• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Implementasi Strategi Marketing Mix Pada Manajemen Pemasaran Supermarket Tip-Top Dari Persepektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Implementasi Strategi Marketing Mix Pada Manajemen Pemasaran Supermarket Tip-Top Dari Persepektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun)"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

OLEH : AJI FIRMANSYAH NIM. 1110046100014

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

73

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Depok, 01 Oktober 2015

(5)

i

Perspektif Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun). Strata Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Mu’amalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi strategi

marketing mix pada manajemen pemasaran Supermarket TIP TOP yang ditinjau dari perspektif etika bisnis Islam. Variabel marketing mix terdiri dari product

(produk), price (harga), place (tempat/distribusi) dan promotion (promosi). Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-normatif. Sumber data diperoleh dari observasi dan wawancara dengan manajer operasional pusat Supermarket TIP TOP. Teknik analisis data melalui hasil observasi strategi marketing mix kemudian ditinjau dari perspektif etika bisnis Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan strategi marketing mix yang diterapkan oleh Supermarket TIP TOP sudah sesuai dengan etika bisnis Islami. Hal ini dilihat dari tidak adanya penyimpangan yang melanggar dari prinsip etika bisnis Islam pada manajemen pemasaran Supermarket TIP TOP.

Kata Kunci : Manajemen Pemasaran, marketing mix, Etika Bisnis Islam Pembimbing : Aini Masruroh, S.EI, MM

(6)

ii

Semesta yang telah memberikan anugerah dan karunia-Nya kepada umat manusia, khususnya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir dengan penuh rasa syukur. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, manusia penyempurna akhlak, lembut perangainya dan teladan umat berserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menunjukkan manusia dari zaman Jahiliyah hingga menuju zaman penuh dengan ilmu seperti saat ini.

Alhamdullillah, penelitian yang berjudul “ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI MARKETING MIX PADA MANAJEMEN PEMASARAN SUPERMARKET TIP TOP DARI PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM (Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun) dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S-1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Aini Masruroh, S.E.I, M.M., selaku Dosen Pembimbing yang tidak pernah lelah membimbing penulis, meluangkan waktunya di sela-sela kesibukannya sebagai akademisi dan memberikan saran/masukan selama proses penyusunan skripsi.

4. Bapak Abdul Wahid Andriansyah selaku Manager Operasional Pusat PT. TIP TOP Supermarket yang telah memberikan data kepada penulis berserta segenap staff PT. TIP TOP Supermarket yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Segenap staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

(8)

iv

8. Teman – teman seperjuangan Perbankan Syariah A angkatan 2010, selama 4 tahun kita kuliah, semua kenangan baik suka maupun duka sudah kita lewati bersama. Terima kasih banyak semuanya. :)

9. Komisariat Dakwah (KomDa) Fakultas Syariah dan Hukum dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membina karakter penulis berjiwa leadership, disiplin dan bertaqwa.

10.Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSenSi) dari angkatan 2009-2015, kalian semua merupakan generasi ekonomi syariah saat ini dan masa depan. Semangat dan tidak boleh berhenti mensyiarkan ekonomi Islam.

11.Karang Taruna Rukun Warga 11 (KTRW 11) yang telah berbagi kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan sosial didalam maupun diluar lingkungan Villa Pamulang.

12.Pengajian rutin anak-anak “Al-Muhajirin” dan klub sepak bola junior @andarfc

(9)

v Allah S.W.T berikan selama ini. Huhuhu

14.Kak Anwar, Kak Zaeni, Kak Ridha, Kak Yaman, rifki, erwin dan tio. Sahabat terdekat penulis selama kuliah di kampus yang sudah berbagi cerita dan inspirasi. Terima kasih sudah berbagi tawa dan sedih kepada penulis. Semoga ikatan pertemanan kita akan terus berjalan ya meskipun kita sudah jarang bertemu lagi karena kesibukan masing-masing. :)

15.Fadel dan Daus. Teman seperjuangan skripsi yang selalu setia mengingatkan penulis dan membantu penulis dalam menambah referensi. :D

16.Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat luas bagi penulis dan para pembaca lainnya. Semoga Allah S.W.T., membalas semua kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Ya Rabbal Alamin...

Depok, 1 Oktober 2015

(10)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

E. Kerangka Konseptual ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 14

A. Review Studi Terdahulu ... 14

B. Etika Bisnis Islam ... 20

1. Definisi Etika Bisnis Islam ... 20

2. Sejarah Lahirnya Konsep Etika Bisnis Islam ... 21

3. Paradigma Bisnis dan Aksioma Etika Bisnis Islam ... 24

4. Pedoman dan Larangan Transaksi Bisnis dalam Islam ... 27

(11)

vii

3. Konsep Manajemen Pemasaran ... 42

D. Kajian Tentang Marketing Mix ... 44

1. Product (Produk) ... 45

a. Gambaran Umum Produk ... 45

b. Klasifikasi Produk ... 46

c. Strategi Mengembangkan Barang Yang Dijual ... 48

d. Acuan/Bauran Produk ... 48

2. Price (Harga) ... 50

a. Gambaran Umum Harga ... 50

b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Harga ... 51

c. Metode Dasar Penentuan Harga ... 54

d. Strategi Penetapan Harga ... 56

3. Promotion (Promosi) ... 57

a. Gambaran Umum Promosi ... 57

b. Strategi Mempromosikan Barang ... 58

c. Acuan/Bauran Promosi ... 59

4. Place (Tempat/Distribusi Penyaluran) ... 60

a. Gambaran Umum Tempat/Saluran Distribusi ... 60

b. Bentuk Pola Saluran Distribusi ... 60

(12)

viii

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

A. Jenis Penelitian ... 66

B. Data Penelitian ... 66

C. Teknik Pengumpulan Data ... 67

D. Subjek dan Objek Penelitian ... 68

E. Teknik Analisis Data ... 69

F. Teknik Penulisan ... 70

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 71

A. Gambaran Umum Supermarket TIP TOP ... 71

B. Implementasi Strategi Marketing Mix Supermarket TIP TOP ... 72

1. Product (Produk) ... 76

2. Price (Harga) ... 78

3. Place (Tempat/ Distribusi) ... 79

4. Promotion (Promosi) ... 82

C. Tinjauan Umum Perspektif Etika Bisnis Islam Terhadap Strategi Marketing Mix Supermarket TIP TOP ... 86

1. Product (Produk) ... 86

(13)

ix

Penimbunan Barang ... 88 d. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Tidak Menyembunyikan Cacat Barang Kepada Konsumen ... 89 e. Tinjauan Terhadap Ketepatan Penimbangan Barang ... 90 2. Price (Harga) ... 91

a. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Dalam Memberikan Keadilan Sebuah Harga ... 91 b. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Untuk Tidak

Menunda-nunda Pembayaran Kepada Supplier ... 92 c. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Tidak Memanipulasi

