• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interferensi dan Sikap Bahasa Asing dalam Penulisan Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Interferensi dan Sikap Bahasa Asing dalam Penulisan Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING PENGUSAHA

DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

REHAN HALILAH LUBIS

NIM 087009022

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING PENGUSAHA

DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA

DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

REHAN HALILAH LUBIS

087009022/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING PENGUSAHA

DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA

DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Magister Humaniora

pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

REHAN HALILAH LUBIS 087009022/LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Judul Tesis : INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING PENGUSAHA DALAM PENULISAN NAMA

BADAN USAHA SWASTA DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Rehan Halilah Lubis

Nomor Pokok : 087009022

Program Studi : Linguistik

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. Dr. T. Syarfina, M.Hum.

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 13 Juni 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.

Anggota : 1. Dr. T. Syarfina, M.Hum.

2. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.

(6)

PERNYATAAN

INTERFERENSI DAN SIKAP BAHASA ASING DALAM PENULISAN NAMA BADAN USAHA SWASTA DI KOTA MEDAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pasca sarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya sendiri.

Adapun pengutipan yang saya lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 26 September 2011

(7)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Rehan Halilah Lubis

Tempat, Tanggal Lahir : 29 Desember 1971

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jalam Taduan Gang Mesjid No. 20 Medan

Pendidikan Formal

1. SD (Tamat) : Madrasah Ibtidaiyah Negeri Medan, Tahun 1984 2. SMP (Tamat) : Madrasah Aliyah Negeri Medan, Tahun 1987 3. SMU (Tamat) : Madrasah Aliyah Teladan Medan Tahun 1990 4. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Tamat) tahun 1995

5. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (Sejak 2008)

Pendidikan Nonformal :

1. Diklat Prajabatan Golongan III Departeen Dalam Negeri Angkatan V Tahun 2004 di Medan (2004)

2. Pembekalan Calon Peneliti Pusat Bahasa dan Balai/Kantor Bahasa (Angkatan I) di Jakarta (2006)

Pekerjaan :

1. Guru Bahasa Indonesia di SMP Pelita Mabar Hilir dari tahun 1998 hingga 2002

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberi kemudahan dan kemurahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Tesis ini penulis beri judul “Interferensi dan Sikap Bahasa Asing dalam Penulisan Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan”. Tesis ini membicarakan interferensi bahasa asing terhadap bahasa Indonesia pada nama badan usaha swasta dan sikap bahasa pengusaha di Kota Medan. Interferensi ditinjau secara kualitatif dari tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. Sebaliknya, sikap bahasa ditinjau secara kuantitatif berdasarkan variabel bebas jenis kelamin, pendidikan, usia, keturunan, dan penjualan dengan variabel terikat sikap bahasa.

Penyelesaian tesis ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Kelemahan atau kesalahan dalam pendeskripsian dan penganalisisan menjadi tanggung jawab penulis. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan tesis ini.

Medan, Juni 2011 Penulis,

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Di dalam menempuh perkuliahan dan penyelesaikan tesis ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun material. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Rektor USU (Universitas Sumatera Utara), Medan.

2. Direktur Pascasarjana USU beserta Staf Akademik dan Administrasinya.

3. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. dan selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister Linguistik USU beserta Dosen dan Staf Administrasinya.

4. Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Utama dan Kepala Balai Bahasa Medan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian tesis ini serta memberikan dorongan dan motivasi untuk terus melanjutkan pendidikan. 5. Dr. T. Syarfina, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang telah menjadi mitra

berdiskusi selama perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

6. Dr. Dendy Sugono selaku mantan Kepala Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional RI, yang telah melegalisasi pemberian beasiswa selama penulis menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

7. Dr. Sugiono selaku staf Pusat Bahasa yang senantiasa memberi semangat. 8. Penguji dan administrasi Pacsasarjana Program Linguistik S2.

(10)

10.Keluarga penulis yaitu suami tercinta yang banyak memberikan perhatian dan kasih sayang serta senantiasa menemani dalam penyelesaian tesis ini, dan kedua anak penulis yaitu ananda terkasih dan ananda tersayang yang selalu berdoa dan penuh kasih sayang memotivasi penulis untuk mencapai kesuksesan dalam karier dan pendidikan.

11.Keluarga besar penulis yaitu abang dan kakak (Agus Salim Lubis, Khairul Widani, dan Hilal Nur Habibah) yang banyak memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan pendidikan.

12.Sahabat, mahasiswa Program Studi Magister Linguistik, Sekolah Pascasarjana USU ( Dewi Sukhrani, M.Hum. Rosliani, M.Hum., Syaiful Hidayat, Salbiah Nurul Aini) dan teman angkatan 2008.

13.Teman seprofesi penulis di Balai Bahasa Medan dan Pusat Bahasa Jakarta.

14.Semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi kepada penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT memberikan kemurahan rezeki dan kemudahan jalan hidup bagi kita. Amin.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

PESETUJUAN KOMISI PEMBIMBING PANITIA PENGUJI

PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

KATA PENGANTAR... i

UCAPAN TERIMA KASIH... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... .xiii

ABSTRAK... xiv

ABSTRACT... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 6

1.3 Perumusan Masalah... 6

1.4 Tujuan Penelitian... 7

1.5 Manfaat Penelitian... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis... 8

1.5.2 Manfaat Praktis... 8

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA... 10

2.1 Kerangka Teori... 10

(12)

2.1.2 Tataran Interferensi Bahasa... 15

2.1.3 Jenis-jenis Interferensi... 17

2.1.5 Bahasa Asing... 20

2.1.4 Latar Belakang Interferensi... 17

2.1.6 Sikap Bahasa... 24

2.2 Penelitian Terdahulu... 25

2.3 Kerangka Konseptual... 28

2.3.1 Konsep Interferensi... 28

2.3.2 Konsep Bahasa Asing... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

3.1 Pendekatan dan Metode yang Digunakan... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 34

3.2.1 Lokasi... 34

3.2.2 Waktu Penelitian... 35

3.3 Data dan Sumber Data... 35

3.4 Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data... 36

3.5 Prosedur Analisis Data... 37

3.6 Pemeriksa dan Pengecekan Keabsahan Data... 38

BAB IV ANALISIS INTERFERENSI BAHASA... 39

(13)

4.2Analisis Bahasa yang Terinterferensi... 39

4.2.1 Tataran Fonologi... 39

4.2.2 Tataran Gramatikal... 42

4.2.2.1 Interferensi Morfologi... 43

4.2.2.2 Interferensi Sintaksis... 48

4.2.3 Interferensi Leksikal... 49

4.2.3.1 Interferensi Unsur Leksikal... 49

4.2.3.2 Interferensi Leksikal Berdasarkan Kelas Kata... 64

4.2.4 Interferensi Semantik... 65

BAB V DESKRIPSI DAN ANALISIS SIKAP BAHASA... 68

5.1 Deskripsi Hasil Penelitian Sikap Bahasa... 68

5.2 Hasil Analisis Sikap Bahasa... 69

5.3 Deskripsi Frekuensi Angket Sikap Bahasa... 70

5.4 Uji Persyaratan Analisis Data... 90

5.4.1 Uji Validitas... 91

5.4.2 Uji Reabelitas... 92

5.5 Uji Normalitas Data... 93

5.5.1 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin... 94

5.5.2 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Pendidikan... 96

5.5.3 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Usia... 98

5.5.4 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Keturunan... 100

5.5.5 Uji Normalitas Data Sikap Bahasa Berdasarkan Penjualan... 102

5.6 Uji Homogenitas... 105

5.6.1 Uji Homogenitas Data Variabel Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin.. ... 105

(14)

5.6.3 Uji Homogenitas Data Variabel Sikap Bahasa Berdasarkan

Usia... 110

5.6.4 Uji Homogenitas Data Variabel Sikap Bahasa Berdasarkan Keturunan... 114

5.6.5 Uji Homogenitas data Variabel Sikap Bahasa Berdasarkan Penjualan... 117

5.7 Uji Korelasi... 121

BAB VI PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN... 126

6.1 Penulisan Nama Badan Usaha... 126

6.2 Interferensi Bahasa... 128

6.3 Sikap Bahasa... 134

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN…...………….…………..……… 148

7.1 Simpulan……...……….……...……….……….. 148

7.2 Saran... 149

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1: Interferensi Fonologi... 40

