti
kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan (Kemala, 2007).
Menurut Juniarti (1991) dalam Mu’tadin (2000), faktor yang
mempengaruhi kebiasaan merokok adalah sebagai berikut.
1. Pengaruh orang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
begitu memperhatikan anak-anaknya dalam memberikan hukuman fisik yang
keras, lebih mudah untuk menjadi perokok di banding anak-anak muda yang
berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari
keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama dengan
baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok/tembakau/obat-obatan, dibandingkan dengan keluarga yang permisif
dengan penekanan yang falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”. Yang
paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh,
yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya sangat mungkin sekali untuk
mencontohnya. Prilaku merokok lebih banyak ditemui pada mereka yagn
tinggal dengan satu orang tua (single parent). Daripada ayah yang perokok,
remaja akan lebih cepat berprilaku sebagai perokok justru bila ibu mereka
yang merokok. Hal ini terlihat pada remaja putri.
2. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila semakin banyak remaja yang
merokok, maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok
dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang
terjadi. Pertama, remaja tadi terpengaurh oleh teman-temannya atau bahkan
teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja tersebut, hingga
akhirnya mereka semua perokok. Di antara remaja perokok, 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan
3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan membebaskan diri dari
kebosanan.
4. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor, membuat remaja
sering kali terpicu untuk mengikuti prilaku seperti yang ada di dalam iklan
tersebut. (Depkes, 2010).
4.6 Tipe Merokok
Menurut Silvan Tomkins Al Bachri (1991), berdasarkan management Of
Affect Theory, ada empat tipe perilaku merokok
1. Perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
Mereka berpendapat bahwa dengan merokok seseorang dapat merasakan
penambahan rasa yang positif. Green dalam psychologikal Factor in Smoking
(1978) menambahkan 3 subtipe berikut ini.
a. Pleasure relaxation, yaitu perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapati, misalnya merokok setelah
b. Stimulation to pick them up, yaitu perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette, yaitu kenikmatan yang diperoleh
dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok
pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau
sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit
saja. Ada juga perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan
rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif,
misalnya bila ia marah, cemas, atau gelisah. Rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,
sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
3. Perilaku merokok yang adiktif
Green menyebutnya sebagai kerancuan secara psikologis (psychological
addiction). Mereka yang sudah kecanduan cendrung akan menambah dosis
rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya
berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau
tengah malam sekalipun, karena khawatir rokok tidak tersedia saat ia
menginginkannya.
Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan
perasaan mereka, tetapi sudah “benar”-”benar” menjadi kebiasaan rutin. Dapat
dikatakan pada orang-orang tipe ini, merokok sudah menjadi prilaku yang
bersifat otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia
menghidupkan lagi api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah
“benar”-”benar” habis.
4.7. Cara Menghindari Kebiasaan Merokok
Menurut Monique (2000) ada beberapa cara mengindari kebiasaan
merokok yaitu :
1. Tumbuhkan kemauan yang tinggi untuk berhenti merokok, dalam hal ini
kita harus mengingat penyakit yang dapat diakibatkan oleh rokok dan
merupakan penderitaan.
2. Mintalah bantuan orang terdekat untuk membantu mengingatkan agar
tidak lagi menghisap rokok. Yang pertama dilakukan adalah dengan
memberitahukan niat untuk tidak merokok pada orang terdekat sehingga
mereka akan membantu dan mengingatkan agar tidak merokok, sehingga
berlahan-lahan anda akan merasa risih dan sungkan karena terus menerus
diingatkan.
3. Tanaman pada diri sendiri bahwa pasti mampu untuk berhenti sama sekali
dari kebiasana merokok, hal ini dapat dilakukan dengan memulai
menurunkan jumlah batang rokok yang diisap perhari, sehingga semakin
4. Jauhi semua kemungkinan yang dapat membuat kembali menjadi perokok.
Cara ini dilakukan dengan menghindari berkumpul dengan teman-teman
atau orang lain yang merokok sehingga anda tidak ingin kembali merokok.
