ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb)
PADA TEPUNG TAPIOKA DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
TUGAS AKHIR
OLEH:
DELIMA MEGA SINAGA
NIM 122410042
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Analisis Kadar Timbal(Pb) Pada Tepung Tapioka Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom”. Penulisan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt selaku Wakil Dekan I Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan
5. Bapak Drs., Wiryanto, MS., Apt., selaku Dosen Penasehat Akademik yang
telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal
akademik setiap semester.
6. Bapak Martias, Kepala Laboratorium Instrumen dan selaku Pembimbing PKL
di Baristand Industri Medan.
7. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analisis
Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Sabar Sinaga dan Ibunda
Pinnahati Silalahi serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan perhatian,
doa, dorongan dan pengorbanan baik moral maupun materil dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu
penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.
Medan, Maret 2015 Penulis
ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb)
PADA TEPUNG TAPIOKA DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Abstrak
Pencemaran atau polusi adalah masuknya sesuatu yang dilakukan oleh manusia kedalam lingkungan berupa bahan yang kemungkinan besar menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia.Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungnnya dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang berterbangan di udara akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah. Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah.Singkong perlu segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah menjadi tepung tapioka. Tercemarnya lahan penanaman singkong mengakibatkan olahan singkong mengandung logam berat seperti Timbal (Pb).
Sampel yang digunakan adalah tepung tapioka. Penentuan kadar Timbal (Pb) dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom dengan panjang gelombang 283,3 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Timbal yang di dapat pada tepung tapioka adalah 0,66599 mg/L dengan konsentrasi rata-rata 0,0666 mg/L dan absorbansi rata-rata 0.00038. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar Timbal (Pb) pada tepung tapioka tidak memenuhi syarat yang ditetapkan pada SNI Nomor 3451 Tahun 2011 sehingga tepung tapioka tersebut tidak layak untuk di konsumsi masyarakat.
DAFTAR ISI
2.1.1 Taksonomi Tanaman Singkong ... 4
2.1.2 Manfaat Tanaman Singkong ... 4
2.2 Tepung Tapioka ... 6
2.2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Tapioka ... 7
2.2.2 Pencemaran Tepung Tapioka ... 8
2.3 Timbal (Pb) ... 9
2.3.1.1 Penggunaan Dalam Bidang Industri ... 11
2.3.2 Efek Toksik Timbal (Pb) ... 11
2.3.3 Pencegahan Pencemaran Timbal (Pb) ... 14
2.4 Mesin Analisis ... 15
2.4.1 Spektrofotometri Serapan Atom ... 15
2.4.2 Instrumentasi Serapan Atom Spektrofotometer ... 16
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN ... 20
3.4.2 Pembuatan Pereaksi Aquabides Asam ... 21
3.4.3 Pembuatan Larutan Standar Timbal ... 22
3.4.3.1 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 1 Pb/L ... 22
3.4.3.2 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 0,2 mg Pb/L 22
3.4.3.3 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 0,4 mg Pb/L 22
3.4.3.4 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 0,6 mg Pb/L 22
3.4.3.5 Pembuatan Larutan Kerja Timbal 0,8 mg Pb/L 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
4.1 Hasil ... 24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 26
5.1 Kesimpulan ... 26
5.2 Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran Data ... 29
2. Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb) ... 34
3. Data Kalibrasi ... 35
4. Perhitungan Kadar Logam ... 37
5. Lampiran Syarat Mutu Tapioka SNI No. 3451 Tahun 2011 ... 38
ANALISIS KADAR TIMBAL (Pb)
PADA TEPUNG TAPIOKA DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Abstrak
Pencemaran atau polusi adalah masuknya sesuatu yang dilakukan oleh manusia kedalam lingkungan berupa bahan yang kemungkinan besar menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia.Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungnnya dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang berterbangan di udara akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah. Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah.Singkong perlu segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah menjadi tepung tapioka. Tercemarnya lahan penanaman singkong mengakibatkan olahan singkong mengandung logam berat seperti Timbal (Pb).