Tabel 5.1: Data Variabel Penelitian... 68

Tabel 5.2: Deskripsi Frekuensi Sikap Bahasa... 69

Tabel 5.3a: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 1... 70

Tabel 5.3b: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 2... 71

Tabel 5.3c: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 3... 72

Tabel 5.3d: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 4... 73

Tabel 5.3e: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 5... 73

Tabel 5.3f: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 6... 74

Tabel 5.3g: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 7... 75

Tabel 5.3h: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 8... 75

Tabel 5.3i: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 9... 76

Tabel 5.3j: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 10... 77

Tabel 5.3k: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 11... 78

Tabel 5.3l: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 12... 79

Tabel 5.3m: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 13... 80

Tabel 5.3n: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 14... 80

Tabel 5.3o: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 15... 81

Tabel 5.3p: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 16... 82

Tabel 5.3q: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 17... 83

Tabel 5.3r: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 18... 84

Tabel 5.3s: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 19... 84

Tabel 5.3t: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 20... 85

Tabel 5.3u: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 21... 86

Tabel 5.3v: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 22... 87

(16)

Tabel 5.3x: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 24... 89

Tabel 5.3y: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 25... 90

Tabel 5.4a: Hasil Validitas Angket... 92

Tabel 5.5a: Hasil Uji Reliabelitas Angket... 93

Tabel 5.6a2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin... 95

Tabel 5.6b2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Pendidikan... 97

Tabel 5.6c2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Usia... 99

Tabel 5.6d2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Keturunan... 101

Tabel 5.6e2: Tes Normalitas Kolmogorof-Smirnof Sikap Bahasa dengan Penjualan... 104

Tabel 5.7a1: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin... 105

Tabel 5.7a2: Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin... 106

Tabel 5.7b1: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Pendidikan... 106

Tabel 5.7b2: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pendidikan... 107

Tabel 5.7b3: Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin dan Pendidikan... 108

Tabel 5.7b4: Tes Pengujian Homogenitas Variabel Sikap Bahasa, Jenis Kelamin, dan Pendidikan... 109

Tabel 5.7c1: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Usia... 110

Tabel 5.7c2: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia... 111

Tabel 5.7c3: Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin dan Usia. ...112

Tabel 5.7c4: Tes Pengujian Homogenitas Variabel Sikap Bahasa, Jenis Kelamin, dan Usia... 113

(17)

Tabel 5.7d2:Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Keturunan. ... 115 Tabel 5.7d3:Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa Dengan Jenis kelamin, dan

Keturunan... 116 Tabel 5.7d4: Tes Pengujian Homogenitas Variabel Sikap Bahasa, Jenis Kelamin,

Keturunan... 116 Tabel 5.7e1: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Penjualan... 118 Tabel 5.7e2: Hasil Nilai Sikap Bahasa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Penjualan 119 Tabel 5.7e2: Hasil Uji Signifikansi Sikap Bahasa dengan Jenis Kelamin dan

Penjualan (Omset)... 120 Tabel 5.7e4: Tes Pengujian Homogenitas Variabel Sikap Bahasa, Jenis Kelamin,

dan Penjualan (Omset)... 120 Tabel 5.8: Hasil Korelasi Antara Variabel Jenis Kelamin (X1), Pendidikan (X2),

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan... 155

Lampiran 2: Tabel Data Responden... 167

Lampiran 3: Tabel Tabulasi Validitas Angket...……….……...………… 172

Lampiran 4:Tabel Hasil Reliabilitas Butir Angket... 173

Lampiran 5: Tabel Tabulasi Angket………..……… 175

Lampiran 6: Tabel Uji Normalitas Sikap Bahasa……….. 177

Lampiran 7: Statistik Sikap Bahasa……….………... 190

Lampiran 8: Data Analisis Crosstabulation.…………..………. 191

(19)

ABSTRAK

Rehan Halilah Lubisl : Interferensi dan Sikap Bahasa Asing pengusaha dalam Penulisan Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan

Kajian interferensi bahasa merupakan bagian dari teori sosiolinguistik. Interferensi adalah masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Tesis ini membicarakan interferensi bahasa asing terhadap bahasa Indonesia pada nama badan usaha swasta dan sikap bahasa pengusaha di Kota Medan. Acuan suatu bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa asing dalam penelitian ini yaitu tata bahasa baku bahasa Indonesia. Di samping itu kamus besar bahasa Indonesia sebagai acuan perubahan bentuk bahasa. Kajian interferensi yang acuannya tata bahasa baku bahasa Indonesia termasuk dalam pendekatan preskriptif. Pendekatan preskriptif memandang suatu bahasa sebagaimana seharusnya sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Metode yang digunakan yaitu metode kulialitatif dan kuantitatif. Objek penelitian ini adalah penggunaan bahasa pada penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan. Jumlah sampel nama badan usaha sebanyak 150 papan nama yang dianalisis berdasarkan tataran bahasa yang terinterferensi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa tataran bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa asing dalam penulisan papan nama badan usaha swasta adalah tataran fonologis, gramatikal, leksikal, dan semantik. Adapun bahasa asing yang menginterferensi bahasa Indonesia dalam penulisan nama badan usaha swasta yaitu bahasa Inggris, bahasa Arab dan Belanda. Untuk mengungkapkan latar belakang interferensi, penelitian ini menghubungkan sikap bahasa pengusaha dalam pemilihan kosa kata pada papan nama badan usaha swasta. Adapun sampel yang digunakan sebanyak 100 pengusaha kecil dan menengah dengan menggunakan angket. Dari hasil analisis diketahui bahwa sikap bahasa pengusaha mempengaruhi terjadinya interferensi bahasa. Faktor yang mempengaruhi sikap bahasa yaitu usia dan penjualan. Hubungan sikap bahasa dengan usia sebesar -0,33 dan hubungan sikap bahasa dengan penjualan sebesar 0,45. Usia dan penjualan signifikan mempengaruhi sikap bahasa.

(20)

ABSTRACT

Rehan Halilah Lubis : Interferences and Attitudes to Foreign Names in Private Enterprises in Medan

The study of language interference and attitude is part of sociolinguistic study. Interference is the inclusion of elements of one language into another language. This thesis discusses the interference of foreign languages into Indonesian on names of private enterprises and entrepreneurs' language attitudes in Medan. Interferences found in this research refer to standard Indonesian grammar. In addition, Indonesian dictionary is used as a reference for analyzing changes in the form of language. The study of interference referred to standard Indonesian grammar include in the prescriptive approach. Prescriptive approach views a language as a standard language. The method used in this research is qualitative and quantitative. The object of this research is the uses of language in writing names of private enterprises in Medan. The amount of sample is150 names of the enterprises analyzed based on the interfered language. The results of the analysis show that there are four interferences found in this study, they are phonological, grammatical, lexical, and semantic interferences. The foreign languages which dominantly interfere the Indonesian in writing the names of private enterprises are English, Arabic, and Dutch. To reveal the background of the interferences, this research links enterpreneurs' language attitudes and the selection of vocabularies in the billboards of private enterprises. Samples of this research include 100 small and medium enterprises. By using the questionnaire, the results of analysis show that the language attitudes of businessmen affect the language interference. The language attitudes are inluenced by age and selling factors. The relationship between language attitude and age is -0.33, while between language attitude and selling is 0.45. Therefore, ages and sellings significantly interfere language attitudes.