Harga Saat Memberikan Diskon ... 92 3. Place (Tempat/ Distribusi) ... 93

a. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Untuk Bersikap

Ta’awun (menolong orang lain) ... 93

b. Tinjauan Terhadap Upaya Perusahaan Dalam Menyediakan Fasilitas Tempat Ibadah ... 94 4. Promotion (Promosi) ... 94

(14)

x

(15)

xi

3.1 Perbedaan Bisnis Islam dan Bisnis Non-Islam ... 36 4.1 Korelasi Implementasi Strategi Marketing Mix dengan Konsep Umum

Etika Bisnis Islam ... 95 4.2 Perbandingan Konsep Supermarket TIP TOP dengan Supermarket

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, sosialisasi ekonomi syariah di Indonesia mulai menemukan jati diri di kalangan masyarakat kelas bawah, menengah maupun atas. Hal ini didorong oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu sosialisasi dari para akademisi, praktisi atau cendekiawan muslim yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) atau Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI). Faktor eksternal yaitu kesadaran masyarakat Indonesia akan ketidakmampuan ekonomi konvensional dalam menghadapi krisis moneter pada tahun 1998. Dalam kurun waktu 2 dasawarsa, perkembangan bisnis berlabel syariah sangat diminati oleh masyarakat Indonesia baik dari pertumbuhan lembaga keuangan syariah, lembaga keuangan syariah non bank maupun industri bisnis lainnya dalam skala mikro maupun makro.

Sistem ekonomi islam yang bisa dikatakan transparan, jujur, adil dan stabil menambah daya tarik masyarakat untuk beralih ke sistem ekonomi syariah.1 Dimulai dari jumlah lembaga keuangan syariah bank yang mengalami kenaikan signifikan. Pada tahun 1992, hanya terdapat 1 bank umum syariah dan 79 bank perkreditan rakyat syariah. Kemudian pada bulan Maret 2014 terdapat 11 bank umum syariah, 23 unit usaha

1

“Mengembangkan Ekonomi Syariah di Indonesia, artikel diakses pada 26 Juli 2015 dari

(17)

syariah, dan 163 bank pembiayaan rakyat syariah.2 Begitupun juga dengan lembaga pendidikan di tingkat perguruan tinggi maupun sekolah kejuruan. Beberapa perguruan tinggi membuka prodi ekonomi Islam atau keuangan syariah baik untuk tingkat Diploma maupun Strata. Setidaknya ada lebih dari 100 program studi yang mengupas perbankan dan ekonomi syariah di berbagai universitas di tanah air.3 Sementara itu, untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan sudah ada yang membuka jurusan perbankan syariah.

Kemajuan yang pesat dari sektor lembaga keuangan syariah dan pendidikan formal, seakan memberikan tanda kebangkitan ekonomi Islam di Indonesia. Keadaan ini membawa efek berkesinambungan (multiplayer efect) bagi pasar bisnis lainnya. Beberapa pelaku bisnis tidak hanya memasukkan kata “syariah”, tetapi juga mengimplementasikan nilai - nilai

Islam didalamnya, misalnya pegadaian syariah, asuransi syariah, hotel syariah, salon syariah, Multi Level Marketing (MLM) syariah, kolam renang syariah, ojek syariah, swalayan syariah dan sebagainya. Namun, gairah ekonomi syariah nampaknya belum dirasakan oleh sebagian pelaku bisnis retail. Para pelaku bisnis retail masih enggan menerapkan nilai-nilai Islami didalam aktivitas bisnisnya. Banyak pelaku bisnis retail masih menggunakan sistem konvensional dalam berbisnis, sehingga tidak mengedepankan etika dalam berbisnis.

2

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Indonesia (Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan, 2014), h. 2.

3 “Standar Kurikulum Perbankan Syariah Jadi Program Ker

ja Roadmap Perbankan

Syariah”, artikel diakses pada 26 Juli 2015 dari

(18)

Secara umum format bisnis ritel yang saat ini berkembang pesat di Indonesia adalah hypermarket, supermarket, minimarket atau convenience store, departmen store, dan specialty store. Hypermarket, supermarket, dan minimarket pada dasarnya perkembangan dari toko kelontong dan pasar tradisional, sehingga kemudian ritel modern ini sering diberi istilah pasar modern. Perbedaan utamanya terletak pada luas ruangan, range produk dan jasa yang ditawarkan.4

Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) memproyeksikan. Industri retail dapat tumbuh dua digit, pada kisaran 10 - 15 % per tahun. Optimisme ini ditunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan sebesar 5,7%. Faktor penunjang pertumbuhan industri retail lainnya adalah pertumbuhan populasi, gaya hidup masyarakat yang mengikuti tren global, dan meningkatnya indeks kepercayaan konsumen terhadap produk lokal.5

Banyaknya kompetitor membuat persaingan bisnis retail menjadi semakin ketat. Pelaku bisnis retail harus melakukan inovasi untuk menarik minat konsumen. Mulai dari display product, promosi yang menarik, pelayanan yang memuaskan, ekspansi pasar, memberikan fasilitas kemudahan dalam berbelanja dan melakukan direct selling serta menyediakan barang - barang kebutuhan pokok dalam satu titik (one-stop shopping). Bahkan, terdapat perusahaan retail di Indonesia melakukan

4

“Perkembangan Bisnis Retail Modern”, artikel diakses pada 17 Juli 2015 dari

http://www.datacon.co.id/Ritel-2011ProfilIndustri.html.

5

(19)

merger atau akuisisi dalam memperkuat resistensinya pada bisnis retail. Misalnya Dairy Farm International Giant Retail dari negara Malaysia yang melakukan merger dengan PT. Hero Supermarket lalu mendirikan hypermart Giant, serta PT Carrefour dari negara Perancis telah diakuisisi oleh CT Corp melalui PT Trans Retail senilai US$ 750 Juta atau Rp 7,2 Triliun, lalu mendirikan Trans Carrefour.6

Selain itu, beberapa perusahaan retail asing turut meramaikan industri retail di Indonesia. Seperti PT. Lion Super Indo yang berasal dari negara Belgia, PT. Lotte Shopping Indonesia dari negara Korea Selatan, Dairy Farm International (Giant) dari negara Malaysia dan PT Carrefour yang berasal dari negara Perancis (sebelum diakusisi oleh CT Corporation).

Dalam menghadapi persaingan dengan kompetitor lain, setiap perusahaan retail harus mempersiapkan strategi yang terintegrasi dengan manajemen pemasaran yang tepat dan dinamis. Hal ini diperlukan mengingat bisnis retail merupakan bisnis yang tidak hanya memberikan kenyamanan berbelanja baik produk, fasilitas maupun tempat tetapi juga memberikan kualitas pelayanan terhadap konsumen, sehingga kepuasan konsumen menjadi salah satu indikator pencapaian keberhasilan perusahaan retail. Salah satu strategi yang sering diterapkan dalam manajemen pemasaran yaitu Strategi Marketing Mix (Bauran Pemasaran).