Sampel yang digunakan adalah tepung tapioka. Penentuan kadar Timbal (Pb) dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom dengan panjang gelombang 283,3 nm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Timbal yang di dapat pada tepung tapioka adalah 0,66599 mg/L dengan konsentrasi rata-rata 0,0666 mg/L dan absorbansi rata-rata 0.00038. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar Timbal (Pb) pada tepung tapioka tidak memenuhi syarat yang ditetapkan pada SNI Nomor 3451 Tahun 2011 sehingga tepung tapioka tersebut tidak layak untuk di konsumsi masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika
mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari.Spektroskopi serapan atom
pertama kali digunakan pada tahun 1995 oleh Walsh. Sesudah itu, tidak kurang
dari 65 unsur diteliti dan dapat dianalisi dengan cara tersebut. Spektroskopi
serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam
jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini
memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung
pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Pelaksanaannya relatif
sederhana, dan interferensinya sedikit.Spektroskopi serapan atom didasarkan pada
penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang disn serap biasanya
sinar tampak atau ultraviolet. Dalam garis besarnya prinsip spektroskopi serapan
atom sama saja dengan spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet.
Perbedaannnya terletak pada bentuk spectrum, cara peengerjaan sampel dan
peralatannya (Rohman, 2007).
Logam dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada mahluk
hidup.Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan.Logam-logam
tertentu sangat berbahaya bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam
lingkungan (dalam air, tanah, dan udara), karena logam tersebut mempunyai sifat
berbahaya (Pb), dapat terjadi jika orang atau pabrik yang menggunkan logam
tersebut untuk proes produksinya tidak memperhatikan keselamatan lingkungan
(Darmono,1995).
Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan
logam dalam tanaman yang tumbuh diatasnya, sehingga kandungan logam yang
kurang atau berlebihan dalam jaringan tanaman akan mencerminkan kandungan
logam dalam tanah. Tetapi ada kekecualian, yaitu dengan adanya suatu interaksi
diantara logam itu sendiri, sehingga terjadi suatu hambatan penyerapan
kandungan logam tersebut dalam tanaman (Darmono,1995).
Timbal (Pb) adalah suat
lambang Pb deng
Plumbum.Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam – logam golongan IV –
A pada Tabel Periodik unsur kimia. Timbal (Pb) atau dalam keseharian lebih
dikenal dengan nama timah hitam.Timbal (Pb) adalah logam berat yang terdapat
secara alami di dalam kerak bumi.Keberadaan timbal juga berasal dari hasil
aktivitas manusia, dimana jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb
alami yang terdapat pada kerak bumi.Unsur Pb digunakan dalam bidang industri
modern sebagai bahan pembuatan pipa air yang tahan korosi, bahan pembuat cat,
baterai, dan campuran bahan bakar bensin tetraetil (Widowati, 2008).
Bahan pangan mengandung kontaminan Pb cukup tinggi adalah sayuran
yang ditanam di tepi jalan raya dengan rata-rata sebesar 28,78 ppm, jauh diatas
batas aman yang diizinkan oleh Dirktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan,
terutama dalam sayuran hijau. Berapa bahan pangan dilaporkan mengandung Pb,
di antaranya susu sapi, buah, dan sayuran (15-20 mirkro gram/kilo gram), an ikan
(170 mikro gram/kilo gram ). Kelompok yang paling tinggi adalah
kerang-kerangan (molusca) dan udang-udangan (crustacea), yaitu rata-rata lebih tinggi
dari 250 mikro gram/kilogram. Inilah satu tujuan saya menganalisa kadar logam
Timbal (Pb) pada tepung tapioka secara spektrofotometri serapan atom, dimana
Singkong yang ditanam ditepi jalan raya dapat mengakibatkan singkong
mengandng timbal (Pb) (Palar, 1994).
1.2 Tujuan
− Untuk mengetahui kadar timbal (Pb) pada tepung tapioka berdasarkan
SNI 3451-2011.
− Untuk mengetahui Kualitas tepung tapioka yang diuji.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah:
− Memberikan informasi tentang persentase kandungan timbal (Pb) yang
terdapat pada tepung tapioka.
− Memberikan informasi mengenai tepung tapioka sehingga hasil yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Singkong 2.1.1 Taksonomi Singkong
Menurut (Salim, 2012) taksonomi tanaman Singkong adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Family : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot esculenta
2.1.2 Manfaat Tanaman Singkong
Singkong merupakan jenis makanan yang hampir semua orang sudah
mengenalnya.Banyak orang yang menyenangi makanan yang satu ini karena bisa
dibuat aneka masakan yang lezat dengan khasiat yang banyak. Jenis makanan
yang sangat mudah menanamnya ini tiak hanya umbinya yang bisa dimanfaatkan,
tetapi juga daunnya. Menurut pakar tanaman obat, Prof. Hembing Wijayakusuma,
singkong memiliki efek farmakologis yang sangat baik bagi kesehatan.Efek
farmakologis yang terdapat dalam singkong seperti antioksidan, antikanker, serta
dapat menambah nafsu makan. Selain itu, dalam sigkong terdapat, berbagai
dalam ubi singkong adalah kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang, zat besi,
vitamin B an C, dan amilum (Rushide, 2010).