Keywords: interference, foreign languages, private enterprises, and language attitudes

(21)

ABSTRAK

Rehan Halilah Lubisl : Interferensi dan Sikap Bahasa Asing pengusaha dalam Penulisan Nama Badan Usaha Swasta di Kota Medan

Kajian interferensi bahasa merupakan bagian dari teori sosiolinguistik. Interferensi adalah masuknya unsur suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Tesis ini membicarakan interferensi bahasa asing terhadap bahasa Indonesia pada nama badan usaha swasta dan sikap bahasa pengusaha di Kota Medan. Acuan suatu bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa asing dalam penelitian ini yaitu tata bahasa baku bahasa Indonesia. Di samping itu kamus besar bahasa Indonesia sebagai acuan perubahan bentuk bahasa. Kajian interferensi yang acuannya tata bahasa baku bahasa Indonesia termasuk dalam pendekatan preskriptif. Pendekatan preskriptif memandang suatu bahasa sebagaimana seharusnya sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar. Metode yang digunakan yaitu metode kulialitatif dan kuantitatif. Objek penelitian ini adalah penggunaan bahasa pada penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan. Jumlah sampel nama badan usaha sebanyak 150 papan nama yang dianalisis berdasarkan tataran bahasa yang terinterferensi. Dari hasil analisis diperoleh bahwa tataran bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa asing dalam penulisan papan nama badan usaha swasta adalah tataran fonologis, gramatikal, leksikal, dan semantik. Adapun bahasa asing yang menginterferensi bahasa Indonesia dalam penulisan nama badan usaha swasta yaitu bahasa Inggris, bahasa Arab dan Belanda. Untuk mengungkapkan latar belakang interferensi, penelitian ini menghubungkan sikap bahasa pengusaha dalam pemilihan kosa kata pada papan nama badan usaha swasta. Adapun sampel yang digunakan sebanyak 100 pengusaha kecil dan menengah dengan menggunakan angket. Dari hasil analisis diketahui bahwa sikap bahasa pengusaha mempengaruhi terjadinya interferensi bahasa. Faktor yang mempengaruhi sikap bahasa yaitu usia dan penjualan. Hubungan sikap bahasa dengan usia sebesar -0,33 dan hubungan sikap bahasa dengan penjualan sebesar 0,45. Usia dan penjualan signifikan mempengaruhi sikap bahasa.

(22)

ABSTRACT

Rehan Halilah Lubis : Interferences and Attitudes to Foreign Names in Private Enterprises in Medan

The study of language interference and attitude is part of sociolinguistic study. Interference is the inclusion of elements of one language into another language. This thesis discusses the interference of foreign languages into Indonesian on names of private enterprises and entrepreneurs' language attitudes in Medan. Interferences found in this research refer to standard Indonesian grammar. In addition, Indonesian dictionary is used as a reference for analyzing changes in the form of language. The study of interference referred to standard Indonesian grammar include in the prescriptive approach. Prescriptive approach views a language as a standard language. The method used in this research is qualitative and quantitative. The object of this research is the uses of language in writing names of private enterprises in Medan. The amount of sample is150 names of the enterprises analyzed based on the interfered language. The results of the analysis show that there are four interferences found in this study, they are phonological, grammatical, lexical, and semantic interferences. The foreign languages which dominantly interfere the Indonesian in writing the names of private enterprises are English, Arabic, and Dutch. To reveal the background of the interferences, this research links enterpreneurs' language attitudes and the selection of vocabularies in the billboards of private enterprises. Samples of this research include 100 small and medium enterprises. By using the questionnaire, the results of analysis show that the language attitudes of businessmen affect the language interference. The language attitudes are inluenced by age and selling factors. The relationship between language attitude and age is -0.33, while between language attitude and selling is 0.45. Therefore, ages and sellings significantly interfere language attitudes.

Keywords: interference, foreign languages, private enterprises, and language attitudes

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.6Latar Belakang

Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era globalisasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan bahasa. Mudahnya informasi yang diperoleh, baik melalui media cetak, elektronik, maupun interaksi sosial dapat menyebabkan terjadinya perubahan bahasa. Adanya kontak antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain dapat memungkinkan terjadinya interferensi bahasa. Dengan demikian, salah satu perubahan bahasa adalah adanya interferensi bahasa.

Sejalan dengan itu, Alwasilah (1985:132) mengatakan bahwa setiap bahasa akan mengalami perubahan selama bahasa itu masih dipakai. Seringkali perubahan ini tidak kita sadari. Salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya perubahan bahasa karena pengaruh pemakaian bahasa lain. Hal ini sesuai dengan makna interferensi yang berarti adanya saling mempengaruhi antarbahasa. Pengaruh ini biasanya terlihat dalam peminjaman kosa kata dari bahasa lain.

(24)

dalam keadaan seperti inilah bahasa Indonesia yang mereka pakai sering tidak lagi baik dan benar berdasarkan ukuran pemakaian kaidah bahasa Indonesia. Gejala ini menyebabkan perubahan situasi tindak tutur dari penggunaan bahasa daerah ke nasional, nasional ke daerah, nasional ke asing, atau asing ke nasional.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan bangsa sehingga mengakibatkan adanya multibahasa. Di samping itu bangsa Indonesia tergolong bangsa yang terbuka terhadap pengaruh budaya bangsa asing. Adanya multibahasa bahasa dan pengaruh budaya bangasa asing dapat mengakibatkan kontak bahasa antara bahasa yang satu dengan bahasa lain sehigga tidak terelakkan terjadi interferensi bahasa.

(25)

interferensi dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Ada pula bahasa Indonesia yang terinterferensi fonologi bahasa asing, contohnya ‘kecapnya kecap abc’ di mana pengucapan ‘a-b-c’ diucapkan dengan [a-b-se,] seharusnya [a-b-c]. Contoh pada tataran morfologi adalah nama badan usaha perhotelan antara lain ‘Garuda Hotel’

seharusnya ‘Hotel Garuda’, dan ‘Hotel Grand Angkasa’ seharusnya ‘Hotel Angkasa Agung’. Contoh lain, Rumah Makan ACC. Banyak orang menggucapkannya Rumah Makan [a-se-se]. Contoh pada tataran sintaksis banyak terlihat pada penggunaan bahasa di tempat umum, seperti ‘No Smoking’ yang memiliki padanan dalam bahasa Indonesianya adalah ‘Dilarang Merokok’

Di samping itu, dalam sejarah pemberian Anugerah Bahasa bernama

Adibahasa yang diberikan oleh Pusat Bahasa, ternyataProvinsi Sumatera Utara tidak pernah mendapatkannya. Hal ini disebabkan Provinsi Sumatera Utara, khususnya Kota Medan, dinyatakan tidak tertib dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam surat-menyurat kedinasan maupun penulisan nama badan usaha. Khususnya, pemakaian bahasa pada nama badan usaha, masih banyak yang menggunakan bahasa asing.

(26)

menggunakan kata/istilah asing, mereka setuju pemerintah mengimbau para usahawan dan masyarakat menggunakan kata dari bahasa Indonesia untuk menamai papan nama atau papan reklame.

Data di atas menunjukkan bahwa interferensi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia tidak dapat dihindari. Tingginya interferensi bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia mengakibatkan melemahnya jatidiri bahasa Indonesia. Hal itu karena interferensi bahasa akan mengakibatkan penyimpangan kaidah bahasa Indonesia, baik kaidah fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengindonesiaan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini merupakan pertaruhan harga diri bahasa Indonesia, seperti diungkapkan Badudu (1995:19) dengan adanya interferensi tersebut, kadang-kadang menguntungkan bahasa Indonesia, namun ada juga yang merugikan karena menyimpang dari struktur bahasa Indonesia.

Sejalan dengan itu, dalam UUD 1945, Pasal 36, menyebutkan bahwa bahasa negara ialah bahasa Indonesia. Hal ini berarti bahasa Indonesia harus dipelihara dan

setiap warga negara wajib turut membinanya. Secara kelembagaan, pemerintah

mendirikan Pusat Bahasa sebagai lembaga resmi untuk melakukan pembinaan bahasa

Indonesia, seperti dengan membuat Rancangan Undang-Undang Kebahasaan yang

tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang

Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Ruang lingkup

(27)

bagian kedua, Penggunaan Bahasa Indonesia tertuang dalam pasal 26-40; bagian

ketiga, Pengembangan, Pembinaan, dan Perlindungan Bahasa Indonesia, tertuang

dalam pasal 41-43; bagian keempat, Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia tertuang

dalam pasal 44; bagian kelima, Lembaga Kebahasaan tertuang dalam pasal 45.

Selanjutnya undang-undang yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia pada nama badan usaha terdapat dalam pasal 36 ayat 3 berbunyi, “Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks, perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.”

