• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Singkong - Analisis Kadar Timbal(Pb) Pada Tepung Tapioka Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Singkong - Analisis Kadar Timbal(Pb) Pada Tepung Tapioka Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Singkong 2.1.1 Taksonomi Singkong

Menurut (Salim, 2012) taksonomi tanaman Singkong adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae

Family : Euphorbiaceae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta

2.1.2 Manfaat Tanaman Singkong

Singkong merupakan jenis makanan yang hampir semua orang sudah mengenalnya.Banyak orang yang menyenangi makanan yang satu ini karena bisa dibuat aneka masakan yang lezat dengan khasiat yang banyak. Jenis makanan

yang sangat mudah menanamnya ini tiak hanya umbinya yang bisa dimanfaatkan, tetapi juga daunnya. Menurut pakar tanaman obat, Prof. Hembing Wijayakusuma,

singkong memiliki efek farmakologis yang sangat baik bagi kesehatan.Efek farmakologis yang terdapat dalam singkong seperti antioksidan, antikanker, serta dapat menambah nafsu makan. Selain itu, dalam sigkong terdapat, berbagai

(2)

dalam ubi singkong adalah kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang, zat besi, vitamin B an C, dan amilum (Rushide, 2010).

Secara umum, singkong bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan digunakan sebagai obat penyembuhan, seperti mengobati rematik, sakit kepala,

demam, luka, diare, cacingan, disentri, rabun senja, beri-beri, dan meningkatkan stamina tubuh (Rushide, 2010).

Singkong merupakan salah satu komoditas pertanian yang telah banyak

diolah menjadi berbagai produk jadi atau produk setengh jadi yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya

karbohidrat, namun sangat miskin protein, Di Indonesia tanaman singkong memiliki bermacam nama, antara lain singkong, ketela pohon, ubi kayu, dan lain-lain. Sebagian tanaman singkong telah dimanfaatkan, dari umbi, batang, hingga

daunnya.Hampir semua bagian dapat dimanfaatkan. Daun singkong digunakan untuk sayur-mayur, batang singkong untuk pegembangbiakan secara stek atau

tanam pagar, kulit singkong diolah menjadi keripik kulit singkong, sedangkan umbi singkong telah banyak diproses menjadi macam-macam produk, salah satunya tepung tapioka. Sebagian masyarakat telah memanfaatkan singkong

(3)

2.2 Tepung Tapioka

Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong

ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah, baik secara monokultur maupun tumpang sari dengan kacang tanah, kacang hijau, atau tanaman

hortikultura seperti cabai. Singkong dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan baku industri, dan makanan ternak. Singkong yang telah di panen mudah menjadi rusak, yaitu berubah menjadi coklat kebiruan. Oleh karena itu singkong perlu

segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah menjadi tepung tapioka (Anonim, 2015).

Pengolahan tepung tapioka: kupas kulit umbi, lalu cuci hingga bersih. Kemudian parut umbi dengan pemarut, lalu tampung parutan dalam tempat yang berisi air bersih. Tampung air perasan dalam wadah.Lakukan penyaringan parutan

berulang kali sampai air perasan menjadi jernih.Kemudian endapkan air persasan selama 24 jam.Kemudian buang air endapan yang mengandung lendir dan

kotoran, lalu ganti dengan air bersih sambil diaduk.Lakukan penggantian air 2-3 kali agar tepung yang dihasilkan berwarna putih bersih.Kemudian keluarkan tepung dari wadah pengendapan lalu letakkan dalam tampah (nyiru). Hancurkan

gumpalan-gumpalan tepung basah dengan cara diremas-remas hingga tepung menjadi halus. Kemudian jemur tepung tapioka di terik matahari hingga kering

(Anonim, 2015).

Cara membuatnya, singkong dikupas lalu dipotong potong dan digiling. Hasilnya direndam dalam bak lalu disaring.Ampasnya dibuang, sedang cairannya

(4)

2.2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Tepung Tapioka Kupas kulit singkong hingga bersih

Cuci singkong hingga bersih

Parut singkong menjadi parutan halus

Tampung dalam bak bersih air bersih Sambil diremas-remas dengan tangan

Tuang hasil remasan keatas saringan kain putih, dan tampung air Perasan dalam wadah atau bak, lakukan penyaringan parutan singkong berkali-kali hingga air

perasan jernih

Endapkan air perasan dalam wadah atau bak pengendapan selama 24 jam

Buang air endapan, kemudian ganti dengan air bersih sambil diaduk-aduk sampai merata. Lakukan penggantian air bersih 2-3 kali agar tepung yang dihasilkan

berwarna putih bersih

Jemur tepung tapioka hingga kering (Anonim, 2015).