Secara umum, singkong bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan
digunakan sebagai obat penyembuhan, seperti mengobati rematik, sakit kepala,
demam, luka, diare, cacingan, disentri, rabun senja, beri-beri, dan meningkatkan
stamina tubuh (Rushide, 2010).
Singkong merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah banyak
diolah menjadi berbagai produk jadi atau produk setengh jadi yang memiliki nilai
tambah lebih tinggi. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya
karbohidrat, namun sangat miskin protein, Di Indonesia tanaman singkong
memiliki bermacam nama, antara lain singkong, ketela pohon, ubi kayu, dan
lain-lain. Sebagian tanaman singkong telah dimanfaatkan, dari umbi, batang, hingga
daunnya.Hampir semua bagian dapat dimanfaatkan. Daun singkong digunakan
untuk sayur-mayur, batang singkong untuk pegembangbiakan secara stek atau
tanam pagar, kulit singkong diolah menjadi keripik kulit singkong, sedangkan
umbi singkong telah banyak diproses menjadi macam-macam produk, salah
satunya tepung tapioka. Sebagian masyarakat telah memanfaatkan singkong
sebagai pengganti nasi karena ketidakmampuan ekonomi untuk membeli beras
2.2 Tepung Tapioka
Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong
ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah, baik secara monokultur
maupun tumpang sari dengan kacang tanah, kacang hijau, atau tanaman
hortikultura seperti cabai. Singkong dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan
baku industri, dan makanan ternak. Singkong yang telah di panen mudah menjadi
rusak, yaitu berubah menjadi coklat kebiruan. Oleh karena itu singkong perlu
segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah
menjadi tepung tapioka (Anonim, 2015).
Pengolahan tepung tapioka: kupas kulit umbi, lalu cuci hingga bersih.
Kemudian parut umbi dengan pemarut, lalu tampung parutan dalam tempat yang
berisi air bersih. Tampung air perasan dalam wadah.Lakukan penyaringan parutan
berulang kali sampai air perasan menjadi jernih.Kemudian endapkan air persasan
selama 24 jam.Kemudian buang air endapan yang mengandung lendir dan
kotoran, lalu ganti dengan air bersih sambil diaduk.Lakukan penggantian air 2-3
kali agar tepung yang dihasilkan berwarna putih bersih.Kemudian keluarkan
tepung dari wadah pengendapan lalu letakkan dalam tampah (nyiru). Hancurkan
gumpalan-gumpalan tepung basah dengan cara diremas-remas hingga tepung
menjadi halus. Kemudian jemur tepung tapioka di terik matahari hingga kering
(Anonim, 2015).
Cara membuatnya, singkong dikupas lalu dipotong potong dan digiling.
Hasilnya direndam dalam bak lalu disaring.Ampasnya dibuang, sedang cairannya
2.2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Tapioka Kupas kulit singkong hingga bersih
↓
Cuci singkong hingga bersih ↓
Parut singkong menjadi parutan halus ↓
Tampung dalam bak bersih air bersih Sambil diremas-remas dengan tangan ↓
Tuang hasil remasan keatas saringan kain putih, dan tampung air Perasan dalam
wadah atau bak, lakukan penyaringan parutan singkong berkali-kali hingga air
perasan jernih ↓
Endapkan air perasan dalam wadah atau bak pengendapan selama 24 jam ↓
Buang air endapan, kemudian ganti dengan air bersih sambil diaduk-aduk sampai
merata. Lakukan penggantian air bersih 2-3 kali agar tepung yang dihasilkan
berwarna putih bersih ↓
Jemur tepung tapioka hingga kering (Anonim, 2015).
Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong
ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah, baik secara monokultur
hortikultura seperti cabai. Singkong dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan
baku industri, dan makanan ternak. Singkong yang telah di panen mudah menjadi
rusak, yaitu berubah menjadi coklat kebiruan. Oleh karena itu singkong perlu
segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah
menjadi tepung tapioka. Singkong dipanen pada saat sudah berumur tua agar
tepung yang diperoleh maksimal.Untuk varietas genjah, singkong dipanen pada
umur 6-8 bulan an untuk variets dalam pada umur 9-12 bulan (Anonim, 2015).