5. Mencari pengganti yang lebih positif daripada rokok. Untuk mengganti
waktu yang digunakan untuk merokok dapat melakukan olah raga, makan
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran
Pengetahuan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim kec.
Sunggal Kab. Deli Serdang. Berdasarkan tinjauan teoritis maka kerangka konsep
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.1. Skema diatas menunujukan pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya
merokok di Desa Sei Mencirim kec. Sunggal Kab. Deli Serdang. Pengetahuan Remaja tentang bahaya merokok
Sikap Remaja tentang bahaya merokok
2.Defenisi operasional
Tabel 1. Kerangka Konsep
No
Kuesioner Ordinal 1. 9-28= Pengetahuan
Baik
Kuesioner Ordinal 1. 29-56= Sikap
Positif
2. 1-28= Sikap
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif
yang bertujuan mengidentifikasi Gambaran Pengetahuan Sikap Remaja Tentang
Bahaya Merokok di Desa Sei Mencirim kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang.
2. Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampling
2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja pria usia 10-18 tahun
di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
berjumlah 265 orang pada tahun 2010, pada penelitian ini peneliti mengambil
populasi remaja Usia sekolah
2.2Sampel Penelitian
Sampel Penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh anggota kelompok populasi
(Notoatmodjo,1993) dalam Setiadi,2007). Dengan kata lain sampel adalah
elemen-elemen populasi yang di pilih berdasarkan kemampuan mewakilinya
(Setiadi,2007). Menurut Arikunto (2006), apabila subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15%
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana
b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data
Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian
yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Adapun kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini :
a. Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti)
Adalah karakteristik umum subjek peneliti dari suatu populasi target dan
terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
remaja perokok yang berusia 10-18 tahun serta bisa menulis dan
membaca, dan juga bersedia menjadi responden.
b. Kriteria ekslusi (kriteria yang tidak layak diteliti)
Adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dan studi karena berbagai sebab. Teori ekslusi dalam penelitian ini
Remaja perokok yang tidak bersekolah, tidak bisa membaca dan menulis,
serta yang tidak bersedia menjadi responden.
Adapun sampel penelitian ini adalah sebagian remaja usia 10-18
tahun di Desa Sei Mencirim kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
2.3Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan cara cluster
sampling. Cluster sampling berarti pengelompokan berdasarkan wilayah atau
lokasi populasi. Teknik sampling yang digunakan jika objek yang akan
diteliti sangat luas. Sampling ini bisa dipakai dalam 2 situasi yaitu alasan
jarak dan biaya serta peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara
pasti (Setiadi, 2007).
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih tempat ini karena belum pernah
ada penelitian yang dilakukan sebelumnya di Desa Sei Mencirim tersebut
mengenai Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja dengan bahaya Rokok.
Waktu Penelitian di mulai dari bulan Juni sampai Juli tahun 2011.
4. Pertimbangan Etik
Setiap peneliti yang menggunakan subjek manusia harus mengikuti aturan
etik dalam hal ini adalah adanya persetujuan. Etika yang perlu dituliskan pada
penelitian ini antara lain adalah: Informed Consent (lembar persetujuan),
anonimity (tanpa nama), confidentiality (kerahasiaan) (Setiadi, 2007).
Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak
subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan
diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian, selanjutnya
responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian responden
membaca surat memahamiisi surat persetujuan terlebih dahulu sebagai kesediaan
menjadi responden. Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia
bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa adanya sanksi apapun dan tidak
menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden dilindungi dari semua
kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini merahasiakan
identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi.
5. Instrumen Penelitian
5.1Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan
alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti
dengan berpedoman pada konsep tinjauan pustaka. Instrumen terdiri dari dua
bagian yaitu pertama Pengetahuan Remaja mengenai bahaya rokok,
pertanyaan untuk bagian ke dua ini sebanyak 14 pertanyaan, dengan total skor
sebanyak 28. Apabila responden menjawab “benar” di beri skor 2, responden
menjawab “salah” diberi skor 1, Skala pengukuran yang digunakan adalah
ordinal.
Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (2005):
P =
Banyak Kelas Rentang
Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai
tertinggi dan nilai terendah) sebesar 28 dan banyak kelas adalah 3 kelas
(Baik, cukup, kurang). Maka di dapat panjang kelas yaitu 9,3. dengan
menggunakan P = 9, maka batas interval sikap remaja sebagai berikut:
19 – 28 = Pengetahuan Baik
10 – 18 = Pengetahuan Cukup
1 – 9 = Pengetahuan Kurang
Bagian kedua Sikap Remaja tentang bahaya merokok terhadap responden
di gunakan skala ukur likert. Kuisioner Sikap terdiri dari 14 pertanyaan. Bila
responden menjawab “Sangat Setuju” akan mendapat skor 4, bila menjawab
“Setuju” akan mendapat skor 3, bila menjawab “Kurang Setuju” akan
mendapat skor 2, bila responden menjawab “Tidak Setuju” akan mendapat
skor 1. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal. Berdasarkan rumus
statistika menurut Sudjana (2005):
P =
Banyak Kelas Rentang
Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai
tertinggi dan nilai terendah) sebesar 56 dan banyak kelas adalah 2 kelas
(positif dan negatif). Maka di dapat panjang kelas yaitu 28. dengan
menggunakan P = 28, maka batas interval sikap remaja sebagai berikut:
29 – 56 = Sikap Positif
5.2Validitas Pengukuran validitas-realibilitas
5.2.1 Validitas Instrumen Penelitian
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu intrumen. Suatu intrumen yang valid atau
sahid mempunyai validitas tinggi, dan juga sebaliknya (Arikunto, 2006).
Instrumen dikatakan valid jika konten isi instrumen itu mampu mengukur
yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa instrumen dianggap valid jika instrumen itu
dapat dijadikan alat ukur. Validitas intrumen pada penelitian ini dilakukan
oleh yang ahli di Departemen keperawatan komunitas USU.
Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi dua hal
penting yang harus yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas
pengukuran. Menurut Nursalam (2008), instrumen penelitian harus (1)
relevansi isi, yaitu isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian
(tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Pada
penelitian ini, peneliti telah berusaha menyesuaikan instrumen penelitian
dengan tujuan khusus penelitian. 2) Relevan sasaran subjek dan cara
pengukuran, yaitu Instrumen yang disusun harus dapat dipertimbangkan
kepada siapa pertanyaan-pertanyaan itu diberikan. Pada penelitian ini, peneliti
mengajukan instrumen penelitian kepada remaja-remaja yang berusia 10-18
tahun di Desa Sei Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
Kuesioner penelitian disusun sendiri oleh peneliti sehingga penting
dilakukan uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan alat ukur dapat mengukur secara konsisten sasaran yang akan
diukur. Realibilitas yang digunakan adalah reabilitas konsistensi internal
karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrumen hanya
sekali dengan bentuk instrumen kepada satu subjek studi dan apabila
digunakan berulang kali memberikan hasil yang sama. Dengan uji formula
Cronbach Alpha harus > 0,7 agar dianggap reliabel maka kuesioner ini layak
digunakan (Polit & Hungler, 2005).
Pengujian reliabilitas kuisioner gambaran pangetahuan dan sikap remaja
tentang bahaya rokok didesa Payagelih kecamatan sunggal Kabupaten Deli
Serdang dilakukan pada 10 orang remaja dengan kriteria responden yang
sama dan diambil dari luar sampel penelitian., hasil uji reliabilitas untuk
kuesioner gambaran pangetahuan dan sikap remaja tentang bahaya adalah
0,73 dengan demikian instrumen ini layak di gunakan.
6. Pengumpulan Data
Prosedur awal penelitian adalah dengan mengajukan permohonan izin
pelaksanaan penelitian pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,
kemudian izin diperoleh dikirimkan kepada Kepala Desa Sei Mencirim
Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli serdang.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara peneliti langsung mendatangi