6 “Kuasai Carrefour 100%, CT Catatkan Akuisisi Terbesar Sektor Konsumer”,

(20)

Konsep bauran pemasaran (marketing mix) yaitu perangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan atau korperasi untuk mempengaruhi permintaan produknya. Dan ini dapat digolongkan dalam empat kelompok variabel yang dikenal dengan “4P” (Product, Price, Promotion, Place).7

Dalam menghadapi persaingan bisnis retail secara global, tak jarang para pelaku bisnis melakukan segala macam cara agar dapat bertahan (survive) di tengah persaingan global saat ini. Beragam kecurangan atau penipuan demi mengejar keuntungan yang besar akan dilakukan oleh perusahaan retail tanpa memperhatikan aspek lainnya. Tindakan seperti ini menyebabkan terjadinya pergeseran norma dan hilangnya nilai-nilai moralitas di masyarakat dalam melakukan aktivitas bisnisnya.

Sejatinya, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan duniawi saja, melainkan juga keuntungan akhirat. Salah satu aspek yang sering dilupakan oleh para pelaku bisnis adalah aspek etika dalam berbisnis. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang memiliki komitmen ketulusan dalam menjaga kontrak sosial yang sudah berjalan. Kontrak sosial merupakan janji yang harus ditepati. Dalam ekonomi Islam yang berlandaskan ketuhanan, maka tujuan akhir

7

(21)

pencapaiannya adalah ridho Allah SWT, dengan tetap memegang syariat Islam dalam segala aktivitasnya, begitu pula dengan aktivitas ekonomi yang tidak dapat pula dipisahkan dengan nilai - nilai keislaman.8

Etika bisnis dalam Islam sebenarnya telah diajarkan Nabi Saw,. saat menjalankan perdagangan. Karakteristik Nabi Saw,. sebagai pedagang adalah, selain dedikasi dan keuletannya juga memiliki sifat; shiddiq, fathanah, amanah dan tabligh. Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan harta-Nya karena aturan halal dan haram.9

Alhamdulillah, dari berbagai macam dan jenis perusahaan retail yang ada di Indonesia, terdapat satu perusahaan retail yang sudah menerapkan etika dalam berbisnis secara Islami. Salah satunya adalah Supermarket TIP TOP. Supermarket TIP TOP berdiri pada tahun 1979 oleh Bapak Rusman Maamoer. Awal pendiriannya masih berupa minimarket dengan nama TIP TOP Plaza, namun untuk memperluas jenis usaha, pada tahun 1985 konsep minimarket berubah menjadi Supermarket dan Departmen Store serta dilengkapi dengan mainan anak anak.10

8

Yusuf Qordhowi, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 1993), h. 31.

9

Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 212.

10 “Profil Tip Top”, artikel diakses pada 20 Juli 2015 dari

(22)

Membangun usaha retail berjiwa Islami tidak semudah membalikkan telapak tangan, Supermarket TIP TOP sempat mengalami cobaan pada tahun 1991 yang mengakibatkan semua inventaris, gedung, stok - stok barang ludes terbakar. Tak hanya itu, pemilik Tip Top, Bapak Rusman Maamoer harus selektif men supply barang dari supllier agar hanya barang yang halal dan thoyyib saja yang dijual. Misalnya daging sapi atau ayam, akan dilihat tempat pemotongan hewannya dan jika harganya terlalu murah serta tidak jelas asal usulnya maka akan ditolak. Selain itu, tawaran dari supplier untuk menjual minuman keras dengan fasilitas mudah dan keuntungan besar terus berdatangan. Namun, Supermarket TIP TOP tetap menegakkan prinsip awal di setiap cabangnya, yaitu supermarket berjiwa Islami.11

Eksistensi Supermarket TIP TOP yang telah berdiri hampir 36 tahun dengan membawa “warna” berbeda semakin meramaikan persaingan

industri retail di Indonesia. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar dikalangan pelaku bisnis retail di Indonesia. Bagaimana penerapan strategi

marketing mix pada manajemen pemasaran Supermarket TIP TOP sehingga dapat bersaing dengan perusahan retail besar lainnya dalam rentang waktu yang cukup lama, serta bagaimana langkah - langkah Supermarket TIP TOP dapat menerapkan strategi marketing mix dari pandangan etika bisnis yang sesuai dengan aturan ajaran Islam.

11 “Kisah Sukses Tip Top Swalayan”,

(23)

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji secara intens yang dituangkan dalam sebuah penelitian yang berjudul, “Analisis Implementasi Strategi Marketing Mix Pada Manajemen Pemasaran Supermarket TIP TOP Dari Perspektif Etika Bisnis Islam. (Studi Kasus Pada Supermarket TIP TOP Rawamangun).” Penulis memilih objek Supermarket TIP TOP karena supermarket ini dinilai sebagai supermarket Islami oleh masyarakat sekitar yang dilihat dari visi/misi menjalankan bisnis secara Islami, menjual barang - barang kebutuhan pokok secara halal dan menjalankan kegiatan operasional secara Islami.12

Penelitian ini diharapkan dapat membahas secara gamblang konsep manajemen pemasaran pada Supermarket TIP TOP dalam perspektif etika bisnis Islam sehingga bermanfaat luas untuk kalangan umum.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah yang muncul, diantaranya :

1. Penerapan strategi marketing mix pada bisnis retail Islami belum diungkap secara empiris.

2. Korelasi marketing mix dengan etika bisnis Islam belum dianggap

penting bagi bisnis retail di Indonesia.

12

(24)

3. Perkembangan konsep etika bisnis Islami dalam bisnis retail masih sangat lambat dibandingkan dengan negara mayoritas muslim lain, dimana konsep etika bisnis Islam menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan.

4. Belum adanya aturan yang jelas mengenai etika bisnis secara Islami dalam bisnis retail di Indonesia.

5. Analisis hasil strategi marketing mix dengan prinsip etika bisnis Islam belum menjadi prioritas dalam memutuskan sebuah kebijakan bagi pelaku industri retail di Indonesia.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pembahasan tentang strategi marketing mix dan etika bisnis Islam sangat luas cakupannya. Oleh karena itu, penulis perlu membatasi penelitian masalah pada implementasi strategi marketing mix dan manajemen pemasaran pada bisnis retail, analisis strategi marketing mix

dari perspektif etika bisnis Islam serta objek penelitiannya di Supermarket TIP TOP. Dengan dimikian, perumusan masalah pada skripsi ini adalah : 1. Bagaimanakah implementasi manajemen pemasaran dengan

menggunakan strategi marketing mix pada Supermarket TIP TOP ? 2. Bagaimanakah korelasi strategi marketing mix dari perspektif etika

(25)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah :

a. Untuk mengetahui implementasi manajemen pemasaran dengan menggunakan strategi marketing mix pada Supermarket TIP TOP. b. Untuk mengetahui korelasi strategi marketing mix dari perspektif etika

bisnis Islam pada Supermarket TIP TOP. 2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

a. Bagi penulis, untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan secara komprehensif khususnya tentang bisnis retail Islami serta tercapainya salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar strata satu (S-1) Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Bagi akademisi, sebagai tambahan sumber referensi dalam memahami manajemen pemasaran industri retail Islamidi Indonesia.