Singkong dapat tumbuh pada berbagai jenis lahan.Umumnya singkong ditanam di kebun, pekarangan atau dipematang sawah, baik secara monokultur

(5)

hortikultura seperti cabai. Singkong dimanfaatkan sebagai bahan pangan, bahan baku industri, dan makanan ternak. Singkong yang telah di panen mudah menjadi

rusak, yaitu berubah menjadi coklat kebiruan. Oleh karena itu singkong perlu segera diolah setelah dipanen. Salah satu cara pengolahan singkong adalah diolah

menjadi tepung tapioka. Singkong dipanen pada saat sudah berumur tua agar tepung yang diperoleh maksimal.Untuk varietas genjah, singkong dipanen pada umur 6-8 bulan an untuk variets dalam pada umur 9-12 bulan (Anonim, 2015).

2.2.2 Pencemaran Tepung Tapioka

Pencemaran atau polusi adalah masuknya sesuatu yang dilakukan oleh manusia kedalam lingkungna berupa bahan yang kemungkinan besar menyebabkan bahaya terhadap kesahatan manusia (Muklish, dkk.,2011).

Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia.

Pada awal digunakannya logam pada alat, belum diketahui pengaruh pencemaran pada lingkungan. Proses oksidasi dari logam yang menyebababkan perkaratan sebelumnya merupakan tanda-tanda adanya hal tersebut. Tahun demi tahun ilmu

kimia berkembang dengan cepat dan dengan nilai ditemukannya garam logam PbNO3.serta diperjualbelikannya garam tersebut untuk industry, maka tanda-tanda

pencemaran lingkngan mulai timbul (Darmono,1995).

Pencemaran logam berat dapat terjadi pada daerah lingkungan yang bermacam-macam ini dan ini dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu udara,

(6)

hubungannya dengan sifat-sifat logam itu sendiri, sedangkan pencemaran tanah daratan atau air/lautan erat hubungannya dengan penggunaan logam itu

sendiri.Pencemaran udara biasanya terjadi pada proses-proses industri yang menggunakan suhu tinggi, sedangkan logam seperti As, Cd, Hg, Pb, adalah logam

yang mudah menguap. Pencemaran daratan dan air terjadi karena pembuangan limbah, dari industri penggunaan logam yang bersangkutan secara tidak terkontrol (pabrik ak/baterai) atau penggunaan bahan yang mengandung logam itu sendiri

(Darmono,1995).

Pencemaran logam berat pada tanah daratan sangat erat hubungnnya

dengan pencemaran udara dan air. Partikel logam berat yang beterbangan di udara akan terbawa oleh air hujan yang membasahi tanah sehingga timbul pencemaran tanah. Pada umumnya kandungan logam berat secara alamiah sangat rendah

didalam tanah, kecuali tanah tersebut merupakan daerah pertambangan atau tanah tersebut sudah tercemar (Darmono,1995).

2.3 Timbal (Pb)

Timbal (Pb) (Ar: 207.19). Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu

kebiruan, dengan rapatan yang tinggi (11,48 g ml-1 pada suhu kamar). Ia juga mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) (Vogel,1985).

Timbal atau Plumbum (Pb) adalah metal kehitaman.Dahulu digunakan sebagai konstituen didalam cat, baterai, dan saat ini banyak digunakan dalam bensin. Timbal (Pb) organik (TEL = tetra ethyl lead) sengaja ditambahkan ke

(7)

sistemik.Keracunan Timbal (Pb) akan menimbulkan gejala: rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, muntah-muntah, perubahan kepribadian, kelumpuhan, dan

kebutaan (Slamed, 1994).

