• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Pac (Poli Aluminium Klorida) Terhadap Kualitas Air Limbah Domestik Yang Diolah Dengan Metode Elektrokoagulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan Pac (Poli Aluminium Klorida) Terhadap Kualitas Air Limbah Domestik Yang Diolah Dengan Metode Elektrokoagulasi"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN PAC ( POLI ALUMINIUM KLORIDA ) TERHADAP KUALITAS AIR LIMBAH DOMESTIK YANG

DIOLAH DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

SKRIPSI

ENGELLINA 050802023

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PENAMBAHAN PAC ( POLI ALUMINIUM KLORIDA ) TERHADAP KUALITAS AIR LIMBAH DOMESTIK YANG

DIOLAH DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

ENGELLINA 050802023

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PENAMBAHAN PAC ( POLI

ALUMINIUM KLORIDA ) TERHADAP

KUALITAS AIR LIMBAH DOMESTIK YANG

DIOLAH DENGAN METODE

ELEKTROKOAGULASI

Kategori : SKRIPSI

Nama : ENGELLINA

Nomor Induk Mahasiswa : 050802023

Program Studi : Sarjana (S1) KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

Disetujui di

Medan, Juli 2010

Komisi Pembimbing

Pembimbing II Pembimbing I

Drs. Ahmad Darwin Bangun, M.Sc Drs. Chairuddin, M.Sc

(4)

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua

DR. Rumondang Bulan, MS

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN PAC ( POLI ALUMINIUM KLORIDA ) TERHADAP KUALITAS AIR LIMBAH DOMESTIK YANG

DIOLAH DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa

kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

ENGELLINA

050802023

(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan

Maha Penyayang, dengan limpahan karunia – Nya sehingga skripsi ini berhasil

diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan.

Dengan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs.Chairuddin,M.Sc dan Bapak Drs.Ahmad Darwin Bangun,M.Sc selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk

membimbing dan mengarahkan serta memberikan motivasi kepada penulis

selama melakukan penelitian hingga penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof.Harlem Marpaung,M.Sc selaku Kepala Laboratorium Kimia Analitik

Departemen Kimia FMIPA-USU.

3. Ibu DR.Rumondang Bulan,MS dan Bapak Drs. Firman Sebayang,MS selaku

Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA-USU.

4. Bapak Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA-USU.

5. Bapak Drs.Adil Ginting,M.Sc selaku pembimbing akademik.

6. Bapak DR.Hamonangan Nainggolan,M.Sc yang telah memberikan saran – saran

kepada penulis.

7. Bapak Jamahir Gultom,Ph.D yang telah memberikan saran – saran kepada

penulis.

8. Bapak Marpaung selaku dosen Fakultas Pertanian yang telah memberikan

informasi dan saran kepada penulis.

9. Seluruh teman – teman mahasiswa kimia stambuk 2005 yang telah membantu

penulis selama kuliah dan penelitian khususnya Rahmawati,S.Si ; Sony,S.Si ;

Rianto Doloksaribu,S.Si dan Ermaiza,S.Si.

10. Abang/kakak stambuk 2004 khususnya Bang M.Fadli,S.Si ; Bang M.Ridwan,S.Si

dan Bang Ferdinand Hutabarat,S.Si yang memberikan informasi dan saran kepada

penulis.

11. Asisten laboratorium kimia analitik stambuk 2004, 2005, 2006 yang memberikan

informasi dan saran kepada penulis dan Asisten laboratorium Pusat Penelitian

USU khususnya Bang Lintong,S.Si yang telah banyak membantu dengan

(7)

Dan akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada keluargaku yang sangat

kukasihi dan kucintai : Ayahku Edy Susanto dan Ibuku Lidyawati yang telah banyak

membantu dengan dukungan doa, moral, dana kepada penulis ; Tanteku Kho Miau

Luan yang telah memberikan dukungan doa kepada penulis ; Adik – adik Darwin

Susanto dan Selviani yang memberikan dukungan doa kepada penulis ; Sahabat –

sahabatku Kartika Eberta,S.E dan Jenny,S.E yang memberikan dukungan doa,

saran/masukan serta sebagai tempat bertukar pikiran bagi penulis ; Pamanku

Dr.Chandra yang memberikan dukungan doa dan saran/masukan kepada penulis ;

Abangku Rusli yang memberikan dukungan doa, saran/masukan serta tempat bertukar

pikiran ; Guru-guruku Bu Djulianda ; Bu Kristina Simamora dan Bu Lily yang

memberikan dukungan doa kepada penulis serta Pak Tjok Tjin,S.Si ; Pak Sinardi

Halim,S.Si dan Pak Henry Nababan,S.Si yang memberikan informasi kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih melimpahkan berkat dan rahmatNya kepada kita

semua.

Medan, Juli 2010

Penulis

(8)

Engellina

(9)

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan PAC ( Poli Aluminium

Klorida) terhadap kualitas air limbah domestik yang diolah dengan metode

elektrokoagulasi. Dalam penelitian ini, poli aluminium bertindak sebagai koagulan.

Parameter yang diukur adalah pH dengan metode potensiometri , Total Padatan

Tersuspensi (TSS) dan Total Padatan Terlarut (TDS) dengan metode gravimetri,

Kekeruhan (turbiditas) dengan metode turbidimetri dan Nilai Permanganat dengan

metode permanganometri. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada parameter uji

pH untuk tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan penambahan PAC serta dengan

menggunakan metode elektrokoagulasi dan dengan penambahan PAC pada

penambahan 10-50 mL PAC sesuai dengan baku mutu air limbah domestik sedangkan

pada parameter uji TSS dengan menggunakan metode elektrokoagulasi dan dengan

penambahan PAC pada penambahan 70 mL PAC sesuai dengan baku mutu air limbah

(10)

ABSTRACT

The research of the influence added poly aluminium chloride (PAC) for quality on

domestic wastewater which its turn into using electrocoagulation method is done. Poly

Aluminium Chloride acts as coagulant. In this research the parameters are pH by

Potensiometric method, Total Suspended Solids (TSS) and Total Dissolved Solids

(TDS) by Gravimetric, Turbidity by Turbidimetric method and Permanganate Value

by Permanganometric method. From this research is known parameter of pH for

without electrocoagulation method and added PAC then using electrocoagulation

method and added PAC for 10-50 millimeter PAC agreed with standard domestic

wastewater whereas parameter of TSS for using electrocoagulation method and added

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 2

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Lokasi Penelitian 3

(12)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air 5

2.2 Limbah Rumah Tangga 5

2.3 Koloid 7

2.4 Koagulasi 7

2.5 Flokulasi 9

2.6 Sel Elektrokimia dengan Elektroda Aluminium 10

2.7 Poli Aluminium Klorida (PAC) 11

2.8 Elektrokoagulasi 12

2.8.1 Kelebihan Elektrokoagulasi 13

2.8.2 Kelemahan Elektrokoagulasi 14

2.9 pH atau Konsentrasi Hidrogen-Ion 14

2.10 Kekeruhan 15

2.11 Nilai Permanganat 17

2.12 Zat Padat Tersuspensi (TSS) 18

2.13 Zat Padat Terlarut (TDS) 19

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Alat 20

3.2 Bahan 21

3.3 Prosedur Penelitian 21

3.3.1 Penyediaan Reagen 22

1. Larutan Standar PAC 22

2. Larutan KMnO4 22

3. Larutan Asam Oksalat 22

4. Larutan Asam Sulfat 22

3.3.2 Rangkaian Alat 23

3.3.3 Metode Pengukuran 23

3.3.3.1 Tanpa Metode Elektrokoagulasi 23

1. pH 23

(13)

3. Nilai Permanganat 24

4. Turbiditas 24

3.3.3.2 Metode Elektrokoagulasi 24

3.4 Bagan Penelitian 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 26

4.2 Perhitungan 26

4.2.1 Penentuan pH 26

4.2.2 Penentuan Total Padatan Tersuspensi (TSS) 27

4.2.3 Penentuan Total Padatan Terlarut (TDS) 29

4.2.4 Penentuan Nilai Permanganat 31

4.2.5 Penentuan Turbiditas 32

4.3 Pembahasan 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 40

5.2 Saran 40

DAFTAR PUSTAKA 41

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pengolahan Air Limbah Domestik Tanpa Metode 43 Elektrokoagulasi dan Tanpa Penambahan PAC (Poli Aluminium Klorida)

Tabel 2 Baku Mutu Air Limbah Domestik Berdasarkan Keputusan 43 Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003

Tabel 3 Pengolahan Air Limbah Domestik Tanpa Metode 44 Elektrokoagulasi dan dengan Penambahan PAC (Poli Aluminium Klorida)

Tabel 4 Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Menggunakan Metode 45 Elektrokoagulasi dan Tanpa Penambahan PAC (Poli Aluminium Klorida)

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pengaruh Penambahan PAC (Poli Aluminium Klorida) 35 terhadap Persen Penurunan dari pH tanpa metode elektrokoagulasi

dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

Gambar 2 Pengaruh Penambahan PAC (Poli Aluminium Klorida) 36 terhadap Persen Penurunan dari TSS tanpa metode elektrokoagulasi

dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

Gambar 3 Pengaruh Penambahan PAC (Poli Aluminium Klorida) 37 terhadap Persen Penurunan dari TDS tanpa metode elektrokoagulasi

dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

Gambar 4 Pengaruh Penambahan PAC (Poli Aluminium Klorida) 38 terhadap Persen Penurunan dari Nilai Permanganat tanpa metode

elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

Gambar 5 Pengaruh Penambahan PAC (Poli Aluminium Klorida) 39 terhadap Persen Penurunan dari Turbiditas tanpa metode elektrokoagulasi

(16)

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan PAC ( Poli Aluminium

Klorida) terhadap kualitas air limbah domestik yang diolah dengan metode

elektrokoagulasi. Dalam penelitian ini, poli aluminium bertindak sebagai koagulan.