Jika diamati saat ini, adanya kecenderungan penulisan papan nama badan

usaha swasta di Kota Medan menggunakan bahasa asing, baik dalam tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. Secara kualitatif, penulisan nama badan usaha dideskripsikan dan dianalisis berdasarkan peraturan yang berlaku dalam penggunaan

bahasa asing di Indonesia. Hal ini disebabkan kecenderungan menggunakan bahasa

asing pada nama badan usaha memiliki alasan tersendiri bagi pengusaha.

Secara kuantitatif, penggunaan bahasa yang terinterferensi tersebut

(28)

ketertarikan konsumen. Oleh karena itu, penyelidikan faktor yang menyebabkan interferensi dari segi usia dan penghasilan, jenis kelamin, pendidikan, dan keturunan menjadi bagian dari kajian ini. Dengan demikian, penggunaan bahasa asing di wilayah Indonesia, khususnya Kota Medan, sebagai kajian interferensi menemukan

alat bukti yang konkret dalam usaha penertiban bahasa asing di tempat umum,

sekaligus usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam penulisan

nama badan usaha, kawasan, dan bangunan serta nama dan merek dagang.

Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan

interferensi dan sikap bahasa asing pengusaha dalam penulisan nama badan usaha

swasta di Kota Medan.

1.7Pembatasan Masalah

Berdasarkan asumsi-asumsi dan temuan di atas, penelitian ini mengangkat permasalahan interferensi bahasa asing pada nama badan usaha swasta di Kota Medan. Di dalam penelitian ini, bahasa yang terinterferensi adalah bahasa Indonesia.

1.8Perumusan Masalah

(29)

1. Pada tataran bahasa, interferensi apakah yang muncul dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan?

2. Mengapa terjadi interferensi bahasa asing dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan?

3. Bagaimanakah hubungan jenis kelamin, pendidikan, usia, keturunan dan penghasilan terhadap sikap bahasa pengusaha dalam penggunaan bahasa asing pada penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan?

1.9Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interferensi bahasa asing dalam penggunaan nama badan usaha swasta. Untuk itu, tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan tataran bahasa yang terinterferensi dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan .

2. Untuk mendeskripsikan penyebab terjadinya interferensi bahasa asing dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan.

(30)

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1Manfaat Teoretis

Secara teoritis, temuan penelitian bermanfat dalam pengembangan ilmu bahasa, terutama berkaitan dengan hal berikut ini:

1. Bagi ilmu linguistik, khususnya ilmu sosiolinguistik, kajian ini bermanfaat untuk memperkaya kajian kebahasaan di Indonesia, khususnya dalam kajian interferensi.

2. Hasil kajian ini menjadi referensi bagi penelitian sosiolinguistik selanjutnya, khususnya di Kota Medan.

3. Hasil kajian ini berguna untuk melihat pergeseran dan perkembangan bahasa yang diakibatkan oleh perkembangan ekonomi, budaya, politik, dan sosial.

1.4.2Manfaat Praktis

Secara praktis, temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pembinaan dan pengembangan bahasa, terutama berkaitan dengan hal berikut ini:

(31)

2. Bagi pemerintah, hasil kajian ini bermanfaat bagi pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan dalam penertiban penggunaan bahasa asing di tempat umum, khususnya pada papan nama badan usaha swasta.

(32)

BAB II

KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik dan teori tradisional. Teori sosiolinguistik yang digunakan adalah teori interferensi bahasa. Sebaliknya, teori tradisional digunakan untuk menentukan sebuah bahasa yang dipakai telah terinterferensi. Rujukan teori tradisional yang digunakan adalah

Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Di samping itu Kamus Besar Bahasa Indonesia digunakan untuk melihat bentuk baku tidaknya bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia atau bahasa tersebut atau bahasa tersebut telah diserap atau pun tidak.

(33)

2.1.1 Interferensi

Istilah interferensi berasal bahasa Inggris yang disebut interference

‘gangguan’. Istilah interferensi digunakan pertama kali dalam sosiolinguistik oleh

Weinreich (1970:1) yang mengatakan bahwa interferensi bahasa adalah suatu bentuk penyimpangan dalam penggunaan bahasa dari norma-norma yang ada sebagai akibat adanya kontak bahasa atau pengenalan lebih dari satu bahasa dan digunakan secara bergantian oleh penuturnya. Selanjutnya, Weinreich menekankan interferensi adalah pemindahan unsur-unsur bahasa ke dalam bahasa lain dan penyimpangan penggunaan kaidah dan norma- norma bahasa. Sebagaimana yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa akibat adanya masyarakat yang bilingual ataupun dwibahasawan seperti yang terjadi pada masyarakat Indonesia, muncullah suatu fenomena bahasa yang disebut dengan interferensi.

Lado (1957:217) mengatakan bahwa interferensi adalah kesulitan yang

timbul dalam proses penguasaan bahasa kedua dalam hal bunyi, kata, atau konstruksi

(34)

Menurut Dulay, dkk. dalam Budiarsa (2006:355), interferensi sosiolinguistik adalah jika masyarakat atau negara yang memiliki bahasa berbeda mengadakan kontak atau interaksi menggunakan bahasa. Pendapat senada didukung oleh Kridalaksana (2001:84) yang mengatakan interferensi adalah penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa ciri-ciri masih kentara. Selanjutnya,

Sementara itu, Chaer dan Agustina (1995:168) mengemukakan bahwa interferensi adalah peristiwa penyimpangan norma dari salah satu bahasa atau lebih. Selanjutnya, Valdman dalam

Alwasilah (1985:131) mengemukakan pengertian interferensi berdasarkan pendapat Hartman dan Stonk yang menyatakan bahwa interferensi merupakan kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata.

Hayi

Hal senada juga diungkapkan oleh Jendra (1991:187) bahwa interferensi sebagai gejala penyusupan sistem suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Interferensi timbul karena dwibahasawan menerapkan sistem satuan bunyi (fonem) bahasa

(35)

pertama ke dalam sistem bunyi bahasa kedua sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan atau penyimpangan pada sistem fonemik bahasa penerima.

Ohoiwutun (2007:72) mengatakan bila dua atau lebih bahasa bertemu karena digunakan oleh penutur dari komunitas yang sama, maka akan terjadi bahwa komponen-komponen tertentu dapat tertransfer dari bahasa yang satu, yakni bahasa sumber (source or donor language) ke bahasa lain yakni bahasa penerima (recipient language). Akibatnya terjadi pungutan bahasa atau ‘interference’ sebagaimana diistilahkan oleh Weinreich (1970).

Selanjutnya, Ohoiwutun (2007:72) mengutip pendapat Mackey (1972) membedakan antara campur kode dengan interferensi bahasa. Campur kode dikatakan sebagai interferensi sedangkan interferensi disebut sebagai integrasi. Begitu pula halnya dengan Mustakim (1994:13), yang mengutip pendapat Mackey (1972)

mengungkapkan bahwa masalah interferensi adalah nisbi, tetapi kenisbiannya itu dapat

diukur. Menurutnya, interferensi dapat ditetapkan berdasarkan penemuan adanya integrasi,

yang juga bersifat nisbi. Di dalam hal ini, kenisbian integrasi itu dapat diketahui dari suatu

bentuk leksikal. Misalnya, sejumlah orang menganggap bahwa bentuk leksikal tertentu sudah

terintegrasi, tetapi sejumlah orang yang lain menganggap belum.

(36)

dapat dikatakan bahwa unsur itu sudah terintegrasi. Jika unsur tersebut belum tercantum dalam kamus bahasa penerima, berarti bahasa tersebut belum terintegrasi.

Ohoiwutun menganggap seluruh kata yang berasal dari bahasa lain merupakan interferensi. Interferensi bahasa yang sudah masuk ke dalam suatu bahasa penerima baik diserap langsung maupun melalui penyesuaian ejaan bahasa penerima merupakan integrasi. Perbedaan antara interferensi dengan integrasi sangatlah tipis. Perbedaannya yaitu kata yang sudah diserap ke dalam bahasa penerima disebut sebagai interferensi yang sudah berintegrasi.

(37)

2.1.2 Tataran Interferensi Bahasa

Chaer (1999:66) mengemukakan interferensi dapat terjadi dalam semua tataran bahasa, misalnya dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Ketiga tataran ini dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam penulisan nama badan usaha, mengalami interferensi sebagai berikut:

1) Interferensi fonologi merupakan perubahan bunyi bahasa yang seharusnya diucapkan menurut bahasa Indonesia tetapi diucapkan menurut bahasa asing. Contohnya bunyi /c/ diucapkan /se/ atau /k/.