c. Bagi Bank Syariah, dapat memberikan informasi dalam menentukan pola pembiayaan untuk industri retail Islami di Indonesia.

d. Bagi pelaku industri retail. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi dalam mengembangkan industri retail Islami di Indonesia. e. Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat

(26)

E. Kerangka Konseptual

Product

(Produk)

Strategi Marketing Mix Supermarket TIP TOP

Promotion

(Promosi)

Place

(Distribusi)

Price

(Harga)

Konsep Umum Etika Bisnis Islam :

- Tidak melakukan ikhtikar (penimbunan barang) - Tidak menjual barang yang dilarang oleh syar’i - Tidak melakukan tadlis (penipuan)

- Tidak mengandung unsur gharar (ketidakjelasan) - Tidak melakukan sumpah palsu

- Tidak menjelek-jelekkan bisnis orang lain

Analisis

(27)

Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa penulis akan melakukan observasi mengenai strategi marketing mix pada manajemen pemasaran Supermarket TIP TOP. Variabel marketing mix tersebut terdiri dari

Product (Produk), Price (Harga), Place (Distribusi), dan Promotion

(Promosi). Dari empat variabel tersebut, penulis akan memaparkannya secara jelas bagaimana implementasi dari variabel Product (Produk), Price

(Harga), Place (Distribusi), dan Promotion (Promosi) pada Supermarket TIP TOP.

Penulis akan menganalisis korelasi implementasi variabel

marketing mix dengan konsep etika bisnis Islam. Secara umum, konsep etika bisnis Islam adalah tidak melakukan Ikhtikar (penimbunan barang),

tidak menjual barang yang dilarang oleh syar’i, tidak melakukan tadlis

(penipuan), tidak mengandung unsur gharar (ketidakjelasan), tidak melakukan sumpah palsu dan tidak menjelek-jelekkan bisnis orang lain.

Dalam menganalisis korelasi implementasi marketing mix dengan konsep etika bisnis Islam, penulis akan memaparkan dalam bentuk tinjauan umum pada setiap variabel, mulai dari Product (Produk), Price

(Harga), Place (Disribusi)dan Promotion (Promosi).

F. Sistematika Penulisan

(28)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka konseptual dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan tentang review studi terdahulu, definisi etika bisnis Islam, manajemen pemasaran, dan kajian tentang Marketing Mix.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode dan jenis penelitian, teknik pengumpulan data, objek penelitian dan teknik analisis data.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini memaparkan tentang gambaran umum Supermarket TIP TOP, hasil analisis strategi marketing mix pada Supermarket TIP TOP serta tinjauan umum etika bisnis Islam dalam Product (Produk), Price

(Harga), Promotion (Promosi) dan Place (Tempat/ Saluran Distribusi)

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis untuk menjadi bahan pertimbangan bagi lembaga yang bersangkutan dan bagi peneliti berikutnya.

(29)

14 A. Review Studi Terdahulu

Untuk mendukung teori penelitian, penulis perlu membandingkan dengan penelitian sebelumnya. Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang Strategi marketing mix dan etika bisnis Islam, yakni :

No Nama Penulis / Judul Skripsi / Tahun

Substansi Perbedaan dan Persamaan dengan Penulis 1 Fildzah Salsabil Rasyiqoh

(Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), Strategi Bauran Pemasaran Umroh

PT. Alia Indah Wisata.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi bauran pemasaran dan tahapan pemasaran pada PT. Alia Indah Wisata dalam menjalankan bisnisnya. Metode penelitian

menggunakan

kualitatif deskriptif.

(30)

Hasil penelitian adalah staretgi bauran pemasaran perusahaan ini adalah berkerjasama dengan media elektronik, media cetak dan bank.

Price, Place dan

Promotion) tetapi juga dari perspektif etika bisnis Islam. Persamaan dengan peneliti sebelumnya dari segi metode penelitiannya.

2 Khoirus Sholeh (Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010), Penerapan Strategi Marketing Mix

Dalam Meningkatkan Usaha

Kecil dan Menengah di

Koperasi Trunojoyo

Kabupaten Sampang Madura.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana

penerapan strategi

marketing mix dalam meningkatkan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Koperasi Trunojoyo. Metode penelitiannya adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian adalah Koperasi Trunojoyo telah

(31)

berhasil meningkatkan

pendapatan setiap tahunnya dengan menerapkan strategi

marketing mix. 3 Siti Rohmah (Skripsi

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), Penerapan Nilai - Nilai Etika Bisnis Islam di Hotel

Madani Syariah Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

penerapan nilai - nilai etika bisnis Islam serta kriteria hotel syariah standar nasional kategori hilal-1 di Hotel Madani Syariah Yogyakarta. Metode penelitiannya adalah pendekatan

penelitian kualitatif. Hasil penelitiannya adalah kriteria hotel syariah standar

(32)

nasional kategori hilal-1 sudah diterapkan tetapi masih ada beberapa aspek yang belum terpenuhi misalnya fasilitas kebugaran, kolam renang dan ruang SPA.

Persamaan dengan peneliti sebelumnya yaitu pada metode penelitiannya.

4 Muhammad Rifki (Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), Implementasi Nilai - Nilai Islami Pada Manajemen

Operasional Supermarket Tip

Top Cabang Ciputat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

penerapan nilai - nilai Islam pada manajemen

operasional

supermarket Tip Top

dan faktor

pendukung

didalamnya. Metode penelitiannya adalah kualitatif dengan analisis deskripstif.

(33)

Hasil penelitian ini adalah secara keseluruhan

Supermarket TIP

TOP telah

menerapkan nilai-nilai Islami pada manajemen

operasionalnya, mulai dari display

(34)

5 Niken Agustin (Tesis Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), Implementasi Norma - Norma Etika Bisnis Syariah

Pada Pamella Swalayan di

DIY Ditinjau Dari Etika

Bisnis Perspektif Al – Ghazali

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

implementasi nilai-nilai syariah pada Pamella Swalayan di DIY dari perspektif Imam Al-Ghazali. Metode

penelitiannya adalah kualitatif dengan pendekatan

deskriptif - normatif. Hasil penelitiannya adalah Pamella Swalayan sudah menerapkan nilai- nilai Islami sesuai dengan etika bisnis Islam dari perspektif Al-Ghazali.

(35)

B. Etika Bisnis Islam

1. Definisi Etika Bisnis Islam

Etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh seorang individu.1 Etika adalah bagian dari filsafat yang membahas secara rasional dan kritis tentang nilai, norma atau moralitas.2

Etika sering juga disebut sebagai ihsan (berasal dari kata Arab

hasan, yang berarti baik). Definisi ihsan dinyatakan oleh nabi dalam hadist berikut: “ihsan adalah engkau beribadat kepada Tuhanmu seolah-olah

engkau melihat-Nya sendiri, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, maka ia

melihatmu.”. Dengan demikian, melalui ihsan seseorang akan selalu

merasa bahwa dirinya dilihat oleh Allah. Karena Allah mengetahui sekecil apapun perbuatan yang dilakukan seseorang, walaupun dikerjakan di tempat tersembunyi.3

Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.4 Bisnis dapat juga

1

Muhammad, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2004), h. 34.