Parameter yang diukur adalah pH dengan metode potensiometri , Total Padatan

Tersuspensi (TSS) dan Total Padatan Terlarut (TDS) dengan metode gravimetri,

Kekeruhan (turbiditas) dengan metode turbidimetri dan Nilai Permanganat dengan

metode permanganometri. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada parameter uji

pH untuk tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan penambahan PAC serta dengan

menggunakan metode elektrokoagulasi dan dengan penambahan PAC pada

penambahan 10-50 mL PAC sesuai dengan baku mutu air limbah domestik sedangkan

pada parameter uji TSS dengan menggunakan metode elektrokoagulasi dan dengan

penambahan PAC pada penambahan 70 mL PAC sesuai dengan baku mutu air limbah

(17)

ABSTRACT

The research of the influence added poly aluminium chloride (PAC) for quality on

domestic wastewater which its turn into using electrocoagulation method is done. Poly

Aluminium Chloride acts as coagulant. In this research the parameters are pH by

Potensiometric method, Total Suspended Solids (TSS) and Total Dissolved Solids

(TDS) by Gravimetric, Turbidity by Turbidimetric method and Permanganate Value

by Permanganometric method. From this research is known parameter of pH for

without electrocoagulation method and added PAC then using electrocoagulation

method and added PAC for 10-50 millimeter PAC agreed with standard domestic

wastewater whereas parameter of TSS for using electrocoagulation method and added

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Air limbah yang harus dibuang dari suatu daerah pemukiman terdiri dari : (1) air

limbah rumah tangga (yang juga disebut saniter), yaitu air limbah dari daerah

perumahan serta sarana – sarana komersial, institusional dan yang serupa dengan itu;

(2) air limbah industri yaitu bila bahan – bahan buangan industri merupakan bagian

terbesar; (3) air resapan/aliran masuk yaitu air dari luar yang masuk ke dalam sistem

pembuangan dengan berbagai cara, serta air hujan yang tercurah dari sumber – sumber

seperti talang dan drainasi pondasi; dan (4) air hujan yaitu hasil dari aliran curah

hujan. (Mahida,Linsley.R. 1991).

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,

cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. (Putra,Y., 2004).

Kotoran-kotoran itu merupakan campuran yang rumit dari zat-zat bahan mineral dan

organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan kecil benda padat,

sisa-sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk koloid dan

setengah koloid. (Mahida,U.N., 1984).

Satu meter kubik air limbah domestik kira-kira beratnya 1.000.000 gr dimana

mengandung 500 gram zat padat. Satu setengah zat padat menjadi zat padat terlarut

seperti kalsium, kalium, dan senyawa organik yang larut.

(Davis, M. L. and Cornwell, D. A., 2008).

Pada umumnya urutan proses dalam teknologi pengolahan limbah domestik

terdiri dari proses penyaringan, pengendapan, netralisasi, aerasi, filtrasi dan

(19)

metode biologi. Kalau pengendapan dengan sistem fisika tidak berlangsung dengan

baik, maka pengendapan dapat dilanjutkan dengan proses kimia atau proses biologi.

Air limbah mengakibatkan badan penerima menjadi kotor dan senyawa –

senyawa pencemar yang terkandung membahayakan terhadap lingkungan. Senyawa -

senyawa yang terkandung dalam limbah bila melebihi kadar yang ditentukan

menyebabkan air tidak dapat dipergunakan untuk keperluan sebagaimana mestinya.

(Ginting,P., 2007).

Penelitian mengenai metode elektrokoagulasi telah dilakukan diantaranya

Sunardi (2007) telah meneliti pengaruh tegangan listrik dan kecepatan alir terhadap

hasil pengolahan limbah cair yang mengandung logam Pb, Cd dan TSS menggunakan

alat elektrokoagulasi, Purwaningsih (2008) telah meneliti pengolahan limbah cair

industri batik CV. Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta dengan metode

elektrokoagulasi ditinjau dari parameter chemical oxygen demand (COD) dan warna,

Ni’am (2007) telah meneliti penurunan COD dan kekeruhan untuk membuktikan

kualitas air limbah menggunakan teknik elektrokoagulasi, dan sebagainya. Perlakuan

air secara kimia melalui proses flokulan dan koagulan dapat digunakan untuk

memisahkan suspensi padatan agar air menjadi jernih. Bahan-bahan kimia yang selalu

digunakan untuk perlakuan air adalah poli aluminium klorida (PAC), aluminium

sulfat, tawas, ferri klorida dan kitosan. (Alaerts, G. dan Santika, S. S., 1987).

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengolah limbah domestik dengan

penambahan PAC (poli aluminium klorida) melalui proses elektrokoagulasi menjadi

air minum yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.

1.2Permasalahan

Banyaknya limbah domestik yang mengganggu lingkungan terutama pada penduduk

di sekitar alamat Jl. R.A. Hakim gang Tanjung Medan.

(20)

1. Sampel limbah domestik yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari air

parit buangan rumah tangga di alamat Jl. R.A. Hakim gang Tanjung Medan.

2. Sampel limbah domestik diberikan perlakuan yaitu tanpa menggunakan metode

elektrokoagulasi dan menggunakan metode elektrokoagulasi.

3. Parameter yang dianalisa adalah pH, TSS (Total Suspended Solids), TDS (Total

Dissolved Solids), turbiditas dan nilai permanganat.

1.4Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan PAC (Poli Aluminium Klorida) pada

kualitas air limbah domestik yang diolah tanpa metode elektrokoagulasi dan

dengan menggunakan metode elektrokoagulasi.

2. Membandingkan kualitas air limbah domestik agar sesuai baku mutu air limbah

domestik.

1.5Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi limbah domestik

menjadi bahan baku air untuk air minum serta menjadi sumber penanganan baru yang

dapat diketahui oleh masyarakat luas.

1.6Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

(21)

Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan sebagai berikut :

1. Air limbah domestik diambil pada pagi hari dan diberi perlakuan dengan variasi

penambahan 10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL, 50 mL, 60 mL dan 70 mL PAC 1000

ppm tanpa menggunakan metode elektrokoagulasi dan menggunakan metode

elektrokoagulasi.

2. Elektroda yang digunakan adalah elektroda Aluminium dan dielektrokoagulasi

selama 60 menit.

3. Analisa pH ditentukan dengan pH meter.

4. Analisa turbiditas ditentukan dengan turbidimeter.

5. Analisa TSS dan TDS ditentukan dengan metode gravimetri..

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan. Semua makhluk hidup

memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan. Demikian pula manusia tak dapat

hidup tanpa air. Kebutuhan air kita menyangkut dua hal. Pertama, air untuk kehidupan

kita sebagai makhluk hayati dan kedua, air untuk kehidupan kita sebagai manusia

yang berbudaya. Tubuh kita sebagian besar terdiri atas air. Proses kimia yang terjadi

dalam tubuh kita yaitu yang disebut metabolisme, berlangsung dalam medium air.

Molekul air juga ikut dalam banyak reaksi kimia metabolisme. Air merupakan alat

untuk mengangkut zat dari bagian tubuh yang satu ke bagian lain. Misalnya darah

yang sebagian besar terdiri atas air, mengalir ke seluruh bagian tubuh dan membawa

oksigen yang terikat pada sel darah merah ke semua sel dalam tubuh. Air juga

diperlukan untuk mengatur suhu tubuh. (Mahida,U.N., 1993).

2.2 Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian,

limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan

buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air

limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya.

(Putra,Y., 2004). Satu meter kubik air limbah domestik kira-kira beratnya 1.000.000

gr dimana mengandung 500 gram zat padat. Satu setengah zat padat menjadi zat padat

terlarut seperti kalsium, kalium, dan senyawa organik yang larut. Ada 250 gram lagi

(23)

akan ditempatkan dalam fraksi cair selama 30 menit dibawah kondisi diam. Sisa 125

gram akan tinggal dalam bentuk suspensi dalam waktu yang lama.