2.2.2 Pencemaran Tepung Tapioka
Pencemaran atau polusi adalah masuknya sesuatu yang dilakukan oleh
manusia kedalam lingkungna berupa bahan yang kemungkinan besar
menyebabkan bahaya terhadap kesahatan manusia (Muklish, dkk.,2011).
Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu
proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia.
Pada awal digunakannya logam pada alat, belum diketahui pengaruh pencemaran
pada lingkungan. Proses oksidasi dari logam yang menyebababkan perkaratan
sebelumnya merupakan tanda-tanda adanya hal tersebut. Tahun demi tahun ilmu
kimia berkembang dengan cepat dan dengan nilai ditemukannya garam logam
PbNO3.serta diperjualbelikannya garam tersebut untuk industry, maka tanda-tanda
pencemaran lingkngan mulai timbul (Darmono,1995).
Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang
bermacam-macam ini dan ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara,
hubungannya dengan sifat-sifat logam itu sendiri, sedangkan pencemaran tanah
daratan atau air/lautan erat hubungannya dengan penggunaan logam itu
sendiri.Pencemaran udara biasanya terjadi pada proses-proses industri yang
menggunakan suhu tinggi, sedangkan logam seperti As, Cd, Hg, Pb, adalah logam
yang mudah menguap. Pencemaran daratan dan air terjadi karena pembuangan
limbah, dari industri penggunaan logam yang bersangkutan secara tidak terkontrol
(pabrik ak/baterai) atau penggunaan bahan yang mengandung logam itu sendiri
(Darmono,1995).
Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungnnya
dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang beterbangan di udara
akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran
tanah. Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah sangat rendah
didalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah
tersebut sudah tercemar (Darmono,1995).
2.3 Timbal (Pb)
Timbal (Pb) (Ar: 207.19). Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu
kebiruan, dengan rapatan yang tinggi (11,48 g ml-1 pada suhu kamar). Ia juga
mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) (Vogel,1985).
Timbal atau Plumbum (Pb) adalah metal kehitaman.Dahulu digunakan
sebagai konstituen didalam cat, baterai, dan saat ini banyak digunakan dalam
bensin. Timbal (Pb) organik (TEL = tetra ethyl lead) sengaja ditambahkan ke
sistemik.Keracunan Timbal (Pb) akan menimbulkan gejala: rasa logam di mulut,
garis hitam pada gusi, muntah-muntah, perubahan kepribadian, kelumpuhan, dan
kebutaan (Slamed, 1994).
Timbal (Pb) dalam bentuk larutan diabsorbsi sekitar 1-10% melalui
dinding saluran pencernaan. Sistem darah porta hepatis (dalam hati) membawa
timbal tersebut dan didistribusikan ke dalam jaringan. Timbal (Pb) kemudian
diekskresikan melalui urin dan feses. Kebanyakan ekskresi terjadi melalui cairan
empedu kedalam intestinum dan ginjal melalui air susu, keringat, dan rambut
(Darmono,1995).
Logam berat merupakan komponen alami tanah.Elemen ini tidak dapat
didegradasi maupun dihancurkan, logam ini dapat masuk kedalam tubuh manusia
melalui makanan, air minum, atau melalui udara.Logam berat merupakan
pencemar yang berbahaya dan bersifat racun bagi sel meskipun dalam konsentrasi
rendah (Martanigtas, 2004).
Timbal (Pb) memiliki nomor atom 82; bobot atom 207,21; valensi 2-4.
Timbal (Pb) merupakan logam yang sangat beracun terutama terhadap anak-anak.
Secara alami ditemukan pada tanah. Timbal (Pb) tidak berbau dan tidak berasa.
Timbal (Pb) dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa lain membentuk berbagai
senyawa-senyawa timbal, baik senyawa-senyawa organik seperti timbal oksida
(PbO), timbal klorida (PbCl2) dan lain-lain. Sumber-sumber timbale (Pb) antara
lain cat usang, debu, udara, makanan, tanah yang terkontaminasi dan bahan bakar
gelas, penstabil pada senyawa-senyawa PVC, cat berbasis minyak, zat
pengoksidasi dan bahan bakar (SNI, 2009).
2.3.1 Manfaat Timbal (Pb)
Timbal (Pb) dan persenyawaan banyak digunakan dalam berbagai bidang.