Timbal (Pb) dalam bentuk larutan diabsorbsi sekitar 1-10% melalui

dinding saluran pencernaan. Sistem darah porta hepatis (dalam hati) membawa timbal tersebut dan didistribusikan ke dalam jaringan. Timbal (Pb) kemudian diekskresikan melalui urin dan feses. Kebanyakan ekskresi terjadi melalui cairan

empedu kedalam intestinum dan ginjal melalui air susu, keringat, dan rambut (Darmono,1995).

Logam berat merupakan komponen alami tanah.Elemen ini tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan, logam ini dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan, air minum, atau melalui udara.Logam berat merupakan

pencemar yang berbahaya dan bersifat racun bagi sel meskipun dalam konsentrasi rendah (Martanigtas, 2004).

Timbal (Pb) memiliki nomor atom 82; bobot atom 207,21; valensi 2-4. Timbal (Pb) merupakan logam yang sangat beracun terutama terhadap anak-anak. Secara alami ditemukan pada tanah. Timbal (Pb) tidak berbau dan tidak berasa.

Timbal (Pb) dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa lain membentuk berbagai senyawa-senyawa timbal, baik senyawa-senyawa organik seperti timbal oksida

(PbO), timbal klorida (PbCl2) dan lain-lain. Sumber-sumber timbale (Pb) antara

(8)

gelas, penstabil pada senyawa-senyawa PVC, cat berbasis minyak, zat pengoksidasi dan bahan bakar (SNI, 2009).

2.3.1 Manfaat Timbal (Pb)

Timbal (Pb) dan persenyawaan banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri baterai digunakan sebagai bahan aktif dalam pengaliran arus elektron, untuk kabel telepon, kabel listrik, bahan peledak, pewarnaan cat,

pengkilapan keramik dan bahan anti api, pembangkit listrik tenaga panas, aditif untuk bahan bakar kendaraan bermotor (Palar, 2004).

2.3.1.1 Penggunaan Dalam Bidang Industri

Timbal (Pb) sebagai salah satu zat yang dicampurkan kedalam bahan

bakar (premium dan premix), yaitu (C2H5)4 Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead) yang

digunakan sebagai bahan aditif, yang berfungsi meningkatkan angka oktan

sehingga penggunaannya akan menghindarkan mesin dari gejala “ngelitik” yang berfungsi sebagai pelumas bagi kerja antar katup mesin dengan dudukan katup valve seat serta valve guide. Keberadaan Octane booster dibutuhkan dalam mesin

agar mesin bisa bekerja dengan baik (Widowati, 2008).

2.3.2 Efek Toksik Timbal (Pb)

Timbal (Pb) berpengaruh negatif pada semua organ yaitu dengan mengganggu enzim oksidase sebagai akibatnya menghambat sistem metabolisme

(9)

Gejala yang khas dari keracunan Pb ini dibagi menjadi 3 bentuk yaitu: Gastroenteritis. Ini disebabkan oleh reaksi ransangan garam Pb pada mukosa

saluran pencernaan sehingga menyebabkan pembengkakan dan gerakan kontraksi rumen dan usus terhenti, peristaltic usus menurun sehingga terjadi konstipasi dan

kadang-kadang diare.Timbal terbawa dalam darah dan lebih dari 95% berikatan dengan eritrosit.Ini menyebabkan mudah pecahnya sel darah merah dan berpengaruh terhadap sintesis Hb, sehingga menyebabkan anemia. Timbal (Pb)

menyebabkan kerusakan sel endotel dan kapiler darah diotak (Darmono,1995). Didalam tubuh manusia, Timbal (Pb) bisa menghambat aktivitas enzim

yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin (Hb) dan sebagian kecil Timbal (Pb) diekskresikan lewat urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein, sedangkan sebagian lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak dan

rambut. Toksisitas kronis sering dijaumpai pada pekerja tambang dan pabrik pemurnian logam, pabrik mobil (proses pengecatan), pembuatan baterai,

percetakan, pelapisan logam, dan pengecatan. Paparan Timbal (Pb) secara kronis bisa mengakibatkan kelelahan, kelesuhan, gangguan iritabilitas, gangguan gastrointestinal, kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstruasi

serta aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu, dan sulit tidur (Widowati, 2008).