(Davis, M. L. and Cornwell, D. A., 2008).

Pengelolaan Limbah Rumah Tangga

Dalam dunia arsitektur ada metode yang bisa diterapkan dalam merencanakan

pengolahan limbah rumah tangga yaitu dengan :

1. Membuat saluran air kotor

2. Membuat bak peresapan

3. Membuat tempat pembuangan sampah sementara

Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai

berikut:

1) Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air

dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.

2) Tidak mengotori permukaan tanah.

3) Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.

4) Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.

5) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.

6) Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan

murah.

7) Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.

Limbah pada konsentrasi tertentu dengan melewati batas yang ditetapkan akan

menimbulkan pencemaran atau lebih tepat disebutkan akan mempengaruhi kondisi

lingkungan. Pada umumnya urutan proses dalam teknologi pengolahan limbah

domestik terdiri dari proses penyaringan, pengendapan, netralisasi, aerasi, filtrasi dan

penghancuran. Proses ini dapat dilakukan pada metode fisika, metode kimia maupun

metode biologi. Kalau pengendapan dengan sistem fisika tidak berlangsung dengan

baik, maka pengendapan dapat dilanjutkan dengan proses kimia atau proses biologi.

Penangkapan dapat dilakukan dengan metode fisika tapi dapat juga dilakukan dengan

elektrolisa. Penghancuran dapat dilakukan dengan klorinasi dan juga dapat dilakukan

(24)

Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan

pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan.

Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi

dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk

membersihkan saja. (Putra,Y., 2004). Penyaringan, pemompaan, pengukuran aliran,

dan penghilangan pasir adalah langkah pertama yang umum dilaksanakan dalam

proses air limbah perkotaan. Koagulasi secara kimiawi dimasukkan untuk

menghilangkan kenaikan pengendapan pertama. (Hammer, M. J., 1996).

2.3Koloid

Koloid merupakan suatu sistem dispersi karena terdiri dari dua fasa yaitu fasa

terdispersi (fasa yang tersebar halus) yang kontinyu dan fasa pendispersi yang

diskontinyu. Fasa terdispersi umumnya memiliki jumlah yang lebih kecil atau mirip

dengan zat terlarut dan fasa pendispersi jumlahnya lebih besar atau mirip pelarut pada

suatu larutan. Koloid memiliki diameter partikel antara 1 nm – 100 nm.

(Myers, D., 2006).

2.4Koagulasi

Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel – partikel koloid. Partikel – partikel

tersebut membentuk lapisan secara kimia yang kemudian diikuti dengan flokulasi. Zat

– zat kimia yang digunakan untuk mendestabilkan partikel koloid disebut dengan

koagulan. Koagulan yang paling umum dan paling sering digunakan adalah alum

(aluminium sulfat) dan garam – garam besi. Karakteristik dari kation multivalensi

adalah mempunyai kemampuan menarik koagulan ke muatan partikel koloid.

(Proste, R.L., 1997).

Di dalam pengolahan air, proses koagulasi digunakan

untuk pembentukan agregat dari suspensi yang tidak stabil menjadi stabil. Ketika

(25)

gerombolannya akan terbentuk dengan laju yang cepat dari partikel individunya

karena diameter yang lebih besar. Hal ini benar meskipun perbedaan massa jenisnya

telah menurun akibat air yang terperangkap di antara partikel. Penggumpalan bersama

partikel – partikel kecil untuk membentuk partikel yang lebih besar disebut koagulasi.

(Mihali, C., 2008).

Dua partikel kecil yang saling berinteraksi satu sama

lain umumnya akan saling menempel. Gerak Brown menyatakan bahwa pergerakan

molekul dari partikel mikroskopis memastikan bahwa partikel akan saling

bertumbukan dan akhirnya gerombolan partikel akan terbentuk dan terdiam secara

perlahan – lahan.

(Dean, B.R., 1981).

Proses Koagulasi

Destabilisasi partikel koloid dikontrol oleh repulsi lapisan rangkap listrik dan antar

aksi Van der Walls. Empat metode yang digunakan untuk menggambarkan proses ini

adalah penekanan lapisan rangkap listrik (double layer), netralisasi muatan,

penjaringan partikel dalam endapan, dan pembentukan jembatan antar partikel. Ketika

konsentrasi dari ion pusat di dalam medium dispersi adalah kecil, ketebalan lapisan

rangkap listrik adalah besar. Dua partikel koloid yang berdekatan tidak bisa

bersatu-satu dengan yang lain disebabkan adanya lapisan rangkap listrik yang tebal, oleh

karena itu koloidnya stabil. Namun ketika konsentrasi ditingkatkan, kuatnya tarikan di

antara muatan pertama dan ion pusatnya ditingkatkan sehingga menyebabkan lapisan

rangkapnya berkurang. Lapisan ini kemudian ditekan secukupnya dengan dilanjutkan

penambahan ion pusat.

Muatan koloid dapat dinetralkan secara langsung

dengan penambahan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan yang mempunyai

kemampuan mengadsobsi permukaan koloid. Karakteristik beberapa kation dari

garam-garam logam seperti Al(III) dan Fe(III) adalah membentuk endapan ketika

ditambahkan ke dalam air. Untuk endapan yang terjadi ini, partikel koloid mengalami

nukleasi yaitu pembungkusan koloid sehingga membentuk endapan. Jika beberapa

(26)

langsung. Metode yang terakhir adalah pembentukan jembatan antar partikel. Sebuah

jembatan molekul akan mengikat sebuah partikel koloid pada daerah yang aktif dan

partikel koloid kedua pada daerah yang lain. Sisi yang aktif menunjukkan molekul

dimana partikelnya diikat dengan ikatan kimia dari koloid yang terjadi sehingga

menyebabkan diikatnya koloid sehingga terjadi proses koagulasi (Sincero, 1990).

2.5 Flokulasi

Flokulasi adalah penggabungan dari partikel – partikel hasil koagulasi menjadi

partikel yang lebih besar dan mempunyai kecepatan mengendap yang lebih besar,

dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti flokulasi

yaitu penggumpulan koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang mudah

terendapkan atau transportasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar partikel dapat

terjadi. (Sutrisno, 1987).

Proses Flokulasi

Terdapat 3(tiga) tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu tahap

pembentukan inti endapan, tahap flokulasi, dan tahap pemisahan flok dengan cairan.

1. Tahap Pembentukan Inti Endapan

Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi

untuk penggabungan antara koagulan dengan polutan yang ada dalam air limbah. Agar

penggabungan dapat berlangsung diperlukan pengadukan dan pengaturan pH limbah.

Pengadukan dilakukan pada kecepatan 60 s/d 100 rpm selama 1 s/d 3 menit;

pengaturan pH tergantung dari jenis koagulan yang digunakan, misalnya untuk

Alum

pH 6 s/d 8

Fero Sulfat pH 8 s/d 11

Feri Sulfat pH 5 s/d 9

PAC

pH 6 s/d 9

(27)

Pada tahap ini terjadi penggabungan inti endapan

sehingga menjadi molekul yang lebih besar, pada tahap ini dilakukan pengadukan

lambat dengan kecepatan 40 s/d 50 rpm selama 15 s/d 30 menit. Untuk mempercepat

terbentuknya flok dapat ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit. Polielektrolit

digunakan secara luas, baik untuk pengolahan air proses maupun untuk pengolahan air

limbah industri. Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu non ionik, kationik

dan anionik; biasanya bersifat larut air. Sifat yang menguntungkan dari penggunaan

polielektrolit adalah volume lumpur yang terbentuk relatif lebih kecil, mempunyai

kemampuan untuk menghilangkan warna, dan efisien untuk proses pemisahan air dari

lumpur (dewatering).

3. Tahap Pemisahan Flok dengan Cairan

Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan

dengan cairannya, yaitu dengan cara pengendapan atau pengapungan. Bila flok yang

terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan, maka dapat digunakan alat klarifier,

sedangkan bila flok yang terjadi diapungkan dengan menggunakan gelembung udara,

maka flok dapat diambil dengan menggunakan skimmer.

2.6 Sel Elektrokimia dengan Elektroda Aluminium

Reaksi pada Katoda

Reaksi pada katoda adalah reduksi terhadap kation. Jadi yang diperhatikan hanya

kation saja.

1. Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, ion-ion logam alkali tanah, ion

logam Al3+ dan ion Mg2+, maka ion-ion logam ini tidak dapat direduksi dari

larutan. Yang akan mengalami reduksi adalah pelarut (air), dan terbentuk gas

Hidrogen (H2) pada katoda.

2 H2O + 2e 2OH- + H2

2. Jika larutan mengandung asam, maka ion H+ dari asam akan direduksi menjadi gas

hidrogen pada katoda.