Dalam industri baterai digunakan sebagai bahan aktif dalam pengaliran arus
elektron, untuk kabel telepon, kabel listrik, bahan peledak, pewarnaan cat,
pengkilapan keramik dan bahan anti api, pembangkit listrik tenaga panas, aditif
untuk bahan bakar kendaraan bermotor (Palar, 2004).
2.3.1.1 Penggunaan Dalam Bidang Industri
Timbal (Pb) sebagai salah satu zat yang dicampurkan kedalam bahan
bakar (premium dan premix), yaitu (C2H5)4 Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead) yang
digunakan sebagai bahan aditif, yang berfungsi meningkatkan angka oktan
sehingga penggunaannya akan menghindarkan mesin dari gejala “ngelitik” yang
berfungsi sebagai pelumas bagi kerja antar katup mesin dengan dudukan katup
valve seat serta valve guide. Keberadaan Octane booster dibutuhkan dalam mesin
agar mesin bisa bekerja dengan baik (Widowati, 2008).
2.3.2 Efek Toksik Timbal (Pb)
Timbal (Pb) berpengaruh negatif pada semua organ yaitu dengan
mengganggu enzim oksidase sebagai akibatnya menghambat sistem metabolisme
Gejala yang khas dari keracunan Pb ini dibagi menjadi 3 bentuk yaitu:
Gastroenteritis. Ini disebabkan oleh reaksi ransangan garam Pb pada mukosa
saluran pencernaan sehingga menyebabkan pembengkakan dan gerakan kontraksi
rumen dan usus terhenti, peristaltic usus menurun sehingga terjadi konstipasi dan
kadang-kadang diare.Timbal terbawa dalam darah dan lebih dari 95% berikatan
dengan eritrosit.Ini menyebabkan mudah pecahnya sel darah merah dan
berpengaruh terhadap sintesis Hb, sehingga menyebabkan anemia. Timbal (Pb)
menyebabkan kerusakan sel endotel dan kapiler darah diotak (Darmono,1995).
Didalam tubuh manusia, Timbal (Pb) bisa menghambat aktivitas enzim
yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil Timbal
(Pb) diekskresikan lewat urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein,
sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan
rambut. Toksisitas kronis sering dijaumpai pada pekerja tambang dan pabrik
pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), pembuatan baterai,
percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan. Paparan Timbal (Pb) secara kronis
bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuhan, gangguan iritabilitas, gangguan
gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi
serta aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya
ingat terganggu, dan sulit tidur (Widowati, 2008).
Toksisitas akut bisa terjadi jika Timbal (Pb) masuk kedalam tubuh
seseorang melalui makanan atau menghirup gas Timbal (Pb) dalam waktu yang
relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi. Timbal (Pb) bisa
membuat anak-anak bersifat hiperaktif. Selain itu, Timbal (Pb) juga
mempengaruhi organ-organ tubuh, antara lain sistem saraf, ginjal, sitem
reproduksi, sistem endokirn, dan jantung, serta gangguan pada otak sehingga anak
mengalami gangguan kecerdasan dan mental. Pada wanita hamil, logam Timbal
(Pb) mampu melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk kedalam sistem
peredaran darah janin (Widowati, 2008).
Gejala khas keracunan timbal (Pb) pada anak berbeda dengan orang
dewasa.
Kerusakan sara perifer (saraf tepi) lebih mengalami kerusakan pada orang dewasa
daripada kerusakan saraf pusat yang dialami oleh anak-anak tersebut ialah: nafsu
makan berkurang, sakit perut, muntah-muntah, bergerak terasa kaku, kelemahan,
tidak ingin bermain, peka terhadap ransangan, sempoyongan bila bergerak, sulit
berbicara, hasil tes psikologik terlihat sangat rendah, gangguan pertumbuhan otak
(ensepalopati), dan koma. Gejala yang khas keracunan pada orang dewasa adalah
kepucatan, sakit perut, konstipasi, munta-muntah, anemia, dan yang paling sering
adalah terlihatnya warna biru “garis biru” pada gusi (Darmono,1995).
Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan
makanan.Konsumsi Timbal (Pb) dalam jumlah banyak secara langsung
menyebabkan kerusakan jaringan, termasuk kerusakan jaringan mucosal. Sistem
yang paling sensitif adalah sistem sintesis jaringan darah (hematopoietic)
sehingga biosintesis haema terganggu. Semua sel-sel yang sedang aktif
berkembang sensitif terhadap Timbal (Pb).Timbal juga dapat merusak saraf (SNI,
2.3.3 Pencegahan Pencemaran Timbal (Pb)
Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran Timbal (Pb) di udara
adalah dengan mengurangi emisi gas buang yang mengandung Timbal (Pb), yang
meliputi:
1. Penggunaan bensin bebas Timbal (Pb)
2. Mengurangi kepadatan lalu lintas yang berpotensi meningkatkan emisi gas
buang yang mengandung Timbal (Pb)
3. Gerakan hemat energi bahan bakar
4. Mencegah anak menelan/menjilat mainan bercat atau berbahan
mengandung cat
5. Tidak makan, tiak minum, tidak merokok dikawasan yang tercemar
Timbal (Pb)
6. Menyediakan fasilitas ruang makan yang terpisah dari lokasi pencemaran
Timbal (Pb)
7. Tempat penyimpanan makanan atau minuman tertutup sehingga tidak
kontak dengan debu atau asap Timbal (Pb)
8. Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Timbal (Pb), baik dari
kendaraan bermotor maupun industri
9. Bagi para pekerja yang kontak dengan Timbal (Pb) sebaiknya mereka
menggunakan peralatan standar keamanan dan keselamatan kerja
2.4. Mesin Analisis
Untuk mengetahui tingkat kandungan logam dalam sampel, mesin untuk
mengukur jumlah logam merupakan alat yang utama. Ada beberapa jenis mesin
yang digunakan, tergantung jenis logam yang diperiksa dan tingkat sensiivitas
pengukuran
Yang diperlukan.Kebanyakan logam diukur dengan sitem atomisasi, ada yang
dengan sistem kalorimetri dan ada yang dapat menggunakan kedua sistem
tersebut.Mesin dengan sistem atomiasi ada beberapa macam yaitu dengan
menggunakan nyala atau (flame) dan ada yang menggunakan pembakaran
(graphite furnance).Mesin yang menggunakan sistem nyala disebut flame atomic
absorption spectrophotometry, biasanya untuk mengukur logam dalam jumlah
relatif besar (dalam ppm).Tetapi mesin ini juga dapat digunakan untk mengukur
dalam jumlah yang kecil (ppb) (Darmono, 1995).
2.4.1 Spektrofotometri Serapan Atom
Cara kerja mesin ini berdsarkan penguapan larutan sampel, kemudian
logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut
mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda
(hollow cathode lamp) yang mengandung unsure yang akan ditentukan.
Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur panjng gelombang tertentu
menurut jenis logamnya (Darmono, 1995).
Metode spktrofotometri serapan atom mendasarkan pada prinsip absorbsi
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebagai contoh, natrium menyerap pada
589 nm, uranium pada 358,5 nm, sementara kalium menyerap pada panjang
gelombang 766,5 nm (Rohman, 2007).
2.4.2 Intrumentasi Serapan Atom Spektrofotometer Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom adalah
1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim adalah lampu katoda berrongga (hallow cathode
lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung satu
katoda dan anoda.Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang
terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu.Tabung logam ini
diisi dengan gas mulia (neon dan argon) dengan tekanan rendah (10-15
torr).Neon biasanya lebih disukai karena memberi intensitas pancaran
lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu
selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan
berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana
kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan yang
mana kecepatan dan energinya sangat tinggi, elektron-elektron dengan
energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan
dengan gas-gas mulia diisikan tadi (Rohman, 2007).
2. Tempat sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang
dalam keadaan dasar. Ada terbagi macam alat yang dapat digunakan
untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan
nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameles) (Rohman, 2007).
a. Nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau
cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk
atomisasi.Pada spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi
untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar menjadi tingkat yang
lebih tinggi (Rohman, 2007).
Suhu yang dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang
digunakan, misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira
sebesar 1800⁰C, gas alam-udara 1700⁰C, asetilen-udara 2200⁰C dan
gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 3000⁰C (Rohman,
2007).
b. Tanpa nyala (flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom
gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala
yang terlalu besar, dan proses atomosasi yang kurang sempurna.
Oleh karena itu timbullah suatu teknik atomisasi yang baru yakni
atomisasi tanpa nyala.Pengatoman dapat dilakukan dengan tungku
dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann
3. Monokromator
Pada Spektrofotometer serapan atom, monokromator dimaksudkan untuk
memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam
analisis. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu
alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu
yang disebut dengan chopper (Rohman, 2007).
4. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman.Biasanya digunakan tabung penggandaan foton
(photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem
deteksi yaitu yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan
radiasi kontinyu, dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi
resonansi (Rohman, 2007).
5. Readout
Readout merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
sistem pencatat hasil.Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah
terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi.Hasil
pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang
menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).
Untuk keperluan analisis kuantittif dengan Spektrofotometer serapan atom,
maka sampel harus dalam bentuk larutan.Untuk menyiapkan larutan,
sampel harus diperlakukan sedemikian rupa yang pelaksanaannya
adalah bahwa larutan yang akan dinalisis haruslah sangat encer (Rohman,
2007).
Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu :
1. Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai
2. Sampel dilarutkan dengan suatu asam
3. Sampel dilarutkan dengan suatu basa atau dilebur terlebih dahulu
dengan basa kemudian hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai.
Metode pelarut apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan
Spektrofotometer serapan atom, yang terpenting adalah bahwa larutan yang
dihasilka harus jernih, stabil, dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis.
Metode kuantifikasi hasil analisis dengan metode Spektrofotomtri serapan atom
yang dilakukan adalah dengan menggunakan kuantifikasi dengan kurva baku
(kurva kalibrasi). SSA bukan merupakan metode analisis yang absolut.Suatu
perbandingan dengan merupakan metode yang umum dalam melakukan metode
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat
Analisis timbal dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Balai
Riset Standardisasi Industri (BARISTAND) Medan yang bertempat di Jl.
Sisingamangaraja No 24 Medan.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan adalah Batang pengaduk, Corong gelas,
Erlenmeyer, Gelas piala, Kaca arloji,Kertas saring whatmann No. 42, Labu
semprot, Labu ukur, Lampu katoda berrongga (Hallow Cathode Lamp), Pemanas
listrik, Pipet volumetric, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala AA 7000,
Tissue, Seperangkat alat saring vakum dan Timbangan analitik (SNI, 2009).
3.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah Air bebas mineral, Asam Nitrat
(HNO3) pekat p.a, Gas asetilen (C2H2), Larutan Timbal, Larutan Pencuci HNO3
3.4 Prosedur
3.4.1 Preparasi Tepung Tapioka
Ditara cawan, kemudianditimbang seksama 5,0003 gr Tepung Tapioka
sebagai sampel A dan ditimbang juga sebanyak 5,0017 gr Tepung Tapioka
sebagai sampel B, dibakar sampel A dan sampel B menggunakan gas sampai
menjadi arang, kemudian diamati sampai Tepung tidak mengeluarkan asap,
kemudian dimasukkan kedalam tanur dengan suhu 5500 C, biarkan sampai
betul-betul menjadi abu, lalu keluarkan cawan dari tanurdan di dinginkan, kemudian
ditambahkan Akuades panas 2 - 3 tetes untuk membasahi sampel A dan B,
setelah itudimasukkan 5 ml HNO3 Pa ke dalam sampel A dan B lalu aduk dengan
batang pengaduk, kemudian ditambahkan akuades panas setengah dari wadah
kemudian dikocok lalu masukkan kedalam labu 50 ml, kemudian ditera dengan aq
uadest asam sampai garis tanda,setelah itu homogenkan kemudian disaring,
kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer untuk dianalisis, diberi label (SNI,
2011).
3.4.2 Pembuatan Pereaksi Aquabides Asam
1 liter aquabidest asam ditambahkan 1,5 ml Larutan Pengencer HNO3
3.4.3 Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb) 3.4.3.1 Pembuatan laruan kerja Timbal (Pb) 1 mg Pb/L
Dipipet 5 ml larutan baku 10 mg Pb/L, kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 50 ml, ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan
homogenkan (SNI, 2011).
3.4.3.2 Pembuatan larutan kerja Timbal (Pb) 0,2mg Pb/ L
Dipipet 10 ml larutan kerja 1 mg Pb/L, msukkan ke dalam labu ukur 50 ml
kemudian ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan
homogenkan (SNI, 2011).
3.4.3.3 Pembuatan larutan kerja Timbal (Pb) 0,4 mg Pb/L
Dipipet 2 ml larutan kerja 10 mg Pb/L, kemudian dimasukkan ke dalam
labu takar 50 ml, ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan
homogenkan (SNI, 2011).