Toksisitas akut bisa terjadi jika Timbal (Pb) masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau menghirup gas Timbal (Pb) dalam waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi. Timbal (Pb) bisa

(10)

membuat anak-anak bersifat hiperaktif. Selain itu, Timbal (Pb) juga mempengaruhi organ-organ tubuh, antara lain sistem saraf, ginjal, sitem

reproduksi, sistem endokirn, dan jantung, serta gangguan pada otak sehingga anak mengalami gangguan kecerdasan dan mental. Pada wanita hamil, logam Timbal

(Pb) mampu melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk kedalam sistem peredaran darah janin (Widowati, 2008).

Gejala khas keracunan timbal (Pb) pada anak berbeda dengan orang

dewasa.

Kerusakan sara perifer (saraf tepi) lebih mengalami kerusakan pada orang dewasa

daripada kerusakan saraf pusat yang dialami oleh anak-anak tersebut ialah: nafsu makan berkurang, sakit perut, muntah-muntah, bergerak terasa kaku, kelemahan, tidak ingin bermain, peka terhadap ransangan, sempoyongan bila bergerak, sulit

berbicara, hasil tes psikologik terlihat sangat rendah, gangguan pertumbuhan otak (ensepalopati), dan koma. Gejala yang khas keracunan pada orang dewasa adalah

kepucatan, sakit perut, konstipasi, munta-muntah, anemia, dan yang paling sering adalah terlihatnya warna biru “garis biru” pada gusi (Darmono,1995).

Timbal (Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dan

makanan.Konsumsi Timbal (Pb) dalam jumlah banyak secara langsung menyebabkan kerusakan jaringan, termasuk kerusakan jaringan mucosal. Sistem

yang paling sensitif adalah sistem sintesis jaringan darah (hematopoietic) sehingga biosintesis haema terganggu. Semua sel-sel yang sedang aktif berkembang sensitif terhadap Timbal (Pb).Timbal juga dapat merusak saraf (SNI,

(11)

2.3.3 Pencegahan Pencemaran Timbal (Pb)

Salah satu upaya untuk mengurangi pencemaran Timbal (Pb) di udara

adalah dengan mengurangi emisi gas buang yang mengandung Timbal (Pb), yang meliputi:

1. Penggunaan bensin bebas Timbal (Pb)

2. Mengurangi kepadatan lalu lintas yang berpotensi meningkatkan emisi gas buang yang mengandung Timbal (Pb)

3. Gerakan hemat energi bahan bakar

4. Mencegah anak menelan/menjilat mainan bercat atau berbahan

mengandung cat

5. Tidak makan, tiak minum, tidak merokok dikawasan yang tercemar Timbal (Pb)

6. Menyediakan fasilitas ruang makan yang terpisah dari lokasi pencemaran Timbal (Pb)

7. Tempat penyimpanan makanan atau minuman tertutup sehingga tidak kontak dengan debu atau asap Timbal (Pb)

8. Mengurangi emisi gas buang yang mengandung Timbal (Pb), baik dari

kendaraan bermotor maupun industri

9. Bagi para pekerja yang kontak dengan Timbal (Pb) sebaiknya mereka

(12)

2.4. Mesin Analisis

Untuk mengetahui tingkat kandungan logam dalam sampel, mesin untuk

mengukur jumlah logam merupakan alat yang utama. Ada beberapa jenis mesin yang digunakan, tergantung jenis logam yang diperiksa dan tingkat sensiivitas

pengukuran

Yang diperlukan.Kebanyakan logam diukur dengan sitem atomisasi, ada yang dengan sistem kalorimetri dan ada yang dapat menggunakan kedua sistem

tersebut.Mesin dengan sistem atomiasi ada beberapa macam yaitu dengan menggunakan nyala atau (flame) dan ada yang menggunakan pembakaran

(graphite furnance).Mesin yang menggunakan sistem nyala disebut flame atomic absorption spectrophotometry, biasanya untuk mengukur logam dalam jumlah relatif besar (dalam ppm).Tetapi mesin ini juga dapat digunakan untk mengukur

dalam jumlah yang kecil (ppb) (Darmono, 1995).

2.4.1 Spektrofotometri Serapan Atom

Cara kerja mesin ini berdsarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut

mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (hollow cathode lamp) yang mengandung unsure yang akan ditentukan.

Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur panjng gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 1995).