(28)

3. Jika larutan mengandung ion-ion lain, maka ion-ion logam ini akan direduksi

menjadi masing-masing logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan pada

permukaan batang katoda

Fe2+ + 2e Fe

Mn2+ + 2e Mn

Reaksi pada Anoda

Elektroda pada anoda, elektrodanya diketahui dioksidasi (bereaksi) diubah menjadi

ionnya.

Contoh : Al Al3+ + 3e

Zn Zn2+ + 2e

Dalam sistem elektrokimia dengan anoda terbuat dari aluminium, beberapa

kemungkinan reaksi elektroda dapat terjadi sebagai berikut :

Anoda : Al Al3+ + 3e

Katoda : 2 H2O + 2e

H2 + 2OH

2 H+ + 2e

H2

O2 + 4H+ + 4e

2H2O

2.7 Poli Aluminium Klorida (PAC)

Poli aluminium klorida sering disingkat dengan PAC. PAC merupakan garam yang

dibentuk oleh aluminium-aluminium klorida yang khusus digunakan untuk

memberikan daya koagulasi dan flokulasi (penggumpalan dan pemadatan

penggumpalan) yang lebih besar dibandingkan dengan garam-garam aluminium dan

besi lainnya. (Gregory et al, 2001). Poli aluminium klorida

mengumpalkan zat-zat yang tersuspensi atau secara koloidal tersuspensi dalam air

membentuk flok-flok yang mengendap dengan cepat. PAC secara umum dirumuskan

dengan : Aln(OH)mCl(3m-n). Dalam air akan menjadi :

2 Al(OH)Cl2 (s) + 4 H2O (l) 2 Al(OH)3

(29)

Putih

PAC baik digunakan dalam pengolahan air, air sungai

maupun air limbah industri yang dapat mengoptimalkan pemisahan limbah padat dari

suspensinya. PAC bekerja dengan jangkauan pH yang lebih luas dibandingkan dengan

koagulan lainnya. Adapun keunggulan PAC dibandingkan dengan koagulan lainnya

adalah sebagai berikut (Anonimous I, 2007) :

a. aplikasinya luas dan cocok dengan kebanyakan jenis air

b. walaupun pada suhu rendah dapat diendapkan dengan baik

c. derajat kebasaannya lebih tinggi daripada garam-garam aluminium dan besi, dan

efek korosinya sedikit

d. keefektifan PAC biasanya adalah pada interval pH 6-9

e. membentuk flok dengan diameter yang lebih besar sehingga mempercepat proses

pengendapan

f. tidak mengakibatkan degradasi pH yang drastis sehingga dapat mengurangi

pemakaian alkali

g. memiliki kemampuan proses koagulasi yang tidak dipengaruhi oleh suhu

h. berbagai bahan kimia baik senyawa organik maupun anorganik biasanya

dibutuhkan coagulant aids (katalisator penggumpalan), tetapi untuk PAC biasanya

tidak membutuhkan itu (Klimiuk,E., 1999).

2.8 Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi adalah suatu proses teknologi elektrokimia yang populer untuk

digunakan pada pengolahan air limbah. Proses elektrokoagulasi disusun meliputi

proses equalisasi, elektrokimia, sedimentasi dan proses filtrasi. Proses equalisasi

dimaksudkan untuk menyeragamkan limbah cair yang akan diolah terutama kondisi

pH, pada tahap ini tidak terjadi reaksi kimia. Pada proses elektrokimia akan terjadi

pelepasan Al3+ dari plat elektroda ( anoda ) sehingga membentuk flok Al(OH)3 yang

mampu mengikat kontaminan dan partikel-partikel dalam limbah. Proses

(30)

penghantar arus listrik searah yang disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan

limbah sebagai elektrolit. Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda

dan dialiri arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala

dekomposisi elektrolit, yaitu ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima

elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan

elektron yang dioksidasi. (Sunardi, 2007).

Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai “Elektrolisis

Gelombang Pendek”. Elektrokoagulasi merupakan suatu proses yang melewatkan arus

listrik ke dalam air. Itu dapat digunakan menjadi sebuah uji nyata dengan proses yang

sangat efektif untuk pemindahan bahan pengkontaminasi di dalam air. Proses ini dapat

mengurangi lebih dari 99% kation logam berat. Pada dasarnya sebuah elektroda logam

akan teroksidasi dari logam (M) menjadi kation (Mn+). Selanjutnya, air akan direduksi

menjadi gas hidrogen dan ion hidroksil (OH-). Elektrokoagulasi ini dikenal sebagai

reaksi in situ kation logam. Interaksi yang terjadi di dalam larutan :

1. Migrasi menuju muatan elektroda yang berlawanan (elektroporesis) dan netralisasi

muatan.

2. Kation atau ion hidroksil membentuk sebuah endapan dengan pengotor.

3. Interaksi kation logam dengan OH- membentuk sebuah hidroksida, dengan sifat

adsorpsi yang tinggi selanjutnya berikatan dengan pollutan (bridge coagulation)

4. Oksidasi pollutan sehingga sifat toksiknya berkurang. (Holt,P., 2006).

2.8.1 Kelebihan Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi dalam pengolohan limbah sudah dilakukan sejak ratusan

tahun yang lalu, tetapi nanti abad 20 ini telah ditemukan berbagai pengembangan

teknologi tentang elektrokoagulasi, berikut ini kelebihan dari elektrokoagulasi :

1. Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah untuk dioperasikan.

2. Flok yang dihasilkan elektrokoagulasi ini sama dengan flok yang dihasilkan

koagulasi biasa.

3. Keuntungan dari elektrokoagulasi ini lebih cepat mereduksi kandungan

(31)

air akan mempercepat pergerakan mereka didalam air dengan demikian akan

memudahkan proses.

4. Gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini dapat

membawa polutan ke atas air sehingga dapat dengan mudah dihilangkan.

5. Dapat memberikan efisiensi proses yang cukup tinggi untuk berbagai kondisi,

dikarenakan tidak dipengaruhi temperatur.

6. Tidak diperlukan pengaturan pH.

7. Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan.

2.8.2 Kelemahan Elektrokoagulasi

Ada beberapa kekurangan elektrokoagulasi ini, berikut ini kekurangan dari

proses elektrokoagulasi :

1. Tidak dapat digunakan untuk mengolah limbah cair yang mempunyai sifat

elektrolit cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar

elektroda.

2. Besarnya reduksi logam berat dalam limbah cair dipengaruhi oleh besar kecilnya

arus voltase listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak elektroda

dan jarak antar elektroda.

3. Penggunaan listrik yang mungkin mahal.

4. Batangan anoda yang mudah mengalami korosi sehingga harus selalu diganti.

(Purwaningsih, I., 2008).

2.9 pH atau Konsentrasi Hidrogen - Ion

pH menyatakan intensitas kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan

mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. pH tidak mengukur seluruh kemasaman atau

seluruh alkalinitas; suatu metode titrasi (penurunan kadar) yang dibutuhkan untuk

memperkirakan jumlah yang sebenarnya daripada keasaman atau alkali yang ada.

Larutan – larutan netral mempunyai pH = 7, asam mempunyai pH kurang dari 7

(32)

daripada 7. Air limbah domestik yang normal biasanya mengandung sedikit alkali.

(Mahida, U. N., 1984).

Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau

besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Air normal yang memenuhi syarat

untuk suatu kehidupan mempunyai pH antara 6,5 - 7,5. Air limbah industri belum

terolah yang dibuang langsung ke sungai akan mengubah pH air yang dapat

mengganggu kehidupan organisme di dalam sungai. Kondisi ini akan semakin parah

jika daya dukung lingkungan rendah seperti debit sungai yang kecil. (Sunu,P., 2001).

Aktivitas biologik dapat mengubah pH dari unit

penanganan. Contoh-contoh reaksi biologik yang dapat menyebabkan kenaikan pH

adalah fotosintesis, denitrifikasi, pemecahan nitrogen organik dan reduksi sulfat.

Contoh reaksi biologik yang dapat menyebabkan penurunan pH adalah oksidasi sulfat,

nitrifikasi, oksidasi karbon organik. Perubahan relatif dalam pH akan mempengaruhi

kapasitas penyangga dari cairan dan jumlah substrat yang digunakan oleh

mikroorganisme. Proses penanganan biologik konvensional tidak dapat bekerja

dengan baik di luar daerah pH 6,5 – 8,5 dan sifat asam atau alkali harus dimodifikasi

dengan cara tertentu seperti dengan pengenceran, netralisasi dan pengendalian proses

reaksi biologik. Air limbah yang mengandung konsentrasi asam organik yang cukup

banyak sering mempunyai pH yang rendah dan dapat diatasi secara efektif dengan

menyesuaikan laju penghilangan dengan laju input massa dari asam. (Laksmi, B.S.,

1993).