2) Interferensi morfologi merupakan interferensi yang terjadi dalam pembentukan kata, leksikal, dan frase. Pembentukan kata, contohnya, legalisasi, premanisme, pascasunami, dan ekspress. Pembentukan leksikal yaitu penggunaan kata asing, baik sudah ada padanannya maupun belum ada padanannya. Contohnya internet, florist, mouse, collection, dan fashion. Pembentukan frase sangat sering terjadi dalam penulisan nama badan usaha swasta. Interferensi ini, misalnya, dalam bahasa Indonesia menggunakan struktur DM (Diterangkan Menerangkan) sementara bahasa Inggris menggunakan struktur MD (Menerangkan Diterangkan). Contohnya, Annie Sui Beauty Salon, dan Farhan Florist.

(38)

nama usaha, keunggulan, jenis usaha, dan lain-lain. Contohnya, East and on time delivery.

Jendra (1991:108) membedakan tataran interferensi bahasa menjadi lima aspek kebahasaan. Kelima aspek kebahasaan dalam tataran interferensi bahasa itu adalah:

1) Interferensi pada bidang sistem tata bunyi (fonologi). 2) Interferensi pada tata bentukan kata (morfologi). 3) Interferensi pada tata kalimat (sintaksis).

4) Interferensi pada kosakata (leksikon).

5) Interferensi pada bidang tata makna (semantik).

Secara khusus, menurut Jendra (1991:113) tataran interferensi bahasa pada bidang semantik masih dapat dibedakan lagi menjadi tiga bagian. Kelima bagian itu adalah:

1) Interferensi semantik perluasan (semantic expansive interference).

2) Interferensi semantik penambahan (

Istilah ini dipakai apabila terjadi peminjaman konsep budaya dan juga nama unsur bahasa sumber.

(39)

3) Interferensi semantik penggantian (replasive semantic interference). Interferensi ini terjadi apabila muncul makna konsep baru sebagai pengganti konsep lama.

2.1.3 Jenis-jenis Interferensi

Interferensi terdiri atas beberapa jenis. Huda (1981:17) yang mengacu pendapat Weinreich, mengidentifikasi interferensi atas empat jenis, yaitu:

1) Pentransferan unsur suatu bahasa ke bahasa yang lain.

2) Adanya perubahan fungsi dan kategori yang disebabkan oleh adanya pemindahan.

3) Penerapan unsur-unsur bahasa kedua yang berbeda dengan bahasa pertama.

4) Kurang diperhatikannya struktur bahasa kedua mengingat tidak ada ekuivalensi dalam bahasa pertama.

Latar belakang pemunculan interferensi bahasa dapat ditelusuri dari penutur dan bahasa yang dituturkannya. Weinreich (1970:64-65) mendeskripsikan beberapa

(40)

faktor yang dapat dipandang sebagai latar belakang munculnya gejala interferensi, yaitu:

1) Kedwibahasaan para peserta tutur.

2) Kurangnya loyalitas pemakaian bahasa penerima.

3) Tidak cukupnya kosa kata penerima dalam menghadapi kemajuan dan pembaruan.

4) Menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan.

5) Kebutuhan akan sinonim.

6) Prestise bahasa sumber dan gaya bahasa.

Di samping pendapat Weinreich di atas, Ohoiwutun (2007:72) mengatakan bahwa gejala interferensi dapat dilihat dalam tiga dimensi kejadian. Pertama, dimensi tingkah laku berbahasa dari individu-individu di tengah masyarakat. Kedua, dari dimensi sistem bahasa dari kedua bahasa atau lebih yang berbaur. Ketiga, dimensi pembelajaran bahasa.

(41)

mentransfer satu atau lebih komponen dari bahasa yang satu untuk dirakit dan diramu dalam konteks bahasa yang lain.

Dimensi kedua, menurut Ohuiwutun (2007:73), “Dari dimensi sistem bahasa dikenal sebagai interferensi sistemik, yaitu pungutan bahasa.” Interferensi leksikal sistemik terjadi karena penyesuaian ejaan dari bahasa yang satu dalam konteks bahasa yang lain. Di dalam proses pungutan bahasa ini, interferensi leksikal sistemik dapat terjadi penggunaan leksikal bahasa asing dan yang sudah disistemikkan tetapi masih menggunakan bahasa asing karena ketidaktahuan pengguna bahasa. Bahkan, dapat terjadi proses pungutan bahasa yang mengabaikan interferensi leksikal sistemik dengan cara penggunaan leksikal serapan langsung dan leksikal bahasa asing yang belum diserap ke dalam bahasa Indonesia. Interferensi leksikal, penggunaan leksikal yang sudah disistemikkan tetapi masih menggunakan bahasa asing, leksikal serapan langsung, dan leksikal bahasa asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi fokus penelitian ini.

(42)

bahasa pertama dan bahasa asing sangat berlainan sehingga hampir tidak memiliki komponen yang semirip sehingga proses pembelajaran semakin rumit.

Berdasarkan pendapat di atas, latar belakang interferensi bahasa berkaitan erat dengan sikap bahasa. Menurut Bawa (1981:8) terdapat tiga ciri pokok perilaku atau sikap bahasa. Ketiga ciri pokok sikap bahasa itu adalah (i) language loyality, yaitu sikap loyalitas/kesetiaan terhadap bahasa; (ii) language pride, yaitu sikap kebanggaan terhadap bahasa; dan (iii) awareness of the norm, yaitu sikap sadar adanya norma bahasa. Jika wawasan terhadap ketiga ciri pokok atau sikap bahasa itu kurang sempurna dimiliki seseorang, berarti penutur bahasa itu bersikap kurang positif terhadap keberadaan bahasanya. Bahkan, menurut Sugono, dkk. (2006b:70), “Penggunaan unsur-unsur bahasa asing dalam wacana/kalimat bahasa Indonesia sangat berkaitan erat dengan masalah sikap bahasa. Sikap bahasa yang kurang positif, kurang bangga terhadap bahasa Indonesia, yang sebenarnya tidak perlu terjadi.” Kecenderungan sikap bahasa seperti ini dapat dipandang sebagai latar belakang munculnya interferensi bahasa bahasa asing terhadap bahasa pertama.

2.1.5 Bahasa Asing

(43)

sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri; percakapan, (perkataan) yang baik; tingkah laku yang baik; sopan santun: baik budi bahasanya. Selanjutnya, bahasa asing adalah bahasa milik bangsa lain yang dikuasai, biasanya melalui pendidikan formal dan secara sosiokultural tidak dianggap bahasa sendiri.

Bahasa asing dalam konteks politik bahasa nasional menjadi rumusan Seminar Politik Bahasa Nasional di Bogor, 8-12 November 1999. Alwi dan Sugono (2003:4) merumuskan bahwa, “Bahasa asing di Indonesia adalah semua bahasa, kecuali bahasa Indonesia, bahasa-bahasa daerah, dan bahasa serumpun Melayu. Bahasa asing yang berfungsi sebagai bahasa ibu warga negara Indonesia kelompok etnis tertentu tetap berkedudukan sebagai bahasa asing.”

Sejalan dengan rumusan tersebut, Huda dalam Alwi dan Sugono (2003:66-68) mengatakan pengertian bahasa asing dapat dilihat dari tiga sudut, yaitu wilayah asal, pemerolehan bahasa, dan fungsi sosio-kultural-politis.

1) Dari sudut asalnya dapat dirumuskan bahwa semua bahasa yang bukan berasal dari wilayah Indonesia adalah bahasa asing.

(44)

sehari-hari di dalam lingkungan keluarga, seperti di Indonesia dan Filipina, bahasa ketiga adalah bahasa asing.

3) Dari sudut sosio-kultural-politis, bahasa asing adalah bahasa yang tidak digunakan dalam interaksi sosial sehari-hari, tidak dipakai untuk pengantar mata pelajaran di sekolah secara nasional, dan tidak dipakai sebagai alat komunikasi politik dan pemerintahan.