3.4.3.4 Pembuatan larutan kerja Timbal (Pb) 0,6 mg Pb/L.
Dipipet 3 ml larutan kerja 10 mg Pb/L, masukkan ke dalam labu takar,
kemudian ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan
3.4.3.5Pembuatan larutan kerja Timbal (Pb) 0,8 mg Pb/L.
Dipipet 4 ml larutan kerja 10 mg Pb/L, masukkan ke dalam labu takar 50
L, kemudian ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Analisa Sampel
Sampel Absorbansi Konsentrasi
(mg/L) Kadar Uji Rata-rata 0,00038 0,0666 mg/L
Keterangan: Faktor Pengenceran 50.
4.2 Pembahasan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tepung tapioka sangat
berbahaya untuk dikonsumsi karena mengandung logam Timbal (Pb) melebihi
ambang batas yang di tentukan.Hal ini disebabkan oleh pembuangan limbah ke
daratan maupun ke udara.Tanaman yang ditanam di pingir jalan juga merupakan
salah satu penyebab pencemran Timbal (Pb), kemungkinan Singkong yang telah
dioalah menjadi tepung tapioka ini ditanam di pinggir jalan atau dikawasan
industi. Tanaman memerlukan unsur mineral dari dalam tanah sebagai unsur
nutrisi dalam jumlah yang sedikit, tetapi peka terhadap kandungan logam berat
ulah manusia mengakibatkan rusaknya lingkungan alamiah termasuk tanaman
(Darmono,1995).
Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungnnya
dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang beterbangan di udara
akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran
tanah. Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah sangat rendah
didalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari analisa sampel yang diperiksa, diperoleh kadar Timbal (Pb) pada
tepung tapioka adalah 0,7458 mg/L. Dapat disimpulkan bahwa kadar Timbal (Pb)
pada tepung tapioka tidak memenuhi syarat SNI 3451: 2011. Dimana kadar yang
dipersyaratkan pada tepung tapioka maksimal 0,25 ppm.
5.2 Saran
Sebelum melakukan pengujian, harus memahami metode serta prosedur
pengujian agar tidak terjadi kesalahan, dan untuk meningkatkan kinerja dan
produktivitas dari laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.(2015). Badan Penelitin dan Pengembangan Pertanian.
Darmono.(1995) Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Cetakan I. Jakarta: UI-Press. Hal 12, 14, 17, 62, 63, 129 dan 130.
Fardiaz, S. (1992).Polusi Air Dan Udara. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 45.
Martaningtyas, D. (2004). Bahaya Cemaran Logam Berat Rubrik Cakrawala. http: Diakses tanggal 25 Maret 2015.
.
Najiyati, S. (1999).Budidaya Dan Analisis Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman: 97.
Rohman, A., (2007). Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 298 – 312.
Rushide.(2009). Cara Murah Hidup Sehat Tanpa Zat-Zat kimia.Graha Ilmu. Hal: 151-152.
Slamet, J. S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress. Halaman: 117-118.
SNI. (2011). Cara Uji Limbah Timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom(SSA)-nyala. Jakarta: BSN.
Widowati, W., Sastiono, A.,dan jusuf, R, (2008). Efek toksik logam.Cetakan I. Yogyakarta: ANDI. Hal: 110, 111, 117, 118, 119, 122 dan 123,124,dan 125.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Pembuatan Larutan Standar Timbal (Pb)
= 0,0112 – 0,020650 (0,6) = 0,0112 – 0,01239
=− 0,0011900
Persamaan Garis korelasi Y= ax+b
= 0,020650 x – 0,0011900
�= Σ�� −(Σ�×Σ�)/�
�(Σ�2−(Σ�)2/�) (Σ�2−(Σ�)2/�
= 0,04186 – (3 x 0,056)/5
�2,2 – (3)2 / 5 (0,00079798 – 0,056)2 /5
= 0,04186−0,0336
�(2,2−1,8)(0,00079798)−0,0006272)
= 0,00826 �(0,4)(0,00017078)
= 0,00826 0,008265107
3. Perhitungan Kadar Logam
Kadar logam = ��������� ����
��
������� ������������� �����������
������ ���� (��)���� �����(�)
= Sampel A: 0,0722 � 50U = 0,7219
5,0003
= Sampel B: 0,0770 � 50U = 0,7697
5,0017
Lampiran Syarat Mutu Tapioka Berdasarkan SNI No. 3451 Tahun 2011
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
10. Cemaran Mikroba
Lampiran Gambar
AAS (SHIMADZU) Aqua Bidest Steril
Faktor Pengenceran Gas Asetilen (C2H2)