2.10 Kekeruhan

Pengeruhan terjadi disebabkan oleh adanya zat – zat koloid yaitu zat yang terapung

serta terurai secara halus sekali. Hal itu disebabkan pula oleh kehadiran zat organik

yang terurai secar halus, jasad – jasad renik, lumpur, tanah liat dan zat koloid yang

serupa atau benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. Pengeruhan atau

tingkat kelainan adalah sifat fisik yang lain dan unik daripada limbah dan meskipun

(33)

terapung, sebagai aturan umum dapat dipakai bahwa semakin luar biasa kekeruhan

semakin kuat limbah itu. Air cucian di jalanan juga menambah/menghasilkan

kekelaman. Kekeruhan diukur dalam bagian – bagian per sejuta dalam ukuran berat

atau dengan miligram per liter, namun ukuran – ukuran demikian itu umumnya

terbatas pada air dan hanya kadang – kadang dibuat untuk limbah dan selokan.

(Mahida, U.N., 1984).

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang

ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan –

bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik

dan bahan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus).

Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai

padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga akan semakin tinggi. Akan tetapi, tingginya

padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Kekeruhan

dinyatakan dalam satuan unit turbiditas, yang setara dengan 1 mg/L SiO2. Peralatan

yang digunakan untuk mengukur kekeruhan yaitu Jackson Candler Turbidimeter yang

dikalibrasi menggunakan silika. Satu unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter

dinyatakan dengan 1 JTU. Pengukurannya bersifat visual, yaitu membandingkan air

sampel dengan air standar. Metode lain mengukur kekeruhan yaitu Nephelometri

dengan satuan NTU. Konversi antara NTU dan JTU yaitu 40 NTU setara dengan 40

JTU. (Gandjar, G.I., 2007).

Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan,

yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap

intensitas cahaya yang datang; pengukuran perbandingan cahaya yang diteruskan

terhadap cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman di mana

cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh. Instrumen pengukur

perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas

diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan

larutan standar. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas

berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung juga

pada warna. Prinsip spektroskopi absorpsi dapat digunakan pada turbidimeter dan

(34)

sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur.

Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedang

akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrumen

spektroskopi absorpsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedang nefelometer

memerlukan reseptor pada sudut 90° terhadap lintasan cahaya. (Khopkar,S.M., 2003).

Turbiditas dalam air diukur dengan efek partikel

suspensi dalam sinar lampu. Kesimpulan cahaya metoda analitis diklasifikasikan

sebagai nefelometri, dan satu sistem pengukuran turbiditas menggunakan

Nephelometric Turbidity Units (NTU). Metoda original nefelometri digunakan

sebagai standar lilin, memberikan hasil dalam Jackson Turbidity Units (JTU),

dinamakan untuk orang yang mengembangkan standar lilin. Standar turbiditas

disiapkan dengan formazin untuk menentukan perbandingan pipa yang memberikan

kenaikan ketiga unit turbiditas, FTU. JTU diukur dengan transmisi sinar lampu,

sedangkan NTU diukur dengan lampu yang dihamburkan, jadi tidak ada perbandingan

di antara kedua unit yang berlaku untuk semua air. (Kemmer,F.N., 1979).

2.11 Nilai Permanganat

Kebutuhan oksigen kimiawi didefinisikan sebagai jumlah oksigen dalam bentuk ion

pengoksidasi yang dikonsumsi oleh senyawa – senyawa organik dalam air. Derajat

oksidasi tergantung pada tipe dari substansi, pH, temperatur, waktu reaksi dan

konsentrasi dari ion pengoksidasi. Kalium permanganat telah lama digunakan sebagai

ion pengoksidasi untuk menentukan senyawa organik dalam air dan limbah. Adapun

metode ini terutama digunakan pada permukaan air yang telah dicemari atau air

minum, dimana hasilnya digunakan hanya untuk orientasi. Pengukuran ini terutama

ditunjukkan dalam larutan asam yang mana ion permanganat direduksi menjadi Mn

(II).

MnO4- + 8 H+ + 5e-

(35)

Nilai kebutuhan oksigen kimiawi semakin akurat disebabkan oleh oksidasi kalium

dikromat dalam larutan asam kuat.

Cr2O72- + 14 H+ + 6e-

2 Cr3+ + 4 H2O

Metode ini digunakan untuk menentukan kebutuhan oksigen kimiawi pada semua

jenis air dan air limbah. Dengan sedikit pengecualian semua senyawa – senyawa

organik hampir dioksidasi dengan sempurna. Konsentrasi (mg/L O2) dari 10 – 15

mg/L secara normal dapat diukur. Metode ini dapat dimodifikasi untuk konsentrasi

yang lebih kecil. Untuk interpretasi dari hasil – hasil sangat penting untuk diketahui

bahwa nilai kebutuhan oksigen kimiawi tidak dapat secara langsung dikonversikan

kepada pengukuran jumlah senyawa organik yang ada, dimana komposisi

kuantitasnya tidak diketahui. Senyawa – senyawa yang berbeda membutuhkan jumlah

yang berbeda dari ion pengoksidasi untuk oksidasi yang sempurna.

(Rump, H.H dan Krist, H., 1992).

Uji coba selama tiga menit menentukan kebutuhan

langsung oksigen dari contoh disebabkan oleh zat anorganik yang dapat dioksidasi

maupun zat organik yang telah dioksidasi oleh potassium permanganat. Uji coba ini

dengan cepat menunjukkan kebutuhan langsung oksigen yang disebabkan oleh zat –

zat anorganik yang dapat dioksidasi seperti nitrit, sulfida, sulfit dan sebagainya,

maupun oleh zat – zat organik yang dapat dioksidasi dengan mudah. Daya guna

daripada uji coba selama tiga menit ini akan menunjukkan adanya zat – zat yang

mudah dioksidasi. Uji coba permanganat selama empat jam merupakan uji coba

kimiawi murni dan mengukur jumlah zat pencemar yang dioksidasi secara kimiawi

oleh potassium permanganat. Uji coba permanganat menunjukkan jumlah yang

sesungguhnya daripada kotoran – kotoran organik di dalam suatu contoh; BOD adalah

suatu petunjuk mengenai kemudahan relatif yang berlangsung sejalan dengan oksidasi

secara biokimiawi.

Suatu selokan akhir yang baik yang berasal dari suatu

instalasi pembenahan aerobik seharusnya tidak melebihi 15 mg/L seperti nilai uji coba

permanganat selama empat jam. Apabila beberapa sampah perdagangan terdapat

(36)

air sungai, nilai uji coba selama empat jamnya secara umum tidak boleh melebihi 5

mg/L. Tidak ada ikan yang tahan hidup dalam aliran – aliran apabila permanganat

naik melebihi 10 mg/L.

(Mahida, U.N., 1984).

2.12 Zat Padat Tersuspensi (TSS)

Zat tersuspensi yang halus dalam air alam biasanya organik alami mewakili zat

koloid dimana flokulasi dibawah pengaruh bakteri dan protozoa. Zat tersuspensi

inorganik terutama dibatasi menjadi zat silika yang terbentuk dari pengikisan mineral

tanah. Sebagai contoh sampel TSS dikontrol dengan filter penyerap. Satu metoda yang

direkomendasikan adalah untuk menyaring melalui alas ukur percobaan Gooch. Satu

kegunaan yang berlainan bentuk Hartley dari corong Buchner dan serat kaca kertas

saring. Bagaimanapun, maksudnya untuk mampu menyaring melalui kaca ukur kertas

saring dalam corong dan mudah dicuci dengan air destilasi atau air tanpa ion. Residu

dikeringkan untuk ukur konstanta dan kemudian ditimbang. Kertas serat kaca

digunakan sejak kandungan air dapat diabaikan dan kertas kering tidak dapat berubah

selama penimbangan, berbeda dengan kertas saring biasanya. Kertas kaca

mengandung sejumlah kecil zat organik, tetapi dapat mengurangi tingkat yang tidak

berarti dengan pencucian terlebih dahulu. Informasi lebih lanjut tentang faktor yang

mempengaruhi penentuan zat padat tersuspensi dapat berlaku dari Crane dan Dewey

(1980).

2.13 Zat Padat Terlarut (TDS)

Itu sering tepat untuk menentukan zat padat terlarut dalam sisa penyaringan dari

(37)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Alat

- Gelas beaker Pyrex

- Labu takar Pyrex

- Erlenmeyer Pyrex

- Map pipet Western Germany

- Buret Pyrex

- Corong Pyrex

- Gelas ukur Pyrex

- pH meter HANNA

- Adaptor SUPER

- Turbidimeter DRT 100 B

- Oven Fisher Scientific

- Desikator Pyrex

- Neraca analitis Mettler

- Termometer Fisher

- Hot plate

- Statif dan klem

- Kuvet Pyrex

(38)

3.2Bahan

- Limbah domestik

- Akuades

- Larutan Formazine p.a (E.Merck)

- PAC (Poli Aluminium Klorida) p.a (E.Merck)

- KMnO4 p.a (E.Merck)

- Asam Oksalat p.a (E.Merck)

- H2SO4(p) p.a (E.Merck)

- Larutan buffer pH 7 p.a (E.Merck)

- Larutan buffer pH 4 p.a (E. Merck)

- Lempengan Aluminium

- Kertas saring Whatman No. 42

- Bola karet

- Kabel tembaga

3.3 Prosedur Penelitian

Metode pengambilan sampel dan perlakuan terhadap sampel

Sampel diambil dan ditampung dalam botol AQUA tanpa adanya gelembung udara.