2

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an

dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi (Jakarta: Bumi

Aksara, 2012), h. 32.

3

Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 13.

4

(36)

diartikan sebagai suatu organisasi/pelaku bisnis yang melakukan aktivitas bisnis dalam bentuk: (1) memproduksi dan atau mendistribusikan barang dan/atau jasa, (2) mencari profit, dan (3) mencoba memuaskan keinginan konsumen.5 Bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya (ada aturan halal dan haram).6

Faisal Badroen dkk, mendefinisikan etika bisnis Islam berarti mempelajari tentang mana yang baik/buruk, benar/salah dalam dunia bisnis berdasarkan kepada prinsip-prinsip moralitas. Etika bisnis dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis.7 Sedangkan menurut Prof. Dr. Amin Suma, yang dimaksud dengan etika bisnis Islam adalah konsep tentang usaha ekonomi khususnya perdagangan dari sudut pandang baik dan buruk serta benar dan salah menurut standar akhlak Islam.8

2. Sejarah Lahirnya Konsep Etika Bisnis Islam

Salah satu kajian etika yang amat populer memasuki abad 21 di milenium ketiga ini adalah etika bisnis. Terdapat dikotomi moral dan bisnis di zaman klasik, bahkan juga di era modern. Di Indonesia, paham klasik tersebut sempat berkembang secara subur, sehingga mengakibatkan

5

Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, menggagas

bisnis Islami, cet.II (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h.15 - 16.

6

Ibid., h. 18.

7

Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 61-62.

8

(37)

terpuruknya ekonomi Indonesia kedalam jurang kehancuran. Kolusi, korupsi, nepotisme, monopoli, penipuan, penimbunan barang, pengrusakan lingkungan, penindasan tenaga kerja, perampokan bank oleh para konglomerat, adalah persoalan - persoalan yang begitu telanjang di depan mata kita yang terlihat dalam media massa maupun media elektronik.9

Pada tahun 1990-an Paul Ormerof, seorang ekonom kritis Inggris menerbitkan bukunya yang amat menghebohkan The Death of Economics, Ilmu Ekonomi Sudah Menemui Ajalnya. (Ormerof, 1994). Tidak sedikit pula pakar ekonomi abad ini telah menyadari makin tipisnya kesadaran moral dalam kehidupan ekonomi dan bisnis modern. Amitas Etzioni menghasilkan karya monumental dan menjadi best seller; The Moral dimension: Toward a New Economics (1998). Berbagai buku etika bisnis dan dimensi moral dalam ilmu ekonomi semakin banyak bermunculan sehingga menjelang millenium ketiga dan memasuki abad 21, konsep etika bisnis mulai memasuki wacana bisnis.10

Pandangan-pandangan di atas menunjukkan, bahwa Barat telah muncul kesadaran baru tentang pentingnya dimensi etika memasuki lapangan bisnis. Kecenderungan baru perusahaan-perusahaan besar, model abad 21, tampaknya juga mempunyai kecenderungan baru untuk

9Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an

dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, h. 33.

10

(38)

mengimplementasikan etika bisnis sebagai visi masyarakat yang bertanggungjawab secara sosial dan ekonomis.11

Perusahaan-perusahaan besar kini berlomba-lomba menampilkan citra diri yang sadar lingkungan, bukan saja lingkungan fisik tetapi juga lingkungan sosial budaya. Jika di pusat kapitalisme, (Amerika dan Eropa) telah mulai berkembang tren baru bagi dunia bisnis, yaitu keniscayaan etika, (meskipun mungkin belum sempurna), tentu kemunculannya lebih mungkin dan lebih dapat subur di negeri kita yang dikenal sangat agamis ini. Dari uraian diatas, dapat dikatakan, bahwa eksistensi etika dalam wacana bisnis merupakan suatu keharusan dan kebutuhan yang tak terbantahkan.12

Dalam situasi dunia bisnis membutuhkan etika, Islam sejak lebih dari 14 abad yang lalu telah menyerukan urgensi etika bagi aktivitas bisnis. Islam sebagai sumber nilai dan etika Islam merupakan sumber nilai dalam segala aspek kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam memiliki wawasan komprehensif tentang etika bisnis. Mulai dari prinsip dasar, pokok – pokok kerusakan dalam perdagangan, faktor - faktor produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis, sampai kepada etika sosio - ekonomik menyangkut hak milik dan hubungan sosial.13

11

Ibid.,h.35.

12

Ibid.,h.36.

13

(39)

3. Paradigma Bisnis dan Aksioma Etika Bisnis Islami

Paradigma bisnis adalah gugusan pikir atau cara pandang tertentu yang dijadikan sebagai landasan bisnis baik sebagai aktivitas maupun sebagai entitas. Oleh karena itu, suatu paradigma bisnis dibangun dan dilandasi oleh aksioma - aksioma berikut ini : 14

a. Kesatuan (Unity).

Kesatuan disini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.15 Dari konsep ini maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.16

b. Keseimbangan (keadilan).

Keseimbangan (equilibrium) atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Sifat keseimbangan atau keadilan bukan hanya sekedar karakteristik alami, melainkan

14

Muhammad dan R. Lukman Fauroni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), h. 10.

15

Ibid., h. 11.

16

(40)

merupakan karakteristik dinamis yang harus diperjuangkan oleh setiap muslim dalam kehidupannya.17 Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai.18 Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Q.S. Al-Maidah (5): 8

                                                  

Artinya: “Wahai orang - orang yang beriman, Jadilah kamu

sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi

dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum,

mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena

(adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada

Allah, sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu

kerjakan”.

c. Kehendak Bebas (Free Will).

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif

17

Ibid., h. 12.

18

(41)

berkarya dan berkerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus-menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.19

d. Tanggung Jawab (Responsibility).

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. Secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.20

e. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran.

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini maka etika

19

Ibid., h. 46.

20

(42)

bisnis Islami sangat menjaga dan berlaku preventif (pencegahan) terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerja sama atau perjanjian dalam bisnis.21 4. Pedoman dan Larangan Transaksi Bisnis dalam Islam

Allah telah memerintahkan kepada seluruh manusia (bukan hanya untuk orang yang beriman dan muslim saja) untuk mengambil segala sesuatu yang halal dan baik (thoyib). Selain itu, Allah juga memerintahkan untuk tidak mengikuti langkah - langkah setan (dengan mengambil yang tidak halal dan tidak baik).22 Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. Al-Baqarah (2) : 168

                        

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah - langkah

syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata

bagimu.”

Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam. Bahkan, Rasulullah saw. sendiri pun telah menyatakan, bahwa 9 dari 10 pintu rezeki adalah melalui pintu berdagang (hadist). Artinya,

21

Ibid., h. 46

22

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an

(43)

melalui jalan perdagangan ini, pintu - pintu rezeki akan dapat dibuka sehingga karunia Allah swt terpancar daripadanya.23

Perlu diingat, bahwa Rasulullah saw. sendiri adalah seorang pedagang bereputasi international yang disegani, yang mendasarkan bangunan bisnisnya pada nilai-nilai Ilahi (transeden). Prinsip-prinsip yang ideal ternyata pernah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya.24 Rasulullah saw. memberikan petunjuk mengenai etika bisnis berikut ini adalah uraiannya: 25

a. Pertama, prinsip esensial dalam berbisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Rasulullah saw. sangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam tataran ini, beliau bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim menjual satu jualan

yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya.” (HR. Al-Quzwani). “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok

kami” (HR. Muslim). Rasulullah saw. sendiri selalu bersikap jujur

dalam berbisnis. Beliau melarang para pedagang meletakkan barang busuk di bagian bawah dan barang baru di bagian atas. 26 b. Kedua, kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis.

Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekadar mengejar keuntungan sebanyak - banyaknya, sebagaimana yang diajarkan

23

Ibid.,h.31.

24

Ibid.,h.37.

25

Ibid.,h.39.

26

(44)

Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosial kegiatan bisnis.27

c. Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw. sangat intens melarang para pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnis. Dalam sebuah hadist riwayat Bukhari, Nabi bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu,

barang - barang memang terjual tetapi hasilnya tidak berkah”.

Praktik sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering dilakukan, karena dapat meyakinkan pembeli, dan pada gilirannya meningkatkan daya beli atau pemasaran. Namun, harus disadari, bahwa meskipun keuntungan yang diperoleh berlimpah, tetapi hasilnya tidak berkah.28

d. Keempat, ramah tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukan bisnis.29 Nabi Muhammad saw, mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran

dalam berbisnis.” (HR. Bukhari dan Tarmizi)

e. Kelima, tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut.30 Sabda Nabi Muhammad, “Janganlah kalian melakukan bisnis najsya

(seorang pembeli tertentu, berkolusi dengan penjual untuk

27

Ibid.,h.39.

28

Ibid.,h.40.

29

Ibid.,h.40

30

(45)

menaikkan harga, bukan dengan niat untuk membeli, tetapi agar

menarik orang lain untuk membeli).”

f. Keenam, tidak boleh menjelek - jelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya.31 Nabi Muhammad saw. bersabda,

“Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan maksud

untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain.” (HR. Muttafaq „alaih).

g. Ketujuh, tidak melakukan ikhtikar. Ikhtikar adalah menumpuk dan menyimpan barang dalam masa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan keuntungan besar pun diperoleh.32 Contoh perbuatan ikhtikar misalnya: “Seorang

pedagang minyak, mengetahui bahwa kebutuhan minyak pada hari raya akan meningkat. Oleh karena itu, jauh hari sebelum hari raya, pedagang tersebut telah menyimpan minyaknya untuk dijual pada hari raya dengan tujuan memperoleh keuntungan besar dengan naiknya harga tersebut.” 33

h. Kedelapan, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar - benar diutamakan. Sebagaimana Firman Allah swt. Dalam Q.S. Al – Mutaffifiin (83) : 1 – 3

31

Ibid.,h.40

32

Ibid.,h.40

33

(46)

                     

Artinya : “Kecelakaan besarlah bagi orang - orang yang curang, (yaitu) orang - orang yang apabila menerima takaran dari orang

lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau

menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.”

Azab dan kehinaan yang besar pada kiamat disediakan bagi orang-orang yang curang dalam menakar dan menimbang.34

i. Kesembilan, bisnis tidak boleh mengganggu kegiatan ibadah kepada Allah swt. 35

j. Kesepuluh, membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad saw, bersabda, “Berikanlah upah kepada

karyawan, sebelum kering keringatnya”. Hadist ini

mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda.36

k. Kesebelas, tidak monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh sederhana adalah eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas

34

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an

dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, h. 41.

35

Ibid. h.42.

36

(47)

hak milik sosial seperti air, udara, beserta tanah dan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral.37

l. Keduabelas, Tadlis (Penipuan). Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus mempunyai informasi yang (sama-sama (complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurangi (ditipu) karena terdapat kondisi yang bersifat unknown to one party (keadaan dimana salah satu pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui oleh orang lain). Unknown to one party

dalam bahasa fiqihnya disebut tadlis, dan dapat terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni dalam kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan.38Tadlis dalam kuantitas contohnya adalah pedagang yang mengurangi takaran (timbangan) barang yang dijualnya. Dalam kualitas contohnya adalah penjual yang menyembunyikan cacat barang yang ditawarkan. Tadlis dalam harga contohnya adalah memanfaatkan ketidaktahuan pembeli akan harga pasar dengan menaikkan harga produk di atas harga pasar. Bentuk tadlis

yang terakhir, yakni tadlis dalam waktu penyerahan, contohnya adalah petani buah yang menjual buah di luar musimnya padahal si petani mengetahui bahwa ia tidak dapat menyerahkan buah yang dijanjikan itu pada waktunya.39

37

Ibid.,h.42.

38

Adiwarman A. Karim, BANK ISLAM; Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 31.

39

(48)

m. Ketiga belas. Taghir (Gharar) atau disebut juga taghrir adalah situasi di mana terjadi incomplete information karena adanya

uncertainty to both parties (ketidakpastian dari kedua belah pihak yang bertransaksi). Dalam tadlis, yang terjadi adalah pihak A tidak mengetahui apa yang diketahui pihak B (unknown to one party). Sedangkan dalam taghrir, baik pihak A maupun pihak B sama-sama tidak memiliki kepastian mengenai sesuatu yang ditransaksikan (uncertain to both parties). Gharar dapat juga terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan.40 Gharar dalam kuantitas terjadi dalam kasus ijon, di mana penjual menyatakan akan membeli buah yang belum tampak di pohon seharga Rp X. Dalam hal ini terjadi ketidakpastian mengenai berapa kuantitas buah yang dijual, karena memang tidak disepakati sejak awal. Contoh gharar dalam kualitas adalah seorang peternak yang menjual anak sapi yang masih dalam kandungan induknya. Dalam kasus ini terjadi ketidakpastian dalam hal kualitas objek transaksi, karena tidak ada jaminan bahwa anak sapi tersebut akan lahir dengan sehat tanpa cacat, dan dengan spesifikasi kualitas tertentu.41 Gharar dalam harga terjadi bila, misalnya, bank syariah menyatakan akan memberi pembiayaan

murabahah rumah 1 tahun dengan marjin 20% atau 2 tahun dengan marjin 40%, kemudian disepakati oleh nasabah. Ketidakpastian

40

Ibid.,h.32.