Menurut Alwi dan Sugono (2003:6), dalam kedudukannya sebagai bahasa asing di Indonesia, bahasa-bahasa selain bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa rumpun Melayu berfungsi sebagai (1) alat perhubungan antarbangsa dan (2) sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional. Di samping itu, bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia dapat memiliki fungsi lain, seperti bahasa Inggris menjadi sumber pengembangan tata istilah keilmuan dan bahasa Arab sebagai bahasa keagamaan dan budaya Islam.

(45)

bahasa Jerman, dan bahasa Arab. Peran bahasa asing tersebut di Indonesia sebagai-berikut:

1) untuk alat komunikasi antarbangsa;

2) alat penyerapan ilmu pengetahuan dan teknologi;

3) pemerkayaan kosakata bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang teknologi dan peralatan kemajuan zaman, sepanjang belum terdapat padanannya dalam bahasa Indonesia; dan,

4) alat memperkenalkan budaya Indonesia ke negara dan bangsa lain.

(46)

2.1.6 Sikap Bahasa

Di dalam masyarakat multilingual, menurut Sumarsono dan Patana (2004:363) sikap bahasa seseorang ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah topik pembicaraan (pokok masalah yang dibicarakan), kelas sosial masyarakat pemakai, kelompok umur, jenis kelamin, dan situasi pemakai. Selain itu, Siregar, dkk. (1998:10) menyebutkan sikap bahasa sebagai kepercayaan, penilaian dan pandangan terhadap bahasa, penutur atau masyarakatnya serta kecenderungan untuk berperilaku terhadap bahasa, dan penutur bahasa atau masyarakatnya di dalam cara-cara tertentu.

Menurut Gavin dan Mathiot dalam Sumarsono dan Partana (2004:364), sikap bahasa itu setidak-tidaknya mengandung tiga ciri pokok, yaitu (1) kesetiaan bahasa (loyalty language), (2) kebanggaan bahasa (language pride), dan (3) kesadaran norma bahasa (awareness of the norm). Hal ini sejalan dengan pendapat Bawa (1981:8) yang menyatakan ada tiga ciri pokok perilaku atau sikap bahasa. Ketiga ciri pokok sikap bahasa itu adalah (1) language loyality, yaitu sikap loyalitas/kesetiaan terhadap bahasa, (2) language pride, yaitu sikap kebanggaan terhadap bahasa, dan (3)

awareness of the norm,

Berdasarkan penjelasan di atas, sikap bahasa berkaitan erat dengan kesetiaan bahasa. Di dalam hal ini, Weinreich (1970:99) mendefinisikan kesetiaan bahasa adalah ide yang mengisi mental dan hati manusia dengan pikiran-pikiran dan sistem

(47)

(akan sesuatu) dan mengendalikan manusia untuk menerjemahkan kesadarannya dalam tingkah laku berpola.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai interferensi pertama kali dilakukan oleh Weinreich pada tahun 1950 dan kemudian diikuti oleh sarjana lainnya, seperti Lado (1957), Meckey (1972), Haugen (1972). Penelitian interferensi di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Rusyana (1975) yang meneliti tentang interferensi morfologi pada penggunaan bahasa Indonesia oleh anak-anak yang berbahasa pertama bahasa Sunda. Penelitian yang lain dilakukan oleh Sugiyono (1995), Budiarsa (2006), Pujiono (2006), Sinambela (2008), dan Syarfina, dkk. (2009).

Rusyana, Yus (1975)Penelitian Rusyana dalam disertasi berjudul Interferensi Morfologi pada Penggunaan Bahasa Indonesia oleh Anak- anak yang Berbahasa

Pertama Bahasa Sunda menggunakan anak-anak sekolah dasar di Jawa Barat sebagai respondennya. Teori yang digunakan adalah teori Weinreich Languages in Contact

(48)

Sugiyono (1995) dalam tesisnya meneliti tentang interferensi fonetis bahasa Sunda yang dikaitkan dengan stratifikasi sosial. hasil penelitiannya disebutkan bahwa terdapat tiga ciri sosial yang korelasinya tinggi terhadap interferensi. Sementara itu, tingkat interferensi yang terendah terdapat pada penutur generasi muda dengan pendidikan yang tinggi yang lebih suka menggunakan bahasa Sunda dari pada bahasa Indonesia.

Soewito (1987) dalam disertasi yang berjudul “Berbahasa dalam Situasi Diglosik” membicarakan penggunaan bahasa serta interferensi dalam bahasa pada masyarakat Surakarta yang multilingual dengan menggunakan landasan teori Hymes (1972) yang membahas tentang komponen percakapan yang digunakan dalam interaksi sosial antarpenutur di masyarakat. Temuannya adalah bahwa dalam penggunaan bahasa oleh masyarakat Surakarta ditentukan oleh faktor-faktor yang sangat menentukan yakni siapa peserta tuturnya, maksud tutur, sarana tutur, dan urutan tutur sesuai dengan nilai sosial budaya masyarakat setempat. Demikian pula penggunaan bahasa atau ragam bahasa oleh masyarakat Surakarta ditentukan oleh komponen-komponen tutur yang lainnya, seperti situasi tutur, peristiwa tutur, pokok tutur, dan norma tutur sesuai dengan fungsi bahasa sebagai media komunikasi di masyarakat.

(49)

atau pelafalan pada beberapa konsonan bahasa Inggris, interferensi morfologis seperti penggunaan kata dasar, penjamakan, dan interferensi sintaksis, misalnya penggunaan kalimat pasif, penggunaan kala lampau, dan kala kini bahasa Inggris.

Pujiono (2006) dalam tesis Sekolah Pascasarjana USU meneliti tentang interferensi gramatikal dan leksikal bahasa Indonesia terhadap bahasa Jepang. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa penyebab terjadinya interferensi leksikal adalah banyaknya kosakata dalam bahasa Indonesia yang mempunyai arti yang sama dalam bahasa Jepang.

Sinambela (2008) melakukan penelitian untuk penulisan tesis pada Sekolah Pascasarjana USU dengan judul “Interferensi Bahasa Indonesia terhadap Bahasa Toba pada Buku Khotbah Impola ni Jamita”. Hasil analisis menunjukkan adanya interferensi positif dan interferensi negatif. Bentuk interferensi positif dalam hal ini ialah tidak terdapat derepresentasi serpihan bahasa Indonesia tersebut di dalam bahasa Toba. Hal ini menjadi unsur pemerkaya khasanah bahasa Toba. Bentuk interferensi negatif dalam hal ini ialah masih terdapatnya representasi serpihan bahasa Indonesia tersebut dalam bahasa Toba.

(50)

ada perbedaan pendapat di antara variabel laki-laki dan perempuan, dan antara usia, pekerjaan, dan pendidikan tetapi fakta-fakta kebahasaan yang menjadi variabel penelitian memperlihatkan bahwa masyarakat Kota Medan tetap bangga dan setia terhadap penggunaan bahasa Indonesia.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian terhadap interferensi bahasa asing dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan ini dijelaskan dalam dua konsep, yaitu konsep interferensi dan konsep bahasa asing.

2.3.3 Konsep Interferensi

Interferensi bahasa merupakan pencampuran unsur-unsur bahasa sumber dengan bahasa target. Pencampuran unsur bahasa terjadi pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, bahkan sampai pada tataran wacana. Masuknya unsur bahasa yang satu dengan bahasa lain akan mengakibatkan terjadinya penyimpangan kaidah bahasa. Interferensi ini pada dasarnya terjadi pada masyarakat bilingual dan multilingual. Interferensi terlihat dalam bahasa lisan maupun tulisan.

(51)

proses penyesuaian ejaan. Penyerapan bahasa melalui penyesuaian dikatakan sebagai interferensi sistemik.

Salah satu latar belakang terjadinya interferensi bahasa adalah sikap yang kurang positif penutur bahasa. Penutur bahasa sangat senang menggunakan bahasa asing daripada bahasa Indonesia walaupun bahasa Indonesia sudah memiliki padanan bahasa asing tersebut. Sikap bahasa ini juga kadang-kadang dipengaruhi oleh lingkungan yang menggunakan bahasa tersebut. Dengan demikian, perkembangan zaman dan teknologi dapat menyebabkan terjadinya interferensi.