Sebanyak 100 mL air limbah domestik dibagi menjadi 2 bagian yaitu tanpa metode

elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi dimana masing –

masing metode ditambahkan 10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL, 50 mL, 60 mL dan 70 mL

PAC. Dengan menggunakan metode elektrokoagulasi, air limbah domestik

dielektrokoagulasi selama 60 menit. Kemudian masing – masing metode dianalisa pH,

(39)

3.3.1 Penyediaan Reagen

1. Larutan Standar PAC (Poli Aluminium Klorida) 1000 mg/L

Sebanyak 1,00 gram PAC (Poli Aluminium Klorida) dilarutkan dalam labu takar 1000

mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda.

2. Larutan KMnO4 0,10 N

Sebanyak 3,16 gram KMnO4 dilarutkan dalam labu takar 1000 mL lalu disimpan

dalam botol gelap selama beberapa hari. (SNI 06-6989.22-2004).

Larutan KMnO4 0,01 N

Sebanyak 10 mL KMnO4 0,10 N dipipet ke dalam labu takar 100 mL lalu diencerkan

dengan akuades sampai garis batas. (SNI 06-6989.22-2004).

3. Larutan Asam Oksalat 0,10 N

Sebanyak 6,3020 gram (COOH)2.2H2O dalam labu takar 1000 mL lalu diencerkan

dengan akuades sampai garis batas. (SNI 06-6989.22-2004).

Larutan Asam Oksalat 0,01 N

Sebanyak 10 mL larutan asam oksalat 0,10 N dimasukkan ke dalam labu takar 100

mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis batas. (SNI 06-6989.22-2004).

4. Larutan Asam Sulfat 8 N

Sebanyak 22 mL H2SO4 pekat dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam labu takar

(40)

3.3.2 Rangkaian Alat

Adaptor tegangan sebesar 12 Volt dan kuat arus sebesar 15 A dihubungkan elektroda

Aluminium dengan ketebalan 0,8 mm, panjang 5 cm, dan lebar 2 cm dengan

menggunakan kabel tembaga. Elektroda Aluminium siap dicelupkan ke dalam sampel.

3.3.3 Metode Pengukuran

3.3.3.1Tanpa Metode Elektrokoagulasi

1. pH

Sebanyak 100 mL limbah domestik dimasukkan ke dalam gelas beaker 250 mL. pH

meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 7/ larutan buffer pH 4 dan pH sampel

diukur dengan menggunakan pH meter terkalibrasi tersebut sebanyak 3 kali.

Perlakuan yang sama dilakukan terhadap penambahan 10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL,

50 mL, 60 mL dan 70 mL PAC.

2. Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Total Padatan Terlarut (TDS)

Sebanyak 100 mL limbah domestik disaring menggunakan kertas saring Whatman

no.42 dan ditampung di dalam gelas beaker 250 mL dimana terlebih dahulu diukur

massa kertas saring Whatman no.42 dan gelas beaker 250 mL menggunakan neraca

analitis. Setelah itu, kertas saring Whatman no.42 dikeringkan di dalam oven sampai

suhu ± 105°C dan dimasukkan ke dalam desikator, kemudian diukur massa kertas saring yang diukur sebagai total padatan tersuspensi dan gelas beaker 250 mL yang

berisi larutan sampel limbah domestik diuapkan di atas hot plate sampai air menguap,

kemudian dimasukkan di dalam oven sampai suhu ± 105°C. Setelah itu, gelas beaker 250 mL dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang massanya dengan

menggunakan neraca analitis yang diukur sebagai total padatan terlarut dalam air.

(41)

penambahan 10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL, 50 mL, 60 mL dan 70 mL PAC.

(Greenberg,A., 1985).

3. Nilai Permanganat

Sebanyak 100 mL limbah domestik dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan

ditambahkan 3 butir batu didih kemudian ditambahkan sebanyak 2 – 3 tetes KMnO4

0,01 N. Dimasukkan 5 mL H2SO4 8 N dan dipanaskan di atas hot plate pada suhu

105°C ± 2°C. Ditambahkan 10 mL KMnO4 0,01 N hingga terjadi perubahan warna dan dipanaskan sampai mendidih selama 10 menit. Ditambahkan 10 mL H2C2O4 0,01

N. Dititrasi dengan KMnO4 0,01 N hingga terjadi warna merah muda dan dicatat

volume pemakaian KMnO4. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Perlakuan yang

sama dilakukan terhadap penambahan 10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL, 50 mL, 60 mL

dan 70 mL PAC. (SNI 06-6989.22-2004).

4. Turbiditas

Sebanyak 100 mL limbah domestik dimasukkan ke dalam kuvet sampai tidak terdapat

gelembung udara kemudian ditutup dan dimasukkan ke dalam turbidimeter yang

diukur kekeruhannya. Pengukuran yang sama dilakukan sebanyak 3 kali. Perlakuan

yang sama dilakukan terhadap penambahan 10 mL, 20 mL, 30 mL, 40 mL, 50 mL, 60

mL dan 70 mL PAC.

3.3.3.2Metode Elektrokoagulasi

Sebanyak 100 mL limbah domestik dielektrokoagulasi dengan rangkaian alat pada

subbab 3.3.2 selama 60 menit. Setelah dielektrokoagulasi, selanjutnya dianalisa pH,

Total Suspended Solids (TSS), Total Dissolved Solids (TDS), nilai permanganat dan

(42)

3.4 Bagan Penelitian

Air limbah domestik PAC

Tanpa metode elektrokoagulasi Dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

Parameter uji

(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil analisa yang dilakukan terhadap limbah domestik dapat dilihat pada tabel 1 –

tabel 5.

4.2Perhitungan

4.2.1 Penentuan pH

Dari masing – masing nilai pH pada tabel, maka dapat diperoleh rata – rata nilai pH

yaitu :

Keterangan :

= rata – rata nilai pH

pH = nilai pH

n = jumlah perlakuan

Perhitungan :

Penentuan pH limbah domestik tanpa penambahan PAC dan tanpa menggunakan

(44)

pH1 = 7,8

pH2 = 7,8

pH3 = 7,8

n = 3

Persen penurunan pH

Perhitungan :

Tanpa metode elektrokoagulasi untuk 10 mL PAC

Metode elektrokoagulasi untuk 10 mL PAC

4.2.2Penentuan Total Padatan Tersuspensi (TSS)

Keterangan : A = berat awal kertas saring sebelum ditambah sampel air (gram)

(45)

Keterangan : = rata – rata zat tersuspensi (mg/L)

= nilai zat tersuspensi (mg/L)

n = jumlah perlakuan

Perhitungan :

Penentuan total padatan tersuspensi (TSS) limbah domestik tanpa penambahan PAC

dan tanpa menggunakan metode elektrokoagulasi adalah :

A = 1,3980 gram

B = 1,4390 gram

A = 1,2540 gram

B = 1,2945 gram

A = 1,3580 gram

(46)

Persen Penurunan Total Padatan Tersuspensi

Perhitungan :

Tanpa metode elektrokoagulasi untuk 10 mL PAC

Metode elektrokoagulasi untuk 10 mL PAC

4.2.3 Penentuan Total Padatan Terlarut (TDS)

Keterangan : A = berat awal gelas beaker sebelum ditambah sampel air (gram)

B = berat akhir gelas beaker setelah ditambah sampel air (gram)

Keterangan : = rata – rata zat padat terlarut (mg/L) = nilai zat padat terlarut (mg/L)

n = jumlah perlakuan

Perhitungan :

Penentuan total padatan terlarut (TDS) limbah domestik tanpa penambahan PAC dan

(47)

A = 62,0100 gram

B = 62,1050 gram

A = 49,2840 gram

B = 49,3760 gram

A = 96,6245 gram

B = 96,7180 gram

Persen Penurunan Total Padatan Terlarut

Perhitungan :

(48)

Metode elektrokoagulasi

4.2.4Penentuan Nilai Permanganat

KMnO4 mg/L = |(10-a)b – (10xc)|x 31,6 x 100 x fp

Keterangan :

a = volume KMnO4 yang dibutuhkan pada titrasi

b = normalitas KMnO4 = 0,01 N

c = normalitas asam oksalat = 0,01 N

f p = faktor pengenceran sampel = 1

Dari masing – masing nilai permanganat pada tabel Lampiran, maka diperoleh rata –

rata nilai permanganat yaitu :