Metode spktrofotometri serapan atom mendasarkan pada prinsip absorbsi

(13)

tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Sebagai contoh, natrium menyerap pada 589 nm, uranium pada 358,5 nm, sementara kalium menyerap pada panjang

gelombang 766,5 nm (Rohman, 2007).

2.4.2 Intrumentasi Serapan Atom Spektrofotometer Sistem peralatan spektrofotometer serapan atom adalah 1. Sumber sinar

Sumber sinar yang lazim adalah lampu katoda berrongga (hallow cathode lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung satu

katoda dan anoda.Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam tertentu.Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon dan argon) dengan tekanan rendah (10-15

torr).Neon biasanya lebih disukai karena memberi intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila antara anoda dan katoda diberi suatu

selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan yang

mana kecepatan dan energinya sangat tinggi, elektron-elektron dengan energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan

dengan gas-gas mulia diisikan tadi (Rohman, 2007). 2. Tempat sampel

Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang

(14)

dalam keadaan dasar. Ada terbagi macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan

nyala (flame) dan dengan tanpa nyala (flameles) (Rohman, 2007). a. Nyala (flame)

Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.Pada spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi

untuk mengeksitasikan atom dari tingkat dasar menjadi tingkat yang lebih tinggi (Rohman, 2007).

Suhu yang dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang digunakan, misalnya untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira

sebesar 1800⁰C, gas alam-udara 1700⁰C, asetilen-udara 2200⁰C dan

gas asetilen-dinitrogen oksida (N2O) sebesar 3000⁰C (Rohman,

2007).

b. Tanpa nyala (flameless)

Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala

yang terlalu besar, dan proses atomosasi yang kurang sempurna. Oleh karena itu timbullah suatu teknik atomisasi yang baru yakni

(15)

3. Monokromator

Pada Spektrofotometer serapan atom, monokromator dimaksudkan untuk

memisahkan dan memilih panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik, dalam monokromator juga terdapat suatu

alat yang digunakan untuk memisahkan radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Rohman, 2007).

4. Detektor

Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat pengatoman.Biasanya digunakan tabung penggandaan foton

(photomultiplier tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu yang memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu, dan yang hanya memberikan respon terhadap radiasi

resonansi (Rohman, 2007). 5. Readout

Readout merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem pencatat hasil.Pencatat hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi.Hasil

pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).

Untuk keperluan analisis kuantittif dengan Spektrofotometer serapan atom, maka sampel harus dalam bentuk larutan.Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian rupa yang pelaksanaannya

(16)

adalah bahwa larutan yang akan dinalisis haruslah sangat encer (Rohman, 2007).

Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu : 1. Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai

2. Sampel dilarutkan dengan suatu asam

3. Sampel dilarutkan dengan suatu basa atau dilebur terlebih dahulu dengan basa kemudian hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang

sesuai.

Metode pelarut apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan

Spektrofotometer serapan atom, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilka harus jernih, stabil, dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis. Metode kuantifikasi hasil analisis dengan metode Spektrofotomtri serapan atom

yang dilakukan adalah dengan menggunakan kuantifikasi dengan kurva baku (kurva kalibrasi). SSA bukan merupakan metode analisis yang absolut.Suatu

Referensi

Dokumen terkait

PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DENGAN KUASA MUTLAK SETELAH BERLAKUNYA. INSTRUKSI MENTERI DALAM NEGERI NOMER 14 TAHUN

Kesimpulan dari hasil analisis dan interpretasi terhadap representasi nasionalisme kebangsaan yang terkandung dalam lirik lagu “Dari Mata Sang Garuda” adalah adanya ungkapan

Berdasarkan dari analisis data yang dilakukan untuk menjawab permasalahan penelitian dan rumusan hipotesis, maka dapat diambil simpulan secara umum bahwa terdapat

PERUBAHAN NAMA IKATAN ADHYAKSA DHARMAKARINI DAERAH / CABANG KETUA UMUM IKATAN ADHYAKSA DHARMAKARINIc. Menimbang

[r]

Pada umumnya jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Pariksabungan.. adalah 8 (unit) bangunan gereja dan tidak mempunyai masjid ataupun

Ada hubungan antara sosial budaya Ibu nifas dengan Konsumsi sumber protein hewani pada ibu nifas di BPS Sumiati desa Gribig Gebog Kudus tahun