41

(49)

terjadi karena harga yang disepakati tidak jelas, apakah 20% atau 40%. Contoh gharar dalam waktu penyerahan terjadi bila seseorang menjual barang yang hilang misalnya, seharga Rp X dan disetujui oleh si pembeli. Dalam kasus ini terjadi ketidakpastian mengenai waktu penyerahan, karena si penjual dan pembeli sama-sama tidak tahu kapankah barang yang hilang itu dapat ditemukan kembali.42

n. Keempat belas, komoditi bisnis yang dijual adalah barang-barang yang suci dan halal, bukan barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dan sebagainya. 43

o. Kelima belas, bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa ada paksaan. 44 Firman Allah swt dalam Q.S An Nisa (4) : 29

                                    

Artinya : “Hai orang - orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di

antara kamu.”

42

Ibid.,h.33.

43

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an

dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi, h. 43.

44

(50)

p. Keenam belas, segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah saw. memuji seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan utangnya. Sabda Nabi saw., “Sebaik - baik kamu, adalah orang yang paling segera membayar utangnya.”

(HR. Hakim).45

q. Ketujuh belas, memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum mampu membayar. 46 Sabda Nabi saw., “Barang

siapa menangguhkan orang yang kesulitan membayar utang atau

membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah

nauangan – Nya pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan

–Nya.” (HR. Muslim).

r. Ketujuh belas, bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. 47 Firman Allah swt. Dalam Q.S. Al – Baqarah (2) : 278

                      

Artinya: “Hai orang - orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu

orang - orang yang beriman.”

s. Risywah (Suap – Menyuap). Yang dimaksud dengan perbuatan

(51)

mendapatkan sesuatu yang bukan haknya.48 Allah swt. telah menyinggung praktik suap- menyuap pada sejumlah ayat Alquran. Diantaranya Firman Allah swt dalam Q.S. Al- Baqarah (2): 188

                        

Artinya : “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian

yang lain diantara kamu dengan jalan yang batil dan janganlah

kamu membawa urusan harta itu kepada hakim supaya kamu dapat

memakan sebagian dari harta benda orang lain itu dengan jalan

berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.”

5. Perbedaan Bisnis Islam dan Bisnis Non-Islam

[image:51.595.123.555.517.707.2]

Dalam bukunya yang berjudul “Islamic Business and Economic Ethics”, perbedaan bisnis Islam dan Bisnis Non-Islam sebagai berikut : 49

Tabel 3.1

No Aspek Ekonomi Islam Kapitalisme

1 Sumber Al-Qur’an dan Hadist Daya pikir manusia

2 Motif Ibadah Rasional materialisme

3 Tujuan Falah dan mashalah Utilitarian,individualisme

4 Prinsip jual-beli Melarang gharar,maysir, najsy, barang haram

Tidak jelas melarangnya

48

Adiwarman A. Karim, BANK ISLAM; Analisis Fiqih dan Keuangan, h.45.

49

Veithzal Rivai, dkk, “Islamic Business and Economic Ethics, Mengacu pada Al-qur’an

(52)

5 Motif konsumsi Kebutuhan (need) Keinginan (wants) 6 Tujuan konsumsi Memaksimumkan

maslahah

Maximize utility

7 Motif Produksi Kebutuhan dan kewajiban kemanusiaan

Ego dan rasionalisme

8 Hubungan dengan pelaku bisnis lain

Persaudaraan (ukhuwah) dan kemitraan

Persaingan

9 Prinsip keuangan Real based economy Monetary based economy

10 Spekulasi Haramkan spekulasi Halalkan spekulasi 11 Instrumen moneter Bagi hasil,jualbeli,ijarah Bunga

12 Prinsip pengeluaran (Expenditure)

Berdasarkan 3 tingkatan maslahah (dharuriyat, hajiyat, tahsiniyat)

Tidak memperhatikan prioritas maslahah

13 Sumber Zakat, infaq, sedeqah, „usyur, kharaj, pajak

kondisional

Pajak

14 Sasaran Penerima Pada zakat ditentukan 8

asnaf

Tanpa melihat asnaf

15 Tujuan Memprioritaskan

pengentasan kemiskinan

Bukan memprioritaskan pengentasan kemiskinan

16 Dampak Sarana menciptakan

keadilan ekonomi

Kesenjangan

(53)

18 Fungsi Uang Uang sebagai komoditas Uang sebagai medium of change

19 Sifat Money as flow concept Money as stock concept

20 Instrumen Dinar, dirham dan fulus Fiat money (uang kertas) yang tidak sesuai nilai nominal dan instrinsik

21 Fungsi Negara Penjamin kebutuhan minimal dan pendidikan pembinaan melalui

baitul mal

Penentu kebijakan melalui departemen- departemen

22 Pertumbuhan Pertumbuhan dan pemerataan, keadilan

Pertumbuhan ekonomi

23 Pencetakan mata uang Ditentukan oleh permintaan di sektor riil

Tidak ditentukan kebutuhan di sektor riil

24 Paradigma Islam Pasar

C. Manajemen Pemasaran

1. Definisi Manajemen Pemasaran

Menurut Paul Peter dan James Donnelly, marketing management can be defined as “the process of planning and executing the conception,

pricing, promotion, and distribution of goods, services, and ideas to create

exchanges with target groups that satisfy customer and organizational

(54)

didefinisikan sebagai proses perencanaan, pelaksanaan gambaran (konsep) dari harga, promosi dan distribusi barang, pelayanan, serta beberapa ide yang saling berhubungan dengan objek lainnya untuk mencapai kepuasan konsumen dan tujuan organisasi.50

Sementara itu, Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah mendefinisikan manajemen pemasaran adalah kegiatan manajemen berdasarkan fungsinya yang pada intinya berusaha untuk mengidentifikasi apa sesungguhnya yang dibutuhkan oleh konsumen, dan bagaimana cara pemenuhannya dapat diwujudkan.51

Thamrin Abdullah dan Francis Tantri mendefinisikan manajemen pemasaran sebagai proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan juga mencakup barang, jasa serta gagasan, berdasarkan pertukaran dan tujuannya adalah memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat.52

2. Perkembangan Manajemen Pemasaran

Sejak revolusi industri, manajemen pemasaran telah mengalami beberapa tahap perkembangan. Namun banyak juga perusahaan yang masih berada pada tahap pertama. Adapun tahap-tahap perkembangan tersebut adalah : 53

50

Paul Peter & James Donnelly, Marketing Management : knowledge and skills (New York: The McGraw-Hill Companies, 2009), h. 15.

51

Ernie tisnawati sule dan kurniawan saefullah, Pengantar manajemen, edisi I (Jakarta: Prenada Media,2005), h. 14.

52

Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 22.

53

(55)

a. Tahap Orientasi Produksi

Dalam tahap pertama ini perusahaan berorientasi pada produksi (production oriented). Tujuan dan perencanaan perusahaan ditentukan oleh Bagian Produksi. Sedangkan fungsi dari Bagian Penjualan hanya menjual hasil produksi saja; harga sudah ditentukan oleh Bagian Produksi dan Keuangan.