Sebagai patokan terjadinya interferensi suatu bahasa adalah terjadinya penyimpangan kaidah-kaidah bahasa yang sudah disepakati oleh suatu bahasa penerima. Di samping itu, masuknya unsur bahasa asing yang terdapat dalam kamus bahasa asing dapat dijadikan suatu patokan interferensi unsur bahasa. Patokan bahasa Indonesia adalah Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tata bahasa baku bahasa Indonesia dijadikan patokan untuk melihat kaidah suatu bahasa pada tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis sedangkan kamus besar bahasa Indonesia digunakan untuk pada tataran leksikal bahasa. Di samping itu, patokan inferensi menggunakan kamus bahasa asing (Inggris, Belanda, dan Arab) untuk melihat bentuk asli leksikal yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.

(52)
(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan dan Metode yang Digunakan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan preskriptif. Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2005:894 ), preskriptif adalah bersifat memberi petunjuk atau ketentuan; bergantung pada atau menurut ketentuan resmi yang berlaku. Sejalan dengan itu, Sudaryanto (1982:5-6) menyatakan bahwa linguistik presriptif tidak menggambarkan bahasa sebagaimana adanya, melainkan memerikan bahasa sebagai mana seharusnya sesuai dengan ukuran yang diperkenankan untuk peristiwa kebahasaan tertentu yang dipandang baik dan benar. Soeparno (2008:2) yang menyatakan bahwa tata bahasa preskriptif berurusan dengan persoalan menghakimi benar salah pemakaian bahasa.

(54)

Berdasarkan pendekatan preskriptif, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan kedua metode penelitian ini untuk menguji kuesioner dan data secara statistik. Hal ini berdasarkan pendapat Djajasudarma (2006:10) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif harus dipertimbangkan dari segi metodologi kualitatif itu sendiri. Akan tetapi, penelitian kualitatif di dalam linguistik selalu ditunjang dengan kuantitatif dari segi penghitungan data.

Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian untuk mendeskripsikan data-data dengan menerapkan teori yang ada. Di dala penelitian ini, untuk mendeskripsikan tataran bahasa yang terinterferensi bahasa asing dan penyebab terjadinya interferensi. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan teori sosiolinguistik tentang interferensi bahasa, Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan kamus bahasa Inggris, .

(55)

r

xy = N∑XY – (∑ X) (∑ Y)

√{n∑X² - (∑ X) ²} { n∑Y ² - (∑Y) ²}

Adapun kriteria yang menunjukkan kuat atau lemahnya korelasi. Kriterianya sebagai berikut:

1) Angka korelasi berkisar antara 0 s.d. 1.

2) Besar kecilnya angka korelasi menentukan kuat atau lemahnya hubungan kedua variabel. Darwyan, dkk (2009 :93) Interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut;

Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi KK = 0

Korelasi sangat rendah/lemah sekali Korelasi rendah/lemah tapi pasti Korelasi yang cukup berarti Korelasi yang cukup berarti Korelasi yang tinggi, kuat

Korelasi sangat tinggi, kuat sekali, sangat diandal

Korelasi sempurna

3) Korelasi dapat positif dan negatif. Korelasi positif menunjukkan arah yang sama hubungan antarvariabel. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 semakin besar pula. Sebaliknya, korelasi negatif menunjukkan arah yang berlawanan. Artinya, jika variabel 1 besar maka variabel 2 menjadi kecil.

(56)

Ha : Jika probabilitas < 0,05, hubungan kedua variabel signifikan atau terdapat hubungan antara variabel X—Y .

Ho : Jika probabilitas > 0,05, hubungan kedua variabel tidak signifikan.atau tidak terdapat hubungan antara variabel X—Y .

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

(57)

3.2.2Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan. Pertama, dalam 10 hari, yaitu tanggal 11-20 Maret 2010 dilakukan pengumpulan data dalam bentuk foto nama badan usaha swasta. Kedua, wawancara pada 10 responden selama 10 hari, yaitu tanggal 3-13 Mei 2010. Ketiga, berdasarkan hasil klasifikasi foto nama badan usaha swasta dan hasil wawancara maka dilakukan penyebaran angket serta mengumpulkannya dari responsen yang dilakukan dalam rentang waktu satu bulan, yakni tanggal 2 Juni sampai dengan 2 Juli 2010.

3.3Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nama badan usaha swasta yang berada di Kota Medan. Nama badan usaha swasta ini merupakan nama hotel, plaza, perumahan, rumah makan, dan usaha kecil menengah yang berjumlah 180 data. Data tersebut berasal dari sumber data yang diperoleh dari foto hasil rekaman. Sumber data ini dikumpulkaan untuk mengidentifikasi jenis interferensi bahasa.

(58)

angket, penelitian ini menggunakan wawancara pada 10 pengusaha. Oleh karena itu, dalam usaha menjaring sikap bahasa pengusaha, penelitian ini menyebarkan angket untuk 100 orang dengan latar belakang yang berbeda. Untuk itu, subjek penelitian yang dipilih adalah usaha kecil menengah yang menggunakan bahasa asing pada nama badan usaha.

3.4Prosedur Pengumpulan dan Perekaman Data

(59)

3.5Prosedur Analisis Data

Tahap penganalisisan data hasil temuan penelitian interferensi bahasa pada papan nama badan usaha swasta dilakukan dengan 11 tahapan, yaitu:

1) mengidentifikasi seluruh data yang ada;

2) mengklasifikasi data berdasarkan tataran interferensi bahasa;

3) menentukan interferensi bahasa asing dalam penggunaan nama badan usaha swasta;

4) menganalisis penyebab terjadinya interferensi dalam penggunaan nama badan usaha swasta;

5) mencari validitas dan reliabilitas angket sikap bahasa;

6) deskripsi angket sikap bahasa;

7) tabulasi data sikap bahasa;

8) uji homogenitas data;

9) uji normalitas data; dan

10)uji korelasi data.

(60)

3.6Pemeriksa dan Pengecekan Keabsahan Data

(61)

BAB IV

ANALISIS INTERFERENSI BAHASA

4.1Analisis Interferensi Bahasa

Di dalam mengidentifikasi data nama badan usaha yang menggunakan bahasa asing, penelitian ini menggunakan panduan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan kamus bahasa Inggris, Belanda, dan Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa papan nama badan usaha swasta lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dibandingkan dengan bahasa asing lainnya. Di samping itu, pengaruh bahasa Inggris terhadap penulisan nama badan usaha swasta cukup besar. Akan tetapi, dalam pengidentifikasian data interferensi bahasa, penelitian ini tidak membicarakan etimologi bahasa.

Dari hasil pengidentifikasian data, penulisan nama badan usaha dapat diklasifikasikan bahwa tataran bahasa yang terinterferensi adalah tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. . Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu di bawah ini.

4.2Analisis Tataran Bahasa yang Terinterferensi

(62)

terinterferensi oleh bahasa asing Inggris, Belanda, dan Arab. Adapun tataran bahasa yang telah terinterferensi dalam kasus penulisan nama badan usaha swasta, yaitu pada tataran fonologi, gramatikal, leksikal, dan semantik. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu di bawah ini.

4.2.1Tataran Fonologi

Interferensi dalam tataran fonologi terlihat pada singkatan, nama orang, dan kata yang telah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia yang digunakan sebagai nama usaha. Adapun fonologi yang terinterferensi yaitu fonem /c, u, a, e, g, z, b/.