Keterangan :

= rata – rata nilai permanganat (mg/L)

= nilai permanganat (mg/L)

n = jumlah perlakuan

Perhitungan :

Penetapan nilai permanganat limbah domestik tanpa penambahan PAC dan tanpa

(49)

a = 5 mL

KMnO4 mg/L = |(10 - 5)0,01 – (10 x 0,01)| x 31,6 x 100 x 1

= 15,80 mg/L

a= 5,5 mL

KMnO4 mg/L = |(10 – 5,5)0,01 – (10 x 0,01)| x 31,6 x 100 x 1

= 17,38 mg/L

a = 5 mL

KMnO4 mg/L = |(10 - 5)0,01 – (10 x 0,01)| x 31,6 x 100 x 1

= 15,80 mg/L

Persen penurunan Nilai Permanganat

Perhitungan :

Tanpa metode elektrokoagulasi untuk 10 mL PAC

(50)

4.2.5 Penentuan Turbiditas

Dari masing – masing nilai turbiditas pada tabel Lampiran, maka diperoleh rata – rata

nilai turbiditas yaitu :

Keterangan :

= rata – rata nilai turbiditas (NTU)

= nilai turbiditas (NTU)

n = jumlah perlakuan

Perhitungan :

Penetapan turbiditas limbah domestik tanpa penambahan PAC dan tanpa

menggunakan metode elektrokoagulasi adalah :

t1 = 97,0 NTU

t2 = 96,0 NTU

t3 = 96,0 NTU

Persen penurunan Turbiditas

Perhitungan :

(51)

Metode elektrokoagulasi untuk 10 mL PAC

4.3 Pembahasan

Pada proses elektrokoagulasi digunakan elektroda yang terbuat dari aluminium (Al)

karena logam ini mempunyai sifat sebagai koagulan yang baik. Dalam proses

elektrokoagulasi terjadi oksidasi aluminium Al(OH)3. Arus listrik yang dialirkan

melalui elektroda akan menimbulkan elektrokimia. Dalam proses elektrolisis ini pada

katoda akan dihasilkan gas hidrogen dan ion hidroksida. Sedangkan pada anoda akan

terjadi reaksi oksidasi ion sisa asamnya. Elektrokoagulasi mampu menyisihkan

berbagai jenis polutan dalam air yaitu partikel tersuspensi, logam – logam berat,

produk minyak bumi, warna pada zat pewarna, larutan humus dan deflouridasi air.

Dalam penelitian ini penambahan PAC adalah untuk mempercepat proses koagulasi.

Pengaruh penambahan PAC ke dalam air limbah domestik dengan metode

elektrokoagulasi dilihat dengan memantau parameter pH, TSS, TDS, nilai

permanganat dan turbiditas. Perlakuan yang sama juga dilakukan tanpa metode

elektrokoagulasi. Hasil pemantauan dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 3, Tabel 4 dan

Tabel 5 pada Lampiran.

Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter yang penting dalam analisis

air limbah. Pada penelitian ini dipantau perubahan pH pada setiap penambahan PAC

dari 0-70 mL ke dalam air limbah domestik pada Tabel 1, Tabel 3, Tabel 4 dan

Tabel 5. Pada penambahan 70 mL PAC diperoleh bahwa nya sebesar 4,0 untuk

tanpa metode elektrokoagulasi sedangkan nya sebesar 5,0 dengan menggunakan

metode elektrokoagulasi. Sedangkan tanpa penambahan PAC untuk tanpa metode

elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi diperoleh nya

sebesar 7,8 dan 8,1. Persen penurunan pH yang dihitung dari selisih pH sebelum

(52)
[image:52.595.109.493.105.332.2]

Gambar 1

Pengaruh Penambahan PAC terhadap Persen Penurunan dari pH tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa persen penurunan pH air limbah meningkat

dengan penambahan PAC. Hal ini disebabkan karena pH larutan dipengaruhi

pembentukan Al(OH)3 dan melepaskan ion Cl- membentuk asam klorida sehingga

larutan bersifat asam.

TSS merupakan zat padat tersuspensi dalam air limbah yang dapat dilihat secara

visual. Pada penambahan 70 mL PAC diperoleh bahwa sebesar 172 mg/L untuk

tanpa metode elektrokoagulasi sedangkan sebesar 95 mg/L dengan menggunakan

metode elektrokoagulasi. Sedangkan tanpa penambahan PAC untuk tanpa metode

elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi diperoleh

sebesar 405 mg/L dan 740 mg/L. Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan

PAC ke dalam air limbah domestik baik dengan metode elektrokoagulasi dan tanpa

metode elektrokoagulasi persen penurunan TSS meningkat tetapi dengan metode

elektrokoagulasi lebih besar daripada tanpa metode elektrokoagulasi. Hal ini

disebabkan limbah yang tereduksi semakin besar sehingga padatan – padatan dalam

limbah semakin berkurang. Dengan berkurangnya padatan dalam limbah maka limbah

yang telah diolah menjadi lebih jernih. Semakin banyak jumlah koagulan yang

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

0 10 20 30 40 50 60 70

P e rs e n P e n u ru n a n ( % )

Penambahan PAC (mL)

pH tanpa metode elektrokoagulasi

(53)

ditambahkan, semakin tinggi persentase penyisihan TSS.

[image:53.595.108.496.169.394.2]

Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 pada Lampiran.

Gambar 2

Pengaruh Penambahan PAC terhadap Persen Penurunan dari TSS tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

TDS merupakan total zat terlarut baik sebagai anion, kation ataupun zat – zat organik

soluble (yang terlarut) dalam air. Pada penambahan 70 mL PAC diperoleh bahwa

sebesar 515 mg/L untuk tanpa metode elektrokoagulasi sedangkan sebesar 482

mg/L dengan menggunakan metode elektrokoagulasi. Sedangkan tanpa penambahan

PAC untuk tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode

elektrokoagulasi diperoleh sebesar 935 mg/L dan 704 mg/L. Pada Gambar 3

menunjukkan persen penurunan TDS meningkat dengan penambahan PAC baik tanpa

metode elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi. Hal ini

disebabkan proses koagulasi padatan tersuspensi air juga terjadi proses penggumpalan

padatan terlarut secara serentak. Semakin banyak jumlah koagulan yang ditambahkan,

semakin banyak jumlah kandungan TDS yang dapat disisihkan.

Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 pada Lampiran.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 10 20 30 40 50 60 70

P e rs e n P e n u ru n a n ( % )

Penambahan PAC (mL) TSS tanpa metode elektrokoagulasi

(54)
[image:54.595.109.496.85.305.2]

Gambar 3

Pengaruh Penambahan PAC terhadap Persen Penurunan dari TDS tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

Nilai permanganat digunakan untuk menunjukkan kandungan zat organik dalam air.

Parameter ini biasanya hanya digunakan untuk pengujian awal kandungan zat organik

dalam air yang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum. Pada penambahan

70 mL PAC diperoleh bahwa sebesar 6,84 mg/L untuk tanpa metode

elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi. Sedangkan tanpa

penambahan PAC untuk tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan menggunakan

metode elektrokoagulasi diperoleh sebesar 16,32 mg/L dan 13,69 mg/L. Pada

Gambar 4 menunjukkan bahwa persen penurunan bilangan permanganat yang terdapat

dalam air limbah domestik meningkat. Semakin tinggi nilai permanganat

menunjukkan tingginya senyawa organik, semakin buruk kualitas air limbah tersebut.

Semakin banyak koagulan yang ditambahkan, dapat mengurangi kandungan nilai

permanganat dalam limbah.

dilihat pada Tabel 1, Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 pada Lampiran.

0 10 20 30 40 50

0 10 20 30 40 50 60 70

P e rs e n P e n u ru n a n ( % )

Penambahan PAC (mL) TDS tanpa metode elektrokoagulasi

(55)
[image:55.595.108.492.86.382.2]

Gambar 4

Pengaruh Penambahan PAC terhadap Persen Penurunan dari Nilai Permanganat tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

Turbiditas menunjukkan kekeruhan air limbah. Pada penambahan 70 mL PAC

diperoleh bahwa sebesar 154,50 NTU untuk tanpa metode elektrokoagulasi

sedangkan sebesar 175,60 NTU dengan menggunakan metode elektrokoagulasi.

Sedangkan tanpa penambahan PAC untuk tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan

menggunakan metode elektrokoagulasi diperoleh sebesar 96,33 NTU dan 104,36

NTU. Pada Gambar 5 menunjukkan semakin banyak PAC yang ditambahkan ke

dalam air limbah maka semakin besar turbiditasnya. Koagulan PAC yang bersifat

tidak stabil sehingga sulit terbaca oleh turbiditas dan koagulan PAC yang lama

bereaksi sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk mengendapkan pengotor –

pengotor.