Disini, usaha pemasarannya tidak ditujukan untuk mendapatkan orang yang bersedia membeli produk dengan harga yang layak. Adapun konsep yang dianut oleh perusahaan dalam tahap ini disebut dengan konsep produk (product concept).

b. Tahap Orientasi Penjualan

Setelah perusahaan berhasil membuat barang secara besar- besaran kemudian timbul masalah bagaimana menjual barang- barang tersebut. Membuat barang yang baik saja tidak cukup menjamin berhasilnya pemasaran. Hasil kerja dalam penjualan masih diukur terutama dari volume penjualan yang dihasilkan, dan bukan dari laba pemasaran.

Jadi, perusahaan yang berorientasi pada penjualan (sales orientation) ini menganut sebuah konsep yang disebut konsep penjualan (sales concept).

c. Tahap Orientasi Pemasaran

(56)

konsumen (consumer oriented) untuk mendapatkan volume penjualan yang menguntungkan. Pemasaran mempunyai pengaruh yang besar terhadap seluruh kebijaksanaan perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Disini, perusahaan lebih mementingkan kebutuhan dan keinginan konsumen daripada hanya sekedar meningkatkan penjualan. Perusahaan yang demikian ini menganut suatu konsep yang disebut dengan konsep pemasaran (marketing concept).

d. Tahap Orientasi Manusia dan Tanggung Jawab Sosial

Tahap ini menyangkut kondisi sosial dan perekonomian dalam tahun 1970-an, yaitu suatu tahap yang mana perusahaan berorientasi pada masyarakat (societal orientation). Jika perusahaan ingin berhasil atau bahkan dapat hidup terus, ia harus dapat menanggapi cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya.

(57)

3. Konsep Manajemen Pemasaran

Pada umumnya setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Konsep-konsep tersebut sifatnya dinamis, karena berkembang atau berevolusi seiring dengan perjalanan waktu.

Pemilihan dan penerapan konsep pemasaran tertentu dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya nilai-nilai dan visi manajemen, lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. Perkembangan konsep pemasaran meliputi : 54

a. Konsep Produksi

Pemasar yang berpegang pada konsep ini berorientasi pada proses produksi/operasi (internal). Asumsi yang diyakini adalah bahwa konsumen hanya akan membeli produk-produk yang murah dan gampang diperoleh. Dengan demikian, kegiatan organisasi harus difokuskan pada efisiensi biaya (produksi) dan ketersediaan produk (distribusi), agar perusahaan dapat meraih keuntungan. b. Konsep Produk

Dalam konsep ini, pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih menghendaki produk-produk yang memiliki kualitas, kinerja, fitur (features), atau penampilan superior.

54

(58)

Konsekuensinya, pencapaian tujuan bisnis perusahaan dilakukan melalui inovasi produk, riset, dan pengembangan, dan pengendalian kualitas secara berkesinambungan.

c. Konsep Penjualan

Konsep ini merupakan konsep yang berorientasi pada tingkat penjualan (internal), di mana pemasar beranggapan bahwa konsumen harus dipengaruhi (bilamana perlu dibujuk) agar penjualan dapat meningkat, sehingga tercapai laba maksimum sebagaimana menjadi tujuan perusahaan.

Dengan demikian, fokus kegiatan pemasaran adalah usaha-usaha memperbaiki teknik-teknik penjualan dan kegiatan promosi secara intensif dan agresif agar mampu mempengaruhi dan membujuk konsumen untuk membeli, sehingga pada gilirannya penjualan dapat meningkat.

d. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan (lingkungan eksternal), dengan anggapan bahwa konsumen hanya akan bersedia membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan.

(59)

mengintegrasikan kegiatan - kegiatan fungsional lainnya (seperti produksi/operasi, keuangan, personalia, riset dan pengembangan, dan lain-lain) secara lebih efektif dan efisien dibandingkan para pesaing.

e. Konsep Pemasaran Sosial

Pemasar yang menganut konsep ini beranggapan bahwa konsumen hanya bersedia membeli produk-produk yang mampu memuaskan kebutuhan dan keinginannya serta berkontribusi pada kesejahteraan lingkungan sosial konsumen. Tujuan aktivitas pemasaran adalah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus memperbaiki hubungan antara produsen dan masyarakat demi peningkatan kesejahteraan pihak-pihak terkait.

D. Kajian Tentang Marketing Mix

Kotler dan Amstrong mendefinisikan marketing mix sebagai perangkat alat pemasaran taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan pasar. Bauran pemasaran terdiri atas segala sesuatu yang dapat dilakukan perusahaan atau korporasi untuk mempengaruhi permintaan produknya. Dan ini dapat digolongkan dalam empat kelompok variabel yang dikenal dengan “4P”

(Product, Price, Promotion, Place).55

Marketing Mix merupakan tool atau alat bagi marketer yang terdiri dari berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu

55

(60)

dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning

yang ditetapkan dapat berjalan sukses.56

Sedangkan menurut Sadono Sukirno dkk, mendefinisikan

marketing mix sebagai sekumpulan kegiatan yang saling berhubungan, yang disusun dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan konsumen dan seterusnya mengembangkan barang yang dibutuhkan, menentukan harganya, mendistribusikannya, dan mempromosikannya.57

Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen mendefinisikan

marketing mix adalah gabungan beberapa metode untuk mempromosikan produk sehingga mencapai hasil maksimum dengan biaya minimum; mencakup riset pasar, strategi produk, promosi, harga dan distribusi.58

Dengan demikian elemen marketing mix terdiri dari 4 hal, yaitu : 1. Product (Produk)

a. Gambaran Umum Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi, yang meliputi barang secara fisik, jasa, kepribadian, tempat, organisasi dan gagasan atau buah pikiran.59

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas, penampilan (features), pilihan yang ada (options),

56

Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran

Gambar

Tabel 3.1
 Tabel 4.1 Implementasi Strategi
Tabel 4.2
Gambar produk sayuran, buah-buahan dan daging. Semua produk segar dijamin
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pustakawan diharapkan memiliki kemampuan yang multitasking atau mampu melakukan berbagai tugas sesuai dengan keahliannya menghadapi era MEA, era di mana persaingan akan

Perkembangan dan Kemajuan teknologi komunikasi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat Kota Manado yang sangat senang dengan penampilan yang glamour agar

Kerugian hilangnya sawah pertanian yang menjadi pendapatan pribadi yang selama ini mereka andalkan kemungkinan memberikan dampak tersendiri bagi kehidupan sosial dan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Poldasu) bahwa Tingkat kesadaran masyarakat umum untuk penegakan hukum sangat kurang karena kebanyakan

Dari uraian diatas dapat di simpulkan, bahwa media informasi merupakan alat yang digunakan sebagai sarana komunikasi baik secara verbal atau visual dengan maksud dan

Oleh karena itu penulis membuat sebuah website dimana orang yang mengunjungi dapat mencari lirik lagu yang diinginkan, walaupun sudah banyak website seperti ini, penulis ingin

Selat yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatra adalah selat..... Angin musim barat terjadi

User juga akan mendapat penghiburan atau sukacita, dengan adanya forum saling sapa antar anggota, atau dengan membaca renungan saat teduh yang akan selalu diupdate