Tabel 4.1: Interferensi Fonologi

Fonologi Nama /Jenis Usaha Bahasa Asing BahasaIndonesia

C [Se] C. Cathay

KFC

C.A Perfumerry

(63)

A [e] Maygita

C.A Perfumerry

[meigita] C.A - a [ei]

[maygita] C.A [c.a]

A [o] Medan Mal Mal - mOl Mal [mal]

E [i] Halat Education Centre (HEC) HEC - e[ei] HEC -E[e]-[d] G [j] Genius Education Training

School

[jinias] [genius]

Z [j] Uni Plaza Building [pla:zə] [pla:zə] B [bi] CEMB Niaga [si,ei,em,bi] [c,e,m,be]

Dari tabel 4.1 terdapat kata yang sudah masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui penyerapan langsung dan melalui penyesuaian ejaan atau sistemik. Namun, kata yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia masih menggunakan bunyi ejaan bahasa asing. Contohnya, plus [ples] mal [mol], bahasa Indonesia plus [plus], mal [mal]. Ada pula kata yang berasal dari bahasa asing yang diucapkan dengan bunyi bahasa Indonesia. Contohnya, kata plaza yang diucapkan dengan [plaja]. Oleh karena itu, dapat dikatakan sebagian besar masyarakat Kota Medan mengucapkan kata plaza

adalah [plaja] karena pada dasarnya hal tersebut disebabkan fonem /z/ berasal dari bahasa asing dan dalam kosa kata bahasa Indonesia tidak terdapat fonem /z/. Kata

(64)

Indonesia mengikuti bunyi bahasa asing. Contohnya, sun plaza [san plaza] dalam bahasa Indonesia diucapkan [plaza sUn]. Sebagian masyarakat mengucapkan kata

plaza adalah [Plaja]. Hal tersebut dilakukan pada 20 orang, yang mengucapkan [plaja] sebanyak 16 orang dan 6 orang mengucapkan [plaza]. Dari data tersebut membuktikan bahwa bunyi bahasa yang sudah terinterferensi sulit untuk mengubahnya sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dari data di atas dapatlah dikatakan bahwa bunyi bahasa Indonesia yang terinterferensi, yaitu C [Si] , C [k], A [o], E [i], U [e], U [a], A [e], G {[j], Z [j], dan B [bi].

4.2.2 Tataran Gramatikal

Interferensi gramatikal merupakan interferensi bidang morfologi dan sitaksis. Oleh kerana itu, dalam tataran interferensi gramatikal akan membicarakan interferensi bidang morfologi dan sintaksis. Di dalam bidang morfologi, pembahasan tentang pembentukan kata yang menyangkut pengimbuhan dan frase. Sebaliknya, bidang sintaksis menyangkut struktur kalimat.

4.2.2.1Interferensi Morfologi

(65)

kata dalam frase yang telah mengalami penyimpangan bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu per satu di bawah ini.

1. Interferensi Kata Berimbuhan

Dari data yang terkumpul terdapat beberapa jenis interferensi kata berimbuhan dari bahasa asing yangdigunakan dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan.

1) Kata-kata yang menggunakan imbuhan -s seperti pada jenis dan nama usaha swasta, seperti Bahagia Ekspress, Forest Australian 4X4 Eqoupments, Octor’s

Lab, Nusantara Toys, Hotel Sukma CityRoom’s, dan Meeting Room’s.

Dari contoh di atas terlihat bahwa bahasa asing yang digunakan menggunakan imbuhan -s. Namun, terdapat kata yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia masih tetap menggunakan s yang terkesan menggunakan imbuhan –s padahal hanya untuk variasi kata saja , yaitu kata ekspress. Adapula kata yang digunakan menggunakan imbuhan -s yang digunakan langsung pada nama usaha, contohnya,

Eqoupments, octor’s, toy’s dan room’s.

2) Kata-kata yang berimbuhan -er dapat dilihat pada jenis usaha swasta yang bergaris miring di bawah ini . Contohnya, Queen Internet Café, scanner, printer,

(66)

pengkopi kertas. Di dalam bahasa Indonesia kata ini belum masuk ke dalam kamus. Untuk menyatakan scanner bahasa Indinesia pemindai dan kata printer

bahasa Indonesianya mesin cetak. Kata supplier dalam bahasa Indonesia menjadi

penyuplai atau pemasok. Kata scanner, printer, bermakna menjual alat cetak dan alat pindai padahal yang dimaksudkan yaitu jasa untuk mencetak dan jasa memindai, di sini terjadi perubahan makna.

3) Kata-kata yang menggunakan imbuhan -es seperti pada jenis dan nama usaha swasta. Contohnya, Auto Bright Automotive Refinishes, Perdana Ekspres Fast Ferry Ventures , dan AE Alumex Furniture of Endless Passiblities. Kata-kata yang menggunakan imbuhan -es adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing (Inggris). Kata Refeniseshes, Ventures, dan Passibilities sebagai kata untuk jenis usaha. Kata-kata berimbuhan -es tersebut digunakan langsung dalam menuliskan jenis usaha yang ditawarkan.

4) Kata-kata yang berimbuhan –al, contohnya pada frase berikut ini, Kim Co

Oriental Restourant, Auderly Herbal Treatment, dan CV. Tira Car Rental. Kata-kata tersebut merupakan Kata-kata yang telah dilekati imbuhan -al. Seperti kata

oriental, herbal, dan rental dalam bahasa Inggris terdapat kata oriental, herbal,

dan rental yang dibentuk dari kata orient, herb, rent yang mendapat imbuhan -al

sehingga terbentuk kata oriental, herbal, dan rental. Dari ketiga kata tersebut kata oriental dan rental telah masuk ke dalam bahasa Indonesia. Kata rental dan

(67)

perubahan bentuk. Untuk kata herbal, dalam bahasa Indonesia tidak ada kata

herbal tetapi yang ada kata herba.

5) Kata berimbuhan -ing. Kata yang menggunakan imbuhan -ing yang digunakan dalam penulisan nama badan usaha swasta, contohnya, Shahira Shop, Clothing

Queen, Browsing, chating, Merry Beauty Slimming, Kata cloting, browsing, cating, slimming merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang telah dilekati imbuhan -ing. Keempat kata ini belum masuk ke dalam bahasa Indonesia. Kata clohting, browsing, dan cating digunakan beriring dengan perkembangan zaman, yaitu masuknya budaya penggunaan internet ke Indonesia.

6) Kata berimbuhan –an. Kata berimbuhan –an membentuk kata benda, contohnya,

consultan. Di dalam bahasa Indonesia, kata consultan ditulis konsultan, dan dalam bahasa Indonesia juga terdapat kata konsul.

7) Kata berimbuhan –ion. Kata berimbuhan –ion contohnya convention. Di dalam bahasa Indonesia kata convention menjadi konvensi.

8) Kata berimbuhan pre-. Kata berimbuhan pre- contohnya prescholl. Di dalam bahasa Indonesia, imbuhan pre- menjadi pra-. Kata preschool dalam bahasa Indonesia menjadi prasekolah atau Pendidikan Usia Dini.

(68)

2. Interferensi Frase

Dari data yang terkumpul terdapat beberapa jenis interferensi frase bahasa asing yangdigunakan dalam penulisan nama badan usaha swasta di Kota Medan. 1) Frase bahasa asing dengan struktur bahasa asing (Inggris), contohnya, Shahira

shop, Queen Internet Café, Bromo Residence, Hunian Eksklusif, Bromo Bintang Regency, Yummy Food Court, Prime One School, Sea Food, Deli Grand City, The Sky Garden Condominium Bread Hut, Prima Copy Centre, D’ Mansion

Furniture Factori Outlet, Aston City Hall, dan Monex Investindo Futures. Kata-kata yang bercetak miring pada nama usaha swasta di atas berasal dari bahasa asing mengikuti stuktur bahasa asing. Adapun sruktur bahasa asing (Inggris) yaitu struktur MD (menerangkan dan diterangkan). Sebaliknya, struktur frase dalam bahasa Indonesia untuk nama badan usaha menggunakan struktur DM (diterangkan menerangkan).

2) Frase bahasa asing yang menggunakan sebagian kata yang berasal dari bahasa Indonesia dan masih menggunakan struktur bahasa asing (Inggris), contohnya,

Merdeka Walk, Berjaya Travel, Citra Money Changer, Sukma City, Panglima Express, Nusantara Toy’s, dan Thai Refleksi Kaki. Dari contoh tersebut terlihat bahwa kata merdeka, berjaya, citra, sukma, Nusantara, panglima, dan kaki

Gambar

Tabel 5.1: Data Variabel Penelitian
Tabel 5.2: Deskripsi Frekuensi Sikap Bahasa
Tabel 5.3b: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 2
Tabel 5.3c: Frekuensi Jawaban Pertanyaan 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

penulisan hukum dengan judul Peran Badan Lingkungan Hidup Dalam.. Pengawasan Kegiatan Usaha Laundry Sebagai Upaya Pengendalian

Penelitian yang berjudul “Diksi Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas, Laporan, dan Papan Nama Ruang pada Badan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta” ini dilaksana-