Tabel 1, Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5 pada Lampiran.

0 10 20 30 40 50 60 70

0 10 20 30 40 50 60 70

P e rs e n P e n u ru n a n ( % )

Penambahan PAC (mL)

Nilai Permanganat tanpa metode elektrokoagulasi

(56)
[image:56.595.110.494.85.315.2]

Gambar 5

Pengaruh Penambahan PAC terhadap Persen Penurunan dari Turbiditas tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003

tentang persyaratan kualitas baku mutu air limbah domestik pada Tabel 2, dari hasil

penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa limbah cair domestik yang diolah dengan

penambahan PAC dapat memenuhi pH dan TSS mendekati baku mutu air limbah

domestik. 0 10 20 30 40 50 60 70

0 10 20 30 40 50 60 70

P e rs e n P e n u ru n a n ( % )

Penambahan PAC (mL)

Turbiditas tanpa metode elektrokoagulasi

(57)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

1. Pengaruh penambahan PAC pada kualitas air limbah domestik yang diolah untuk

pengukuran pH, TDS dan nilai permanganat tanpa metode elektrokoagulasi

memberikan persen penurunan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan

metode elektrokoagulasi sedangkan pada pengukuran TSS dan Turbiditas dengan

menggunakan metode elektrokoagulasi memberikan persen penurunan lebih baik

dibandingkan tanpa metode elektrokoagulasi.

2. Pada parameter uji pH adalah untuk tanpa metode elektrokoagulasi dan dengan

penambahan PAC sedangkan dengan menggunakan metode elektrokoagulasi dan

dengan penambahan PAC pada penambahan 10-50 mL PAC yang sesuai dengan

baku mutu air limbah Pada parameter uji TSS adalah dengan menggunakan metode

elektrokoagulasi dan dengan penambahan PAC pada penambahan 70 mL PAC

yang sesuai dengan baku mutu air limbah domestik.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengolahan limbah

domestik dengan metode elektrokoagulasi tapi menggunakan koagulan selain PAC

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts,G dan Santika,S.S. 1987. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.

Allen,S.E. 1989. Chemical Analysis of Ecological Materials. Second Edition. Australia: Blackwell Scientific Publications.

Badan Standarisasi Nasional. 2004. SNI 06-6989.22-2004: Air dan Air Limbah – Cara Uji Nilai Permanganat secara Titrimetri.

Davis,M. L and Cornwell, D. A. 2008. Introduction To Environmental Engineering. Fourth Edition. Singapore: McGraw-Hill International.

Dean,B.R. 1981. Water Reuse: Problems And Solutions. New York: Academic Press.

Gandjar,G.L dan Rohman, A. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ginting,P. 20007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Lingkungan dan Limbah Industri. Cetakan 1. Bandung: Yrama Widya.

Greenberg,A.E, Trussell,R.R and Clesceri,L.S. 1985. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater. Sixth Edition. Washington DC: American Publish Health Association.

Gregory, J and Jinming,D. 2001. Hydrolyzing Metal Salts as Coagulants: Pure Applied Chemistry Vol.73. No.12: p. 2017-2026.

Holt,P., Barton,G and Mitchel,C. 2006. Electrocoagulation As A Wastewater Treatment. New South Wales: The University of Sydney.

Kemmer,F.N. 1979. The Nalco Water Handbook. USA: McGraw-Hill.

Khopkar,S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Cetakan 1. Jakarta: Universitas Indonesia.

Klimiuk,E, Filipkowska,U. and Livecki, B. 1999. Coagulation of Wastewater Containing Reactive Dyes with the Use of Polyaluminium Chloride(PAC): Journal of Environmental Studies Vol.8. No.2:p.81-88.

Laksmi,B. S. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Jakarta: Kanisius.

(59)

Mahida,U.N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan Pertama. Jakarta: CV Rajawali.

Mihali,C. 2008. Studies Regarding The Drinking Water Quality Using Aluminium Sulphate Comparative with Aluminium Base Poly. Romania.

Miller,J.C dan Miller,J.N. 1991. Statistika untuk Kimia Analitik. Edisi kedua. Bandung: ITB.

Myers,D. 2006. Surfactant Science and Technology. Third Edition. New Jersey: John Wiley & Sons.

Ni’am,M.F. 2007. Removal of COD And Technology to Improve Wastewater Quality Using Electrocoagulation Technique. The Malaysian Journal of Analytical Sciences. Volume 1. Pages 198 – 205.

Proste, R.L. 1997. Theory And Practice Of Water And Wastewater Treatment. New York: John Wiley & Sons.

Purwaningsih,I. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Batik CV.Batik Indah Raradjonggrang Yogyakarta Dengan Metode Elektrokoagulasi Ditinjau dari Parameter Chemical Oxygen Demand (COD) dan Warna. Yogyakarta: UII.

Putra,Y., 2004. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (Upaya Pendekatan Dalam Arsitektur). Medan: USU.

Rismauli,S. 2001. Penggunaan Kitosan untuk Menurunkan Kekeruhan, Nilai Permanganat dan Padatan Total pada Air Tanah Gambut. Medan: USU.

Roihatin,A dan Rizqi,A.K. Pengolahan Air Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dengan Cara Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu. Semarang: Universitas Diponegoro.

Rump, H.H and Krist, H. 1992. Laboratory Manual for the Examination of Water, Wastewater and Soil. Germany: Weinheim.

Sincero,A.P. 1990. Physical-Chemical Treatment of Water and Waste Water. London: CRC-Press.

Sunardi. 2007. Pengaruh Tegangan Listrik dan Kecepatan Alir Terhadap Hasil Pengolahan Limbah Cair yang mengandung Logam Pb, Cd dan TSS Mengandung Alat Elektrokoagulasi. Yogyakarta: BATAN.

Sunu,P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: PT.Grasindo.

(60)
[image:60.595.99.443.190.307.2]

TABEL 1

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK TANPA METODE ELEKTROKOAGULASI DAN TANPA PENAMBAHAN PAC (Poli Aluminium Klorida)

Parameter Hasil Penelitian Σ

1 2 3

pH 7,8 7,8 7,8 7,8

TSS (mg/L) 410 405 400 405

TDS (mg/L) 950 920 935 935

Nilai Permanganat (mg/L) 15,80 17,38 15,80 16,32 Turbiditas (NTU) 97,0 96,0 96,0 96,33

TABEL 2

BAKU MUTU AIR LIMBAH DOMESTIK BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP No. 112 Tahun 2003

Parameter Satuan Kadar Maksimum

pH - 6-9

BOD mg/L 100

TSS mg/L 100

[image:60.595.101.420.430.513.2]
(61)
[image:61.595.105.562.191.765.2]

TABEL 3

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK TANPA METODE ELEKTROKOAGULASI DAN DENGAN PENAMBAHAN PAC (Poli Aluminium Klorida)

Parameter Penambahan PAC (mL)

Hasil Penelitian Σ Persen Penurunan

1 2 3

pH 10 4,6 4,6 4,6 4,6 41,02 %

20 4,4 4,4 4,4 4,4 43,58 %

30 4,3 4,3 4,3 4,3 44,87 %

40 4,2 4,2 4,2 4,2 46,15 %

50 4,1 4,1 4,1 4,1 47,43 %

60 4,1 4,1 4,1 4,1 47,43

Gambar

Gambar 1  Pengaruh Penambahan PAC terhadap Persen Penurunan dari pH tanpa metode
Gambar 2  Pengaruh Penambahan PAC terhadap Persen Penurunan dari TSS tanpa
Gambar 3  Pengaruh Penambahan PAC terhadap Persen Penurunan dari TDS tanpa
Gambar 4  Pengaruh
+6

Referensi

Dokumen terkait

Uzun süreli kira, intifa, ekipman, işletme ve benzer nitelikteki sözleşmelerin rekabet etmeme yükümlülüğünün süresini doğrudan etkilediği ve bu nedenle bu

Hipotesis dari penelitian ini adalah dengan penerapan metode pembelajaran probing prompting yang dipadukan dengan complete sentence dapat berpengaruh terhadap kualitas belajar

Kelenjar sebaseus yang hiperaktif menyebabkan produksi lipid berlebihan sehingga kadar lipid pada kulit tinggi dan mengakibatkan kulit berminyak.. Jika produksi

3.2 Ekosistem Laut dan Pantai serta Hubungannya Pantai serta Hubungannya dengan Sumber Daya dengan Sumber Daya Alam Alam Ekosistem laut dan pantai meluputi hutan mangrove,

Jika ketidakpastian biaya likuiditas dalam perdagangan bergantung pada rata-rata perdagangan maka banyaknya saham awal optimal yang diperdagangkan bergantung pada tingkat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunianNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Dari hasil penelitian dari 12 responden Sebelum diberi Pendidikan Kesehatan dengan metode Ceramah pada keluarga pasien TB paru didapatkan sebagian besar 6